Hubungan Antara Design Thinking [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Hubungan Antara Design Thinking, Konsep Empati, dan Student-centered Learning, serta Keterkaitan Antara Mata Kuliah Design Thinking dengan Mata Kuliah Lain Liza Indah Sari Program Studi Pendidikan IPA, Pendidikan Profesi Guru Prajabatan Universitas Negeri Jakarta Design thinking secara harfiah terdiri dari dua kata: “design” dan “thinking”. Desain berarti kerangka, bentuk, dan desain suatu produk, dan berpikir berarti kemampuan untuk menilai, memeriksa, dan memutuskan. Secara linguistik, design thinking berarti keadaan pikiran



yang



dimiliki



seseorang



ketika



memutuskan,



mempertimbangkan,



atau



menghasilkan sesuatu/produk. Menurut Kelley dan Brown (2018), design thinking adalah pendekatan inovasi yang berpusat pada manusia yang menggunakan alat desainer untuk mengintegrasikan orang, teknologi, dan persyaratan untuk kesuksesan bisnis. Sementara itu, Brown dan Wyatt, (2010) menyatakan bahwa design thinking adalah interaksi yang berpusat pada manusia, proses empati, pemikiran integratif, optimisme (sebagai nilai), eksperimentalisme (dari hati), dan kolaborasi (pemahaman yang mendalam). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Design Thinking adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah yang kompleks dengan solusi sederhana. Oleh karena itu, Design Thinking juga dapat digunakan sebagai pendekatan berpikir baru, yang bertujuan untuk melatih kreativitas sendiri dalam memecahkan masalah situasional dan menanggapi kebutuhan pengguna pada tingkat tertentu. Terdapat lima tahapan design thinking, yaitu: empati, definisi, pembangkitan ide, prototipe, dan pengujian. Fase-fase ini dilakukan sebagai bagian dari proses pembuatan desain produk yang terorganisir dan terencana dengan tujuan untuk memecahkan masalah (Brown dan Barry, 2009). Hal ini memperjelas bahwa pemecahan masalah dalam desain dilakukan dengan pola pikir desainer yang berpusat pada manusia atau manusia untuk produk yang berkelanjutan dan inovatif. Empati merupakan langkah awal dari design thinking. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI:2016) arti kata empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang bisa merasakan keadaan perasan/ pikiran yang sama dengan orang/ kelompok lain. Menurut



Zoll dan Enz (2012), empati dapat dipahami sebagai kemampuan dan kecenderungan seseorang untuk memahami apa yang dipikirkan atau dirasakan orang lain dalam situasi tertentu. Empati juga diartikan sebagai kemampuan untuk memahami perasaan orang/kelompok lain ketika berhadapan dengan situasi tertentu. Pada tahap empati dalam design thinking bertujuan untuk mendapatkan pemahaman terhadap masalah objek dan mencoba menyelesaikan masalah. Empati membantu men-design pemikir untuk mengatur asumsi dari sisi pemikir tentang permasalahan, pemikiran tersebut tentunya akan berlawanan dengan kebutuhan dan keinginan objek. Dalam perannya sebagai suatu pendekatan berpikir, design thinking serta tahapan pertamanya yaitu empati sangat berkaitan erat dengan metode pembelajaran studentcentered learning. Student Center Learning (SCL) adalah metode pembelajaran yang memungkinkan siswa menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran (Westwood, 2008). Bimbingan belajar yang ketat dari pendidik diterjemahkan menjadi pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyesuaikan diri dengan kemampuannya dan merangkul pengalaman belajar secara langsung. Oleh karena dalam pembelajaran SCL adalah model pembelajaran yang berfokus pada siswa/siswa, sehingga peran pengajar hanya sebagai fasilitator dalam proses belajar. Dalam hubungan keterkaitan antarwa design thinking, konsep empati dan studentcentered learning terdapat suatu kerangka utuh yang dapat dibangun. Dalam hal ini pendidik yang berperan sebagai fasilitator pembelajaran dapat memfasilitasi siswa untuk bertanggungjawab penuh atas kegiatan belajarnya sesuai dengan tahapan-tahapan design thinking. Hal ini berarti pendidik akan memandu siswa untuk belajar dan berpikir secara ‘design”, untuk memecahkan suatu masalah dan menghasilkan solusi sederhana. Akan tetapi, agar siswa dapat belajar secara optimal menggunakan metode SCL ini, diperlukan suatu cara untuk menumbuhkan dan menjagaa minat siswa dalam belajar. Di sini lah peran tahapan empati diperlukan. Mengawali kegiatan pembelajaran dengan terlebih dahulu membangun empati pada siswa akan membuat siswa memahami orang/kelompok yang mengalami permasalahan yang akan mereka pecahkan. Dengan demikian siswa akan merasa perlu mempelajari cara memecahkan masalah tersebut karena mereka memahai perasaan orang lain.



Dalam hal hubungan Antara design thinking dengan mata kuliah lain, tentu sangat berkaitan. Karena design thinking dapat dipandang sebagai suatu pendekatan pembelajaran maka design thinking berkaitan dengan mata kuliah filosofi pendidikan, pemahaman peserta didik serta perencanaan pembelajaran dan asesmen yang efektif. Keterkaitan Antara design thinking dengan filosofi pendidikan adalah berbanding lurus. Dalam filosofi pendidikan ditekankan bahwa pendidikan adalah upaya untuk membimbing siswa agar berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya. Selain itu, pendidikan hendaknya dapat memperhalus rasa termasuk diantaranya perasaan dalam memahami orang lain. Melalui design thinking, sejatinya siswa dapat dilatih untuk berempati terhadap orang lain. Kemudian, karena peran pendidik adalah sebagai fasilitator dalam memandu siswa mendesign pemikirannya, maka pendidik pun memerlukan pemahaman yang baik terhadap siswanya. Terakhir, sebagai suatu pendekatan,pembelajaran design thinking diperlukan kemampuan pendidik untuk merencanakan pembelajaran dan mengolah asesmen yng baik, berkesesuaian serta berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan agar hasil pembelajaran yang diperoleh oleh siswa dapat optimal dan tertanam dengan kokoh.