Hermen PLTafsiran Raja-Raja Fajar Panggabean [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama



: Fajar Manase H. Panggabean



Kelas/ Prodi



: II-A/ Theologi



Mata Kuliah



: Hermeneutika PL I



Dosen Pengampu



: Dr. Jontor Situmorang



Tafsiran Kitab 1 Raja-raja 17:1-6 dengan Menggunakan Metode Penafsiran Ilmu-ilmu Murni I.



Pendahuluan Peristiwa dalam Alkitab memiliki hubungan dengan konteks kehidupan zaman sekarang



seperti konteks agama, sosial, politik, budaya, ekonomi, dan lain-lain. Oleh sebab itu, penafsiran ilmu-ilmu murni penting untuk melihat hubungan antara peristiwa dalam Alkitab dengan konteks zaman sekarang. Pada sajian ini akan dibahas penafsiran Kitab 1 Raja-raja 17:1-6 dengan menggunakan metode penafsiran ilmu-ilmu murni.



II.



Pembahasan 2.1. Pengertian Metode Penafsiran Ilmu-ilmu Murni Metode ilmu murni merupakan tulisan Alkitab yang berakar dalam kelompok interaksi



bangsa yang diorganisasikan dalam struktur sosial yang diawasi oleh aspek utama dari kehidupan umum.1 Dalam menafsir konteks sangat penting, konteks yang terjadi pada masa itu menjelaskan tentang sesuatu hal yang menyangkut kehidupan pada masa kini. Maka kontekstualisasi adalah suatu refleksi ide dari setiap orang Kristen menghadapi firman yang sesungguhnya di dalam rangka berbagai konteks kehidupan baik itu dari segi sosial, politik, ekonomi, agama dan budaya.2 2.2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tafsiran Ilmu-ilmu Murni3 2.2.1. Kelebihan Metode Penafsiran Ilmu-ilmu Murni 1. Alkitab dipahami sebagai sejarah hidup manusia.



1



A.A Sitompul, Metode Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2004), 173 David J. Hessegrave, Kontekstualisasi Makna Metode dan Model, (Jakarta: BPK-GM, 2006), 52 3 A.A Sitompul, Metode Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2004), 175 2



2. Paradigma ilmu sosial mengubah perhatian dari sejarah dan agama melalui konsentrasi pada Alkitab Ibrani sebagai suatu sisa dari ilmu-ilmu sosial. 2.2.2. Kekurangan Metode Penafsiran Ilmu-ilmu Murni 1. Penafsiran terhadap suatu teks dengan metode ilmu murni kadangkala membuat proses pembacaan semakin sulit. 2. Penafsiran dengan metode ini seringkali memunculkan kesimpulan yang berbeda dengan buku atau data sebelumnya, sehingga cukup membingungkan bagi pembaca yang lain.



2.3.Pengantar Kitab 1 Raja-raja 2.3.1. Arti Nama Kitab Kitab Raja-raja berasal dari bahasa Ibrani, yaitu “melekhim” dari kata “melek” yang artinya raja. Dan dalam bahasa Yunani disebut “basileus, yang artinya penguasa.4 Kanon Ibrani melihat kitab ini sebagai satu kesatuan kitab yang utuh, tetapi Septuaginta dikemudian hari membaginya menjadi dua, dengan alasan panjangnya. Kitab ini adalah kitab yang ke IV dalam kitab nabi-nabi terdahulu. Dimasukkan dalam kitab nabi karena sejarah kerajaan ini dilihat dari sudut kenabian. Sampai dimanakah para raja mendengarkan para raja mendengar Tuhan melalui nabi-nabinya. Sementara kanon Yunani menggolongkannya kepada kitab sejarah karena isinya lebih cendrung dipahami sebagai kitab sejarah perbuatan Allah melalui raja selaku mendatarisNya, mulai dari Daud, Salomo hingga kejatuhan kedua kerajaan tersebut. Kitab ini menjelaskan bagaimana sebuah kerajaan Israel yang kuat dibawah pemerintahan Daud akhirnya pecah dua setelah zaman Salomo.5



2.3.2. Latar Belakang Kitab Pada mulanya Kitab Raja-raja ini hanyalah satu kitab saja. Isi kitab ini adalah sejarah Israel yang dimulai dari Salomo sampai ke pembungan di Babylon. 6 Kitab I dan II dalam kanon Ibrani merupakan satu kitab. Kitab ini merupakan kitab yang menceritakan kehidupan bangsa Israel selama empat abad sesudah kematian Daud sampai pembuangan di Babel. Kitab ini menceritakan pecahnya kerajaan Israel menjadi dua bagian, yaitu Kerajaan Utara (Israel) dan 4



....., Ensiklopedia Masa Kini (M-Z), (Jakarta: YKBK/OMR, 1995), 292 Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, (Medan: Bina Media Perintis, 2016), 98 6 J. Bloommendal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2005), 89 5



Kerajaan Selatan (Yehuda).7 Berdasarkan kronologi, 1-2 Raja-raja merincikan sejarah poliik Israel selama kerajaan kesatuan, dimulai sekitar tahun 970 SM, terus masa pembungan Israel, kerajaan Utara oleh Asyur (722 SM) dan pembuangan Yehuda Kerajaan Selatan ke Babel (587/586 SM). Pembagian kitab Raja-raja dari satu kitab dalam Perjanjian Lama menjadi dua kitab dalam Perjanjian Lama Yunani hanyalah untuk mempermudah karena panjangnya tulisan itu.8 Kitab 1 Raja-raja meliputi sekitar 120 tahun masa pemerintahan Salomo 40 tahun dan sekitar 80 tahun sejarah kerajaan yang terpecah.9



2.3.3. Penulis dan Waktu Penulisan Tradisi Yahudi percaya bahwa penulis kitab Raja-raja adalah nabi Yeremia karena adanya ditemukan persamaan pemberitaan antara Yeremia 52 dengan 2 Raja-raja 24-25.10 Banyak ahli yang berpendapat bahwa kitab I dan II Raja-raja berasal dari nabi Yeremia. Penulis memang memandang sejarah Israel dari sudut pandang yang serupa dengan Yeremia dan banyak dipengaruhi pandangan-pandangan Yang serupa dalam penulisan kitab-kitab tersebut.11 Ada juga yang menghubungkan penulis kitab ini dengan sumber Deutronomi. Hal ini didasarkan pada ajaran kitab ini yang mendorong adanya pemusatan peribadahan yaitu dengan pembangunan tembok dan bait di Yerusalem sehingga penulisan kitab ini diperkirakan sekitar tahun 560 SM.12



2.3.4. Tujuan Penulisan Kitab Tujuan dari kitab Raja-raja adalah menyelesaikan penulisan sejarah Raja-raja Ibrani sehingga lanjutan I dan II Samuel. Catatan mengenai kerajaan-kerajaan Ibrani secara tersirat mengembangkan ide mengenai kedualatan tangan Allah dalam sejarah Perjanjian Israel dan realitas dari kebebasan dan pertanggungjawaban manusia bagi orang-orang yang bersatu dengan dia dalam hubungan perjanjian. Kitab I & II Raja-raja berisi kata-kata nasihat dan memberikan kata-kata pengharapan bagi Isarel dan Yehuda. Allah masih memimpin sejarah manusia dan masih setia dalam persetujuan-Nya dengan umat Ibrani sebagai “umat pilihan-Nya”. Acuan berulang-ulang kepada 7



Lukas Adi S, Smart Book Chrisianity, (Yogyakarta: Founding Member CBA Indonesia), 39 Andew E. Hill & John H. Walton, Survey Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2008), 323-324 9 Halomoan Marpaung, Penuntun Memahami Alkitab, (Medan: Stella Printing, 2014), 51 10 Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, 98 11 W.S. Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2008), 323 12 Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, 98 8



nubuat-nubuat yang digenapi dan dua tambahan sejarah khususnya mengingatkan perjanjian Daud dan janji Allah untuk menetapkan jabaan raja di Isarel selama-lamanya.13



2.3.5. Ciri-ciri Kitab 1. Kitab ini memperkenalkan para nabi sebagai wakil dan juru bicara Allah kepada rajaraja Israel dan Yehuda misalnya, Ahia ( 1 Raj 12:22-24), Mikha (1 Raj 22:8-28), dan khususnya Elia (pasal 17-19; 1 Raj 17:1-9:21). 2. Kitab ini menekankan nubuatan dan penggenapannya di dalam sejarah para raja. Berkali-kali nubuat tertentu yang ditulis dinyatakan sebagai sudah tergenapi (2 Sam 7:13 dengan 1 Raj 8:20; 1 Raj 11:29-39 dan 1 Raj 12:15; 1 Raj 13:1-34 dengan 2 Raj 23:16-18). 3. Kitab ini berisi banyak kisah Alkitab yang terkenal, misalnya: hikmat Salomo (pasal 34, 1 Raj 3:1-4:34), penahbisan bait suci (pasal 8, 1 Raj 8:1-66), kunjungan ratu Syeba ke Yerusalem (pasal 18, 1 Raj 18:1-46). 4. Kitab ini mencakup data kronologis yang banyak mengenai raja-raja Israel dan Yehuda yang sering kali sulit diserentakkan. Akan tetapi, sebagian besar persoalan dipercahkan dengan memuaskan bila mengerti ada kemungkinan terjadinya tumpang tindih masa pemerintahan, masa pemerintahan bersama seorang putra dengan ayahnya dan cara yang berbeda untuk menentukan awal pemerintahan raja.14



2.3.6. Struktur Kitab  Sruktur Kitab 1 Raja-raja Menurut Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan.15 a) Masa Pemerintahan Salomo 



Salomo menggantikan Daud menjadi raja (1:1-2:11)







Salomo memperkuat kedudukannya sebagai raja (2:12-46)







Hikmat dan pemerintahan Salomo (3:1-4:34)







Keberhasilan dan ketenaran Salomo (5:1-10:29) 1. Persiapan pembangunan bait suci (5:1-18) 2. Pembangunan bait suci (6:1-38)



13



Andew E. Hill & John H. Walton, Survey Perjanjian Lama, 334 W.S. Lasor, dkk, Pengentar Perjanjian Lama 1, (Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 2008), 360 15 ...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Jakarta: Gandum Mas & LAI, 2008), 876 14



3. Pembangunan istana Salomo (7:1-12) 4. Perabotan bait suci (7:13-51) 5. Penahbisan bait suci (8:1-66) 6. Pengesahan perjanjian Daud (9:1-9) 7. Berbagai kegiatan Salomo dan ketenarannya (9:10-10:29)  Kejatuhan dan kematian Salomo (11:1-43) 1. Poligami dan penyembahan berhala menyolok yang dilakukan Salomo (11:1-8) 2. Hukuman perpecahan kerajaan dinubuatkan Allah (11:9-13) 3. Allah membangkitkan musuh-musuh melawan Salomo (11:14-28) 4. Nubuat Ahia (11:29-40) 5. Kematian Salomo (11:41-43) b) Perpecahan Kerajaan: Israel dan Yehuda (12:1-22:53)  Hukuman perpecahan kerajaan terjadi



(12;1-24)



 Pemerintahan Yerobeam (Israel)



(12:25-14:20)



 Pemerintahan Yerobeam (Yehuda)



(14:21-31)



 Pemerintahan Abiam (Yehuda)



(15:1-8)



 Pemerintahan Asa (Yehuda)



(15:9-24)



 Pemerintahan Nadab (Israel)



(15:25-31)



 Pemerintahan Baesa (Israel)



(15:32-16:7)



 Pemerintahan Ela (Israel)



(16:8-14)



 Pemerintahan Zimri (Israel)



(16:15-20)



 Pemerintahan Omri (Israel)



(16:21-28)



 Pemerintahan Ahab (Israel)



(16:29-22:40)



 Pemerintahan Yosafat (Yehuda)



(22:41-51)



 Pemerintahan Ahazia (Israel)



(22:52-54)



 Struktur Kitab 1 Raja-raja Menurut Smart Book of Christianity Perjanjian Lama16



16



Lukas Adi, Smart Book of Chrisianity Perjanjian Lama, (Yogyakarta: ANDI, 2015), 40-42



1. Hari-hari Terakhir Daud ( 1 Raj 1:1-2:11) 



Abisag, juru rawat bagi Daud yang sudah tua (1 Raj 1:1-4)







Adonia dan Salomo (1 Raj 1:5-53)







Pesan-pesan Daud terakhir (1 Raj 2:1-9)







Wafatnya seorang raja besar (1 Raj 2:10-11)



2. Salomo: Tahun-tahun penuh kemasyuran ( 1 Raj 2:12-10:29) 



Pemerintahan raja Salomo terbentuk (1 Raj 2:12-46)







Persekutuan dengan Mesir melalui perkawinan (1 Raj 3:1)







Allah menganugrahkan kebajikan dan kekayaan (1 Raj 3:2-28)







Pembenahan perekonomian (1 Raj 4:1-28)







Salomo sang penyair (1 Raj 4:29-34)







Rencana pembangunan yang megah (1 Raj 5:1-7:51)







Peresmian rumah Tuhan (1 Raj 8:1-66)







Janji dan peringatan Tuhan (1 Raj 9:1-9)







Hubungan dengan luar negeri dan masalah tenaga kerja (1 Raj 9:10-28)







Kunjungan kenegaraan ratu negeri Syeba (1 Raj 10:1-13)







Kekayaan raja Salomo (1 Raj 10:14-29)



3. Pertentangan, Pemberontakan, Perpecahan (1 Raj 11:1-12:24) 



Perzinahan dan imoralitas Salomo (1 Raj 11:1-8)







Penghakiman Allah dinyatakan (1 Raj 11:9-13)







Musuh dari luar, Edom (1 Raj 14-25)







Ancaman dari Yerobeam (1 Raj 11:26-40)







Kematian Salomo (1 Raj 11:41-43)







Yerobeam menolak untuk berunding (1 Raj 12:1-15)







Bangsa Isarel menyatakan kemerdekaannya (1 Raj 12:16-24)



4. Dua Negeri Baru- Dua Permulaan yang buruk (1 Raj 12:25-15:24) 



Yerobeam membangun mezbahnya sendiri (1 Raj 25:33)







Ia mendapat peringatan keras (1 Raj 13:1-34)







Kematian Yerobeam dan putranya (14:1-20)







Pemerintahan Rehabeam yang keji atas Yehuda (1 Raj 14:21-31)







Abiam-sama seperti ayahnya (1 Raj 15:1-8)







Asa mengembalikan Yehuda pada jalan yang benar (1 Raj 15:9-24)



5. Israel-sebuah negara berkembang (1 Raj 15:25-16:34) 



Garis keurunan Yerobeam berakhir pada Nadab (1 Raj 15:25-31)







Beasa membawa Israel kedalam dosa (1 Raj 15:32-16:7)







Pemerintahan Ela berakhir dengan adanya kudeta Zimri (1 Raj 16:8-14)







Pemerintahan Omri-makmur tapi jahat (1 Raj 16:15-28)







Memperkenalkan Ahab dan Izebel (1 Raj 16:29-34)



6. Elia-seorang hamba Allah (1 Raj 17:1-19:21) 



Musim kering: Elia diselamtkan (1 Raj 17:1-24)







Obaja mengatur pertemuan (1 Raj 18:1-16)







Duel antara Elia dan nabi-nabi Baal (1 Raj 18:17-40)







Berakhirnya musim kering (1 Raj 18:41-46)







Bagaimana Allah menghadapi hambanya yang tertekan (1 Raj 19:1-18)







Elia berhubungan dengan Elisa (1 Raj 19:19-21)



7. Ahab-seorang penguasa yang lemah dan serakah (1 Raj 20:1-21:29) 



Allah memberi kemenangan kepada Ahab (1 Raj 20:1-34)







Seorang nabi memperingatkan Ahab (1 Raj 20:35-43)







Ahab menipu Nabot (1 Raj 21:1-26)







Ahab bertobat (1 Raj 21:27-29)



8. Peperangan dengan Siria berkelanjutan (1 Raj 22:1-54) 



Ahab meminta bantuan Yehuda (1 Raj 22:1-4)







Nabi-nabi asli dan palsu saling bertentangan (1 Raj 22:5-28)







Mereka pergi berperang (1 Raj 22:29-36)







Ahab terbunuh (1 Raj 22:37-40)







Yosafat- raja Yehuda yang baik (1 Raj 22:41-50)







Ahazia-raja Israel yang jahat (1 Raj 22:51-54)



Keputusan: Penafsir memilih Struktur Kitab 1 Raja-raja menurut Smart Book of Christianity Perjanjian Lama karena isinya lebih jelas, terperinci dan lebih mudah untuk dipahami, serta memuat tentang ayat tafsiran penafsir yaitu kisah tentang Nabi Elia. 2.3.7. Tema-tema Teologis17 1. Pemerintahan teokrasi adalah pemerintahan Allah. Dimana Allah memakai manusia sebagai raja untuk memerintah umat-Nya. Jelas bahwa kunci sukses raja dalam pemerintahannya adalah taat dan setia kepada Allah. Dan kehancuran dua kerajaan Israel karena mereka tidak mendengar dan taat kepada Allah. 2. Allah terus berkarya memenuhi janji-janjiNya, ditengah-tengah kelemahan para raja, Allah terus menyaksikan kesetian-Nya. Raja-raja penuh dengan keterbatasan tetapi Tuhan terus berkarya tanpa batas. Para raja memerintah dalam ketidaksempurnaan, tetapi ketidaksempurnaan itu tidak menghentikan rencana dan janji Allah. 3. Pengangkatan raja adalah sebagai tindak lanjut perwujudan janji Allah kepada Abraham tentang bangsa yang besar. Memang ada faktor dunia tetapi Allah sendiri yang menyetujui keinginan tersebut. Allah semakin memberikan kuasa kepada manusia mewujudkan misi pemerintahannya di dunia. 4. Berbagai cara menentukan pemimpin atau raja Israel. Ada yang hasil keturunan, hasil pemilihan, undian, atau pengunjukan langsung tetapi yang penting dalam teologi adalah kesetiaan orang yang dipilih. Allah bebas memakai cara dalam memilih wakilnya tetapi intinya adalah apakah jabatan itu diyakini pemberian Allah. Dalam menjalankan misi kerajaan maka raja bertanggungjawab kepada Tuhan. Itu sebabnya kepemimpinan raja bersifat teokrasi.



2.4. Analisa Teks



2.4.1. Perbandingan bahasa Penafsir menggunakan LAI (Lembaga Alkitab Indonesia), BDE (Bibel Dohot Ende). NIV (New Inernasional Version), TM (Teks Masorah) Ayat 1 17



Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, 100-101



LAI : yang kulayani BDE : au marhalado di joloNa (aku berdiri di hadapannya) NIV : whom i serve (yang kulayani) TM : ‫ אֲשֶׁ ר צׇ מַ ְד ִתי‬whom i stand artinya yang dihadapan-Nya aku berdiri Keputusan : Yang mendekati TM adalah BDE



Ayat 2: Tidak ada Perubahan signifikan



Ayat 3 LAI : sebelah timur sungai Yordan BDE : di bariba ni Jordan (disebelah sungai Yordan) NIV : east of the Jordan (sebelah timur sungai Yordan) TM : ‫ פְ נֵי הַ י ְַרדֵ ן‬the east of Jordan (di timur sungai Yordan) Keputusan : Yang mendekati TM adalah LAI dan NIV



Ayat 4 LAI : memberi makan engkau disana BDE : marmudu ho disi (menemani/ menjaga engkau disana) NIV : to supply you with food there (untuk menyediakan makanan bagimu disana) TM : ‫ לְ כַלְ כֶׁלְ ך שׇ ם‬to feed you there ( untuk mememberikan makan engkau disana) Keputusan : Yang mendekati TM adalah LAI dan NIV



Ayat 5 LAI : ia pergi dan diam BDE : laho ma ibana tutu jala hundul (lalu ia pergi dan duduk) NIV : he went and stayed (dia pergi dan menetap) TM : ‫ ַו ֵילְֶׁך ַויֵשֶׁ ב‬he went and dwelt ( ia pergi dan tinggal) Keputusan : Yang mendekati TM adalah NIV



Ayat 6 LAI : pada waktu pagi dan petang



BDE : manogotna i dohot bodarina i (pagi hari dan malam harinya) NIV : in the morning and in the evening (di pagi dan malam hari) TM : ‫ בַ בקֶׁ ר וְ בָ ע ֶׇׁרב‬in the morning and in the evening (di pagi dan malam hari) Keputusan : Yang mendekati TM adalah BDE dan NIV



2.4.2. Kritik Aparatus Ayat 1a : Dalam Teks Masorah terdapat kata ‫ הַ ִת ְש ּׅבי‬yang artinya “orang Tisbe”. Dalam kritik Aparatus menurut teks Yunani asli, agar didahulukan di depan kata ό προφήτης yang artinya “nabi itu”, menurut teks Yunani hasil penelitian ulang Origenes, dan sebagainya, dianjurkan oleh peneliti modern, mereka mengusulkan kata ‫ הַ נ ָּׅביא‬yang artinya “nabi itu”. Keputusan : Penafsir menolak usulan Aparatus karena memperkabur makna teks. Ayat 1b : Dalam Teks Masorah terdapat kata ‫ ִמ ִתשָ בֵ י‬yang artinya “dari Tisbe“. Dalam Kritik Aparatus menurut terjemahan Yunani septuaginta mengusulkan kata έκ Θεσβων yang artinya “dari institusi”, anjuran dari peneliti modern mereka mengusulkan kata ‫ ִמ ִת ְשבֵ י‬yang artinya “dari Tisbe” Keputusan : Penafsir menolak usulan Aparatus karena memperkabur makna teks. Ayat 1c : Dalam Teks Masorah terdapa kata ‫ וְ הוָה‬yang artinya “TUHAN”. Dalam Kritik Aparatus menurut teks Yunani LXX hasil penelitian ulang (resencio) Lukianos dari Anthiokia di Siria, mereka mengusulkan menambah kata ό θεός τών δυνάμεων artinya “O Tuhan dari pasukan” Keputusan : Penafsir menolak usulan Aparatus karena memperkabur makna teks. Ayat 1d-d: Dalam Teks Masorah terdapat kata yang artinya ‫“ אֱֹלהֵ י ְש ׇראֵ ל‬Allah Israel”. Dalam Kritik Aparatus kata tersebut tidak ada dalam teks Yunani LXX hasil penelitian ulang (resencio) Lukianos dari Anthiokia di Siria yang mati syahid 312 M. Keputusan : Penafsir menolak usulan Aparatus karena memperkabur makna teks.



Ayat 3a: Dalam Teks Masorah terdapat kata ‫ ּופָנִ יתָ לְ ָך‬yang artinya and “dan berbeloklah kamu”. Dalam Kritik Aparatus kata tersebut tidak ada dalam terjemahan Yunani Septuaginta. Keputusan: Penafsir menolak Kritik Aparatus karena memperkabur makna teks. Ayat 4a: Dalam Teks Masorah terdapat kata ‫תשתָ ה‬ ְ yang artinya “kamu akan minum”. Dalam Kritik Aparatus menurut terjemahan Yunani Septuaginta ditambahkan kata ΰδωρ yang artinya “air” Keputusan : Penafsir menolak Kritik Aparatus karena memperkabur makna teks Ayat 5a: Dalam Teks Masorah terdapat kata ‫ ַו ֵילְֶׁך‬yang artinya “lalu ia pergi”. Dalam Kritik Aparatus kata tersebut tidak ada dalam teks Yunani asli. Keputusan : Penafsir menolak Kritik Aparatus karena karena tidak menyarankan kata yang akan diperbandingkan dengan TM. Ayat 5b: Dalam Teks Masorah terdapat kata ‫ ַו ַיעַש‬yang artinya “dan melakukan”. Dalam Kritik Aparatus tidak ada dalam teks Yunani LXX hasil penelitian ulang (resencio) Lukianos dari Anthiokia di Siria yang mati syahid 312 M. Keputusan : Penafsir menolak Kritik Aparatus karena karena tidak menyarankan kata yang akan diperbandingkan dengan TM. Ayat 6a: Dalam Teks Masorah terdapat kata ‫ ּובָ שָ ר‬yang artinya “dan daging”. Dalam Kritik Aparatus kata tersebut tiada dalam kodeks-kodeks tulisan tangan berbahasa Ibrani menurut B. Konnicott, menurut teks Yunani asli, untuk dicoret. Keputusan : Penafsir menolak Kritik Aparatus karena tidak menyarankan kata yang akan diperbandingkan dengan TM. Ayat 6b: Dalam Teks Masorah tedapat kata ‫ יִ ְשתֶׁ ה‬yang artinya “dia minum”. Dalam Kritik



Aparatus



menurut terjemahan Yunani



Septuaginta



(terjemahan Siria)



ditambahkan kata ΰδωρ yang artinya “air” Keputusan : Penafsir menolak Kritik Aparatus karena memperkabur makna teks.



2.4.3. Terjemahan Akhir Ayat 1: Sekarang Elia, orang Tisbe dari Tisbe di Gilead berkata kepada Ahab: Demi TUHAN yang hidup, Allah Israel yang dihadapan-Nya aku berdiri, tidak akan ada embun atau hujan pada tahun ini kecuali oleh perkataanku. Ayat 2: dan Firman Tuhan datang kepadanya, berkata: Ayat 3: berangkatlah dari sini dan berbelok ke arah timur bersembunyilah dirimu di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan. Ayat 4: dan dari tepi Sungai itu, kamu akan minum dan burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi engkau makan disana. Ayat 5: lalu ia pergi dan melakukan sesuai dengan perkataan TUHAN; ia pergi dan tinggal di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan. Ayat 6: dan burung-burung gagak membawakannya roti dan daging pada pagi hari dan roti dan daging pada malam hari dan ia minum dari tepi sungai itu.



2.5.Tafsiran 2.5.1. Konteks Agama  Pada ayat 1, dapat dilihat bahwa apa yang dilakukan Elia bukan perkara biasa. Dia berhadapan dengan Ahab. Ahab merupakan pribadi yang luar biasa. Penulis mencatat: “Ahab bin Omri melakukan apa jahat di mata Tuhan lebih dari semua orang yang mendahuluinya. Dengan kata lain, Elia harus menyampaikan nubuat kepada orang yang tidak mau tunduk kepada Allah. Elia harus berhadapan dengan orang yang tidak akan mendengar nubuatnya. Lalu, apa artinya berbicara dengan orang begini? Namun demikian, Elia tetap menemui Ahab. Elia menyadari keberadannya dirinya sebagai hamba Allah. Hamba harus tunduk pada perintah tuannya. Dia tidak boleh -dengan alasan apapun- menuruti keinginannya sendiri. Jika ia menuruti keinginannya sendiri, dia telah menjadi hamba dirinya sendiri dan bukan hamba Tuhan lagi. Dalam konteks agama sekarang banyak hamba-hamba Tuhan yang tidak berani memberitakan keberaran Firman Tuhan atau isi hati Tuhan dalam bentuk menegur, memperingatkan yang salah kepada orang-orang kaya atau orang yang berpengaruh dengan alasan takut tidak mendapatkan dukungan, takut kehilangan jabatan, takut mendapat masalah, tidak lagi ada pemasukan dan sebagainya. Mengatakan sesuatu bukan untuk menyenangkan hati



Tuhan tetapi menyenangkan hati manusia. Padahal sebagai hamba Tuhan sudah seharusnya menyampaikan Perintah Tuhan sekalipun dengan mempertaruhkan nyawa sekalipun. 



Ahab melakukan yang lebih jahat dari pendahulu dan lebih menyakitkan dari



pendahulu dan lebih menyakitkan hati Tuhan dari 7 pendahulu sebelumnya. Penyembahan berhala yang merambah ke seluruh Israel, Ahab pun mendirikan kuil Baal-Melqart yang dipuja di Sidon, kerajaan Izebel istrinya. Tambah lagi Allah Ahab mendirikan patung dewi Asyera, dewi alam dan kesuburan. Penyembahan kepada Asyera adalah agar dewi ini memberikan hujan, menyuburkan tanah, dan menghasilkan panen besar. Mengapa Ahab dan bangsa Israel mau menyembah patung Asyera tersebut padahal jelas itu adalah penyembahan terhadap allah lain yang melanggar Hukum Taurat I dan II? Karena bangsa Israel ingin allah yang memberikan mereka kekayaan, kelimpahan, kesuksesan, kesuburan dan penen yang besar. Dalam konteks agama sekarang, banyak gereja / pendeta / orang kristen yang percaya / mengajarkan bahwa orang kristen yang sungguh-sungguh beriman dan mengikut Tuhan, pasti akan kaya/sukses atau harus kaya/sukses. Bahkan ada anggapan bahwa karena Allah itu kaya, maka siapa yang percaya kepada-Nya juga harus menjadi kaya/sukses. Mereka hanya mau yang menikmati yang enak-enak saja Tuhan, hanya ingin berkat dari Tuhan, dan segalanya akan lancar jika mengikut Tuhan. Itu semua dinamakan teologi sukses atau teologi kemakmuran. Mereka hanya menginginkan allah yang sanggup memberi kekayaan, kesuksesan, dan kemakmuran dalam hidup mereka tanpa adanya penderitaan/ kemiskinan. Sebagai orang Kristen, tidak lah salah jika mengharapkan berkat dari Tuhan, tetapi perlu diingat bahwa bukanlah karena mengharapkan berkat itu kita mengikuti Tuhan, tetapi karena pribadi dari Allah sendiri yang kita kasihi. Berkat jasmani yang diberikan Tuhan memang perlu, tetapi hal itu bukanlah yang terutama dan terpenting. Lagi pula, dalam mengikut Tuhan kita juga harus menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Tuhan. Artinya, dalam mengikut Tuhan tidak hanya menikmati yang enak-enak saja tetapi juga siap menderita bagi Dia.  Melihat kejahatan yang diakukan Ahab, Izebel dan bangsa Israel dengan menyembah dewa Baal, dan Patung Asyer, maka Allah tidak berdiam diri. Bila saat itu raja dan rakyat Israel mengharapkan kesuburan dari patung Asyera, justru Allah menghukum dengan tidak ada embun dan hujan selama tiga setengah tahun. Kekeringan pasti terjadi dan selanjutnya bala kelaparan. Hukuman ini menyatakan siapakah Allah sejati yang berkuasa atas alam semesta ini. Memang untuk sementara waktu tampaknya patung Asyera memberikan hasil panen yang luar biasa,



sampai pada zaman Ahab kerajaan Israel cukup besar dan kaya. Tetapi sesuai waktu Tuhan, ia pasti akan membuktikan siapakah yang paling berkuasa atas alam ini. Kenikmatan hidup yang diperoleh di luar Tuhan hanya bisa dinikmati untuk sementara saja. Karena akan tiba waktunya Tuhan menyatakan siapakah sebenarnya sumber dan pemberi berkat bagi manusia di bumi ini. Dalam konteks agama saat ini, tidak sedikit orang Kristen yang akhirnya beralih ke dukun untuk memberi kesembuhan karena dapat memberi kesembuhan secara instan/ cepat. Mereka lebih mempercayai kuasa dukun untuk menyembuhkan dibandingkan dengan kuasa Tuhan. Dan memang dalam waktu singkat, kesembuhan yang diharapkan pun terjadi. Namun kesembuhan dari dukun itu, memiliki dampak yang sangat buruk untuk jangka waktu yang panjang. Seseorang yang memiliki praktek-praktek perdukunan, atau ilmu hitam seperti itu akan memiliki tumbalnya (harta benda, atau nyawanya sendiri). Kenikmatan hidup di luar Tuhan hanya sementara adanya, hanya kenikmatan hidup di dalam Tuhan sajalah yang kekal.



2.5.2. Konteks Kebudayaan Pada ayat 4 dan 6, Tuhan telah memerintahkan burung-burung gagak untuk memberi makan Elia di tepi sungai Kerit dengan membawa roti dan daging kepada Elia di pagi dan petang hari. Adalah sesuatu yang mengherankan bahwa Tuhan menunjuk burung gagaklah yang membawa makanan jasmani (daging dan roti) pada Elia, padahal burung gagak ialah burung pemakan daging. Namun burung gagak-lah yang diperintahkan Tuhan untuk membawa makanan kepada Elia di pagi dan malam hari. Di dalam proses dimana burung gagak membawa makanan pada Elia tentu terdapat kedekatan khusus antara Elia dan burung gagak tersebut. Dalam konteks budaya saat ini, terdapat hubungan khusus antara manusia dan hewan, seperti pada kebudayaan Karo yaitu Si la man Biang yang tidak memakan anjing atau Sembiring Singombak yang tidak memakan anjing. Hal ini dimulai kisah dari pelarian Sembiring Keling (salah satu marga dari Sembiring Siombak) setelah menipu Raja Aceh yaitu dengan mempersembahkan seekor gajah putih padahal sesungguhnya adalah seekor kerbau yang dicat dengan tepung beras. Namun, pada saat mempersembahkannya hujan turun sehingga tepung beras yang melumuri kerbau tersebut luntur sehingga ia harus melarikan diri. Dalam pelariannya ia menemukan jalan buntu dan satu-satunya jalan hanya menyeberangi sungai. Sembiring Keling tersebut tidak dapat berenang sehingga ia bersumpah siapapun yang dapat menolongnya akan



diberi imbalan yang sesuai. Ternyata ada seekor anjing yang menolongnya sehingga ia selamat sampai ke seberang dan dapat meloloskan diri dari kejaran pasukan Raja Aceh. Setelah diselamatkan oleh anjing ia akhirnya bersumpah bahwa ia, saudara-saudara dan keturunannya tidak akan memakan anjing. 2.5.3. Konteks Ekonomi Dengan tampilnya Elia, proses penyataan Allah secara langsung yang tidak terjadi sejak zaman Yosua, kini terjadi kembali. Dengan mengganti penyembahan Jehovah dengan penyembahan Baal di Israel, Izebel telah menantang Allah yang hidup. Jawaban Allah terhadap penyembahan Baal adalah seorang nabi yang perkasa. Elia (Allahku adalah Yahweh atau Jehovah) si orang Tisbi. Tisbi terletak di Gilead di antara Sungai Yarmuk dan Sungai Yabok di Trans-Yordan. Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani. Dengan rumusan perkenalan ini, Elia memberitakan bahwa hukuman akan menimpa Ahab dan Izebel secara khusus, serta negeri Israel. Hukuman itu akan berupa kekeringan sepanjang tiga tahun dan enam bulan.18 Air adalah sumber kehidupan bagi manusia. Oleh karena itu, tentu hukuman tersebut sangat berat yang menyebabkan lumpuhnya pekerjaan bangsa Israel yang mayoritas bertani dan beternak. Bahkan kebutuhan hidup sehari-hari juga akan tidak terpenuhi.



Sehingga bisa



dikatakan bahwa pada masa kekeringan tersebut, satu tetes air lebih berharga dibandingkan dengan sebutir berlian. Semua itu diderita oleh Ahab, Izebel, dan bangsa Israel akibat kesalahan mereka sendiri yang melanggar perintah Tuhan. Dalam konteks ekonomi sekarang, banyak orang yang sangat dirugikan akibat banjir, seperti: (1) menyebarnya berbagai bibit-bibir penyakit; (2) kehilangan harta benda, pertanian, tanaman, atau ladang yang rusak; (3) menimbulkan banyak korban apabila terjadi banjir, (4) fasilitas umum, sarana dan prasarana yang menjadi rusak; (5) sangat kurangnya air karena sebelumnya sudah terkontaminasi dengan banjir; (6) pohon-pohon yang lama terendam banjir akan mati; (7) jumlah wisatawan yang datang ke daerah tersebut akan menurun; (8) pemulihan kembali wilayah bencana membutuhkan waktu yang lama dan (9) mahalnya biaya untuk membangun sarana dan prasarana yang rusak akibat banjir. Semua akibat tersebut tentu akan merusak perekonomian korban banjir tersebut, dan sangat merugikan.Semua hal tersebut disebabkan oleh perbuatan yang dilakukan manusia itu sendiri seperti penebangan hutan secara



18



Wycliffe, Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 1, (Malang: Gandum Mas, 2014), 888-889



liar sehingga tidak ada lagi pohon yang dapat menyerap air membuang sampah sembarangan khususnya yang dibuang di sungai dan di aliran air, dan pembakaran hutan untuk membuka lahan pertanian.



2.5.4. Konteks Politik Pada ayat 5, dimana Elia melakukan seperti yang diperintahkan oleh Allah kepadanya yaitu dengan pergi ke sungai Kerit dan Allah akan memerintahkan burung-burung gagak untuk memberi Elia makan disana. Elia disuruh Tuhan untuk pergi ke tepi sungai Kerit, sungai yang tidak pernah ia temui sebelumnya dan hal menakjubkan lainnya ialah bahwa burung gagak yang diperintahkan Tuhan untuk memberi Elia makan disana. Tetapi Elia tetap taat kepada perintah Tuhan tersebut karena ia sadar bahwa ia hanya seorang hamba yang harus taat kepada perintah Tuhan. Dalam konteks politik sekarang, penafsir melihat bahwa hubungan antara hamba dan tuannya itu seperti hubungan rakyat dengan pemerintah. Karena pemerintah memiliki hukumhukum dan aturan-aturan yang merupakan penjabaran Pancasila dan UUD 1945, seperti Perpu (Peraturan Perundang-undangan) dan Perda (Peraturan Daerah). Setiap hukum dan peraturan tersebut harus ditaati oleh seluruh rakyat Indonesia. Jika ada pihak yang menjadi profokator yang mencoba mengancam keutuhan NKRI dan UUD 1945, maka pemerintah perlu bertindak tegas dengan memberi sanksi dan hukuman terhadap siapa yang tidak menaati UUD 1945 tersebut. Namun pemerintah sendiri juga bisa “digulingkan” dari bangku kepemimpinannya jika ia menyimpang dari hukum dan peraturan tersebut. Hal ini dapat kita lihat melalui peristiwa reformasi tahun 1998 yaitu lengsernya Presiden Soeharto dari dari pimpinannya sebagai presiden.



III.



Refleksi Teologi Setiap perbuatan yang melanggar perintah Tuhan Allah pasti mendapat hukuman,



apalagi jika pelanggaran tersebut berhubungan dengan penyembahan kepada ilah-ilah lain. Hal itulah yang dilakukan oleh Tuhan kepada Ahab, Izebel, dan bangsa Israel dimana mereka telah berpaling kepada penyembahan terhadap Baal. Oleh karena itu Allah sangat murka dan menghukum Ahab, Izebel dan bangsa Israel dan memberi hukuman kepada mereka dengan bencana kekeringan selama tiga tahun enam bulan. Oleh karena itu, kita sebagai umat Tuhan



hendaknya hanya mengabdikan diri dan menyembah Allah saja dan tidak berpaling kepada allahallah lain, sujud menyembah, atau berbakti kepadanya. Apa yang dilakukan Elia bukan perkara biasa. Dia berhadapan dengan Ahab yang adalah raja yang jahat di mata Tuhan. Elia harus menyampaikan nubuat yang dapat membahayakan nyawanya karena bisa saja ia ditangkap dan dibunuh. Namun Elia menaati perintah Tuhan. Elia menyadari keberadannya dirinya sebagai hamba Allah. Hamba harus tunduk pada perintah tuannya. Sebagai umat Tuhan haruslah berani menyampaikan Firman Tuhan, menyatakan kebenaran sekalipun harus mempertaruhkan nyawa sekalipun. Ketaatan Elia terhadap perintah Tuhan memberikan penyediaan jasmani Elia secara luar biasa. Di saat bangsa Israel harus menanggung hukuman kekeringan selama tiga setengah tahun akibat penyembahan berhala, Tuhan memberi persediaan jasmani (daging dan roti) kepada Elia dengan memerintahkan burung-burung gagak untuk memberi dia makan disana. Jadi, ketaatan terhadap perintah Tuhan mendatangkan berkat Tuhan atas diri sendiri dengan cara yang luar biasa. Oleh sebab itu, kita sebagai gereja dan anggota tubuh Kristus hendaknya jangan khawatir akan kebutuhan-kebutuhan jasmani sehari-hari, karena Tuhan akan menyediakan persediaan kebutuhan anak-anak-Nya jika kita menaati perintah Tuhan.



IV.



Kesimpulan Metode penafsiran llmu-ilmu murni adalah metode penafsiran yang melihat konteks yang



terjadi pada masa itu menjelaskan tentang sesuatu hal yang menyangkut kehidupan pada masa kini. Arti nama Raja-raja berasal dari bahasa Ibrani, yaitu “melekhim” dari kata “melek” yang artinya raja. Kanon Ibrani menempatkan Kitab Raja-raja dalam kitab nabi dan kanon Yunani dalam kitab sejarah. Dalam Teks Masorah kitab Raja-raja merupakan satu kesatuan yang utuh. Tetapi dalam septuaginta, dibagi menjadi 1 dan 2 Raja-raja karena isinya kitabnya terlalu panjang. Menurut tradisi Yahudi, penulis Kitab Raja-raja ialah Samuel tetapi menurut pandangan modern berasal dari sumber Deutronomi yang ditulis sekitar tahun 560 SM. Kitab I Raja-raja berisi kata-kata nasihat dan memberikan kata-kata pengharapan bagi Isarel dan Yehuda. Dengan menggunakan metode Penafsiran Ilmu-ilmu murni terhadap 1 Raja-raja 17:1-6, penafsir menyimpulkan bahwa penafsiran dengan metode ini sangat penting karena cerita tentang Elia yang terdapat dalam 1 Raja-raja 17:1-6 tersebut dapat dikaitkan dengan konteks kehidupan pada masa kini yang dapat membuka cakrawala berpikir penafsir. Melalui kisah Elia



dalam 1 Raja-raja 17:1-6 ini, dapat kita pelajari bahwa sebagai umat percaya haruslah berani menyampaikan perintah Tuhan sekalipun dengan mempertaruhkan nyawa, dan juga ketaatan dalam menjalankan perintah Tuhan sehingga kebutuhan hidup kita pun akan dipenuhi oleh Tuhan.



V.



Daftar Pustaka



...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Jakarta: Gandum Mas & LAI, 2008 ....., Ensiklopedia Masa Kini (M-Z), Jakarta: YKBK/OMR, 1995 Bloommendal, J., Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2005 89 Hessegrave, David J., Kontekstualisasi Makna Metode dan Model, Jakarta: BPK-GM, 2006 Hill, Andew E. & John H. Walton, Survey Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2008 323-324 Lasor, W.S., dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2008 Marpaung, Halomoan, Penuntun Memahami Alkitab, Medan: Stella Printing, 2014 S, Lukas Adi, Smart Book Chrisianity, Yogyakarta: Founding Member CBA Indonesia Saragih, Agus Jetron, Kitab Ilahi, Medan: Bina Media Perintis, 2016 Sitompul, A.A., Metode Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2004 Wycliffe, Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 1, Malang: Gandum Mas, 2014