14 0 3 MB
SKRIPSI
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN
Oleh: BELLA ASTRIKA DIO YOLANDA NIM: 201302011
PRODI KEPERAWATAN STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2017
SKRIPSI
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN
Diajukan untuk memenuhi Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh: BELLA ASTRIKA DIO YOLANDA NIM: 201302011
PRODI KEPERAWATAN STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2017
ii
iii
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
ALHAMDULILLAH.....ALHAMDULILAH...ALHAMDULILAH........ Dengan segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan atas dukungan dan doa dari orang-orang tercinta. Akhirnya skripsi ini selesai. Dengan baik dan tepat waktunya. Oleh karena itu atas rasa syukur saya ucapkan terimakasi kepada : Kedua orang tua saya Bapak Suparman dan Ibu Lesmiati yang telah memberikan dukungan dan do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya. Dengan do’a yang terucap dari orang tua, ucapan terimakasih saja tidak akan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cintaku kepada kedua orang tuaku. Kepada semua dosen Prodi S1 Keperawatan khususnya dosen pembimbing Bpk, Kuswanto, S.Kep.,Ns., M.Kes dan Ibu Mega Arianti P, S.Kep.,Ns.,M.Kep serta Dewan Penguji Ibu Dian Anisia W, S.Kep.,Ns.,M.Kep terimakasih banyak telah membimbing dengan sabar dan telaten sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Keluargaku adek. pipit,sandra,nina,vera,diva mbah kasiem, mbak nik, hariyono terimakasih sudah memberikan doa, dukungan, motivasi serta semangat di saat saya sudah lelah dengan skripsi ini. Dan untuk Mochammad Ridho Setiawan terimakasih sudah menemani saya di semester awal sampai akhir ini, sudah memberikan do’a, dukungan, motivasi, perhatian, dan trimakasih selalu sabar menunggu saya, sabar menghadapi sifat yang kadang suka marah ini. Semoga kebaikanmu selalu di ridho’i oleh Allah dan semoga lelah mu menjadi berkah. untuk teman-temanku Fitri dwi, Listiyana W, Restiana S, Aluen Ajeng, Risqi S, Denok, dan teman-teman seangkatan kelas A dan B. terimakasi untuk semangat, dukungan, selama ini trimakasih sebesar”nya untuk kalian. semoga kita bisa sukses sama-sama. amiin........ terimakasi untuk kalian semua , akhir kata saya persembahkan sekripsi ini untuk kalian. semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna untuk kemajuan pengetahuan di masa depan. amiin. v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Bella Astrika Dio Yolanda
Jeniskelamin
: Perempuan
TempatdanTanggalLahir
: Madiun, 03 Maret 1995
Agama
: Islam
Alamat
: Ds. Sukolilo, Jalan Jeruk Rt 20 Rw 05 Kec. Jiwan, Kab. Madiun
Email
: [email protected]
Riwayat Pendidikan
: -TK Dharma Wanita Sukolilo 01 - SDN 01 Mangunharjo Madiun - SMP 9 MADIUN - SMAN 01 Jiwan Madiun
vii
ABSTRAK HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN Bella Astrika Dio Yolanda 201302011 125 halaman + 12 tabel + 4 gambar + 19 lampiran Perasaan cemas merupakan dampak hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Peran orang tua diperlukan guna meminimalkan penyebab cemas dengan mengurangi dampak perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol dan meminimalkan rasa takut terhadap rasa nyeri (Wong 2005). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan peran orang tua dengan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kota Madiun. Rancangan penelitian ini corelations dengan pendekatan cross sectional. Populasi sejumlah 31 responden. Sampel yang digunakan sejumlah 31 responden. Sampling yang digunakan adalah total sampling. Variabel independen adalah peran orang tua dan variabel dependen adalah tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi. Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner dan uji statistik Spearman Rank dengan a = 0,05. Hasil penelitian diketahui bahwa peran orang tua dengan tingkat kecemasan tertinggi adalah peran orang tua baik dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak 10 responden (71%) dan diketahui bahwa yang terendah adalah peran orang tua kurang dengan tingkat berat sbanyak 3 responden (75%). Hasil p value 0,000 < 0,05, sehingga Ha diterima, arah hubungan dari r hitung = -0,064 yaitu negatif. Yang berarti semakin tinggi peran orang tua maka semakin rendah tingkat kecemasan yang dialami oleh anak yang mengalami hospitalisasi. Dari hasil tersebut maka dapat disarankan agar orang tua hendaknya selalu mendampingi anak ketika sedang menjalani hospitalisasi di rumah sakit. Peran orang tua sangat penting dalam meminimalkan cemas anak akibat hospitalisasi. Kata Kunci : Peran Orang Tua, Tingkat Kecemasan, Anak Prasekolah
viii
ABSTRACT Bella Astrika Dio Yolanda 201302011
CORRELATION BETWEEN PARENT ROLES TO ANXIETYLEVELAT PRE SCHOOL (3-6 YEAR) AGE CHILDREN WHO GET HOSPITALIZATIONAT REGION PUBLIC HOSPITALOF MADIUN 125 pages, 12 Tables, 4 pictures and 19 enclosure Anxiety is the effect of hospitalization which occurs in children because of stressor which presents in hospital environment. Parent roles are needed to minimalize the anxiety factor by decreasing the impact of separation, avoided the control of feeling lost and minmialize scary and pain (Wong 2005). Purpose of the researcher try to know correlation of parent roles and hospitalization anxiety to the pre school (3-6 year) age children patients at Region Public Hospital of Madiun. Study design of this research is correlation with cross sectional approarch. The population is 31 respondents. The sampling is total sampling. Independent variabel is parent role, dependent variabelis anxiety level at pre school (3-6 year age children who get hospitalization at Region Public Hospital of Madiun. Data collection using questionnaire sheet and spearman rank statistic test with α =0,05.Based on the result, good parent roles with highest anxiety level is parent roles with mild anxienty as many as 10 respondents (71%) and based on the resulth lowest is moderate parent roles with severe anxiety as many as 3 respondents (75%). From the statistical test result obtained p value 0,000 < 0,05 so Ha accepted, the direction of r correlation = - 0,646 is negatif, which means the higher parent roles then the lower anxiety level experienced by children. From these results it can be suggested that parents should always accompany the child is undergoing hospitalization at the hospital. The role of parents is crucial in minimizing the anxiety children due to hospital. Keywords : parent roles, anxiety level, pre school aged children
ix
DAFTAR ISI Halaman Sampul Depan ............................................................................................... i Sampul Dalam ............................................................................................... ii Lembar Persetujuan ....................................................................................... iii Lembar Pengesahan ...................................................................................... iv Lembar Persembahan .................................................................................... v Lembar Pernyataan ........................................................................................ vi Daftar Riwayat Hidup .................................................................................... vii Abstak ........................................................................................................... viii Abstract ......................................................................................................... ix Daftar Isi......................................................................................................... x Daftar Tabel ................................................................................................... xii Daftar Gambar ............................................................................................... xiii Daftar Lampiran ............................................................................................. xiv Daftar Istilah .................................................................................................. xv Daftar Singkatan............................................................................................. xvi Kata Pengantar .............................................................................................. xvii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Peran ......................................................................... 2.1.1 Pengertian Peran .......................................................... 2.1.2 Fungsi dan Peran Serta Orang Tua .............................. 2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Peran ............................... 2.1.4 Peran Orang Tua Terhadap Berbagai Sifat Anak ......... 2.1.5 Peran Orang Tua dalam Proses Hospitalisasi .............. 2.1.6 Indikator Peran Orang Tua ........................................... 2.2 Konsep Kecemasan ............................................................... 2.2.1 Pengertian Kecemasan ................................................. 2.2.2 Teori-teori Kecemasan ................................................. 2.2.3 Faktor Pencetus ............................................................ 2.2.4 Tingkat Kecemasan ...................................................... 2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan ...................... 2.2.6 Gejala-gejala Kecemasan ............................................. 2.2.7 Akibat Kecemasan ....................................................... 2.2.8 Dampak Kecemasan Akibat Hospitalisasi ................... 2.3 Konsep Hospitalisasi ............................................................. 2.3.1 Pengertian Hospitalisasi ............................................... 2.3.2 Efek Hospitalisasi Pada Anak ...................................... 2.3.3 Manfaat Hospitalisasi ................................................... x
1 5 5 6 7 7 7 9 10 13 16 16 16 17 19 19 21 24 25 26 26 26 27 28
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Anak Terhadap Sakit dan Hospitalisasi ................................. 2.3.5 Respon Anak Menghadapi Hospitalisasi ..................... KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual ............................................................ 3.2 Hipotesis Penelitian ............................................................... METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ................................................................... 4.2 Populasi dan Sampel............................................................... 4.3 Teknik Sampling ................................................................... 4.4 Kerangka Kerja Penelitian ..................................................... 4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................... 4.6 Instrumen Penelitian .............................................................. 4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................. 4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 4.9 Prosedur Pengumpulan Data ................................................. 4.10 Teknik Analisis Data ............................................................. 4.11 Etika Penelitian ...................................................................... HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 5.2 Hasil Penelitian ...................................................................... 5.2.1 Penyajian Karakteristik Data Umum ......................... 5.2.2 Penyajian Karakteristik Data Khusus ........................ 5.3 Pembahasan ........................................................................... 5.3.1 Peran Orang Tua Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun ....................................................................... 5.3.2 Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun ....................................................................... 5.3.3 Hubungan Peran Orangtua dengan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun ....................................................................... KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ............................................................................ 6.2 Saran ......................................................................................
29 30 35 36 38 38 40 40 42 44 44 46 46 47 51 53 54 54 59 61
61
65
68 73 73
Daftar Pustaka ............................................................................................... 75 Lampiran ........................................................................................................ 78
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel 4.1
Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 5.9 Tabel 5.10 Tabel 5.11
Judul Tabel Definisi Operasional Penelitian Hubungan Peran Orang Tua dengan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun .............................................................. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Anak ....... Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perawatan Dirumah Sakit ...................................................................................... Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Anak ....................... Distribusi Frekuensi Berdasarkan Orang Tua yang Mendampingi ........................................................................ Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Orang Tua .............. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Orang Tua .... Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua ...... Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengalaman Merawat Anak ...................................................................................... Distribusi Frekuensi Peran Orang Tua .................................. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Anak ................... Tabulasi Silang Hubungan Orang Tua dengan Tingkat Kecemasan Anak ..................................................................
xii
Halaman
43 54 55 55 56 56 57 57 58 59 59 60
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul Gambar
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Peran Orang Tua dengan Tingkat Kecemasa Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi ................................. Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Peran Orang Tua dengan Tingkat Kecemasa Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi ...........................................................................
xiii
Halaman
35
41
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13
Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 Lampiran 18 Lampiran 19
Jadwal Penyusunan Skripsi .................................................... 78 Lembar Penjelasan Penelitian ................................................. 79 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ............................... 80 Kisi-kisi kuesioner .................................................................. 81 Lembar kuesioner ................................................................... 83 Validitas Peran Orang tua ...................................................... 87 Konsultasi Proposal Skripsi .................................................... 90 Surat Izin Penelitian................................................................ 92 Lembar Surat Badan Kesatuan Bangsa dan Politik ................ 93 Data distribusi frekuensi ........................................................ 94 Tendensi Sentral .................................................................... 97 Tabulasi Peran Orangtua dengan Tingkat Kecemasan Anak . 99 Hasil Penghitungan SPSS Uji Spearman Rank Hubungan Peran Orangtua dengan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun .................................... 100 Rekapitualisasi Data Mentah Peran Orang tua ....................... 101 Rekapitualisasi Data Mentah Tingkat Kecemasan ................. 102 Analisa Kuesioner .................................................................. 103 Dokumentasi Penelitian .......................................................... 105 Surat Keterangan Selesai Penelitian ...................................... 106 Konsultasi Skripsi ................................................................... 107
xiv
DAFTAR ISTILAH
Anonymity
: Tanpa nama
Analitic depression
: Depresi analitik
Anxietas
: Kecemasan
Bed Rest
: Istirahat di tempat tidur
Body of know ledge
: Kerangka kerja
Coding
: Kode
Confidentiality
: Kerahasiaan
Coping
: Mengatasi
Cross sectional
: Pengukuran satu waktu
Denial
: Tahap menolak
Despair
: Tahap putus asa
Editing
: Edit
Exited
: Heboh
Informen concent
: Tujuan penelitian
Insomia
: Susah tidur
Irritable
: Pemarah
Rooming in
: Tinggal di
Sampling
: Pengambilan sample
Stranger anxiety
: Cemas pada orang yang tidak dikenal
Separation anxiety
: Cemas akan berpisah
Spearman rank
: Sistem pendukung
Stressor
: Penyebab
Support system
: Mendukung
Toddler
: Anak usia (1-3 tahun)
xv
DAFTAR SINGKATAN
DinKes
: Dinas Kesehatan
KemenKes
: Kementrian Kesehatan
RS
: Rumah Sakit
RSUD
: Rumah Sakit Umum Daerah
SPSS
: Statistic Product and Service Solution
FCC
: Family Centered Care
xvi
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi dengan judul “Hubungan Peran Orang Tua dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun”. Tersusunnya skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan dukungan moral kepada saya, untuk itu saya sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr. Resti Lestantini., M.Kes Sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun beserta setaf yang menerima saya untuk melaksanakan penelitian. 2. Bpk. Zaenal Abidin, S.KM, M.Kes sebagai Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun. 3. Ibu Mega Arianti P., S.Kep.Ners., M.Kep sebagai Ketua Prodi S-1 Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun dan sebagai pembimbing 2. 4. Bpk, Kuswanto S.Kep.Ners., M.Kes sebagai pembimbing 1 skripsi yang telah memberi petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya proposal skipsi ini. 5. Dian Anisia S.Kep,Ns.,M.Kes, selaku dewan penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk menguji skripsi yang telah dibuat oleh penulis.
xvii
6. Keluarga dan teman-teman yang selalu bersama dalam suka dan duka dalam penyelesaian proposal skripsi ini. Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperanserta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Madiun, Agustus 2017 Penyusun
xviii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Hospitalisasi merupakan suatu proses yang berencana atau darurat, mengaharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Setiawan, 2014). Permasalahan yang pokok yang sering di hadapi dalam kesehatan adalah hospitalisasi. Masalah ditimbulkan dari hospitalisasi biasanya berupa stres, cemas, rasa kehilangan dan takut akan tindakan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit, jika masalah tersebut tidak diatasi maka akan mempengaruhi perkembangan psikososial, terutama pada anak-anak (Supartini, 2006). Hospitalisasi anak dapat menjadi suatu pengalaman yang menimbulkan trauma baik pada anak maupun orang tua sehingga menimbulkan reaksi tertentu yang akan sangat berdampak pada kerja sama anak dan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit (Supartini, 2004). Orang tua merupakan unsur penting dalam perawatan anak untuk itu diperlakukan peran orang tua yaitu dengan melibatkan orang tua dalam perawatan agar anak merasa aman dan mendapatkan perhatian dari keluarga (Nursalam, 2005). Berbagai dampak kecemasan akibat hospitalisasi yang dialami oleh anak usia prasekolah, akan beresiko mengganggu tumbuh kembang anak dan berdampak pada proses penyembuhan. Peran orang tua diperlukan guna meminimalkan penyebab cemas dengan mengurangi dampak
1
perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol dan meminimalkan rasa takut terhadap rasa nyeri (Wong, 2005). Data perhimpunan di Amerika Serikat, diperkirakan lebih dari 5 juta anak menjalani hospitalisasi karena prosedur pembedahan dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut, anak mengalami kecemasan dan stres (Suparto dalam Tjahjono, 2014). Survei Kesehatan Nasional (SUSENAS) tahun 2010 jumlah anak usia prasekolah penduduk di Indonesia sebesar 72% dari jumlah total penduduk Indonesia, diperkirakan 35 per 100 anak menjalani hospitalisasi dan 45% diantaranya mengalami kecemasan. Jumlah kunjungan pasien anak rawat inap di Rumah Sakit Jawa Timur pada tahun 2012 adalah 282.582 jiwa yang mengalami peningkatan dibanding tahun 2011 yaitu 203.899 jiwa (DinKes, 2012). Hasil penelitian dari Lina Madyastuti Rahayaningrum pada bulan Febuari 2014 jumlah pasien anak yang dirawat diruang Pavilium anak Rumah Sakit Semen Gresik sebanyak 324 anak, usia anak prasekolah sebanyak 81 anak, data diambil dari tanggal 2-8 juni 2014 dari 11 anak usia prasekolah sebanyak yang dirawat diruang pavilium anak Rumah Sakit Gresik Semen Gresik ada 3 (27%) anak tidak mengalami cemas sedangkan 8 (73%) anak mengalami kecemasan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Doto (2016) di RSUD Kota Madiun didapatkan bahwa dari 10 anak usia prasekolah (36) tahun yang dirawat di ruangan tersebut 2 anak (20%) anak mengalami kecemasan ringan, 4 anak (40%) anak mengalami kecemasan sedang, dan 4 anak (40%) anak mengalami kecemasan berat.
2
Anak usia prasekolah merupakan periode kanak-kanak awal antara usia (3-5) tahun. Pada usia ini anak mampu melakukan berbagai gerak seperti berlari, melempar, menari, berhitung. Ketika anak jatuh sakit, terkadang orang tua tidak dapat memberikan perawatan di rumah. Keadaan seperti itu memaksa anak harus mendapatkan perawatan yang intensif di rumah sakit. Saat dirawat di rumah sakit anak mengalami hospitalisasi (Ratna, 2012). Anak menjalani perawatan di rumah sakit, akan merasakan kecemasan
misalnya
perpisahan
dengan
orang
tua
dan
menginterprestasikan perpisahan sebagai kehilangan kasih sayang. Kecemasan perpisahan akan semakin meningkatkan kecemasan anak usia prasekolah terhadap lingkungan rumah sakit yang dianggap anak sebagai lingkungan yang asing. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan kesehatan, lingkungan, serta rutinitas anak di rumah sakit. Kondisi lingkungan rumah sakit yang terdiri dari berbagai macam peralatanperalatan medis, obat-obatan yang harus dimunum, serta penampilan para tenaga kesehatan yang menonton dengan baju putih, dapat menjadi cemas bagi anak (Muscari, 2005). Pada saat anak menjalani perawatan, hospitalisasi anak seringkali mengalami prosedur yang menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirian dan berbagai hal yang tidak diketahui. Interpretasi anak terhadap kejadian dan respon anak terhadap pengalaman selama di rumah sakit akan diasumsikan sebagai pengalaman yang kurang baik, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat perkembangan anak. Pada saat
3
seperti itu perasaan akan penuh dengan beban emosional, rasa cemas, ketakutan, perasaan rendah diri, perasaan marah, depresi, perasaan tidak berdaya, ketergantungan yang berlebihan pada orang lain dan tidak mampu berpikir dengan baik (Supartini, 2006). Untuk itu Orang tua memiliki peran penting dalam kesehatan anak, yaitu sebagai perawatan langsung, menyediakan akses ke layanan kesehatan dan memberikan kesejahteraan kepada anak-anak. Fungsi psikososial orang tua sangat penting untuk fisik dan mental anak, terutama selama rawat inap disaat anak sakit. Peran orang tua mempengaruhi kepatuhan anak pada perawatan dan mengerti bagaimana menyikapi dampak dari penyakit. Ketika orang tua tidak dapat berpartisipasi dalam perawatan, seperti orang tua sibuk bekerja, maka asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak dapat optimal (Nursalam, 2005). Upaya untuk mengatasi masalah yang timbul pada anak dalam upaya perawatan di rumah sakit, difokuskan pada intervensi keperawatan dengan
cara
meminimalkan
kecemasan,
memaksimalkan
manfaat
hospitalisasi dan memeberikan dukungan psikologis pada anggota. Orang tua berperan sebagai mengasuh anak sesuai dengan kesehatannya, orang tua sebagai pendorong yaitu memberikan motivasi, pujian dan setuju menerima pendapat orang lain. Tugas pengawasan yang dilakukan orangtua salah satunnya mengawasi tingkah laku anak untuk mencegah terjadinnya sakit dan juga orang tua sebagai konselor bersikap terbuka dan dapat dipercaya dalam mengatasi masalah yang dihadapi anak (Mubarak
4
WI, 2006). Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan peran orang tua dengan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi. Berdasarkan hasil study pendahuluan angka kejadian hospitalisasi anak usia prasekolah di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun pada tahun 2016 adalah 480. Berdasarkan hasil wawancara dari 6 anak usia prasekolah (3-6 tahun) 6 anak mengalami kecemasan.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan
uraian
diatas,
maka
penulis
merumuskan
permasalahan sebagai berikut adakah hubungan peran orangtua dengan kecemasan pada anak usia prasekoalah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kota Madiun?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan peran orang tua dengan kecemasan pada anak prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kota Madiun. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengidentifikasi peran orang tua pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kota Madiun. 2. Untuk mengidentifikasi kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.
5
3. Untuk menganalisis hubungan peran orang tua dengan kecemasan pada anak prasekolah usia (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan penulis serta lebih memahami tentang teori dan aplikasi peran orang tua dan kecemasan pada anak prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kota Madiun. 1.4.2 Bagi Institusi Tempat Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebuah masukan untuk meningkatkan perawatan dan pelayanan di rumah sakit khususnya pada anak yang sedang menjalani rawat inap dan mengalami hospitalisasi. 1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan pembelajaran khususnya yang terkait dengan pengembangan peran orang tua dan tingkat kecemasan klien.
6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Peran
2.1.1 Pengertian Peran Peran adalah harapan atau standart perilaku yang telah diterima oleh keluarga, komunitas dan kultur. Perilaku didasarkan pada pola yang ditetapkan melalui sosialisasi dimulai tepat setelah lahir, peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Kurniawan, 2008). Wadnaningsih, (2005) peran merupakan seperangkat tingkah laku seseorang yang diharapkan sesuai dengan fungsi, potensi, kemampuan serta tanggung jawabnya. Orang tua merupakan seseorang dua ayah bunda yang bertanggung jawab pada keturunannya semenjak terbentuknya hasil pembuahan atau zigot baik berupa tubuh maupun sifat-sifat moral dan spritual. 2.1.2 Fungsi dan Peran Serta Orang Tua Soelaeman (2009) Mengatakan bahwa ada beberapa fungsi serta peran orang tua antara lain : a. Fungsi religius. Orang tua mempunyai kewajiban memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota lainnya kepada kehidupan beragama untuk melaksanakan fungsi dan peran ini, orang tua sebagai tokoh dalam keluarga itu harus terlebih dahulu menciptakan iklim yang religius dalam keluarga itu, yang dapat dihayati oleh seluruh anggotnya.
7
b. Fungsi eduktif. Pelaksanaan fungsi eduktif keluarga merupakan salah satu tanggung jawab yang dipikul oleh orang tua. Sebagai salah satu unsur pendidikan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak. Orang tua harus mengetahui tentang pentingnya pertumbuhan, perkembangan dan masa depan seorang anak secara keseluruhan. Ditangan orang tua hanyalah masalah-masalah yang menyangkut anak, apakah dia akan tumbuh menjadi orang yang suka merusak dan menyeleweng atau ia akan tumbuh menjadi orang baik. c. Fungsi protektif. Gambaran pelaksanaan fungsi lingkungan yaitu dengan cara melarang atau menghindarkan anak dari perbuatanperbuatan yang tidak diharapkan, mengawasi atau membatasi perbuatan anak dalam hal-hal tertentu menganjurkan atau menyuruh mereka untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang diharapkan mengajak kerja sama dan saling membantu, memberikan contoh dalam hal-hal yang diharapkan. d. Fungsi sosialisasi. Fungsi dan peran orang tua dalam mendidik anaknya tidak saja mencangkup pengembangan pribadi, agar menjadi pribadi yang mantap tetapi meliputi pula mempersiapkannya menjadi anggota masyarakat yang baik. Sehubungan dengan itu perlu dilaksanakan fungsi sosialisasi anak. Melaksanakan fungsi sosialisasi itu berarti orang tua memiliki kedudukan sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial, norma-norma sosial dan membutuhkan fasilitas yang memadai.
8
e. Fungsi ekonomis. Meliputi pencarian nafkah, perencanaan serta pembelajarannya. Keadaan ekonomi sekeluarga memepengaruhi pula harapan orang tua akan masa depan anaknya, agar dapat memberikan penghargaan yang tepat terhadap uang dan pencariannya, disertai pula pengertian kedudukan ekonomi keluarga secara nyata bila tahap perkembangannya anak telah memungkinkan. 2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Peran Hidayat
(2009)
menjelaskan
ada
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi peran antara lain : a. Faktor kelas sosial Kelas sosial ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Pendapatan seseorang dari segi finansial akan mempengaruhi status ekonomi, dimana dengan pendapatan yang lebih besar memungkinkan lebih bisa terpenuhinya kebutuhan, sehingga yang ada di masyarakat bahwa semakin tinggi status ekonomi perorangan maka akan semakin tinggi pula kelas sosialnya. b. Faktor bentuk keluarga Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak adalah bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentuka oleh lingkungan keluarga, untuk itu perawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tepat dalam kehidupan. Anak merupakan individu yang unik dan mempunyai
9
kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan yang meliputi kebutuhan fisiologi sosial dan spritual. c. Faktor tahap perkembangan keluarga Tahap
perkembangan
keluarga
dimulai
dari
terjadinya
pernikahan yang menyatukan dua pribadi yang berbeda, dilanjutkan dengan tahap persiapan menjadi orang tua. Tahap selanjutnya adalah menjadi orang tua dengan anak usia bayi sampai tahap-tahap berikutnya yang berakhir dengan tahap beduka kembali dimana dalam setiap tahap individu mempunyai peran yang berbeda sesuai dengan keadaan. d. Faktor model peran Individu merupakan bagian dari masyarakat, informasi yang diterima individu terkait dengan masalah sehari-hari dalam masyarakat akan menyebabkan masalah peran dari individu tersebut sehingga akan terjadi transisi peran dan konflik peran. e. Faktor peristiwa situasional khususnya masalah kesehatan atau sakit Kejadian kehidupan situasional yang berhadapan dengan keluarga dengan pengaruh sehat sakit terhadap peran keluarga, peran sentral ibu sebagai pembuat keputusan tentang kesehatan utama, pendidik, konselor, dan pemberi asuhan dalam keluarga. 2.1.4 Peran Orang Tua Terhadap Berbagai Sifat Anak Ronald (2006) mengatakan bahwa ada 6 peran orang tua terhadap berbagai sifat anak antara lain :
10
a. Anak sering takut dan segan Pada anak-anak prasekolah kondisi ini adalah normal, akan tetapi jika perasaan itu terus saja berlangsung sampai anak itu duduk di sekolah lanjutan, maka ia perlu pertolongan, bahaya disini disebabkan orang tua terlalu banyak mengizinkan kegiatan sosial. Jangan paksakan seorang anak ke dalam situasi yang demikian sampai ia sudah cukup siap. Kalau hubungan lainnya dalam keluarga itu baik, anak itu pada masanya akan siap menghadapi kegiatan-kegiatan. b. Anak suka marah dan membual Seorang anak suka marah dan membual memiliki apa yang disebut sebagai titik pusat lemah dan empuk dalam hal ketidaktentuan yang dikelilingi oleh lapisan yang lebih liat, yakni penyamaran. Biasanya, anak ini menghendaki perhatian seorang ayah melaporkan, saya membenci anak yang suka marah dan setiap kali anak saya menunjukkan sifat itu, saya menghukum dia tapi tidak berhasil. c. Tidak ada kemampuan membuat keputusan Orang tua yang sering ragu-ragu dan tidak menentu adalah contoh yang buruk bagi anak-anaknya dan bila seorang anak membuat keputusan yang salah dan ditegur keras, maka dia akan mengambil kesimpulan lebih baik tidak membuat keputusan supaya aman dan orang tua senang.
11
d. Anak yang gagal Anak-anak yang cepat membuat keputusan, tetapi tidak realistik. Mereka membuat cita-cita diluar jangkauan kemampuannya dan ini biasanya karena dorongan orang tuanya. e. Tidak berkeinginan mengungkapkan pendapat Ada anak yang menampilkan kepribadian yang pasif. Mereka seolah menarik diri dan tidak menaruh perhatian pada dunia sekelilingnya. Mereka dapati opini yang diungkapkan sering membawa perdebatan, amarah, sakit hati, yang semuanya itu sering dihindarinya. Dan justru ini yang menipiskan perasaan harga diri. f. Pengaruh lingkungan dan peran orang tua Besarnya pengaruh lingkungan dan peran orang tua sebagai lingkungan terdekat anak terhadap terjadinya kelainan tingkah laku, bisa dilihat dari konsep resiko. Hal ini bisa terjadi karena adanya suatu prakondisi yang telah ada sejak lahir, ditambah dengan resiko pengaruh lingkungan yang memungkinkan terjadinya kelainan. Kaitan dan peran orang tua sebagai faktor lingkungan dengan kelainan tingkah laku anak timbul karena kehangatan, kemesraan dan hubungan yang erat dari tokoh ibu sejak dia dilahirkan. Anak yang tinggal di lembaga yang terpisah dari tokoh ibu sejak dia dilahirkan. Anak yang tinggal di lembaga dari orang tuanya, sering menderita kekurangan rangsangan sensoris, isolasi sosial dan budaya.
12
2.1.5 Peran Orang Tua dalam Proses Hospitalisasi Constantin (2012) menyatakan bahwa peran orang tua adalah suatu bentuk
tingkah
laku
yang
ditunjukkan
oleh
orang
tua
untuk
mengembangkan kepribadian anak. Peran tradisonal orang tua meliputi mengasuh dan mendidik anak, mengajarkan disiplin anak, mengelola rumah dan keuangan keluarga. peran modern orang tua adalah berpartsipasi aktif dalam perawatan anak yang bertujuan untuk pertumbuhan yang optimal dan perkembangan anak. Berkaitan dengan perawatan anak dirumah sakit yang dijalankan keluarga dalam perawatan anak dirumah sakit sangat mempengaruhi dalam pencapaian tujuan perawatan anak, Tugas tersebut adalah : a. Menerima kondisi anak Tugas ini dapat dijadikan dengan cara mencari arti dari kondisi sakit anaknya dan mengembangkan koping yang konstruktif. Untuk itu praktek untuk menjalankan agama dan ibadah sangat bermanfaat untuk mengembangkan koping yang konstruktif. b. Mengelola kondisi anak Hal yang positif dilakukan adalah dengan cara membina hubungan yang positif dengan petugas kesehatan sehingga dapat menggunakan sumber daya yang ada pada mereka dan dapat memahami kondisi anak dengan baik.
13
c. Memenuhi kebutuhan perkembangan anak Keluaraga dapat menjalankan tugas ini dengan cara membantu menurunkan dampak negatif dari kondisi anak, mengasuh anak sebagimana biasanya dan memperlakukan anak seperti anak lain yang ada dirumah. d. Memenuhi kebutuhan perkembangan anak di rumah Hal ini dapat dicapai dengan mempertahankan hubungan antara untuk mengembangkan kondisi anak di rumah sakit dan di rumah walaupun waktu tertentu anak di rumah sakit menjadi prioritas utama. e. Menghadapi stres dengan positif Keluarga baru mencegah adanya penumpukan stres yang ada pada keluarga dengan mengembangkan koping yang positif, yaitu kearah pemecahan masalah. Hal ini dapat dilakukan dengan mengklarifikasi masalah dan tugas yang dapat dikelola dan dapat menurunkan reaksi emosi. Untuk itu penting sekali adanya keyakinan spritual keluarga yang menguatkan harapan dan keyakinan untuk memecahkan setiap masalah secara positif. f. Membantu keluarga untuk mengelola perasaan yang ada Orang tua harus belajar mengelola perasaan anggota keluarga. Cara yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi perasaan, mencari dukungan positif. Apabila ada kelompok orang tua yang mempunyai masalah anak yang sama, hal ini sangat membantu sebagai tempat berbagi perasaan dan pengalaman.
14
g. Mendidik anggota keluarga yang lain tentang kondisi anak yang sedang sakit Orang tua harus memiliki pemahaman yang tepat tentang kondisi anak, sehingga dapat memberikan penegertian pada anggota keluarga yang lain, tentang kondisi anaknya yang sakit dan memiliki koping yang positif. Jawab pertanyaan anak sesuai kepastiannya untuk dapat di mengerti, tetapi harus jujur dan buat diskusi dengan kelurga tentang masalah yang berhubungan. Peran orang tua dalam meminimalkan stres akibat hospitalisasi menurut Wong (2007). 1) Orang tua berperan aktif dalam perawatan anak dengan cara orang tua tinggal bersama selama 24 jam rooming in. Orang tua tidak meninggalkan anak secara bersama sehingga minimal salah satu ayah atau ibu secara bergantian dapat mendampingi anak. 2) Jika tidak memungkinkan rooming in, orang tua tetap bisa melihat anak setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka. Orang tua bisa tetap berada disekitar ruang rawat sehingga bisa dapat melihat anak. 3) Orang tua mempersiapkan psikologis anak untuk tindakan prosedur yang akan dilakukan dan memberikan dukungan psikologis anak. Selain itu orang tua juga memeberikan motivasi dan menguatkan anak serta menjelaskan bahwa tindakan yang akan diterima untuk membantu kesembuhan anak.
15
4) Orang tua hadir atau mendampingi pada saat anak dilakukan tindakan atau prosedur yang menimbulkan rasa nyeri. Apabila mereka tidak dapat menahan diri bahkan menagis bila melihatnya maka ditawarkan pada orang tua untuk mempercayakan kepada perawat. 2.1.6 Indikator Peran Orang Tua Indikator peran orang tua yang dipaparkan oleh Chen (2005) bahwa bentuk peran serta orang tua selama anak dirawat di rumah sakit adalah sebagi berikut : a. Menjalin kolaborasi antara orang tua dengan profesi kesehatan. b. Kehadiran orang tua yang dapat memberikan rasa nyaman pada anak. c. Keterlibatan orang tua dalam perawatan. d. Memberikan support emosional kepada anak. e. Ikut terlibat pada tindakan yang sederhana. f. Menjelaskan kepada anak tentang kondisi anak. g. Memenuhi kebutuhan anak selama dirawat. Indikator peran orang tua ini akan dijadikan sebagai bahan untuk penyusunan angket peran orang tua.
2.2
Konsep Kecemasan
2.2.1 Pengertian Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak dimiliki objek yang spesifik. Anxietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Anxietas 16
berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan. Gangguan anxietas merupakan gangguan psikiatri yang paling sering terjadi di Amerika Serikat (Stuart, 2006). Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam meniali realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2011). Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan
yang
tidak
menentu
tersebut
pada
umumnya
tidak
menyenangkan, yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Budayani, 2015). 2.2.2 Teori-Teori Kecemasan Stuart (2006) menyatakan bahwa ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai kecemasan. Teori tersebut antara lain : a. Teori Psikoanalitik Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan super ego. Id mewakili dengan dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan super ego mencerminkan hati
17
nurani seseorang dan dikendalikan norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntunan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. b. Teori Interpersonal Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kecemasan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat. c. Teori Perilaku Kecemasan merupakan hasil dari frustasi, yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan. d. Teori Keluarga Teori ini menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih antara gangguan kecemasan dan depresi. e. Teori Biologis Teori ini menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi
18
asam gama-aminobitirat (GABA), yang berperan penting dalam biologis yang berhubungan dengan kecemasan. 2.2.3 Faktor Pencetus Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokan dalam dua kategori (Stuart, 2006) yaitu : a. Ancaman Terhadap Integritas Fisik Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologi yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. b. Ancaman Terhadap Sistem Diri Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu. 2.2.4 Tingkat Kecemasan Setiap orang pasti pernah mengalami kecemasan derajat tertentu, Stuart (2006) tingkat kecemasan dibagi menjadi 4 yaitu : a. Kecemasan Ringan Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Kecemasan dapat memotivasi belajar, menghasilkan pertumbuhan serta kreatifitas. Tanda dan gejalanya antara lain: persepsi dan perhatian meningkat, waspada, sadar akan stimulus internal dan eksternal, mampu mengatasi masalah secara efektif serta terjadi kemampuan belajar.
19
Perubahan fisiologi ditandai dengan gelisah, sulit tidur, hipersensitif terhadap suara, tanda vital dan pupil normal. b. Kecemasan Sedang Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah, respon fisiologi: sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, gelisah, konstipasi, sedangkan respon kognitif yaitu lahan persepsi menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya. c. Kecemasan Berat Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu, individu cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Tanda dan gejala dari kecemasan berat yaitu persepsinya sangat kurang berfokus pada hal yang
detail,
rentang
perahatian
sangat
terbatas,
tidak
dapat
berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta tidak dapat belajar secara efektif. Pada tingkatan ini individu mengalami sakit kepala, pusing, mual, gemetar, insomnia, palpitasi, takikardia, hiperventilasi, sering buang air kecil maupun besar, dan diare. Secara emosi individu mengalami ketakutan serta seluruh perhatian terfokus pada dirinya.
20
d. Panik Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengaruh, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak dapat melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. 2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Hawari (2011) mekanisme terjadinya cemas yaitu psiko-neuroimonologi atau psiko-neuro-endokrinolog. Akan tetapi tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial akan mengalami gangguan cemas, hal ini tergantung pada strukstur perkembangan kepribadian diri seseorang tersebut yaitu usia, pendidikan, pengalaman, jenis kelamin, dukungan sosial dari keluarga, hari perawatan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Usia Umur berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi dengan pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap sesuatu penyakit atau kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap. Kematangan dalam proses berpikir pada individu yang berumur dewasa lebih memungkinkannya untuk menggunakan mekanisme koping yang baik dibandingkan kelompok umur anak-anak, ditemukan sebagian
21
besar kelompok umur anak yang mengalami insiden fraktur, cenderung lebih mengalami respon cemas yang berat dibandingkan kelompok umur dewasa. b. Pengalaman Pengalaman masa lalu terhadap penyakit baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi perkembangan ketrampilan menggunakan koping. Keberhasilan seseorang dapat membantu individu untuk mengembangkan kekuatan coping, sebaliknya kegagalan atau reaksi emosional menyebabkan seseorang menggunakan coping yang maladaptif terhadap stressor tertentu. c. Dukungan Dukungan psikososial keluarga adalah mekanisme hubungan interpersonal yang dapat melindungi seseorang dari efek stres yang buruk. Pada umumnya jika seseorang memiliki sistem pendukung yang kuat, kerentanan terhadap penyakit mental akan rendah. d. Jenis Kelamin Umumnya seorang laki-laki dewasa mempunyai mental yang kuat terhadap sesuatu hal yang dianggap mengancam bagi dirinya dibandingkan
perempuan.
Laki-laki
lebih
mempunyai
tingkat
pengetahuan dan wawasan lebih luas dibandingkan perempuan, karena laki-laki lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan luar sedangkan sebagian besar perempuan hanya tinggal dirumah dan menjalani aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga sehingga tingkat pengetahuan
22
atau transfer informasi yang didapatkan terbatas tentang pencegahan penyakit. e. Pendidikan Responden
yang
berpendidikan
tinggi
lebih
mampu
menggunakan pemahaman mereka dalam merespon kejadian fraktur secara adaptif dibandingkan kelompok responden yang berpendidikan rendah. Kondisi ini menunjukkan respon cemas berat cenderung dapat kita temukan pada responden yang berpendidikan rendah karena rendahnya pemahaman mereka terhadap kejadian fraktur sehingga membentuk persepsi yang menakutkan bagi mereka dalam merespon kejadian fraktur. f. Hari Perawatan Lama hari rawat dapat mempengaruhi seseorang yang sedang dirawat juga keluarga dari klien tersebut. Kecemasan anak yang dirawat di rumah sakit akan sangat terlihat pada hari pertama sampai kedua bahkan sampai hari ketiga, dan biasanya memasuki hari keempat atau kelima kecemasan yang dirasakan anak akan mulai kurang. Kecemasan yang terjadi pada pasien dan orang tua juga bisa dipengaruhi oleh lamanya seseorang dirawat. Kecemasan pada anak yang sedang dirawat bisa berkurang. Kecemasan yang terjadi pada pasien dan orang tua dipengaruhi oleh lamanya seseorang dirawat. Kecemasan pada anak yang sedang dirawat bisa berkurang karena adanya dukungan orang tua yang selalu menemani anak selama dirawat, teman-teman anak yang
23
datang berkunjung ke rumah sakit atau anak sudah membina hubungan yang baik dengan petugas kesehatan (perawat, dokter) sehingga dapat menurunkan orang yang dicintai, dan lain sebagainya. 2.2.6 Gejala-gejala Kecemasan Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolong normal kadang kala mengalami kecemasan yang menampak, sehingga dapat disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-gejala fisik maupun mental. Gejala tersebut lebih jelas pada individu yang mengalami gangguan mental. Lebih jelas lagi bagi individu yang mengidap penyakit mental yang parah. Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada masing-masing orang (Fitri, 2007). Takut dan cemas merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa takut muncul jika terdapat ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari lingkungan, dan tidak menimbulkan konflik bagi individu. Sedangkan kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas atau menyebabkan konflik bagi individu. Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada didalam kepribadian sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau keadaan yang benar-benar ada. Kholil (2010) mengemukakan beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain :
24
a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas. b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable, akan tetapi sering juga dihinggapi depresi. c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of persecution (delusi yang dikejar-kejar). d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare. e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi. 2.2.7 Akibat Kecemasan Akibat kecemasan dapat menyebabkan beberapa faktor, menurut Hawari (2011) ada 6 akibat kecemasan yaitu : a. Gangguan pola tidur mimpi yang meneganggkan. b. Gangguan konsentrasi dan daya ingat. c. Firasat buruk takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung. d. Merasa tegang, tidak tenang gelisah, mudah terkejut. e. Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang. f. Keluhan-keluhan somatic, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging, berdebar-debar sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya.
25
2.2.8 Dampak Kecemasan Akibat Hospitalisasi Dampak hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua tingkatan usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyaknya faktor, baik faktor dari petugas (Perawat, dokter dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru maupun lingkungan keluarga yang mendampingi selama perawatan. Keluarga sering merasa cemas dengan perkembangan keadaan anaknya, pengobatan dan biaya perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak bersifat langsung terhadap anak, secara psikologis anak akan merasakan perubahan perilaku dari orang tua yang mendampingi selama perawatan. Anak menjadi semakin cemas dan hal ini berpengaruh pada proses penyembuhan, yaitu menurunnya respon imun. Anak-anak dapat bereaksi terhadap cemas hospitalisasi
sebelum
mereka
masuk,
selama
hospitalisasi,
dan
pemulangan. Konsep sakit yang dimiliki anak bahkan lebih penting dibandingkan usia dan kematangan intelektual dalam memperkirakan tingkat kecemasan sebelum hospitalisasi. Gangguan perkembangan juga merupakan dampak negatif lain dari hospitalisasi (Utami, 2005).
2.3
Konsep Hospitalisasi
2.3.1 Pengertian Hospitalisasi Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan. Meskipun demikian dirawat di 26
rumah sakit tetap merupakan masalah besar dan menimbulkan ketakutan, cemas, bagi anak (Supartini, 2006). Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak maupun orang tua dan keluarga (Wong, 2008). 2.3.2 Efek Hospitalisasi Pada Anak Anak-anak dapat bereaksi terhadap stres hospitalisasi sebelum mereka masuk, selama hospitalisasi dan setelah pemulangan. Konsep sakit yang dimiliki anak bahkan lebih penting dibandingkan usia dan kematangan intelektual dalam memperkirakan tingkat kecemasan sebelum hospitalisasi (Wong, 2008). a. Faktor resiko individiual Sejumlah faktor resiko membuat anak-anak tertentu lebih rentan terhadap stres hospitalisasi dibandingkan dengan lainnya. Mungkin karena perpisahan merupakan masalah penting seputar hospitalisasi bagi anak-anak yang lebih mudah, anak yang aktif dan berkeinginan kuat cenderung lebih baik ketika dihospitalisasi bila dibandingkan anak yang pasif. Akibatnya, perawat harus mewaspadai anak-anak yang menerima secara pasif semua perubahan dan permintaan, anak ini dapat memerlukan dukungan yang lebih banyak dari pada anak yang lebih aktif.
27
b. Perubahan pada populasi pediatrik Saat ini populasi pediatrik di rumah sakit megalami perubahan drastis, meskipun terdapat kecenderungan memendeknya lama rawat. Sifat dan kondisi anak kecenderungan, bahkan mereka akan mengalami prosedur yang lebih invasif dan traumatik pada saat mereka dihospitalisasi. Faktor inilah yang membuat mereka lebih rentang terhadap dampak emosional dari hospitalisasi dan menyebabkan kebutuhan mereka menjadi berbeda. Perhatikan pada tahun-tahun sekarang telah berfokus pada peningkatan jumlah pada anak-anak yang tumbuh di rumah sakit, rencana pemulangan menjadi lama karena kompleknya asuhan medis dan keperawatan. Tanpa perhatian yang khusus yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan psikososial dan perkembangan anak di lingkungan rumah sakit. 2.3.3 Manfaat Hospitalisasi Meskipun hospitalisasi dapat dan menimbulkan stres bagi anakanak, tetapi hospitalisasi juga dapat bermanfaat. Manfaat yang paling nyata adalah pulih dari sakit, tetapi hospitalisasi juga dapat memberi kesempatan pada anak-anak untuk mengatasi stres dan merasa kompeten dalam kemampuan koping mereka. Lingkungan rumah sakit dapat memberikan pengalaman sosialisasi baru bagi anak (Wong, 2008).
28
2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Anak Terhadap Sakit dan Hospitalisasi Ada 6 faktor yang mempengaruhi reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi menurut Supartini (2004) yaitu : a. Perkembangan usia Reaksi anak terhadap sakit berbeda-beda sesuai tingkat perkembangan anak. Pada anak, reaksi perpisahan adalah kecemasan karena berpisah dengan orang tua dan kelompok sosialnya. Pasien anak umumnya takut pada dokter dan perawat. b. Pola Asuh Keluarga Pola asuh keluarga yang terlalu protektif dan selalu memanjakan anak juga dapat mempengaruhi reaksi takut dan cemas anak dirawat di rumah sakit. Beda dengan keluarga yang suka memandirikan anak untuk aktivitas sehari-hari anak akan lebih kooperatif bila di rumah sakit. c. Keluarga Keluarga yang terlalu khawatir pada stres anaknya yang dirawat di rumah sakit akan menyebabkan anak menjadi stres dan takut. d. Pengalaman dirawat di rumah sakit sebelumnya Apabila
anak
pernah
mengalami
pengalaman
tidak
menyenangkan dirawat di rumah sakit sebelumnya, akan menyebabkan anak takut dan trauma. Sebaliknya apabila anak dirawat di rumah sakit mendapatkan perawatan yang baik dan menyenangkan anak akan lebih kooperatif pada perawat dan dokter. 29
e. Support System yang tersedia Anak mencari dukungan yang ada dari orang lain untuk melepaskan tekanan akibat penyakit yang dideritannya, anak biasanya akan minta dukungan kepada orang terdekat dengannya misalnya orang tua atau saudaranya. Perilaku ini biasanya ditandai dengan permintaan anak untuk ditunggu selama dirawat di rumah sakit, didampingi saat dilakukan treatment padanya, minta dipeluk saat merasa takut dan cemas bahkan saat merasa kesakitan. f. Ketrampilan Koping Menangani Stressor Apabila mekanisme koping anak baik dalam menerima dia harus dirawat di rumah sakit, akan lebih kooperatif anak tersebut dalam menjalani perawatan di rumah sakit. 2.3.5 Respon Anak Menghadapi Hospitalisasi Respon anak menghadapi hospitalisasi (Supartini, 2006) : a. Kecemasan Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan. b. Kehilangan kontrol Kehilangan kontrol juga terjadi akibat dirawat di rumah sakit karena adanya pembatasan aktivitas. Kehilangan kontrol tersebut berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok
30
sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan adanya kelemahan fisik. c. Nyeri Reaksi nyeri pada usia prasekolah hampir sama dengan anak usia toddler. Anak usia prasekolah akan mendorong orang yang akan melakukan prosedur agar menjauh, mencoba mengamankan atau menyingkirkan peralatan atau berusaha mengunci dirinya ditempat yang aman. Supartini (2004) reaksi anak terhadap hospitalisasi sesuai dengan tahapan perkembangan adalah sebagai berikut : a. Masa bayi (0-1 tahun) Masalah utama terjadi karena dampak dari perpisahan dengan orang tua sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. Pada anak usia lebih dari 6 bulan terjadi stranger anxiety atau cemas apabila berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang sering muncul pada anak ini adalah menagis, marah, dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap stranger anxiety. Bila bayi berpisah dengan orang tua, maka pembentukan rasa percaya dan pembinaan kasih sayangnya terganggu. Pada bayi usia 6 bulan sulit untuk memahami secara maksimal bagaimana reaksi bayi bila dirawat, karena bayi belum dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya. Sedangkan pada bayi dengan usia yang lebih dari 6 bulan, akan banyak menunjukkan perubahan.
31
Pada bayi usia 8 bulan atau lebih telah mengenal ibunya sebagai orang yang berbeda dengan dirinya, sehingga akan terjadi “Stranger Anxiety” (cemas pada orang yang tidak dikenal), sehingga bayi akan menolak
orang
baru
yang
belum
dikenal.
Kecemasan
ini
dimanifestasikan dengan menangis, marah pergerakan berlebihan. Disamping itu bayi juga telah merasa memiliki ibunya, sehingga jika berpisah dengan ibunya akan menimbulkan “Separation Anxiety” (cemas akan berpisah). Hal ini akan kelihatan jika bayi ditinggalkan oleh ibunya, maka akan menangis sejadi-jadinya, melekat dan sangat tergantung dengan kuat. b. Masa toddler (1-3 tahun) Toddler belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang memadai dan pengertian terhadap realita terbatas. Hubungan anak dengan ibu sangat dekat sehingga perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa kehilangan orang yang terdekat bagi diri anak dan lingkungan yang dikenal serta akan mengakibatkan perasaan tidak aman dan rasa cemas. Disebutkan bahwa sumber stres utama pada anak yaitu akibat perpisahan (usia 15-30 bulan). Anxietas perpisahan disebut juga “Analitic Depression” Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi dalam 3 tahap, yaitu : 1) Tahap Protes (Protest) Pada tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit dan memangil ibunya atau menggunakan tingkah laku
32
agresif agar orang lain tahun bahwa ia tidak ingin ditinggalkan orang tuanya serta menolak perhatian orang lain. 2) Tahap Putus Asa (Despair) Pada tahap ini anak tampak tenang, menangis berkurang, tidak aktif, kurang minat untuk bermain, tidak nafsu makan, menarik diri, sedih dan apatis. 3) Tahap Menolak (Denial/Detachment) Pada
tahap
ini
secara
samar-samar
anak
menerima
perpisahan, membina hubungan dangkal dengan orang lain serta kelihatan mulai menyukai lingkungan. c. Masa Prasekolah (3-6 tahun) Anak usia prasekolah telah dapat menerima perpisahan dengan orang tuannya dan anak juga dapat membentuk rasa percaya dengan orang lain. Walaupun demikian anak tetap membutuhkan perlindungan dari keluarganya. Akibat perpisahan akan menimbulkan reaksi seperti : menolak makan, menangis pelan-pelan, sering bertanya misalnya kapan orang tuanya berkunjung, tidak kooperatif terhadap aktivitas seharihari. Kehilangan kontrol terjadi karena adanya pembatasan aktivitas sehari-hari dan karena kehilangan kekuatan diri. Anak prasekolah membayangkan bahwa dirawat di rumah sakit merupakan suatu hukuman, dipisahkan, merasa tidak aman dan kemandiriannya dihambat. Anak akan berespon dengan perasaan malu, bersalah dan takut. Anak usia prasekolah sangat memperhatikan penampilan dan fungsi tubuh. Mereka menjadi ingin tahu dan bingung melihat 33
seseorang dengan gangguan penglihatan atau keadaan tidak normal. Pada usia ini anak merasa takut bila mengalami perlakuan, anak menganggap bahwa tindakan dan prosedur mengancam integritas tubuhnya. Anak akan bereaksi dengan agresif, ekspresif verbal dan depandensin. Disamping itu anak juga akan menangis, bingung, khususnya bila keluar darah dari tubuhnya. Maka sulit bagi anak untuk percaya bahwa infeksi, mengukur tekanan darah, mengukur suhu perrektal dan prosedur tindakan lainnya tidak akan menimbulkan perlukaan. d. Masa Sekolah (6-12 tahun) Anak usia sekolah yang dirawat di rumah sakit akan merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya, takut kehilangan
keterampilan,
merasa
kesepian
dan
sendiri.
Anak
membutuhkan rasa aman dan perlindungan dari orang tua namun tidak memerlukan selalu ditemani oleh orang tuanya. Pada usia ini anak berusaha independen dan produktif. Akibat dirawat di rumah sakit menyebabkan perasaan kehilangan kontrol dan kekuatan. Hal ini terjadi karena adanya perubahan dalam peran, kelemahan fisik, takut mati dan kehilangan kegiatan dalam kelompok serta akibat kegiatan rutin rumah sakit seperti bed rest, penggunan pispot, kurangnya privasi, pemakaian kursi roda, dan lain-lain. Anak telah dapat mengekspresikan perasaannya dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri. Anak akan berusaha mengontrol tingkah laku pada waktu merasa nyeri atau sakit dengan cara menggigit bibir atau menggenggam sesuatu. 34
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1
Kerangka Konseptual
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peran : 1. Faktor kelas sosial 2. Faktor bentuk keluarga 3. Faktor tahap perkembangan keluarga 4. Faktor model peran 5. Faktor peristiwa situasional khususnya masalah kesehatan atau sakit
Peran orang tua
Hospitalisasi
Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan 1) Usia 2) Pengalaman 3) Dukungan 4) Jenis kelamin 5) Pendidikan 6) Hari perawatan
Respon anak menghadapi hospitalisasi 1.Tingkat kecemasan 2. Kehilangan kontrol
Indikator Peran orang tua a. Menjalin kolaborasi antara orang tua dengan profesi kesehatan. b. Kehadiran orang tua yang dapat memberikan rasa nyaman pada anak. c. Keterlibatan orang tua dalam perawatan. d. Memberikan support emosional kepada anak. e. Ikut terlibat pada tindakan yang sederhana. f. Menjelaskan kepada anak tentang kondisi anak. g. Memenuhi kebutuhan anak selama dirawat.
3. Nyeri
Keterangan : = Tidak diteliti = Diteliti = Mempengaruhi = Hubungan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Peran Orang Tua dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun. 35
Gambar 3.1 Hospitalisasi merupakan suatu proses yang berencana atau darurat, mengaharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Respon anak menghadapi hospitalisasi yaitu tingkat kecemasan dan kehilangan kontrol. Faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah usia, pengalaman, dukungan, jenis kelamin, pendidikan, hari perawatan. Indikator peran orang tua adalah Menjalin kolaborasi antara orang tua dengan profesi kesehatan, kehadiran orang tua yang dapat memberikan rasa nyaman pada anak, keterlibatan orang tua dalam perawatan, memberikan support emosional kepada anak, ikut terlibat pada tindakan yang sederhana, menjelaskan kepada anak tentang kondisi anak, memenuhi kebutuhan anak selama dirawat. Indikator Peran orang tua yaitu Menjalin kolaborasi antara orang tua dengan profesi kesehatan, kehadiran orang tua yang dapat memberikan rasa nyaman pada anak, keterlibatan orang tua dalam perawatan, memberikan support emosional kepada anak, Ikut terlibat pada tindakan yang sederhana, menjelaskan kepada anak tentang kondisi anak, memenuhi kebutuhan anak selama dirawat. Peran orang tua diperlukan guna meminimalkan penyebab cemas dengan mengurangi dampak perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol.
3.2
Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah dan pernyataan peneliti. Hipotesis juga merupakan suatu pernyataan asumsi tentang hubungan dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab
36
suatu pertanyaan dalam suatu peneliti. Setiap hipotesa terdiri atas suatu unit atau bagian dari permasalahan (Nursalam, 2013). Ha : ada hubungan antara peran orang tua dengan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.
37
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1
Desain Penelitian Desain penelitian adalah seluruh dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian. Berdasarkan tujuan penelitian desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yaitu untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel independen dengan dependen. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, menguji berdasarkan teori yang ada. Penelitian ini menggunakan Cross Sectional dimana dalam desain ini variabel independen dan dependen pengukurannya dilakukan hanya satu kali atau satu saat (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti yaitu hubungan peran orang tua dengan tingkat kecemasan pada anak prasekolah (3-6 tahun) di RSUD Kota Madiun.
4.2
Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi Populasi adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan diterapkan atau digenalisir (Dharma, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia prasekolah (3-6 tahun) beserta orang tuanya yang dirawat di RSUD Kota Madiun dalam kurun waktu 3 bulan terakhir (Januari, Febuari, Maret) 31 rata-rata pasien.
38
4.2.2 Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 31 anak usia prasekolah yang dirawat beserta orang tuanya yang menunggui selama perawatan di ruang Melati RSUD Kota Madiun yang sesuai kriteria inklusi. 4.2.2.1 Kriteria Sampel Adapun sampel yang diambil harus memiliki kriteria sebagai berikut : a. Kriteria inklusi Kriteria
inklusi
adalah
karakteristik
sampel
yang
dapat
dimasukkan atau layak diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : 1) Orang tua yang anaknya sedang dirawat di RSUD Kota Madiun 2) Orang tua yang setuju menjadi responden 3) Orang tua kandung yang menunggui selama anak dio rawat di RSUD Kota Madiun 4) Anak usia (3-6 tahun) prasekolah yang dirawat di RSUD Kota Madiun 5) Anak yang dapat diajak komunikasi atau berbicara 6) Anak yang sadar atau tidak dalam keadaan koma
39
b. Kriteria eksklusi Kriteria eksklusi adalah karakteristik sampel yang tidak dimasukan atau tidak layak untuk diteliti. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah : 1) Orang tua dengan anak yang mengalami penurunan kesadaran di RSUD Kota Madiun 2) Kondisi anak yang lemah
4.3
Teknik Sampling Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan objek penelitian (Nursalam, 2013). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik total sampling. Tehnik total sampling adalah suatu tehnik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi (Sugiono, 2007). Pertimbangan dalam penelitian ini adalah anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang sedang dirawat beserta orang tua yang menunggui selama perawatan di rumah sakit.
4.4
Kerangka Kerja Penelitian Kerangka operasinal atau kerangka kerja adalah suatu abstrak, logikal secara arti harfiah dan akan membantu peneliti dengan body of knowledge (Nursalam, 2013). Kerangka operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
40
Populasi Seluruh pasien anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang dirawat di RSUD Kota Madiun sejumlah 31 responden
Sampel Seluruh pasien anak usia prasekolah (3-6 tahun) di RSUD Kota Madiun yang memenuhi kriteria inklusi sejumlah 31 responden
Sampling total sampling
Pengumpulan data Kuesioner Independen : Peran orang tua Dependen : Tingkat Kecemasan
Pengolahan data Editing, Coding, Scoring dan Tabulating
Analisis data Uji Statistik Spearman Rank dengan α = 0,05
Hasil dan Kesimpulan Pelaporan Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Peran Orang Tua dengan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.
41
4.5
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1 Identifikasi Variabel Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2009). 4.5.1.1 Variabel Independen (Bebas) Variabel independen merupakan variabel stimulus, prediktor, sebab, resiko dan variabel yang mempengaruhi atau yang menyebabkan munculnya variabel dependen/ terikat (Sugiono, 2009). Variabel independen pada penelitian ini adalah peran orang tua. 4.5.1.2 Variabel Dependen (Terikat) Variabel dependent dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan terjadi pada anak usia prasekolah (3-6 tahun). 4.5.1.3 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel tersebut. Definisi operasional dalam penelitian ini memberikan penjelasan bagaimana cara mengukur variabel yang telah ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran (Notoatmodjo, 2010).
42
Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian Hubungan Peran Orang Tua dengan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun. Variabel Peran Orang tua (Independen)
Definisi operasional Bentuk partisipasi yang dilakukan orang tua saat anak dirawat meliputi partisipasi dalam memenuhi kebutuhan fisik psikososial dan spritual anak.
Tingkat Kecemasan (Dependen)
Suatu bentuk perilaku yang ditunjukan anak selama menghadapi perawatan rumah sakit
Parameter Indikator peran orang tua yaitu 1. Menjalin kolaborasi antara orang tua dengan petugas kesehatan 2. Kehdiran orang tua yang dapat memberikan rasa nyaman pada anak. 3. Keterlibatan orang tua dalam perawatan 4. Memberikan sport emosional kepada anak 5. Ikut terlibat pada tindakan yang sederhana 6. Menjelaskan kepada anak tentang kondisi anak. 7. Memenuhi kebutuhan anak selama dirawat. Skala Zung – Self rentinganxiety (SAS) merupakan instrumen untuk mengukur tingkat kecemasan 1. Kecemasan 2. Takut 3. Mental 4. Nyeri tubuh 5. Tremor 6. Kelemahan 7. Gelisah 8. Jantung 9. Pusing 10. Kesemutan 11. Sakit perut 12. Frekuensi kencing 13. Berkringat 14. Wajah memerah 15. Gangguan tidur 16. Mimpi buruk
Alat ukur Kusioner
Skala Ordinal
Skor Skor yang diberikan untuk pernyataan orang tua 1. Ya : 1 2. Tidak : 0 Katagori 1. Baik (76%-100%) 2. Cukup (50%_75%) 3. Kurang (50%)
Kuesioner
Ordinal
Skor yang diberikan untuk pernyataan tingkat kecemasan 1. Tidak pernah sama sekali : 0 2. Ya : 1 Katagori Tingkat kecemasan 1. Ringan (1-4) 2. Sedang (5-8) 3. Berat (9-12) 4. Panik (13-16)
43
4.6
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan
data
(Notoatmodjo,
2010).
Dalam
penelitian
ini
menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Kuesioner bersifat pertanyaan tertutup. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang di gunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang dia ketahui (Arikunto, 2010). Jumlah pertanyaan untuk variabel independen peran orang tua ada 13 pertanyaan. Sedangkan untuk variabel dependen kecemasan peneliti menggunakan skala ZungSelf Rating Anxiety Scale (SAS) yang telah dimodifikasi dengan jumlah pertanyaan sebanyak 16 pertanyaan.
4.7
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
4.7.1 Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak sahnya suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner itu. Perhitungan untuk menguji validitas dengan menggunakan rumus pearson corelation. Kriteria validitas yang dipakai apabila nilai rhitung lebih besar rtabel. Uji validitas ini digunakan untuk kuisioner peran orang tua dan tingkat kecemasan pada anak. Uji validitas ini menggunakan rumus pearson corelation yang dihitung dengan menggunakan progam SPSS versi 22. Dasar pengambilan keputusan adalah :
44
a. Jika r hitung > r tabel (0,632), maka valid b. Jika r hitung < r tabel (0,632), maka tidak valid Sebelum
digunakan,
kuesioner
tingkat
kecemasan
diuji
ketepatannya sebagai alat ukur dengan uji validitas. Uji validitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Dalam kuisioner peran orang tua diujikan kepada 10 orang responden dan diperoleh hasil uji dari 15 pertanyaan yang tidak valid adalah no. 14 dan 15. dalam kuesioner tingkat kecemasan menggunakan kuesioner Zung- Self Rating Anxiety Scale (SAS) yang baku dan dimodifikasi oleh peneliti dan diujikan kepada 15 orang responden dan diperoleh hasil uji dari 20 pertanyaan yang tidak valid no. 3,5,12,13. 4.7.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap kuesioner stabil dari waktu ke waktu. Untuk menguji reliabilitas digunakan rumus alpha cronbach. Setelah dilakukan uji reliabilitas terhadap kuesioner peran orang tua di peroleh nilai alpha cronbach 0,768 maka nilai alpha reliabel dan di dapatkan pertanyaan valid 13 pertanyaan. Penguji realibilitas pada penelitian ini dilakukan karena kuesioner telah dimodifikasi, untuk tingkat kecemasan menggunakan skala SAS dan diperoleh hasil nilai alpha cronbach 0,944 maka nilai alpha reliabel di dapatkan pertanyaan valid 16 pertanyaan.
45
4.8
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian telah dilakukan di RSUD Kota Madiun dan waktu penelitian yang dilakukan pada bulan Januari-Agustus 2017.
4.9
Prosedur Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan berupa data primer yaitu dengan memberikan kuesioner secara langsung kepada responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak ruang rawat inap misalnya kepala ruangan dan perawat pelaksana di ruang inap tersebut. Dalam penelitian ini dikumpulkan dengan tehnik angket menggunakan kuesioner, berisi pertanyaan terstruktur yang dijawab langsung oleh responden. Proses pengumpulan data dilakukan sebagai berikut : 1) Mengurus perijinan persetujuan judul penelitian sebagai pengantar surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada ketua STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun untuk melakukan penelitian di RSUD Kota Madiun. 2) Mengurus surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada Kepala KESBANGPOLINMAS Kota Madiun untuk melakukan penelitian di RSUD Kota Madiun 3) Mengurus surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada Direktur RSUD Kota Madiun 4) Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan pengumpulan data yaitu dengan mendatangi Ruang Anak Melati RSUD Kota Madiun.
46
5) Peneliti menjelaskan sesuai kriteia kepada calon responden orang tua dan anak usia prasekolah (3-6 tahun) tentang maksud dan tujuan dari penelitian. 6) Apabila calon responden orang tua dan anak usia prasekolah (3-6 tahun) bersedia menjadi responden, maka dipersilahkan untuk menandatangani informed concent, dan apabila calon responden tidak bersedia menjadi responden maka peneliti tetap menghormati keputusan itu. 7) Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden 8) Peneliti menjelaskan kuisioner kepada orang tua 9) Setelah peneliti menjelaskan kepada orang tua kemudian orang tua menjelaskan dan membacakan kuesioner kepada anak untuk pengisian kuesioner 10) Setelah kuesioner diisi oleh responden maka kuesioner tersebut dikumpulkan kembali kepada peneliti pada saat itu juga.
4.10
Teknik Analisis Data
4.10.1 Analisis Data Metode pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer melalui langkah-langkah sebagai berikut : 1.
Editing Hasil data dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan. Apabila ada data yang belum 47
lengkap, jika memungkinkan perlu dilakukan pengmbilan data ulang untuk
melengkapi
data-data
tersebut.
Tetapi
apabila
tidak
memungkinkan, maka data yang tidak lengkap tersebut tidak diolah atau dimasukkan dalam pengolahan (Nugroho, 2012). 2.
Coding Yaitu kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2009). Peneliti dalam penelitian memberikan kode terhadap kelompok variabel sebagai berikut : a.
b.
3.
Peran orang tua 1) Baik
:1
2) Cukup
:2
3) Kurang
:3
Tingkat kecemasan hospitalisasi: Ringan
:1
Sedang
:2
Berat
:3
Panik
:4
Scoring Peneliti memberi skor untuk peran orang tua dan tingkat kecemasan hospitalisasi dengan kriteria sebagai berikut : a.
Peran orang tua 1) Baik
(76%-100%)
48
2) Cukup (50%-75%) 3) Kurang (36 tahun. 5.2.1.6 Karateristik responden berdasarkan pendidikan orangtua Karateristik berdasarkan pendidikan orang tua dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan orang tua yang dikutip pada tanggal 13 Juni 2017. No 1 2 3 4 Sumber
Pendidikan Jumlah Presentase (%) SD 3 9.7 % SMP 8 25.8 % SMA 11 35.5 % PT 9 29.0 % Jumlah 31 100 % : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun. 13 Juni 2017.
Hasil penelitian pada tabel 5.6 menjelaskan bahwa karateristik berdasarkan pendidikan orang tua tertinggi adalah orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 11 orang (35.5%), sedangkan orang tua dengan tingkat pendidikan SD 3 (9.7%) yang terendah. 5.2.1.7 Karateristik responden berdasarkan pekerjaan orang tua Karateristik berdasarkan pekerjaan orang tua dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan orang tua yang dikutip pada tanggal 13 Juni 2017. No 1 2 3 4 5
Pekerjaan Jumlah Presentase (%) Tidak Bekerja 1 3.2 % Wiraswasta 14 45.2 % Karyawan 4 12.9 % PNS 5 16.1 % Lain-Lain 7 22.6 % Jumlah 31 100 % Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun. 13 Juni 2017.
57
Hasil penelitian pada tabel 5.7 menjelaskan
bahwa karateristik
responden orang tua yang mempunyai pekerjaan terbanyak adalah wiraswasta sebanyak 14 orang (45.2%) sedangkan yang terendah adalah orang tua yang tidak bekerja sebanyak 1 orang (3.25). 5.2.1.8 Karateristik responden berdasarkan pengalaman merawat anak di rumah sakit. Karateristik berdasarkan pengalaman merawat anak dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengalaman merawat anak yang dikutip pada tanggal 13 Juni 2017. No 1 2
Pengalaman merawat Jumlah Presentase (%) Pernah 13 41.9 % Belum Pernah 18 58.1 % Jumlah 31 100 % Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun 13 Juni 2017
Hasil penelitian pada tabel 5.8 menjelaskan bahwa karateristik responden pengalaman merawat anak tertinggi adalah orang tua yang belum pernah merawat anak sebanyak 18 orang (58.1%). Sedangkan yang terendah 13 orang (41.9%) menyatakan pernah merawat anak yang mengalami hospitalisasi.
58
5.2.2
Penyajian Karateristik Data Khusus
5.2.2.1 Peran Orang Tua Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun Karateristik peran orang tua dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5.9 Distribusi frekuensi peran orang tua yang dikutip pada tanggal 13 Juni 2017. No 1 2 3
Peran Orang tua Frekuensi Persentase (%) Baik 14 45,2 % Cukup 13 41,9 % Kurang 4 12,9 % Jumlah 31 100 % Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun. 13 Juni 2017
Hasil penelitian pada tabel 5.9 menjelaskan bahwa peran orang tua yang terbanyak adalah orang tua yang memiliki peran baik sebanyak 14 responden (45,2%). Sedangkan yang terendah adalah Peran orang tua yang yang memiliki peran kurang sebanyak 4 responden (12,9%). 5.2.2.2 Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun Karateristik responden tingkat kecemasan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5.10 Distribusi frekuensi responden tingkat kecemasan yang dikutip pada tanggal 13 Juni 2017. No 1 2 3 4
Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%) Ringan 14 45,2 % Sedang 12 38,7 % Berat 5 16,1 % Panik 0 0 % Jumlah 31 100 % Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun. 13 Juni 2017
59
Hasil penelitian pada tabel 5.10 menjelaskan bahwa karateristik responden tingkat kecemasan hospitalisasi pada anak usia prasekolah di RSUD Kota Madiun terbanyak adalah tingkat kecemasan ringan 14 anak (45,2 %). Sedangkan yang terendah adalah tingkat kecemasan berat sebanyak 5 anak (16,1%). Dari tabel diatas diketahui bahwa tidak ada anak yang mengalami tingkat kecemasan panik. 5.2.2.3 Hubungan peran orang tua dengan tingkat kecemasan anak Usia prasekolah (3-6 Tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kota Madiun. Tabel 5.11 Tabulasi silang hubungan peran orang tua dengan tingkat kecemasan anak yang dikutip pada tanggal 13 Juni 2017.
Ringan Peran Orang Tua N % Baik 10 71 Cukup 4 31 Kurang 0 0 a = 0,05 r = -0,646 Sumber : SPSS Versi 16.0
Tingkat Kecemasan Sedang Berat Panik N % N % N % 4 29 0 0 0 0 7 54 2 16 0 0 1 25 3 75 0 0 p value = 0,000
Total N 14 13 4
% 100 100 100
Berdasarkan tabel 5.11 diatas menjelaskan bahwa peran orang tua yang paling banyak diberikan kepada responden yang termasuk dalam kategori peran baik dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak 14 responden (71%). Sedangkan yang terendah 3 responden (75%) dalam katagori peran kurang dengan tingkat kecemasan berat. Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistik Spearman Rank dengan progam SPSS versi 16.0 di dapatka p value = < a = 0,05 artinya Ha diterima berarti ada hubungan peran orangtua dengan tingkat kecemasan anak usia prasekolah di RSUD Kota Madiun. Hasil
60
uji Spearman Rank bahwa r hitung = -0,646 yaitu negatif, yang berarti semakin tinggi peran orang tua maka semakin rendah tingkat kecemasan yang dialami oleh anak yang mengalami hospitalisasi. Keeratan hubungan dapat dilihat dari r hitung = -0,646 yang dikategorikan hubungan kuat (0,60-0,79). Yang artinya keeratan hubungan peran orang tua dengan tingkat kecemasan anak yang mengalami hopitalisasi di RSUD Kota Madiun adalah kuat.
5.3
Pembahasan
5.3.1
Peran Orang tua Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang Mengalmi Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun Berdasarkan tabel 5.9 didapatkan hasil peran orang tua sebanyak 14 responden (45,2%) adalah baik. Peran orang tua selama anak menjalani hospitalisasi
yang
termasuk
dalam
kategori
cukup sebanyak 13
responden (41,9%). Dan peran orang tua selama anak menjalani hospitalisasi
yang
termasuk kategori kurang sebanyak 4 responden
(12,9%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran orang tua mayoritas adalah baik. Menurut Ronald (2006) bahwa orang tua mampu membuat anak bisa menerima keadaan hospitalisasi. Orang tua membantu anak-anak mengatasi
perasaan
mereka,
terlibat
kerjasama
dengan
perawat,
memeberikan pujian dan bermain dengan anak. Beberapa penelitian menunjukan, anak merasakan kecemasan yang ringan karena mereka selalu di dampingi dan diperhatikan oleh orang tuanya Miftahul (2015) Dengan demikian, peneliti berpendapat bahwa keterlibatan orang tua
61
sangat penting dalam mendampingi anak yang mengalami hospitalisasi agar anak-anak merasa nyaman dalam menjalani hospitalisasi. Berdasarkan analisa kuesioner di ketahui bahwa hasil kuesioner indikator peran orang tua terbanyak dengan jawaban iya adalah menjalin kolaborasi antara orang tua dengan profesi dengan tingkat kecemasan. Hal ini diperkuat oleh jawaban responden berdasarkan kuesioner pada soal nomor 1 dengan jumlah 31 responden (100%). Menurut Chen (2005) bentuk peran orang tua selama anak dirawat di rumah sakit adalah menjalin kolaborasi orang tua selama dengan profesi kesehatan. bentuk kolaborasi orang tua dengan profesi kesehatan dalam perawatan, memberikan sport emosional kepada anak, ikut terlibat pada tindakan yang sederhana, menjelaskan kepada anak tentang kondisi anak dan memenuhi kebutuhan anak selama dirawat. Berdasarkan uraian tersebut peneliti berasumsi bahwa kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan orang tua memberikan dukungan terhadap anak, dapat meminalisir tingkat kecemasan anak dalam hospitalisasi. Berdasarkan faktor yang mempengaruhi peran orang tua yaitu usia pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa rata-rata usia orang tua 32 tahun. Menurut Supartini (2004), orang tua terlalu tua mungkin dapat menjalankan peran tersebut secara optimal karena kekuatan fisik dan psikososial, serta semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih, dasar berfikir dan bekerja dilandasi oleh kepercayaan yang ada dimasyarakat. Dimana pada umur ini orang tua
62
lebih dewasa dan lebih matang dalam berfikir. Umur menjadi salah satu ciri tingkat kedewasaan sehingga dapat mempengaruhi perannya pada anak, karena dengan bertambahnya umur seseorang maka terjadi proses pematangan baik organ maupun jalan pikirannya sehingga dapat berperan baik pada anaknya. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti berasumsi bahwa dengan umur yang cukup seseorang lebih mudah dalam menerima informasi sehingga pengetahuan lebih luas dimana perannya akan lebih baik. Faktor yang mempengaruhi peran selanjutnya yaitu mendampingi dapat diketahui berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa orang tua yang mendampingi merupakan yang paling banyak adalah ibu dengan jumlah 21 responden (67,7%). Menurut Supartini (2004) Kedekatan hubungan antara ibu dan anak sama pentingnya dengan ayah dan anak walaupun secara kodrati akan ada perbedaan, tetepi tidak mengurangi makna penting hubungan tersebut. Dengan demikian jenis kelamin berpengaruh terhadap peran orang tua saat anak hospitalisasi, ada perbedaan peran antara seorang ibu dengan seorang ayah, seorang ibu kebanyakan lebih akrab dengan anaknya karena lebih banyak waktu yang diluangkan bersama anaknya, berbeda dengan seorang ayah yang cenderung lebih sibuk bekerja dan jarang meluangkan sehingga sosok ayah kurang berpengaruh terhadap kehidupan anak. Hubungan anak dengan ibu sangat dekat. Dengan demikian, peneliti menarik kesimpulan
63
bahwa hubungan anak dengan ibu sangat dekat yang dimungkinkan dapat memepengaruhi perasaan berat ketikan seorang anak berpisah dengan ibu. Pendidikan orang tua juga mempengaruhi peran orang tua berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa pendidikan orang tua yang paling banyak adalah SMA yaitu 11 responden (35.5%). Supartini (2004) Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi kesiapan mereka dalam menjalankan peran pengasuh terutama dalam menjaga kesehatan anak, sehingga dalam menjalankan peran informal orang tua baik sebagai pendorong, inisiator, dominator, sahabat, dan koordinator dapat maksimal. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menarik kesimpulan pendidikan sangat berpengaruh dalam penerimaan
informasi
yang
diberikan
seseorang,
dengan
tingkat
pendidikan yang tinggi seseorang akan lebih mudah menerima informasi sehingga berdampak pada kecakapan atau ketrampilan seseorang dalam menjalankan perannya. Pekerjaan orang tua juga mempengaruhi peran orang tua berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa pekerjaan orang tua adalah yang paling banyak yaitu wiraswasta yaitu 14 responden (45,2%). Menurut Umar (2005) pekerjaan
merupakan
kesibukan
yang
harus
dilakukan
terutama
menunjang kehidupan keluarga, ekonomi adalah kegiatan menghasilkan uang di masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup, peran yang diberikan mungkin tidak maksimal diterima karena orang tua terlalu sibuk memikirkan pekerjaan yang tertinggal akibatnya menambah kecemasan
64
yang dirasakan. berdasarkan uraian tersebut peneliti berpendapat dengan kesibukan orang tua akan menambah kecemasan yang dirasakan oleh anak. Faktor yang mempengaruhi selanjutkan adalah pengalaman merawat anak berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa pengalaman merawat anak terbanyak adalah belum pernah merawat anak dengan jumlah 18 responden (58,1%). Menurut Supartini (2006) orang tua dalam meminimalkan cemas akibat perpisahan sangat penting. Pengalaman orang tua ketika anak pertama kali dirawat dirumah sakit merupakan pengalaman yang meneganggkan. Apabila orang tua kurang mendapatkan. Apabila orang tua kurang mendapatkan dukungan emosi dan sosial dari petugas kesehatan akan menunjukan perasaan cemas ketika anaknya pertama pertama kali mengalami perawatan dirumah sakit. Apabila orang tua cemas akan membuat tingkat cemas pada anaknya. Menurut uraian di atas peneliti berpendapat asuhan keperawatan tidak bisa hanya berfokus pada anak tetapi juga orang tuanya. 5.3.2
Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah yang Mengalami Hospitalisai di RSUD Kota Madiun. Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 5.10 dan 31 responden yang mengalami kecemasan berdasarkan pengisian kuesioner bahwa responden kebanyakan mengalami kecemasan ringan sebanyak 14 anak (45,2%), sedangkan anak yang mengalami tingkat cemas sedang 12 anak (38,7%) anak mengalami tingkat cemas berat sebanyak 5 anak (16,1 %). Dapat disimpulkan bahwa tidak ada anak yang mengalami tingkat cemas panik. Sehingga tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah 65
(3-6 tahun) kebanyakan mengalami cemas ringan Sesuai teori (Supartini, 2006) perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan
lingkungan
yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama
kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Peneliti berasumsi bahwa perawatan anak dirumah sakit memerlukan dampingan dari orang tua agar kecemasan anak dapat berkurang. Berdasarkan analisa kuesioner diketahui bahwa kuisioner terbanyak adalah soal nomer 1 dengan jawaban iya yaitu saya lebih merasa gelisah atau gugup dan cemas dari biasanya dengan jumlah 15 anak (48,4%). Menurut Stuart (2006) kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Hospitalisasi menjadi kecemasan terbesar bagi anak akan mengalami kecemasan karena tindakan keperawatan dan penyakitnya. Menurut uraian diatas peneliti berasumsi jika koping yang biasa digunakan tidak mampu mengendalikan akan berkembang dengan kritis tetapi besarnya
efek
tergantung
pada
masing-masing
anak
dalam
memepersiapkannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu usia, jenis kelamin, riwayat dirawat sebelumnya. Berdasarkan data pada tabel 5.3 dapat diketahui rata-rata usia anak paling banyak yaitu 4 tahun 10 anak (32,3%). Menurut Notoatmodjo (2010) ciri anak prasekolah mengekresikan emosinya dengan kebebasan, sikap marah sering diperlihatkan. Pada usia ini masih takut hal baru hal ini biasanya
66
menimbulkan kecemasan. Anak belum biasa mengontrol emosinya, sehingga bisa mempengaruhi berat, sedang, atau ringannya kecemasan hospitalisasi pada anak. Dengan demikian, peneliti berpendapat Semakin bertambahnya usia anak maka pengalaman semakin banyak. Berdasarkan pada data tabel 5.1 frekuensi jenis kelamin kebanyakan anak berjenis kelamin permpuan 19 anak (61,3%). Hal ini disesuaikan dengan terori Hidayat (2009) hal ini dapat dibuktikan bahwa tingkat kecemasan wanita lebih tinggi pada laki-laki sehingga kecemasan akan muncul dipicu dengan kurangnya peran orangtua yang baik. Berdasarkan pengamatan
yang
hampir universal, terlepas dari kultur atau negara
terdapat prevalansi bahwa kecemasan dua kali lebih besar pada besar pada wanita dari pada laki-laki
karena
faktor
hormonal, efek kelahiran,
perbedaan stress psikososial wanita dan laki-laki. Menurut uraian tersebut, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa anak perempuan cenderung memiliki kekhawatiran yang tinggi ketika perawatan dirumah sakit. Faktor selanjutnya adalah riwayat dirawat sebelumnya berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa riwayat dirawat sebelumnya terbanyak adalah belum pernah dirawat sejumlah 19 anak (61,3). Menurut teori Supartini (2006) pada reaksi anak hospitalisasi secara garis besar sedih takut dan rasa bersalah karena menghadapi sesuatu yang belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman, rasa tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialami dan dirasakan menyakitkan. Menurut uraian diatas peneliti berpendapat anak yang belum pernah mengalami perawatan
67
dirumah sakit anak merasa takut dengan hal yang sebelumnya anak rasakan sehingga akan mempengaruhi ringan, sedang, berat yang dirasakan oleh anak. 5.3.3
Hubungan peran orang tua dengan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang menagalami hospitalisasi di RSUD Kota Madiun. Hasil analisa data dari tabel 5.11 Menjelaskan bahwa terdapat 10 (32,3%) responden mendapatkan peran orang tua baik dengan tingkat kecemasan ringan 10 responden (71%). Sedangkan peran orang tua baik dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 4 responden (29%). Peran orang tua cukup dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak 4 responden (32%). Sedangkan peran orang tua cukup dengan
tingkat
kecemasan sedang sebanyak 7 responden (54%). Peran orang tua cukup dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 2 (16%). Sedangkan peran orang tua kurang dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 1 (25%). Dan 3 responden (75 %) mendapatkan peran kurang dengan tingkat kecemasan berat. Hasil uji sperman rank menunjukan bahwa p value = 0,000 < a = 0,05 artinya Ha diterima dengan demikian ada hubungan peran orang tua dengan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalmi hospitalisasi di RSUD Kota Madiun. Berdasarkan tabel 5.11. menyatakan bahwa Hasil uji Spearman Rank dapat dilihat dari p value = 0,000 dengan nilai r = -0.646 yang dikategorikan hubungan kuat (0,600,79) yang artinya
keratan hubungan peran orang tua dengan tingkat
68
kecemasan anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kota Madiun dikategorikan kuat. Hospitalisasi
anak
merupakan
suatu
proses
alasan
tertentu
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua harus dapat mengalami berbagai kejadian yang dapat berupa hal-hal yang sangat traumatik dan penuh cemas. Peran orang tua baik karena adanya dukungan untuk memberi perawatan pada anak yang sakit, pemberian fasilitas kesehatan sesuai, serta adanya upaya dari orang tua yang secara keseluruhan untuk membuat suasana anak lebih baik. Menurut Ronald (2006) yang menyatakan bahwa keluarga atau orang tua berperan sebagai salah satu sumber kekuatan dalam upaya penanganan masalah. Menurut Supartini (2004) Kedekatan hubungan antara ibu dan anak sama pentingnya dengan ayah dan anak walaupun secara kodrati akan ada perbedaan, tetepi tidak mengurangi makna penting hubungan tersebut. Dengan demikian jenis kelamin berpengaruh terhadap peran orang tua saat anak hospitalisasi, ada perbedaan peran antara seorang ibu dengan seorang ayah, seorang ibu kebanyakan lebih akrab dengan anaknya karena lebih banyak waktu yang diluangkan bersama anaknya, berbeda dengan seorang ayah yang cenderung lebih sibuk bekerja dan jarang meluangkan sehingga sosok ayah kurang berpengaruh terhadap kehidupan anak. Hubungan anak dengan ibu sangat dekat. Akibatnya, perpisahan
69
dengan ibu akan menimbulkan rasa kehilangan pada anak, orang terdekat bagi dirinya dan lingkungan yang dikenal olehnya, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan perasaan tidak aman dan rasa cemas. Menurut teori Chen (2005) peran ibu merupakan bagian perjalanan kehidupan manusia yang berfokus pada interaksi dengan bayi dan ayah. Peran orang tua terjadi karena adanya keterlinatan antara anak, ayah dan ibu saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Menurut hasil penelitian Miftahul (2015) bahwa bentuk peran orang tua dalam perawatn anak dirumah sakit adalah keterlibatan orang tua dalam perawatan. Bentuk keterlibatan orang tua mulai dari komunikasi antara anak dengan perawat, membantu mendampingi anak selama prosedur perawatan, Hal ini membuat anak merasa aman dan tidak takut menghadapi perawatan dokter. Peran orang tua ditingkatkan pada saat merawat anak di rumah sakit. Peran orang tua tidak bisa maksimal jika tidak didukung oleh perawat. Menurut Chen (2006) salah satu bentuk dukungan perawatan adalah dengan adanya strategi perawat untuk memanajemen orang tua saat anak dirawat.
Bentuk
strategi tersebut adalah mensosialisasikan
lingkungan rawat dan perawatan yang akan dijalani anak. Strategi yang kedua adalah memberikan kesempatan kepada orang tua untuk terlibat dalam pengambilan keputusan tindakan yang akan diterima anak. Keperawatan menggambarkan
sebagai
proses
penilaian
kebutuhan
kenyamanan pasien, mengembangkan, menerapkan intervensi keperawatan
70
yang sesuai dan mengevaluasi kenyamanan pasien setelah intervensi Wadnaningsih (2005). Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa peran orang tua cukup dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 2 responden (16%). Hal ini disebabkan karena orang tua kurang memperhatikan dampak dari hospitalisasi pada anak sehingga anak lebih beresiko tinggi mengalami kecemasan sedangkan dalam penelitian ini terdapat peran kurang dengan kecemasan anak sedang sebanyak 1 responden (25%) hal ini disebabkan karena anak mampu mengatasi dampak dari hospitalisasi tersebut sehingga meskipun peran orang tua kurang kecemasan anak hanya masuk dalam katagori sedang. Menurut Supartini (2006) orang tua dalam meminimalkan cemas akibat perpisahan sangat penting. Pengalaman orang tua ketika anak pertama kali dirawat dirumah sakit merupakan pengalaman yang meneganggka. Apabila orang tua kurang mendapatkan dukungan emosi dan sosial dari petugas kesehatan akan menunjukan perasaan cemas ketika anaknya pertama pertama kali mengalami perawatan dirumah sakit. Apabila orang tua cemas akan membuat tingkat cemas pada anaknya. Sehingga peran yang di dapatkan tidak maksimal. Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui 14 responden (45,2%) sebagian responden peran orang tua yang baik dilihat dari cara komunikasi dengan anak yaitu membantu mengatasi perasaan cemas dan memeberikan pujian saat anak kooperatif terhadap perawat. Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukan bahwa pasien anak usia 3-6 tahun di RSUD
71
Kota Madiun memiliki tingkat cemas ringan sedangkan sebagian kecel anak mengalami tingkat kecemasan berat. Hal ini didukung oleh teori Miftahul (2015) bahwa keterlibatan orang tua dalam perawatan anak dapat membuat anak merasa aman dan tidak takut menghadapi perawatan dokter. Oleh sebab itu perawat dan tenaga kesehatan lain di RSUD Kota Madiun lebih meningkatkan bagaimana cara agar peran orang tua selama anak mengalami hospitalisasi dapat berjalan dengan maksimal.
72
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Peran orang tua selama anak di hospitalisasi mayoritas adalah baik.
2.
Tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di RSUD Kota Madiun bahwa adalah mayoritas tingkat kecemasan ringan.
3.
Ada hubungan antara peran orang tua dengan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.
6.2
Saran Berdasarkan hasil analisa dan kesimpulan pada penelitian ini, maka saran yang bisa peneliti sampaikan adalah 1.
Bagi Orang Tua Anak Yang Mengalami Tingkat Kecemasan Hospitalisasi Bagi orang tua hendaknya selalu mendampingi anak ketika anak sedang menjalani hospitalisasi di rumah sakit. Peran orang tua sangat penting dalam meminimalkan cemas anak akibat hospitalisasi.
2.
Bagi Perawat Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun Bagi perawat untuk membina hubungan yang lebih baik kepada orang tua maupun anak. Segala informasi tentang kondisi anak bisa
73
disampaikan mulai anak masuk rumah sakit sampai pulang sehingga tidak menimbulkan kecemasan pada orang tua. Pada pelaksanaan perawatan sebaiknya melibatkan orang tua sehingga anak merasa nyaman berada disamping orang tuanya. 3.
Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun Bagi rumah sakit untuk membuat kebijakan agar orang tua dapat dilibatkan dalam perawatan anak yang sakit selama dalam proses perawatan.
4.
Bagi Peneliti Untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut dan lebih luas cukupnnya.
5.
Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Diharapkan institusi dapat mempercepat proses perijinan untuk penelitian mahasiswa dan skripsi ini dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa tahun angkatan berikutnya serta menjadi referensi bagi peneliti selajutnya.
74
DAFTAR PUSTAKA
Arikonto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Aswar. 2005. Sikap Manusia. Jakarta: EGC. Budayani, S.S. 2015. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas tidur Penderita Asma di RSUD Kota Karanganyar. Surakarta: Skripsi. http://www.stikeskusumahusada.ac.id/digilib/files/disk/24/01-gdl-srisatitib1175-skripsi-8.pdf. diakes pada 25 febuari, 20.30. Chen, W.L. 2005. Nurse and parents anides toward pain management and parental participation in postoperative care of children, Thesis, Centre for Reseach, the Queensland University of Technology. Constantin, 2012, What is the role of parent, http//www.lifecho.com. Diakes tanggal 26 maret 2016. Dharma, K. 2011. Metodelogi Penelitian Keperawatan : Panduan melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans Info Media. Diakes dari: http://www.rand.org/labor/bps/susenas.html november 2016.
pada
tanggal
11
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2012. Profil Kesehatan Profinsi Jawa Timur. http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFILKES_P_PROV 2012/P.Prov.JATIM_11.pdf Diakes pada tanggal 7 januari, 20.43. Doto. 2016. Skripsi Pengaruh Terapi Bercerita Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi. Fitri Fauziah & Julianti Widari, 2007. Psikologi Abnormal Klinis. Jakarta: EGC. Hawari, D. 2011. Manajemen Stress Cemas dan Depresi Edisi 2 Jakarta: FKUI. Hidayat, A. 2009, Metoden Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisi Data, Jakarta: Salemba Medika. Kementrian Kesehatan Indonesia. 2012. Profil Kesehatan Indonesia. http:www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/peofil-kesehatanindonesia/profil-kesehatan-indonesia-2012.pdf Diakes pada 13 januari, 18.39.
75
Kholil Lur Rachman. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press. Kurniawan. 2008. Skripsi, Bahaya Yang Sering Terjadi Pada kehamilan Muda. http://www.info-cyber-neth.id diakes tanggal 15 maret 2017. Mubarok WI, Santoso BA, Rozikin K dan Patonah S. 2006. Buku ajaran Keperawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi Dalam Praktik Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik dan keluarga. Jakarta: Sagung Seto. Muscari, M.E. 2005. Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. Nugroho, B.Y. 2012. Metode Kuantitatif Pendekatan Pengambilan Keputusan Untuk Ilmu Sosial dan Bisnis. Jakarta: Salemba Humanika. Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak Untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika. . 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba medika. Nursalam, Susilaningrum & Utami. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak Untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Renica Cipta. Ratna, E. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah di RSUD Dr, Moewardi. Skripsi. Surakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES). Ronald. 2006. Seri Psikologi Anak : Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup, Mendidik Dan Mengembangkan Moral Anak. Bandung: CV Yrama Widya. Setiawan. 2014. Keperawatan anak & Tumbuh Kembang (Pengkajian dan Pengukuran). Yogyakarta: Nuha Medika. Soelaeman. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Bandung : Refika Aditama. Stuart, G.W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Jakarta: Salemba Medika. Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajaran Konsep Keperawatan Anak. Jakarta: ECG.
76
Supartini, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Survei Kesehatan Nasional (SUSENAS). 2010. Jumlah anak usia prasekolah di Indonesia. Tjahjono, Hale, MA.2014. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Kecemasan Anak yang Mengalami Hospitalisasidi Ruang Merah Delima Rumah Salit Wiliam Booth Surabaya Jurnal. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wiliam Booth Surabaya. Umar, H. 2005. Metode Penelitian, Jakarta: Salemba Empat. Wadnaningsih. 2005. Peran Orangtua Bagi Anak. http//pikiranrakyat.com/anak. Wong, D.L. Hockenberry, Marylin J. 2007. Wongs nursing care of infants and children. St Louis, Missouri: Mosby Inc. Wong, D. 2008. Buku Ajaran Keperawatan Pediatrik Wong, Ed 6, vol 2. Jakarta: EGC. Wong, Donna L. 2009. Buku Ajaran Keperawatan Pediatrik, Ed,6, Vol.1. Jakarta: ECG.
77
Lampiran 1 JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No.
Bulan
Kegiatan Januari
1.
Pembuatan dan Konsul Judul
2.
Penyusunan Proposal
3.
Bimbingan Proposal
4.
Ujian Proposal
5.
Revisi Proposal
6.
Pengambilan Data
7.
Penyusunan dan Konsul Skripsi
8.
Ujian Skripsi
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
78
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Hubungan Peran Orang Tua Dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6) tahun Yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun Assalammu’alaikum Wr. Wb Saya adalah mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang sedang melakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan peran orang tua dengan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6) tahun yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kota Madiun. Saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu yang menjadi subjek dalam penelitian ini dengan menjawab pernyataan-penyataan yang ada pada kuesioner. Identitas dan jawaban Bapak/Ibu akan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan. Responden dapat memilih untuk menolak berpartisipasi dalam penelitian ini kapan pun tanpa ada tekanan dari siapa pun. Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian ini perhatikan petunjuk pengisian kuesioner untuk menjawab pernyataan yang ada dan menandatangani formulir persetujuan ini. Terimakasih atas partisipasinya.
Magetan,
April 2017
Peneliti
( Bella Astrika D.Y )
79
Lampiran 3 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
:
Alamat
: Menyatakan bersedia/tidak untuk berpartisipasi dalam pengambilan data
atau sebagai responden pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa “Program Studi S1 Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun” bernama Bella Astrika Dio Yolanda yang berjudul “Hubungan Peran Orang Tua Dengan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah (3-6) Tahun Yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun. Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini besar manfaatnya bagi peningkatan ilmu keperawatan dan akan dijamin kerahasiaannya,
Magetan, April 2017 Responden
(
)
Catatan : *Coret yang tidak perlu
80
Lampiran 4 KISI-KISI KUESIONER HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6) TAHUN YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN
No. 1.
2.
Variabel Penelitian Peran Orang Tua
Tingkat Kecemasan
Parameter 1. Menjalin kolaborasi antara orang tua dengan profesi kesehatan.
No. Soal 1-2
2. Kehadiran orang tua yang dapat memberikan rasa nyaman pada anak.
3-4
3. Keterlibatan orang tua dalam perawatan.
5-6
4. Memberikan support emosional kepada anak.
7-8
5. Ikut terlibat pada tindakan yang sederhana.
9-10
6. Menjelaskan kepada anak tentang kondisi anak.
11-12
7. Memenuhi kebutuhan anak selama dirawat
13-14
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kecemasan Takut Mental Tremor Nyeri tubuh Kelemahan
1 2 3 4 5 6
7.
Gelisah
7
8.
Jantung berdebar-debar
8
9. Pusing 10. Kesemutan
9 10
81
11. Sakit perut gangguan pencernaan 12. Frekuensi kencing 13. Berkeringat 14. Wajah memerah 15. Gangguan tidur 16. Mimpi buruk
11 12 13 14 15 16
82
Lampiran 5 No responden
LEMBAR KUESIONER HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6) TAHUN YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN Petunjuk : 1. Berilah tanda centang ( ) pada salah satu jawaban yang benar! 2. Semua pertanyaan harus dijawab! 3. Bila ada yang kurang dimengerti silahkan bertanya kepada peneliti!
A. DATA DEMOGRAFI 1.
Jenis kelamin anak Laki-laki
2.
3.
4.
Riwayat dirawat sebelumnya dirumah sakit Pernah
Belum pernah
3 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
6 Tahun
Usia Anak
Orang tua yang mendampingi Ayah
5.
Perempuan
Ibu
Usia orang tua yang mendampingi ........ Tahun
83
6.
Pendidikan Tidak Sekolah
7.
SLTP
PT
Pekerjaan Tidak Bekerja
8.
SD
Wiraswasta
Karyawan
PNS
Lainlain
Pengalaman merawat anak di rumah sakit Pernah
Belum Pernah
84
KUESIONER PERAN ORANG TUA A. Bacalah dengan seksama setiap pernyataan di bawah ! B. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan kenyataan perilaku pada saat Anda dirawat di rumah sakit dengan memberi tanda () pada kolom jawaban yang tersedia dengan salah satu pilihan jawaban berikut : 1. Ya =1 2. Tidak = 0 No 1
Indikator Peran Orang Tua Menjalin kerjasama dengan tenaga kesehatan
2
Memberikan rasa nyaman pada anak
3
Keterlibatan dalam perawatan
4
Memberikan support emosional kepada anak
5
Terlibat pada tindakan yang sederhana Menjelaskan tentang kondisi anak Memenuhi kebutuhan anak
6 7
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Uraian Singkat Mendukung bila dokter dan perawat bila mengatakan anak banyak istirahat Mendorong anak agar mau diambil tindakan perawatan (diambil darah, diinfus, ukur suhu, suntik, dsb) Memberikan kenyamanan kepaada anak dengan memeluk, mencium dan berbicara pada anak Bermain dengan anak Mendampingi anak saat diperiksa Mengatur waktu istirahat dan tidur anak Mendampingi dan mendukung anak saat anak menerima tindakan yang membuat rasa nyeri Memberikan pujian bila anak mau makan dan minum obat selama perawatan Memberikan kompres jika anak demam Membantu memberikan obat yang diminum anak Memberikan penjelasan tentang makanan apa saja yang boleh dimakan selama perawatan Membantu dan melayani anak untuk makan Memandikan, menggosok gigi, memberihkan muka anak
Ya
Tidak
85
1. Petunjuk pengisian jawaban pernyataan-pernyataan dibawah ini dengan memberikan tanda check list (√) pada kotak yang telah disediakan. Pernyataan untuk variabel tingkat kecemaasan : 0 = Tidak pernah sama sekali 1 = Ya
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Pernyataan
Jawaban 0
1
Saya lebih merasa gelisah atau gugup dan cemas dari biasanya Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas Saya mudah marah, tersinggung atau panik Kedua tangan dan kaki saya sering gemetar Saya sering terganggu oleh sakit kepala, nyeri leher atau nyeri otot Saya merasa badan saya lemah dan mudah lelah Saya tidak dapat istirahat atau duduk dengan tenang Saya merasa jantung saya berdebar-debar dengan keras dan cepat. Saya sering mengalami pusing Saya merasa kaku dan mati rasa dingin dan sering basah oleh keringat Saya merasa sakit perut atau gangguan pencernaan Saya sering kencing daripada biasanya Saya merasa tangan saya dingin dan sering basah oleh keringat Wajah saya terasa panas dan kemerahan Saya sulit tidur dan tidak dapat istirahat malam Saya mengalami mimpi-mimpi buruk
86
Lampiran 6 VALIDITAS PERAN ORANG TUA Correlations s1 s1
Pearson Correlation
s2
s3
s4
s5
s6
1 1.000**
.509
.509
.509
.000
.133
.133
.133
10
10
10
10
10
1.000**
1
.509
.509
.133 10
Sig. (2-tailed) N s2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
s3
10
10
Pearson Correlation
.509
.509
Sig. (2-tailed)
.133
.133
10
10
N s4
.509 .509 .333
.667*
.667* 1.000** 1.000** 1.000**
.509
.408
.847**
.133 .133 .347
.035
.035
.000
.000
.000
.133
.242
.002
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.509
.509 .509 .333
.667*
.667* 1.000** 1.000** 1.000**
.509
.408
.847**
.133
.133
.133 .133 .347
.035
.035
.000
.000
.000
.133
.242
.002
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
1 1.000** 1.000** 1.000** 1.00** .655*
.764*
.764*
.509
.509
.509
.048
-.089
.851**
.010
.010
.133
.133
.133
.896
.807
.002
10
10
10
10
10
10
10
10
10
1 1.000** 1.000** 1.00** .655*
.764*
.764*
.509
.509
.509
.048
-.089
.851**
.010
.010
.133
.133
.133
.896
.807
.002
10
10
10
10
10
10
10
10
10
1 1.000** 1.00** .655*
.764*
.764*
.509
.509
.509
.048
-.089
.851**
.000 .000 .040
.010
.010
.133
.133
.133
.896
.807
.002
10
10
10
10
10
10
10
10
10
Pearson Correlation
.509
.509 1.000**
Sig. (2-tailed)
.133
.133
.000
10
10
10
N s5
.000
s10
.000
.000
10
10
.000 10
Pearson Correlation
.509
.509 1.000** 1.000**
Sig. (2-tailed)
.133
.133
.000
.000
10
10
10
10
N
10
10
10
10
10
s8
.000 .000 .040 10
10
.000 .000 .040 10
10
10
10
10
s11
s12
s13
s14
total_sk or
s9
10
s7
s15
87
s6
Pearson Correlation
.509
.509 1.000** 1.000** 1.000**
Sig. (2-tailed)
.133
.133
.000
.000
.000
10
10
10
10
10
N s7
.509
.048
-.089
.851**
.000 .040 10
.010
.010
.133
.133
.133
.896
.807
.002
10
10
10
10
10
10
10
10
10
1 .655*
.764*
.764*
.509
.509
.509
.048
-.089
.851**
.040
.010
.010
.133
.133
.133
.896
.807
.002
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
1
.500
.500
.333
.333
.333
.218
.000
.613
.141
.141
.347
.347
.347
.545
1.000
.059
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.133
.133
.000
.000
.000
.000
10
10
10
10
10
10
Pearson Correlation
.333
.333
.655*
.655*
.655*
.655* .655*
Sig. (2-tailed)
.347
.347
.040
.040
.040
.040 .040
10
10
10
10
10
Pearson Correlation
.667*
.667*
.764*
.764*
.764*
.764* .764* .500
1 1.000**
.667*
.667*
.667*
.218
.102
.887**
Sig. (2-tailed)
.035
.035
.010
.010
.010
.010 .010 .141
.000
.035
.035
.035
.545
.779
.001
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
Pearson Correlation
.667*
.667*
.764*
.764*
.764*
.764* .764* .500 1.000**
1
.667*
.667*
.667*
.218
.102
.887**
Sig. (2-tailed)
.035
.035
.010
.010
.010
.010 .010 .141
.035
.035
.035
.545
.779
.001
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
1.000** 1.000**
.509
.509
1 1.000** 1.000**
.509
.408
.847**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
s12
.509
Sig. (2-tailed)
N s11
.509
.509 1.000** 1.000** 1.000** 1.000**
N s10
.764*
.509
N s9
.764*
Pearson Correlation N
s8
1 1.00** .655*
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
10
10
10
10
10
10
10
10
.000
10
10
10
.509
.509 .509 .333
.667*
.667*
.133 .133 .347
.035
.035
10
10
10
.000
.000
.133
.133
.133
10
10
10
10
10
1.000** 1.000**
.509
.509
.509
.509 .509 .333
.667*
.667* 1.000**
.133
.133
.133
.133 .133 .347
.035
.035
.000
.000
10
10
10
.000
.000
.000
.133
.242
.002
10
10
10
10
10
1 1.000**
.509
.408
.847**
.000
.133
.242
.002
88
N s13
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
10
10
10
1.000** 1.000**
.509
.509
10
10
10
10
.509
.509 .509 .333 .133 .133 .347
10
10
10
10
10
10
10
.667*
.667* 1.000** 1.000**
1
.509
.408
.847**
.035
.035
.000
.000
.133
.242
.002
10
10
10
10
10
10
10
10
10
1
.802**
.421
.005
.226
.000
.133
.133
.133
10
10
10
10
10
Pearson Correlation
.509
.509
.048
.048
.048
.048 .048 .218
.218
.218
.509
.509
.509
Sig. (2-tailed)
.133
.133
.896
.896
.896
.896 .896 .545
.545
.545
.133
.133
.133
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
Pearson Correlation
.408
.408
-.089
-.089
-.089
-.089 -.089 .000
.102
.102
.408
.408
.408
.802**
1
.286
Sig. (2-tailed)
.242
.242
.807
.807
.807
.807 .807 1.000
.779
.779
.242
.242
.242
.005
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.847**
.847**
.851**
.851**
.851**
.851** .851** .613
.887**
.887**
.847**
.847**
.847**
.421
.286
1
.002
.002
.002
.002
.002
.002 .002 .059
.001
.001
.002
.002
.002
.226
.423
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
N s15
10
.000
N s14
10
N total_ Pearson skor Correlation Sig. (2-tailed) N
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.423
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
89
10
Lampiran 7
Konsultasi Proposal Skripsi
90
91
Lampiran 8
92
Lampiran 9
93
Lampiran 10 DATA DISTRIBUSI FREKUENSI 1.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Jenis_kelamin_anak
Frequency Valid
2.
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
Laki-Laki
12
38.7
38.7
38.7
Perempuan
19
61.3
61.3
100.0
Total
31
100.0
100.0
Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Dirawat Sebelumnya
Riwayat_dirawat_sebelumnya Cumulative Frequency Valid
3.
Percent
Valid Percent
Percent
Pernah
12
38.7
38.7
38.7
belum pernah
19
61.3
61.3
100.0
Total
31
100.0
100.0
Karakteristik Responden Berdasarkan Orang Tua yang Mendampingi Orangtua_yang_mendampingi Cumulative Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Ayah
10
32.3
32.3
32.3
Ibu
21
67.7
67.7
100.0
Total
31
100.0
100.0
94
4.
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Orangtua
Pendidikan_orangtua Cumulative Frequency Valid
Valid Percent
Percent
SD
3
9.7
9.7
9.7
SMP
8
25.8
25.8
35.5
SMA
11
35.5
35.5
71.0
9
29.0
29.0
100.0
31
100.0
100.0
PT Total
5.
Percent
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Orangtua Pekerjaan_Orangtua Cumulative Frequency
Valid
Valid Percent
Percent
tidak bekerja
1
3.2
3.2
3.2
Wiraswasta
14
45.2
45.2
48.4
Karyawan
4
12.9
12.9
61.3
PNS
5
16.1
16.1
77.4
Lain-Lain
7
22.6
22.6
100.0
31
100.0
100.0
Total
6.
Percent
Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Merawat Anak Pengalaman_merawat_anak Cumulative Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Pernah
13
41.9
41.9
41.9
belum pernah
18
58.1
58.1
100.0
Total
31
100.0
100.0
95
7.
Karakteristik Responden Berdasarkan Peran Orangtua Peran_orangtua Cumulative Frequency
Valid
Valid Percent
Percent
Baik
14
45.2
45.2
45.2
Cukup
13
41.9
41.9
87.1
Kurang
4
12.9
12.9
100.0
31
100.0
100.0
Total
8.
Percent
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Tingkat_Kecemasan Cumulative Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Ringan
14
45.2
45.2
45.2
Sedang
12
38.7
38.7
83.9
Berat
5
16.1
16.1
100.0
Total
31
100.0
100.0
96
Lampiran 11 Tendensi Sentral
1.
Berdasarkan Usia Anak
Statistics Usia_Anak N
Valid
31
Missing
0
Mean
4.32
Median
4.00
Mode
4
Minimum
3
Maximum
6
Percentiles
95
6.00
Usia_anak Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
3 Tahun
8
25.8
25.8
25.8
4 Tahun
10
32.3
32.3
58.1
5 Tahun
9
29.0
29.0
87.1
6 Tahun
4
12.9
12.9
100.0
31
100.0
100.0
Total
97
2.
Berdasarkan Usia Peran Orang Tua
Statistics Usia_orangtua N
Valid
31
Missing
0
Mean
29.39
Median
31.00
Mode
32
Std. Deviation
4.063
Minimum
22
Maximum
35
Percentiles
95
35.00
Usia_orangtua Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
22
1
3.2
3.2
3.2
23
4
12.9
12.9
16.1
25
3
9.7
9.7
25.8
27
1
3.2
3.2
29.0
28
3
9.7
9.7
38.7
29
2
6.5
6.5
45.2
30
1
3.2
3.2
48.4
31
4
12.9
12.9
61.3
32
5
16.1
16.1
77.4
33
2
6.5
6.5
83.9
34
2
6.5
6.5
90.3
35
3
9.7
9.7
100.0
31
100.0
100.0
Total
98
Lampiran 12
Tabulasi Silang Peran Orang Tua Dengan Tingkat Kecemasan Anak Case Processing Summary Cases Valid N peran_orangtua *
Percent 31
Tingkat_Kecemasan
Missing N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 31
100.0%
peran_orangtua * Tingkat_Kecemasan Crosstabulation Tingkat_Kecemasan Ringan peran_orangtua Baik
Count % of Total
Cukup
Count % of Total
Kurang
Count % of Total
Total
Count % of Total
Sedang
Buruk
Total
10
4
0
14
32.3%
12.9%
.0%
45.2%
4
7
2
13
12.9%
22.6%
6.5%
41.9%
0
1
3
4
.0%
3.2%
9.7%
12.9%
14
12
5
31
45.2%
38.7%
16.1%
100.0%
99
Lampiran 13
Hasil Pengitungan SPSS Uji Spearman Rank Hubungan Peran Orang Tua Dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun
Correlations Tingkat_Kece Peran_orangtua Spearman's rho
Peran_or Correlation Coefficient angtua
Sig. (2-tailed) N
Tingkat_ Correlation Coefficient Keceman
Sig. (2-tailed) N
masan
1.000
-.646**
.
.000
31
31
-.646**
1.000
.000
.
31
31
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
100
Lampiran 14 TABULASI PERAN ORANG TUA No
No. Res
Jenis Kelamin Anak
Usia Anak
Orang Tua yang Mendam pingi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Res 1 Res 2 Res 3 Res 4 Res 5 Res 6 Res 7 Res 8 Res 9 Res 10 Res 11 Res 12 Res 13 Res 14 Res 15 Res 16 Res 17 Res 18 Res 19 Res 20 Res 21 Res 22 Res 23 Res 24 Res 25 Res 26 Res 27 Res 28 Res 29 Res 30 Res 31
p L P L L L P L P P P L L P L P P P L L L L L P P P L L P L P
3thn 5 thn 5 thn 4 thn 5 thn 3 thn 3 thn 5 thn 4 thn 3 thn 6 thn 5 thn 5 thn 6 thn 4 thn 4 thn 3 thn 5 thn 4 thn 3 thn 3 thn 4 thn 6 thn 5 thn 4 thn 6 thn 5 thn 5 thn 4 thn 4 thn 3 thn
Ayah Ibu Ayah Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ayah Ibu Ibu Ibu Ayah Ayah Ibu Ibu Ayah Ibu Ibu Ayah Ibu Ayah Ayah Ibu Ibu Ayah Ibu Ibu Ibu
Usia Orang Tua yang Mendam pingi 22 tahun 29 tahun 28 tahun 33 tahun 31 tahun 25 tahun 27 tahun 25 tahun 32 tahun 23 tahun 35 tahun 34 tahun 32 tahun 35 tahun 31 tahun 28 tahun 23 tahun 32 tahun 28 tahun 25 tahun 23 tahun 32 tahun 35 tahun 33 tahun 29 tahun 34 tahun 31 tahun 32 tahun 31 tahun 30 tahun 23 tahun
Pendidikan
Pekerjaan
Pengalaman merawat anak
PT PT SMA SMA SMA SMP PT SMA SMA SMP SMA SMA SMA PT SMA SD PT SD SMA SMP SMP SMP SMP SD PT SMP PT SMP PT PT SMA
Wiraswasta Wiraswasta Karyawan Lain-Lain Tidak bekerja Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta wiraswasta Wiraswasta PNS PNS Lain-Lain PNS Wiraswasta Lain-Lain PNS Lain-Lain Wiraswasta Lain-Lain Wiraswasta Wiraswasta Karyawan Wiraswasta Lain-Lain Karyawan Karyawan Lain-Lain PNS Wiraswasta Wiraswasta
Belum pernah pernah Belum pernah Pernah Pernah Belum pernah Pernah Belum pernah Belum pernah Belum pernah Pernah Belum pernah Belum pernah Pernah Belum pernah pernah Belum pernah Belum pernah pernah Belum pernah Belum pernah Belum pernah Belum pernah Pernah Pernah Belum pernah Belum pernah Pernah Pernah Belum pernah Pernah
Soal Peran Orangtua 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
3 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
6 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
7 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0
8 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0
9 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
10 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1
11 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1
12 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
13 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0
SP
SM
%
Kategori
12 9 11 8 10 6 8 12 7 9 11 8 11 5 10 9 12 6 9 10 6 7 9 10 9 9 12 11 10 11 9
13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
92.30 69.23 84.61 61.53 76.92 46.15 61.53 92.30 53.84 69.23 84.61 61.53 84.61 38.45 76.92 69.23 92.30 46.15 69.23 76.92 46.15 53.84 69.23 76.92 69.23 69.23 92.30 84.61 76.92 84.61 69.23
Baik Cukup Baik Cukup Baik Kurang Cukup Baik Cukup Cukup Baik Cukup Baik Kurang Baik Cukup Baik Kurang Cukup Baik Kurang Cukup Cukup Baik Cukup Cukup Baik Baik Baik Baik Cukup
101
Lampiran 15 TABULASI TINGKAT KECEMASAN No
No. Res
Jenis Kelamin Anak
Usia Anak
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Res 1 Res 2 Res 3 Res 4 Res 5 Res 6 Res 7 Res 8 Res 9 Res 10 Res 11 Res 12 Res 13 Res 14 Res 15 Res 16 Res 17 Res 18 Res 19 Res 20 Res 21 Res 22 Res 23 Res 24 Res 25 Res 26 Res 27 Res 28 Res 29 Res 30 Res 31
p L P L L L P L P P P L L P L P P P L L L L L P P P L L P L P
3thn 5 thn 5 thn 4 thn 5 thn 3 thn 3 thn 5 thn 4 thn 3 thn 6 thn 5 thn 5 thn 6 thn 4 thn 4 thn 3 thn 5 thn 4 thn 3 thn 3 thn 4 thn 6 thn 5 thn 4 thn 6 thn 5 thn 5 thn 4 thn 4 thn 3 thn
Orang Tua yang Mendam pingi Ayah Ibu Ayah Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ayah Ibu Ibu Ibu Ayah Ayah Ibu Ibu Ayah Ibu Ibu Ayah Ibu Ayah Ayah Ibu Ibu Ayah Ibu Ibu Ibu
Usia Orang Tua yang Mendampi ngi 22 tahun 29 tahun 28 tahun 33 tahun 31 tahun 25 tahun 27 tahun 25 tahun 32 tahun 23 tahun 35 tahun 34 tahun 32 tahun 35 tahun 31 tahun 28 tahun 23 tahun 32 tahun 28 tahun 25 tahun 23 tahun 32 tahun 35 tahun 33 tahun 29 tahun 34 tahun 31 tahun 32 tahun 31 tahun 30 tahun 23 tahun
Pendidikan
Pekerjaan
Pengalaman merawat anak
PT PT SMA SMA SMA SMP PT SMA SMA SMP SMA SMA SMA PT SMA SD PT SD SMA SMP SMP SMP SMP SD PT SMP PT SMP PT PT SMA
Wiraswasta Wiraswasta Karyawan Lain-Lain Tidak bekerja Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta wiraswasta Wiraswasta PNS PNS Lain-Lain PNS Wiraswasta Lain-Lain PNS Lain-Lain Wiraswasta Lain-Lain Wiraswasta Wiraswasta Karyawan Wiraswasta Lain-Lain Karyawan Karyawan Lain-Lain PNS Wiraswasta Wiraswasta
Belum pernah Pernah Belum pernah Pernah Pernah Belum pernah Pernah Belum pernah Belum pernah Belum pernah Pernah Belum pernah Belum pernah Pernah Belum pernah Pernah Belum pernah Belum pernah Pernah Belum pernah Belum pernah Belum pernah Belum pernah Pernah Pernah Belum pernah Belum pernah Pernah Pernah Belum pernah Pernah
Soal Tingkat Kecemasan 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 o 0 1
2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
3 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0
4 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1
5 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1
6 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1
7 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1
8 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
9 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
10 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
11 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
12 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0
13 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1
15 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
SKOR
KATEG ORI
4 5 2 11 6 9 7 2 1 1 3 1 2 11 2 5 2 10 7 7 12 11 4 4 1 5 2 1 1 2 8
Ringan sedang Ringan Berat sedang sedang sedang Ringan Ringan Ringan sedang Ringan Ringan Berat Ringan sedang Ringan Berat sedang sedang berat Berat sedang sedang Ringan sedang Ringan Ringan Ringan Ringan sedang
102
Lampiran 16 ANALISA KUESIONER 1.
Peran Orang Tua
Indikator No Peran Orang Tua 1 Menjalin kerjasama dengan tenaga kesehatan
2
3
4
Memberikan rasa nyaman pada anak
Keterlibatan dalam perawatan Memberikan support emosional kepada anak
5
Terlibat pada tindakan yang sederhana
6
Menjelaskan tentang kondisi anak Memenuhi kebutuhan anak
7
Uraian Singkat 14. Mendukung bila dokter dan perawat bila mengatakan anak banyak istirahat 15. Mendorong anak agar mau diambil tindakan perawatan (diambil darah, diinfus, ukur suhu, suntik, dsb) 16. Memberikan kenyamanan kepaada anak dengan memeluk, mencium dan berbicara pada anak 17. Bermain dengan anak 18. Mendampingi anak saat diperiksa 19. Mengatur waktu istirahat dan tidur anak 20. Mendampingi dan mendukung anak saat anak menerima tindakan yang membuat rasa nyeri 21. Memberikan pujian bila anak mau makan dan minum obat selama perawatan 22. Memberikan kompres jika anak demam 23. Membantu memberikan obat yang diminum anak 24. Memberikan penjelasan tentang makanan apa saja yang boleh dimakan selama perawatan 25. Membantu dan melayani anak untuk makan 26. Memandikan, menggosok gigi, memberihkan muka anak
Ya
Tidak
31 (100%)
-
22 7 (77,4%) (22,6%)
22 (71%)
9 (29%)
19 12 (61.3%) (38,7%) 26 5 (83,9%) (16,1%) 23 8 (74,2%) (25,8) 15 16 (48,4%) (51,6%) 16 15 (51,6%) (48,4%) 26 5 (83,9%) (16,1%) 28 3 (90,3%) (9,7%) 15 16 (48,4%) (51,6%) 24 7 (77,4%) (22,6%) 14 17 (45,2%) (54,8%)
103
2.
Tingkat Kecemasan
No
Pernyataan
1
Saya lebih merasa gelisah atau gugup dan cemas dari biasanya
2
Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas
3
Saya mudah marah, tersinggung atau panik
4
Kedua tangan dan kaki saya sering gemetar
5
Saya sering terganggu oleh sakit kepala, nyeri leher atau nyeri otot
6
Saya merasa badan saya lemah dan mudah lelah
7 8 9 10 11
Saya tidak dapat istirahat atau duduk dengan tenang Saya merasa jantung saya berdebar-debar dengan keras dan cepat. Saya sering mengalami pusing Saya merasa kaku dan mati rasa dingin dan sering basah oleh keringat Saya merasa sakit perut atau gangguan pencernaan
12
Saya sering kencing daripada biasanya
13
Saya merasa tangan saya dingin dan sering basah oleh keringat
14
Wajah saya terasa panas dan kemerahan
15
Saya sulit tidur dan tidak dapat istirahat malam
16
Saya mengalami mimpi-mimpi buruk
Jawaban Ya Tidak 15 16 (48,4%) (51,6) 6 25 (19,4%) (80,6%) 10 21 (32,3%) (67,7%) 10 21 (32,3%) (67,7%0 11 20 (35,5%) (64,5%) 10 21 (32,3%) (67,7%) 11 20 (35,5%) (64,5%) 7 24 (22,6%) (77,4) 6 25 (19,4%) (80,6%) 8 23 (25,8%) (74,2%) 11 20 (35,5%) (64,5%) 10 21 (32,3%) (67,7%) 7 24 (22,6%) (77,4 9 22 (29%) (71%) 6 25 (19,4%) (80,6%) 12 19 (38,7%) (61,3%)
104
Lampiran 17 DOKUMENTASI PENELITIAN
105
Lampiran 18
106
Lampiran 19
Konsultasi Skripsi
107