Hikayat Raja Pasai [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Hikayat Raja Pasai Sinopsis Hikayat Raja Pasai terdiri dari tiga bab. Bab I menceritakan tentang peristiwaperistiwa yang diawali sejak sebelum berdirinya kerajaan Samudra Pasai hingga meninggalnya Sultam Malik alMahmud. Bab II menceritakan peristiwaperistiwa di sekitar hubungan antara Tun Beraim Bapa dengan Sultan Ahmad hingga meninggalnya Tun Beraim Bapa. Bab III bercerita tentang Putri Gemerencang dari Majapahit yang jatuh cinta kepada Tun Abdul Jalil hingga runtuhnya Pasai. Hikayat ini diakhiri dengan daftar kerajaankerajaan yang ditaklukkan oleh Majapahit. Dua bersaudara, yaitu Raja Muhammad dan Raja Ahmad, hendak membangun sebuah negeri di Samarlangga. Ketika menebas hutan, Raja Muhammad menemukan seorang anak perempuan yang muncul dari pokok bambu. Anak itu diberi nama Putri Betung. Raja Ahmad mendapat seorang anak lelaki yang dibawa seekor gajah, diberi nama Merah Gajah. Setelah kedua anak itu dewasa, keduanya dikawinkan, dan pasangan ini mempunyai dua orang putra, Merah Silu dan Merah Hasum. Pada suatu hari Merah Gajah melihat sehelai rambut Putri Betung yang berwarna emas. Dia minta agar rambut itu dicabut. Istrinya menolak dan mengingatkan, bila rambut itu dicabut akan terjadi perceraian di antara mereka. Namun Merah Gajah memaksa mencabutnya sehingga keluar darah putih dari kepala Putri Betung, dan wafatlah Putri Betung. Karena peristiwa itu, terjadilah peperangan antara Raja Muhammad dan Raja Ahmad. Banyak prajurit dari kedua pihak tewas, dan akhirnya kedua raja itu pun menemui ajal di peperangan itu. Setelah perang usia, Merah Silu dan Merah Hasum sepakat meninggalkan Samarlangga untuk membuka negeri lain. Mereka berjalan sampai ke Beurana (atau Biruna atau Bieureun). Di hulu sungai, Merah Silu menemukan cacing gelanggelang yang kemudian berubah menjadi emas dan perak setelah direbus. Dengan emas dan perak itu, ia mengupah orang agar menangkap kerbau liar untuk dijinakkan. Hal itu tidak disukai oleh Merah Hasum, maka diusirlah Merah Silu. Setelah berjalan jauh, Merah Silu tiba di Bukit Talang, ibukota sebuah kerajaan yang diperintah oleh Megat Iskandar. Di ibukota itu Merah Silu diperkenankan tinggal. Ia memperkenalkan adu ayam jago. Atraksi ini menarik perhatian banyak orang dari negeri lain hingga mereka berdatangan ke Bukit talang. Megat Iskandar sangat menyukai Merah Silu. Dia bermusyawarah dengan orangorang besar dan sepakat menobatkan Merah Silu menjadi raja mereka. Saudara Megat Iskandar, Malik alNasr, tidak setuju. Terjadilah peperangan di antara keduanya dan Malik alNasr kalah. Tidak lama kemudian Merah Silu membuka negeri di atas tanah tinggi, diberi nama mengikut nama semut besar yang dijumpainya di situ. Dikisahkan pula bahwa menjelang wafat, Nabi Muhammad SAW mewartakan kepada para sahabatnya bahwa di benua bawah angin kelak akan muncul sebuah negeri bernama Samudra. Ketika Samudra Pasai telah berdiri, segera berita itu terdengar di Mekkah. Syarif



Mekkah pun memerintah Syekh Ismail, seorang ulama dan fakir (sufi) terkemuka, agar berlayar ke Samudra bersama pengikutnya untuk mengislamkan raja Samudra Pasai. Dalam pelayaran ke Samudra itu mereka singgah di Mangiri (atau Mengiri), yang sultannya keturunan Abu Bakar Siddiq, sedangkan Abu Bakar Siddiq telah turun tahta menjadi fakir. Abu Bakar Siddiq lalu ikut berlayar ke Samudra bersama Syekh Ismail. Sebelum kapal Syekh Ismail berlabuh di Samudra, Merah Silu bermimpi berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW yang mengajarinya mengucapkan kalimat syahadat dan tata cara salat. Setelah diislamkan, Merah Silu diberi gelar Sultan Malik alSaleh. Setelah itu seluruh rakyat Samudra Pasai berbondongbondong memeluk agama Islam. Setelah itu Malik alSaleh membuka negeri baru, sebuah kota yang strategis sebagai pelabuhan dagang di Selat Malaka, yang diberi nama Pasai, mengikuti nama anjing kesayangannya yang berhasil menangkap seekor pelanduk ajaib ketika negeri baru itu mulai dibuka. Tidak lama setelah itu, Malik alSaleh menikahi putri sultan Perlak yang bernama Putri Ganggang. Dari perkawinan ini lahir seorang anak lelaki, Malik alZahir. Setelah dewasa, Malik alZahir menjadi raja di Pasai, sementara Sultan Malik alSaleh tetap menjadi raja di Samudra hingga mangkat. Sultan Malik alZahir dikaruniai dua orang putra, Sultan Malik alMahmud dan Sultan Malik alMansur. Setelah Sultan Malik alZahir mangkat, Sultan Malik alMahmud menjadi raja di Pasai, sedangkan Sultan Malik alMansur menggantikan Sultan Malik alSaleh sebagai raja di Samudra. Di bawah pemerintahan Sultan Malik alMahmud, Pasai bertambah makmur dan maju. Raja Siam yang mendengar berita itu merasa iri dan marah. Lantas ia membawa tentara lautnya menyerbu Pasai. Karena ketangguhan angkatan laut Pasai, tentara Siam dikalahkan dan dihalau dari perairan Selat Malaka tanpa pernah kembali lagi untuk menyerang Pasai. Setelah penyerangan Siam itu terjadilah serangkaian peristiwa yang mencoreng nama baik kerajaan Pasai dan menyebabkan keruntuhannya. Hal ini bersumber dari ulah penguasa Samudra Pasai sendiri. Pada suatu hari adik Sultan alMansur bertamasya dan melalui depan istana abangnya. Ketika itu Sultan Malik alMahmud sedang bepergian ke pantai. Sebenarnya, menterinya telah berupaya mencegah Sultan Malik alMahmud agar ia tak ke pantai, karena menteri itu tahu bahwa adik Sultan akan melalui depan istana dalam perjalanan tamasyanya. Menteri itu memperoleh firasat akan terjadi peristiwa yang bisa mendatangkan fitnah. Ketika Sultan Malik alMansur melewati jalan di depan istana abangnya, seorang perempuan cantik muncul dari istana. Malik alMansur terpikat pada wanita itu dan sangat birahi. Lantas dengan paksa perempuan itu dibawanya pulang. Mendengar berita itu Malik alMahmud murka dan mencari jalan untuk membalas dendam. Suatu hari ia mengundang sang adik untuk menghadiri sebuah pesta. Dalam pesta itu Malik alMansur dibekuk, dan dipenjarakan di tempat yang jauh terpencil. Menteri yang mendampingi Malik alMansur dipenggal kepalanya dengan kejam. Tidak berapa lama kemudian Sultan Malik alMahmud pun insyaf bahwa perbuatannya keliru. Dia lantas menyuruh Tun Perpatih Tulus Agung menjemput Malik alMansur. Di tengah perjalanan, setelah berziarah ke makam menterinya yang dihukum mati oleh



kakaknya, Malik alMansur jatuh sakit dan menghembuskan nafas terakhirnya di situ. Setelah Sultan Malik alMahmud wafat, tahta kerajaan jatuh ke tangan putranya, yaitu Sultan Ahmad. Sultan ini sangat menyukai wanita dan mengawini wanita kapan saja dia mau. Dia dikaruniai 30 anak. Lima di antaranya seibu sebapak, yaitu Tun Beraim Bapa, Tun Abdul Jalil, Tun Abdul Fadhil, Tun Medan Peria, dan Tun Takiah Dara. Tun Beraim Bapa terkenal karena keperwiraannya dan ketangkasannya di medan perang. Tun Abdul Fadhil sangat alim dan gemar mempelajari ilmu agama. Sedangkan Tun Abdul Jalil seperti ayahnya, gemar mengumbar nafsu. Dua adik mereka, Tun Medan Persia dan Tun Takiah Dara, sangat cantik. Sultan Ahmad sangat birahi kepada dua putrinya itu dan memberitahukan niatnya akan mengawini dua putri kandungnya tersebut. Tun Berahim yang mendengar berita itu segera membawa lari kedua adiknya ke Tukas. Sultan Ahmad murka. Berbagai cara dilakukan Sultan untuk membunuh putra sulungnya itu, namun selalu gagal. Sultan bertambah murka setelah mengetahui bahwa putranya itu bersenda gurau dengan seorang dayangdayang cantik bernama Fatimah Lampau. Pada suatu kesempatan, Sultan Ahmad mengajak Tun Beraim Bapa bertamasya dan memberikan ayapan yang beracun. Karena tidak mau durhaka kepada ayahnya, Tun Beraim Bapa memakan juga ayapan itu walau tahu dua adik perempuannya mati karena santapan yang sama. Dia pun wafat dan jenazahnya dimakamkah di Bukit Fadhillah. Kezaliman Sultan Ahmad tidak berkurang karenanya. Dia nekad membunuh Tun Abdul Jalil hanya karena putranya ini dicintai oleh Putri Gemerencang, anak Raja Majapahit. Ketika Putri Gemerencang tiba di Pasai dan mendengar kematian kekasihnya, dia pun berdoa supaya mati dengan cepat dan kapalnya tenggelam. Terjadilah yang diharapkan itu. Ini menyebabkan Raja Majapahit menyerang Pasai. Karena panglima perangnya yang handal, Tun Beraim Bapa, telah tiada, Pasai pun kalah. Dengan penuh penyesalan Sultan Ahmad melarikan diri ke Menduga. Sesudah dipaparkan cerita tentang adu kerbau antara Majapahit dan Minangkabau, dan kerbau Raja Majapahit kalah melawan Kerbau Putih Ketamanggungan dari Minangkabau, uraian diakhiri dengan daftar negerinegeri Melayu yang ditaklukkan oleh Majapahit.