Hipospadia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERAT HIPOSPADIA



Disusun Oleh: Vania devina 406192027



Pembimbing: dr. Devintha Tiza Ariani, Sp.U



KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RS SUMBER WARAS PERIODE 25 JANUARI 2021 – 20 MARET 2021 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA



LEMBAR PENGESAHAN Nama



: Vania devina



NIM



: 406192027



Fakultas



: Kedokteran



Universitas : Universitas Tarumanagara Tingkat



: Program Pendidikan Profesi Dokter Bidang pendidikan : Ilmu Kesehatan Anak



Periode kepaniteraan klinik : 25 Januari 2021 – 20 Maret 2021 Judul referat



: Hipospadia



Diajukan



: 22 Februari 2022



Pembimbing



: dr. Devintha Tiza Ariani, Sp.U



Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Sumber Waras Jakarta



Penulis



Vania Devina



KATA PENGANTAR



Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Hipospadia”. Dalam meyusun referat ini penulis menggunakan referensi dan jurnal yang terkait. Penulis menyadari referat ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan referat ini. Selama proses penyusunan referat ini penulis menemui berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. dr. Devintha Tiza Ariani, Sp.U selaku pembimbing dalam penulisan referat ini 2. Teman-teman sejawat yang mengikuti kepaniteraan ilmu kesehatan bedah di RS Sumber Waras, Jakarta periode 25 Januari 2021 – 20 Maret 2021 Yang telah memberikan dukungan, masukan, kritik, dan saran dalam penyusunan referat ini. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga referat ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.



Jakarta, 22 Februari 2020



Penulis



BAB I PENDAHULUAN



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Hipospadia merupakan malformasi anatomi kongenital dari genitalia eksternal laki-laki. Hipospadia di karakterisasi dengan perkembangan abnormal lipatan uretral dan kulup ventral penis yang menyebabkan posisi abnormal dari muara uretra yaitu muara uretra terletak tidak pada ujung penis, namun lebih kearah proksimal di sisi ventral penis. Pada hipospadia, meatus muretra eksternal dapat terbentuk dalam berbagai derajat malposisi dan dapat ditemukan keterkaitan dengan kelengkungan penis. Bergantung pada lokasi defek, pasien mungkin mengalami malformasi genitourinaria lainnya.1,2



Gambar 1. Kiri: Hipospadia, tipe penoscrotal. Kelebihan kulup pada bagian dorsal yang kekurangan pada bagian ventral; ventral kordae. Kanan: Hipospadia, tipe midskrotal. Kordae lebih terlihat. Ukuran penis biasanya kecil.3 2.2 Epidemiologi Menurut penelitian terbaru yang dilakukan oleh EUROCAT, total prevalensi hipospadia di Eropa adalah sebanyak 18,6 kasus per 10.000 kelahiran. Insidensi ini stabil selama periode 2001 – 2010. Prevalensi rata-rata hipospadia di seluruh dunia menurut tinjauan literatur



sistematis bervariasi: Eropa 19,9 (1 – 464), Amerika Utara 34,2 (6 – 129,8), Amerika Selatan 5,2 (2.8 – 110), Asia 0,6 – 6,9, Afrika 5,9 (1,9 – 110), dan Australia 17,1 – 34,8.4 Hipospadia terjadi pada 1 dari 300 anak laki-laki. Hormon estrogen dan progesteron yang diberikan pada masa kehamilan diketahui meningkatkan insidensi terjadinya penyakit ini.3 2.3 Embriologi Trias klasik Hipospadia, kulup tertutup pada bagian dorsal, meatus uretra proksimal, dan lengkung penis ventral, timbul dari kelainan perkembangan penis. Stadium awal perkembangan genital mirip untuk kedua jenis kelamin. Pertumbuhan mesenkimal pada membral koakal di permukaan ventral fetus membaginya menjadi 2, membentuk fondasi anal dan perkembangan anatomi genital. Diafragma urogenital terbentuk di bawah tuberkel genital pada saat system anal dan genital memisah pada usia gestasi 7 minggu. Lipatan urogenital dan lipatan labioscrotal yang lebih lateral muncul secara lateral pada membrane



urogenital.5 Gambar 2. (A) hubungan antara tuberkel urogemtal, lipatan urogenital, membrane urogenital, dan pembengkakan labioscrotal pada stadium perkembangan undifferentiated. (B) pada laki-



laki, lipatan urogenital menyatu sementara tuberkel genital memanjang, membentuk penis dan glansnya. Gambar di atas menunjukkan teori invaginasi epithelial pada formasi uretra distal. Lipatan labioscrotal membengkak dan menyatu di garis tengahnya untuk membentuk skrotum. 2.4 Faktor Risiko Patofisiologi hypospadia masih belum diketahui dengan pasti, akan tetapi beberapa teori yang menyatakan tentang penyebab hypospadia antara lain : 



Faktor genetik. Berdasarkan penelitian oleh Alexander 2007, pada keluarga yang memiliki kelainan kelamin (hypospadia), maka resiko yang akan terulang pada saudara laki-laki kurang lebih 7% - 9% resiko hypospadia. Jika orang tua kandung laki-laki memiliki kelainan kelamin (hypospadia) maka resiko yang akan diturunkan kepada anak kandung laki-laki kurang lebih 12% - 14 %.







Faktor hormonal Faktor hormon androgen/estrogen sangat berpengaruh terhadap kejadian hypospadia karena berpengaruh terhadap proses maskulinisasi masa embrional. Terdapat hipotesis tentang pengaruh estrogen terhadap kejadian hypospadia bahwa estrogen sangat berperan dalam pembentukan genital eksterna laki-laki saat embrional. Perubahan kadar estrogen dapat berasal dari.6 



Androgen yaitu perubahan pola makanan yang meningkatkan lemak tubuh.







Sintetis seperti oral kontrasepsi Adanya penurunan hormon androgen yang dihasilkan oleh testis dan placenta.



karena penurunan hormon androgen maka akan menyebabkan penurunan produksi dehidrotestosterone (DHT) yang dipengaruhi oleh 5α reduktase, hormon ini berperan dalam pembentukan phallus (penis) sehingga, jika terjadi defisiensi androgen akan menyebabkan kegagalan perkembangan dan pembentukan uretra (hipospadia).7 Secara umum diketahui bahwa genital eksterna laki-laki dipengaruhi oleh estrogen yang dihasilkan testis primitif. Suatu hipotesis mengemukakan bahwa kekurangan estrogen atau terdapatnya anti-androgen akan mempengaruhi pembentukan genitalia ekterna laki-laki.6







Faktor pencemaran limbah industri Limbah industri berperan sebagai “Endocrin discrupting chemicals” dengan sifat anti-androgenik seperti polychlorobiphenyls, dioxin, furan, peptisida organochlorin, alkilphenol polyethoxsylates dan phtalites.6



2.5 Klasifikasi Klasifikasi hipospadia berubah seiring berjalannya waktu. Klasifikasi yang paling sering digunakan, membagi hipospadia menjadi 3, yaitu: distal, tengah, dan proksimal.1 



Hipospadia distal merupakan jenis yang paling sering ditemukan (60 – 70 %). Jenis ini juga biasa disebut sebagai anterior atau minor dan yang termasuk jenis ini adalah hipospadia glandular dan subkoronal.







Hipospadia tengah batang, atau biasa disebut juga sebagai penis, termasuk hipospadia proksimal, tengah batang dan distal.







Hipospadia posterior termasuk hipospadia penoscrotal, scrotal, dan perineal.



Menurut lokasinya, hipospadia dapat dibagi menjadi:3 1. Glanular, yaitu muara terdapat di proksimal batang penis 2. Coronal, yaitu muara terletak di sulkus coronarius 3. Batang penis 4. Penoscrotal 5. Perineal Tipe hipospadia juga dapat dibedakan menurut lokasi uretra:8 



Subcoronal: ujung uretra terletak di dekat kepala penis







Midshaft: ujung uretra terletak pada batang penis







Penoscrotal: ujung uretra terletak di tempat pertemuan penis dan skrotum.



Pada hipospadia ringan, aliran urin biasanya tidak terpengaruh, namun pada jenis yang lebih berat, meatus mungkin akan menyempit, dan sudut aliran mungkin akan mengarah ke bawah. Pasien dengan angulasi penis yang abnormal mungkin merasakan nyeri saat ereksi,



gangguan fertilitas dengan ejakulasi abnormal, dan pada beberapa kasus kesulitan penetrasi saat berhubungan.3 Hipospadia pada kebanyakkan pasien muncul sebagai malformasi yang terisolasi, namun pada beberapa kasus, hipospadia dapat muncul dengan malformasi genitourinaria. Malformasi tersering yang di asosiasikan dengan hipospadia proksimal adalah kriptorkidisme (8 – 10 % kasus), dan hernia inguinal (9 – 15% kasus). Abnormalitas genitourinara lainnya seperti refluks vesicoureteral, obstruksi jembatan ureteropelviks, ginjal pelvic atau horseshooe, cross renal ectopia, dan agenesis renalis merupakan yang tersering di dapatkan pada kasus hipospadia proksimal namun hanya dapat ditemukan pada sebagian kecil kasus pasien dengan hipospadia distal.3



Gambar 3. Beberapa lokasi meatus uretra pada kasus hipospadia.5



Gambar 4. Jenis – jenis hipospadia. 2.6 Diagnosis Kebanyakkan pasien dengan hipospadia dapat terdiagnosa dengan mudah pada saat lahir (kecuali pada varian megameatus preputium intak). Diagnosa termasuk deskripsi temuan lokal:4 



Posisi, bentuk dan lebar orifisium







Terdapatnya atresia uretra dan pembagian dari korpus spongiosum







Penampilan dari tudung preputium dan skrotum







Ukuran penis







Kelengkungan penis saat ereksi



Pada hipospadia dapat ditemukan tiga kriteria yang terdiri dari meatus uretra yang berlokasi di ventral, lengkung penis kearah ventral, dan kulup yang inkomplit dan bertudung kearah dorsal.5 Selain itu, hipospadia juga dapat ditegakkan dengan melihat tanda dan gejala yang dikeluhkan pasien atau orangtua pasien serta melakukan beberapa pemeriksaan penunjang lainnya. a. Tanda dan Gejala



Meskipun bayi baru lahir dan anak kecil jarang memiliki gejala yang berkaitan dengan hipospadia, anak yang lebih tua dan orang dewasa mungkin mengeluhkan sulitnya mengarahkan pancaran urin dan penyemprotan urin. Kordae (lengkungan dari penis) menyebabkan batang penis menekuk dan membungkuk kearah ventral, yang mana dapat mencegah hubungan seksual. Hipospadia perineum atau penoscrotal memerlukan pasien untuk duduk saat berkemih, dan bentuk hipospadia proksimal ini dapat menyebabkan infertilitas pada orang dewasa.



Gambar 5. Kordae yang menyebabkan batang penis menekuk dan membungkuk.9 Keluhan lain yang dikeluhkan oleh hampir semua pasien adalah penampilan abnormal dari penis (seperti bertudung), yang disebabkan defisiensi atau tidak adanya kulup bagian ventral. Meatus hipospadia mungkin stenosis dan harus diperiksa dengan cermat. Meatotomi harus dilakukan jika terdapat stenosis. Terdapat peningkatan insidensi testis yang tidak turun (undescended testicles) pada anak dengan hipospadia. Pemeriksaan scrotal diperlukan untuk menentukan posisi testis.3 b. Laboratorium, X-Ray , dan Temuan Endoskopi Karena anak-anak dengan hipospadia jenis penoscrotal dan perineal sering memiliki skrotum bifid dan genitalia yang ambigu, apuas bukal dan kariotipe diindikasikan untuk membantu menentukan jenis kelamin genetic pasien. Ureteroskopi dan sistoskopi penting untuk menentukan apakah organ dalam seksual pria tersebut berkembang dengan normal atau tidak. Urografi ekskretori juga diindikasikan pada



pasien-pasien ini untuk mendeteksi anomali kongenital pada ginjal dan ureter, meskipun jarang ditemukan adanya anomaly pada ginjal dan kandung kemih. 3,10 Beberapa penulis merekomendasikan penggunaan urografi ekskretori rutin pada semua pasien dengan hipospadia, namun, pemeriksaan ini mungkin kurang bermanfaat pada hipospadia tipe yang lebih distal, karena tampaknya tidak ada peningkatan insiden anomaly tractus urinarius bagian atas.3 Hipospadia proksimal biasanya di hubungkan dengan malformasi tambahan dari genitourinaria. Intervensi utama yang harus dilakukan adalah melakukan kariotipe, jika terdapat kriptorkidisme pada satu atau kedua testis, untuk mengesampingkan kondisi interseksual. Pada situasi ini, pasien memerlukan USG renal, kandung kemih, dan abdominal untuk mengakses organ dalam dan malformasi yang berhubungan. Anak dengan



kriptokordisme yang berhubungan dengan hipospadia, terutama pada hipospadia proksimal dan testis yang tidak dapat dipalpasi, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk memiliki penyakit pendamping Gangguan Diferensiasi Seksual (DSD) dan perlu menjalani evaluasi menyeluruh termasuk pemeriksaan hormonal, kariotipe, dan USG panggul.3 2.7 Tatalaksana Untuk alas an psikologi, hipospadia harus diperbaiki sebelum pasien menginjak usia sekolah; pada kebanyakkan kasus, hal ini dilakukan sebelum usia 2 tahun. Operasi direkomendasikan untuk dilakukan saat pasien berusia antara 6 – 18 bulan untuk membatasi stress psikologikal dan masalah perilaku yang dapat ditemukan pada pasien yang melakukan operasi pada usia yang lebih tua. Pembedahan yang dilakukan pada usia yang lebih tua di hubungkan dengan komplikasi yang lebih banyak termasuk fistula uretrokutaneus.1,4 Lebih dari 150 metode operasi korektif di deskripsikan untuk hipospadia. Saat ini, perbaikan 1 tahap dengan penutup kulup dan plat uretra yang di insisi dilakukan oleh banyak ahli urologi. Sekarang tampaknya cangkok mukosa bukal lebih menguntungkan daripada metode lain dan harus dianggap sebagai teknik pencangkokan utama bila diindikasikan. Semua jenis perbaikan melibatkan pelurusan penis dengan menghilangkan korde. Pengangkatan korde dapat dipastikan dengan menghasilkan ereksi buatan di ruang operasi



setelah rekonstruksi uretra. Teknik yang paling berhasil untuk memperbaiki hipospadia adalah dengan menggunakan kulit dan kulup local dalam mengembangkan neurouretra. 4 Perbedaan antara prosedur operasi untuk memperbaiki fungsi dan untuk estetik penting untuk pengambilan keputusan terapeutik.4 Indikasi fungsional untuk operasi adalah: 



Meatus yang terletak proksimal (ektopik)







Aliran urin yang menyemprot atau belok kearah ventral







Stenosis meatal







Penis melengkung



Indikasi kosmetik, yang sering dihubungkan dengan psikologi orangtua atau psikologi pasien di masa depan adalah:4 



Meatus yang terletak abnormal







Glans sumbing







Rotasi penis dengan raphe kulit abnormal







Tudung preputial







Transposisi penoscrotal







Skrotum terbelah



Hipospadia pada batang penis dan distal setelah terdiagnosis harus dilakukan evaluasi operasi namun tidak memerlukan pemeriksaan radiologi atau penunjang lainnya, karena pasien ini memiliki risiko yang sama untuk memiliki anomaly renal dengan populasi general. Objektif utama dari koreksi surgical hipospadia adalah untuk meluruskan penis dengan meatus yang memadai untuk memberikan tampilan menyerupai penis yang disunat atau penis dengan kulup dan hasil kosmetik yang baik setelah di perbaiki. Koreksi dengan pembedahan merupakan terapi utama pada kasus hipospadia proksimal. Pada hipospadia proksimal, penoscrotal, dan scrotal dengan korde, pasien biasanya melakukan 2 tingkat pembedahan dengan operasi awal merupakan uretroplasti dan pelurusan penis dengan tabularisasi plat uretral. Pada beberapa kasus, sebelum dilakukan operasi, pasien melakukan terapi sistemik dengan derivative testosterone untuk memperbesar ukuran penis dan mempermudah dilakukannya tabularisasi dan menghindari atau menurunkan risiko terjadinya dehiscence, meskipun belum ada pedoman spesifik pemakaian testosterone.



a. Terapi hormon pre-operatif Terapi hormon pra-operasi dengan aplikasi testosterone secara lokal atau parenteral, dihidrotestosteron atau beta-korionik gonadotropin biasanya terbatas pada pasien dengan hipospadia proksimal, penis yang terlihat kecil, pengurangan lingkar glans penis atau pengurangan plat uretral. Terapi ini menyebabkan pembesaran glans dan batang penis yang signifikan. Pemberian testosterone pra-operasi sering di toleransi dengan baik. Efek samping sementara pada perilaku anak, penampilan rambut kemaluan, peningkatan ereksi dan perdarahan perioperatif telah dilaporkan, tetapi tidak ada efek samping yang terus-menerus terkait dengan stimulasi hormonal yang dilaporkan dalam literatur. Juga tidak ada bukti tentang kemungkinan efek pematangan tulang.4 b. Kelengkungan penis Jika ada, kelengkungan penis biasanya di lepaskan dengan menghilangkan penis (korde kulit) dan dengan eksisi jaringan ikat dari korde pada aspek ventral penis hingga 70%. Plat uretra memiliki jaringan ikat yang mengalami vaskularisasi dengan baik dan tidak menyebabkan kelengkungan pada banyak kasus. Kelengkungan sisa disebabkan oleh disproporsi korporeal dan penis harus diluruskan, sebagian besar menggunakan lipatan garis tengah punggung atau ortoplasti (modifikasi lipatan Nesbit dengan atau tanpa peningkatan bundle neurovascular). Pada kelengkungan yang lebih parah (>45˚), yang sering dikombinasikan dengan plat uretra pendek yang memerlukan transeksi, pemanjangan penis ventral dianjurkan untuk mencegah pemendekan penis. Ini terdiri dari sayatan melintang ventral dari tunika albuginea yang memanjang dari posisi jam 3 sampai jam 9 yang ditambal dengan flap atau cangkok tunika vaginalis, atau dalam beberapa corporotomies ventral pendek tanpa pencangkokan. Setelah pemanjangan ventral, lipatan garis tengah punggung yang lebih pendek biasanya ditambahkan. 4 c. Rekonstruksi uretral



Perbaikan utama hipospadia adalah pelestarian plat uretra yang bervaskularisasi baik dan penggunaannya untuk rekonstruksi uretra telah menjadi praktik standar dalam perbaikan hipospadia. Mobilisasi korpus spongiosum/plat uretra dan uretra bulbar mengurangi kebutuhan transeksi plat uretra.4



d. Rekonstruksi penis setelah pembentukan ne0uretra Setelah pembentukan neo-uretra, prosedur diselesaikan dengan glansplasty dan dengan rekonstruksi kulit penis. Jika kulit untuk melapisi terlalu pendek, Teknik double-face preputium atau peletakkan garis jahitan pada skrotum dilakukan. Pada negara yang tidak melakukan sirkumsisi secara rutin, rekonstruksi preputium tidak perlu dilakukan. Rekonstruksi preputium memiliki risiko komplikasi spesifik namun tidak meningkatkan risiko komplikasi uretroplasty. 4 e. Drainase urin dan wound dressing Urin di drainase secara transurethral (misalnya dripping stent) atau dengan selang suprapubic. Tidak ada drainase setelah perbaikan hipospadia distal adalah pilihan lain. Circular dressing dengan sedikit kompresi, beserta antibiotik profilaksis selama operasi merupakan prosedur yang harus dilakukan. Profilaksis post-operasi setelah perbaikan hipospadia masih kontroversial. Tidak ada konsensus untuk durasi memasang stent dan melakukan dressing.4



Beberapa teknik yang dapat digunakan:12 - Teknik Mathieu: gabungan Teknik Mathieu dengan insisi plat uretra meningkatkan hasil kosmetik dengan menghasilkan “slit-like” meatus dengan insidensi formasi fistula dan stenosis meatal yang lebih rendah daripada teknik TIP untuk manajemen primer hipospadia distal tanpa atau dengan korde minimal. - TIP (tubularized incised plate): TIP merupakan perbaikan yang paling umum digunakan untuk hipospadia tipe distal dan midshaft. Teknik ini merupakan tubularisasi primer plat uretra, dengan insisi dinding posterior plat yang memungkinkannya untuk bergantung ke depan. Pada semua tindakan operasi bedah hypospadia dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Eksisi korde. Teknik untuk tindakan penutupan luka dilakukan dengan menggunakan preputium yang diambil dari bagian dorsal kulit penis. Tahap pertama ini dilakukan pada usia 1,5 – 2 tahun. Eksisi chordee bertujuan untuk meluruskan phallus (penis), akan tetapi meatus masih pada tempatnya yang abnormal.  2. Uretroplasty yang dikerjakan 6 bulan setelah tahap pertama. Tekhnik reparasi ini dilakukan oleh dokter bedah plastik adalah tekhnik modifikasi uretra. Kelebihan jaringan preputium ditransfer dari dorsum penis ke permukaan ventral yang berfungsi menutupi uretra baru.



Gambar 6. Defek triangular ventral.11 2.8 Komplikasi Terdapat beberapa komplikasi akut setelah operasi hipospadia, antara lain: a. Perdarahan dan hematoma Hematoma yang signifikan merupakan bahaya komplikasi yang potensial dan dapat berakhir dengan infeksi dan/atau devaskularisasi flaps dan graft, dan akhirnya berakhir dengan kegagalan prosedur operasi. Insidensi pasti hematoma tidak dilaporkan pada literatur, dengan hanya sedikit kasus yang dilaporkan pada artikel individual. Penyebab yang sering pada kasus perdarahan adalah dari korpus spongiosum yang di reseksi untuk koreksi korde atau trauma korpus cavernosum atau hemostasis inadekuat saat melakukan flap kulit. Perdarahan dapat



di



minimalisasi



dengan



mendiseksi



pada



bagian



yang



tepat.



Mengaplikasikan turniket pada basal penis akan mencegah perdarahan saat operasi. Hematoma dapat dicegah dengan hemostasis yang sangat teliti menggunakan elektrokauter bipolar untuk meminimalisasi nekrosis jaringan. Jahitan yang halus direkomendasikan untuk ligature. Larutan adrenalis (1:100.000) juga membantu untuk hemostasis. Fibrosis (akibat gumpalan residual, penggunaan berlebihan kauter atau ligatur) dapat menyebabkan terbentuknya korde post-operatif. Perdarahan dan hematoma lebih sering terjadi pada orang dewasa daripada grup usia pediatrik karena seringnya ereksi penis. b. Edema



Edema post-operasi mungkin berlebihan dan dapat mengenai penis serta skrotum. Keterlibatan meatus dapat menyebabkan melebarnya aliran urin tetapi jarang bermakna dalam jangka panjang. Insidensi edema yang disebutkan dalam literatur sekitar 11,11%. Edema mungkin dapat diperparah oleh hematoma atau ekstravasasi urin akibat spasme kandung kemih atau pelepasan stent uretra yang tidak sengaja. Edema dapat dicegah dengan penanganan jaringan yang hati-hati, menghindari diskoneksi limfatik (dengan membiarkan pedikel lebar dan meminimalisasi mobilisasi jaringan), penggunaan drainase suction, dressing yang komprehensif, menghindari ambulasi dalam 48 jam pada pasien yang mempertahankan posisi telentang, penyangga skrotum, dan penggunaan obat pengurang edema (anti inflamasi dan sertiopeptidase). Edema tanpa infeksi atau hematoma akan sembuh dengan sendirinya dan tidak menyebabkan kerusakan permanen



dressing mempunyai peran signifikan dalam mencegah terjadinya



edema pasca operasi. Tekanan harus adekuat karena tekanan yang berlebihan



dapat mengganggu suplai darah flap dan kulit yang akan menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan tidak adanya tekanan dapat menyebabkan hematoma, edema, dan infeksi yang akan meningkatkan insiden komplikasi Gambar 7. Edema parah post-operasi.13 c. Infeksi luka Sepsis jarang terjadi, namun infeksi lokal dan ringan dapat terjadi akibat gangguan vaskularisasi, kelembaban, temperature tinggi, dan dekat dengan area yang terkontaminasi. Coliforms dan S.aureus adalah pathogen yang paling sering tumbuh dan sensitive terhadap sefalosporin dan aminoglikosida. Infeksi dapat



menjadi bencana potensial pada bagian yang diperbaiki dan dapat dicegah dengan pembersihan dengan larutan povidone iodine sebelum operasi, penggunaan antibiotik profilaksis, penggunaan larutan antibiotik selama pembedahan, menghindari hematoma, dan aplikasi lokal mercurochrome. Infeksi saluran kencing harus dipantau selama pengobatan. Sepsis harus diobati dengan irigasu,



debridemen, pembukaan jahitan untuk mengeluarkan nanah, antibiotik lokal dan sistemik Infeksi parah dapat menyebabkan gangguan perbaikan dan urin masu ke luka yang terbuka saat anak berkemih. Gambar 8. Dehiscence sempurna akibat hematoma dan infeksi dari gumpalan darah in situ stent uretra dan jaringan tidak sehat.13 d. Dehiscence luka Dehiscence luka merupakan komplikasi yang sangat jarang dan hanya beberapa kasus yang melaporkan komplikasi ini. Infeksi, edema, hematoma, ereksi, suplai darah yang kurang, bahan jahitan yang lemah, tegangan pada garis jahitan, dan pelepasan balutan yang kuat dapat menyebabkan dehiscence luka. Dehiscence luka lebih sering terjadi pada TIP dibandingkan Teknik Mathieu, namun nekrosis flap lebih sering terjadi pada Teknik Mathieu. e. Nekrosis kulit dan flap Devaskularisasi flap atau graft merupakan komplikasi mayor dan insidensi yang dilaporkan mencapai 7%. Nekrosis flap lebih sering terjadi pada perbaikan hipospadia pada orang dewasa dibandingkan anak kecil. Berbagai penyebab devaskularisasi menyebabkan kerusakan suplai vascular saat mengangkat flap,



hematoma, infeksi, spasme vascular dan tekanan balutan yang kuat. Nekrosis mungkin superfisial dan dermal dan sembuh tanpa kerusakan permanen



Gambar 9. Nekrosis kulit penis deng an ketebalan penuh.13 Gambar 10. Hilangnya lapisan superfisial kulit dengan edema ringan dan jaringan granulasi sehat dibawahnya.13 f. Fistula



Fistula sangat sering terjadi dan kadang terbantuk pada tingkatan koronal pada uretroplasty tabularisasi dan pada lokasi anastomosis flap ureteroplasty. Awal mula formasi fistula terjadi pada proses penyembuhan awal setelah perbaikan uretral ventral.



Penyebab fistula masih belum diketahui meskipun sangat



mungkin diakibatkan oleh infeksi lokat, iskemik lokal, dan prosedur inadekuat, penyembuhan jaringan yang kurang baik, dan obstruksi distal akibat stenosis meatal. Fistula kecil mungkin sembuh secara spontan dalam 2-3 minggu diversi urin, jika tidak terdapat stenosis meatal atau inflamasi. Penutupan spontan fistula dilaporkan hingga 30% kasus. g. Torsio penis Deformitas torsio penis mungkin terjadi saat flap/perbaikan selang dilakukan, pedikelvakular digunakan sebagai lapisan kedua jaringan sehat, penutupan flap kulit yang tidak tepat, dan torsi yang tidak terkoreksi terkait dengan hipospadia.hal ini dapat dihindari dengan mobilisasi adekuat dari pedikel vascular/flap hingga akar penis dan penyesuaian flap kulit yang tepat selama penutupan kulit. Torsi