Hubungan Struktur Kimia Obat Terhadap Obat-Obat Kardiovaskuler [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas Kuliah Kimia Medisinal (Hubungan Struktur Kimia Obat Terhadap Obat-Obat Kardiovaskuler)



Disusun oleh Kelompok IV :



Nada Soraya Mahmud



(515 18 011 275)



Esnawati



(513 18 011 031)



Nurhayani



(515 18 011 278)



Yuda Inda Yani



(515 18 011 116)



Sri Wahyuni



(513 18 011 016)



Yakob Darwis



(515 18 011 287)



Maryanti



(514 17 011 310)



Delfia Ariany



(505 18 011 146)



Wahyuni Marlinda



(



)



JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PANCASAKTI MAKASSAR 2018 i



KATA PENGANTAR



Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok ini yang berjudul “Hubungan Struktur Kimia Obat Terhadap Obat-Obat Kardiovaskuler”. Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.



Makassar, 26 Desember 2018



Penulis



Kelompok IV



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……………………………………………………………… ...................................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. ...................................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………... 1 A. Latar Belakang ……………………………………………………………... 1 B. Rumusan Masalh ………………………………………………………….. 2 C. Tujuan ……………………………………………………………………… 2



BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………….3 A. Kardiovaskuler……………………………………………………………… 3 B. Kardiotonik………………………………………………………………….. 3 C. Obat Antiaritmia……………………………………………………………. 7 D. Obat Antihipertensi…………………………………………………………. 9 E. Obat Antiangina…………………………………………………………… 16 F. Vasodilator ………………………………………………………………… 19 G. Obat Antilipemik………………………………………………………….. ........................................................................... Error! Bookmark not defined.1 BAB III PENUTUP……………………………………………………………….. ...................................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.



iii



A. Kesimpulan…………………………………………………………………. ............................................................................. Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA



iv



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Nama lain dari Kimia Farmasi adalah Kimia medisinal (Medical Chemistry), Farmakokimia



(Pharmacochemistry),



dan



Kimia



Terapi



(Therapeutique



Chemistry). Studi kimiawi suatu senyawa obat memberikan efek menguntungkan dalam sistem kehidupan yang melibatkan studi hubungan struktur kimia senyawa dengan aktivitas biologis serta mekanisme cara kerja senyawa pada sistem biologis dalam usaha mendapatkan efek samping yang tidak menguntungkan. Kimia Farmasi atau Kimia Medisinal adalah Ilmu kimia yang mempelajari bahan-bahan yang digunakan sebagai obat mencakup struktur, modifikasi struktur, sifat kimia fisika obat yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan mekanisme kerja obat. Selain itu ilmu kimia farmasi juga menetapkan hubungan struktur kimia dan aktivitas biologis, menghubungkan perilaku biodamik melalui sifat fisika dan reaktivitas kimia senyawa obat, serta mempelajari identifikasi dan analisis obat-obatan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Kardiovaskuler adalah penyakit yang berhubungan dengan fungsi jantung (cardiac) dan sistem peredaran darah (vaskular). Penyakit ini disebabkan karena adanya penyumbatan dan penyempitan pembuluh arteri koroner oleh penumpukan zat-zat lemak (kolesterol, trigliserida) dibawah lapisan terdalam (endotelium) dari dinding pembuluh nadi (aterosklerosis). Sistem kardiovaskuler terdiri dari 3 bagian yang saling mempengaruhi yaitu jantung (untuk memompa), pembuluh darah (mengedarkan/mengendalikan), dan darah (menyimpan dan mengatur). Interaksi antara ketiganya dibawah kendali sistem saraf dan hormon untuk mempertahankan keseimbangan dinamis oksigen dalam sel.



1



Obat kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang mempengaruhi dan memperbaiki sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) baik secara langsung maupun tidak langsung.



A. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang di maksud dengan kardiovaskoler ? 2. Apa yang di maksud dengan obat-obat kardiovaskular ? 3. Apa yang di maksud dengan kardiotonik ? 4. Apa yang di maksud dengan obat antiaritmia ? 5. Apa yang di maksud dengan obat antihipertensi ? 6. Apa yang di maksud dengan Obat antiangina 7. Apa yang di maksud dengan vasodilator dan penggolongannya ? 8. Apa yang di maksud dengan Obat antilipemik B. TUJUAN 1. Untuk mengetahui apa itu kardiovaskoler ? 2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja obat-obat kardiovaskular ? 3. Untuk mengetahui dan memahami apa yang di maksud dengan kardiotonik 4. Untuk mengetahui Apa saja penggolongan obat antiaritmia ? 5. Untuk mengetahui Apa saja penggolongan obat antihipertensi ? 6. Untuk mengetahui Apa itu Obat antiangina 7. Untuk mengetahui dan memahami apa yang di maksud dengan Apa yang di maksud dengan vasodilator dan penggolongannya ? 8. Untuk mengetahui apa itu Obat antilipemik ?



2



BAB II PEMBAHASAN A. KARDIOVASKULER Obat kardiovaskuler adalah senyawa yang digunakan untuk mencegah atau mengobati penyakit kardiovaskuler (jantung). Penyakit ini menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian dibanyak negara. Di Amerika Serikat, 51% kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Untuk pengobatan penyakit buluh jantung dapat digunakan kardiotonik, obat antiaritmia, obat anthihipertensi atau diuretika. Untuk pengobatan beberapa penyakit buluh darah dapat dilakukan dengan cara pembedahan dan diberikan vasodilator, obat antihipertensi, obat untuk anterosklerosis atau antilipemik, obat antiangina dan antikoagulan. Berdasarkan efek farmakologisnya obat kardiovaskular dibagi menjadi enam kelompok yaitu kardiotonik, obat antiaritmia, obat antihipertensi, obat antiangina, vasodilator dan antilipemik.



B. KARDIOTONIK Kardiotonik adalah obat yang dapat meningkatan kekuatan kontraksi jantung dan menunjukkan efek penting pada eksitabilitas, automatisitas dan kecepatan konduksi jantung. Kardiotonik terutama digunakan untuk pengobatan payah jantung kongestif, fibrilasi dan denyut atrial serta pengobatan takikardia atrial paroksismal. Pada pengobatan takiaritmia atau kegagalan ventrikular akut, sebagai obat pilihan adalah ouabain dan deslanatosid C karena mempunyai awal kerja cepat dan dapat diberikan secara intravena. Untuk keadaan yang kurang akut atau kronik diberikan daun digitalis atau digitoksin secara oral karena mempunyai masa kerja yang panjang. Digoksin mempunyai awal kerja dan masa kerja yang moderat. Indeks terapetik obat kardiotonik relatif sama, mempunyai batas keamanan yang sempit, dosis pengobatan ± 50 - 60 % dosis toksik. Penggunaan jangka panjang glikosida jantung menimbulkan intoksikasi digitalis dengan gejala awal penurunan nafsu makan, salivasi, mual, muntah dan diare. Efek samping umum adalah timbulnya hipokalemi. Ada 3 hipotesis tentang mekanisme kerja glikosida jantung yaitu : 1. Senyawa obat mempengaruhi pergerakan ion Na dan K dalam melewati membrane miokardial sehingga sel kehilangan ion K; 2. Senyawa obat bekerja secara langsung pada protein kontraktil, yaitu pada aktin dan miosin dari miokardial; 3. Senyawa obat meningkatkan kadar ion Ca dalam sel dengan melepaskan kation tersebut dari tempat ikatannya dan meningkatkan pemasukan ion melalui membrane sel.



3



Glikosida kardiotonik dapat menghambat Na+, K+-ATP-ase, suatu enzim yang bertanggungjawab untuk memelihara ketidakseimbangan distribusi ion Na dan K dalam melewati membran sel. Kadar ion Na lebih besar di luar sel sedang kadar ion K lebih besar di dalam sel. Perubahan depolarisasi permeabilitas membran sel miokardial diikuti pergerakan secara cepat ion Na ke dalam sel melalui difusi sel dan pergerakan ion K ke luar sel. Pergerakan ini bersifat terpulihkan dan disebutproses “pompa sodium” yang dikatalisisoleh enzim Na+, K+-ATP-ase dan membutuhkan energi yang diperoleh dari hidrolisis ATP menjadi ADP. Penghambatan enzim Na+, K+-ATP-Ase menyebabkan efek inotropik positif sehingga kadar aktivator ion Ca meningkat. Struktur glikosida jantung terdiri dari komponen karbohidrat (gula) yang mengandung tiga atau empat monosakarida dan steroid (genin atau aglikon) yang mengandung cincin lakton dan terikat pada C-17. Gula yang terdapat pada glikosa jantung antara lain adalah β- D-digitoksosa, β-D-glukosa, β-L-ramnosa dan β-Dsimarosa. Sebagai aglikon antara lain adalah kardenolida, seperti digitoksigenin, digoksigenin, gitoksigenin, ouabagenin atau strofantidin, dan bufadienolida, seperti bufalin. Struktur molekul digitoksin, digoksigenin, gitoksigenin, oubagenin, strofantidin, dan bufadenolida ditampilkan pada Gambar 4.19.



Gambar 4.19. Struktur molekul aglikon Untuk aktivitas kardiotonik, bagian struktur glikosida jantung yang berperan adalah : 1. α,β-lakton tidak jenuh pada posisi 17β; 2. gugus 14β-hidroksi; 3. konfigurasi cis diantara cincin A dan B serta C dan D.



4



Gugus gula meskipun kurang penting tetapi berperan dalam mengatur aktivitas glikosida jantung. Setelah mengetahui tentang mekanisme kerja dan struktur molekul glikosida jantung, selanjutnya pembahasan kita lanjutkan tentang pengelompokan obat kardiotonik. Obat kardiotonik dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: 1. Turunan Kardenolida (Butenolida) Contoh senyawa obat glikosida jantung yang termasuk dalam kelompok turunan kardenolida adalah serbuk daun digitalis, digitoksin, digoksin, b-metildigoksin (Lanitop), lanatosid C, deslanatosid C, dan ouabain. Untuk meningkatkan pemahaman Anda, berikut uraian lebih lanjut tentang Digitoksin dan Digoksin.



a. Digitoksin, didapat dari Digitalis lananta dan Digitalis purpurea. Digitoksin digunakan untuk pengobatan payah jantung kongestif dan takiaritmia supraventrikuler. Absorpsi obat dalam saluran cerna cukup baik, 90% terikat oleh protein plasma. Didalam tubuh, digitoksin mengalami siklus enterohepatik sehingga masa kerjanya sangat panjang dengan waktu paro 4 – 6 hari. b. Digoksin, didapat dari Digitalis lanata dan digunakan untuk pengobatan payah jantung kongestif, sering dikombinasi dengan diuretik dan pengobatan takiaritmia supraventrikular. Absorpsi obat dalam saluran cerna cukup baik, 20 – 30% terikat oleh protein plasma, dan 50 – 75% diekskresikan dalam bentuk tak berubah melalui urine. Mula kerja obat cepat dengan masa kerja yang relative singkat. Batas keamanannya sempit dan toksisitasnya tinggi sehingga penggunaannya harus dikontrol secara ketat



Gambar 4.20. Struktur molekul Digitoksin dan Digoksin



5



2. Perangsang β-adrenoseptor Contoh senyawa obat glikosida jantung yang termasuk dalam kelompok perangsang β- adrenoseptor adalah salbutamol, dobutamin HCl, dopamin HCl, oksifedrin, dan terbutalin sulfat. Oksifedrin, merupakan agonis parsial β-adrenergik, dapat menimbulkan efek vasodilatasi koroner dan inotropik positif. Senyawa ini mempunyai modal kerja yang\ khas sebagai dasar pengobatan penyakit jantung iskemik, yaitu memperbaiki mikrosirkulasi miokardial, fungsi ventrikular kiri dan mengurangi konsumsi oksigen. Oksifedrin digunakan sebagai antiagina dan pengobatan gangguan koroner. Struktur molekul Oksifedrin ditampilkan pada Gambar 4.21.



Gambar 4.21. Struktur molekul Oksifedrin 3. Penghambat enzim fosfodiesterase Contoh senyawa obat glikosida jantung yang termasuk dalam kelompok penghambat enzim fosfodiesterase adalah amrinon laktat, sulmazol, dan teofilin. a. Amrinon laktat, merupakan vasodilator inotropik yang kuat. Amrinon digunakan untuk pengobatan payah jantung kongestif kronik berat dan payah jantung akut yang disebabkan oleh kegagalan jantung. Pada pemberian secara oral, amrinon mempunyai masa kerja ± 6 jam. Pemakaian jangka panjang mempunyai efek sampaing cukup berat, seperti gangguan saluran cerna, trombositopenia, hipotensi dan menurunnya fungsi hati. Struktur molekul Amrinon ditampilkan pada Gambar 4.22.



Gambar 4.22. Struktur molekul Amrinon



6



b. Salmazol, mempunyai efek inotropik positif dan vasodilator. Salmazol sangat baik untuk pengobatan payah jantung kongestif karena reaksi sampingnya lebih ringan. Struktur molekul Salmazol ditampilkan pada Gambar 4.23.



Gambar 4.23. Struktur molekul Salmazol



C. OBAT ANTIARITMIA Obat antiaritmia adalah senyawa yang digunakan untuk memperbaiki atau memodifikasi irama jantung sehingga menjadi normal. Aritmia jantung di sebabkan oleh kelainan pembentukan rangsangan elektrik dan gangguan konduksi rangsangan melalui miokardium. Kerja obat antiaritmia adalah dengan memodifikasi secara langsung ataupun tidak langsung makromolekul yang mengontrol aliran ion transmembran miokardial. Pengelompokan obat kardiovaskular dari kelompok obat antiaritmia dapat didasarkan pada (1) kegunaan, (2) tipe kerja obatnya, dan (3) pengaruh pada potensial kerja jantung. Berdasarkan kegunaannya obat antiaritmia dibagi menjadi dua kelompok yaitu : 1. Senyawa yang digunakan untuk pengobatan takiaritmia, contoh : glikosida digitalis, disopiramid, prokainamid, kuinidin, lidokain, verapamil, β-bloker, bretilium, penghambat kolinesterase dan vasokonstriktor. 2. Senyawa yang digunakan untuk pengobatan bradiaritmia, contoh : atropin dan isoproterenol.



Berdasarkan tipe kerjanya obat antiaritmia dibagi menjadi dua kelompok yaitu : 1. Obat yang berstruktur khas, yaitu obat yang bekerja dengan membentuk kompleks dengan reseptor, contoh : β-bloker. 1. Obat yang berstruktur tidak khas, yaitu obat yang bekerja dengan cara berkumpul pada daerah tertentu membran sel miokardial, menyebabkan peningkatan tekanan permukaan dalam membran dan menghambat fungsi biologis komponen membrane normal, contoh : kuinidin dan prokainamid.



7



Berdasarkan pengaruh pada potensial kerja jantung, obat aritmia dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu: 1. Obat yang menstabilkan membran Obat yang menstabilkan membran adalah senyawa yang berstruktur tidak khas, bekerja dengan cara berkumpul pada daerah tertentu membran sel miokardial, menyebabkan peningkatan tekanan permukaan dalam membran dan menghambat fungsi biologis komponen membran normal. Contoh : glikosida digitalis, disopiramid fosfat, prokainamid HCl, kuinidin sulfat (Lihat Gambar 4.24).



Gambar 4.24. Struktur molekul Prokainamid, Lidokain, Disopiramid, Kuinidin, dan Prajmalium 2.



2.



Senyawa pemblok β-adrenergik β-bloker menimbulkan efek antiaritmia dengan jalan memblok βadrenoseptor jantung sehingga menghambat respon katekolamin pada miokardial. Pada dosis besar β-bloker menimbulkan efek stabilisasi membran. Efek pertama yang dihasilkan adalah menekan automatisitas, mengurangi kecepatan jantung dan kontraksi miokardial, dan memperpanjang waktu konduksi atrioventrikular. Pada umumnya β-bloker lebih banyak digunakan sebagai antiangina dan anti hipertensi. Contoh : asebutolol, alprenolol, atenolol, karteolol, propanolo.



Obat yang memperpanjang potensial kerja Golongan ini menimbulkan efek antiaritmia dengan cara : a. Menekan sinus atrial dan fungsi atrioventrikular nodal dengan meningkatkan waktu konduksi sinoatrial dan waktu rekoveri sinus nodal; b. Menimbulkan periode refraktori atrial; c. Memperlambat konduksi atrioventrikular nodal. Contoh : amiodaron dan bretilium tosilat (Lihat Gambar 4.25)



8



Gambar 4.25. Struktur molekul Amiodaron dan Bretilium 3.



Antagonis kalsium selektif Golongan ini menimbulkan efek antiaritmia dengan cara memblok pengangkutan atau aliran ion kalsium melalui membran sel miokardial sehingga kadar kalsium dalam sel otot polos vaskular koroner dan perifer berkurang. Pada umumnya antagonis kalsium selektif digunakan sebagai antiangina. Contoh : diltiazem HCl, Felodipin, nikardipin, nifedipin, amlodipin, verapamil.



D. OBAT ANTIHIPERTENSI Obat antihipertensi adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan hipertensi,suatu kondisi dimana tekanan sistol lebih besar dari 160 mm Hg atau tekanan diastol lebih besar dari 95 mm Hg. Ada dua tipe hipertensi yaitu hipertensi esensial (primer) dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial diderita oleh ± 10% populasi dunia dan ini ± 80% dari total hipertensi. Dari penderita hipertensi tersebut, ± 60% dapat berkembang menjadi penyakit jantung koroner, payah jantung kongestif, strok dan payah ginjal. Kemungkinan penyebab hipertensi esensial antara lain adalah adanya gangguan pada etiologi saraf, hormon, elektrolit, dinding buluh darah dan faktor genetik. Hipertensi esensial lebih sering terjadi pada wanita di banding pria. Karakteristik hipertensi esensial adalah pada tekanan diastol. Pengomtrolan hipertensi esensial dapat dilakukan dengan pencapaian berat badan yang ideal, diet dengan mengurangi konsumsi garam, alkohol dan lemak, menghindari merokok, olahraga dan modifikasi behavior.



9







Hipertensi sekunder dibagi menjadi empat kelompok yaitu hipertensi renal, neurogenik, endokrin dan kardiovaskular.







Hipertensi renal adalah penyebab umum dari hipertensi sekunder. Renin, suatu enzim proteolitik ginjal, sesudah dikeluarkan dari tempat penyimpanan bekerja pada globulin darah yaitu angiotensinogen, menghasilkan angiotensin I, suatu dekapeptida yang tidak mempunyai efek presor, dan oleh angiotensin converting enzyme ( ACE ) diubah menjadi angiotensin II, suatu oktapeptida dengan efek vasopresor yang kuat. Peredaran angiotensin II menyebabkan secara langsung kontriksi arteriola, menghasilkan secara cepat kenaikan tekanan darah. Angiotensin II melepaskan asam aspartat menghasilkan heptapeptida angoitensin III, yang dapat merangsang pengeluaran aldosteron, suatu hormon yang menyebabkan retensi Na, sehingga volume cairan luar sel meningkat dan terjadi kenaikan tekanan darah.







Hipertensi neurogenik disebabkan oleh kerusakan pusat vasomotor sehingga terjadi peningkatan tekanan cairan serebrospinal.







Hipertensi endokrin disebabkan oleh kerusakan kelenjar endokrin.







Hipertensi kardiovaskular disebabkan oleh penyempitan aorta dan pengobatanbiasanya dengan pembedahan. Beberapa obat telah tersedia untuk pengobatan hipertensi, terutama tipe esensial, dengan maksud untuk menurunkan tekanan darah sampai menjadi normal kembali atau kalau tidak memungkinkan sampai pada tingkat yang dapat ditoleransi oleh penderita. Efek samping obat antihipertensi antara lain kelesuan, kelemahan dan hipotensi. Secara garis besar obat antihipertensi dibagi menjadi lima kelompok sebagai berikut : 1. Senyawa penekan simpatetik a. Senyawa dengan efek sentral, contoh : klonidin HCl, guanfasin HCl b. Senyawa dengan efek sentral dan perifer, contoh : serbuk Rauwolfiserpentina, reserpin c. Senyawa pemblok transmisi saraf efektor, contoh : bretilium toksilat, guanetidin monosulfat d. Senyawa pemblok β-adrenergik, contoh : asebutolol, atenolo, metropolol tartrat



10



Senyawa pemblok α-adrenergik, contoh : doksazosin mesilat, prazosin HCl f. Senyawa penghambat monoamin oksidase, contoh : pargilin HC Vasodilator dengan efek langsung a. Vasodilator arteri, contoh : hidralazin, dihidralazin sulfat dan minoksidil b. vasodilator vena dan aeteriola, contoh : natrium nitroprusida Antagonis angiotensin (penghambat angiotensin-converting enzyme = Penghambat ACE) Contoh : kaptopril, enalapril maleat, lisinopril dihidrat Antagonis kalsium selektif Contoh : diltiazem HCl, felodipin, nikardipin, nifedipin Diuretika Contoh : hidroklortiazid, klortalidon e.



2.



3.



4. 5.



Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat antihipertensi dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: 1. Antihipertensi yang mekanisme kerjanya pada saraf Dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu : a. Senyawa dengan efek sentral Bekerja sebagai antihipertensi dengan merangsang pusat adrenoreseptor pada pusat vasomotor medula dan menyebabkan hambatan tonus simpatetik sehingga terjadi penurunan tekanan darah Contoh : Klonidin HCl, guanfasin HCl (Gambar 4.26).



Gambar 4.26. Struktur molekul Klonidin dan Guanfasin b. Senyawa dengan efek sentral dan perifer Terutama bekerja dengan cara mengosongkan katekolamin, norefinefrindan serotonin dari tempat penyimpanan pada saraf perifer dan pusat simpatetik. Contoh : reserpin (Gambar 4.27.).



11



Gambar 4.27. Struktur molekul reserpine c. Senyawa yang memblok transmisi saraf efektor Bekerja dengan mengosongkan norepinefrin dari tempat penyimpanan perifer, terjadi pemblok aktivitas adrenergik pada adrenoreseptor buluh darah, yang menghasilkan penurunan tekanan darah. Contoh : bretilium tosilat, debrisokuin sulfat, guanetidin monosulfat (Gambar 4.28).



Gambar 4.28. Struktur molekul Guanetidin dan Debrisokuin d. Senyawa penghambat monoamin oksidase Efektif untuk menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik tanpa menimbulkan efek depresi. Penghambat enzim monoamin oksidase akan menurunkan metabolisme katekolamin dalam saraf dan hati, terjadi penimbunan oktopamin, suatu transmiter dengan efek presor yang lebih rendah dibandingkan norepinefrin.Contoh : pargilin HCl (Gambar 4.29).



Gambar 4.29. Struktur molekul Pargilin dan Oktopamin



12



2. Antihipertensi yang mekanisme kerjanya pada vaskular Dibagi dalam lima kelompok, yaitu: a. Senyawa pemblok β-adrenergik Mekanisme kerja antihipertensinya disebabkan oleh antagonis kompetitif dengan katekolamin pada β-adrenoseptor khas, terjadi pemblokan efek rangsangan β-reseptor sehingga mengurangi daya tahan vaskular perifer dan menyebabkan penurunan tekanan darah. Contoh : asebutolol, atenolol, metoprolol, pindolol b. Senyawa pemblok α-adrenergik Mekanisme kerja antihipertensi α-bloker disebabkan oleh antagonis kompetitif dengan katekolamin pada α-adrenoseptor khas, terjadi pemblokan efek rangsangan α-reseptor dan penurunan daya tahan (menimbulkan vasodilatasi) vaskular perifer, sehingga tekanan darah menurun. Struktur kimia golongan ini sangat bervariasi, salah satu yang banyak digunakan sebagai antihipertensi adalah turunan kuinazolin Contoh : doksazosin mesilat, prozasin HCl, terazosin Struktur umum senyawa pemblok α-adrenergik ditampilkan pada Gambar 4.30.



Gambar 4.30. Struktur umum molekul senyawa pemblok α-adrenergik



13



Struktur beberapa senyawa turunan kuinazolin yakni Bunazosin, Terazosin, Prazosin, dan Doksazosin ditampilkan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Struktur senyawa turunan kuinazolin R CH2CH2CH3



Nama Obat



Dosis/hari



Bunazosin



1,5 – 5 mg



Terazosin



1-2 mg



Prazosin



1-3 mg



Doksazosin



1-2 mg



c. Vasodilator arteri Mekanisme kerjanya adalah secara langsung mengadakan relaksasi otot polos arteriola sehingga terjadi vasodilatasi buluh arteri perifer yang menyebabkan penurunan tekanan darah. Contoh : hidralazin HCl, dihidralazin sulfat d. Vasodilator vena dan arteriola Mekanisme kerjanya adalah secara langsung mengadakan relaksasi otot polos vena dan arteriola sehingga terjadi vasodilatasi buluh vena dan arteri perifer yang menyebabkan penurunan tekanan darah. Contoh : natrium nitroprusida e. Antagonis kalsium selektif Bekerja secara selektif pada otot polos vaskular, yaitu menurunkan tonus otot polos arteriola sehingga terjadi vasodilatasi buluh arteri perifer yang menyebabkan penurunan tekanan darah. Contoh : diltiazem, felodipin, nikardipin, nifedipin, verapamil.



14



3. Antihipertensi yang mekanisme kerjanya pada humoral Mekanisme antihipertensi pada humoral berhubungan dengan kerja obat sebagai antagonis angiotensin. Resin bekerja pada globulin darah yaitu pada angiotensinogen, menghasilkan angiotensin I, yang oleh angiotensin converting enzyme (ACE) diubah menjadi angiotensin II. Peredaran angiotensin II menyebabkan secara langsung konstriksi arteriola, menghasilkan secara cepat kenaikan tekanan darah. Angiotensin II dapat merangsang pengeluaran aldosteron, suatu hormon yang menimbulkan retensi Na, sehingga terjadi peningkatan volume cairan ekstra sel dan menyebabkan kenaikan tekanan darah. Senyawa antihipertensi yang bekerja pada humoral berdasarkan mekanisme kerjanya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu senyawa penghambat ACE dan antagonis reseptor angiotensin II. a. Senyawa penghambat ACE Senyawa penghambat ACE seperti kaptopril, enalapril, lisinopril merupakan antihipertensi yang kuat dengan efek samping relatif ringan, seperti kelesuan, sakit kepala, diare, batuk dan mual Kaptopril mengandung gugus SH yang dapat berinteraksi membentuk kelat dengan ion Zn dalam tempat aktif ACE, terjadi hambatan secara kompetitif ACE sehingga peredaran angiotensin II dan kadar aldosteron menurun. Akibatnya, tidak terjadi vasokonstriksi dan retensi Na, sehingga tekanan darah menurun. Mekanisme yang lain dari senyawa penghambat ACE adalah menghambat pemecahan bradikinin menjadi fragmen tidak aktif, sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat, menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah. Hubungan struktur-aktivitas senyawa penghambat ACE Model tempat aktif pada ACE ditunjukkan oleh adanya : 1. Ion Zn++ yang dapat membentuk kompleks dengan ligan dengan gugus sulhidril (SH) dari kaptopril, gugus karboksi dari enalapril, lisinopril, perindopril, ramipril, delapril, imidapril serta gugus fosforus dari fosinopril. 2. Gugus yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan gugus karbonil 3. Gugus yang bermuatan positif yang terikat melalui ikatan ion dengan gugus karboksilat yang bermuatan negatif Gugus karboksi yang membentuk kompleks dengan Zn++ dapat berupa karboksilat bebas (lisinopril), tetapi pada umumnya dalam bentuk ester etil (enalapril, perindopril, ramipril, delapril, imidapril) untuk memperpanjang masa kerja obat. Bentuk ester adalah pra-obat, dalam tubuh akan terhidrolisis menjadi bentuk asam yang aktif. Gugus-gugus lain pada umumnya untuk meningkatkan lipofilitas senyawa, sehingga distribusi obat dalam tubuh menjadi lebih baik.



15



b. Senyawa antagonis reseptor AT1 angiotensin II Kelompok obat ini merupakan obat antihipertensi baru yang bekerja secara selektif sebagai antagonis reseptor AT1 angiotensin II, dengan memblok sumber atau jalur sintesis angiotensin II, menurunkan kadar rennin, angiotensin II dan aldosteron dalam plasma, sehingga terjadi penurunan tekana darah. Obat tidak bekerja sebagai penghambat ACE, dan tidak mempengaruhi kecepatan konstraksi jantung. Contoh : losartan, irbestan, kandesartan, valdastran Struktur obat antihipertensi yang bekerja sebagai antagonis reseptor angiotensin II E. OBAT ANTIANGINA Obat antiangina adalah senyawa yang digunakan utnuk pencegahan dan pengobatan gejala angina pektoris, suatu keadaan dengan rasa nyeri hebat di dada, yang disebabkan ketidakseimbangan antara persediaan dan permintaan oksigen pada miokardial. Ada dua tipe obat angina yaitu : 1. Angina kalsik, biasanya terjadi pada waktu olahraga dan emosi, sangat serupa dengan keadaan yang ditimbulkan oleh iskemia miokardial sementara. 2. Angina varian, biasanya terjadi pada waktu istirahat, disebabkan oleh pengurangaan episodik pemasokan oksigen miokardial karena spasma arteri koroner. Selain pengobatan dengan obat antiangina, untuk mengurangi faktor resiko penyakit jantung koroner pada penderita dianjurkan untuk : 1. Tidak merokok, dengan demikian menghindari efek samping dari nikotin dan karbon monoksida, selain menghilangkan salah satu faktor yang dapat mempercepat timbulnya ateroskleorosis; 2. Mengurangi berat badan, pada kasus penderita yang kegemukan; 3. Melakukan olahraga fisik secara teratur; 4. Menghindari aktivitas fisik atau kejadian tgang yang dapat mempercepat serangan angina, misal : olahraga verat sesudah makan, mengangkat terlalu berat dan ledakan emosi. Untuk mencegah atau meringankan serangan akut angina digunakan turunan nitrat (sublingual), sedang untuk pencegahan jangka panjang digunakan turunan nitrat (oaral dan setempat), β-bloker dan antagonis kalsium. Obat di atas dapat mengurangi kebutuhan oksigen jantung dan meningkatan pemasokan oksigen miokardial. Obat antiangina dibagi menjadi tiga kelompok yaitu turunan nitrat dan nitrit, β-bloker dan antagonis kalsium membran.



16



Obat antiangina dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: 1. Turunan Nitrat dan Nitrit Digunakan terutama untuk mencegah dan meringankan serangan angina, baik tipe klasik maupun varian. Sebagai vasodilator umum turunan ini dapat menurunkan kebutuhan oksigen mikardial dan menunjukkan efek pada peredaran sistemik. Turunan ini juga digunakan pada payah jantung kongestif dan untuk pengobatan syok. Efek samping antara alin lesu, sakit kepala dan hipotensi. 2. Senyawa Pemblok β-Adrenergik Obat pemblok β-adrenergik (β-bloker) dapat mengikat secara terpulihkan β-reseptor yang terdapat pada jantung, arteri dan arteriola otot rangka, bronki, hati, ginjal dan lain-lain jaringan. Yang berhubungan dengan aktivitas terhadap jantung adalah reseptor β1. Pemblokan reseptor β1 dapat menurunkan kecepatan jantung, kontraksi miokardial, keluaran dan tekanan darah, sehingga kebutuhan oksigen miokardial berkurang dan nyeri iskemik dapat dihilangkan. Β-bloker efektif untuk meringankan angina klasik, sedang terhadap angina varian efeknya tidak teratur. Pada pengobatan jangka panjang, βbloker dapat menurunkan kematian akibat serangan jantung akut Efek samping yang ditimbulkan oleh β-bloker antara lain mual, diare, kelesuan dan kelelahan. Efek samping pada kardiovaskular antara lain adalah payah jantung kongestif, bradikardia, hipotensi, pemblokan jantung dan parestesia. Berdasarkan keselektifan terhadap jantung β-bloker dibagi menjadi dua kelompok, yaitu a. Selektif memblok reseptor β1, contoh : asebutolol, atenolol, dan metoprolol tartrat b. Bekerja memblok reseptor β1 dan β2, contoh : alprenolol, karteolol, propanolol, nadolol. 3. Antagonis Kalsium Membran Menghambat secara selektif pemasukan ion kalsium luar sel ke dalam membran sel miokardial, melalui saluran membran. Golongan ini efektif untuk pengobatan angina pectoris karena stress dan angina varian. Beberapa diantaranya juga digunakan untuk pengobatan aritmia jantung tertentu dan hipertensi. Pada angina klasik golongan ini dapat mengurangi kebutuhan oksigen miokardial, meskipun demikian turunan nitrat dan β-bloker tetap merupakan obat pilihan utama. Pada angina varian, obat golongan ini dapat meringankan gejala dengan memperbesar pasokan oksigen miokardial dan efeknya lebih baik dibandingkan β-bloker..



17



Efek samping yang ditimbulkan antara lain takikardia atau bradikardia, sakit kepala, lesu, lelah, mual, pusing, hipotensi, kram kaki, gangguan lambung dan reaksi dermatologis. Mekanisme kerja antagonis kalsium Antagonis kalsium membran dapat menimbulkan efek oleh interaksinya dengan reseptor khas. Kerja utamanya adalah menghambat pemasukan ion kalsium luar sel, melalui saluran membran kalsium ke dalam sel. Karena ion kalsium mempunyai peran penting dalam memelihara fungsi jantung dan jaringan otot polos vaskular. Pengurangan kadar kalsium dalam sel jantung dan sel otot polos vaskular koroner akan menyebabkan vasodilatasi jaringan tersebut. Akibatnya terjadi penurunan kecepatan jantung, penurunan kontraksi miokardial dan melambatnya konduksi atrioventrikuler. Mekanisme kerja yang lain adalah menghalangi secara selektif penyebab vasokonstriksi, dengan merangsang postsinaptik reseptor β2 dalam buluh vaskular atau secara langsung menunjukkan efeknya pada jaringan miokardial. Berdasarkan struktur kimianya, antagonis kalsium membran dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu : a. Turunan alkilarilamin Contoh : diltiazem HCl dan bensiklan hidrogen fumarat b. Turunan Fenildihidropiridin Contoh : felodipin, nikardipin, nifedipin Hubungan struktur dan aktivitas Bagian struktur yang penting untuk aktivitas adalah : 1. Cincin dihidropiridin 2. Atom N sekunder dalam cincin yang tidak bermuatan pada pH fidiologis 3. Substituen yang meruah, misalnya gugus fenil, pada posisi 4 cincin heterosiklik. Gugus nitro dan ester kurang penting untuk aktivitas Struktur turunan fenil dihidropiridin dapat dilihat pada….. a. Turunan piperazin Contoh : sinarizin dan flunarizin b. Turunan Verapamil Contoh : verapamil HCl, tiapamil



18



Hubungan struktur-aktivitas 1. Bagian struktur yang penting untuk aktivitas dari turunan verapamil adalah kedua cincin benzen, meskipun dapat diganti dengan cincin heteroaromatik, seperti pada faliamil, dan gugus amino tersier yang bermuatan pada pH fisiologis. 2. Gugus isopropil dan substituen pada cincin aromatik kurang penting untuk aktivitas, meskipun posisi pada cincin dapat mempengaruhi potensi. Posisi subsituen pada cincin kiri mempengaruhi potensi secara bermakna, sedangkan pada cincin kanan tidak berpengaruh. Pada cincin kiri, substituen pada posisi meta memberikan aktivitas terbaik, sedang substituen pada posisi para akan menurunkan aktivitas karena memberikan pengaruh halangan ruang pada proses interaksi obat-reseptor. 3. Bentuk isomer optik levo lebih aktif dibandingkan isomer dekstro



F. VASODILATOR Vasodilator adalah senyawa yang dapat menyebabkan vasodilatasi buluh darah. Efeknya ditunjukkan terutama pada buluh darah jantung atau pada bagian tertentu system vaskular. Mekanisme kerja vasodilator Vasodilator bekerja dengan menurunkan tonus otot polos vaskular sehingga terjadi dilatasi arteri dan vena. Obat vasodilator dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu 1. Vasodilator perifer Digunakan untuk pengobatan payah jantung kongestif kronik yang sulit disembuhkan, dengan cara mengembangkan funsi miokardial tanpa meningkatkan kebutuhan energi. Beberapa diantaranya digunakan sebagai obat antiangina. Berdasarkan lama pengobatan vasodilator koroner dibagi menjadi dua, yaitu : a. Untuk pengobatan jangka pendek, contoh : salbutamol, gliseril trinitral, natrium nitroprusida b. Untuk pengobatan jangka panjang, contoh : kaptopril, diltiazem, enalapril, isosorbid dinitrat, verapamil HCl



19



2. Vasodilator sistemik Vasodilator sistemik atau vasodilator umum adalah senyawa yang dapat menimbulkan efek vasodilatasi pada semua bagian sistem pembuluh darah. Contoh : amil nitril, flunarizin, pindolol 3. Vasodilator perifer dan serebral Obat golongan ini dapat menimbulkan dilatasi buluh darah kulit dan otak. Walaupun melalui mekanisme kerja yang berbeda, senyawa dapat mengurangi tonus otot polos vaskular sehingga meningkatkan aliran darah perifer dan serebral. Vasodilator perifer digunakan untuk pengobatan penyakit vaskular perifer, seperti kelainan vasospatik dan penyakit vaskuler perifer kronik, seperti atesklerosis obliterans. Vasodilator serebral digunakan untuk pengobatan gangguan serebral kardiovaskular. Pada dosis besar, obat golongan ini menimbulkan hipotensi postural. Mekanisme kerja Obat golongan ini menimbulkan dilatasi perifer dan serebral melalui beberapa mekanisme sebagai berikut : a. Pemblokan α-adrenoseptor yang terdapat pada buluh darah anggota badan dan otak, contoh : ergot alkaloida mesilat, hidroergotoksin metansulfonat, nisergolin dan raubasin b. Merangsang β-adrenoseptor yang terdapat pada otot rangka, contoh : isoksuprin c. Efek langsung pada otot polos vaskular, contoh : papaverin dan turunannya, niasin, prazosin d. Mekanisme lain-lain Contoh vasodilator perifer dan serebral yang lain adalah bensiklan hidrogen fumarat, buflomedil HCl, kaptopril, sinarizin, flunarizin, reserpin. Berdasarkan penggunaannya dapat dibedakan 3 kelompok vasodilator yaitu : 1. Obat obat hipertensi : ((di)hidralasin dan minoksidil) 2. Vasodilator koroner ( obat angina pectoris) : nitrat dan nitrit 3. Vasodilator perifer (obat gangguan sirkulasi) : buflomedil pentoxifilin, extrac ginko bilabo, siklandelat, isoksuprin, dan turunan nikotinat Semua vasodilator menimulkan efek samping yang bertalian dengan vasodilatasi yakni: 1. Turunnya tekanan darah (hipotensi), pusing dan nyeri kepala berdenyut denyut. Efek 1. hipotensi dari obat obat hipertensi dapat diperkuat. 2. Tachycardia reflektoris (frekuensi jantung naik akibat aksi balasan) dengan gejala debar jantung (palpitasi), perasaan panas dimuka (flushing) dan gatal gatal



20



3. Gangguan lambung usus seperti mual dan muntah muntah. Guna mengurangi efek yang tak diinginkan ini vasodilator sebaiknya diminum pada waktu sesudah makan.



G. OBAT ANTILIPEMIK Obat antilipemik digunakan untuk pengobatan aterosklerosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh endapan plasma lipid, terutama ester kolesterol, yang terlokalisasi pada dinding arteri membentuk plaque aretomateus atau ateroma, suatu karakteristik luka pada aterosklerosis. Ateroskleorisis dapat menyebabkan penyakit jantung koroner faktor-faktor yang dapat meningkatkan aterosklerosis antara lain adalah hipertensi, merokok, kurang gerak badan, diabetes melitus, kegemukan, alkohol, keturunan dan hiperlipidemia. Diaognosis hiperlipidemia berdasarkan pada adanya ketidaknormalan lipoprotein yang khas. Karena lipoprotein berbeda pada komposisi, ukuran, muatan elektrik dan kerapatan maka dapat dipisahkan dengan elektoforesis, sentrifungeultra atau pengendapan kimia. Lipoprotein dibagi menjadi lima kelompok besar yaitu : 1. Chylomicrons 2. Very low density lipoproteins ( VLDL = pra- β-lipoprotein ) 3. intermediate density lipoproteins ( IDL = broad β-lipoprotein ) 4. low density lipoproteins ( LDL = β-lipoprotein ) 5. high density lipoproteins ( HDL = α-lipoprotein ). Kelebihan chylomicrons, VLDL, IDL dan LDI dapat menimbulkan beberapa tipe hiperlipoproteinemia, sebagai dasar timbulnya ateroklerosis. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, ada lima klasifikasi (tipe) hiperlipoproteinemia, yaitu: 1. Tipe I : hyperchylomicronemia, ditandai dengan adanya chylomicron dengan kadar VLDL normal atau sedikit meningkat. 2. Tipe IIa : hiper β-lipoproteinemia, ditandai dengan meningkatnya kadar LDL. Tipe IIb : ditandai dengan meningkatnya kadar VLDL. 3. Tipe III : pola Floating/Broad β, ditandai dengan adanya VLDL dan peningkatan kadar kolesterol floating β atau β- VLDL secara tidak normal. 4. Tipe IV : hiper pra-β-lipoproteinemia, ditandai dengan meningkatnya kadar VLDL dan tidak adanya chylomicron. 5. Tipe V : hiper pra-β-lipoproteinemia dan hyperchylomicronemia, ditandai dengan meningkatkan kadar VLDL dan adanya clylomicron.



21



Pengobatan hiperlipoproteinemia lebih baik ditekankan pada diet yang rendah lemak dan kolesterol, karena pada banyak kasus diet tersebut akan menurunkan berat badan dan dapat mengontrol semua tipe hiperlipoproteinemia. Disini obat antilipemik diberikan hanya sebagai penunjang pengobatan, dan yang perlu diperhatikan bahwa efek diet dan obat adalah saling menambah adiktif. Mekanisme kerja obat antilipemik Secara teoritis obat antilipemik kemungkinan mempunyai satu atau lebih dari mekanisme kerja berikut ini : 1. menghambat biosintetis kolesterol atau prekusornya 2. menurunkan kadar trigliserida dan menghambat mobilisasi lemak, dengan cara : a. menghambat aktifitas enzim trigliserida lipase sehingga menurunkan kecepatan hidrolisis trigliserida. b. Memblok kerja hormon pelepas asam lemak bebas c. Menghambat pengikatan asam lemak bebas pada albumin 3. Menurunkan tingkat β-lipoprotein dan pra- β-lipoprotein 4. Menghilangkan plaque 5. Mempercepat ekskresi lipid dan menghambat absorbsi kolesterol. Berdasarkan perbedaaan struktur kimia obat antilipemik dibagi menjadi lima kelompok, yaitu: 1. Turunan Asam Klofibrat Turunan asam klofibrat terutama menimbulkan efek hipotrigliseridemia. Mekanisme kerjanya belum begitu jelas, kemungkinannya adalah menghambat sintesis trigliserida hepatik sehingga menurunkan produksi trigliserida atau meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase sehingga meningkatkan kecepatan pengeluaran lipoprotein serum yang kaya trigliserida. Contoh : klofibrat, bezafibrat, simfibrat, fenofibrat, gemfibrozil 2. Asam Nikotinat dan turunannya Turunan asam nikotinat dapat menghambat lipolisis jaringan adiposa sehingga menurunkan aliran asam lemak bebas ke hati, kecepatan biosintesis trigliserida dan menurunkan sintesis serta sekresi VLDL. Mekanisme yang lain adalah secara langsung menghambat biosintesis VLDL hati, menghambat biosintesis kolesterol hati, meningkatkan katabolisme kolesterol atau VLDL sehingga meningkatkan pembebasan chylomicron dan VLDL. Contoh : niasin, asipimoks dan DL-α-tokoferilnikotinat 3. Kopolimer Kopolimer tidak diabsorpsi dalam saluran cerna, dapat mengikat asam empedu dalama usus kecil dan mencegah absorpsi kembali asam tersebut dari peredaran enterohepatik, akibatnya kecepatan biosintesis hepatik asam empedu dari kolesterol meningkat sehingga kadar lemak sterol (kolesterol) menjadi turun. 22



Contoh : resin kolestiramin, kolestipol 4. Serat Serat adalah senyawa dengan berat molekul tinggi, digunakan sebagai antihiperlipidemia karena mempunyai sifat melarutkan asam empedu dan sterol netral pada saluran usus. Contoh : selulosa, dekstran, pektin dan lesitin kedelai 5. Penghambat HMG-CoA Reduktase Lovastatin dan senyawa analognya seperti simvastatin dan mevastatin adalah praobat, dalam tubuh segera terhidrolisis menghasilkan senyawa aktif yang dapat menghambat secara bersaing HMG-CoA (hidroksimetilglutaril-CoA) reduktase, enzim yang mengkatalisis perubahan HMG-CoA menjadi asam mevalonat, salah satu tahap penting dalam jalur sintesis kolesterol (gambar 25). Hambatan enzim menyebabkan peningkatan densitas reseptor LDL dalam sel hati sehingga terjadi penurunan kadar kolesterol, jumlah LDL-kolesterol, dan trigliserida.



23



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Obat kardiovaskuler adalah senyawa yang digunakan untuk mencegah atau mengobati penyakit kardiovaskuler (jantung). Berdasarkan efek farmakologisnya obat kardiovaskular dibagi menjadi enam kelompok yaitu kardiotonik, obat antiaritmia, obat antihipertensi, obat antiangina, vasodilator dan antilipemik. Kardiotonik adalah obat yang dapat meningkatan kekuatan kontraksi jantung dan menunjukkan efek penting pada eksitabilitas, automatisitas dan kecepatan konduksi jantung. Kardiotonik terutama digunakan untuk pengobatan payah jantung kongestif, fibrilasi dan denyut atrial serta pengobatan takikardia atrial paroksismal. Obat antiaritmia adalah senyawa yang digunakan untuk memperbaiki atau memodifikasi irama jantung sehingga menjadi normal. Aritmia jantung di sebabkan oleh kelainan pembentukan rangsangan elektrik dan gangguan konduksi rangsangan melalui miokardium. Kerja obat antiaritmia adalah dengan memodifikasi secara langsung ataupun tidak langsung makromolekul yang mengontrol aliran ion transmembran miokardial. Obat antihipertensi adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan hipertensi, suatu kondisi dimana tekanan sistol lebih besar dari 160 mm Hg atau tekanan diastole lebih besar dari 95 mm Hg. Obat antiangina adalah senyawa yang digunakan utnuk pencegahan dan pengobatan gejala angina pektoris, suatu keadaan dengan rasa nyeri hebat di dada, yang disebabkan ketidakseimbangan antara persediaan dan permintaan oksigen pada miokardial. Vasodilator adalah senyawa yang dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah. Obat antilipemik digunakan untuk pengobatan aterosklerosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh endapan plasma lipid, terutama ester kolesterol, yang terlokalisasi pada dinding arteri membentuk plaque aretomateus atau ateroma, suatu karakteristik luka pada aterosklerosis. Ateroskleorisis dapat menyebabkan penyakit jantung coroner faktor-faktor yang dapat meningkatkan aterosklerosis antara lain adalah hipertensi, merokok, kurang gerak badan, diabetes melitus, kegemukan, alkohol, keturunan dan hyperlipidemia.



24



DAFTAR PUSTAKA



Patrick, Graham. (1995). An Introduction To Medicinal Chemistry. New York: Oxford University Press. Siswandono. Soekarjo,B. (2000) Kimia Medisinal Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press Beale, JM. Block,JH. (2011). Wilson and Gisvold’s Textbook Of Organic Medicinal and Pharmaceutical Industry. USA: Lippincott Williams and Wilkins Tan, HT. Rahardja,K. (2007). Obat-obat Penting, Edisi 5. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo



1