Ilmu Arudl Wal Qawafi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Arifuddin



ILMU ARUDH WAL QAWAFI



Program Studi Sastra Arab UNS



Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT) ILMU ARUDH WAL QAWAFI Penulis : Arifuddin Editor : Abdul Malik Eva Farhah Desain sampul : Aulia Anias Desain Isi : Nur Eko Ikhsanto Cetakan 1 : Desember 2018 Ukuran : 15 X 23 cm; viii + 199 hlm. Penerbit : Program Studi Sastra Arab FIB UNS Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan Jebres Surakarta 57126, Telepon (0271) 646994 ISBN : 978-602-71888-8-4



Copyright@2018 Penerbit Hak Cipta Dilindungi Undang-undang All Right Reserved



ii



KATA PENGANTAR Al-Chamdu li’-Llāh, segala puji hanya milik Allah SWT Tuhan Semesta Alam, Dzat Yang Maha Mengetahui dan Maha Penyayang, Dzat Yang telah menganugerahkan kekuatan berpikir, merasa, dan bertindak kepada manusia sehingga dengan nikmat itu manusia diangkat sebagai khalifah pemegang mandat Allah SWT. di muka bumi ini. Sholawat dan salam selalu tersampaikan kepada Pemimpin Agung, Nabi Muhammad SAW. sebaik-baik pendidik dan teladan bagi seluruh umat manusia, dan juga kepada segenap keluarga dan keturunannya, para sahabat dan pengikutnya. Amin. Ilmu’Arudl wa Qawafi adalah ilmu yang membahas tentang nada dan irama syair Arab, khususnya yang bergenre syair larik (asy-syiʻru al‘amūdū) dan mengkaji tentang bunyi akhir bait syair (qāfiyah) serta aturan-aturan yang diberlakukan untuknya. Dalam kajian kritik sastra Arab klasik, ilmu ini menjadi parameter keabsahan karya sastra iii



disebut sebagai syair Arab. Keberadaannya seperti ilmu nahwu (sintaksis) yang mengukur ketepatan dan keberterimaan tuturan atau tulisan berbahasa Arab. Kesalahan implementasi kaidah-kaidahnya sama seperti kesalahan (lachn) gramatika ketika berbicara atau menulis bahasa Arab. Oleh karena itu, ilmu ini wajib dikuasai oleh pelajar sastra Arab atau orang yang menggeluti bidang sastra dan kritik sastra Arab. Buku Ilmu ‘Arudl wa Qawafi ini ditulis untuk pemula yang mulai menekuni ilmu kesusasteraan Arab. Penulis berusaha menyajikannya dalam sistematika dan cara penyajian yang mudah dan praktis. Bermula dari kaidah-kaidah dasar analisis irama syair Arab hingga pola irama syair Arab, permasalahan ilmu arudh wa qawafi dikaji dengan memanfaatkan tabel atau diagram dan sejumlah latihan untuk mengasah pengetahuan dan implementasi teori. Diharapkan banyaknya terminologi dan kekhasan mekanisme analisis dalam ilmu ini dapat dikuasai secara mudah dan ringan.



iv



Penulis berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik secara langsung atau tidak langsung terhadap kemunculan buku ajar ini. Secara khusus terikasih ini dihaturkan kepada Bapak Rekor Universitas Sebelas Maret, Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. yang telah menaruh perhatian yang besar kepada Program Studi Sastra Arab; Bapak Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Prof. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D. yang dengan tekun menuntun dan mengarahkan Prodi Sastra Arab ke arah yang lebih maju; Kepala Prodi Sastra Arab beserta semua dosen Prodi yang telah memunculkan inisiasi penulisan buku ajar ini dan mengisi perjalanan Prodi Sastra Arab dengan banyak pelajaran dan pengalaman yang berharga. Selain itu, secara khusus terimakasih juga disampaikan kepada istri tercinta yang dengan sabar dan kebesaran hatinya memberikan dukungan dan waktu kepada penulis untuk bisa menyelesaikan buku ajar ini, dan juga kepada ‘malaikat-malaiakat kecil’ yang tidak lelah menghadirkan keceriaan dan kebahagiaan di hati penulis.



v



Akhirnya, penulis berharap dan berdoa semoga buku ajar ini bermanfaat secara luas dan menjadi investasi ibadah di akhirat. Amin.



Penulis



vi



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAGIAN I: PENGANTAR 1. Puisi dan Prosa 2. Ilmu Arudh wal Qawafi BAGIAN II: ILMU ARUDH I. Pengantar Ilmu Arudh 1. Bachr dan Taf’īlah 2. Taqthî’ Syair 3. Beberapa istilah penting 4. Macam-macam Zichāf dan ‘Illah 5. Penyimpangan-penyimpangan Darurat Bahasa Puisi II. Jenis-jenis Bachr dalam Ilmu Arudh 1. Bachr Thawīl 2. Bachr Madīd 3. Bachr Basīth 4. Bachr Wāfir 5. Bachr Kāmil 6. Bachr Hazej 7. Bachr Rojaz vii



iii vii 1 8 19 19 24 32 37 48 55 55 64 72 81 86 95 100



8. Bachr Romal 9. Bachr Sarī’ 10. Bachr Munsarich 11. Bachr Khafīf 12. Bachr Mudlāri’ 13. Bachr Muqtadlab 14. Bachr Mujtatstsu 15. Bachr Mutaqârib 16. Bachr Mutadârak BAGIAN III: ILMU QAFIYAH 1. Definisi Qafiyah 2. Huruf-huruf Qafiyah 3. Cacat-cacat Qafiyah DAFTAR PUSTAKA



viii



112 118 124 129 135 138 142 148 157 168 173 189 197



BAGIAN I: PENGANTAR 1. Puisi dan Prosa Ragam bahasa secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian, pertama bahasa puisi atau syair dan kedua bahasa prosa. Masing-masing jenis memiliki pengertian dan karakteristik yang khas. Dalam KBBI Online, puisi didefinisikan sebagai ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Sedang prosa diartikan sebagai oposisi bahasa puisi, yaitu karangan bebas yang tidak terikat oleh kaidah yang ada dalam puisi. Dalam tradisi kesusasteraan Arab klasik, puisi atau syair Arab didefinisikan sebagai ragam bahasa yang terikat dengan irama (wazan) dan rima (qāfiyah). Dalam bahasa Arab diredaksikan kalāmun mawzūnun muqaffā. Dua ciri utama puisi Arab klasik ini mengindikasikan bahwa keduanya adalah unsur utama yang amat diperhatikan oleh para penyair dan kritikus sastra Arab klasik. Gaya bahasa figurasi, imajinasi, dan gagasan yang impresif, yang lazim ada dalam puisi tampaknya kurang signifikan dalam menentukan jenis ragam bahasa, setidaknya dalam rumusan definisi di atas. Hal ini yang kemudian dikritisi oleh penyair dan kritikus Arab masa 1



modern, sehingga mereka merevisi definisi puisi dengan memasukkan unsure-unsur tersebut. Terlepas dari perdebatan tentang definisi tersebut, irama dan rima dalam puisi Arab telah dikaji dan dirumuskan oleh para kritikus sejak lama. Rumusanrumusan itu yang kemudian dikumpulkan dan disusun dalam sebuah disiplin ilmu pengetahuan yang disebut ilmu Arudh wal qawāfī. Sebelum adanya rumusan ini, para penyair Arab sudah memahami dan menerapkan kaidah-kaidah ilmu Arudh wal qawāfī yang mereka ketahui secara turun temurun. Kemampuan ini sudah terbentuk di alam bawah sadar mereka (salīqah). Dengan intuisi kebahasaan dan pengalaman berinteraksi dengan bahasa-bahasa puisi, sedikit demi sedikit salīqah tersebut terbangun di dalam diri mereka. Hal ini tidak jauh berbeda dengan kemampuan berbahasa yang dimiliki bangsa Arab. Meskipun kaidah-kaidah bahasa belum dirumuskan secara mandiri, mereka cukup fasih dan tepat dalam berbahasa. Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa Imam Khalīl bin Ahmad (718-786) dalam menciptakan ilmu Arudh wal qawāfī hanyalah mengumpulkan dan menyusun pola-pola irama yang sudah mapan dan beredar luas di kalangan penyair Arab masa dulu. Beliau 2



tidak datang dengan data-data yang baru, yang tidak ditemukan sebelumnya. Akan tetapi, dengan data-data yang sudah ada Imam Khalīl memformulasikan pola irama dan mengkonstruksikan bahasa puisi secara komperehensif serta menciptakan nama dan istilah untuk masing-masing pola. Untuk memahami perbedaan konstruksi bahasa puisi dan prosa, perlu dijelaskan terlebih dahulu dua bentuk ragam bahasa, puisi dan prosa, dan analisis konstruksi kebahasaan terutama dari sisi fonologinya. Ada dua teks yang akan diperbandingkan (Abdullathīf, 1999: 12). Teks A adalah kutipan prosa dari novel Najīb Machfūdz yang berjudul al-Lishshu wal-Kilāb :



ً ‫ت ادلنى‬ ً ٍ‫ كلىكًن ًَِّن سأىنٍػ يقض ًِف الٍوق‬، ‫لىن أىقىع ًِف اٍل يف ًخ‬ ً ‫اس‬ ، ‫ب ىكاٍلىىق ىد ًر‬ ‫ٍ ى‬ ‫ٌ ى‬ ‫ى ي ى‬ ‫ي‬ ‫و‬ ً ً ‫ت ًِف النىػ ٍف‬ ، ‫ضاءي ىكالٍك ٍد ير‬ ‫اب ىعٍنػ ىها احليُّر ىكالٍغيبى يار ىكالٍبىػ ٍغ ى‬ ٍ ‫ىك ىسنىاء إً ىذا ىخطىىر‬ ‫س ٍاصلى ى‬ ‫الصغً ىريةي ىع ٍن أىبً ىيها ؟‬ َّ ً‫ىك ىسطى ىع احلىنىا يف فً ىيها ىكالنىػ ىق ًاء غ‬ ‫ ىما ىذا تىػ ٍع ًر ي‬. ‫ب ادلطىًر‬ ‫ؼ ى‬ ‫ى‬ ً ً ‫وص ًِف ادل ًاء‬ ‫غ‬ ‫ػ‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫اء‬ ‫ج‬ .. ‫ر‬ ‫ه‬ ‫ص‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ ىكالطىًر ًيق ىكاحلى ىارًة ىكاجلىًٌو ادليٍ ى‬، ‫الى ىشٍي ىئ‬ ‫ى ى ٍ ىٍ ى ي ى‬ ً ً ً ‫ ىكيىػٍنػ يف يذ‬، ‫ ىكيىػتىسلَّ يق اجلي ٍد ىرا يف ىكال ىفأٍ ًر‬، ‫الص ىق ًر‬ ‫ ىكيىطريي ًِف اذلىىواء ىك ى‬، ‫الس ىم ىكة‬ ‫ىك ى‬ ً ً ً ‫ص‬ . ‫اص‬ ‫الر ى‬ ‫م ىن البىاب ىك ى‬



Teks B adalah puisi Ibrāhīm Nājī yang berjudul al-Athlāl:



3



‫ىَي فيػ ىؤ ًادل ىرًح ىم هللاي اذلىىول‬ ً ً ‫ب ىعلىى أىطٍ ىَللًًو‬ ٍ ‫ا ٍسق ًِن ىكا ٍشىر‬



‫ص ٍر نخا ًم ٍن ىخيى واؿ فىػ ىه ىول‬ ‫ىكا ىف ى‬ ‫الد ٍم يع ىرىكل‬ ‫ىك ٍارًك ىع ًٌِن طىالى ىما ى‬ ً ‫كح ًديثنا ًمن أىح ًاد‬ ‫يث اجلىىول‬ ‫ٍ ى‬ ‫ىى‬



‫ب أ ٍىم ىسى ىخبىػنرا‬ ُّ ‫ف ىذ ىاؾ احلي‬ ‫ىكٍي ى‬



Teks A sebagaimana dapat diamati terdiri dari kalimat-kalimat yang panjang dan pendeknya berbeda satu dengan yang lain sesuai makna yang diungkap oleh penulis. Kalimat pertama (ِ ‫ ْن لُف ِّخ‬- ‫ فِى‬- ‫ َل َل َل‬- ‫ ) َل ْن‬terdiri dari empat kata. Kalimat selanjutnya ( - ‫ فِى‬- ‫ َل َل ْنن ُف ُف‬- ‫َلو َل ِكنَّنِى‬ ِ ‫ َلك ْن َل َل َل‬- ِ ِ ‫ ُفلنَل‬- ِ ‫ ) ْن َلو ْن‬terdiri dari enam kata, dan kalimat ketiga ( ‫ع ْنن َله – ُفل ُّر‬ ‫ نَل ْنل ِ – ْنن َل َل – َل‬- ‫َلو َلنَل اٍء – ِإذَل – َل َل َل ْن – فِى‬ ‫ َلو ْن ِك ْن ُف‬- ‫ َلو ْن َل ْن َل ُفا‬- ‫ ) – َلو ْن ُف َل ُف‬terdiri dari sebelas kata. Demikian juga dengan kalimat-kalimat setelahnya tersusun dari kata-kata yang tidak dibatasi atau diatur oleh kesamaan dalam tingkat durasi atau bunyi tertentu. Semuanya ditentukan oleh makna yang ingin diungkap tanpa mempertimbangkan kesamaan durasi dan bunyi di dalamnya. Teks B dicermati terdiri dari tiga larik, masingmasing larik terdapat dua sisi baris, masing-masing sisi baris tersusun dari sejumlah kata yang bisa sama dan tidak sama dengan sisi baris yang lain. Larik pertama sisi baris pertama (‫ َله َلوى‬- ‫ )يَل – فُف َلؤ ِى – َل لِ َل – ُف‬terdiri dari 4



lima kata, sisi baris kedua (‫ فَل َله َلوى‬- ‫ص ْن ً – لِ ْن – َل يَل ٍءا‬ ‫ َل‬- ‫) َلك َل‬ tersusun dari lima kata. Pada larik kedua sisi pertama (ِ ِ ‫ َل ْن َل‬- ‫علَلى‬ ‫ َلو ْنا َل ْن – َل‬- ‫ ) ِ ْن ِ نِى‬ada empat kata, dan di sisi kedua (‫ َل َلوى‬- ‫عنِّخِى – َل َل َلل – َل ْنل ُف‬ ‫ ) َلو ْن ِو – َل‬terdapat lima kata. Demikian juga pada larik ketiga sisi baris pertama ( ً ‫ َل َل‬- ‫ ) َلك ْني َل – ذَل اَل – ُفل ُّر – َل ْنل َلى‬terdapat lima kata, dan sisi baris kedua (‫َل َلوى‬ -‫ي‬ ِ ‫ ) َلو َلل ِيث ً – لِ ْن – َل َلل ِي‬terdapat empat kata. Namun demikian, kita juga dapat mengamati bahwa meskipun masing-masing sisi baris tidak sama dalam jumlah kata yang tersusun, tetapi memiliki kesamaan dalam jumlah atau durasi bunyi yang diartikulasikan dan didengar. Untuk membuktikan hal tersebut, kita dapat membagi atau memenggal masingmasing sisi baris ke dalam satuan kecil kata yaitu suku kata. Maka akan ditemukan tabel deretan suku kata sebagai berikut: 11 suku kata 11 suku kata



/ ‫ ال‬/ ‫ ىمل‬/ ‫ ًح‬/ ‫ ىر‬/ ‫ ًدل‬/ ‫ ىؤا‬/ ‫ؼ‬ ‫ ي‬/ ‫ ىَي‬Larik 1 sisi ‫ ىكل‬/ ‫ ىىػ‬/ ‫يىل‬



baris 1



‫ ىكل‬/ ‫ ىق‬/ ‫ؼ‬ ‫ى‬



baris 2



/‫ وؿ‬/ ‫ ىَي‬/ ‫ ىخ‬/ ‫ ًم ٍن‬/ ‫ نخا‬/ ‫ص ٍر‬ ‫ ى‬/ ‫ ىف‬/ ‫ ىكا‬Larik 1 sisi



5



11 suku kata



ً ً‫ ا‬Larik 2 sisi / ‫ ىَل‬/ ‫ عى‬/ ‫ب‬ ٍ ‫ ىك‬/ ‫ ًِن‬/ ‫ ؽ‬/ ‫س‬ ٍ ‫ ىر‬/ ‫اش‬ ٍ ً‫ ق‬/ ‫ ًؿ‬/ ‫ ىال‬/ ‫ أى ٍط‬baris 1



11 suku kata



‫ ىد ٍـ‬/ ‫ ىم ٍد‬/ ‫ ىؿ‬/ ‫ طىا‬/ ‫ ًِن‬/ ‫ ىع ٍن‬/ ‫ ًك‬/ ‫ ىك ٍار‬Larik 2 sisi baris 2 ‫ ىكل‬/ ‫ ىر‬/ ‫ عي‬/



11 suku kata 11 suku kata



‫ أ ٍىـ‬/ ‫ب‬ ‫ ى‬/ ٍ ‫ىك‬ ‫ ي‬/‫ب‬ ٍ ‫ يح‬/ ‫ ىكل‬/ ‫ ذىا‬/ ‫ؼ‬ ‫ نرا‬/ ‫ب‬ ‫ ى‬/ ‫ ىخ‬/ ‫ ىسى‬/ / ‫ ًدم‬/ ‫ ىحا‬/ ‫ أى‬/ ‫ ًم ٍن‬/ ‫ نًث‬/ ‫ ًدم‬/ ‫ ىح‬/ ‫ىك‬ ‫ ىكل‬/ ‫ ىج‬/ ‫ثًل‬



Larik 3 sisi baris 1 Larik 3 sisi baris 2



Ada dua hal yang dapat dijelaskan dari tabel di atas. Pertama, masing-masing baris tersusun dari sebelas suku kata yang sama. Artinya masing-masing memiliki kuantitas bunyi dan durasi yang sama. Kedua, masing-masig terrangkai oleh satu sistem tertentu, yakni suku kata panjang akan terulang di tempat urutan yang sama pada masing-masing sisi baris, demikian juga dengan suku kata pendek. Dengan demikian, deretan bunyi yang sedemikian sistematis akan menciptakan satu nada atau irama tertentu, dan pola deretan bunyi yang demikian itu disebut wazn.



6



Selain itu, dari ketiga larik di atas dapat diamati adanya kesamaan dalam bunyi akhir (rima). Masingmasing diakhiri oleh bunyi waa (‫)وا‬ َ dengan vokal pajang. Kesamaan ini juga turut berkontribusi menciptakan keseimbangan irama dan musik dalam kumpulan syair larik selain unsur wazn di atas. Kesamaan bunyi akhir setiap larik syair ini disebut qāfiyah. Dua unsur ini, wazn dan qāfiyah, adalah ciri utama dari syair Arab sehingga oleh sastrawan klasik syair didefinisikan sebagai ragam bahasa yang terikat oleh wazn dan qāfiyah. Dua unsur ini pula yang membedakan syair dengan prosa (natsr). Prosa tidak memiliki pola bunyi dan irama yang sistematis, tidak juga harus memiliki kesamaan akhir bunyi yang sama. Akan tetapi, jika didapati prosa yang berakhiran bunyi yang sama maka itu disebut prosa bersajak (natsran masjū’an) seperti teks prosa di atas, beberapa kalimatnya diakhiri bunyi yang sama yaitu ra. Kalimat-kalimat tersebut



ً ‫ت ادلنى‬ ً ٍ‫كلىكًن ًَِّن سأىنٍػ يقض ًِف الٍوق‬ ً ‫اس‬ ‫ ىك ىسنى واء إًذىا‬/ ‫ب ىكاٍلىىق ىد ًر‬ ‫ى‬ ‫ى ي ى‬ ‫ي‬ ً ‫ت ًِف النىػ ٍف‬ ‫ ىك ىسطى ىع‬/ ‫ضاءي ىكالٍكً ٍد ير‬ ‫اب ىعٍنػ ىها احليُّر ىكالٍغيبى يار ىكالٍبىػغٍ ى‬ ٍ ‫ىخطىىر‬ ‫س ٍاصلى ى‬ ‫ب ادلطىًر‬ َّ ً‫)احلىنىا يف فً ىيها ىكالنىػ ىق ًاء غ‬ ‫ى‬ adalah



(



7



2. Ilmu Arudh wal Qawāfī Sebagaimana yang tampak dari namanya, ilmu ‘arūdh wal qawāfī terdiri dari dua bagian, yaitu ilmu ‘arūdh dan ilmu qawāfī. Masing-masing memiliki pengertian dan fungsi sendiri-sendiri. Meski demikian, masing-masing masih dalam satu kesatuan objek kajian, yaitu puisi. Bagian pertama, ilmu ‘arūdh didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari wazan (pola) syair Arab dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya. (AlHāsyimī, 1997: 6) Sedangkan ilmu qawāfī adalah ilmu yang mempelajari hal ihwal huruf akhir bait syair Arab. (Al-Hāsyimī, 1997: 108). Gabungan dari kedua ilmu ini disebut ilmu ‘arūdh wal qawāfī atau ada yang menyebutnya ilmu ‘arūdh wal qāfiyah (bentuk tunggal kata qawāfī). Bahkan, tidak sedikit yang hanya memendekkannya dengan sebutan ilmu ‘arūdh saja. Dari definisi di atas kita dapat memahami pembahasan ilmu ini yaitu tentang wazn, atau bentukbentuk pola irama dalam puisi. Bentuk-bentuk pola ini berupa deretan konsonan dan vokal yang membentuk suku kata tertentu yang sedemikian rupa, yang berulangulang dan merangkai satu konstruksi irama yang sama, sebagaimana telah dicontohkan di atas. Bentuk-bentuk 8



tersebut dalam prakteknya tidak selalu stabil, tetapi dimungkinkan adanya perubahan-perubahan baik dengan menambah atau menghilangkan satu huruf konsonan, vokal, atau suku kata tertentu pada bagian kata tertentu. Perubahan-perubahan ini dalam kaidah ilmu Arudh ada jenis-jenis dan juga tempat-tempatnya sehingga tidak bersifat mana suka (arbitrer). Perubahan di luar kaidah dianggap sebagai aib dan kesalahan yang bisa menurunkan tingkat kualitas puisi seseorang. Selain tentang wazn, ilmu ini juga mengkaji tentang qāfiyah. Secara sederhana qāfiyah diartikan huruf terakhir bait syair Arab. Huruf ini bersama hurufhuruf lain yang berasamanya membentuk satu susunan yang harus terulang di setiap bait puisi Arab. Oleh karenanya terkadang kumpulan bait puisi Arab dinamai dengan nama huruf terakhirnya seperti al-qashīdah almīmiyyah, dan qashīdatu Lāmiyatil-‘Arab karya penyair pra Islama, Asy-Syanfarī. Dalam rumpun ilmu-ilmu Arab, ilmu Arudh wal qawāfī termasuk ke dalam bagian ilmu-ilmu sastra. AsSyāyib (2003:17-18) mengklasifikasikan ilmu ini ke dalam ilmu-ilmu sastra Arab yang harus dikuasai oleh sastrawan dan kritikus Arab. Ilmu ini tidak kalah pentingnya dengan ilmu-ilmu sastra yang lain seperti 9



Balaghah (retorika Arab), kritik sastra, sejarah sastra, ilmu sharaf (morfologi), ilmu nahwu (sintaksis), leksikologi. Kegunaan utama ilmu ini adalah dapat menghindarkan seorang penyair dan kritikus dari kesalahan penggunaan pola irama dan rima puisi Arab. Kesalahan dalam hal irama dan rima tidak kalah buruknya dengan kesalahan dalam hal morfologi dan sintaksis. Lebih jauh, As-Syāyib menyatakan:



‫ كاخلطأ العركضى‬،‫كالعركض للناظم ىو مقياسو ادلوسيقى‬ ‫ فهذه التفعيلة الىت تتكرر ِف السطر‬.‫كاخلطأ النحول‬ ‫ مث حتفظ كحدة البيت حني تتكرر‬،‫حتفظ كحدتو الوزنية‬ ‫ كتكرار الوزف ِف كل بيت ػلفظ‬،‫ِف سطره الثاِن‬ ‫ كما أف كحدة القافية ضبط‬.‫للقصيدة كحدهتا ادلوسيقية‬ .‫ذلذه النغمة األخرية الىت تنتهى هبا األبيات مجيعا‬ Ilmu Arudh adalah parameter standarisasi puisi Arab, wazan-wazan-nya menjaga keutuhan dan keharmonisan unsur irama yang ada di dalamnya. Keharmonisan itu terjaga mulai dari bait yang pertama



10



sampai dengan yang terakhir. Demikian juga ilmu qawāfī, menjaga kesatuan bunyi akhir setiap bait. Membicarakan ilmu Arudh wal qawāfī tidak bisa dilepaskan dari tokoh linguistik dan sastra Arab fenomenal, Imam Khalīl bin Ahmad1. Dialah yang mencetuskan dan melahirkan ilmu Arudh wal qawāfī, satu dari sekian karya-karyanya yang monumental, sehingga layak jika beliau disebut sebagai Bapak ilmu Arudh wal qawāfī. Keunggulannya dalam banyak bidang ilmu memang menarik decak kagum banyak ulama. Banyak sejarawan yang meyakini bahwa beliau memiliki kemampuan logika dan matematika yang luar biasa, sehingga mampu menghitung secara statistik pola-pola irama yang ada di hampir semua puisi Arab saat itu, juga



1



Imam Khalīl bin Ahmad bin ‘Amr al-Farāhidī al-Azdī, Abu ‘Abdurrahmān. Seorang pemuka ilmu bahasa dan sastra Arab. Pencetus ilmu Arudh wal qawāfī. Guru Imam Sibawaih, imam para ahli nahwu. Beliau lahir di Basrah, hidup miskin tapi sangat penyabar, berrambut kusut, kulit pucat, penampilan lusuh, pakaian sobek, tidak dikenal orang banyak. Di akhir hayatnya, dia berpikir menciptakan metode penjumlahan yang inovatif dan memudahkan orang awam, suatu saat dia masuk masjid dalam keadaan berpikir untuk menemukan cara tersebut. Secara tidak sadar, dia membentur tiang masjid, yang akhirnya menyebabkan kematiannya. (Ziriklī, 2002: juz 2, hal. 314)



11



beberapa kumpulan suku kata yang menyusun pola-pola irama tersebut. Terkait inisiatif Imam Khalīl untuk melakukan kodifikasi ilmu Arudh wal qawāfī ada beberapa riwayat yang disampaikan para sejarawan. Riwayat pertama menyatakan bahwa saat Imam Khalīl melakukan ibadah haji di kota Makkah, beliau berdoa kepada Allah Swt. agar dikaruniai ilmu baru yang belum ada sebelumnya, dan semua orang akan menimba ilmu darinya. Sepulang dari ibadah haji, Allah Swt. membuka pintu pikirannya untuk menciptakan ilmu Arudh. Riwayat kedua menceritakan dari Hamzah bin Hasan al-Ashfihānī bahwa inisiatif Imam Khalīl muncul saat mendengar ketukan palu yang jatuh menimpa panci di sebuah gang di wilayah Shaffarin, Basrah. Riwayat ketiga mengatakan, bahwa beliau mengurung diri di sebuah ruangan kamar selama berhari-hari, mengetuk-ngetukkan jari-jarinya sampai akhirnya terkumpul sejumlah pola irama syair Arab dan rimanya. (al-Bachrāwī, 1993:15) Riwayat yang lain disampaikan juga oleh Al-Hāsyimī (1997:8), alasan beliau menciptakan ilmu Arudh adalah karena banyak orang yang mulai berpaling kepada Imam Sībawaih, murid Imam Khalīl, dan meninggalkannya. Akhirnya, Imam Khalīl berdoa kepada Allah Swt. di Masjidil Haram. 12



agar diberi anugerah, kemudian Allah Swt. menunjukkannya kepada ilmu Arudh. Dari sekian riwayat yang disampaikan para sejarawan, menurut hemat saya semuanya dapat dirangkai dalam sebuah narasi kisah yang berkaitan. Inisiatif awal datang dari diri Imam Khalīl. Di sini, ada yang berpendapat beliau memulai dengan berdoa kepada Allah kemudian mendapat petunjuk, ada yang berpendapat inspirasinya berasal dari peristiwa yang dialami beliau sendiri, seperti adanya ketukan palu dan situasi orang-orang mulai berpaling darinya. Sedang riwayat beliau mengurung diri di kamar selama berharihari menunjukkan proses pengumpulan data, analisis, dan penyampaian hasil penelitian beliau, sehingga muncul rumusan-rumusan ilmu Arudh wal qawāfī. Dengan demikian, kita dapat memandang riwayatriwayat di atas sebagai penggalan-penggalan cerita yang disampaikan secara sepotong oleh beberapa saksi sejarah, tanpa harus menafikan satu atau yang lainnya. Adapun penamaan ilmu Arudh, ada yang menyebutkan, Arudh adalah nama lain kota Makkah yang menjadi tempat tinggal Imam Khalil saat menyusun ilmu ini. Dia menamakan ilmu Arudh agar mendapatkan berkah dari nama tempat tersebut. Ada juga yang 13



menyebutkan, karena kata Arudh bermakna “nama benda yang digunakan menimbang”. Dan ilmu ini digunakan menimbang benar dan tidaknya satuan irama syair Arab. (As-Sammān, 1986: 8) Imam at-Tabrīzī memberikan pendapat lain. Kata Arudh secara bahasa bermakna tempat atau sisi. Orang Arab mengatakan: ‫ن‬ ‫ع ُف و ٍء‬ ‫( لعى فى َل‬engkau bersamaku dalam satu tempat). Bisa jadi Imam Khalīl menamai ilmu ini dengan Arudh karena ilmu ini adalah salah satu sisi dari syair Arab. (AtTabrīzī, 1994:17). Kontribusi Imam Khalīl dengan menciptakan ilmu ini telah memberikan manfaat baik bersifat teoritis maupun praktis kepada para penyair dan kritikus setelahnya. Teori-teori tentang irama dan rima puisi Arab berkembang dengan pesat dengan munculnya buku-buku yang mengkaji wazan puisi Arab. Diantara buku-buku tersebut adalah Kitābul-Arudh karya Ibnu Jinnī (1002), al-Kāfī fīl-Arudh wal-Qawāfī karya at-Tabrīzī (1109). Adapun manfaat ilmu Arudh secara praktis adalah (Al-Hāsyimī, 1997: 7) terhindar dari kesalahan dalam menggunakan pola irama (wazn) puisi Arab, atau adanya tumpang tindih penggunaan pola irama dalam satu kumpulan puisi Arab (qashīdah), atau kesalahan dalam 14



melakukan perubahan-perubahan dalam satuan suku kata yang menyusun pola irama, dan juga dapat membedakan dengan jelas antara puisi Arab dan prosa, baik bersajak maupun bebas, termasuk membedakan bahasa Al-Quran yang bukan merupakan bahasa puisi. Terkait dengan ragam bahasa Al-Quran, asSammān (1986: 9) mengutip pendapat beberapa ulama Islam yang menyatakan, wajib hukumnya mempelajari ilmu Arudh karena hanya ilmu ini yang bisa menunjukkan kepada kita bahwa Al-Quran bukanlah syair yang memiliki wazan-wazan tertentu. Hanya ilmu Arudh yang mampu membantah tuduhan bahwa AlQuran itu syair yang digubah oleh Muhammad Saw. sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran (QS. 36:69). Dengan mengenal pola-pola irama dan satuan-satuan suku kata yang menyusunnya, yang berlaku secara baku dan menjadi konsensus penyair Arab kita akan mudah mengidentifikasi bahwa bahasa Al-Quran bukanlah jenis konstruksi bahasa syair Arab. Meskipun demikian, terdapat beberapa ayat AlQuran yang konstruksi bahasanya menyamai wazanwazan dalam ilmu Arudh. Kesamaan ini hanyalah bersifat kebetulan, tidak disengaja. Redaksi Al-Quran sejak awal tidak dimaksudkan untuk menyesuaikan 15



wazan-wazan tersebut. Akan tetapi, secara kebetulan beberapa konstruksi bahasa Al-Quran mengikuti polapola irama syair Arab tertentu sehingga tidak dapat dikatakan, bahasa Al-Quran merupakan bagian dari syair Arab. Para sastrawan dan kritikus Arab menegaskan bahawa agar sebuah ungkapan dapat dikatakan sebagai syair, paling tidak ungkapan tersbut harus memenuhi dua unsur, (1) mengikuti wazan-wazan yang berlaku dalam ilmu Arudh, (2) adanya unsur kesengajaan mengikuti wazan-wazan tersebut. Hal inilah yang membedakan antara Al-Quran atau prosa Arab yang bersajak dengan syair, yaitu kesengajaan menyesuaikan dengan wazan-wazan syair. Diantara ayat-ayat Al-Quran yang konstruksi bahasanya menyamai wazan-wazan syair Arab adalah (As-Sammān: 10): -



ً‫ي‬ (QS. 3: 92): .‫حتبُّو ىف‬



‫لى ٍن تىػنىاليوا الًٍ َّ ىح َّىت تيػٍن ًف يقوا ًشلَّا‬



Ayat ini menyamai wazan bachr romal majzū’. -



(QS. 35:18): .‫لًنىػ ٍف ًس ًو‬



‫ىكىم ٍن تىػىَّكى فىًَّظلىا يىػتىػىٌكى‬



Ayat ini menyamai wazan bachr khafīf majzū’.



16



-



(QS. 108:1): .‫ك ٍوثى ًر‬ ‫الٍ ى‬



‫اؾ‬ ‫َّإإ أ ٍىعطىٍيػنى ى‬



Ayat ini menyamai wazan bachr mutadārak. Ayat-ayat Al-Quran yang menyamai wazan-wazan syair Arab tertentu juga ditemukan dalam beberapa syair yang mengutip dan menjadikan ayat atau sebagian ayat Al-Quran sebagai bagiannya. Sebagai teks agama yang dikultuskan oleh umat Islam, ada batasan-batasan etika mengutip ayat Al-Quran, demikian juga teks Hadis dalam syair Arab. Jika batasan etika itu dilanggar seperti mengutip ayat Al-Quran dalam syair yang membicarakan tema romantisme percintaan, rayuan kepada wanita, dan sejenisnya maka kutipan ini dilarang keras. Misalnya syair Abu Nawas berikut :



ً ‫ط ًِف األىرد‬ َّ ‫يخ‬ ‫الش ٍع ًر ىم ٍويزك هف‬ ًٌ ‫اؼ ىسطٍهر ًم ٍن بى ًدي ًع‬ ‫ٍى‬ } ‫تيػٍن ًف يقوا ًشلَّا يًحتبُّو ىف‬ ‫{ لى ٍن تىػنىاليوا الًٍ َّ ىح َّىت‬



Akan tetapi, jika tidak melanggar batasan etika kutipan itu diperbolehkan seperti:



ً ‫وؿ لًم ٍقلىتىػي ًو ًحني ىإما ك ًسحر النػَّوًـ ًِف األىج ىف‬ ‫اف ىسا ًرل‬ ٍ ٍ ‫أىقي ي ي ٍ ٍى ى ى ٍ ي‬ } ‫َّها ًر‬ ‫تىػبى ىارىؾ ىم ٍن تىػ ىوفَّا يك ٍم بًلىٍي ول { ىكيىػ ٍعلى يم ىما ىجىر ٍحتي ٍم ًِبلنػ ى‬



Selain Al-Quran, banyak juga ditemukan perkataan orang Arab yang menyamai wazan-wazan dalam ilmu 17



Arudh, tetapi perkataan-perkataan itu tidak disebut sebagai syair karena tidakdanya kesengajaan untuk menyesuaikan perkataan tersebut dengan wazan-wazan syair.



18



BAGIAN II: ILMU ARUDH I.



Pengantar Ilmu Arudh Pasal pertama ini membahas tentang terminologi dasar yang harus dipahami terlebih dahulu sebelum membahas pola-pola irama dan menganalisisnya dalam ilmu Arudh. Keberhasilan menentukan pola irama syair Arab dan menganalisis struktur internalnya sepenuhnya bergantung kepada pemahaman dan penguasaan kita terhadap permasalahan pasal ini. Bagian ini dapat diilustrasikan seperti pisau yang kita gunakan untuk membedah dan mengidentifikasi ketepatan penggunaan pola irama syair Arab dan perubahan-perubahan di dalamnya. 1. Bachr dan Taf’īlah Secara bahasa, bachr (bentuk jamaknya adalah buchūr) berarti laut atau samudera. Dalam istilah ilmu Arudh bisa kita artikan sebagai wazan, yaitu sederet susunan suku kata yang membentuk satu pola irama tertentu. Pola irama ini oleh Imam Khalīl dikelompokkan menjadi 15 bachr atau wazan. Kemudian ditambahkan satu jenis bachr oleh muridnya, yaitu Imam al-Akhfasy, dan dinamai bachr al-muchdats atau al-mutadārak. 19



Sehingga, jumlah akhir bachr atau wazan dalam ilmu Arudh adalah enam belas bachr. Penamaan istilah bachr ini memiliki nilai falsafah tersendiri bagi Imam Khalīl. Anīs (1952: 49) menjelaskan, sebutan ini adalah bahasa figurasi berupa penyamaan dengan makna asli bachr yang sisi kesamaannya adalah kandungan yang tidak akan habis meski terus menerus diambil. Demikian juga wazan syair akan terus ada sebagai neraca atau parameter syair Arab yang tak terhingga. Bachr ini terdiri dari deretan satuan kata yang digunakan sebagai standar analisis, yang disebut sebagai taf’īlah. Ada bachr yang terdiri dari satu taf’īlah yang terulang sebanyak enam atau delapan kali, ada juga yang terdiri dari dua taf’īlah yang terulang-ulang sebanyak dua atau tiga kali. Adapun bentuk-bentuk bachr tersebut adalah sebagai berikut:



‫فعولن مفاعيلن فعولن مفاعيلن‬



ً ‫ فعولن مفاعيلن فعولن مفاعيلن‬: ‫يل‬ ‫ الطىو ي‬.1



‫فعولن فعولن فعولن فعولن‬



‫فعولن فعولن فعولن فعولن‬: ‫ب‬ ‫ الٍ يمىتػ ىقا ًر ي‬.2



20



‫الرىمل ‪ :‬فاعَلتن فاعَلتن فاعَلتن‬ ‫‪ .3‬ى‬



‫فاعَلتن فاعَلتن فاعَلتن‬



‫‪ .4‬ادل ًديد ‪ :‬فاعَلتن فاعلن فاعَلتن‬ ‫ى‬ ‫ً‬ ‫يف ‪ :‬فاعَلتن مستفع لن فاعَلتن‬ ‫‪ .5‬اخلىف ي‬



‫فاعَلتن فاعلن فاعَلتن‬ ‫فاعَلتن مستفع لن فاعَلتن‬



‫ط ‪ :‬مستفعلن فاعلن مستفعلن فاعلن مستفعلن فاعلن مستفعلن فاعلن‬ ‫‪ .6‬ىالب ًسي ي‬ ‫الر ىجي ‪ :‬مستفعلن مستفعلن مستفعلن‬ ‫‪ .7‬ى‬



‫مستفعلن مستفعلن مستفعلن‬



‫يع ‪ :‬مستفعلن مستفعلن مفعوالت‬ ‫الس ًر ي‬ ‫‪ .8‬ى‬



‫مستفعلن مستفعلن مفعوالت‬



‫ًح ‪ :‬مستفعلن مفعوالت مستفعلن‬ ‫‪ .9‬ادليٍن ىسر ي‬



‫مستفعلن مفعوالت مستفعلن‬



‫ث ‪ :‬مستفع لن فاعَلتن مستفعلن‬ ‫‪.10‬ادل ٍجىت ُّ‬ ‫ي‬ ‫الو ًافير ‪ :‬مفاعلنت مفاعلنت فعولن‬ ‫‪ .11‬ى‬



‫مستفع لن فاعَلتن مستفعلن‬ ‫مفاعلنت مفاعلنت فعولن‬



‫‪.12‬ال ىك ًام يل ‪ :‬متفاعلن متفاعلن متفاعلن‬



‫متفاعلن متفاعلن متفاعلن‬



‫’‪bachr al-mujtats selamanya majzu‬‬ ‫‪21‬‬



‫‪‬‬



‫‪‬‬











‫مفاعيلن مفاعيلن مفاعيلن‬



‫مفاعيلن مفاعيلن مفاعيلن‬



: ‫اذلىٍ يج‬.13



‫مفاعيلن فاع التن مفاعيلن‬



‫ مفاعيلن فاع التن مفاعيلن‬: ‫ع‬ ‫ادل ى‬.14 ‫ضا ًر ي‬ ‫ي‬



‫مفعوالت مستفعلن مستفعلن‬



ً ‫مفعوالت مستفعلن مستفعلن‬: ‫ب‬ ‫ادليٍقىتض ي‬.15



‫فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن‬



‫ فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن‬: ‫ادلىت ىد ىاريؾ‬.16 ‫ي‬



Enam belas bentuk bachr di atas dapat dicermati terdiri dari taf’īlah- taf’īlah. Taf’īlah ini tersusun dari beberapa suku kata (al-maqtha’) dan memiliki kuantitas atau durasi bunyi yang beragam. Sebagai parameter atau neraca, tentu satuan kata (taf’īlah) ini tidak sama awal dan akhirnya dengan rangkaian kata syair yang diukur atau dianalisis. Taf’īlah bisa diawali dari awal kata yang ada dalam syair, bisa juga dari tengah dan akhir. Demikian juga akhirannya, bisa berada di awal, tengah, dan akhir kata yang ada dalam syair. (Yammūt, 1992: 16) Lebih jelasnya kita perhatikan contoh syair al-Mutanabbī berikut: 



bachr al-hazj selamanya majzu’. bachr al-muqtadlab selamanya majzu’







22



‫اب‬ ٍ ‫ض ىها ىكيى يم‬ ‫ىجابى ى بىػ ٍع ي‬ ‫اجلىىو ي‬ ‫أى‬



‫ات ىح َّىت‬ ‫ىكتى ٍسأ يىؿ ىعٍنػ يه يم الٍ ىفلى ىو ي‬



Bachr syair di atas adalah wafīr yang tersusun dari



taf’īlah ‫علَل ُف ْن‬ ‫ ُفللَل َل‬. Jika dianalisis menyesuaikan taf’īlah, bentuk tulisan syair tersebut adalah sebagai berikut:



‫ ىج ىوابيو‬،‫ػض ىها ىك يعلي ٍل‬ ‫ ي‬، ‫بىػ ٍعػ‬ ‫ه‬/‫ه‬// ‫ه‬///‫ه‬// ‫ه‬///‫ه‬// ‫نت فىػ يعولي ٍن‬ ٍ‫اعلى ي‬ ‫يم ىف ى‬



‫ىجاٍبى ى‬ ‫ ي‬،‫ يعلي ٍل فىػلى ىوا‬،‫ىكتى ٍسأ يىؿ ىع ٍن‬ ‫ت ىحٍتػ ىىت أ ى‬ ‫ه‬/‫ه‬// ‫ه‬///‫ه‬// ‫ه‬///‫ه‬// ‫نت‬ ٍ‫اعلى ي‬ ٍ‫اعلى ي‬ ٍ‫اعلى ي‬ ‫نت فىػ يعولي ٍن يم ىف ى‬ ‫نت يم ىف ى‬ ‫يم ىف ى‬



Pada proses analisis di atas, kita lihat taf’īlah yang kedua dimulai dari huruf ha’ dari dlamir ( ‫ )ه‬di tengah kata ( ‫)عنه‬, dan berakhir di tengah kata ( ‫) للو‬. Taf’īlah ketiga dimulai dari huruf ( ) kata ( ‫) للو‬. Taf’īlah keempat berakhir di tengah kata ( ‫)يع‬. Taf’īlah kelima dimulai dari huruf ( ) dari kata ( ‫) ع‬. Dan Taf’īlah keenam dimulai dari tengah kata ( ‫) و‬. Dengan demikian, satuan nada (taf’īlah ) dalam ilmu Arudh bisa dimulai dan diakhiri di awal, tengah, atau akhir kata. Adapun bentuk-bentuk taf’īlah yang dikenal dalam ilmu Arudh adalah sebagai berikut: /‫ ق‬/‫ ق‬/‫ ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬// ‫ مفعوالت‬6 ‫ فػعولين‬1



‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/



‫ى ٍ يٍ ى ي‬ ‫يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن‬



7



23



‫ق‬//‫ق‬/



ٍ ٍ‫ى ي‬ ‫فىاعًلي ٍن‬



2



‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/



‫يم ٍستىػ ٍف ًع لي ٍن‬ ‫فىاعًَلىتي ٍن‬ ‫فى ًاع الى تي ٍن‬



8



‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬//



9



‫ق‬///‫ق‬//



10



‫ق‬//‫ق‬///



‫ىم ىفاعًٍيػلي ٍن‬ ‫نت‬ ٍ‫اعلى ي‬ ‫يم ىف ى‬ ً ‫متػ ىف‬ ‫اعلي ٍن‬ ‫يى‬



3 4 5



Sepuluh taf’īlah ini, tidak selamanya utuh, tapi terkadang mengalami perubahan menyesuaikan syair yang ditimbang. Perubahan itu bisa jadi menghilangkan huruf, menambahkan, atau menyukun huruf yang berharakat sebagaimana yang akan dijelaskan. 2. Taqthî’ Syair Taqthî ( ‫ ) ي‬secara bahasa bermakna memotong-motong, bentuk mashdar dari kata kerja qaththa’a yuqaththi’u. Taqthî’ adalah proses analisis dalam ilmu Arudh, yaitu menimbang atau membandingkan kata dalam bait dengan taf’īlah berdasarkan huruf yang berharakat dan bersukun, untuk mengetahui jenis bachr-nya (Yammūt, 1992: 17). Cara yang dilakukan adalah dengan memisah-misah atau memenggal syair Arab sesuai taf’īlah. Untuk bisa melakukannya dengan baik, ada beberapa hal yang harus dipahami.



24



a. Transkripsi Ilmu Arudh Transkripsi ilmu Arudh adalah menuliskan hurufhuruf bait syair sesuai apa yang diucapkan, tidak sesuai dengan apa yang tertulis. Artinya, dalam transkripsi ilmu Arudh harus diperhatikan dua hal: apa yang diucapkan itu ditulis, dan apa yang tidak diucapkan tidak ditulis. (Yammūt, 1992: 17) A. Apa yang diucapkan ditulis, yang berarti menambahkan beberapa huruf. Diantaranya adalah: 1) Menambahkan alif, seperti:



،‫ لكن ← الكن‬.‫ ىؤالء ← ىاؤالء‬،‫ ىذه ← ىاذه‬، ‫ىذا ← ىاذا‬ .‫الرمحن ← الرمحاف‬ 2) Menambahkan wau di beberapa kata benda, seperti:



.‫ طاكس ← طاككس‬،‫داكد ← داككد‬ 3) Menambah wau setelah ha’ ism dlamīr yang dibaca panjang, jika berharakat dammah, seperti:



.‫ منو ← منهو‬،‫ عنو ← عنهو‬،‫لو ← ذلو‬ 25



4) Menambah ya’ setelah ha’ isim dlamīr yang dibaca panjang, jika berharakat kasrah, seperti:



.‫ إليو ← إليهى‬، ‫ فيو ← فيهى‬،‫بو ← هبى‬ 5) Huruf yang ber-syiddah ditulis dua huruf, yang pertama bersukun, dan yang kedua berharakat, seperti:



.‫ ىعلَّ ىم ← ىعلٍلى ىم‬،‫ىش َّد ← ىش ٍد ىد‬ 6) Tanwin, baik dalam kondisi fatah, kasrah, dammah, ditulis dengan nun mati, seperti:



ً ← ‫ قل وم‬،‫ قلمان ← قلمن‬،‫قلم ← قلمن‬ ‫قلمن‬ ٍ‫ى‬ ٍ‫ي‬ ‫ه‬



7) Bila harakat berada di akhir huruf dari baris bait, maka ditulis alif untuk fatah, wau untuk dammah, dan ya untuk kasrah. B. Apa yang tidak diucapkan tidak ditulis, yang berarti menghilangkan beberapa huruf. Diantaranya: 1) Menghilangkan hamzah washal yang ada di beberapa kata benda, seperti:



.‫ ِبنتصار ← بنتصار‬،‫ ِبسم ← بسم‬،‫من ابن ← ًمنً ٍْب‬



26



2) Menghilangkan hamzah washal yang ada di beberapa kata kerja, jika didahului oleh huruf yang berharakat, seperti:



.‫استعاف ← ىك ٍستعاف‬ ٍ ‫ىك‬ ٍ ‫ ىك‬،‫اجتهد ← فى ٍجتهد‬ ٍ ‫ فى‬،‫اْسع ← ىك ٍْسع‬ 3) Menghilangkan hamzah washal (‫) ا لع فة‬, jika didahului oleh huruf yang berharakat, dan (‫ ) ا لع فة‬termasuk jenis qamariyyah. Seperti:



.‫طلع الٍ ىق ىمر ← طىلى ىعلٍ ىقمر‬ ‫كصل الٍ ىولد ← ىك ى‬ ‫ ى‬،‫صلىلٍ ىولى يد‬ ‫ى‬



Tetapi jika (‫ ) ا لع فة‬termasuk jenis syamsiyyah, maka (‫ ) ا لع فة‬dibuang. Seperti:



‫مجاؿ الشمس ← ىمجىالي ٍش ىش ٍمس‬ 4) Menghilangkan huruf wau yang ada di kata (‫ )عل و‬dalam kondisi i’rāb rafa’ dan jar. 5) Menghilangkan ya dan alif yang ada di akhir charf seperti (‫ على‬،‫ إ ى‬،‫ )فى‬jika diikuti oleh huruf yang bersukun.



← ‫ على القوـ‬،‫ ىإَل الشَّمس ← إلى ٍش ىشمس‬،‫ًِف الٍبىيت ← فًلٍبىػٍيت‬ .‫ىعلىلٍ ىقوـ‬ 27



‫‪6) Menghilangkan alif maqshūr dan ya‬‬ ‫‪manqūsh yang tidak bertanwin jika diikuti‬‬ ‫‪oleh huruf yang bersukun, seperti:‬‬



‫احملامى الٍ ىكبري ← اىلٍمح ًاملٍ ىكبًري‪ ،‬القاضى الن يو ← اىلٍ ىق ً‬ ‫ً‬ ‫اضٍنػنى ًيو‪.‬‬ ‫يى‬ ‫‪Setelah bait ditulis dengan sistem transkipsi ilmu‬‬ ‫‪Arudh, di bawahnya tepat ditulis tanda (/) untuk huruf‬‬ ‫‪) untuk huruf yang bersukun.‬ه( ‪berharakat, dan‬‬ ‫‪Contohnya adalah sebagai berikut:‬‬



‫احلى ًٌ يٍزللً هق‬ ‫وؿ يم ىق ًاـ الٍ ىم ٍرًء ًِف ٍ‬ ‫ىكطي ي‬ ‫ت ىزلىبَّةن‬ ‫س ًزيٍ ىد ٍ‬ ‫فىًًٌِن ىرأىيٍ ي‬ ‫ت الش ٍ‬ ‫َّم ى‬



‫لً ًديػباجتػي ًو فىا ٍغ ًب تىػتجد ً‬ ‫َّد‬ ‫ٍى ى ى ٍ ى ٍ ى ى‬ ‫إً ىَل الن ً‬ ‫ت ىعلىٍي ًه ٍم بً ىس ٍرىم ًد‬ ‫َّاس أى ٍف لىٍي ىس ٍ‬



‫‪Dalam transkipsi ilmu Arudh, dua bait di atas ditulis‬‬ ‫‪sebagai berikut:‬‬ ‫َوطُْ ُو‬ ‫‪//‬ه‪/‬‬



‫َـ ُ ُو‬ ‫َِإنِِْن‬



‫‪//‬ه‪/‬ه‬ ‫َـ ُ ْ لُ ْ‬



‫ُ َق ِ َْم ْر‬ ‫‪//‬ه‪/‬ه‪/‬ه‬ ‫ِ‬ ‫َ َ اي ُ ْ‬ ‫َرأَيْـتُ ْش َش ْم‬ ‫‪//‬ه‪/‬ه‪/‬ه‬ ‫ِ‬ ‫َ َ ا ْيـ ُ ْ‬



‫ِِ‬ ‫ْح ْي‬ ‫ء َ‬ ‫‪//‬ه‪/‬ه‬ ‫َـ ُ لُ‬



‫ت‬ ‫س ِزيْ َد ْ‬ ‫َ‬ ‫‪//‬ه‪/‬ه‬ ‫َـ ُ لُ ْ‬



‫لِ ِديْـَب ْ‬



‫ِِ‬ ‫ِِيُ ْخ ق ْ‬ ‫‪//‬ه‪//‬ه‬ ‫ِ‬ ‫َ َ اُ ْ‬ ‫َت‬ ‫َََم ْبـَبـ َْ‬



‫‪//‬ه‪/‬ه‬



‫َـ ُ لُ‬ ‫ِإلَْنـَن ْ‬



‫‪//‬ه‪/‬ه‬



‫‪//‬ه‪/‬ه‪/‬ه‬ ‫ِ‬ ‫َ َ ا ْيـ ُ ْ‬



‫َـ ُ لُ ْ‬



‫‪28‬‬



‫َجَتـ ْي ِه ْى َ ْغ‬ ‫‪//‬ه‪/‬ه‪/‬ه‬ ‫ِ‬ ‫َ َ ا ْيـ ُ ْ‬ ‫ِ‬ ‫س أَ ْن‬ ‫ت‬ ‫ل َْي َس ْ‬



‫‪//‬ه‪/‬ه‪/‬ه‬ ‫ِ‬ ‫َ َ ا ْيـ ُ ْ‬



‫تَ ِربْـَتـ‬



‫‪//‬ه‪/‬‬ ‫َـ ُ ُو‬



‫َا َْي ِه ْم‬ ‫‪//‬ه‪/‬ه‬ ‫َـ ُ لُ ْ‬



‫ََتَ ْد َد ِدي‬



‫‪//‬ه‪//‬ه‬ ‫ِ‬ ‫َ َ اُ ْ‬ ‫ِ‬ ‫بِ َس ْرَ دي‬ ‫‪//‬ه‪//‬ه‬ ‫ِ‬ ‫َ َ اُ ْ‬



b. Suku Kata dalam Ilmu Arudh Suku kata dalam ilmu Arudh adalah suku kata yang terdapat dalam taf’īlah. Suku kata ini minimal dua huruf yang sama-sama berharakat atau berharakat dan bersukun, dan maksimal 5 huruf. Penggalan kata ini terbagi menjadi 3 bagian besar. Dari 3 bagian itu, dibagi lagi menjadi 6 bagian. Bagian-bagian itu adalah: i)



Sabab ( huruf.



): suku kata yang terdiri dari dua



1) Sabab khafīf ( ‫لي‬ ): suku kata yang terdiri dari dua huruf, pertama berharakat, kedua bersukun (‫ه‬



/),



‫ ِفى‬، ‫ع ْن‬ ‫ َل‬، ‫ ِل ْن‬، ‫) َلك ْن‬. Sabab tsaqīl (‫ث يا‬ ): suku kata yang seperti: (



2)



terdiri dari dua huruf, pertama dan kedua berharakat (



//



), seperti: (



، ‫َلاَل‬



‫) ِاَل‬. ii) Watad ( huruf.



‫)و‬: suku kata yang terdiri dari tiga



3) Watad majmū’ (‫ل لوع‬ ‫)و‬: huruf pertama dan kedua berharakat, huruf 29



ketiga bersukun (



‫ ه‬/ / ), seperti: ( ،‫إ َل َلى‬



‫ َلل َلى‬،‫علَلى‬ ‫) َل‬. 4) Watad mafrūq ( ‫لل وق‬ ‫)و‬: huruf pertama dan ketiga berharakat, dan kedua bersukun ( iii)



‫ع ْنناَل‬ ‫ َل‬، ‫) َلن َل‬ Fāshilah (‫) ف صلة‬:



/ ‫ ه‬/ ), seperti: ( ، ‫َل َل‬



suku kata lebih dari tiga



huruf. 5) Fāshilah shughrā (‫) ف صلة ص ى‬: suku kata terdiri dari 4 huruf, 3 huruf pertama berharakat, dan huruf keempat bersukun (



‫ ه‬///



), seperti: (



، ‫َلك َل َل ْن‬



‫) َل ِع َل ْن‬ 6) Fāshilah kubrā (‫) ف صلة ك ى‬: suku kata terdiri dari 5 huruf, 4 huruf pertama berharakat, dan huruf kelima bersukun (



‫ ه‬/ / / /), seperti: ( ‫َل َل َلنَل‬



).



Enam penggalan kata di atas dapat digabungkan dalam satu kalimat:



ً ( ‫نت‬ ٍ‫ ىْسى ىك ى‬- ‫) ىٍ – أ ىىر – ىعلىى – ظى ٍه ًر – ىجبىل ٍن‬ 30



‫خفيف‬



‫سبب‬ ‫ادلقطع الشعرم‬



‫ثقيل‬ ‫رلموع‬



‫كتد‬



‫مفركؽ‬ ‫صغرم‬



‫فاصلة‬



‫كم‬



ٍ‫ى‬ ‫أ ىىر‬



‫ىعلىى‬ ‫ظى ٍه ًر‬



‫لن‬ ٍ ‫ىجبى‬ ‫نت‬ ٍ ‫ىْسى ىك ى‬



Dari enam jenis suku kata di atas, taf’īlah dalam ilmu Arudh disusun dan dirangkai. Penjelasan rincinya adalah sebagai berikut: i.



( ‫ه( ) فَلعُف ْنو ُف ْن‬/‫ه‬//): terdiri dari 2 suku kata; ke-3 (‫ه‬//) dan ke-1 (‫ه‬/).



ii. ( ‫علُف ْن‬ ِ ‫ه( )فَل‬//‫ه‬/): terdiri dari 2 suku kata; ke-1 (‫ه‬/) dan ke-3 (‫ه‬//). iii. ( ‫ع ْنيلُف ْن‬ ِ ‫ه( ) َلللَل‬/‫ه‬/‫ه‬//): terdiri dari 3 penggalan kata; ke3 (‫ه‬//) dan 2 penggalan kata ke-1 (‫ه‬/‫ه‬/). iv. ( ‫علَل ُف ْن‬ ‫ه( ) ُفللَل َل‬///‫ه‬//): terdiri dari 2 penggalan kata; ke3 (‫ه‬//) dan ke-5 (‫ه‬/// ). 31



v. ( ‫علُف ْن‬ ِ ‫ه( ) ُفل َللَل‬//‫ه‬///): terdiri dari 2 penggalan kata; ke5 (‫ه‬/// ) dan ke-3 (‫ه‬//). vi. ( ‫( ) َلل ْنلعُف ْنو َل ُف‬/‫ه‬/‫ه‬/‫ه‬/): terdiri dari 3 penggalan kata; 2 penggalan kata ke-1(‫ه‬/‫ه‬/) dan 1 penggalan kata ke4 (/‫ه‬/). vii. ( ‫ه( ) ُفل ْن َل ْنل ِعلُف ْن‬//‫ه‬/‫ه‬/): terdiri dari 3 penggalan kata; 2 penggalan kata ke-1 (‫ه‬/‫ه‬/), dan penggalan kata ke-3 (‫ه‬//). viii. ( ‫ه( ) ُفل ْن َل ْنل ِ ُف ْن‬//‫ه‬/‫ه‬/): terdiri dari 3 penggalan kata; ke-1 (‫ه‬/), ke-4 (/‫ه‬/), ke-1 (‫ه‬/). ix. ( ‫ع َل ُف ْن‬ ِ ‫ه( )فَل‬/‫ه‬//‫ه‬/): terdiri dari 3 penggalan kata; ke1 (‫ه‬/), ke-3 (‫ه‬//), ke-1 (‫ه‬/). x. ( ‫ه( ) فَل عِ َل ُف ْن‬/‫ه‬//‫ه‬/): terdiri dari 3 penggalan kata; ke-4 (/‫ه‬/), dan 2 penggalan kata ke-1 (‫ه‬/‫ه‬/).



3. Beberapa Istilah Penting Ada beberapa istilah yang harus dimengerti sebelum masuk ke dalam permasalahan ilmu Arudh. Isitilah-istilah itu adalah (Yammūt, 1992: 24-34, AlHāsyimī, 1997: 12-20):



32



1. Bait ( ‫ ) َل ْني ٌت‬adalah satu kesatuan syair Arab yang darinya sebuah qashidah tersusun. Bait terdiri dari dua baris, baris pertama disebut sebagai ash-shadru ( ‫) ص‬, dan baris kedua disebut al‘ajzu (‫) ع ز‬. Contohnya:



‫اجلى ًحٍي ًم‬ ٍ ‫ىكالى أىقٍػ ىول ىعلىى ىإ ًر‬ ‫ع ز‬



ً ‫ت لًلٍ ًف ٍرىد ٍك ًس أ ٍىىَلى‬ ‫إً ىذلى لى ٍس ي‬ ‫ص‬



Kemudian jika bait itu sendirian, yakni seorang penyair hanya menciptakan satu bait, maka disebut yatîm ( ‫)ي ي‬. Jika terdiri dari dua bait disebut nutfah (‫)ن لة‬. Jika terdiri dari 3 sampai 6 bait disebut qith’ah (‫) عة‬. Dan jika terdiri dari 7 bait atau lebih disebut qashīdah (‫) صي ة‬. 2. Al-’arūdl ( ‫) ع و‬: taf’īlah terakhir dari baris pertama (ash-shadru). 3. Adl-Dlarbu ( ): taf’īlah terakhir dari baris kedua (al-‘ajzu). 4. Al-Chasywu (‫) لاو‬: taf’īlah bait selain al-’arūdl dan adl-dlarbu. Contoh dari ketiga istilah di atas:



33



‫ً ً‬ ‫ً‬ ‫اىلٍع ٍش يق ىكال ىٍم ٍوت ىَيٍتى الى ىمىرَّد لىوي‬ ‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق ‪/‬ق ‪//‬ق ‪///‬ق‬ ‫مستفعلن فاعلن مستفعلن فىعًلين‬ ‫لاو‬



‫ما فًي ًو لًٍلع ً‬ ‫اش ًق ال ًٍم ٍسكً ٍ ً‬ ‫ني تى ٍدبًٍيػ ير‬ ‫ى ٍ ى‬ ‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق ‪/‬ق ‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‬ ‫مستفعلن فاعلن مستفعلن فاعل‬ ‫لاو‬



‫ع و‬ ‫ع و‬



‫( ‪5. -Bait at-Tāmm‬‬ ‫‪ ): bait yang sempurna,‬ي‬ ‫‪tidak mengalami pembuangan taf’īlah, baik‬‬ ‫ا ْن ٌت ( ‪َ ), atau separuh‬ل ْنز ٌتا‪ ،‬و نَل ْنهاٌت ( ‪sebagian‬‬ ‫‪َ ),‬ل‬ ‫‪dengan tetap mengalami perubahan taf’īlah‬‬ ‫‪seperti puisi al-Khuthai’ah:‬‬ ‫ً‬ ‫اى يدكا أ ٍىكفيوا ىكإً ٍف ىع ىق يدكا ىش ُّدكا‬ ‫ىح ىسنيوا الٍبًىنا‬ ‫ىكإً ٍف ىع ى‬ ‫أيكلىئ ى قىػ ٍوهـ إً ٍف بىػىنػ ٍوا أ ٍ‬ ‫‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪//‬ق‬



‫‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق‪/‬ق‬



‫فعولن مفاعيلن فعولن مفاعلن‬



‫فعوؿ مفاعيلن‬ ‫فعولن مفاعيلن‬ ‫ي‬



‫) ل ويا( ‪Bait ini adalah termasuk bachr thawīl‬‬ ‫‪yang terdiri dari 8 taf’īlah. Di dalamnya terdapat‬‬ ‫فعو ← فعواُف‪ ،‬لل عيل ← ( ‪perubahan taf’īlah‬‬ ‫‪).‬لل عل‬



‫‪34‬‬



6. Al-Jaz’u (‫) زا‬: menghilangkan al-’arūdl dan adldlarbu dari bait, yakni menghilangkan taf’īlah akhir dari setiap baris bait. Bait seperti ini disebut majzū’ (‫ل زوا‬ ‫) ي‬, seperti syair di bawah ini yang termasuk bachr kāmil majzū’:



‫ؼ ًمٍنوي إ ىذا نىظىٍر‬ ‫ىكالطٍَّر ى‬ ‫ق‬//‫ق‬/// ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ً ‫اعلين متػ ىف‬ ً ‫اعلي ٍن‬ ‫يمٍتػ ىف ٍ يى‬



‫وؿ بً ىدلًًٌو‬ ‫يي ٍسًِب الٍعي يق ى‬



‫ق‬//‫ق‬/// ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫اعلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن‬ ‫يمٍتػ ىف ى‬



7. Asy-Syathru ( ‫) ا‬: menggugurkan satu baris penuh dari bait. Baris yang tersisa dihitung satu bait. Bait seperti ini disebut al-masythūr ( ‫ ) لا و‬seperti syair Hafidz Ibrahim: ً ً ‫أ ٍىزىى ًمن‬ ‫ىج ىس ًاـ‬ ‫ىًحتيَّةه ىكال ىٍوٍرًد ًِف ٍاألى ٍك ىم ًاـ‬ ٍ ‫الص َّحة ًِف ٍاأل‬ ٌ ‫ى ى‬ ‫يم ٍسىتػ ٍف ًعلي ٍن يم ٍسىت ًعلي ٍن يم ٍسىتػ ٍف ًع ٍل‬ ‫يمىتػ ٍف ًعلي ٍن ىم ٍسىتػ ٍف ًعلي ٍن يم ٍسىتػ ٍف ًع ٍل‬ ‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬///‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬// Bait ini adalah bachr rajaz yang masythūr (digugurkan satu baris penuh). Bachr rajaz berpola : (‫)م ٍسىتػ ٍفعًلي ٍن يم ٍسىتػ ٍفعًلي ٍن يم ٍسىتػ ٍفعًلي ٍن‬ ‫ي‬ 35



8. An-Nahku (‫) نها‬: menggugurkan 2/3 bait, dengan menyisakan 1/3 sebagai satu bait utuh. Bait ini disebut ( ‫) َلل ْنن ُفهواُف‬. Seperti:



‫يمتىػ ٍفعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن‬ ‫يمتىػ ٍفعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن‬ ‫يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن‬



‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬// ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬// ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/



‫إى ىذلنىا ىما أ ٍىع ىدلى ى‬ ٍ ‫ىملًي ى ٌكً ًٌل ىم ٍن ىملى‬ ٍ ‫ت لى‬ ‫ت قى ٍد لىبَّػٍي ي‬ ‫لىبَّػٍي ى‬



9. Zichāf : perubahan huruf kedua sabab (suku kata yang terdiri dari dua huruf), baik yang khafīf ataupun tsaqīl, dengan menyukun huruf yang berharakat atau menghilangkan huruf yang bersukun. Zichāf ini bisa terjadi di awal taf’īlah , di tengah atau di akhir, juga bisa menimpa pada chasywu, Arudh, dan dlarbu. 10. ‘Illah: perubahan yang terjadi pada sabab dan watad yang ada di arūdl atau dlarbu. Jika ‘illah sudah menimpa di awal bait syair, maka ia harus menimpa juga di awal bait yang lain dalam qashidah.



36



4. Macam-Macam Zichāf dan ‘Illah Pembahasan tentang zichāf dan ‘illah memerlukan penjelasan yang detail, terutama di bagian macammacamnya. Mengetahui macam-macam zichāf dan ‘illah menjadi hal yang penting sebelum memasuki pembahasan bachr. Di bagian ini, bentuk-bentuk perubahan yang terjadi pada sebuah taf’īlah harus benar-benar bisa dipahami dan dikuasai. Dari pengertian zichāf dia atas, kita bisa menyimpulkan bahwa zichāf hanya terjadi pada huruf kedua dari sabab, dan tempatnya bisa di chasywu, Arudh, dan dlarb. Macam-macam zichāf terbagi menjadi dua: menghilangkan huruf, dan menyukun huruf yang berharakat. Secara garis besar, macam-macam zichāf dibagi menjadi dua : (1) Zichāf mufrad, yaitu zichāf yang hanya masuk pada satu sabab dalam satu taf’īlah, (2) Zichāf murakkab/muzdawaj, yaitu zichāf yang masuk pada dua sabab dalam satu taf’īlah . Untuk zichāf mufrad, pembagiannya adalah sebagai berikut:



37



1) Khabnun: menghilangkan huruf kedua taf’īlah yang bersukun. Zichāf ini terjadi pada sepuluh bachr: Basīth, romal, rojaz, munsarich, sarī’, madīd, muqtadlib, khafif, mujtats, mutadārak. Contohnya:



‫الت ي ة خمب نة‬



‫الت ي ة س ملة‬



‫فىعًلي ٍن‬



‫ق‬/// /‫ق‬/‫ق‬//



‫ق‬//‫ق‬/



‫ت‬ ‫ىم يعوالى ي‬ ‫يمتىػ ٍفعًلي ٍن‬ ‫فىعًَلىتي ٍن‬



‫ق‬//‫ق‬// ‫ق‬/‫ق‬///



/‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/



ً ‫فى‬ ‫اعلي ٍن‬



‫ت‬ ‫ىم ٍف يع ٍوىالٍ ي‬ ‫يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن‬ ً ‫فى‬ ‫اعَلىتي ٍن‬



2) Waqshun: menghilangkan huruf kedua yang berharakat. Zichāf ini hanya terjadi pada bachr kāmil. Contoh:



‫الت ي ة س ملة‬



‫الت ي ة ق صة‬ ‫ق‬//‫ق‬//



‫يم ىفاعًلي ٍن‬



‫ق‬//‫ق‬///



38



‫يمتىػ ىفاعًلي ٍن‬



3) Thayyun: menghilangkan huruf yang keempat taf’īlah yang bersukun. Zichāf ini terjadi pada 5 bachr: Basīth, rojaz, muqtadlab, sarī’, munsarich. Contoh:



ٌ‫الت ي ة َ ْ ِيَّية‬ ‫ق‬///‫ق‬/ ‫يم ٍستىعًلي ٍن‬ /‫ق‬//‫ق‬/ ‫ت‬ ‫ىم ٍفعيَلى ي‬ 4)



‫الت ي ة س ملة‬ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ /‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬/



‫يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن‬



‫ت‬ ‫ىم ٍفعي ٍوالىٍ ي‬



Qobdlun: menghilangkan huruf kelima yang bersukun. Zichāf ini terjadi pada 4 bachr: Thawīl, hazj, mutaqārib, mudlāri’. Contoh:



ٌ‫وة‬ َ ُ‫الت ي ة َ ْقب‬



‫الت ي ة س ملة‬



/‫ق‬//



‫فىػعي ٍو يؿ‬ ‫ق‬//‫ق‬// ‫ىم ىفاعًلي ٍن‬



‫ق‬/‫ق‬// ‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬//



‫فىػعيولي ٍن‬ ‫ىم ىفاعًٍيػلي ٍن‬



5) ‘Aqlun: menghilangkan huruf kelima taf’īlah yang berharakat. Zichāf ini hanya terjadi pada bachr kāmil. Contoh:



39



‫الت ي ة ق لة‬ ‫ق‬//‫ق‬//



‫الت ي ة س ملة‬



‫نت‬ ٍ‫اع ي‬ ‫يم ىف ى‬



‫ق‬///‫ق‬//



‫نت‬ ٍ‫اعلى ي‬ ‫يم ىف ى‬



6) Kaffun: menghilangkan huruf ketujuh taf’īlah yang bersukun. Zichāf ini terjadi pada 7 bachr: romal, hazj, mudlāri’, khafīfi, madīd, thawīl, mujtats. Contoh:



‫الت ي ة ك ة‬ ً /‫ق‬//‫ق‬/ ‫ت‬ ‫فىاعَلى ي‬ //‫ق‬/‫ق‬/ ‫يم ٍستىػ ٍفعً يل‬ /‫ق‬/‫ق‬// ‫ىم ىفاعًٍي يل‬



‫الت ي ة س ملة‬ ‫فىاعً ىَلتي ٍن‬ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن‬ ‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬// ‫ىم ىفاعًٍيػلي ٍن‬ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/



7) Idlmārun: menyukun huruf kedua taf’īlah yang berharakat. Zichāf ini hanya terjadi pada bachr kāmil. Contoh:



40



‫الت ي ة ضم رة‬



‫الت ي ة س ملة‬



‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫يمٍتػ ىفاعًلي ٍن‬



‫ق‬//‫ق‬/// ‫يمتىػ ىفاعًلي ٍن‬



8) ‘Ashobun: menyukun huruf kelima taf’īlah yang berharakat. Zichāf ini hanya masuk kepada bachr wāfir. Contoh:



‫الت ي ة ص بة‬ ‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬//



‫نت‬ ٍ‫يم ىفاعىلٍ ي‬



‫الت ي ة س ملة‬ ‫ق‬///‫ق‬//



‫نت‬ ٍ‫يم ىفاعىلى ي‬



Adapun zichāf murakkab dibagi menjadi 4 bagian: 1) Khablun: gabungan zichāf khabn dan thayyu. Zichāf ini masuk pada 4 bachr: basīth, rojaz, sarī’, munsarich. Contoh:



‫الت ي ة خمب لة‬



‫الت ي ة س ملة‬



‫يمتىعًلي ٍن‬ /‫ق‬/// ‫ت‬ ‫ىمعيَلى ي‬



‫ق‬////



‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ /‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬/ 41



‫يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن‬ ‫ت‬ ‫ىم ٍفعي ٍوالىٍ ي‬



2) Khazlun: gabungan idlmārun dan thayyun. Zichāf ini masuk pada bachr kāmil. Contoh:



‫الت ي ة خمزولة‬



‫الت ي ة س ملة‬



‫ق‬///‫ق‬/ ‫يمٍتػ ىفعًلي ٍن‬



‫ق‬//‫ق‬/// ‫يمتىػ ىفاعًلي ٍن‬



3) Syaklun: gabungan khabnun dan kaffun. Zichāf ini masuk pada 4 bachr: mujtats, romal, madīd, khafīf. Contoh:



‫الت ي ة شك لة‬ ً /‫ق‬/// ‫ت‬ ‫فىعَلى ي‬



‫الت ي ة س ملة‬ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫فىاعً ىَلتي ٍن‬



4) Naqshun: gabungan ‘ashobun dan kaffun. Zichāf ini masuk pada bachr wāfir. Contoh:



‫الت ي ة نق صة‬



‫الت ي ة س ملة‬



/‫ق‬/‫ق‬// ‫ت‬ ‫يم ىف ى‬ ‫اعلٍ ي‬



‫ق‬///‫ق‬//



‫نت‬ ٍ‫اعلى ي‬ ‫يم ىف ى‬



Secara umum, zichāf murakkab ini lebih sedikit digunakan dibanding zichāf mufrad sebab dampak yang 42



diakibatkan oleh zichāf murakkab lebih besar pengaruhnya kepada irama syair atau puisi Arab. Perubahan yang terjadi pada dua huruf dalam satu taf’īlah tentu akan terasa dampaknya bagi keseimbangan irama bait puisi yakni akan melemahkan iramanya. Seperti taf’īlah ( ‫ ) ل لعل‬yang dimungkinkan terkena zichāf khabl jarang sekali terjadi zichāf tersebut dalam qashīdah dengan bachr basīth. Kalaupun ada, hanya satu atau dua saja. (‘Atīq, 1987: 175) Setelah menjelaskan pembagian zichāf, saatnya menjelaskan pembagian ‘illah. Seperti yang telah disinggung sebelumnya ‘illah adalah perubahan yang terjadi pada sabab dan watad yang ada di Arudh dan dlarbu. Jadi, tempat ‘illah dalam syair hanya ada pada Arudh dan dlarbu. Secara garis besar ‘illah dibagi dua, yaitu dengan menambah dan mengurangi. Adapun yang menambah ada 3 macam: 1) Tasbīgh (‫) يغ‬: menambah satu huruf yang bersukun di akhir penggalan kata sabab khafīf. ‘Illah ini hanya terjadi pada bachr romal. Contohnya: 43



‫ق ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫فىاعً ىَل ى ٍف‬



‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/



‫فىاعً ىَلتي ٍن‬



2) Tadzyīl (‫) ذييا‬: menambah satu huruf yang bersukun di akhir suku kata watad majmu’. ‘Illah ini terjadi pada bachr mutadārak, kāmil, basīth. Contohnya:



‫فىاعً ىَل ٍف‬ ‫ق ق‬//‫ق‬/// ‫يمتىػ ىفاعً ىَل ٍف‬ ‫ق ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫يم ٍستىػ ٍفعً ىَل ٍف‬ ‫ق ق‬//‫ق‬/



‫فىاعًلي ٍن‬ ‫ق‬//‫ق‬/// ‫يمتىػ ىفاعًلي ٍن‬ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن‬ ‫ق‬//‫ق‬/



3) Tarfīl (‫) فيا‬: menambahkan suku kata sabab khafīf di akhir suku kata watad majmū’. ‘Illah ini masuk pada bachr mutadārak dan kāmil. Contohnya:



‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/



‫فاعَلتن‬



‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬///



‫متفاعَلتن‬



‫فىاعًلي ٍن‬ ‫ق‬//‫ق‬/// ‫يمتىػ ىفاعًلي ٍن‬ ‫ق‬//‫ق‬/



Sedangkan ‘illah dengan mengurangi pembagiannya ada 7 macam: 1) Al-Chadzfu ( ‫) لذ‬: membuang sabab khafīf di akhir taf’īlah-taf’īlah berikut: 44



‫ق‬// )‫ق (فاعلن‬//‫ق‬/



‫فىػعيو‬ ‫فاعَل‬



‫ق‬/‫ق‬//



‫فعولن‬



‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫فاعَلتن‬



)‫ق (فعولن‬/‫ق‬//



‫مفاع‬



‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬// ‫مفاعيلن‬



‘Illah ini masuk pada bachr mutaqārib ( ‫)فعو‬, madīd, romal, khafīf ( ‫)ف ع‬, hazj, dan thawīl ( ‫)لل عيل‬. 2) Al-Chadzadz (‫) لذذ‬: menghilangkan watad majmū’ di akhir taf’īlah . ‘Illah ini hanya terjadi pada taf’īlah:



‫ق‬///



‫يمتىػ ىفا‬



‫ق‬//‫ق‬///



‫متفاعلن‬



‘Illah ini tidak terjadi pada taf’īlah ( ‫ )ف عل‬dan ( ‫)ل لعل‬, dan hanya masuk pada bachr kāmil. 3) Ash-Shalm ( ‫) صل‬: menghilangkan watad mafrūq di akhir taf’īlah . ‘Illah ini hanya masuk pada bachr sarī’, dan hanya terjadi pada 1 taf’īlah :



‫ق‬/‫ق‬/ ‫ىم ٍفعيو‬



/‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬/ ‫مفعوالت‬



4) Al-Qath’u ( ): menghilangkan huruf bersukun watad majmū’ dan menyukunkan huruf yang



45



sebelumnya. ‘Illah ini masuk pada bachr basīth, matadārak ( ‫)ف عل‬, kāmil ( ‫)ل ل عل‬, majzū’ basīth’, rojaz, dan munsarich ( ‫)ل لعل‬.



‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬///



‫فاعل‬ ٍ ‫متفاعل‬ ٍ



‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬/ ‫مستفعل‬ ٍ



‫ق‬//‫ق‬/



‫فاعلن‬



‫ق‬//‫ق‬///



‫متفاعلن‬



‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫مستفعلن‬



5) Al-Qashru ( ‫) ص‬: menghilangkan huruf bersukun sabab khafīf dan menyukun huruf sebelumnya. ‘Illah ini masuk pada bachr mutaqārib ( ‫)فعو‬, majzu’ khafīf ( ‫)ل ل‬, madīd, dan romal ( ‫)ف ع‬.



‫ق ق‬//



‫فعوؿ‬ ٍ



‫ق‬/‫ق‬//



‫فعولن‬



‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬/



‫مستفع ٍؿ‬



‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/



‫مستفع لن‬



‫ق ق‬//‫ق‬/



‫فاعَلت‬ ٍ



‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/



‫فاعَلتن‬



6) Al-Kasyfu atau al-kasfu ( ‫ك‬ ‫و‬ ‫) كا‬: menghilangkan huruf akhir watad mafrūq, yakni menghilangkan huruf ketujuh dari 1 taf’īlah , yaitu:



46



‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬/ ‫ىم ٍفعيوالى‬



/‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬/ ‫مفعوالت‬



‘Illah ini masuk pada bachr sarī’ dan manhūk munsarich. 7) Al-Waqfu ( ‫) و‬: menyukun huruf ketujuh berharakat dari 1 taf’īlah yaitu:



‫ق ق‬/‫ق‬/‫ق‬/ ‫الت‬ ٍ ‫ىم ٍفعيو‬



/‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬/ ‫مفعوالت‬



‘Illah ini masuk pada bachr sarī’ dan manhūk munsarich. ‘Illah yang telah dijelaskan di atas adalah termasuk jenis ‘illah mufradah. Adapun ‘illah murakkabah pembagiannya hanya ada satu, yaitu al-batru. Al-batru adalah gabungan ‘illah al-qath’u dan al-chadzfu, seperti:



‫ق‬/‫ق‬/ ‫فاعل‬ ٍ



‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫لذ‬



47



‫فاعَلتن‬



5. Penyimpangan-penyimpangan Darurat Bahasa Puisi Setelah menyimak penjelasan-penjelasan mukaddimah ilmu Arudh di atas, kita dapat memahami bahwa bahasa puisi atau syair Arab memiliki konstruksi bahasa yang kaku dan sangat disiplin terhadap pola-pola irama puisi. Keadaan ini membuat seorang penyair harus betul-betul teliti dan berpikir keras dalam melakukan pilihan kata dan menyusun bahasa puisi. Keadaan yang dapat dikatakan “sempit” dan “sarat batasan” ini memunculkan satu konsep yang disebut dlarūratu’sysyi’ri. Istilah dlarūratu’sy-syi’ri digunakan untuk menunjukkan bentuk-bentuk penyimpangan atau kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh seorang penyair dengan tujuan untuk menyelaraskan pola irama yang berlaku. Fenomena ini dipandang kalangan kritikus sastra sebagai suatu hal yang dapat diterima. Mereka berpandangan, para penyair Arab masa klasik sudah menerima penyimpangan semacam ini, dan dengan demikian penyair yang datang setelahnya tentu dapat melakukan hal yang sama selama dilakukan secara hemat dan tidak berlebihan. Pada hakikatnya, penyimpangan ini tetaplah sebuah kesalahan yang 48



apabila dihindari akan semakin baik bahasa puisi yang dihasilkan. (Yammūt, 1992: 244) Imam as-Sairāfī (978 M.) menjelaskan alasan adanya dlarūratu’sy-syi’ri ini dalam buku khusus tentang tema ini dengan judul Dlarūratu’sy-Syi’ri : “Puisi adalah ragam bahasa yang mengikuti pola (irama) tertentu sehingga adanya tambahan atau pengurangan dari pola tersebut mengakibatkan kesalahan berpuisi. Untuk mewujudkan puisi yang benar secara lafal dan makna maka diperkenankan adanya tambahan, pengurangan, dan penyimpangan lain, yang mana hal ini tidak diperkenankan di luar puisi. Tidak termasuk dlarūratu’sysyi’ri penyimpangan dalam i’rāb seperti me-rafa’-kan kata yang seharusnya ber-i’rāb nashab, dan me-nashabkan kata yang seharusnya majrūr, atau penyair yang memang kurang fasih dan salah dalam berbahasa.” (AsSairāfī, 1985: 34) Di akhir pernyataannya, as-Sairāfī dengan tegas menyatakan bentuk penyimpangan yang fatal, yang tidak bisa diterima sehingga dengan demikian bukan termasuk dlarūratu’sy-syi’ri seperti kesalahan dalam i’rāb dan kesalahan yang diakibatkan rendahnya kemampuan bahasa seseorang. Oleh karenanya, kita tidak bisa memandang dlarūratu’sy-syi’ri ini sebagai 49



bentuk penyimpangan yang bebas, tanpa terikat aturan kebahasaan. Fenomena ini tetap memiliki batasanbatasan yang ketat dan dengan batasan itu penyimpangan itu dapat diterima. Diantara bentuk-bentuk dlarūratu’sy-syi’ri yang dapat diterima adalah sebagai berikut: (al-Hāsyimī, 1997: 25-27): 1. Membaca tanwin isim yang tidak menerima tanwin (sharfu mā lā yansharif), seperti membaca tanwin kata ( ‫ ) ن‬dalam bait:



ُّ ‫أندلس‬ ‫و‬ ‫ِف أرض‬ ‫القلب سراءي‬ ‫تلتذ نعماء كال يفارؽ فيها ى‬ Adapun tidak membaca tanwin isim yang menerima tanwin (man’u al-munsharif min alsharfi) maka hukumnya tidak diterima, seperti dalam bait berikut:



‫نادؿ األيترنٍ ً الحت ِف الغى ًد‬ ‫جامع كاألز ًاى ير بسطيو كقى ي‬ ‫ك ي‬ ‫الركض ي‬



2. Merubah isim mamdūd menjadi maqshūr (seperti dalam contoh: ‫ ) ل ا ← ل‬dan sebaliknya (seperti dalam contoh: ِ‫) ه َلى ← ُفه ا‬, seperti dalam bait Abu Tammam:



‫كحول النُّهى كبىِن العيَل‬ ‫ى‬ ‫كرث الندل ى‬ ‫الفضا بًويىد ًاء‬ ‫كرمى ى‬ ‫كرجا الدُّجى ى‬ 50



3. Merubah hamzah qath’ menjadi washal, seperti kata (‫ ) ُف ُّر‬dalam bait:



hamzah



‫مع غ ًري أىلو‬ ‫كمن يصن ًع‬ ‫ى‬ ٍ ‫ادلعركؼ‬ ٍ ‫ييَلقى الَّذل القىى يرلريي ًٌاـ عام ًر‬



4. Merubah hamzah washal menjadi hamzah qath’ seperti yang terjadi pada hamzah washal dari fi’il amr ( ِ ) dalam bait:



‫أيها الباِن ًذلدـ اللياَل‬



‫شئت ستل ىقى اخلىراِب‬ ‫إًبٍ ًن ما ى‬ 5. Tidak membaca syiddah huruf yang ber-syiddah (takhfīfu al-musyaddad). Hal ini hanya diperbolehkan pada huruf akhir bait syair (qāfiyah) yang diakhiri oleh huruf konsonan yang bersukun, seperti dalam bait:



ً ‫اىر‬ ‫ِل بستا هف ه‬ ‫أنيق ز ه‬ ‫ى‬ ً ‫ف‬ ٍ ‫غىد هؽ تربتيو ليست ىًَت‬ Termasuk jenis ini adalah menghilangkan bunyi hamzah (takhfīfu al-hamzah) seperti kata ( ‫ئ‬ ‫ى‬ ←) dalam bait:



ً ‫ىو هللا ِبرل‬ ‫لق كلهم‬ ‫اخللق كاخلى ي‬ 51



‫أعبي يد‬ ٍ ‫وعا مجيعا ك‬ ‫إماءه لو طى ن‬ 6. Membaca tasydid huruf yang tidak bertasydid, seperti membaca tasydid pada kata (‫ ) َل ٌت‬dalam bait:



‫بعد عَّتًو‬ َّ ‫ىأىا ىف‬ ‫دم ى فًٍرغنا ى‬ ً ‫احلسد‬ ‫عمرك بغيي إصراران على‬ ‫َي ي‬



7. Membaca sukun huruf yang berharakat dan memberi harakat huruf yang bersukun, seperti membaca sukun huruf jim pada kata (‫ ) ُف ا‬dalam bait Abul ‘Ala’ al-Ma’arry:



ًٌ ‫عثار‬ ‫عثرت‬ ٍ ‫الر ٍج ًل إف‬ ‫كقد ييقاؿ ي‬ ‫الر ٍج ًل إف عثرا‬ َّ ‫كال ييقاؿ عثار‬ Bentuk ketujuh ini kerap terjadi pada kata ganti untuk orang ketiga, seperti membaca sukun huruf ha’ dari kata ganti (‫ )هو‬dalam bait:



‫أجل ش وء يػي ٍقتىػ ىِن‬ ُّ ‫فىالد‬ ُّ ‫ُّر ىكٍى ىو‬ َّ ‫ما ىح‬ ‫ط قيمتىو ىىوا يف الغائض‬



52



Sedangkan contoh memberi harakat huruf yang bersukun adalah seperti memberi harakat huruf ha’ pada kata ( ‫ ) َّز ْنه ُف‬dalam bait:



ً ‫بعدىم‬ ‫صنائًعيهم ًِف‬ ‫األرض ى‬ ‫تٍبػ ىقى ى‬



‫سار أبٍػ ىقى بىػ ٍعدهي الَّ ىى ير‬ ‫كالغىٍي ي‬ ‫ث إ ٍف ى‬ 8. Membaca tanwin isim yang menjadi munādā (kata benda yang jatuh setelah huruf panggilan/nidā’), seperti dalam bait:



‫مطر عليها‬ ‫ي‬ ‫سَلـ هللا َي ه‬



‫َلـ‬ َّ ‫مطر‬ ٍ ‫كليس‬ ‫الس ي‬ ‫علي َي ي‬ ‫ى‬



9. Membaca panjang harakat pendek sehingga kadangkala ditulis huruf mad sebagai tanda harakat panjang, seperti membaca panjang harakat kasrah sampai menambahkan huruf ya’ dalam kata (‫ ) ْنن َل ِا‬dalam bait Imru’ul Qais:



ً‫أال أيها الليل الطويل أالى ٍاصلل‬ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫باح ًمن ى ً ٍمثى ًل‬ ٍ ‫صٍب و كما‬ ‫بً ي‬ ‫ااص ي‬



Seperti juga membaca panjang harakat fatah sehingga ditambahkan huruf alif pada kata (‫) َل‬ dalam bait:



53



‫ض ٍويؤه‬ ‫البدر إ ٍف قى َّل ى‬ ‫فىما أنٍ ى‬ ‫ت إالَّ ي‬ ‫أقاما‬ ‫أ ىغ َّ‬ ‫ب كإ ٍف ىز ىاد ًٌ‬ ‫الضياءي ى‬



‫‪ُ ),‬فه ْن ( ‪10. Memberi harakat huruf mim pada kata ganti‬‬ ‫‪) dalam bait:‬ل ه ( ‪) dan‬ه ( ‪seperti kata‬‬



‫ىم أىلَّةي غى َّس و‬ ‫اف ىكىٍرل يد يى يم‬ ‫يي‬ ‫ىع واؿ ف ٍف ىح ىاكلوا يملٍ نكا فَل عجبا‬



‫‪11. Membaca kasrah pada huruf akhir kata yang‬‬ ‫‪ْ ) dalam bait:‬ن ( ‪bersukun seperti pada kata‬‬



‫كلق ٍد ش ىفى ً‬ ‫نفسى كأبٍرأى يس ٍق ىمها‬ ‫ً‬ ‫يل ال ىفوا ًر ًس ىكيٍ ي ىعٍنػتىػىر أقٍ ىدًـ‬ ‫ق ي‬



‫‪54‬‬



II.



Jenis-jenis Bachr dalam Ilmu Arudh 1. Bachr Thawīl Ada semacam kesepakatan diantara para pakar ilmu Arudh bahwa bachr thawīl adalah jenis bachr yang banyak digunakan oleh para penyair Arab, baik pada masa klasik maupun masa modern. Hampir sepertiga dari keseluruhan syair Arab menggunakan bachr ini. (Anīs, 1952: 57) Tentang penamaan bachr thawīl (bachr panjang) ada beberapa alasan yang melatarbelakanginya. Pertama, karena jumlah bilangan huruf bachr thawīl terbilang panjang, dapat mencapai 48 huruf dalam keadaan sempurna, tanpa ada satupun perubahan di dalamnya. Alasan ini disampaikan sendiri oleh Khalil bin Ahmad saat menjawab pertanyaan muridnya, alAkhfasy. Al-Akhfasy bertanya: “Kenapa engkau menamai bachr thawīl dengan sebutan thawīl ?” Beliau menjawab: “Sebab bachr ini panjang saat dalam keadaan sempurna”. (Al-Qairāwanī, 1981: juz 1, 136). Kedua, karena bachr ini tidak mengalami pengurangan jumlah taf’īlah, khususnya pada bagian al-’arūdl dan adl-dlarbu. Pengurangan ini dikenal dengan istilah aljaz’u. Hal ini dikarenakan dalam koteks bachr thawīl 55



jumlah huruf taf’īlah pada al-’arūdl dan adl-dlarbu (taf’īlah ‫)لل علي‬, yang akan dihapus lebih banyak daripada jumlah huruf taf’īlah yang tidak dihapus yaitu taf’īlah ‫فعو‬, sebagaimana kaidah ulama ilmu ’arūdl yang menyatakan, tidak diperbolehkan memberlakukan al-jaz’u pada suatu bait jika bagian yang digugurkan hurufnya lebih banyak daripada yang ditetapkan. (Yammūt, 1992: 35) Selain itu, bachr thawīl juga menjadi bachr yang sangat diminati oleh para penyair dari dulu sampai sekarang. Hal ini tidak lepas dari karakter nada bachr ini, yaitu adanya banyak variasi bunyi di dalamnya sehingga dengan lentur mampu menampung beragam teks dan redaksi puisi dari beragam tema. (Anīs, 1952: 189) Wazan Bachr Thawīl Wazan bachr thawīl terdiri dari dua taf’îlah ( ‫فعو‬ ‫ لل عيل‬+) yang diulang-ulang sebanyak empat kali.



‫مفاع‬



‫فعو‬



‫مفاع‬



‫ فعو‬#



56



‫مفاع‬



‫فعو‬



‫مفاع‬



‫فعو‬



‫لن‬



‫لن‬



‫لن‬



‫ لن‬#



‫لن‬



‫لن‬



‫لن‬



‫لن‬



/‫ق‬// ‫ق‬//



/‫ق‬// ‫ق‬//



/‫ق‬// ‫ق‬//



/‫ق‬// ‫ق‬//



‫ق‬/‫ق‬



‫ق‬/‫ق‬



‫ق‬/‫ق‬



‫ق‬/‫ق‬



‫ق‬/



‫ق‬/



‫ق‬/



‫ق‬/



Al-Khafājī (1659 M.)2 membuat bait puisi yang dapat digunakan sebagai nada kunci bachr thawīl . Kegunaannya tidak lain untuk memudahkan mengingat susunan pola bachr thawīl . Bait puisi ini diawali dengan kata athāla yang memiliki akar kata yang sama dengan nama bachr ini.



َّ ‫س ىكالى تىػٍنػ ىف ٍر‬ ‫ىك ىآمٍن ى‬ ٍ ‫ت ىَيذىا الظ ًٍْب فىأٍنى‬



‫أَطَ َو ىع يذ ًكَل فًٍي ى يك ٍفىرانىوي ا ٍذلىىول‬



‫فى ىم ٍن ىشاءى فىػ ٍلييػ ٍؤًم ٍن ىكىم ٍن ىشاءى فىػ ٍليى ٍك يف ٍر‬



‫فىػعي ٍولي ٍن ىم ىفاعًيلي ٍن فىػعيولي ٍن ىم ىفاعًيلي ٍن‬



2



Nama lengkap beliau adalah Ahmad bin Muhammad bin Umar, Syihabuddin , seorang hakim agung dan penulis produktif di bidang bahasa dan sastra. Beliau lahir, besar dan belajar di negeri Mesir. Dia diangkat menjadi hakim agung Mesir sampai beliau meninggal dunia. (Zirikliy, 2002: juz 1, hal. 238) 57



Hal yang sama juga dilakukan oleh al-Chillī (1349 M.) , dengan kata kunci thawīlun di awal baitnya. 3



‫ضائً يل فىػعي ٍولي ٍن ىم ىفاعًيلي ٍن فىػعيولي ٍن ىم ىفاعًيلي ٍن‬ ‫حوًر فى ى‬ ‫يل لىوه يدك ىف الٍبي ي‬ ‫طى ًو ه‬ Dalam penggunaannya, bachr thawīl tercatat memiliki beberapa varian. Varian-varian ini didasarkan atas perubahan-perubahan bentuk al-’arūdl dan adldlarbu pada bachr ini. Demikian juga pada bachr yang lain. Varian-varian yang lahir dari wazan utama selalu didasarkan pada perubahan-perubahan bentuk al-’arūdl dan adl-dlarbu. Secara umum varian-varian bachr thawīl bisa didasarkan pada bentuk al-’arūdl yang selamanya mengalami perubahan zichāf qabdlun. Perubahan ini terjadi dengan menghilangkan huruf keempat taf’ilah yang bersukun ( ‫ )لل عيل ← لل عل‬sehingga taf’ilah yang baru ini disebut maqbūdlah (terdampak perubahan zichāf qabdlun). Sedangkan ald-dlarbu (taf’īlah akhir 3



Nama lengkap beliau Abdulaziz bin Saraya bin Ali, Shafiyyuddin, seorang penyai pada masanya. Dia lahir dan besar di kota Hillah, Irak. Dia banyak menyanjung para raja dengan syair-syair pujiannya, dan mendapatkan banyak hadiah. Dia meninggal dunia di kota Baghdad. 58



dari baris kedua syair) bisa berbentuk shahîh ( ‫)لل عيل‬, maqbûdlah ( ‫)لل عيل ← لل عل‬, dan mahdzûf ( ← ‫لل عيل‬ ‫ فعو‬/ ‫)لل عي‬. Penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Al-’arūdl dalam keadaan maqbūdlah, dan al-dlarbu dalam keadaan shachīh. Contohnya adalah:



‫اش ُّدكا‬ ‫ػاى يدكا أ ٍىكفيوا ىكإً ٍف ىع ػ ىق يدك ى‬ ‫ىكإً ٍف ىعػ ى‬



ً ‫ػسنيوا الٍبًىنػا‬ ٍ ‫أيكلىئػ ى قىػ ٍوهـ إً ٍف بىػىنػ ٍوا أ‬ ‫ىح ى‬



‫كش ٍد يدك‬ ‫ قى يد ى‬/ ‫ ىكإًنٍ ىع‬/‫ ىى يدكأ ٍىكفيو‬/‫ىكإًنٍػ ىعا‬



ً ً ‫ ىسنيػٍلبًىنا‬/‫ىح‬ ٍ ‫ بىػىنػ ٍوأ‬/‫ ىك ىق ٍويمٍن ٍف‬/‫أيالىئ‬



‫فعوؿ مفاعيلن‬ ‫فعولن مفاعيلن‬ ‫ي‬



‫فعوؿ مفاعيلن فعولن مفاعلن‬



‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬// /‫ق‬// /‫ق‬/‫ق‬// ‫ق‬/‫ق‬//



‫ق‬//‫ق‬// ‫ق‬/‫ق‬// ‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬// /‫ق‬//



Bentuk pertama ini kadangkala berubah saat al’arūdl sama dengan ald-dlarbu. Situasi ini disebut oleh ahli ilmu Arudh dengan istilah at-tashrî’. Mereka mendefinisikan, at-tashrî’ adalah menyamakan bentuk al-’arūdl dengan adl-dlarbu dengan cara menambahkan huruf tertentu. (AlHāsyimī, 1995: 23) Dalam konteks bachr thawîl, yang ditambahkan adalah huruf ya’ pada taf’ilah al’arūdl (sehingga menjadi ‫)لل عيل‬. Dan biasanya, 59



‫‪situasi ini hanya terjadi di bait pertama dari‬‬ ‫‪qashidah. Contohnya puisi berikut: (Yammūt, 1992:‬‬ ‫)‪37‬‬



‫ني ىح َّىت ىال ىس ىَل هـ ىكىال ىرّّد‬ ‫يى ىو الٍىبػ ٍ ي‬ ‫يى ىولٍ ى ٍْب‪ /‬يىضلٍتػىت ىاال‪ /‬ىسَلى يم ٍن‪ /‬ىكىال ىرٍد يد ٍف‬



‫ً ً‬ ‫الو ٍج يد‬ ‫ىكىال نىظٍىرةه يىػ ٍقضى هبىا ىحقَّوي ى‬ ‫ً ً‬ ‫اح ٍق‪/‬قىػ يهٍل ىو ٍج يدك‬ ‫ىكالىنى ٍظ‪ /‬ىرتيػٍنػىيػ ٍقضى‪/‬هبى ى‬ ‫فعولن‪ /‬مفاعيلن‪/‬فعولن‪ /‬مفاعيلن‬



‫‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق‬



‫‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق‬



‫فعولن‪/‬مفاعيلن‪/‬فعولن‪/‬مفاعيلن‬



‫لىىق ٍد نىػ ىعب الٍوابيور ًِبلٍىبػ ٍ ً‬ ‫ني بىػٍيػىنػ يه ٍم‬ ‫ى ى ي‬



‫فى ىس ياركا ىكالى ىزُّم ٍوا ًمجىاالن ىكالى ىش ُّدكا‬



‫لىػ ىق ػ ٍد ىف‪ /‬ىعىبػٍل ىوابيو‪ /‬يربًٍل ى ٍْب‪/‬نًىبػٍيػىنػ يه ٍم‬



‫فى ىس يارك‪ /‬ىكالىىزٍشليٍو‪ً /‬مجىالى ٍن‪ /‬ىكالى ىش ٍد يدك‬



‫فعوؿ‪ /‬مفاعيلن‪/‬فعولن‪/‬مفاعلن‬



‫فعولن‪ /‬مفاعيلن‪/‬فعولن‪ /‬مفاعيلن‬



‫‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‪//‬ق‪//‬ق‬



‫‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق‬



‫ىسىرل هبًً يم ىسٍيػىر الٍغى ىػم ًاـ ىكػأىنػٌىماى‬



‫ً‬ ‫و‬ ‫ً‬ ‫ص يد‬ ‫لىوي ًِف تىػىنائ يك ًٌل ذل يخلَّة قى ٍ‬



‫ً ً‬ ‫وسٍيػىرٍؿ‪ /‬ىغ ىم ًاـ‪ /‬ىكأىنٍػنى ىما‬ ‫ىسىراب‪/‬علي ى‬



‫ً ًً ً‬ ‫ص يدك‬ ‫ىذلي ًوِف‪/‬تىػنىائٍي يك ٍل‪/‬لذ ٍؼلي ٍل‪/‬لىتٍنػ ىق ٍ‬



‫فعوؿ‪ /‬مفاعيلن‪/‬فعوؿ‪ /‬مفاعلن‬



‫فعولن‪ /‬مفاعيلن‪/‬فعولن‪ /‬مفاعيلن‬ ‫‪60‬‬



‫‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق‬



‫‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪//‬ق‬



‫‪2. Al-’arūdl dalam keadaan maqbūdlah, dan al-dlarbu‬‬ ‫‪dalam keadaan maqbūdl.‬‬ ‫‪Contohnya:‬‬



‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ىخبىا ًر ىم ٍن ىٍ تػيى ًٌكًد‬ ‫ت ىجاىَلن ىك ىَيٍتٍي ى ًِب ٍأل ٍ‬ ‫ىستيػٍبدل لى ى األ َّىَي يـ ىما يكنٍ ى‬ ‫ستػب ًدل‪/‬لى ىك ٍْلىيػيا ‪ /‬شليىا يكن‪ /‬ىَت ً‬ ‫ىخبىا‪ً /‬رىمنٍػلى ٍم ‪/‬تػيى ٍكًكًدل‬ ‫اىلى ٍن‬ ‫ىك ىَيًٍ ٍ‪ /‬ىكبً ٍْل ٍ‬ ‫ٍ ى‬ ‫ى يٍ‬ ‫ٍى‬



‫فعولن‪ /‬مفاعيلن‪ /‬فعولن‪ /‬مفاعلن‬



‫فعولن‪/‬مفاعيلن‪ /‬فعولن ‪ /‬مفاعلن‬



‫‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪//‬ق‬



‫‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪//‬ق‬



‫‪3. Al-Arudh dalam keadaan maqbūdlah, dan al-dlarbu‬‬ ‫‪dalam keadaan machdzūf. Contoh:‬‬



‫ات الد ً‬ ‫كىال خيػر فًيمن الى يػو ًطٌن نػى ٍفسػػو علىى ىإئًب ً‬ ‫ب‬ ‫ٍ‬ ‫َّى ًر ح ٍى‬ ‫ى ى ٍ ى ٍ ى ٍ يى ي ى ي ى‬ ‫ني تىػنيػ ٍو ي‬ ‫ى‬ ‫ًرًحيػٍ ىن ‪/‬تىػنيوبيو‬ ‫ىكىال ىخ ٍ ‪ /‬ىرفًٍي ىمنٍ ىَل‪ /‬يىػ ىوطٍ ًط‪/‬نػينىػ ٍف ىس يهو ىع ىَل ىإ‪ /‬ىإِبتً ٍد ىد ٍه‪/‬‬ ‫فعولن‬ ‫فعولن‪ /‬مفاعيلن‪ /‬فعوؿ ‪ /‬مفاعلن فعولن ‪ /‬مفاعيلن‪ /‬فعوؿ‪/‬‬ ‫‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق‬



‫‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪//‬ق‬



‫‪61‬‬



‫الضزب‬ ‫ مفاعيلن‬: ‫ صحيح‬. 1



‫العزوض‬ ‫ مفاعلن‬: ‫ مقبوضة‬. 1



‫ مفاعلن‬: ‫ مقبوض‬. 2 )‫مفاعي (فعولن‬: ‫ محذوف‬. 3



Demikian adalah varian-varian dari bachr thawīl yang klasifikasinya didasarikan perubahan bentuk taf’ilah pada al-Arudh dan adl-dlarbu. Setelah itu penjelasan dilanjutkan dengan bentuk-bentuk perubahan taf’ilah pada al-chasywu. Diantara perubahan yang banyak terjadi di taf’ilah al-chasywu, adalah al-qabdlu. Perubahan ini banyak terjadi pada taf’ilah ( ‫)فعو ← فعو ُفا‬, seperti perubahan al-chasywu pada bait-bait di atas. Dan sedikit sekali, bahkan dipandang buruk oleh para ahli, jika terjadi pada taf’ilah ( ‫)لل عيل ← لل عل‬. Selain al-qabdlu, perubahan yang juga terjadi pada al-chasywu adalah al-kaffu ( ‫لل عيل‬ ‫)← لل عي ُفا‬, hanya saja perubahan ini dianggap buruk oleh para ahli.



62



‫‪Berikut adalah gambar taf’ilah dan perubahan‬‬‫‪perubahannya dalam bachr thawīl:‬‬



‫التفعيلة‬



‫التغييرات‬



‫فعولن‬



‫فعو ُل‬



‫مفاعيلن‬



‫‪ .1‬مقبوضة ‪ :‬مفاعلن‬ ‫‪ .2‬محذوفة ‪ :‬مفاعي (فعولن)‬ ‫ُ‬ ‫مفاعيل‬ ‫‪ .3‬مكفوفة ‪:‬‬



‫‪Latihan taqthī’ puisi bachr thawīl:‬‬



‫ً‬ ‫ودك ىف ًِب ٍأل ٍىرىك ًاح ًمٍنػ يه ٍم بًَلى يٍ ول‬ ‫‪ . 1‬إ ىذا ىج ىاد أقٍػ ىو هاـ ى واؿ ىرأىيٍػتىػ يه ٍم ىغلي ي‬ ‫ً ً‬ ‫‪ . 2‬إ ىذا الٍمرء ى ي ٍدنً ً‬ ‫ضو فى يك ُّل ًرد واء تىػرتى ًدي ًو ىً‬ ‫مجٍي يل‬ ‫ى ٍ ٍ‬ ‫س م ىن اللي ٍؤـ ع ٍر ى ي‬ ‫ىٍي ٍ ي ٍ‬ ‫‪ً . 3‬خلولىةى أىطٍَلى هؿ بًبػرقىًة ثىػهم ًد تىػليوح ىكباقًى الٍو ٍش ًم ًِف ظى ً‬ ‫اى ًر الٍيى ًد‬ ‫ي ى‬ ‫ىٍ‬ ‫يٍ ٍ ى‬ ‫ى‬ ‫ً‬ ‫َّى ير‬ ‫صا يك َّل لىيٌػلى وة‬ ‫ص ٍاأل َّىَي يـ ىكالد ٍ‬ ‫أ ىىرل الٍ ىعٍي ى ىكٍنػنا ىإق ن‬ ‫ىكىما تىػٍنػ يق ي‬ ‫يىػٍنػ ىف ًد‬



‫‪63‬‬



ً ‫ب الٍيىػ ٍوىـ‬ ‫بىع نيدا ىغ ىدا ىما أىقٍػىر ى‬



ً ‫ت أ ٍىع ىد ىاد النيػ يف‬ ‫وس ىكالى أ ىىرل‬ ‫أ ىىرل الٍ ىم ٍو ى‬ ‫ًم ٍن ىغ ًد‬



:‫ قاؿ ااماـ الشافع ِف ديوانو‬. 4



ً ‫اؽ إً ىَل أ ٍىر‬ ‫ض ىغَّىة ىكإ ٍف ىخانىًِن بىػ ٍع ىد التىػ ىفُّرًؽ كًتٌ ىم ًاِن‬ ‫ىكإًًٌِن لى يم ٍشتى ه‬ ً ‫الش ٍو ًؽ‬ ‫ت بًًو ًم ٍن ًشدَّةً ى‬ ‫ىس ىقى هللا ٍأر ن‬ ‫ضا لى ٍو ظىف ٍر ي‬ ‫ت بًتيػ ٍرًهبىا ىك ىحلٍ ي‬ ‫أج ىف ًاِن‬ ٍ ً ٍ ‫َن يكفَّا ىع ٍن فيػ ىؤ ًادم فىًنَّوي ًمن الٍبىػ ٍغ ً ىس ٍع اثٍػنىػ‬ ‫ني ًِف قىػٍت ًل‬ َّ‫ىعٍيػ ى‬ ‫ أ ى‬.5 ‫ى‬ ‫ي‬ ً‫ك‬ ‫اح ود‬ ‫ى‬ 2. Bachr Madīd Secara bahasa kata madīd berarti panjang, sebagaimana kata thawīl. Namun, ada perbedaan alasan yang melatarbelakangi penamaan bachr ini yang berbeda dengan alasan penamaan bachr thawīl. Penamaan al-madīd dikarenakan bachr ini diawali oleh taf’ilah yang lebih panjang, ( ‫ )ف ع‬yang terdiri dari tujuh huruf, daripada taf’ilah setelahnya, ( ‫ )ف عل‬yang terdiri dari lima huruf. (Al-Qairāwanī, 1981: juz 1, 136).



64



Bagi para penyair, bachr madīd merupakan bachr yang tidak banyak diminati. Jika kita melihat kumpulankumpulan puisi para penyair Arab, akan didapati bachr madīd dengan kuantitas yang sedikit. Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan. Pertama, sebagian penyair dengan insting puitikanya menganggap langgam bachr ini kurang enak didengar. Kedua, ada anggapan sebagian penyair dan kritikus bahwa bachr ini sudah habis masanya, dan sudah banyak para penyair yang meninggalkannya. Hal ini dibuktikan sedikit penyair yang memilihnya kecuali penyair-penyair masa awal seperti Muhalhil bin Rabi’ah4 dan Tharafah5 (Yammūt,1992: 53)



4



Adiy bin Rabi’ah bin Murrah (w. 100 sebelum Hijriyyah / 525 M.) adalah seorang penyair dan pahlawan pada masa Jahiliyyah. Dia berasal dari Najed dan menjadi paman dari Penyair Imru’ul Qais. Dia banyak meninggalkan kisah-kisah yang heroik. Syair-syairnya dinilai berkelas tinggi. (Zirikliy, 2002: juz 4, 220) 5 Tharafah bin ‘Abd (w. 60 sebelum Hijriyyah / 564 M.) seorang penyair pada masa Jahiliyyah dari angkatan pertama. Dia lahir di Bahrain, dan mengembara di Najed, sampai akhirnya bertemu dan dekat dengan Raja ‘Amru bin Hind. Karena adanya isu mengolok-olok raja melalui bait-baitnya, dia diminta oleh raja untuk mengirimkan surat yang berisi perintah pembunuhan kepada 65



Wazan Bachr Madîd Wazan bachr ini terdiri dari dua taf’ilah yaitu



‫ فَل ِع َل ُف ْن‬dan ‫فَل ِعلُف ْن‬. Urutannya adalah sebagai berikut: ‫فىاعً ىَلتي ٍن فىاعًلي ٍن فىاعً ىَلتي ٍن فىاعً ىَلتي ٍن فىاعًلي ٍن فىاعً ىَلتي ٍن‬ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ Kunci nada bachr ini dinyatakan Al-Khafājī dalam dua bait berikut:



ً ً ‫اب فً ًيو آَي‬ ‫َي م ًديٍ ىد ا ٍذلى ٍج ًر ىىل ًمن كًتى و‬ ‫لس ًقي ًم‬ ‫ى ي‬ ٍ ٍ ‫ى ى‬ ‫ت الش ىفا ل ى‬ ً ً ً ً ً ‫ت الٍكًتى‬ ‫احلىكًي ًم‬ ٍ ‫اب‬ ‫آَي ي‬ ‫فىاع ىَلتي ٍن فىاعلي ٍن فىاع ىَلتي ٍن تلٍ ى ى‬ Juga diredaksikan lebih sederhana oleh al-Chillī dalam bait:



ً ً ‫لًم ًد‬ ً ‫يد‬ ‫ات فىاعً ىَلتي ٍن فىاعًلي ٍن فىاعً ىَلتي ٍن‬ ‫الش ٍع ًر عًٍندل ًص ىف ه‬ ‫ى‬ al-Muka’bar, gubernur Oman. Di tangan gubernur ini, Tharafah terbunuh dalam usia yang masih muda. (Zirikliy, 2002: juz 3, 225) 66



Selanjutnya, bachr ini digunakan oleh para penyair dalam beberapa bentuk. Al-Arudh dapat digunakan secara shachīch, machdzūf, dan machdzūf makhbūnah. Masing-masing memiliki bentuk adl-dlarbu yang berbeda. Penjelasan detailnya adalah sebagai berikut: A. Shachīch ( ‫)ف ع‬, al-Arudh ini memiliki satu bentuk adl-dlarbu yaitu sama-sama shachīch seperti syair:



ً ُّ ‫إنػَّ ىػمػا‬ ‫وؽ ا ٍكتًئى ىاِب‬ ‫اب قى ٍد يى يس ي‬ ‫الدنٍػيىا بىىَلءه ىكىك ّّد ىكا ٍكتئى ه‬ ‫ قيكٍتًئى ىاِب‬/‫ قى ٍديى يسو‬/‫أينٍػ ىوىك ٍددي ٍف ىكٍكتًئىابي ٍن‬/‫ ىَيبىَلى‬/‫إنٍػنى ىم ٍددي ٍف‬ ‫ فاعَلتن‬/‫ فاعلن‬/‫ فاعَلتن فاعَلتن‬/‫ فاعلن‬/‫فاعَلتن‬



‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ B. Machdzūf ( ‫← ف ع ← ف عل‬ ‫)ف ع‬, al-’arūdl ini memiliki tiga bentuk adl-dlarbu: 1. Maqshūr ( ‫← ف ع‬ ‫)ف ع‬, seperti syair:



‫صائًهػر لًلَّ ىك ٍاؿ‬ ‫ىال يىػغيَّر َّف ٍامىرءنا ىعٍي يشوي يك ُّل ىعٍي و ى‬ ً ‫ لًٍ ىزىك ٍاؿ‬/‫صائًير ٍف‬ ‫ ى‬/‫ ىعٍي يش يهو يكلٍلي ىعٍيش ٍن‬/ ‫ظلىٍىرأى ٍف‬/‫الىيىػغيٍرىر ٍف‬ ‫ فاعَل ٍف‬/ ‫ فاعلن‬/ ‫ فاعلن فاعَلتن‬/‫ فاعلن‬/‫فاعَلتن‬



‫ق ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ 67



‫‪),‬ف ع‬



‫←فع‬



‫← ف عل ( ‪2. Machdzūf‬‬ ‫‪seperti syair:‬‬



‫اًعلىموا أًىِن لى يكم حافً ه ً‬ ‫ت أ ٍىك غىائًبنا‬ ‫ظ ىشاى ندا ىما يكنٍ ي‬ ‫ٍي ٌ ٍ ى‬ ‫اًعلىموأى ٍف‪/‬نًيػلى يكم‪ /‬حافًظين ش ً‬ ‫اى ىد ٍشلىا‪ /‬يكٍنػتيأ ٍىك ‪ /‬غىائًبىا‬ ‫ٍي ٍ ٍ ى ٍ ى‬ ‫فاعلن‬ ‫فاعَلتن‪ /‬فاعلن‪ /‬فاعلن فاعَلتن ‪ /‬فاعلن ‪ٍ /‬‬



‫‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‬



‫‪), seperti syair:‬ف ع‬



‫← فَل ْنعلُف ْن ( ‪3. Al-Abtar‬‬



‫س ىد ٍى ىق و‬ ‫ت ًم ٍن ىكٍي ً‬ ‫اف‬ ‫يخ ًر ىج ٍ‬ ‫إًنٌػىىما الَّلٍ ىفاءي ىَيقي ٍػوتىةه أ ٍ‬ ‫يخ ًر ىجتٍ ًم ٍن‪ /‬ىكٍي ًس ىد ٍه ‪ /‬قىانً ٍن‬ ‫إًنٍػنى ىم ٍ ىزٍؿ‪ /‬فىاءي ىَي‪ /‬قيوتىػ يٍ‬ ‫نت أ ٍ‬ ‫فاعَلتن‪ /‬فاعلن‪ /‬فاعلن فاعَلتن ‪ /‬فاعلن ‪ /‬فىػ ٍعلي ٍن‬



‫‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‬ ‫← فَل ِعلُف ْن ( ‪C. Machdzūfah makhbūnah‬‬ ‫‪), al‬ف ع‬‫‪’arūdl ini memiliki dua bentuk adl-dlarbu:‬‬ ‫← فَل ِعلُف ْن ( ‪5. Machdzūf makhbūn‬‬ ‫)ف ع‬ ‫‪sama dengan al-’arūdl. Contoh:‬‬



‫ً‬ ‫ث تىػ ٍه ًدل ىساقىوي قى ىد يم ٍو‬ ‫ل ٍل ىف ىىت ىع ٍق هل يىعًٍي ي بً ًػو ىحٍي ي‬ ‫ً‬ ‫اع ٍق‪ /‬ليٍنػيىعً ‪ /‬يشبً ًه ىحٍيػثيػتىػ ٍه ًدل‪ /‬ىساقىػ يهو‪ /‬قى ىد يم ٍو‬ ‫ل ٍل ىفتى ى‬ ‫فاعَلتن‪ /‬فاعلن‪ /‬فىعًلين فاعَلتن ‪ /‬فاعلن ‪ /‬فىعًلي ٍن‬ ‫‪68‬‬



‫‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‬ ‫‪), seperti:‬ف ع‬



‫← فَل ْنعلُف ْن ( ‪6. Abtar‬‬



‫ت أىرم يقها تىػ ٍق ً‬ ‫م ىكالٍغى ىارا‬ ‫ير َّ‬ ‫ض يم ا ٍذلًٍن ًد َّ‬ ‫ب ىإ ور بً ُّ ٍ ي ى‬ ‫ربػبػنىا ًر ٍف‪/‬بًٍتػتأىر‪/‬م يقها تىػ ٍق ً‬ ‫ض يملٍ ًه ٍن‪ً /‬ديٍػيىػ ىو ٍؿ‪/‬غى ىارا‬ ‫يٍ ي ى‬ ‫يٍ ى‬ ‫فاعَلتن‪ /‬فاعلن‪ /‬فىعًلين فاعَلتن ‪ /‬فاعلن ‪ /‬فىػ ٍعلي ٍن‬ ‫‪/‬ه‪//‬ه‪/‬ه ‪/‬ه‪//‬ه ‪///‬ه ‪/‬ه‪//‬ه‪/‬ه ‪/‬ه‪//‬ه ‪/‬ه‪/‬ه‬



‫العزوض‬



‫الضزب‬



‫‪ . 1‬صحيحة ‪ :‬فاعالثن‬



‫‪ . 1‬صحيح ‪ :‬فاعالثن‬



‫‪ . 2‬محذوفة ‪ :‬فاعال (فاعلن)‬



‫‪ . 1‬مقصور ‪ :‬فاعالن‬ ‫‪ . 2‬محذوف ‪ :‬فاعال (فاعلن)‬ ‫ُْ‬ ‫فعل ْن‬ ‫‪ . 3‬أبتر ‪:‬‬ ‫فعلن‬ ‫‪ . 1‬محذوفة مخبونة ‪ِ :‬‬ ‫‪ . 2‬أبتر ‪ْ :‬‬ ‫فعلن‬



‫‪ . 3‬محذوفة مخبونة ‪ :‬ف ِعلن‬



‫‪Sedangkan al-chasywu dalam bachr ini bisa‬‬ ‫‪mengalami perubahan sebagaimana berikut:‬‬



‫‪69‬‬



‫‪) dapat mengalami perubahan al-khabnu‬ف ع ( ‪1.‬‬ ‫‪). Contoh:‬ف ِع ( ‪sehingga menjadi‬‬



‫ً‬ ‫قىاـ كاألىقٍػواـ ً‬ ‫الصٍب ً فػًى ىكىى ون‬ ‫صامتػىةه ىكنىس ييم ي‬ ‫ى ى ىي ى‬ ‫ً‬ ‫ىؽ‪/‬كام ً‬ ‫صٍب ًح ًفى‪ /‬ىكىىنً ٍن‬ ‫صا‪/‬متىػ يٍ‬ ‫نت ىكنىسٍي يم ٍ‬ ‫ص‪ /‬ي‬ ‫قى ىام ىوٍأل ٍ ى ي ى‬ ‫الت ‪ /‬فاعلن ‪ /‬فىعًلي ٍن‬ ‫فاعَلتن‪ /‬فاعلن‪ /‬فىعًلين‬



‫‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق ‪///‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‬



‫‪),‬فعِل ( ‪) mengalami perubahan al-khabnu‬ف عل ( ‪2.‬‬ ‫‪seperti:‬‬



‫ً‬ ‫أع ً‬ ‫ً‬ ‫صى ال ىق ىد ىر الغىالًبىا‬ ‫ف ٍ‬ ‫ب ىكٍي ى‬ ‫فىا ٍذلىىول لػى قى ىد هر غػال ه‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ىع ً‬ ‫ػص ٍل‪ /‬قى ىد ىرٍؿ‪/‬غىالًبىا‬ ‫ْب‬ ‫ىكٍيػ ىفأ ٍ‬ ‫فىػلٍ ىه ىوالػى‪ /‬قى ىد ير ٍف‪/‬غىال ي ٍ‬ ‫فاعَلتن‪ /‬فعلن‪ /‬فىاعًلين فاعَلتػن ‪ /‬فعلن ‪ /‬فىاعًلي ٍن‬ ‫‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪///‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‬ ‫‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪///‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‬



‫‪Bagi para ahli ilmu Arudh, kedua bentuk‬‬ ‫‪perubahan al-chasywu ini adalah yang baik dan bisa‬‬ ‫‪diterima daripada perubahan yang lain, keduanya juga‬‬ ‫‪yang paling banyak digunakan.‬‬



‫‪70‬‬



‫التفعيلة‬ ‫فاعالثن‬



‫التغييرات‬ ‫‪ .1‬محذوف ‪ :‬فاعلن‬ ‫‪ .2‬مقصور ‪ :‬فاعالت‬ ‫‪ .3‬أبتر ‪ْ :‬‬ ‫فعلن‬ ‫فعلن‬ ‫‪ .4‬محذوف مخبون ‪ِ :‬‬



‫فاعلن‬



‫فعلن‬ ‫‪ .4‬مخبون ‪ِ :‬‬



‫‪Latihan taqthī’ puisi bachr madīd:‬‬



‫ً‬ ‫ً‬ ‫صلًى ىكا ٍشتًغى ًاَل بً ى ًم ٍن يك ًٌل يشغٍ ًل‬ ‫س ىك ٍ‬ ‫‪ . 1‬ىَي ىكث ىري ا ٍذلى ٍجر ىال تىػنٍ ى‬ ‫ً‬ ‫ً ً ً ً ً‬ ‫ص ىرٍم ًل‬ ‫ىَي ىَلىالن فىػ ٍو ىؽ جٍيد غىاؿ ىكقىضيبنا ىٍحتتىوي ىد ٍع ي‬ ‫ت ىع ًاذلىًىت ىعنٍو نػى ٍف ًس أى ٍكثً ًرل ًِف يحبًٌ ًو أ ٍىك أىقًلًٌى‬ ‫ىال ىسلى ٍ‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫الس ىَل يـ‬ ‫يض الٍبىػ ٍرؽ بىػ ٍى‬ ‫‪ . 2‬ىَي ىكم ى‬ ‫ني الٍغى ىماـ ىال ىعلىٍيػ ىها بى ٍل ىعلىٍي ى ى‬ ‫َّ‬ ‫ورةن ىك ٍج يه ىها يىػ ٍهتً ي ًسٍتػىر الظىَلىًـ‬ ‫إف ًِف األ ٍ‬ ‫ىح ىد ًاج ىم ٍق ي‬ ‫صى‬ ‫ص ىل ىعلىٍيػ ىها ىحىر ياـ‬ ‫ب ا ٍذلى ٍجىر ىحَلىالن ىذلىا ىكتىػىرل الٍ ىو ٍ‬ ‫ىٍحت ىس ي‬ ‫ً ً‬ ‫ب ىشفَّوي ىس ىق يم ٍو ىكتىَلى ىشى ىحلٍ يموي ىكىد يم ٍو‬ ‫‪ . 3‬م ٍن يزل وٌ‬ ‫‪71‬‬



ً ‫ص ًحي ىفتيوي ىكبى ىكى ًم ٍن ىر ٍمحىوة قىػلى يم ٍو‬ ٍ ‫ب ىحن‬ ‫َّت ى‬ ‫ىكات ه‬ ‫الشك ىٍول إً ىَل قى ىم ور تىػٍن ىجلًى ىع ٍن ىك ٍج ًه ًو ظيلى يم ٍو‬ ‫يىػ ٍرفى يع ى‬



: ‫ قاؿ ابن ادلعت‬. 4 ً‫ي‬ ‫احا‬ ٍ ‫مج ىع‬ ٍ ‫احلى ُّق لىنىا ًِف إًىم واـ قىػتى ىل الٍبي ٍخ ىل ىكأ‬ ‫الس ىم ى‬ ‫ىحيىا ى‬ ً ً ‫ىف اٍلبػر ىؽ مصح‬ ً ‫احا‬ ‫ىكىكأ َّ ى ٍ ي ٍ ى ي‬ ‫ف قا ور فىانٍطبىاقنا ىمَّرنة ىكاتٍفتى ن‬ 3. Bachr Basīth Kata basīth memiliki arti panjang, sebagaimana madīd dan thawīl. Khalil bin Ahmad memberikan alasan bahwa bachr ini panjang seperti bahcr thawīl yang terdiri dari 48 huruf. Bachr basīth juga disisipi dan diakhiri taf’ilah ( ‫( )فَل ِعلُف‬Al-Qairāwanī, 1981: juz 1, 136). Alasan lainnya bahwa bachr ini terdiri dari dua taf’ilah ( ، ‫ل لعل‬ ‫ )ف عل‬yang keduanya diawali dengan sabab khafīf sehingga terasa adanya sabab khafīf yang berderetan dan berkelanjutan sepanjang bait. (Yammūt, 1992: 64). Dengan kedekatan karakter yang hampir sama, bachr basīth dan bachr thawīl banyak diminati oleh para penyair. Keduanya banyak menghiasi kumpulan puisi



72



penyair Arab. Popularitasnya pun mengalahkan yang lain. Akan tetapi, menurut Al-Bustānī (1904:91) bachr thawīl lebih luwes dalam menampung gaya bahasa, diksi, dan gagasan penyair. Selain itu, bachr thawīl disebut lebih ekspresif dengan tema-tema kelembutan dan keagungan. Wazan Bachr Basīth Bachr ini terdiri dari dua taf’ilah, yaitu ( ‫ْن‬ dan ( ‫ْن‬



‫ )فَل ِعلُف‬dengan sistem pola sebagai berikut:



‫يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىاعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىاعًلي ٍن‬



‫) ُفل ْن َل ْنل ِعلُف‬



‫يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىاعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىاعًلي ٍن‬



‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ //‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ Untuk mempermudah mengingatnya, al-Khafājī menciptakan kunci nada, dengan kata kunci basathtu dalam dua bait berikut:



‫الى يموا عىلىٍي ى عى ىسى ىَتٍليو أ ىىماكًنيػ يه ٍم‬



‫ت يى ًدل أ ٍىدعيو عىلىى فًئى وة‬ ‫إًذىا بى ىسطٍ ي‬



‫حوا ىال تيػىرل إالَّ ىم ىساكًنيػ يه ٍم‬ ٍ ‫فىأ‬ ‫ىصبى ي‬



‫يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىاعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىاعًلي ٍن‬



73



Dalam bait yang lebih sederhana al-Chillī juga menuliskan:



َّ ‫ط األ ىىم يل يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىاعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىاعًلي ٍن‬ ‫ط لى ىديًٍو يػيٍب ىس ي‬ ‫إف الٍبى ًسٍي ى‬ Bachr basīth dapat digunakan dalam bentuk yang sempurna, tanpa ada taf’īlah yang dihilangkan, juga dapat digunakan dalam bentuk majzû’ (menghilangkan satu taf’īlah di setiap barisnya), sehingga wazannya adalah sebagai berikut:



‫يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىاعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىاعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن‬ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ Dalam keadaan sempurna, al-’arūdl seringkali mengalami perubahan al-khabnu ( ‫← فَل ِعلُف‬ ‫)ف عل‬. Sedangkan adl-dlarbu adakalanya sama dengan al-’arūdl ( ‫)فَل ِعلُف‬, dan adakalanya mengalami perubahan al-qath’u (menghilangkan huruf akhir watad majmu’ dan membaca sukun huruf sebelumnya, ← ‫ف عل ← ف عاْن‬ ‫)ف ْنعل ْن‬.



74



‫‪1. Al-’arūdl dan adl-dlarbu makhbūn berwazan‬‬ ‫‪), seperti:‬فَل ِعلُف (‬



‫ىال ىٍحت ًقر َّف ً‬ ‫اص ىم وة َّ‬ ‫إف‬ ‫صغ نريا ًِف يسلى ى‬ ‫ى ى‬ ‫ىال ىحت ًقر ٍف‪/‬نى ً ً‬ ‫نت‬ ‫ص ىمً ٍ‬ ‫صغ ٍ ‪ /‬ىرنٍفٍي يم ىخا‪ /‬ى‬ ‫ٍى ى‬



‫ً‬ ‫ىس ًد‬ ‫الٍبىػعي ى‬ ‫وضةى تي ٍدمى يم ٍقلىةى األ ى‬ ‫ً‬ ‫ىس ًدل‬ ‫إنٍػنىػلٍبىػعيو‪ /‬ى‬ ‫ضتىػتي ٍد‪/‬مٍي يم ٍقلىتى ٍل‪/‬أ ى‬



‫يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىعًلي ٍن‬ ‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‬ ‫‪) dan adl‬فَل ِعلُف ( ‪2. Al-’arūdl makhbūnah berwazan‬‬‫‪), seperti:‬فَل ْنعلُف ( ‪dlarbu maqthū’ berwazan‬‬



‫ت ًم ٍن ىز ًاد‬ ‫ىخبى ي‬ ‫ىك ى‬ ‫الشُّر أ ٍ‬ ‫ث ىما أ ٍىك ىعٍي ى‬ ‫ىخ‪/‬بىػثي ىما‪/‬أ ٍىك ىعٍيػتى ًم ٍن‪ /‬ىز ًادم‬ ‫ىك ٍش ىش ٍريرأ ٍ‬



‫اؿ الىىما يف بًًو‬ ‫اى ٍخلىٍيػ ير أىبٍػ ىقى ىكإً ٍف طى ى‬



‫ىب‪/‬قى ىاكإً ٍف‪/‬طىالىٍ ىزىما‪/‬نيبً ًهى‬ ‫أٍ‬ ‫ىخلىٍيػ يرأ ٍ‬



‫يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىاعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن‬ ‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‬



‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق‬



‫‪/‬ق‪/‬ق‬ ‫‪Sedangkan dalam keadaan majzu’, bachr basīth‬‬ ‫‪memiliki bentuk sebagai berikut:‬‬ ‫‪75‬‬



‫‪1. Al-’arūdl dan adl-dlarbu berwazan sahih‬‬



‫‪ُ ), seperti:‬فل ْن َل ْنل ِعلُف‬ ‫ماذىا كقي ً‬ ‫وِف ىعلىى ىربٍ وع ىخ ىَل سليٍلى ٍولً وق ىدا ًر وس يم ٍستىػ ٍع ًجػ ًم‬ ‫ى ي‬ ‫ً‬ ‫ىماذى ياكقيو‪/‬فً ىيعلىى‪ /‬ىربٍعًنٍ ىخَلى سليٍلى ٍول ًق ٍن‪ /‬ىدا ًرًس ٍن‪ /‬يم ٍستىػ ٍع ًج ًم‬



‫ْن (‬



‫يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىاعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىاعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن‬ ‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق‬ ‫‪ُ ), dan‬فل ْن َل ْنل ِعلُف ْن ( ‪2. Al-’arūdl berwazan sahih‬‬



‫‪adl‬‬‫‪dlarbu dalam keadaan mudzayyal (menambah‬‬ ‫‪huruf bersukun di wazan yang berakhiran watad‬‬



‫‪ ), seperti:‬ل لعل ← ل لع‬ ‫ت ىس ٍع يد بٍ ين ىزيٍ ود ىك ىع ٍم ورك ًم ٍن ىَتً ٍيم‬ ‫َّإإ ذىشلىٍنىا ىعلىى ىما ىخيَّػلى ٍ‬ ‫ت ىس ٍع يدبٍػيى ٍم‪ً /‬دنٍػ ىو ىع ٍم‪ً /‬رٍظلًٍنػتى ًمٍي ٍم‬ ‫اخٍيػيىػلى ٍ‬ ‫إًنٍناىذى ىم ٍم‪ /‬ىإ ىعلىى‪ /‬ىم ى‬



‫‪majmu’ ,‬‬



‫يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىاعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن‬



‫يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىاعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًَل ٍف‬



‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ق‬



‫‪76‬‬



‫‪dan adl-‬‬



‫ل لعل‬



‫‪ُ ),‬فل ْن َل ْنل ِعلُف‬



‫ْن ( ‪3. Al-’arūdl berwazan sahih‬‬



‫← ( ’‪dlarbu dalam keadaan maqthū‬‬



‫ْن‬ ‫لعا‬ ‫‪ ), seperti:‬ل‬ ‫ًسٍيػ يركا ىم نعا َّإظلىا ًم ىيعادي يك ٍم يىػ ٍويـ الثيَلى ىًث بًبىطٍ ًن الٍ ىو ًادل‬ ‫ً‬ ‫يىػ ٍويمثٍػثيىَل‪/‬ثػىابًبى ٍط‪/‬نًلٍ ىو ًادل‬ ‫كم ىع ٍن‪/‬إنٍػنى ىما‪ً /‬مٍيػ ىعادي يك ٍم‬ ‫سٍيػ ير ى‬ ‫يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىاعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىاعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعً ٍل‬ ‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪/‬ق‬ ‫‪dan adl-‬‬



‫) ُفل ْن‬



‫َل ْنل ِع ْن‬ ‫ا( ’‪4. Al-’arūdl berwazan maqthū‬‬ ‫‪dlarbu maqthū’ juga, seperti:‬‬



‫ىضحت قً ىفارا ىكوح ً الٍو ً‬ ‫ما ىيَّ ى ً‬ ‫ً‬ ‫احى‬ ‫ى ى ى‬ ‫الش ٍو ىؽ م ٍن أىطٍَلىؿ أ ٍ ى ٍ ن ى ٍ ى‬ ‫ً‬ ‫ىضحػتٍقػ ىفا‪/‬رنٍ ىكوح‪/‬يًلٍو ً‬ ‫ً‬ ‫اح‬ ‫ىم ى‬ ‫اىٍيػيى ىج ٍ ‪ /‬ىش ٍوقىم ٍن‪/‬أىطٍ ىَلًِل أ ٍ ى ى ى ٍ ى‬ ‫يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىاعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعً ٍل يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىاعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعً ٍل‬



‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪/‬ق‬



‫‪77‬‬



‫الضزب‬



‫العزوض‬



َ ‫ ف ِعلن‬: ‫ مخبون‬. 1 َ ‫ ف ْعلن‬: ‫ مقطوع‬. 2



َ ‫ ف ِعلن‬: ‫ مخبونة‬. 1



‫ مستفعلن‬: ‫ صحيح‬. 1



‫ مستفعلن‬: ‫ مجزوءة صحيحة‬. 2



‫ مستفعالن‬: ‫ مذيل‬. 2 ْ ‫مستفعل‬ : ‫ مقطوع‬. 3 ْ ‫مستفعل‬ :‫ مقطوع‬. 1



ْ ‫مستفعل‬ :‫ مجزوءة مقطوعة‬. 3



Adapun bentuk-bentuk al-chasywu dalam bachr basīth dapat mengalami beberapa perubahan sebagaimana berikut: A. Untuk taf’īlah perubahan:



(



‫)ل لعل‬



dapat mengalami



‫)ل لعل ← ُفل َل ْنل ِعلُف‬. Ath-thayyu ( ‫) ل لعل ← ُفل ْن َل ِعلُف ْن‬



1) Al-khabnu ( ‫ْن‬



2) 3) Al-khablu / gabungan al-khabnu dan aththayyu ( ‫) ل لعل ← ُفل َل ِعلُف ْن‬. Perubahan ini sangat jarang sekali ditemukan.



78



‫‪) hanya dapat mengalami‬ف عل ( ‪Untuk Taf’īlah‬‬



‫‪).‬ف عل ← فَل ِعل‬ ‫التفعيلة‬ ‫مستفعلن‬



‫‪B.‬‬



‫( ‪perubahan al-khabnu‬‬



‫التغييرات‬ ‫‪ .1‬مخبون ‪ :‬متفعلن‬ ‫‪ .2‬مطوي ‪ :‬مستعلن‬ ‫‪ .3‬مخبول ‪ :‬متعلن‬ ‫‪ .4‬مذيل ‪ :‬مستفعالن‬ ‫ْ‬ ‫مستفعل‬ ‫‪ .5‬مقطوع ‪:‬‬



‫فاعلن‬



‫فعلن‬ ‫‪ .1‬مخبون ‪ِ :‬‬ ‫‪ .2‬مقطوع ‪ْ :‬‬ ‫فعلن‬



‫‪Latihan taqthī’ puisi bachr basīth:‬‬ ‫‪.1‬‬



‫قاؿ البوصريل‪:‬‬ ‫َي ىالئً ًمى ًِف ا ٍذلول الٍع ٍذ ًر ً ً‬ ‫ً‬ ‫ت ىٍ تىػليًم‬ ‫ص ٍف ى‬ ‫م ىم ٍعذ ىرةن م ًٌِن إًلىٍي ى ىكلى ٍو أىنٍ ى‬ ‫ى‬ ‫ىى ي ٌ‬ ‫ً‬ ‫كالنىػ ٍفس ىك ً‬ ‫ً‬ ‫ب ىعلىى‬ ‫الط ٍف ًل إً ٍف َتيًٍهلٍوي ىش َّ‬ ‫ب َّ‬ ‫الر ى‬ ‫ض ًاع ىكإً ٍف تىػ ٍفط ٍموي‬ ‫يح ٌ‬ ‫ى ي‬ ‫يىػٍنػ ىف ًط ًم‬ ‫‪79‬‬



‫فى ىمٍبػلى يغ الٍعًلٍ ًم فًٍي ًو أىنَّوي بى ىشهر ىكأىنَّوي ىخٍيػ ير ىخلٍ ًق هللاً يكلًٌ ًه ًم‬ ‫احلبًي ً‬ ‫اعتيوي لً يك ًٌل ىى ٍووؿ ًم ىن ٍاأل ٍىى ىو ًاؿ يم ٍقتى ًح ًم‬ ‫ب الَّذل تيػ ٍر ىجى ىش ىف ى‬ ‫يى ىو ٍى ٍ ي‬ ‫‪َ .2‬ي لىيػلىةن لىيس ًِف الظَّلٍم ًاء نيور إًَّال كجوىا تيض ً‬ ‫َّإنًٍيػ ير‬ ‫اىٍيػ ىها الد ى‬ ‫ى ه يي ن ى‬ ‫ى ٍ ٍ ى‬ ‫ًًً‬ ‫ً‬ ‫ور‬ ‫ني ٍ‬ ‫يح ٍوهر ىس ىقٍت ًِن ىكأٍ ًس الٍ ىم ٍوت أ ٍىعييػنيػ ىها ىما ىذا ىس ىقٍتنيو تلٍ ى ٍاأل ٍ‬ ‫ىع يي‬ ‫احلي ي‬ ‫ً‬ ‫ً ً‬ ‫ً‬ ‫ور‬ ‫إ ىذا ابٍػتى ىس ٍم ىن فى يد ُّر الثَّػ ٍغ ًر يمٍنػتىظ هم ىكإ ٍف نىطىٍق ىن فى يد ُّر اللَّ ٍفظ ىمٍنػثي ي‬ ‫ً‬ ‫الصبا عٍن ى ك ً‬ ‫ً‬ ‫ىع ىم ًاؿ تىك ًٍفٍيػ ير‬ ‫ُّهى ىع ىم ىَل فىً َّف ىخاَتىةى األ ٍ‬ ‫ىخ ًٌل ٌ ى ى ى ٍ‬ ‫اخت ٍم ًِبلنػ ى‬ ‫ً‬ ‫الس ىؤ ٍاؿ‬ ‫ف ذي َّؿ ُّ‬ ‫‪ . 3‬ىَي طىالبنا ًِف ا ٍذلىىول ىما ىال يػينى ٍاؿ ىك ىسائًَلن ىٍ يىػ ىع ٍ‬ ‫ً‬ ‫ت تًلٍ ى اللَّيى ٍاؿ‬ ‫ود نة لى ٍو أىنػ ىَّها ىر ىج ىع ٍ‬ ‫الصبىا ىٍزل يم ى‬ ‫ىكلَّ ٍ‬ ‫ت لىيى ًاَل ٌ‬ ‫ً‬ ‫صلىةن ًمن سليٍلً و‬ ‫ف أ ٍىك الى تى يك ٍن طىالًبنا ىما ىال يػينى ٍاؿ‬ ‫س ىك ٍ ٍ‬ ‫ىال تىػلٍتىم ٍ‬ ‫‪ . 4‬ىكآبىةي ُّ‬ ‫الذ ًٌؿ ًِف كًتى ًاِب ىكىطلٍ ىوةي الٍعًًٌ ًِف ىج ىو ًاِب‬ ‫ف تىػٍنحو ًمن الٍع ىذ ً‬ ‫ت نىػ ٍف نسا بًغى ًٍري نىػ ٍف ً‬ ‫اب‬ ‫قىػتىػ ٍل ى‬ ‫س فى ىكٍي ى ي ى ى‬ ‫ً‬ ‫ب إً ٍذ يخلً ىق النَّاس ًمن تيػر ً‬ ‫ت ًم ٍن بىػ ٍه ىج وة ك ًطٍي ً‬ ‫اب‬ ‫يخل ٍق ى‬ ‫ى‬ ‫ي ٍ ى‬ ‫‪ . 5‬قاؿ أبو نواس‪:‬‬ ‫دع عٍن لىوًمى فىً َّف اللَّوـ إً ٍغراء كدا ًكًِن ًِبلًَّىت ىكانى ً‬ ‫ٍ‬ ‫ٍى ى ي ىى‬ ‫ىٍ ى ى ٍ‬ ‫ت ى ى الدَّاءي‬ ‫ص ٍفىراءي ىال تىػٍن ً يؿ ٍاأل ٍ‬ ‫ى‬ ‫ىحىا يف ىس ى‬ ‫احتىػ ىها لى ٍو ىم َّس ىها ىح ىجهر ىم َّسٍتوي ىسَّراءي‬ ‫‪80‬‬



‫ً ً و‬ ً ًً ٍ ‫ت ىًحت ُّل ًهبىا ًىٍن هد ىكأ‬ ٍ ‫لتلٍ ى أىبٍكى ىكىال أىبٍكى ل ىمٍن ًلىة ىكانى‬ ‫ىْسىاءي‬ ً ً ً ً ‫ت ىعٍن ى‬ ٍ ‫ت ىشٍيػئنا ىك ىغابى‬ ‫فىػ يق ٍل ل ىم ٍن يىدَّعى ًِف الٍعلٍ ًم ىم ٍع ًرفىةي ىحفظٍ ى‬



‫أى ٍشيىاءي‬



4. Bachr Wāfir Wāfir berarti banyak atau penuh. Salah satu alasan penamaan bachr ini adalah karena masing taf’īlah yang merangkainya banyak diisi oleh watad, atau banyak didominasi oleh bunyi vokal (harakat). (Yammūt, 1992:78) Al-Bustānī (1904: 92) menyebut bachr ini adalah yang paling lentur, bisa dimanfaatkan untuk bahasa kelembutan dan juga keagungan. Wazan Bachr Wāfir Wazan bachr ini terdiri dari satu taf’īlah ( ‫ْن‬ yang diulangi sebanyak enam kali :



‫علَل ُف‬ ‫) ُفللَل َل‬



‫نت‬ ٍ‫اعلى ي‬ ٍ‫اعلى ي‬ ٍ‫اعلى ي‬ ٍ‫اعلى ي‬ ٍ‫اعلى ي‬ ٍ‫اعلى ي‬ ‫نت يم ىف ى‬ ‫نت يم ىف ى‬ ‫نت يم ىف ى‬ ‫نت يم ىف ى‬ ‫نت يم ىف ى‬ ‫يم ىف ى‬ Akan tetapi, wazan ini tidak pernah digunakan secara sahih. Pada bagian al-’arūdl dan adl-dlarbu, bachr 81



ini selamanya mengalami perubahan al-qathfu (menghilangkan sabab khafīf dan membaca sukun huruf sebelumnya), sehingga wazan ( (



‫ )لل عل‬berubah menjadi



‫عا ← فعو ُف‬ ‫)لل ْن‬. ‫نت فىػعيولي ٍن‬ ٍ‫نت يم ىفاعىلى ي‬ ٍ‫نت فىػعيولي ٍن يم ىفاعىلى ي‬ ٍ‫نت يم ىفاعىلى ي‬ ٍ‫يم ىفاعىلى ي‬ ‫ق‬/‫ق‬// ‫ق‬///‫ق‬// ‫ق‬///‫ق‬//



‫ق‬/‫ق‬// ‫ق‬///‫ق‬// ‫ق‬///‫ق‬//



Kunci nada bachr ini dituliskan oleh al-Khafājī dua bait berikut:



ً ‫غىر ًامى ًِف ٍاأل‬ ‫كإ‬ ‫ىحبَّ ًة ىكفَّػىرتٍوي يك ىشاةه ًِف األى ًزقًَّة ىراكً ي ى‬ ‫ى‬ ‫نت فىػعيولي ٍن إ ىذا ىمُّركا هبًً ٍم يىػتىػغى ىام ي ٍك ىف‬ ٍ‫اعلى ي‬ ٍ‫اعلى ي‬ ‫نت يم ىف ى‬ ‫يم ىف ى‬ Al-Chillī juga menulis:



ً ً ًٌ ‫يُبور‬ ‫نت فىػعيولي ٍن‬ ٍ‫اعلى ي‬ ٍ‫اعلى ي‬ ‫نت يم ىف ى‬ ‫الش ٍع ًر ىكاف يرىىا ىمجٍي يل يم ىف ى‬ ‫يي‬ Bachr Wāfir hanya memiliki satu bentuk wazan yang tetap, yaitu al-’arūdl dan adl-dlarbu dalam keadaan



82



‫‪Contohnya‬‬



‫‪).‬لل عل‬



‫عا ← فعو ُف‬ ‫← لل ْن‬



‫( ‪maqthūfah‬‬ ‫‪adalah:‬‬



‫ًجراحات ً‬ ‫السنى ً‬ ‫اف ىذلىا الٍتًئى ياـ ىكالى يىػلٍتى ياـ ىما ىجىر ىح اللً ىسا يف‬ ‫ىى ي‬ ‫ًجراحاتي ً ً ً‬ ‫اجىر ىح ٍل‪/‬لً ىسانيو‬ ‫س‪/‬سنىانلى ىه ٍل‪/‬تئى يامو ىكىاليىػلٍتىا‪/‬شليى ى‬ ‫ىى ٍ‬ ‫اعلىتػي ٍن فىػعيولي ٍن‬ ‫اعلٍ يٍ‬ ‫اعلى يٍ‬ ‫اعلٍ يٍ‬ ‫نت يم ىف ى‬ ‫نت فىػعيولي ٍن يم ىف ى‬ ‫نت يم ىف ى‬ ‫يم ىف ى‬ ‫‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪///‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪///‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‬ ‫‪Sedangkan al-chasywu dalam bachr ini mengalami‬‬ ‫‪perubahan al-‘ashab, yaitu menyukun huruf kelima‬‬ ‫‪seperti‬‬



‫علَل ُف‬ ‫) ُفلل َل‬



‫←‬



‫ع ْنل‬ ‫لل َل‬



‫( ‪taf’īlah yang berharakat‬‬ ‫‪dalam taqthī’ bait di atas.‬‬



‫‪Bentuk lain dari wazan bachr ini adalah majzū’,‬‬ ‫‪yakni dengan menghilangkan al-’arūdl dan adl-dlarbu,‬‬ ‫‪sehingga menjadi:‬‬



‫نت‬ ‫اعلى يٍ‬ ‫اعلى يٍ‬ ‫نت يم ىف ى‬ ‫يم ىف ى‬



‫نت‬ ‫اعلى يٍ‬ ‫اعلى يٍ‬ ‫نت يم ىف ى‬ ‫يم ىف ى‬



‫‪//‬ق‪///‬ق ‪//‬ق‪///‬ق ‪//‬ق‪///‬ق ‪//‬ق‪///‬ق‬ ‫‪83‬‬



‫‪Adapun bentuknya ada dua:‬‬ ‫‪1. Al-’arūdl dan adl-dlarbu sama-sama sahih,‬‬ ‫‪seperti:‬‬



‫ت‬ ‫ًى ى ي‬ ‫كرىىا ىخ ىذلى ٍ‬ ‫الدنٍػيىا إً ىذا ىك يملى ٍ‬ ‫ت ىكىََّت يس ير ي‬ ‫ً‬ ‫ت‬ ‫اخ ىذلى ٍ‬ ‫ىيى ٍد يدنٍػيىا‪/‬إى ىذا ىك يػملى ٍ‬ ‫ت ىكَتىٍ ىم يس يرٍك‪ /‬يرىى ى‬



‫نت‬ ‫اعلى يٍ‬ ‫اعلٍتػي ٍن يم ىف ى‬ ‫يم ىف ى‬



‫نت‬ ‫اعلى يٍ‬ ‫اعلى يٍ‬ ‫نت يم ىف ى‬ ‫يم ىف ى‬



‫‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪///‬ق ‪//‬ق‪///‬ق ‪//‬ق‪///‬ق‬ ‫‪2. Al-’arūdl sahih dan adl-dlarbu ma’shūb, seperti:‬‬



‫ضب ًِن كتػيع ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫صٍي ًِن‬ ‫آم يرىىا فىػتيػغٍ ي ى ٍ‬ ‫أ ىيعاتبيػ ىها ىك ي‬ ‫ضب ًِن ‪ /‬كتػيع ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫صٍي ًِن‬ ‫أيعىاتبيػ ىها‪ /‬ىكأىاٍيم يػرىىا‪ /‬فىػتيػغٍ ي ى ٍ‬



‫نت‬ ‫اع ٍل يٍ‬ ‫اعلى يٍ‬ ‫اعلى يٍ‬ ‫اعلٍ يٍ‬ ‫نت يم ىف ى‬ ‫نت يم ىف ى‬ ‫نت يم ىف ى‬ ‫يم ىف ى‬ ‫‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪///‬ق ‪//‬ق‪///‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق‬



‫‪84‬‬



‫الضزب‬



‫العزوض‬



‫‪ . 1‬مقطووف ‪ :‬فعولن‬ ‫َ‬ ‫‪ . 1‬صحيح ‪ :‬مفاعلتن‬ ‫ْ‬ ‫‪ . 2‬معصوب ‪ :‬مفاعلتن‬



‫‪ . 1‬مقطووفة ‪ :‬فعولن‬ ‫‪ . 2‬مجزوءة صحيحة ‪ :‬مفاعلتن‬



‫‪Latihan taqthī’ puisi bachr wāfir:‬‬ ‫‪.1‬‬



‫‪.2‬‬



‫ً‬ ‫اجلى ًحٍي ًم‬ ‫ت لًلٍ ًف ٍرىد ٍك ًس أ ٍىىَلن ىكىال أىقٍػ ىول ىعلىى ىإ ًر ٍ‬ ‫إًذلى لى ٍس ي‬ ‫ب ًَل تىػ ٍوبىةن كا ٍغ ًف ٍر ذيني ًوِب فىًنَّ ى غىافًر ال ىذنٍ ً‬ ‫ب الٍ ىع ًظٍي ًم‬ ‫فىػ ىه ٍ‬ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫ذيني ًوِب ًمثٍل أ ٍىع ىد ًاد ً ً‬ ‫اجلىَلى ًؿ‬ ‫ب ًَل تىػ ٍوبىةن ىَي ذىا ٍ‬ ‫الرىماؿ فىػ ىه ٍ‬ ‫ٌ‬ ‫ي‬ ‫و‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫احتً ىم ًاَل‬ ‫ص ًِف يك ًٌل يىػ ٍوـ ىكذىنًٍِب ىزائ هد ىكٍي ى‬ ‫ف ٍ‬ ‫ىكعي ٍم ًرل ىإق ه‬ ‫قاؿ أبو نواس‪:‬‬ ‫ً‬ ‫أىَي من لىي ً ً ً‬ ‫ىستى ًجٍيػ ير‬ ‫س ًَل منٍوي يرلٍيػ ير بً ىع ٍف ًو ىؾ م ٍن ىع ىذابً ى أ ٍ‬ ‫ى ىٍ ٍ‬ ‫ت َّ ً‬ ‫أىإى الٍ ىعٍب يد الٍم ًقُّر بً يك ًل ذىنٍ و‬ ‫ور‬ ‫ب ىكأىنٍ ى‬ ‫السيٌ يد الٍ ىم ٍوىَل الٍغى يف ي‬ ‫ي‬ ‫ٌ‬ ‫ً‬ ‫ًًً‬ ‫ت بًًو ىج ًديٍػ ير‬ ‫فىً ٍف ىع َّذبٍػتىًِن فىبً يسوء ف ٍعلى ىكإً ٍف تىػغٍف ٍر فىأىنٍ ى‬ ‫أىفًُّر إًلىٍي ى ًمنٍ ى ىكأىيٍ ىن إًَّال إًلىٍي ى يىًفُّر ًمنٍ ى الٍ يم ٍستى ًجٍيػ ير‬ ‫‪85‬‬



‫احلىٍوير ىك ىساعً هد طىٍرفيوي الٍ ىق ىد ير‬ ٍ ‫ىغى هاؿ ىزانىوي‬ ‫س ىكالٍ ىق ىم ير‬ ٍ ‫ييًريٍ ى إ ىذا بى ىدا ىك ٍج نها ىح ىكاهي الش‬ ‫َّم ي‬ ‫بىػىراهي هللاي ًم ٍن نيوور فىَلى ًج ّّن ىكىال بى ىشهر‬ ً ً ‫فى ىذ ىاؾ ا ٍذلىُّم ىال طىلىل كقىػ ٍف ى‬ ‫ت ىعلىٍيو تىػ ٍعتى ي‬ ‫ه ى‬ ً ‫اف سلىٍلي‬ ‫كب ٍد ور ىغ ًري شلىٍح و‬ ً ‫وؽ مع الٍع ٍقي‬ ‫وؽ‬ ‫ىى ي ى‬ ‫ىى ٍ ي‬ ً ‫إً ىذا أ‬ ‫ت بً ًريًٍق ًو ًريًٍقى‬ ٍ ‫ت فى‬ ‫ضلىتىوي ىمى ٍج ي‬ ‫يسقٍي ي‬ ٍ ً ‫اش نقا يس ًقى ب ًقيَّةى ىكأٍ ًس مع يش‬ ً ‫وؽ‬ ٍ‫ى‬ ‫فىػيىالى ى ىع ى ٍ ى‬ 5.



.3



.4



Bachr Kāmil



Dalam bahasa Arab kata kāmil berarti yang sempurna. Hubungan makna bahasa dan penamaan bachr ini dijelaskan dalam beberapa pernyataan para ahli (Yammūt, 1992: 91). Argumentasi yang diriwayatkan dari Khalil bin Ahmad menyebutkan bahwa letak hubungan tersebut pada harakat bachr ini yang dipandang sempurna, 30 harakat dengan pola deret yang khas dan tidak ditemukan dalam bachr yang lain. Alasan lain, dalam bachr ini ada sembilan bentuk adl86



dlarbu, jumlah yang tidak ditemukan dalam bachr lain. Selain itu, bachr ini bisa menyempurnakan bachr sebelumnya, wāfir saat dalam keadaan sempurna. Alasan yang lebih detail dikemukakan oleh al-Bustānī (1904: 92), bahwa bachr ini adalah yang paling sempurna diantara bachr yang tersusun dari taf’īlah subâ’iyyah (yang tersusun dari tujuh huruf). Wazan Bachr Kâmil Wazan bachr ini berasal dari satu taf’īlah , yaitu ( ‫ْن‬



‫) ُفل َللَل ِعلُف‬, yang diulang-ulang sebanyak enam kali. ‫يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن‬ ‫ق‬//‫ق‬/// ‫ق‬//‫ق‬/// ‫ق‬//‫ق‬/// ‫ق‬//‫ق‬/// ‫ق‬//‫ق‬/// ‫ق‬//‫ق‬/// Al-Khafājī menuliskan:



‫وؾ ىك ىحظُّ يه ٍم بً ى قى ٍد ىظلىا‬ ‫ت ًص ىفاتي ى ىَي ىر ىشا ىكأيكليو ا ٍذلىىول قى ٍد ىِبيىػعي ى‬ ٍ ‫ىك يملى‬ َّ ‫إف الَّ ًذيٍ ىن يػيبىايًعيونى ى إًَّظلىا‬



‫يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن‬



Demikian juga al-Chillī menyatakan: 87



ً ‫اجلم ي‬ ‫حوًر الٍ ىك ًام ًل‬ ‫اؿ م ىن الٍبي ي‬ ‫ىك يم ىل ٍى ى‬ ‫يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعً يل‬ Bentuk al-’arūdl dalam bachr ini ada tiga, yaitu: Pertama: Al-’arūdl dalam keadaan sahih ( ‫)ل ل عل‬, adl-dlarbu bisa dalam keadaan sahih ( ‫)ل ل عل‬, maqthū’ ( ‫)ل ل عل ← ل ل عاْن‬, dan achadzdzu dan mudlmar ( ‫)ل ل عل ← ُفل ْنلَل ← فَل ْنعلُف‬. Kedua: Al-’arūdl dalam keadaan achadzdzu ( ‫ل ل عل‬ ‫)← ُفل َللَل ← فَل ِعلُف‬, adl-dlarbu bisa dalam keadaan yang sama ( ‫)فَل ِعلُف‬, dan dalam keadaan ahadzdzu + mudlmar ( ‫)فَل ْنعلُف‬. Ketiga: Al-’arūdl dalam keadaan sahih yang majzu’, maka adl-dlarbu bisa dalam keadaan muraffal (’ ‫)ل ل عل ← ُفل َللَل ِع َل ُف ْن‬, mudzayyal ( ‫) ل ل عل ← ل ل ع ْن‬, sahih ( ‫)ل ل عل‬, dan maqthū’ ( ‫)ل ل عل ← ل ل عاْن‬. Dengan demikian, jumlah bentuk bachr ‘kāmil ada sembilan. Penjelasannya adalah sebagai berikut:



88



‫‪1. Al-’arūdl dalam keadaan sahih‬‬ ‫‪a) adl-dlarbu dalam keadaan sahih. Contohnya‬‬ ‫‪adalah:‬‬



‫ؼ ً‬ ‫الد يـ‬ ‫يع ًم ىن األىذىل ىح َّىت يػيىر ى‬ ‫اؽ ىعلىى ىج ىوانًبً ًو ى‬ ‫الى يى ٍسلى يم ى‬ ‫الرف ي‬ ‫الشىر ي ى‬ ‫ىحتٍػتىايػيىرا‪/‬قىعػىىَل ىج ىوا‪/‬نًبً ًه ٍد ىد يمو‬ ‫ىال يى ٍسلى يم ٍ ‪ /‬ىشىرفىػ ٍرىرفػً ‪/‬عي ًمنى ٍػْل ًىذا‬ ‫يمٍتػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمٍتػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن‬ ‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪//‬ق‬



‫‪b) adl-dlarbu dalam keadaan maqthū’. Contohnya:‬‬



‫ً ً‬ ‫ً‬ ‫ً ً‬ ‫ب‬ ‫يب ىعٍي يش ى ىَي أىخى ىىٍيػ ىه ى‬ ‫س ىم ىع الٍ ىم ىمات يىطٍي ي‬ ‫أ ىىم ىع الٍ ىم ىمات يىط ي‬ ‫ات لىٍي ى‬ ‫أىمعلٍمما‪/‬تًي ًطػيػبعػ ‪ /‬يش ىكياأ ً‬ ‫ىخػ ىىٍيػ ىهاتىػلى ٍ ‪ /‬ىْسى ىعلٍ ىم ىما‪/‬تًيى ًطيبػو‬ ‫ى ى ى ى ى ٍي ى ٍ ى‬ ‫يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمٍتػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعً ٍل‬ ‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪//‬ق‬ ‫‪///‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪//‬ق‬ ‫‪///‬ق‪/‬ق‬



‫‪+‬‬



‫‪achadzdzu‬‬



‫‪c) adl-dlarbu dalam keadaan‬‬ ‫‪mudlmar. Contohnya adalah:‬‬



‫الدَير بًرامتػ ً ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ت ىك ىغيَّػىر ىر ٍْسى ىها الٍ ىقطٍير‬ ‫ني فىػ ىعاق ًل ىد ىر ىس ٍ‬ ‫ل ىم ًن ى ي ى ى ى ٍ‬ ‫لً ىمنًػ ٍد ًد ىَي‪ /‬يربًىر ىام ى ‪/‬نًىف ىعاقًلً ىد ىر ىسٍتػ ىو ىغ ٍ ‪/‬يىػىرىر ٍْسى ىه ٍل‪/‬قىطٍيرك‬ ‫‪89‬‬



‫يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن‬ ‫‪///‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪//‬ق‬



‫‪///‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‬



‫‪2. Al-’arūdl dalam keadaan achadzdzu‬‬ ‫‪a) Adl-dlarbu dalam keadaan achadzdzu, seperti:‬‬



‫الدنٍػيا ًجل ً‬ ‫الدنٍػيىا لً ىم ٍن ىع ىقَلى‬ ‫اىلً ىها ىكىمىر ىارةي ي‬ ‫ىك ىحَلىىكةي ي ى ى‬ ‫ىك ىحَلىىكتي ٍد‪ /‬يدنٍػيىا ًجلىا‪ً /‬ىلً ىها ىكىمىر ىارةي ٍد‪ /‬يدنٍػيىالً ىم ٍن‪ /‬ىع ىقَلى‬



‫يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمٍتػ ىفاعًلي ٍن فىعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمت ىفاعًلي ٍن فىعًلي ٍن‬ ‫‪///‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق ‪///‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‬ ‫‪b) Adl-dlarbu dalam keadaan achadzdzu + mudlmar‬‬ ‫‪), seperti:‬فَل ْنعلُف (‬



‫مجيع ج ًد ً‬ ‫فى َّكرت ًِف ي ً ً ً ً‬ ‫يد ىىا يىػٍبػلىى‬ ‫ٍي‬ ‫الدنٍػيىا ىكجدَّهتىا فى ىذا ى ي ى‬ ‫فى ٍك ىكرتيًف ٍد‪ /‬يدنٍػياكًج ٍد‪ /‬ىد ًهتىا فىً ىذ ىً‬ ‫امج ‪/‬عي ىج ًديٍ ًد ىىا‪/‬يىػٍبػلىى‬ ‫ٍ‬ ‫ىى‬



‫يمٍتػ ىفاعًلي ٍن يمٍتػ ىفاعًلي ٍن فىعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن‬ ‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‬ ‫‪90‬‬



‫‪///‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‬



‫‪3. Al-’arūdl dalam keadaan sahih yang majzu’ (‘kāmil‬‬ ‫)’‪majzū‬‬ ‫‪a) Adl-dlarbu‬‬ ‫‪dalam‬‬ ‫‪keadaan‬‬ ‫‪muraffal‬‬ ‫‪(menambahkan penggalan kata sabab khafīf di‬‬ ‫ل ل عل ← ’‪akhir penggalan kata watad majmu‬‬ ‫‪ُ ), seperti:‬فل َللَل ِع َل ُف ْن‬



‫ً‬ ‫ضلي ى ىكالٍ يم يركءى ٍة؟‬ ‫ػت فىأىيٍ ىن فى ٍ‬ ‫ىسأٍ ى‬ ‫ىسأٍ ي‬ ‫ت ىك ىما أ ى‬ ‫ىكإ ىذا أ ى‬ ‫ً‬ ‫ض ‪ /‬لي ىك ىولٍ يم يركأ ٍىه‬ ‫ىسأٍ تىػ ىفأىيٍػنىػ ىف ٍ‬ ‫ىسأٍ ‪ /‬تى ىك ىماأ ى‬ ‫ىكإ ىذاأ ى‬ ‫يمتىػ ىفاعًلي ٍن ‪ /‬يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن ‪ /‬يمتىػ ىفاعً ىَلتي ٍن‬ ‫‪///‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪//‬ق‪/‬ق‬



‫‪b) Adl-dlarbu‬‬ ‫‪dalam‬‬ ‫‪keadaan‬‬ ‫‪mudzayyal‬‬ ‫‪(menambahkan huruf yang bersukun di akhir‬‬ ‫‪ ). Seperti:‬ل ل عل ← ل ل ع ْن ‪watad majmu’,‬‬



‫صىرعيوي ىك ًخٍي ٍم‬ ‫صىرعي أ ٍىىلىوي ىكالٍبىػغٍ ي ىم ٍ‬ ‫اىلظُّلٍ يم يى ٍ‬ ‫وك ًخٍي ٍم‬ ‫ص‪ /‬ىرعيأ ٍىىلى يهو‪ /‬ىكلٍبىػ ٍغيي ىم ٍ‬ ‫أىظٍظيلٍ يميى ٍ‬ ‫ص‪ /‬ىرعي يه ى‬ ‫يمٍتػ ىفاعًلي ٍن ‪ /‬يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمٍتػ ىفاعًلي ٍن ‪ /‬يمتىػ ىفاعً ىَل ٍف‬ ‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪//‬ق ق‬



‫‪), seperti:‬ل ل عل ( ‪c) Adl-dlarbu dalam keadaan sahih‬‬



‫ت فى ىَل تى يك ٍن يمتى ىخ ًٌش نعا ىكىَتى َّم ًل‬ ‫ىكإًذىا افٍػتىػ ىق ٍر ى‬ ‫‪91‬‬



‫ىكإً ىذفٍػتىػ ىق ٍر‪ /‬تىػ ىف ىَلتى يك ٍن يمتى ىخ ٍش ًش ىع ٍن‪ /‬ىكىَتى ٍم ىملًى‬ ‫يمتىػ ىفاعًلي ٍن ‪ /‬يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن ‪ /‬يمتىػ ىفاعًلى ٍن‬ ‫‪///‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪//‬ق‬ ‫ل ل عل ← ( ’‪d) Adl-dlarbu dalam keadaan maqthû‬‬ ‫‪), seperti:‬ل ل عاْن‬



‫احلسنى ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ات‬ ‫ىكإذىا يعليو ذى ىك يركا ٍاا ىسا ءىةى أى ٍكثىػ يركا ٍى ى‬ ‫ىكإًذى ياعليو‪ /‬ذى ىك يرٍا ىسا أ ىىَتى ٍكثىػ يرٍؿ ‪ /‬ىح ىسنىاتًى‬ ‫يمتىػ ىفاعًلي ٍن ‪ /‬يمتىػ ىفاعًلي ٍن يمتىػ ىفاعًلي ٍن ‪ /‬يمتىػ ىفاعً ٍل‬



‫‪///‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪/‬ق‬ ‫العزوض‬



‫الضزب‬



‫‪ . 1‬صحيحة ‪ :‬متفاعلن‬



‫‪ . 1‬صحيح ‪ :‬متفاعلن‬ ‫ْ‬ ‫متفاعل‬ ‫‪ . 2‬مقطوع ‪:‬‬ ‫ّ‬ ‫أحذ ومضمز ‪ْ :‬‬ ‫فعلن‬ ‫‪.3‬‬



‫‪ . 2‬أحذ ‪ :‬ف ِعلن‬



‫فعلن‬ ‫‪ . 1‬أحذ ‪ِ :‬‬



‫‪ . 3‬مجزوءة صحيحة ‪ :‬متفاعلن‬



‫‪ . 1‬صحيح ‪ :‬متفاعلن‬



‫‪ . 2‬أحذ ومضمز ‪ْ :‬‬ ‫فعلن‬



‫‪92‬‬



‫‪ . 2‬مزفل ‪ :‬متفاعالثن‬ ‫‪ . 3‬مذيل ‪ :‬متفاعالن‬ ‫ْ‬ ‫متفاعل‬ ‫‪ . 4‬مقطوع ‪:‬‬



‫‪Selanjutnya, bentuk-bentuk al-chasywu bachr ini‬‬ ‫‪sering didapati tidak berbentuk sahih dalam satu bait.‬‬ ‫‪Seringkali al-chasywu mengalami perubahan bentuk‬‬ ‫‪ُ ) sehingga lahir pendapat‬فل َللَل ِعلُف ْن ← ُفل ْنلَل ِعلُف ْن ( ‪mudlmar‬‬ ‫‪ُ ) juga menjadi asli‬فل ْنلَل ِعلُف ْن ( ‪sebagian ulama bahwa taf’īlah‬‬ ‫‪wazan bachr kāmil, bahkan ia lebih banyak digunakan.‬‬ ‫)‪(Yammūt, 1992: 97‬‬ ‫‪Latihan taqthī’ puisi bachr wāfir:‬‬ ‫‪.1‬‬



‫قاؿ ااماـ الشافعى‪:‬‬



‫الذني ً‬ ‫ت تىػ ٍغ يدك ًِف ُّ‬ ‫اؼ ًِف يىػ ٍوًـ الٍ ىم ىع ًاد ىكعً ىيدا‬ ‫وب ىجلً نيد ىكىَتى ي‬ ‫إً ٍف يكٍن ى‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫اض ًم ٍن نً ىع وم ىعلىٍي ى ىم ً نيدا‬ ‫فىػلى ىق ٍد أى ى ىؾ م ىن الٍ يم ىهٍيم ًن ىع ٍف يوهي ىكأىفى ى‬ ‫ىال تىػٍيأىسن ًمن ليطٍ ً‬ ‫ضغىةن ىكىكلًٍي ىدا‬ ‫ف ىربًٌ ى ًِف ٍ‬ ‫احلى ىشا ًِف بىطٍ ًن أ ًٌيم ى يم ٍ‬ ‫ىٍ ٍ‬ ‫ىما ىكا ىف أى ٍذلىىم قىػلٍبى ى التىػ ٍو ًح ىيدا‬ ‫صلىى ىج ىهن ىَّم ىخالً ندا‬ ‫لى ٍو ىشاءى أى ٍف تى ٍ‬ ‫‪ . 2‬كقاؿ أبو نواس‪:‬‬ ‫‪93‬‬



‫ً‬ ‫اخليطي ً‬ ‫ص ًر ً‬ ‫سٍبحا ىف ىعَلَّـ الٍغيي ً‬ ‫وب‬ ‫يف ٍ‬ ‫وب ىع ٍجبنا لتى ٍ‬ ‫ى ي‬ ‫ي ى‬ ‫ح َّىت م ىىت َي نىػ ٍفس تىػ ٍغػ ػتىػ ًرين ًِب ٍألىم ًل الٍ ىك يذ ً‬ ‫كب‬ ‫ٌى ى‬ ‫ى ى ى ي‬ ‫س تي ًوِب قىػٍب ىل أى ٍف ىال تى ٍستى ًطٍيعًى أى ٍف تىػتي ًوِب‬ ‫ىَي نىػ ٍف ي‬ ‫ك ً ً ً‬ ‫الذني ً‬ ‫َّار ُّ‬ ‫وب‬ ‫ى ٍ‬ ‫استىػ ٍغف ًرل ل يذنيوبً الٍػ ىػر ٍمحى ىن ىغف ى‬ ‫الريػا ًح ىعلىٍي ى ىدائًم ًة ا ٍذليب ً‬ ‫َّ‬ ‫وب‬ ‫إف ٍ‬ ‫احلىىو ًاد ى‬ ‫ى ي‬ ‫ث ىك ًٌ ى‬ ‫كالٍموت ىشرع ك ً‬ ‫اخلىلٍ يق سليٍتىلً يفو الضُّر ً‬ ‫كب‬ ‫اح هد‬ ‫ىك ٍ‬ ‫ى يٍ ي ٍ ه ى‬ ‫ي‬ ‫ب التُّػ ىقى ًمن ىخ ًٍري مكٍسب ًة الٍ ىكس ً‬ ‫الس ٍع ًِف طىلى ً‬ ‫وب‬ ‫ى ىى‬ ‫ٍ‬ ‫ي‬ ‫ىك َّ ي‬ ‫‪.3‬‬



‫‪.4‬‬



‫‪.5‬‬



‫كقاؿ ااماـ الشافعى‪:‬‬ ‫ػب ىكىال يًػلبُّ ى ىم ٍن يًحتبُّ ٍو‬ ‫ىكًم ىن الٍبىلًيَّ ًة أى ٍف يًحتػ ػ َّ‬ ‫ً ً‬ ‫ت فىَلى تيػ ٍغبُّ ٍو‬ ‫ص ُّد ىعٍن ى بًىو ٍج ًهو ىكتيل ُّ أىنٍ ى‬ ‫ىكيى ي‬ ‫يػوـ الٍم ًح ً ً ًً‬ ‫ب أىنَّوي ىد ٍى ير‬ ‫ب لطيٍولو ىش ٍه ير ىكالش ٍ‬ ‫ىٍ ي ي ٌ‬ ‫َّه ير ىٍػل ىس ي‬ ‫ً ًىِب كأ ًيمى ىغادةه ًِف خ ًٌدىا ًسحر كبػني ج يف ً‬ ‫وِنىا ًس ٍح ير‬ ‫ىٌ ى‬ ‫ى ى‬ ‫ٍ ه ى ى ٍى ي‬



‫ب أىنػ ىَّها الٍبى ٍد ير‬ ‫س الض ى‬ ‫اىلش ٍ‬ ‫ُّحى ىكالٍبى ٍد ير ىٍػل ىس ي‬ ‫س ىٍحت ىس ي‬ ‫ب أىنػ ىَّها ىَشٍ ي‬ ‫َّم ي‬ ‫ىت فى ىس ًل اٍ ًلق ىف ىار يًغلٍيػبي ى الٍ ىق ٍف ير‬ ‫فى ىس ًل ا ٍذلىىول ىعٍنػ ىها يًغلٍب ى ًكإً ٍف ىَن ٍ‬ ‫قي ٍل ىما بى ىدا لى ى ىكافٍػ ىع ًل ىكاقٍطى ٍع ًحبىالى ى أ ٍىك ًص ًل‬ ‫‪94‬‬



‫الربًٍي يع فى ىحيًٌ ًو ىكانٍ ً ٍؿ ًى ٍكىرًـ ىمٍن ًًؿ‬ َّ ‫ىى ىذا‬ ً ً ً ‫ت فىػبى ًٌد ًؿ‬ ‫ص ًل الَّذل يى ىو ىكاص يل فىً ىذا ىك ًرٍى ى‬ ‫ىكإً ىذا نىػبىا بً ى ىمٍن ً يؿ أ ٍىك ىم ٍس ىك ين فىػتى ىح َّوًؿ‬ ‫ت فىَلى تى يك ٍن يمتى ىج ًٌش نعا ىكىَتى َّم ًل‬ ‫ىكإ ىذا افٍػتىػ ىق ٍر ى‬ 6. Bachr Hazej Kata hazej berarti berdendang, bergoncang atau bergelombang. Alasan penamaan bachr ini menurut Khalīl bin Ahmad adalah karena bachr ini memiliki irama yang bergelombang atau berdendang. Sebab, taf’īlah bachr ini ( ‫ )لل عيل‬terdiri dari dua sabab khafīf yang didahului oleh watad, sehingga sangat membantu dalam pemanjangan bunyi dan memiliki irama yang atraktif. Pendapat lain mengatakan bahwa dulu orang Arab sangat suka bernyanyi dan berdendang menggunakan bachr ini karena iramanya yang sangat sesuai. (Yammūt, 1992: 110) Menurut Anīs bachr ini mulai ramai digunakan oleh para penyair modern sebab mereka mendapati karakter iramanya sesuai dengan puisi-puisi drama yang 95



berbasis pada dialog dan ungkapan-ungkapan pendek. Sebelum masa modern, penggunaan bachr ini cukup rendah, kurang lebih hanya 1% dari penggunaan bachr secara keseluruhan. Keadaan ini dimulai sejak masa Dinasti Abbasiyyah sampai sebelum masa modern. (Anīs, 1952: 109). Wazan Bachr Hazej. Bachr ini tersusun dari satu taf’īlah yaitu dan diulangi sebanyak 4 kali:



‫َلللَل ِع ْنيلُف ْن‬



‫ىم ىفاعًٍيػلي ٍن ىم ىفاعًٍيػلي ٍن ىم ىفاعًٍيػلي ٍن ىم ًفاعًٍيػلي ٍن‬ Al-Khafājī telah menghimpun kunci nadanya dalam bait berikut:



‫لىئًن تىػه ج بًعش و‬ ‫َّاؽ فىػ يه ٍم ًِف عً ٍش ًق ًه ٍم ى يىوا‬ ‫ٍ ٍى ٍ ي‬ ً ً ‫ىم ىفاعٍيػلي ٍن ىم ىفاعيلي ٍن ىكقىاليوا ىح ٍسبيػنىا هللاي‬ Al-Chillī juga menuliskan:



ً ً ً ‫يل‬ ‫يل ىم ىفاعيلي ٍن ىم ىفاع ي‬ ‫ىعلىى األ ٍىىى ًج تى ٍسه ي‬ 96



‫‪Sedangkan Arudh bachr ini hanya ada satu varian,‬‬ ‫‪), dengan dua varian adl-dlarbu, yaitu‬لل عيل ( ‪yaitu‬‬ ‫‪).‬فعو ( ‪) dan‬لل عيل (‬ ‫‪),‬لل عيل ( ‪1. Arudh dan adl-dlarbu berwazan sahih,‬‬ ‫‪seperti:‬‬



‫ىىى ٍجنىا ًِف أىغىانًٍي يك ٍم‬ ‫ىىى ٍجنى ًاِف‪/‬أىغىانًٍي يك ٍم‬



‫ىك ىشاقىػٍتػنىا ىم ىعانًي يك ٍم‬ ‫ىك ىشاقىػٍتػنىا‪ /‬ىم ىعانًٍي يك ٍم‬



‫مفاعيلن ‪ /‬مفاعيلن مفاعيلن ‪ /‬مفاعيلن‬



‫‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق‬ ‫‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق‬ ‫‪adl-dlarbu‬‬



‫‪dan‬‬



‫‪),‬لل عيل (‬



‫ىكىما ظى ٍه ًرم لًبىاغً الضٍَّيػ‬ ‫ً‬ ‫ىكىماظى ٍه ًرل‪ /‬لبىاغً ٍ‬ ‫ضى‬ ‫ضٍ‬



‫‪2. Arudh berwazan‬‬ ‫‪).‬فعو ( ‪berwazan‬‬



‫ػ ًم ًِبلظى ٍه ًر ال ىذلي ً‬ ‫وؿ‬ ‫ًمبًظٍظى ٍه ًرٍذ ‪ /‬ذىلي ًوَل‬



‫مفاعيلن ‪ /‬مفاعيلن مفاعيلن ‪ /‬فعولن‬



‫‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‬



‫‪97‬‬



Sedangkan al-chasywudalam bachr ini bisa dalam



‫← لل عي ُف‬ keadaan makfûf (‫ا‬



‫)لل عيل‬.



Bachr hazej ini kadangkala bisa menyerupai dengan bachr Wāfir dalam keadaan majzû’. Keadaan ini terjadi saat wazan bachr Wāfir ( ‫ )لل علَل‬kemasukan Zichāf ‫)لل ْن‬. áshab, sehingga berubah menjadai ( ‫ لل عيل‬/ ‫عل‬ Maka, cara menentukan bachr nya adalah dengan menelusuri keseluruhan bait dalam satu kasidah, tidak cukup hanya sebagian atau sebagian besar bait. Jika ada salah satu bait yang mengikuti wazan ( ‫)لل علَل‬, maka kumpulan bait-bait itu termasuk bachr Wāfir. Tetapi jika keseluruhan bait itu mengikuti wazan ( ‫ )لل عيل‬maka ikut bachr hazej. Kesimpulannya, bachr ini hanya memiliki dua bentuk wazan: 1. Arudh dan dlarbu sama-sama berwazan sahih. ____ ‫____ لل عيل‬ ‫لل عيل‬ 2. Arudh berwazan ( ‫)لل عيل‬, dan adl-dlarbu berwazan ( ‫)فعو‬. ____ ‫____ لل عيل‬ ‫فعو‬ 98



‫‪Latihan:‬‬ ‫‪Tentukan bentuk bachr hazej berikut ini dan‬‬ ‫!‪taqthî’nya‬‬ ‫‪.1‬‬



‫أ ىىَي ىم ٍن الى ىـ ًِف ٍ ً‬ ‫ب ىكىٍ يىػ ٍعلى ٍم ىج ىول قىػلًٍِب‬ ‫احلي ٌ‬ ‫ب يىػغٍ ًو ًيو كالى أى ٍغول ًمن َّ ً‬ ‫ىمَلى يـ َّ ً‬ ‫ب‬ ‫الص ٌ‬ ‫الص ٌ‬ ‫ى ى ى‬ ‫فىًًِن م ُّ ً و ً‬ ‫ص ًاد ىؽ ٍ ً‬ ‫ب‬ ‫ت ًِف ىنٍد يزلبِّا ى‬ ‫ٌ ي‬ ‫احلي ٌ‬ ‫كما يػلٍ ىقى ىذلىا ىشبوه بً ىشروؽ الى كالى غىر ً‬ ‫ب‬ ‫ىى ي‬ ‫ى ٍ ى ٍ‬ ‫ً و‬ ‫ً ً‬ ‫صًِب‬ ‫صبىا قىػلًٍِب ىكىنٍ هد مثٍػلي ىها يي ٍ‬ ‫إً ىَل ىنٍد ى‬



‫‪ . 2‬قاؿ أمحد شوقى ِف مسرحيتو‪:‬‬ ‫كًَلى ىإ قىػٍيس م ٍذبوح قىتًيل ٍاأل ً‬ ‫ىب ىك ٍاألًٌيـ‬ ‫يى ي ي ي‬ ‫طىعًيػنى ً‬ ‫اف بً ًس ٌكً و‬ ‫ني ًم ىن الٍ ىع ىادةً ىكالٍ ىوٍى ًم‬ ‫ٍ‬ ‫لىقد زًكج ً‬ ‫َّن ىٍ يى يك ٍن ذى ٍكقًى ىكىال طى ٍع ًمى‬ ‫ى ٍ يٌ ٍ ي‬ ‫ت شل ٍ‬ ‫ً‬ ‫صغيير ىع ٍن عًلٍ ًمى‬ ‫ىكىم ٍن يى ٍكبيػ ير ًِف س ًٌِن ىكىم ٍن يى ٍ‬ ‫ً و‬ ‫ض ًٌم‬ ‫لى ًٌ‬ ‫الضدَّيٍ ًن يمٍن ى‬ ‫فىػنى ٍح ين الٍيىػ ٍويـ ِف بىػٍيت ىع ى‬ ‫الر ٍغ ًم‬ ‫يى ىو الٍ ىقٍبػ ير ىح ىول ىمٍيػتىػٍيػ ػ ًن ىج ىاريٍ ًن ىعلىى َّ‬ ‫‪99‬‬



7. Bachr Rojaz Dalam bahasa Arab, rojaz berarti bergetarnya kaki onta saat berdiri karena mengidap penyakit di kakinya (al-Mu’jam al-Wasîth, 2004: 330). Imam Khalil menyebut bachr ini dengan nama rojaz, karena ia bersifat fluktuatif karena mengalami banyak perubahan. (Al-Qairāwanī, 1981: juz 1, 136). Karakter bachr ini adalah paling banyak mengalami perubahan-perubahan dikarenakan banyaknya zichāf dan illat, atau berubah dalam keadaan masythûr, manhûk, dan majzû’, sehingga tidak menetap pada satu bentuk. Ibnu Duraid juga menyatakan, penamaan ini dikarenakan unsur-unsur yang ada dalam bachr ini terasa dekat, dan huruf-hurufnya tidak banyak. Ada juga yang berpandangan, karena seringkali orang Arab menggunakan bachr ini dalam keadaan masythûr yang hanya memiliki tiga taf’īlah . (Yammūt, 1992: 120) Sulaiman al-Bustani (1904: 93-94) menegaskan, bahwa bachr ini lebih tepat jika disebut sebagai “dunia puisi”, karena dengan kemudahan pemakaiannya, banyak para ulama yang menjatuhkan pilihan kepadanya dalam menggubah materi-materi keilmuan, seperti ilmu nahwu, fiqih, logika, kedokteran, dan ilmu-ilmu yang lain, dengan menggunakan bachr ini. Bachr ini adalah 100



yang paling mudah digunakan, tapi juga yang paling rendah kemampuannya dalam menyatakan perasaan dan membangkitkan semangat. Bachr ini sangat baik untuk tema deskripsi peristiwa, atau kata-kata bijak. Wazan Bachr Rojaz Wazan bachr ini terdiri dari enam taf’īlah , yaitu:



‫يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن‬ Al-Khafājī menuliskan nada kunci bachr ini:



ً ً ‫وسى الَّ ًذل أ ٍىى ىول ىكعً ٍش ًقى فً ًيو ىكا ىف الٍ يمٍبػتىػغىى‬ ‫ىَي ىراجنا ًِبللَّ ٍوـ ًِف يم ى‬ ً ً ً ً ‫ب إً ىَل فًٍر ىع ٍو ىف إنَّوي طىغىى‬ ٍ ‫يم ٍستىػ ٍفعلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعلي ٍن ا ٍذ ىى‬ Al-Chillī juga memberikan nada kunci berikut:



‫ًِف أ ٍىُبي ًر ٍاأل ٍىر ىجا ًز ىٍُبهر يى ٍس يه يل يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن‬ Bachr ini dapat digunakan secara sempurna, juga dalam keadaan majzû’. Dalam keadaan sempurna, Arudh selamanya dalam keadaan sahih ( ‫) ُفل ْن َل ْنل ِعلُف ْن‬, sedangkan dlarbu bisa dalam bentuk sahih, bisa juga dalam bentuk 101



‫‪ُ ). Dan dalam keadaan‬فل ْن َل ْنل ِع ْن‬ ‫ا ← َلل ْنلعُفو ُف ْن ͢( ‪maqthû‬‬ ‫‪majzû’, Arudh dan dlarbu sama-sama dalam keadaan‬‬ ‫‪sahih. Penjelasannya adalah sebagai berikut:‬‬ ‫‪1. Arudh dan dlarbu dalam keadaan sahih, seperti:‬‬



‫و‬ ‫ً‬ ‫ت س ٍفىرتي ٍو‬ ‫اب آفىاؽ تىػىر ىام ٍ‬ ‫ىص ىفىر ىراقى ٍ‬ ‫أى ٍك ًرٍـ بًو أ ٍ‬ ‫ص ٍفىرتي ٍو ىج َّو ى‬ ‫ت ي‬ ‫ص ٍفىرتي ٍو ىج ٍوىك ىاَب ‪/‬فىاقًنٍػتىػىرا ‪ /‬ىمٍت يس ٍفىرتي ٍو‬ ‫أى ٍك ًرٍمبً ًهى‪/‬أ ٍ‬ ‫ىص ىفىرىرا‪/‬قىػٍت ي‬



‫مستفعلن‪ /‬مستعلن ‪/‬مستفعلن مستفعلن‪/‬مستفعلن‪/‬مستفعلن‬ ‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪///‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق‬ ‫‪Kadangkala, terjadi perubahan dalam bentuk‬‬ ‫‪wazan pertama ini, seperti dalam syair:‬‬



‫‪ ‬يمثَّ قىص ٍد ىإ صي ىد ع ً ً ً‬ ‫الصٍي ًد لً يك ًٌل ىخابً ًر‬ ‫ى ىٍ ىٍ‬ ‫ني قىاص ًر ىمظنَّةى ى‬ ‫ً‬ ‫ً ً‬ ‫صٍي ًدلً يك ٍل‪ً /‬خلىابً ًرل‬ ‫صٍي ىد ىع ٍ ‪/‬ن ىقاص ًرم ىمظٍنػنىػتى ٍ‬ ‫ص‪ /‬ى‬ ‫ص ٍد‪ /‬ىإ ى‬ ‫يٍ ىم ىق ى‬ ‫يم ٍستىعًلي ٍن ‪ /‬مستفعلن ‪ /‬يمتىػ ٍفعًلي ٍن يمتىػ ٍفعًلي ٍن ‪ /‬يم ٍستىعًلي ٍن ‪ /‬يمتىػ ٍفعًلي ٍن‬



‫‪/‬ق‪///‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪//‬ق‪//‬ق ‪//‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪///‬ق ‪//‬ق‪//‬ق‬ ‫ً‬ ‫ب األ ً‬ ‫اؿ ًِف ثػىو ً‬ ‫ً‬ ‫ىصٍي ًل الٍم ٍذ ىى ً‬ ‫ب‬ ‫‪ ‬جٍئػنىاهي ىكالش ٍ‬ ‫س قػيبىػٍي ىل الٍ ىمغٍ ًرب ىَتٍتى ي ٍ‬ ‫ى‬ ‫َّم ي‬ ‫ًجٍئػنىاىوش‪ /‬ىَشٍس يقْب‪/‬لىلٍمغًٍرًِب ىَتٍتىاليًفى ‪/‬ثػىوبً ٍْل ً‬ ‫ىص ‪ /‬لًلٍ ىم ٍذ ىىًْب‬ ‫ٍ‬ ‫ي ى ٍ ي ىٍ ى‬ ‫مستفعلن‪ /‬مستعلن ‪/‬مستفعلن مستفعلن‪/‬مستفعلن‪/‬مستفعلن‬ ‫‪102‬‬



‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬///‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ Dalam bait-bait di atas, dlarbu pada bait pertama sahih tetapi terkena Zichāf khabnu (membuang huruf kedua yang bersukun) sehingga menjadi ( ‫) ُفل َل ْنل ِعلُف ْن‬. Keadaan seperti ini diperbolehkan dan tidak mengikat sehingga tidak wajib menggunakannya pada bait-bait setelahnya. Dengan demikian, keberadaan Arudh dan dlarbu dalam keadaan sahih tidak menghalangi masuknya khabnu, sebab tidak disyaratkan bait-bait yang lain dalam keadaan khabnu juga. (Yammūt1992: 122) 2. Arudh dalam keadaan sahih dan dlarbu dalam keadaan maqthû’, seperti:



‫اج ٍو‬ َّ ‫ىال ىخٍيػىر ًِف ىم ٍن ىك‬ ٍ ‫ف ىعنَّا ىشَّرهي إ ٍف ىكا ىف ىال يػيٍر ىجى لًيىػ ٍوًـ‬ ‫احلى ى‬ ً ً ً ‫اج ٍو‬ ‫ ملٍ ىح ى‬/ ‫ يػيٍر ىجاليىػ ٍو‬/ ‫ ىإ ىش ٍرىريىو إنٍ ىكانىَلى‬/ ‫ ىمٍن ىك ٍف ىف ىع ٍن‬/ ‫ىال ىخٍيػىرًِف‬



‫مفعولن‬/‫مستفعلن‬/‫مستفعل مستفعلن‬/ ‫ مستفعلن‬/‫مستفعلن‬



‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ 3. Dalam keadaan majzû’, Arudh dan dlarbu samasama dalam keadaan sahih, seperti:



103



‫ىح ٍسًِب بً ىع ًٌمى إً ٍف نىػ ىف ٍع ىما ُّ‬ ‫الذ ُّؿ َّإال ًِف الطَّ ىم ٍع‬ ‫ىح ٍسبًٍيبً ىع ٍم ‪ً /‬مٍيًنٍػنىػ ىف ٍع ىم ٍذذي ٍؿ يؿ إً ٍؿ‪ /‬الىفًطٍطى ىم ٍع‬



‫مستفعلن‪ /‬ست‬



‫مستفعلن‪/‬‬



‫ست‬



‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق‬ ‫‪Kadangkala Arudh dan dlabru dapat dimasuki‬‬ ‫‪oleh zichāf khabnu dan thayyu, akan tetapi‬‬ ‫‪keduanya tidak mengikat. Sebagaimana syair‬‬ ‫‪Ahmad Syauqi berikut:‬‬



‫ىح ىِن ىعلى َّ ًم ٍن أًىِب‬ ‫‪ًَ ‬ل ىج َّدةه تىػ ٍرأ ي‬ ‫ىؼ ًِب أ ٍ‬ ‫ً‬ ‫يج ٍد ىدتي ٍن‪/‬تىػ ٍرأىفيًْب‬ ‫ل ى‬ ‫اعلى ٍ ‪/‬ىؽلًنٍ ًأِب‬ ‫ىحنى ى‬ ‫أٍ‬ ‫مستفعلن ‪ْ ُ /‬ستَ ِ ُ ْ مستفعلن ‪/‬‬



‫ِ‬ ‫ُتَـ ْ ُ ْ‬ ‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪///‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪//‬ق‪//‬ق‬ ‫ً‬ ‫ب فًٍي ًو ىم ٍذ ىىًِب‬ ‫‪ ‬ىكيك ُّل ىشٍي وئ ىسَّرِن تى ٍذ ىى ي‬ ‫ىكيكلٍلي ىش ٍ ‪/‬إًنٍ ىس ٍرىرًِن تى ٍذ ىىبيًف ‪ً /‬على ٍذ ىىًِب‬ ‫ِ‬ ‫يمتىػ ٍفعًلي ٍن ‪ْ ُ /‬ستَـ ْ ِ ُ ْ يم ٍستىعًلي ٍن ‪/‬‬ ‫ُتَـ ْ ُ ْ‬ ‫‪104‬‬



‫ق‬//‫ق‬// ‫ق‬///‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬//



‫ست‬



‫ضًِب‬ ‫ب اٍىأل ٍى يل ىعلىػ ػَّ يكلُّ يه ٍم ىٍ تىػ ٍغ ى‬ ‫ إً ٍف ىغ ى‬ ‫ضى‬ ‫ضًِب‬ ‫ لى ٍمتىػ ٍغ ى‬/ ‫أ ٍىىلي ىعلى ٍ يى يكلٍلي يه ٍم‬/ ‫ضبى ٍل‬ ‫إًنٍػغى ى‬ / ‫متفعلن‬



‫ ست‬/ ‫مستعلن‬



‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬// ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬///‫ق‬/ Seperti dalam tiga bait di atas, Arudh bait pertama dan ketiga dalam keadaan mathwiyyah, dan sahih pada bait kedua. Sedangkan dlarbu pada bait ketiga dalam keadaan sahih, dan makhbûn pada bait pertama dan kedua. Untuk al-hasywu, ada beberapa perubahan yang dimungkinkan terjadi. Perubahan-perubahan itu adalah: a) Khabnu, yaitu menghilangkan huruf kedua yang bersukun ( ‫) ُفل ْن َل ْنل ِعلُف ْن ← ُفل َل ْنل ِعلُف ْن‬. b) Thayyu, yaitu menghilangkan huruf keempat yang bersukun ( ‫ْن‬



‫)ل لعل ← ُفل ْن َل ِعلُف‬.



c) Khablu, yaitu gabungan khabnu dan thayyu ( ‫ْن‬



‫) ُفل ْن َل ْنل ِعلُف ْن ← ُفل َل ِعلُف‬.



105



Perubahan-perubahan ini diperbolehkan terjadi pada bachr rojaz. Akan tetapi, jika banyak terjadi dalam satu bait maka hal ini tidak diperbolehkan, lebih-lebih khablu, karena dapat merusak irama bachr rojaz. Perubahan lain yang terjadi dalam bachr rojaz adalah al-masythûr. Al-masythûr adalah menghilangkan separuh dari bait, sehingga yang tersisa dari bachr ini hanya tiga Taf’īlah pertama. Seperti syair Ahmad Syauqi:



ً ‫ قيم سابًق الس‬ ‫اسبى ٍق ىك ٍع ىد ىىا‬ ‫ٍ ى ى ى ى‬ ٍ ‫اعة ىك‬ ً ‫س‬/‫قيمسابًىقس‬ ‫بىػ ٍق ىو ٍع ىد ىىا‬/‫س‬ ‫ٍى ٍ ى ى‬ ٍ ‫اعت ىو‬ ‫ مستفعلن‬/ ‫ مستعلن‬/ ‫مستفعلن‬ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬///‫ق‬/



‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/



‫ع ىغ ٍم ىد ىىا‬ ٍ ‫اص ىد‬ ‫ض ى‬ ٍ ‫ضاقى‬ ٍ ‫ت ىعٍن ى فى‬ ‫ اىٍأل ٍىر ي‬ ‫ ىد ٍعغى ٍم ىد ىىا‬/ ‫ص‬ ‫ضى‬ ‫اىٍأل ٍىر ي‬ ٍ ‫ قىػٍتػ ىعٍن ىك ىف‬/ ‫ضا‬ ‫ مستفعلن‬/ ‫ مستفعلن‬/ ‫مستفعلن‬



‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/



‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/



‫احا ىغ ٍوىرىىا ىكىٍصل ىد ىىا‬ ‫ ىك ٍام ىْلٍ ًرىم ن‬ 106



‫ىكٍم ىْلٍ ًرىما‪ /‬ىحٍنػغى ٍوىرىىا‪ /‬ىكىٍصل ىد ىىا‬



‫مستفعلن ‪ /‬مستفعلن ‪ /‬متفعلن‬



‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق‬



‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪//‬ق‪//‬ق‬



‫‪Selain al-masythûr, bachr rojaz juga mengalami‬‬ ‫‪perubahan yang disebut al-manhûk. Al-manhûk adalah‬‬ ‫‪menghilangkan duapertiga dari bait sehingga dalam‬‬ ‫‪bachr ini hanya tersisa dua taf’īlah . Contohnya adalah:‬‬



‫ً‬ ‫ب‬ ‫‪ ‬يىسٍي يل ًِبلٍ ىم ٍرأىم ىع ىج ٍ‬ ‫ً‬ ‫ب‬ ‫يىسٍيػليبً ٍل ‪ /‬ىم ٍرأىا ىع ىج ٍ‬



‫‪ ‬ى ىذا األ ً‬ ‫ىصٍي يل‬ ‫ى‬ ‫ب‬ ‫ىكال ىذ ىى ٍ‬ ‫ً‬ ‫ب‬ ‫ىى ىذ ٍألىص ٍ ‪/‬لي ىك ٍذذى ىى ٍ‬ ‫متفعلن ‪ /‬متفعلن‬



‫متفعلن ‪ /‬مستفعلن‬



‫‪//‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق‬ ‫ب‬ ‫ص يىػٍبػ ىع ي‬ ‫ث الطىىر ٍ‬ ‫‪ ‬اى َّلرقٍ ي‬ ‫ب‬ ‫ب‪ /‬ىعثيطٍطىىر ٍ‬ ‫أ ٍىرىرقٍ ي‬ ‫صيى ٍ‬



‫‪//‬ق‪//‬ق ‪//‬ق‪//‬ق‬ ‫ً‬ ‫ب‬ ‫‪ ‬ىعلىى الٍ ًوىىاد ىكالٍ يكثي ٍ‬ ‫ً‬ ‫ب‬ ‫ىعلىلٍ ًوىىا ‪ /‬د ىكلٍ يكثي ٍ‬



‫مستفعلن ‪ /‬متفعلن‬



‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق‬



‫متفعلن ‪ /‬متفعلن‬



‫‪//‬ق‪//‬ق‬ ‫‪107‬‬



‫ق‬//‫ق‬// ‫ق‬//‫ق‬// Selain dua perubahan al-masythûr dan al-manhûk, bentuk lain yang mengalami perubahan dari bachr ini adalah apa yang disebut sebagai al-muzdawaj (‫) لز وج‬. Dalam bentuk ini, setiap bait bachr rojaz memuat qafiyah (huruf akhir bait) yang berbeda dengan qafiyah sebelumnya dan setelahnya. Pola bait yang seperti ini banyak digunakan oleh para ulama dalam menggubah materi-materi keilmuan, seperti ilmu nahwu, sharaf, tajwid, fiqh, dan ilmu-ilmu yang lain. Para pakar ilmu Arudh menyebut bentuk syair yang seperti ini dengan sebutan arjûzah. Contoh dari bentuk al-muzdawaj ini adalah nazam Alfiyyatu Ibni Mālik:



ً ً‫ىمح يد رًِب هللا خيػر مال‬ ‫أ ٍى ى ٌ ى ى ٍ ى ى‬



ً ً‫اؿ يزلى َّم هد ىو ابن مال‬ ‫ قى ى‬ ‫يى ٍ ي ى‬ ‫يظلىالًكًى‬/‫ب‬ ٍ ‫ ىم ىدنٍػ يه ىو‬/‫قىالى يم ىح ٍم‬ ‫ ىرىمالًكًى‬/ ٍ ‫بًلٍ ىَل ىى ىخ‬/‫ب‬ ٍ‫أ‬ ٍ ‫ىمحى يد ىر‬ ‫ متفعلن‬/ ‫ مستفعلن‬/ ‫ متفعلن مستعلن‬/ ‫ متفعلن‬/ ‫مستعلن‬



108



‫‪/‬ق‪///‬ق ‪//‬ق‪//‬ق ‪//‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪///‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪//‬ق‪//‬ق‬ ‫ًً‬ ‫‪ ‬م ً‬ ‫ًً‬ ‫ً‬ ‫ني الشىَّرفىا‬ ‫صطىىفى ىكآلو الٍ يم ٍستىكٍمل ٍى‬ ‫َّْب الٍ يم ٍ‬ ‫يى‬ ‫صلٌينا ىعلىى الن ًٌ‬ ‫م ً‬ ‫صطىىفى‬ ‫صلٍل ى ٍ‬ ‫ْب ‪ /‬يًلٍ يم ٍ‬ ‫يى‬ ‫ني‪ /‬ىعلىٍنػنىً ٍ‬ ‫كآذلًًل‪/‬مستىك ً‬ ‫ٍملً ‪/‬نى ٍش ىشىرفىا‬ ‫ى ٍيٍ‬ ‫متفعلن ‪ /‬متفعلن ‪ /‬مستفعلن متفعلن ‪ /‬مستفعلن‪ /‬مستعلن‬ ‫‪//‬ق‪//‬ق ‪//‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪//‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪///‬ق‬ ‫ً‬ ‫‪ ‬كأ ً‬ ‫َّح ًو ًهبىا ىٍزل ًويَّ ٍة‬ ‫ني هللاى ًِف أىلٍ ًفيَّ ٍة‬ ‫ىستىع ٍ ي‬ ‫ىم ىقاص يد الن ٍ‬ ‫ى ٍ‬ ‫كأىستىعً ‪/‬نػيٍل ىَلى ًفى‪/‬أىلٍ ًفيػيو م ىق ً‬ ‫اص يد ٍف‪ /‬ىٍضل ًوًهبىا ‪ /‬ىٍزل ًويٍػيىو‬ ‫ى‬ ‫ى ٍ‬ ‫ٍى ٍ ى‬



‫مستفعل‬ ‫متفعلن‪/‬مستفعلن‪/‬مستفعل متفعلن ‪ /‬مستعلن‪/‬‬ ‫ٍ‬ ‫‪//‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪///‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪/‬ق‬ ‫‪ ‬تيػ ىق ًرب ٍاألىقٍ ً و‬ ‫ط الٍبى ٍذ ىؿ بًو ٍع ود يمٍن ىج ً‬ ‫وج ً ىكتىػٍب يس ي‬ ‫ى‬ ‫ٌي‬ ‫صى بلى ٍفظ يم ى‬ ‫ى‬ ‫ف‪ً /‬ظٍن يم ٍو ىج ًم‬ ‫صابًلى ٍ‬ ‫تيػ ىق ٍرًربي ٍل‪/‬أىقٍ ى‬ ‫ع‪ً /‬دٍظليٍن ىج ًم‬ ‫ىكتىػٍب يسطي ٍل‪/‬بى ٍذلىبً ىو ٍ‬ ‫متفعلن ‪ /‬مستفعلن‪ /‬مستفعلن متفعلن ‪ /‬مستعلن‪ /‬مستفعلن‬ ‫‪//‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪//‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪///‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق‬ ‫‪109‬‬



Kesimpulannya, bachr ini banyak mengalami perubahan, sehingga tepat sekali dikatakan sebagai rojaz, yang memiliki arti kegoncangan dan ketidaktetapan. Bachr ini memiliki variasi wazan sebagai berikut:



‫ست‬



‫مستفعلن مستفعلن‬



:‫التاـ‬



)a



‫مستفعلن مستفعلن ست‬



)1



‫ػ ػ ػ ػ ست‬



)2



:‫اجمل كء‬



)b



‫مستفعلن‬



)3



:‫ادلشطور‬



)c



‫مستفعلن مستفعلن ست‬



)4



:‫ادلنهوؾ‬



)d



‫مستفعلن‬



)5



‫ػ ػ ػ ػ ست ل‬ ‫ست‬



‫مستفعلن‬



‫ست‬



‫ست‬



:‫) ادل دكج‬e ‫ست‬



‫مستفعلن مستفعلن‬



110



‫مستفعلن مستفعلن ست‬



)6



‫‪Latihan:‬‬ ‫‪Tentukan bentuk bachr rojaz berikut ini dan‬‬ ‫‪taqthî’nya!.‬‬



‫ً‬ ‫ود ىح َّىت ىس ىقتٍنً ًيو الظَّبىاءي الٍغًٍي يد‬ ‫ب بًلى ٍو ىعات ا ٍذلىىول ىم ٍع يم ي‬ ‫‪ . 1‬قىػلٍ ه‬ ‫من ذىا يدا ًكل الٍ ىقلٍ ً ً‬ ‫ً‬ ‫ود‬ ‫ى ٍ يى‬ ‫ب م ٍن ىداء ا ٍذلىىول إًذى ىال ىد ىكاءى للٍ ىه ىول ىم ٍو يج ي‬ ‫ى‬ ‫كد‬ ‫ىسليو غى ىادةن ىما يحبُّػ ىها إالَّ قى ى‬ ‫ضاءه ىما لىوي ىم ٍريد ي‬ ‫أ ٍىـ ىكٍي ى‬ ‫فأٍ‬ ‫ً‬ ‫اى ٍجلًسم ًمنٍػها مس ًي ساً كالٍ ىقلٍ ً‬ ‫ود‬ ‫ب منٍػ ىها ىجاى هد رلىٍ يه ي‬ ‫ٍ ي ى ي ٍى ٍ ه ى ي ى ي‬



‫‪ . 2‬قاؿ الناظم ِف علم العركض‪:‬‬ ‫ً‬ ‫ً ً‬ ‫ىجى ياؤهي‬ ‫الر ىج ي الٍبىادل لىنىا ىسنى ياؤهي يم ٍستىػ ٍفعلي ٍن ستِّا تػيىرل أ ٍ‬ ‫ىك ى‬ ‫س تىػٍتػبى يع‬ ‫كضوي فىأ ٍىربى هع أ َّىما ى‬ ‫ىكإً ٍف تىػ يرٍـ ىع ير ى‬ ‫الض ير ي‬ ‫كب فىػ ٍه ى َخىٍ ي‬ ‫أيكىَل أىتىت سلً ً ً‬ ‫ضركبػها اثٍػنى ً‬ ‫اف ىكًِف الثى ًاِن ىد ىخ ٍل‬ ‫يمةن م ىن الٍعلى ٍل ي ي ي ى‬ ‫ٍ‬ ‫ٍ ى ى‬ ‫الصنًي ًع ىس ٍه يل‬ ‫قىطٍ هع ىكأ َّىما أ َّىك هؿ فى ىمثى يل ىك ٍ‬ ‫ب ًِف ىى ىذا َّ‬ ‫اخلىطٍ ي‬ ‫‪ . 3‬أ ٍىعطىٍيػتيوي ىما ىسأىىال ىح َّك ٍمتيوي لى ٍو ىع ىدالى‬ ‫كىبػتيو ر ً‬ ‫كحى فى ىما أ ٍىد ًرل بًًو ىما فىػ ىعَلى‬ ‫ى ىٍ ي ي‬ ‫ىسلى ٍمتيوي ًِف يى ًدهً نىػعَّ ىموي أ ٍىـ قىػتىَلى‬ ‫أٍ‬ ‫‪111‬‬



‫قىػلًٍِب بًًو ًِف يشغي ول ىال ىم َّل ذى ىاؾ الشُّغيَلى‬



8. Bachr Romal Secara bahasa, romal berarti berlari-lari kecil, seperti yang dilakukan orang-orang yang sedang thawaf di sekitar Ka’bah. Bachr ini disebut demikian karena diucapkan dengan cepat. Hal ini dikarenakan keberadaan taf’īlah ( ‫ )ف ع‬yang berurutan secara terus menerus. Sulaiman al-Bustani (1904: 93) menilai, bachr ini berkarakter lembut, sangat cocok untuk tema-tema kesedihan, kegembiraan, dan keindahan. Karakter ini cukup baik diperankan dan diolah oleh para penyair Andalusia. Banyak varian-varian baru yang dapat meraka ciptakan. Varian-varian itu memiliki nama khusus, yaitu al-Muwasysyahât. (Yammūt, 1992: 131) Wazan Bachr Romal Wazan bachr ini terdiri dari satu taf’īlah ( yang diulang-ulang tiga kali.



112



‫)ف ع‬



‫فىاعًَلتي ٍن فىاعًَلتي ٍن فىاعًَلتي ٍن فىاعًَلتي ٍن فىاعًَلتي ٍن فىاعًَلتي ٍن‬ Al-Khafājī menggubahnya dalam sebuan nazam:



ً ‫استى ًميليوهي بً ىداعًى أينٍ ًس ًو‬ ٍ ‫إً ٍف ىرىملٍتي ٍم ىٍضل ىو ظى ٍوْب ىإف ور فى‬ ‫فىاعًَلتي ٍن فىاعًَلتي ٍن فىاعًلي ٍن ىكلىىق ٍد ىر ىاك ٍدتيوي ىع ٍن نىػ ٍف ًس ًو‬ Demikian juga al-Chillī:



ً ً ً ً ً ‫َلت‬ ‫ات فىاعَلتي ٍن فىاعَلتي ٍن فىاع ي‬ ‫ىرٍم يل ٍاأل ٍىُبي ًر تىػ ٍرًكيو الث ىق ي‬ Bachr ini memiliki dua bentuk Arudh. Pertama berbentuk mahdzūf (hadzf: menghilangkan sabab khafīf di akhir taf’īlah , ‫← ف عل‬ ‫)ف ع‬, dan kedua berbentuk sahih majzû’. Sedangkan dlarbu dapat berbentuk sahih ( ‫)ف ع‬, mahdzûf ( ‫)ف عل‬, maqshûr ( ‫)ف ع ْن‬, musabbagh ( ‫)ف ع ْن‬. Penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Arudh dalam bentuk mahdzūf, dan dlarbu dalam bentuk mahdzûf juga, seperti:



ً ً ‫ىال تىػ يقل أىصلًى كفى‬ ‫ص ٍل‬ ٍ ‫صلى ىدائبنا َّإظلىا أ‬ ٍ ‫ٍ ٍ ى‬ ‫ىص يل الٍ ىف ىىت ىما قى ٍد ىح ى‬ ً ً ‫لًيػوفى‬/‫ىالتىػ يق ٍْلىص‬ ‫ص ٍل‬ ٍ ‫ٍ ٍى‬ ٍ ‫ ىدائبىا إًنٍػنى ىماأ‬/‫صلى‬ ‫ قى ٍد ىح ى‬/ ‫يما‬ ‫ليٍل ىفتى ى‬/‫ىص‬ 113



‫‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‬ ‫فاعَلتن ‪ /‬فاعَلتن ‪ /‬ا‬



‫فاعَلتن ‪ /‬فاعَلتن ‪ /‬ا‬



‫‪2. Arudh dalam bentuk mahdzūf, dan dlarbu dalam‬‬ ‫‪bentuk sahih, seperti:‬‬



‫الدنٍػيا غيركر يكلُّها ًمثٍل لىم ًع ً‬ ‫اآلؿ ًِف األ ٍىر ً‬ ‫ض الٍ ًق ىفا ًر‬ ‫َّإظلىا ي ى ي ه ى‬ ‫ى ٍ‬ ‫ًمثٍػلىلى ٍمعً ٍل ‪ /‬أىالًًف ٍْل ٍىر ‪ً /‬ضلٍ ًق ىفارم‬ ‫كر ٍف‪ /‬يكلٍلي ىها‬ ‫إنٍػنى ىم ٍد يد ٍف‪ /‬ىَيغيير ى‬ ‫‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق‬ ‫فاعَلتن ‪ /‬فاعَلتن ‪ /‬ا‬



‫فاعَلتن ‪ /‬فاعَلتن ‪ /‬االت‬



‫‪3. Arudh dalam bentuk machdzūf, dan dlarbu‬‬ ‫‪dalam bentuk maqshūr, seperti bait di atas‬‬ ‫‪dengan membaca sukun qafiyahnya:‬‬



‫الدنٍػيا غيركر يكلُّها ًمثٍل لىم ًع ً‬ ‫اآلؿ ًِف األ ٍىر ً‬ ‫ض الٍ ًق ىف ٍار‬ ‫َّإظلىا ي ى ي ه ى ى ٍ‬ ‫كر ٍف‪ /‬يكلٍلي ىها ًمثٍػلىلى ٍمعً ٍل ‪ /‬أىالًًف ٍْل ٍىر ‪ً /‬ضلٍ ًق ىف ٍار‬ ‫إنٍػنى ىم ٍد يد ٍف‪ /‬ىَيغيير ى‬ ‫‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق ق‬ ‫فاعَلتن ‪ /‬فاعَلتن ‪ /‬ا‬



‫االت‬ ‫فاعَلتن ‪ /‬فاعَلتن ‪/‬‬ ‫ْ‬



‫‪114‬‬



‫‪4. Arudh sahih majzū’, dan dlarbu dalam keadaan‬‬ ‫‪musabbagh, yaitu menambahkan satu huruf‬‬ ‫‪bersukun di taf’īlah yang berakhiran sabab‬‬ ‫( ‪khafīf, sehingga menjadi‬‬ ‫‪), seperti:‬ف ع‬



‫ً‬ ‫ػستى ٍخً ىا ىربٍػ نعا بً ىع ٍس ىفا ٍف‬ ‫ىَي ىخلٍيػلى َّ ٍاربىػ ىعا ىك ٍ‬ ‫اسػ ٍ‬ ‫ً‬ ‫ب ‪ /‬ىعنٍبً ىع ٍس ىفا ٍف‬ ‫س ىَتًٍ ى ىار ٍ‬ ‫ىَي ىخلٍيػلى ٍ ‪ /‬يىػ ٍربىػ ىع ىاك ٍ‬ ‫‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ق‬ ‫فاعَلتن ‪ /‬االت فاعَلتن ‪/‬‬



‫االاتن‬



‫‪Arudh dalam bentuk sahih majzū’, dan dlarbu‬‬ ‫‪dalam bentuk sahih juga, seperti:‬‬



‫‪5.‬‬



‫ً‬ ‫اضت دموعً‬ ‫ص ٍر ي‬ ‫يكلَّ ىما أىبٍ ى‬ ‫ت ىربٍػ نعا ىخالينا فى ى ٍ ي ي‬ ‫يك ٍللىماأىب‪ /‬صرتيػربػعن خالًيػٍنػ ىفا ‪ /‬ضٍت يدموعً‬ ‫ى ي‬ ‫ى ٍ ى ٍ ىٍ ى ٍ ى ى‬



‫‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق‬ ‫فاعَلتن ‪ /‬االت فاعَلتن ‪/‬‬



‫االت‬



‫‪6. 'Arūdl dalam bentuk sahih majzū’, dan dlarbu‬‬ ‫‪), seperti:‬ف عل ( ‪dalam keadaan machdzūf‬‬



‫قى َّل من يػٍنػ ىقاد لًٍلحػ ًػق كمن ي ً‬ ‫ى ٍ ى ي ى ٌ ىى ٍ ي ٍ‬ ‫صغى لىوي‬ ‫ً‬ ‫ص ‪ /‬غًيلى يهو‬ ‫قىػ ٍللى ىمٍنػ ى ٍ‬ ‫ني ‪ /‬قى ىادل ٍل ىح ٍق ‪ /‬قىػ ىوىمٍنػيي ٍ‬ ‫‪115‬‬



‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬/// ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫ا‬



‫فاعَلتن االت فعَلتن‬



7. Arudh dalam keadaan sahih majzû’, dan dlarbu dalam keadaan maqshûr ( ‫)ف ع ْن‬, seperti:



ً ً ً ‫وما ًذ ٍك يرهي ًِف األ ٍىر‬ ‫ض ىس ٍار‬ ‫يىػ ٍويمنىا ِف أى ٍكتيي ى‬ ً ً ‫أ ٍىر ًض ىس ٍار‬/ ‫وما ًذ ٍك يريىوفً ٍل‬ ‫ أى ٍكتيي ى‬/ ‫يىػ ٍويمنىاِف‬



‫ق ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫االت‬ ْ



‫فاعَلتن‬



‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫االت‬



‫فاعَلتن‬



Al-chasywubachr ini bisa mengalami perubahan khabnu, sehingga Taf’īlah nya menjadi ( ‫)فع‬, seperti bait nomor 6 di atas. Kesimpulannya, variasi wazan bachr romal adalah sebagai berikut:



:‫التاـ‬ ‫ا‬



)a



‫) فاعَلتن فاعَلتن ا فاعَلتن فاعَلتن‬1 ‫ػ ػ ػ ػ االت‬ 116



‫) ػ ػ ػ ػ ا‬2



‫االت‬ ‫ػػ ػػ‬ ‫ْ‬



‫‪ )3‬ػ ػ ػ ػ ا‬ ‫‪)b‬‬



‫اجمل كء‪:‬‬



‫‪)4‬‬



‫فاعَلتن‬



‫االت‬



‫االت‬



‫فاعَلتن‬



‫‪)5‬‬



‫ػػ‬



‫االت‬



‫ػػ‬



‫االاتن‬



‫‪)6‬‬



‫ػػ‬



‫االت‬



‫ػػ‬



‫ا‬



‫‪)7‬‬



‫ػػ‬



‫االت‬



‫ػػ‬



‫االت‬ ‫ْ‬



‫‪.1‬‬



‫قاؿ الشاعر أمحد شوقى‪:‬‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ت ًمنٍوي ىما ىك ىفا‬ ‫ف ىٍغل يفو فى ىج ىفا‬ ‫ىعلٌ يموهي ىكٍي ى‬ ‫ظىا ه الىقىػٍي ى‬ ‫السىرفىا‬ ‫يم ٍس ًر ه‬ ‫ؼ ًِف ىى ٍج ًرهً ىما يىػٍنػتى ًهى أىتيػىر ياى ٍم ىعلًٌ يموهي َّ‬ ‫لىٍي ى ً‬ ‫ب ىع ىفا‬ ‫ىج ىعليوا ذىنًٍِب لى ىديٍو ىس ىه ًرل‬ ‫ت يى ٍدرل إ ٍذ ىد ىرل ال ىذنٍ ي‬ ‫اس يح يقوقًى عًٍن ىدهي ىكغى ًرٍؽلًى ىما ىد ىرل ىما ىعىرفىا‬ ‫ىعىر ى‬ ‫ؼ النى ي‬ ‫قاؿ ااماـ الشافعى‪:‬‬ ‫ص ىع ٍقلًى‬ ‫الد ٍىػ ػ‬ ‫يكلَّ ىما أىدَّبىًِن ى‬ ‫ػ ير أ ىىر ًاِن نىػ ٍق ى‬ ‫ت عًلٍ نما ىز ىادًِن ىعلٍ نما ًِبى ٍهلًى‬ ‫ىكإًذىا ىما ٍازىد ٍد ي‬



‫‪Latihan:‬‬



‫‪.2‬‬



‫‪117‬‬



‫‪.3‬‬



‫‪.4‬‬



‫قاؿ الشاعر أبو نواس‪:‬‬ ‫ً‬ ‫صبَّػ ٍر‬ ‫ىَي نػي ىواسى تىػ ىوقَّػ ٍر ىكىَتى َّم ٍل ىكتى ى‬ ‫الد ٍى ير بً ىشٍي وئ ىكًىا ىسَّرىؾ أى ٍكثىػ ٍر‬ ‫ىساءى ىؾ ى‬ ‫ىَي ىكبًٍيػر ال ىذنٍ ً‬ ‫ػلَّ ًلو ًم ٍن ىذنٍبً ى أى ٍكبىػ ٍر‬ ‫ب ىع ٍف يوالػ‬ ‫ى‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ىصغىٍر‬ ‫ىصػ ػغى ًر ىع ٍف ًو هللا أ ٍ‬ ‫أى ٍكبىػ ير األى ٍشيىاء ىع ٍن أ ٍ‬



‫قاؿ الشاعر‪:‬‬



‫ًً‬ ‫ضةى ىكٍرود ىكبىػ ىها ًر‬ ‫ت ىرٍك ى‬ ‫ص ٍفىرةه ًِف محيٍىرةو ًِف ىخ ٌده ىمجى ىع ٍ‬ ‫ي‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً ً‬ ‫ً‬ ‫اح ًوىرا ًر‬ ‫ب طى ٍوْب ذل ٍ‬ ‫أ ىىإ ِف اللَّ َّذات سلىٍليوعي الٍع ىذ ٍار ىىائ هم ِف يح ًٌ‬ ‫ً‬ ‫ف ًم ٍن قىػلًٍِب ىكًم ٍن طىٍرًِف ىح ىذا ًر‬ ‫قى ىادًِن طىٍرًِف ىكقىػلًٍِب للٍ ىه ىول ىكٍي ى‬



‫’‪9. Bachr Sarī‬‬ ‫‪Kata sarī’ berarti yang cepat. Imam Khalil‬‬ ‫‪menyebut bachr ini dengan kata sarī’ karena kecepatan‬‬ ‫‪iramanya saat diucapkan. (Ibnu Rasyiq, 1981: juz 1, hal.‬‬ ‫‪136). Para ulama ilmu Arudh menjelaskan, kecepatan‬‬ ‫‪irama bachr ini dikarenakan taf’īlah yang menyusunnya‬‬ ‫‪kebanyakan berupa sabab, bukan watad. Hal ini‬‬ ‫‪118‬‬



menjadikan iramanya cepat saat diucapkan. (Yammūt: 144) Al-Bustani (1904: 93) mengatakan: “Bachr sarī’ ini mengandung elastisitas dan kemerduan nada, sehingga baik untuk tema deskripsi dan ilustrasi perasaan. Meski demikian, tidak banyak penyair pra Islam yang menggunakannya”. Lebih lanjut, Yammūt (1992: 144) menjelaskan, minimnya pemakaian bachr ini dikarenakan naik turunnya nada dalam bachr ini agak sulit diikuti. Perlu latihan yang lama untuk terampil memakainya. Wazan Bachr Sarī’ . Bachr ini memiliki wazan:



ً ً ً ً ‫ت‬ ‫ت هم ٍستىػ ٍفعلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعلي ٍن ىم ٍفعيوالى ي‬ ‫هم ٍستىػ ٍفعلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعلي ٍن ىم ٍفعيوالى ي‬ Al-Khafājī menulis bait tentang bachr ini:



ً ًٍ ‫سا ًرع إً ىَل غً الى ًف ك ًادل‬ ‫صبَّ يك ٍم‬ ٍ ‫ى‬ ‫ أ ىىَي غٍي يد ٍار ىمحيوا ى‬:‫احل ىمى ىكقي ٍل‬ ‫ٍ ى‬ ً ً ً ‫َّاس اتَّػ يقوا ىربَّ يك ٍم‬ ‫يم ٍستىػ ٍفعلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعلي ٍن فىاعلي ٍن ىَي أىيػُّ ىها الن ي‬ 119



Al-Chillī juga menulis:



‫يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن فىاعً ٍل‬



ً ‫ىُبر س ًريع ما لىو س‬ ‫اح هل‬ ‫ٍه ى ه ى ي ى‬



Arudh dan dlarbu dalam bachr ini memiliki variasi berikut: 1. Arudh dalam bentuk mathwiyyah maksūfah (thayyu berarti menanggalkan huruf keempat yang bersukun, dan kasfu berarti menanggalkan huruf terakhir dari watad mafrūq), ( ← ‫للعو‬ ‫ْن‬ ‫) َلللعُف َل ← ف عل‬, dan dlarbu dalam bentuk mathwiyy mauqūf ( ‫← َلل ْنلعُف ْن ← ف ع ْن‬ ‫)للعو‬, seperti:



‫ص‬ ٍ ‫اخلىٍيػ ير قى ٍد يى ٍسبً يق ىج ٍه ىد‬ ٍ ‫ىك‬ ٍ ٍ‫احلىًري‬ ‫ص‬ ٍ ٍ‫ ىد ٍحلىًري‬/ ‫ يى ٍسبً يق ىج ٍو‬/ ‫ىك ٍخلىٍيػ يرقى ٍد‬



‫ق ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬///‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫اال ْن‬



‫قى ٍد يي ٍد ًريؾ الٍ يمٍب ًط يئ ًم ٍن ىح ًظًٌو‬ ‫ ىحظٍ ًظ ًهى‬/‫ يمٍب ًطئي ًم ٍن‬/‫قى ٍديي ٍد ًريك ٍل‬ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬///‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫مستفعلن مستعلن ا‬



‫مستفعلن مستعلن‬



2. Arudh dalam bentuk mathwiyyah maksūfah, dan dlarbu dalam bentuk yang sama, seperti:



ً ‫اضحةه ظى‬ ً ‫ً و‬ ‫اىىرٍه‬ ‫ىم ٍن يرًز ىؽ الٍ ىع ٍق ىل فى يذك ن ٍع ىمة آ ىًث يرىىا ىك ى‬ 120



‫اضحنت‪/‬ظى ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫اىىرٍه‬ ‫نت أىا ىًث يرىىا‪ /‬ىك ى يٍ‬ ‫ىمٍنػ يرًزقى ٍل ‪ /‬ىع ٍقلى ىف يذك‪ /‬ن ٍع ىمً ٍ‬ ‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪///‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‬ ‫‪/‬ق‪///‬ق ‪/‬ق‪///‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‬ ‫مستفعلن مستعلن ا‬



‫مستعلن مستعلن ا‬



‫‪Bentuk wazan ini banyak disukai para penyair‬‬ ‫‪dibanding bentuk yang lain.‬‬ ‫‪3. Arudh dalam bentuk mathwiyyah maksūfah, dan‬‬ ‫‪dlarbu dalam bentuk ashlam (menghilangkan‬‬ ‫‪watad mafrûq secara keseluruhan di akhir‬‬ ‫← للعو ← فَل ْنعلُف ْن ‪taf’īlah ,‬‬ ‫‪), seperti:‬للعو‬



‫ىَت َّ‬ ‫ىف ًِف الشٍَّي ًئ إً ىذا يرٍمتىوي‬ ‫ىَتىنٍػنى ًف ٍ ‪ /‬ىشٍيئًً ىذا‪ /‬يرٍمتىػ يهو‬



‫الر ٍش ىد ًم ىن الٍغى ًٌ‬ ‫لًتي ٍد ًرىؾ ُّ‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً ً‬ ‫لتي ٍدرىك ٍر‪ /‬ير ٍش ىدمنى ٍل‪ /‬ىغٍيي ٍ‬



‫‪//‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪///‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‬



‫‪//‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪///‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‬



‫متفعلن مستعلن ا‬



‫متفعلن مستعلن ْ‬



‫‪4. Arudh dalam bentuk maksūfah makhbūlah‬‬ ‫← َللعُف َل ← فَل ِعلُف (‬ ‫‪), dan dlarbu dalam bentuk‬للعو‬ ‫‪yang sama, seperti:‬‬



‫ً‬ ‫يسٍب ىحا ىف ىم ٍن الى ىشٍي ىئ يىػ ٍعدليوي‬ ‫يسٍب ىح ىاظلى ٍن‪ /‬ىال ىشٍيػئىػيى ٍع‪ً /‬د يذليو‬



‫ً ً‬ ‫َن ىعٍي يشوي ىك ىد ير‬ ‫ىك ٍم م ٍن ىغ وٌ‬ ‫ً ً‬ ‫َن‪/‬يًٍنػ ىعٍي يش يهو‪ /‬ىك ىد يرك‬ ‫ىك ٍممٍنػغى ٍ‬



‫‪121‬‬



‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‬ ‫مستفعلن مستفعلن َ ِ‬ ‫مستفعلن مستفعلن َ ِ ُ‬ ‫‪5. Arudh dalam bentuk maksūfah makhbūlah, dan‬‬ ‫‪dlarbu dalam bentuk ashlam, seperti:‬‬



‫ىصبى ىح ٍ‬ ‫ىم ٍن أ ٍ‬ ‫ت يدنٍػيىاهي غىايىػتىوي‬ ‫اىغىا‪/‬يىػتىػ يهو‬ ‫ىصبى ىح ٍ‬ ‫ت‪ /‬يدنٍػيى ي‬ ‫ىمٍنأ ٍ‬



‫ص ىول‬ ‫ف يىػنى ي‬ ‫ىكٍي ى‬ ‫اؿ الٍغىايىةى الٍ يق ٍ‬ ‫ص ىول‬ ‫ىكٍيػ ىفيىػنىا ‪ /‬ليلٍغىايىػتى ٍل ‪ /‬قي ٍ‬



‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪///‬ق ‪/‬ق‪///‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‬ ‫مستفعلن مستفعلن َ ِ مستعلن مستفعلن‬ ‫َـ ْ ُ‬ ‫‪Al-chasywu bachr ini yang berulang sebanyak‬‬ ‫‪empat kali dapat mengalami perubahan-perubahan‬‬ ‫‪sebagai berikut:‬‬ ‫)ل لعل ← ُفل َل ْنل ِعلُف ْن ( ‪1. Khabnu‬‬ ‫)ل لعل ← ُفل ْن َل ِعلُف ْن ( ‪2. Thayyu‬‬ ‫‪Dengan demikian, jika disimpulkan variasi wazan‬‬ ‫‪dari bachr ini adalah sebagai berikut:‬‬ ‫‪)1‬‬



‫مستفعلن مستفعلن ا‬



‫‪)2‬‬



‫ػػ ػػ ا‬



‫مستفعلن مستفعلن اال ْن‬ ‫ػػ ػػ ا‬ ‫‪122‬‬



‫‪)3‬‬ ‫‪)4‬‬ ‫‪)5‬‬



‫ػػ ػػ ا‬ ‫ػػ ػػ َِ ُ‬ ‫ػػ ػػ َِ ُ‬



‫ػ ػ ػ ػ َـ ْ ُ ْ‬ ‫ِ‬ ‫ػػ ػػ َ ُ ْ‬ ‫ػ ػ ػ ػ َـ ْ ُ ْ‬ ‫‪Latihan:‬‬



‫‪ . 1‬قاؿ الشاعر‪:‬‬ ‫ع عىٍبػىرنة إً ٍذ ىمحىليوا ا ٍذلىٍوىد ىج فىػ ٍو ىؽ‬ ‫ت ىح َّىت ىٍ أ ىىد ٍ‬ ‫بى ىكٍي ي‬ ‫وص‬ ‫الٍ يقلي ٍ‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ص‬ ‫وب عىلىى يػي ٍو يس ى‬ ‫ف ىح َّىت ىش ىفى علَّتىوي ًِبلٍ ىقمٍي ٍ‬ ‫بي ىكاءى يىػ ٍع يق ى‬ ‫ً‬ ‫ً ً‬ ‫الى ىَتٍس ً‬ ‫يص‬ ‫َّىىر عىلىى ىما ىم ى‬ ‫ف الد ٍ‬ ‫ضى ىكالٍ ىق الَّذل ىما دي ٍكنىوي م ٍن ىزل ٍ‬ ‫ى‬



‫‪ . 2‬قاؿ الشاعر‪:‬‬ ‫ً‬ ‫ىضَلىعًى ًمن بػ ٍ ً‬ ‫ني إيٍػنى و‬ ‫اس ىكإطٍ ىم ًاع‬ ‫ني أ ٍ‬ ‫قىػلًٍِب ىرى ٍه‬ ‫ني بىػ ٍى‬ ‫ٍى‬ ‫ً‬ ‫ىجابىػ ىها لىبَّػٍي ى ًم ٍن ىد ًاع‬ ‫ًم ٍن ىحٍي ي‬ ‫ث يى ٍدعيوهي ىداعى ا ٍذلىىول أ ى‬ ‫و‬ ‫ً‬ ‫ً ًو‬ ‫س لىوي ىإ ًع‬ ‫ىم ٍن ل ىسقيم ىما لىوي ىعائ هد ىكىمٍيت لىٍي ى‬ ‫ً‬ ‫ىت ىكىكا ىف ىذلىا ًم ٍن ْسىٍعً ىها ىك ًاع‬ ‫ىت ىعاذلىًىت ىما ىرأ ٍ‬ ‫لى َّما ىرأ ٍ‬ ‫قاىلىت كى تىػ ٍق ً‬ ‫ىْسىاعًى‬ ‫ص ٍد لًًق ًيل ٍ‬ ‫تأٍ‬ ‫اخلىنىا‪ :‬ىم ٍهَلن لىىق ٍد أىبٍػلىغٍ ى‬ ‫ٍ ىٍ‬ ‫‪123‬‬



‫‪ . 3‬قاؿ ااماـ الشافعى‪:‬‬ ‫ىال ي ٍد ًريؾ ًٍ‬ ‫صلى ىح ًة األ ٍىى ًل‬ ‫ٍمةى ىم ٍن عي ٍم يرهي يىك ى‬ ‫ح ًِف ىم ٍ‬ ‫ي‬ ‫ٍد ي‬ ‫احلك ى‬ ‫الش ٍغ ًل‬ ‫اؿ الٍعًلٍ ىم َّإال فىػ نىت ىخ واؿ ًم ىن األىفٍ ىكا ًر ىك ُّ‬ ‫ىكالى يىػنى ي‬ ‫أف ليٍقما ىف ٍ ً ً‬ ‫ض ًل‬ ‫الرٍكبىا يف ًِبلٍ ىف ٍ‬ ‫ت بًًو ُّ‬ ‫احلىكٍي ًم الَّذل ىس ىار ٍ‬ ‫لى ٍو َّ ى‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ني التًٌ ٍ ً‬ ‫ني ىكالٍبىػ ٍق ًل‬ ‫بيل ى بًىف ٍق ور ىكعيى واؿ لى ىما فىػَّر ىؽ بىػ ٍى‬ ‫‪ . 4‬قاؿ ااماـ على بن أِب طالب ‪:‬‬



‫اع هللاى ىم ٍن ىإ ىذلىا‬ ‫ىح ىس ىن ي‬ ‫الدنٍػيىا ىكإقٍػبىا ىذلىا إ ىذا أىطى ى‬ ‫ىما أ ٍ‬ ‫ضلً ًو عَّر ً‬ ‫اس الن ً‬ ‫إلد ىِب ًر إقٍػبىا ىذلىا‬ ‫ضل ٍ‬ ‫َّاس م ٍن فى ٍ ى ى‬ ‫ىم ٍن ىٍ يػي ىو ً ى‬ ‫اؾ ىم ٍن ىسا ىذلىا‬ ‫ض ًل َيى ىجابًير ىك ٍاع ًط ًم ٍن يدنٍػيى ى‬ ‫اح ىذ ٍر ىزىك ىاؿ الٍ ىف ٍ‬ ‫فى ٍ‬ ‫فى َّف ىذا الٍعر ًش ج ًيل الٍعطىا ًء ي ٍ ً‬ ‫ف ًِب ٍحلىبَّ ًة أ ٍىمثىا ىذلىا‬ ‫ضع ي‬ ‫ىٍ ى ي ى ي‬ ‫‪10. Bachr Munsarich‬‬ ‫‪Imam Khalil menyebutnya dengan sebutan‬‬ ‫‪munsarich dengan alasan mudah dan leluasanya bachr‬‬ ‫‪ini. Artinya, bachr ini mudah diucapkan. Ada pula yang‬‬ ‫‪menafsirkan, bahwa munsarich berarti unik, berbeda‬‬ ‫‪dari yang lain. Keunikannya terletak di dlarbu. Di bachr‬‬ ‫‪124‬‬



lain yang memiliki taf’īlah ( ‫ )ل لعل‬dibolehkan dlarbu dalam keadaan sahih, tapi di bachr munsarich ini tidak diperbolehkan. Dlarbu bachr ini memiliki satu bentuk yaitu mathwiyyun. (Yammūt, 1992: 154). Ibrahim Anīs memiliki catatan menarik terkait bachr ini. Dia menyatakan (1952: 92-93), bahwa bachr ini tidak banyak diminati oleh para penyair modern, jumlah syair-syairnya hanya sedikit. Tampaknya, mereka mendapati kesulitan dalam menerapkan bachr ini. Ini menjadi alasan para penyair modern tidak memakainya. Begitu juga dengan para penyair dahulu, hanya sedikit syair-syair yang diriwayatkan dengan menggunakan bachr ini, kecuali para penyair masa Dinasti Abbasiyah, mereka pandai memanfaatkannya dan mengembangkan variasinya di beberapa kasidah. Wazan Bachr Munsarich Bachr ini menggunakan wazan sebagai berikut:



ً ً ً ‫ت يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن‬ ‫ت يم ٍستىػ ٍفعلي ٍن يم ٍستىػ ٍفعلي ٍن ىم ٍفعي ٍوىال ي‬ ‫يم ٍستىػ ٍفعلي ٍن ىم ٍفعي ٍوىال ي‬ Imam Syihabuddin menuliskannya dalam bait berikut: 125



‫اؿ‪ :‬يخ ٍذهي بًًفى‬ ‫ني ًِف ىخ ًديٍ ًد ىر ىشا ىح َّ بً ىكأٍ وس ىكقى ى‬ ‫ًح الٍ ىع ٍ ي‬ ‫تىػٍن ىسر ي‬ ‫ً‬ ‫السكًينىةى ًِف‬ ‫ت يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن يى ىو الَّ ًذل أىنٍػى ىؿ َّ‬ ‫يم ٍستىػ ٍفعلي ٍن ىم ٍفعي ٍوىال ي‬ ‫‪Imam Shafiyyuddin juga menuliskan:‬‬



‫ب الٍ ىمثى ٍل يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن ىم ٍفعي ىوالت يم ٍفتىعً ٍل‬ ‫ًح فً ًيو يي ٍ‬ ‫ضىر ي‬ ‫يمٍن ىسر ه‬ ‫‪Arudh dalam bachr ini hanya memiliki satu bentuk‬‬ ‫‪ُ ), sedangkan dlarbu‬فل ْن َل ِعلُف ْن ( ‪yaitu mathwiyyatun‬‬ ‫’‪memiliki dua bentuk: mathwiyyun dan maqthû‬‬ ‫‪sebagai‬‬



‫‪adalah‬‬



‫‪lengkapnya‬‬



‫‪Keterangan‬‬



‫ْن‬ ‫لعا(‬ ‫‪).‬ل‬ ‫‪berikut:‬‬



‫‪1. Arudh mathwiyyatun dan dlarbu mathwiyyun,‬‬ ‫‪seperti:‬‬



‫الى تىسأ ًىؿ الٍمرء عن خَلىئًًق ًو ًِف كج ًه ًو ش ً‬ ‫اخلىىً‬ ‫اى هد ًم ىن ٍ‬ ‫ىٍ ى‬ ‫ٍ ىٍى ى ٍ ى‬ ‫الىتىسأىلًل‪/‬مرأىعٍنخ‪/‬ىالئًًق ًهى فًيوج ًه ًهى‪/‬ش ً‬ ‫اى يد ًٍ ‪/‬نىػلٍ ىخ ىًل‬ ‫ى‬ ‫ٍ ٍ ىٍ ى ى‬ ‫ىٍ‬



‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/ /‬ق‪///‬ق‬



‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/ /‬ق‪///‬ق‬



‫مستفعلن مفعَلت مستعلن مستفعلن مفعَلت مستعلن‬



‫‪126‬‬



Bentuk pertama ini adalah yang banyak digunakan dalam bachr munsarich. 2. Arudh mathwiyyatun dan dlarbu maqthû’, seperti:



‫كأٍنٍت ًِف ىشح ًط نًيَّ وة قى ىذ و‬ ‫ؼ يىػ يهو يف فًٍيػ ىها ىعلىٍي ى تىػ ٍع ًذيًٍِب‬ ‫ى ى‬ ٍ ً ً ً ًً ً ‫تىػ ٍع ًذيًٍِب‬/ ‫اعلىٍي ى‬ ‫ ىى ى‬/ ‫تٍنػ ىق ىذف ٍن يىػ يهونيف‬/ ‫ ىش ٍحطنٍي ى‬/ ‫ىكأىنٍػتىفى‬



‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬/ /‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬// ‫ق‬///‫ق‬/ /‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬//



‫مستفعل‬ ‫متفعلن مفعَلت مستعلن متفعلن مفعَلت‬ ٍ Sedangkan chasywu dalam bachr ini terdiri dari dua taf’īlah , yaitu ( ‫ ) ل لعل‬dan ( ‫)للع‬. Taf’īlah pertama bisa mengalami tiga perubahan zichāf: (1)



‫)ل لعل ← ل لعل‬, (2) thayyu ( ← ‫ل لعل‬ ‫)ل عل‬, (3) khablu ( ‫)ل لعل ← ُفل َل ِعلُف‬. Sedangkan



khabnu (



Taf’īlah kedua bisa mengalami dua perubahan Zichāf : (1) thayyu (



‫ُف‬



‫← َلل ْنلعُف‬



‫)للعو‬, khablu ( ←



‫للعو‬



‫) َللعُف‬.



Bachr munsarich juga bisa digunakan dalam keadaan manhūk, yakni menghilangkan 2/3 bait, sehingga wazan bait yang tersisa adalah: 127



‫ل لعل‬



‫‪. Dalam keadaan ini, bachr munsarich memiliki‬للعو‬ ‫( ‪dua bentuk variasi. Pertama:‬‬ ‫‪) dalam keadaan‬للعو‬ ‫← للعو ْن ( ‪mauqūfah‬‬ ‫‪), dan kedua dalam‬للعو‬ ‫← للعو ( ‪keadaan maksūfah‬‬ ‫‪).‬للعو‬ ‫‪Contoh bentuk pertama adalah:‬‬



‫ً ً‬ ‫مفعوالت‬ ‫ىحىر ٍار ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪/‬ق ق مستفعلن‬ ‫ٍ‬ ‫ىَي ىم ٍوطننا ل ٍْل ٍ‬ ‫مفعوالت‬ ‫ىَي ىم ٍع ًقَلن لًلثػ َُّّو ٍار ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪/‬ق ق مستفعلن‬ ‫ٍ‬ ‫مفعوالت‬ ‫ىَي قًٍبػلىةن لً ٍْلىنٍظى ٍار ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪/‬ق ق مستفعلن‬ ‫ٍ‬ ‫مفعوالت‬ ‫عً ٍ لًلٍعيلىى ًِب ٍستً ٍمىر ٍار ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪/‬ق ق مستفعلن‬ ‫ٍ‬ ‫‪Sedangkan contoh bentuk kedua adalah:‬‬



‫ىم ٍهَلن ىع يذ ًكَل ىم ٍهَلن ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪/‬ق‬



‫مستفعلن مفعوال‬



‫ت تىػٍبغًى نػىٍيَلن ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪/‬ق‬ ‫إً ٍف يكنٍ ى‬



‫مستفعلن مفعوال‬



‫ًم ًٌِن ىكتىػٍبغًى ىع ٍذالن ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪/‬ق‬ ‫‪128‬‬



‫مستفعلن مفعوال‬



‫متفعلن مفعوال‬



‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬// ‫فىػلى ٍن تىػىر ًاِن ىس ٍهَلن‬



Latihan:



ً ً ً ً َّ ً ‫ىَي ىسائً ىل هللاً فػي ٍ ى‬ ‫َن الى ًِبلٍ ىك ًد ًر‬ ًٌ ‫ت ِبلظ ىفر ىكِبلنػ ىَّواؿ ا ٍذلى‬ ‫ب إً ىَل هللاً الى إً ىَل بى ىش ًر يمٍنػتى ًق ول ًِف الٍبًلىى ىكًِف الٍغًىًري‬ ٍ ‫فى ٍار ىغ‬ ً‫ب ىإَل هللاً الى ىإَل ىجس ود يمٍنػتى ًق ول ًم ٍن ًصبىا ىإَل كً ى‬ ٍ ‫ىك ٍارغى‬ ‫ى‬ ً َّ ً ً ‫ب ىسائًليوي ىج ٍوىى يرهي ىغٍيػ ير ىج ٍوىى ًر الٍبى ىش ًر‬ ‫إ َّف الذل الى ىؼلٍي ي‬ !‫ات يم ٍشتىغًَلن أ ًىِف يى ىديٍ ى ٍاأل ىىما يف ًم ٍن ىس ىق ًر؟‬ ‫ىما لى ى ًِبلتػََّّرىى ي‬ 11. Bachr Khafīf Bachr ini dinamai khafīf karena di dalamnya terdapat taf’īlah yang memiliki tujuh huruf, yang ringan dilagukan. Hal itu dikarenakan adanya tiga sabab khafīf yang berkelanjutan. Watad mafrūq yang pertama dan kedua sebelumnya telah didahului oleh dua sabab khafīf yang menjadikan taf’īlah ringan diucapkan. Al-Bustānī (1904: 93) mengatakan, bachr ini adalah yang paling 129



ringan diucapkan dan paling enak didengarkan. Ia mirip dengan bachr wāfir dalam hal kelenterunnya, akan tetapi lebih mudah dan harmonis. Bachr ini juga lebih mudah digubah karena mendekati prosa, sehingga menjadi satu-satunya bachr yang memudahkan kepada para penyair untuk menuliskan bait-baitnya. Wazan Bachr Khafīf Wazannya adalah:



‫فاعَلتن مستفع لن فاعَلتن فاعَلتن مستفع لن فاعَلتن‬ Al-Khafājī memberikan nada kunci bachr ini dalam bait:



ً ً َّ ‫ىخ‬ ٍَّ‫ف محىٍ يل ا ٍذلىىول ىعلىٍيػنىا ىكلىك ٍن ثػى َّقلىٍتوي ىع ىواذ هؿ تىػتىػىر‬ ‫اب ىج ىهن ٍَّم‬ ٍ ‫اص ًر‬ ٍ ‫فاعَلتن مستفع لن فاعَلتن ىربػَّنىا‬ ‫ؼ ىعنَّا ىع ىذ ى‬ Demikian juga al-Chillī:



ً ‫ات فاعَلتن مستفع لن فاعَلتن‬ ٍ ‫َّت بًًو‬ ٍ ‫ىَي ىخفي نفا ىخف‬ ‫احلىىرىك ي‬



130



Bachr ini memiliki dua bentuk Arudh yang populer dan tiga bentuk dlarbu. Arudh yang pertama adalah sahih ( ‫ )ف ع‬dan kedua adalah machdzūfah ( ‫)ف عل‬. Dalam keadaan Arudh dan dlarbu sahih ( ‫)ف ع‬, keduanya boleh dimasuki oleh Zichāf khabnu sehingga berubah menjadi ( ‫)فع‬, juga oleh illah tasy’īst sehingga menjadi ( ‫)ف‬. Dua perubahan yang menimpa Arudh dan dlarbu ini tidak harus terjadi dalam setiap bait dalam kasidah, keberadaannya dalam kasidah bersifat bebas.(Yammūt, 1992: 162) 1. Arudh sahih dan dlarbu-nya sahih juga. Seperti:



ً ً ً ‫ود‬ ‫َّى ير يىػ ٍونما ىكلىئي وم تى ٍس ىعى إًلىٍيو الٍ يوفي ي‬ ٍ ‫ىك ٍم ىك ًرٍوْي أ ٍىزىرل بًو الد‬ ً ‫تىسعاإً ى‬/‫دىريػومن كلىئًي ًمن‬/‫أ ٍىزراهبًً ٍد‬/‫ىكم ىك ًرٍؽلًن‬ ‫ودك‬ ‫ىلٍ يوفي ي‬/‫ِل‬ ٍ ‫ٍ ٍ ى ى ٍ يى ٍ ى ٍ ى ٍ ٍ ٍ ى‬



‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬/// ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/



‫فعَلتن مستفع لن فاعَلتن‬ 2.



‫فاعَلتن مستفع لن فاعَلتن‬



Arudh sahih dan dlarbu machdzūf, seperti:



ً ‫لىيت ًشع ًرل ىل ىمثَّ ىل آتًيػٍنػهم أىـ ىػلولىن ًمن دي‬ ‫الرىدا‬ َّ ‫كف ذى ىاؾ‬ ٍ ٍ ‫ٍ ى ٍ ى ٍ ى ٍ ى يٍ ٍ ي‬ ً ً ‫ ىك ٍرىرىدا‬/‫ ًمنٍ يد ٍكنً ىذا‬/‫ح ٍولى ٍن‬ ‫أىاتيىػٍنػ يه ٍم أ ٍىميى ي‬/‫ ىىلٍثى ٍم ىم ىه ٍل‬/‫لىٍيػتىش ٍع ًرل‬



‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/



‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/



131



‫فاعَلتن مستفع لن فاعَلتن فاعَلتن مستفع لن فاعلن‬ ‫‪3. Arudh machdzūf dan dlarbu juga machdzūf,‬‬ ‫‪seperti:‬‬



‫ت ًش ٍع ًرل ىماذىا تىػىرٍكا ًِف ىى نول‬ ‫لىٍي ى‬ ‫لىٍيػتى ًش ٍع ًرل‪ /‬ىماذىاتىػىرٍك‪/‬فً ىيه ىو ٍف‬



‫‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬‬ ‫فاعَلتن مستفع لن فاعلن‬



‫قىا ىد يكم ع ً‬ ‫اجَلن إً ىَل ىرٍم ًس ًو‬ ‫ٍ ى‬ ‫قىا ىد يك ٍم ىعا‪ً /‬جلىنًٍ ىَل‪ /‬ىرٍم ًس ًهى‬ ‫‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‬



‫فاعَلتن مستفع لن فاعلن‬



‫‪Bachr khafīf juga digunakan dalam bentuk majzū’,‬‬ ‫‪yaitu dengan menghilangkan taf’īlah terakhir di baris‬‬ ‫‪pertama dan kedua. Dalam keadaan majzū’, bachr khafīf‬‬ ‫‪memiliki satu bentuk Arudh, yaitu sahih, dengan dua‬‬ ‫‪bentuk dlarbu: sahih dan makhbūn maqshūr.‬‬ ‫‪4. Arudh sahih dan dlarbu juga sahih, seperti:‬‬



‫ت ًش ٍع ًرل ىما ىذا تىػىرل أ ُّيـ ىع ٍم ورك ًِف أ ٍىم ًرىإ‬ ‫لىٍي ى‬ ‫لىٍيػتى ًش ٍع ًرل‪ /‬ىما ىذاتىػىرل أ ٍيشليىع ٍم ًر ٍف‪ /‬فًيأ ٍىم ًرىإ‬ ‫‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق‬ ‫فاعَلتن مستفع لن فاعَلتن مستفع لن‬ ‫‪132‬‬



5. Arudh sahih dan dlarbu makhbūn maqshūr, seperti:



‫يك ُّل ىخطٍ و‬ ‫ضٍبػتي ٍم يى ًسٍيػ ير‬ ‫ب إً ٍف ىٍ تى يكو نيوا غى ى‬ ‫يى ًسٍيػ يرك‬ /‫ضٍبػتي ٍم‬ ‫إنٍػلى ٍمتى يكو نيوغى ى‬/‫ْب‬ ٍ ًٍ‫يكلٍلي ىخط‬ ‫ق‬/‫ق‬// ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫فاعَلتن مستفع لن فاعَلتن متفع ٍؿ‬



Sedangkan bentuk-bentuk chasywu dalam bachr ini, Yammūt mencatatnya sebagai berikut (1992: 165): o



Untuk taf’īlah ( ‫ )ف ع‬bisa mengambil tiga bentuk: 1. Makhbūn sehingga bentuknya menjadi ( ‫) فع‬ 2. Musya’ast sehingga bentuknya menjadi ( ‫)ف‬. 3. Makfūf ( ‫ُف‬



sehingga



bentuknya



menjadi



‫)ف ع‬



Bentuk yang paling banyak digunakan adalah bentuk pertama.



133



o



Untuk taf’īlah ( ‫ )ل ل‬hanya bisa mengambil bentuk makhbūn sehingga menjadi (



‫)ل ل‬



Kesimpulannya, bentuk-bentuk wazan bachr khafīf ada lima: 1. Arudh sahih dan dlarbu-nya sahih.



‫فاعَلتن مستفع لن فاعَلتن فاعَلتن مستفع لن فاعَلتن‬ 2. Arudh sahih dan dlarbu machdzūf.



‫فاعَلتن مستفع لن فاعَلتن فاعَلتن مستفع لن فاعلن‬ 3. Arudh machdzūf dan dlarbu juga machdzūf.



‫فاعَلتن مستفع لن فاعلن‬



‫فاعَلتن مستفع لن فاعلن‬



4. Arudh majzū’ sahih dan dlarbu juga majzū’ sahih.



‫فاعَلتن مستفع لن‬



‫فاعَلتن مستفع لن‬



5. Arudh majzū’ sahih dan dlarbu majzū’ makhbûn maqshûr.



‫فاعَلتن متفع ٍؿ‬



‫فاعَلتن مستفع لن‬



Latihan:



:‫ قاؿ الشاعر‬. 1 134



‫اجلىىول ىكبىَلىئًى‬ ‫ت ىدائًى ىكًِف يى ىديٍ ى ىد ىكائًى ىَي ًش ىفائًى ًم ىن ٍ‬ ‫أىنٍ ى‬ ‫ب من الى أ ىً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫يْسٌى ًِف ىعنى واء أ ٍىع ًظ ٍم بًًو ًم ٍن ىعنى ًاء‬ ‫إ َّف قىػلًٍِب ُبي ًٌ ى ٍ‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫وت بً ىدائًى‬ ‫أىيُّػ ىها الَلَّعبيو ىف ىما ىذا ىعلىٍي يك ٍم أى ٍف تىعٍي يشوا ىكأى ٍف أ يىم ي‬ ‫لىيس من مات فىاستػر ً و‬ ‫ىحيى ًاء‬ ‫ت ىميًٌ ي‬ ‫اح ىٍيت إًَّظلىا الٍ ىمٍي ي‬ ‫ت األ ٍ‬ ‫ٍ ى ى ٍ ى ى ٍىى ى‬ ‫كر ًِف ظىَلىوـ تينًٍيػ ير‬ ‫‪ . 2‬أى ٍشىرقى ٍ‬ ‫ت ًَل بي يد ه‬ ‫طىار قىػلًٍِب ًُبيبًٌ ىها ىم ٍن لًىقلٍ و‬ ‫ب يى ًطٍيػ ير‬ ‫ى‬ ‫ً‬ ‫َّىػ ػر ع و‬ ‫اف أ ًىسٍيػهر‬ ‫كرا أ ىىإ هبىا الد ٍ ي ى‬ ‫ىَي بي يد ن‬ ‫ً‬ ‫ت فى ىم ٍوتًى ىح ًقٍيػهر‬ ‫إ ٍف ىرضٍيػتي ٍم ًى ٍف أ يىمػو ى‬ ‫يك ُّل ىخطٍ و‬ ‫ضٍبػتي ٍم ‪ -‬يى ًسٍيػ ير‬ ‫ب – إً ٍف ىٍ تى يكو نيوا ىغ ى‬ ‫’‪12. Bachr Mudlāri‬‬ ‫)‪Bachr ini disebut mudhāri’ (yang menyerupai‬‬ ‫‪karena menyerupai bachr muqtadlab, atau karena‬‬ ‫‪ ), dan‬لل عيل ( ‪menyerupai bachr hazej dalam hal wazan‬‬ ‫‪adanya watad sebelum sabab, atau karena menyerupai‬‬ ‫‪bachr munsarich karena keberadaan watad mafrūq yang‬‬ ‫‪berada di taf’īlah urutan kedua. (Yammūt, 1992: 182).‬‬ ‫‪135‬‬



Wazan Bachr Mudhāri’’ Wazan bachr ini adalah:



‫ىم ىفاعًٍيػلي ٍن فى ًاع ىالتي ٍن ىم ىفاعًٍيػلي ٍن ىم ىفاعًٍيػلي ٍن فى ًاع ىالتي ٍن ىم ىفاعًٍيػلي ٍن‬ Akan tetapi, bachr ini hanya digunakan dalam keadaan majzu’, yaitu dengan menghilangkan taf’īlah terakhir masing-masing baris sehingga wazannya menjadi sebagai berikut:



‫ىم ىفاعًٍيػلي ٍن فى ًاع ىالتي ٍن ىم ىفاعًٍيػلي ٍن فى ًاع ىالتي ٍن‬ Al-Khafājī menuliskan:



ً ‫وإ فىػىت كجهو نى‬ ‫ضٍيػ ير‬ ‫إً ىَل ىك ٍم تي ى‬ ‫ضا ًرعي ى ن ى ٍ ي ي‬ ‫مفاعيل فاع التن أىىٍ ىَيٍتً يك ٍم نى ًذ يير‬ Al-Chillī juga mengatakan:



‫مفاعيل فاع التن‬ ‫ات‬ ‫تػي ىع ُّد الٍ يم ى‬ ‫ض ىارعى ي‬ ‫ي‬



136



Bachr ini hanya memiliki satu bentuk Arudh dan dlarbu, yaitu (



‫ )ف ع‬dalam keadaan sahih, seperti:



ًٌ ‫ىكقىػ ٍفنىا ىعلىى‬ ‫الر ىج ًاؿ فىػلى ٍم نػىلٍ ىق ًمثٍ ىل ىزيٍ ًد‬ ‫ ًمثٍ ىل ىزيٍ ًدم‬/‫ لىٍرًر ىجاَل فىػلى ٍم نىػ ٍل ىق‬/‫اع‬ ‫ىكقىػ ٍفنى ى‬ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ /‫ق‬/‫ق‬// ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ /‫ق‬/‫ق‬// ً ً ‫يل فى ًاع الىتي ٍن‬ ‫يل فى ًاع الىتي ٍن ىم ىفاع ي‬ ‫ىم ىفاع ي‬ Para ahli ilmu Arudh menetapkan bahwa chasywu bachr mudhāri’, yaitu taf’īlah ( ‫) لل عيل‬, tidak ada yang sahih. Selamanya ia mengalami perubahan. Perubahan itu adakalanya al-kaffu (menghilangkan huruf ketujuh



‫)لل عي ُف‬, dan adakalanya al-qabdlu yang bersukun): (‫ا‬ (menghilangkan huruf kelima yang bersukun): ( ‫علُف ْن‬ ِ ‫) َلللَل‬. Hal inilah yang membedakan bachr mudhari’ dengan bachr yang lain. Latihan!



ً ً ‫لصبا كداعا كما ي ٍذ يكر‬ ‫اعا‬ ‫اجت ىم ى‬ ٍ ‫أ ىىرل ل َّ ى ى ى ن ى ى ى ي‬ 137



ً ً ًً ً ‫اعا‬ ‫ىكأى ٍف ىٍ يى يك ٍن ىجد نيرا ُب ٍفظ الَّذل أ ى‬ ‫ىض ى‬ ً ‫كرا ىكىٍ يػيلٍ ًهنىا ًْسىاعنا‬ ‫ىكىٍ ييصٍبػنىا يس ير ن‬ ً ًً ‫اؿ ى و‬ ‫اعا‬ ‫صى‬ ‫ب ىم ىىت تىػ ٍعصو أىطى ى‬ ‫فى ىج ٌد ٍد ًك ى‬ ٌ‫ص‬ 13. Bachr Muqtadlab Imam Khalil menamakan bachr ini dengan muqtadlab dengan alasan bachr ini merupakan potongan dari bachr sarī’ atau bachr munsarich. Wazan bachr ini sama dengan bachr munsarich, akan tetapi dihilangkan satu taf’īlah nya yang pertama. Imam alAkhfasy mengingkari keberadaan bachr ini, karena ia sangat jarang digunakan. (Yammūt, 1992: 185) Wazan Bachr Muqtadlab Bachr ini selamanya digunakan dalam keadaan majzū’ dengan wazan:



ً ‫ت يم ٍستىػ ٍفعًلي ٍن‬ ‫ت يم ٍستىػ ٍفعلي ٍن ىم ٍفعيوالى ي‬ ‫ىم ٍفعيوالى ي‬



138



‫‪Al-Khafājī memberikan nada kuncinya dalam bait‬‬ ‫‪berikut:‬‬



‫ً ً‬ ‫اؾ ىح ىاكىذليٍم‬ ‫ب ًم ٍن يك ىشاةً ىى ىول ًم ٍن ىسنى ى‬ ‫اقٍػتىض ٍ‬ ‫ً‬ ‫ىضاءى ىذليٍم‬ ‫ت يم ٍفتىعلي ٍن يكلَّ ىما أ ى‬ ‫ىم ٍفعيوالى ي‬ ‫‪Demikian juga al-Chillī juga mengatakan:‬‬



‫ً‬ ‫ً ً‬ ‫ت يم ٍفتىعً يل‬ ‫ب ىك ىما فىػ ىعليوا فىاعَلى ي‬ ‫اقٍػتىض ٍ‬ ‫‪Wazan bachr ini hanya memiliki satu bentuk‬‬



‫ل لعل‬



‫←‬



‫( ‪Arudh dan dlarbu, yaitu mathwiyyatun‬‬



‫‪ُ ) seperti syair Ahmad Syauqi berikut:‬فل َل ِعلُف‬ ‫ب‬ ‫ب فىػ ٍه ى فً َّ‬ ‫ىح َّ‬ ‫ف ىكأٍ ىس ىها ٍ‬ ‫ضةه ذى ىى ي‬ ‫احلىبى ي‬ ‫ً‬ ‫ض‪/‬تيػٍن ىذ ىىبيو‬ ‫س ‪ /‬ىى ٍل ىحبىػبيو فىػ ٍهيىف ٍ‬ ‫ض ى‬ ‫ىح ٍف ىف ىكأٍ ى‬ ‫‪/‬ق‪//‬ق‪/‬‬



‫‪/‬ق‪///‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/ /‬ق‪///‬ق‬



‫ً‬ ‫ت يم ٍستىعًلي ٍن‬ ‫ت يم ٍستىعلي ٍن ىم ٍفعيَلى ي‬ ‫ىم ٍفعيَلى ي‬ ‫‪139‬‬



‫ً ً‬ ‫ب‬ ‫ىمائ ه هبىا لىبى ي‬



‫أ ٍىك ىد ىكائًهر يد ىرهر‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫جنٍ ً‬ ‫ب‪ /‬ىىالىبىػبيو‬ ‫أ ٍىكىد ىكاء ‪ /‬يرنٍ يد ىرير ٍف ىمائ ي‬



‫‪/‬ق‪//‬ق‪/ /‬ق‪///‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/ /‬ق‪///‬ق‬ ‫ً‬ ‫ت يم ٍستىعًلي ٍن‬ ‫ت يم ٍستىعلي ٍن ىم ٍفعيَلى ي‬ ‫ىم ٍفعيَلى ي‬ ‫ًً‬ ‫أ ٍىك فىم ٍ ً ً‬ ‫ب‬ ‫احلىبيب ىجَلى ىع ٍن ىمجىانو الشَّنى ي‬ ‫ي‬ ‫أىكفىملٍ ‪ /‬بًيبًجَلى عنٍجم ً‬ ‫اف ‪ً /‬ى ٍش ىشتىػبيو‬ ‫ٍ ي ى ٍ ى ى ىى‬ ‫‪/‬ق‪//‬ق‪/ /‬ق‪///‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/ /‬ق‪///‬ق‬ ‫ً‬ ‫ت يم ٍستىعًلي ٍن‬ ‫ت يم ٍستىعلي ٍن ىم ٍفعيَلى ي‬ ‫ىم ٍفعيَلى ي‬ ‫‪Dalam tiga bait di atas, bentuk Arudh dan dlarbu‬‬ ‫‪sama-sama mathwiyyatun.‬‬ ‫‪Sedangkan bentuk hasywu dalam bachr ini, yang‬‬ ‫( ‪berwazan‬‬ ‫‪), dimungkinkan berbentuk makhbun‬للعو‬ ‫‪dan mathwiyyun. Saat berbentuk makhbun hasywu itu‬‬ ‫‪140‬‬



‫‪َ ), dan saat berbentuk‬للعُفو َل ُف ‪//‬‬ ‫( ‪itu berubah menjadi‬‬ ‫للع‬



‫ه‪/‬ه‪berubah menjadi (/‬‬ ‫‪mathwiyyun hasywu‬‬



‫‪/). Kedua bentuk di atas seperti dalam bait berikut:‬ه‪//‬ه‪/‬‬ ‫أى ى ىإ يػيبى ًٌش يرىإ‬



‫ًِبلٍبػي ً‬ ‫اف ىكالن ىَّد ًر‬ ‫ىى‬



‫أى ى ىإم ‪ /‬ب ٍش ًشرىإ بًلٍبػي ً‬ ‫اف ‪ /‬ىكنٍػنى ىد ًرل‬ ‫ي ى ي ىى‬ ‫‪//‬ق‪/‬ق‪/ /‬ق‪///‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/ /‬ق‪///‬ق‬ ‫ً‬ ‫ت يم ٍستىعًلي ٍن‬ ‫ت يم ٍستىعلي ٍن ىم ٍفعيَلى ي‬ ‫ىمعيوالى ي‬ ‫‪Di baris pertama hasywu dalam bentuk makhbun,‬‬ ‫‪dan di baris kedua hasywu dalam bentuk mathwiyyun.‬‬ ‫‪Latihan:‬‬



‫قاؿ الشاعر أبو النواس‪:‬‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ب‬ ‫ب يى ٍستىخفُّوي الطَّىر ي‬ ‫ىحام يل ا ٍذلىىول تىع ي‬ ‫ًً ً‬ ‫ً‬ ‫ب‬ ‫س ىما بو لىع ي‬ ‫إ ٍف بى ىكى يػلى ُّق لىوي لىٍي ى‬ ‫‪141‬‬



ً ُّ ‫ضحكًني الى ًىيةن كالٍم ًح‬ ‫ب‬ ‫ب يىػٍنػتىح ي‬ ‫تى ٍ ى ى ى ى ي‬ ً ً ً ً‫تىػعجب‬ ً ‫ب‬ ‫ٍ ى ٍى‬ ‫ني م ٍن ىس ىقمى ص َّح ًىت ى ى الٍ ىع ىج ي‬ ً ً ً ً ‫ضى س ب‬ ‫ب‬ ‫يكلَّ ىما انٍػ ىق ى ى ى ه‬ ‫ب مٍن ىعاد َل ىسبى ي‬



14. Bachr Mujtatstsu



‫ُّر‬ Al-Mujtatstsu (‫َلي‬



‫ ) ُفل ْن‬berarti yang dicabut, ‫ يَل ْن ُّر‬- ‫َلي‬ َّ ‫) ِ ْن‬. Oleh Imam Khalil berasal dari kata kerja (‫َلي‬ bachr ini dinamai dengan al-mujtatstsu karena adanya pemenggalan atau pencabutan taf’īlah . Sebagian ahli menjelaskan pernyataan Imam Khalil ini, bahwa bachr ini dipenggalkan dari wazan bachr khafīf, yaitu dengan menghilangkan Taf’īlah pertama bachr khafīf. Dan nyatanya, bentuk bachr ini adalah bentuk bachr khafīf majzu’ yang dibalik (Yammūt, 1992: 192). Contoh bachr khafīf majzu’ adalah:



‫ت ىش ٍع ًرل ىما ىذا تىػىرل أ ُّيـ ىع ٍم ورك ًِف أ ٍىم ًرىإ‬ ‫لىٍي ى‬ 142



‫لىٍيػتى ًش ٍع ًرل ‪ /‬ىماذىا تىػىرل أ ٍيشليىع ٍم ًر ٍف ‪ /‬فًٍيأ ٍىم ًرى‬ ‫‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق‬ ‫فىاعًَلىتي ٍن يم ٍستىػ ٍف ًع لي ٍن فىاعًَلىتي ٍن يم ٍستىػ ٍف ًع لي ٍن‬ ‫‪Bachr ini akan menjadi bachr mujtatstsu jika‬‬ ‫‪urutannya dibalik seperti berikut:‬‬



‫ت ًش ٍع ًرل ًِف أ ٍىم ًرىإ أ ُّيـ ىع ٍم ورك‬ ‫ىماذىا تىػىرل لىٍي ى‬ ‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق‬



‫‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق‬



‫‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق‬



‫يم ٍستىػ ٍف ًع لي ٍن فىاعًَلىتي ٍن يم ٍستىػ ٍف ًع لي ٍن فىاعًَلىتي ٍن‬ ‫‪Wazan Bachr Mujtatsts‬‬ ‫‪Bentuk asal wazan bachr ini adalah:‬‬



‫مستفع لن فاعَلتن فاعَلتن مستفع لن فاعَلتن فاعَلتن‬



‫‪143‬‬



Akan tetapi, selamanya bachr ini digunakan dalam keadaan majzū’, sehingga bentuk wazannya adalah sebagai berikut:



‫مستفع لن فاعَلتن مستفع لن فاعَلتن‬ Imam Syihabuddin menuliskan:



ً ‫اجلما يف الن‬ ًً ‫َّظ ييم‬ َّ ‫اً ٍجتى‬ ‫ث ىم ٍن ىع ى‬ ‫اب ثػى ٍغنرا فٍيو ٍي ى‬ ‫يم ٍستىػ ٍف ًع لي ٍن فىاعًَلىتي ٍن ىكٍى ىو الٍ ىعلً ُّ الٍ ىع ًظي ًم‬ Imam Shafiyyuddin juga menulis:



ً ‫إ ٍف جث‬ ‫ات مستفع لن فاعَلتن‬ ٍ ‫َّت‬ ‫احلىىرىك ي‬ ‫ي‬ Bentuk Arudh bachr ini hanyalah satu yaitu sahih



‫)ف ع‬, akan tetapi dimungkinkan juga dalam bentuk makhbunah ( ‫ ) فع‬dengan tidak mengikat. Artinya, (



tetap tidak dianggap keluar dari bentuknya yang sahih. Sedangkan dlarbu bentuknya hanyalah sahih juga. Meskipun demikian, dimungkinkan juga berubah dalam bentuk makhbun (



‫ ) فع‬dan musya’ats: menghilangkan 144



huruf pertama dan kedua watad majmu’ ( Perubahan bentuk ini juga tidak mengikat.



‫)ف‬.



Dengan demikian, bentuk bachr ini adalah satu, yaitu Arudh dan dlarbu dalam keadaan sahih, meskipun tetap dimungkinkan adanya perubahan dalam Arudh dan dlarbu yang tidak mengikat. Perhatikan kumpulan bait berikut:



ْ ‫َّيد‬ ُ‫ت ُرََبه‬ َ ‫اَلْغِ ْي ُد َزْى ٌر أَنِي ٌق تَـ َد‬ ‫كِب يىو‬ ٍ ‫ ير ٍَنىنًٍيػ يق ٍن تىػ ىع ٍد ىد ىد‬/ ‫اىلٍغًٍي يد ىزٍه‬ ‫ ير ى‬/ ‫ت‬



‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬// ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫يم ٍستىػ ٍف ًع لي ٍن فىاعًَلىتي ٍن يمتىػ ٍف ًع لي ٍن فىاالىتي ٍن‬ ِ ‫لِ ُك ِل نَـ ٍع ََج ٌو يسِِب النـ‬ ُ‫ُّهى ْرآه‬ َ َْ َ ْ ّ ً ً ً ً ‫أاىو‬ ‫ل يكلٍلنىػ ٍو عٍن ىج ىمالي ٍن يى ٍسبًٍنػنيػ ىها م ٍر ي‬ ‫ق‬/‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬// ‫يمتىػ ٍف ًع لي ٍن فىاعًَلىتي ٍن يم ٍستىػ ٍف ًع لي ٍن فىاالىتي ٍن‬ 145



‫ض َوَسٌَْر ُد ًى َجالَ َى ا ِإللَوُ‬ ‫َش ْق ٌر َوبِْي ٌ‬ ‫يد ىمنٍ ىجَلى ‪ /‬ىى ًٍإلالى يىو‬



‫ضٍنػ ىوْسىٍير ٍف‬ ‫ىش ٍق يرنٍػ ىوًِب ‪ /‬ي‬ ‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق‬



‫‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق‬



‫يم ٍستىػ ٍف ًع لي ٍن فىاعًَلىتي ٍن يمتىػ ٍف ًع لي ٍن فىاعًَلىتي ٍن‬ ‫َي َشك ٍ‬ ‫ْل َولَ ْ ٍن تَـ ْنُ ََلُ َّي ا ْْلِبَ هُ‬ ‫ِِف أ ِّ‬ ‫فًٍيأىيٍيً ىش ٍ ‪ /‬لًٍنػ ىولى ٍونً ٍن تىػ ٍعنيوىذلي ٍن ‪ /‬نىػلٍ ىحيىاتيو‬ ‫‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‪//‬ق ‪/‬ق‪//‬ق‪/‬ق‬ ‫يم ٍستىػ ٍف ًع لي ٍن فىاعًَلىتي ٍن يم ٍستىػ ٍف ًع لي ٍن فىاعًَلىتي ٍن‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َس هُ‬ ‫ب َوبُـ ْؤ ُسوُ َوأ َ‬ ‫نَ ْي ُم ُك ِّل َُم ٍّ‬ ‫ً‬ ‫اىو‬ ‫نىعًٍي يم يك ٍل ‪ /‬ل يم ًحٍبً ٍ‬ ‫ىس ي‬ ‫ْب ىكبػي ٍؤ يس يهو‪ /‬ىكأ ى‬ ‫‪//‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪//‬ق ‪///‬ق‪/‬ق‬ ‫‪146‬‬



‫يمتىػ ٍف ًع لي ٍن فىعًَلىتي ٍن يمتىػ ٍف ًع لي ٍن فىعًَلىتي ٍن‬ Dalam kumpulan bait di atas, Arudh dalam bentuk sahih di bait ke-1, 2, 3, dan 4, dan dalam bentuk makhbun di bait ke-5. Sedangkan dlarbu dalam bentuk musya’ats ( ‫ )ف‬di bait ke-1, 2, dalam bentuk sahih di bait ke-3, 4, dan dalam bentuk makhbun di bait ke-5. Sedangkan



hasywu



dalam



bachr



ini,



yang



‫)ل ل‬, bisa berbentuk sahih dan ( ‫) ُفل َل ْنل ِ ُف ْن‬, tetapi tidak bisa berbentuk



wazannya adalah (



juga makhbun mathwiyyun karena tidak termasuk bagian dari sabab, melainkan watad majmu’. Latihan:



:‫قاؿ الشاعر بشري ؽلوت‬ ً ‫ت ىذلىا ىال بى ٍل ًح ىد ياد‬ ‫قاىليوا يى ىو الٍعٍي يد ىك ًاِف فىػ يق ٍل ي‬ ً ً ً ‫اد‬ ‫ف تىػ ٍل يهو الٍعبى ي‬ ‫ىىذل بً ىَلدل تى ٍش ىقى فى ىكٍي ى‬ ً ً‫كىكيف تىسع يد أىرض يع‬ ‫اد‬ ‫ى ٍ ى ٍى ٍ ه ى ي‬ ‫يث ف ىيها الٍ ىف ىس ي‬ ًً ‫اد‬ ‫ف يٍػل ىف ي‬ ‫آس ي‬ ‫ىكىكٍي ى‬ ‫ظ يم ٍل ه ىٍ ىٍحتمو ى‬ 147



ًً ‫اد‬ ‫ج ىٍ تيػ ٍعلو ٍاألى ٍكبى ي‬ ‫ىكىكٍي ى‬ ‫ف يػيٍرفى يع ى ه‬ ً ‫اد‬ ‫صٍبػنرا ل يك ًٌل أ ٍىم ور نىػ ىف ي‬ ‫ىكقيػلٍ ي‬ ‫ت ىَي قىػ ٍويـ ى‬ ً ًً ً ‫اد‬ ‫صي‬ ‫األر ى‬ ٍ ‫ىىذل الطََّلىئ يع تىػٍب يدك ىكىىذه‬ ‫اد‬ ‫ب األىبٍػ ىع ي‬ ‫تنِب بنيل األماِن ىكتيػ ىقًٌر ي‬



15. Bachr Mutaqârib Imam Khalil menyebut bachr ini dengan sebutan mutaqârib (berdekatan) karena bagian-bagian wazannya berdekatan satu dengan yang lainnya dan Taf’īlah wazan bachr ini sama-sama terdiri dari 5 huruf. Atau, karena bagian sabab berdekatan dengan bagian watad. Sulaiman al-Bustani menyatakan, bachr ini mengandung bunyi resonansi dan irama musik yang keras tapi jinak. (Yammūt: 197). Wazan Bachr Mutaqârib Wazan bachr ini terdiri dari delapan Taf’īlah yang sama, yaitu ( ‫ْن‬



‫)فَلعُفو ُف‬.



148



‫فعولن فعولن فعولن فعولن فعولن فعولن فعولن فعولن‬ Imam Syihabuddin mengatakan:



‫الس ىم ًاء‬ َّ ‫ىكىِبعً ٍد يك ىشاتى ى بػي ٍع ىد‬



ً ‫ات‬ ً ‫تىػ ىقارب كى‬ ‫س ىر ًاح‬ ‫ى ٍ ىى‬ ٍ ‫اسق ًِن ىكأٍ ى‬



‫ىكإً ٍف يى ٍستىغًيثيوا يػيغىاثيوا ً ى ًاء‬



‫فىػعيولي ٍن فىػعيولي ٍن فىػعيولي ٍن فىػعيولي ٍن‬



Imam Shafiyyuddin juga mengatakan:



ً ٍ ‫اؿ‬ ً ‫ىع ًن الٍمتىػ ىقا ًر‬ ‫يل فىػعيولي ٍن فىػعيولي ٍن فىػعيولي ٍن فىػعيولي ٍن‬ ‫ب قى ى‬ ‫ي‬ ‫اخلىل ي‬ Bachr ini terkadang diguunakan dalam bentuk tamm (sempurna), dan terkadang digunakan dalam bentuk majzū’. Dalam bentuk sempurna, Arudh dalam bachr ini selamanya dalam keadaan sahih dengan



‫ )فعو ُف‬dan dimungkinkan dalam keadaan maqbûdlah (‫ا‬ machdzūfah (‫ )فَلعُفو‬secara tidak mengikat. Sedangan dlarbu memiliki empat variasi: (1) sahih, (2) maqshûr ( ‫)فعواْن‬, (3) machdzūf (‫)فَلعُفو‬, (4) abtar ( ‫)ف ْن‬. 1. Arudh dan dlarbu dalam bentuk sahih seperti:



ٍ ‫و ََْم ِدى ي ُد ُّو ب ِِن ِخ ْن ِد‬ ‫ف َا َى َّي‬ ‫أن ُك َّيل َك ِرٍْْي ِيََ ِن‬ َ َ َ 149



‫كىٍرل ًدل ‪/‬ي يدلٍل ‪/‬بنً ً‬ ‫يخ ٍن‪ً /‬دفً ٍن ىعَلىأى ٍف‪/‬نى يكلٍ ىل‪ /‬ىك ًرٍؽلً ٍن‪/‬ؽلىى ًاِن‬ ‫ى ي ى‬ ‫ى‬ ‫‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪//‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‬ ‫فعولن فعوؿ فعولن فعو فعولن فعوؿ فعولن فعولن‬ ‫أ َََن اب ال ِّ َق ِء أ َََن اب َّي ِ‬ ‫ِ‬ ‫ضر ِ‬ ‫اب أ َََن ابْ ُ ال ِّ َ ِن‬ ‫ُْ‬ ‫ُْ‬ ‫الس َم ء أ َََن ابْ ُ ال ّ َ‬ ‫ً‬ ‫ً ً‬ ‫ض ‪ً /‬ضر ً‬ ‫اب‪ /‬أىنىػٍبػني ٍط‪ً /‬ط ىع ًاِن‬ ‫س‪ /‬ىْسىاءم أىنىػٍبػني ٍ ى‬ ‫أىنىػٍبػني ٍل‪ /‬ل ىقاء‪ /‬أىنىػٍبػني ٍ‬ ‫‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‬ ‫فعولن فعوؿ فعولن فعولن فعولن فعوؿ فعولن فعولن‬



‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫اج َأَن ابْ ُ ِّ‬ ‫الر َا ِن‬ ‫الس َر ِ‬ ‫أََنَ ابْ ُ القيَ ِِف أ َََن ابْ ُ الْ َق َ ِاِف أ َََن ابْ ُ ّ‬ ‫ً‬ ‫ً ً‬ ‫س ‪ً /‬سىر ًاج‪/‬أىنػىٍبػنيػ ٍر ‪ً /‬رعى ًاِن‬ ‫أىنػىٍبػني ٍل ‪ /‬قيىاِف ‪ /‬أىنػىٍبػني ٍل ‪ /‬قىػ ىواِف أىنػىٍبػني ٍ‬ ‫‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‬ ‫فعولن فعوؿ فعولن فعولن‬



‫فعولن فعولن فعولن فعولن‬



‫‪Pada bait pertama, Arudh yang sahih‬‬ ‫‪dimungkinkan berbentuk machdzūfah secara‬‬ ‫‪tidak mengikat, dan dalam bentuk benar-benar‬‬ ‫‪sahih pada bait kedua dan ketiga. Adapun dlarbu‬‬ ‫‪maka terikat dalam bentuknya yang sahih.‬‬ ‫‪2. Arudh dalam keadaan sahih dan dlarbu dalam‬‬ ‫‪keadaan machdzūf seperti:‬‬ ‫‪150‬‬



‫ت ال ِْق َ َر َوأط َْال ََلَ َوتِ َ‬ ‫َى َج ْر ُ‬ ‫َجبَ ََلَ‬ ‫ْك ا ْْلَُزو َن َوأ ْ‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ىجبىا‪ /‬ىذلىا‬ ‫ىى ىج ٍرتي ٍل‪ /‬ق ىف ىار‪ /‬ىكأىطٍَلى‪ /‬ىذلىا ىكتلٍ ىك ٍل‪ /‬ىح يك ىف‪ /‬ىكأ ٍ‬ ‫‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪//‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‬ ‫فعولن فعوؿ فعولن فعو‬



‫فعولن فعوؿ فعولن فعو‬ ‫ِ‬ ‫ت الْب َك ء َا َى َّي ِ ِ‬ ‫ب ُّ‬ ‫الربُ ِع َوتَ ْسآ ََلَ‬ ‫الراح َْ‬ ‫ْي َونَ ْد َ‬ ‫َوا ْ ُ ُ َ‬ ‫وع‪ /‬ىكتى ٍسأىا‪ /‬ىذلىا‬ ‫ىكعً ٍفتي ٍل‪/‬بي ىكاءى‪ /‬عىلىٍرىرا‪ً /‬حلًٍيػنىا ىكنى ٍدبىػ ٍر‪ /‬يربي ً‬



‫‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‬ ‫فعولن فعوؿ فعولن فعولن فعولن فعوؿ فعولن فعو‬ ‫ِِلَنْـ ُ َم ِِف َنْ ِزٍو ُ ْؤنِ ٍ‬ ‫س َوأَ ْشبَ َع نَـ ْ ِسى َوأَ ْ يَ ََلَ‬ ‫ً ً ًً ً ً‬ ‫ب‪ /‬ىعنىػ ٍف ًسى‪ /‬ىكأ ٍىميىا‪ /‬ىذلىا‬ ‫ألىنٍ يع‪ /‬ىمفٍي ىم ٍن‪/‬زلنٍ يم ٍؤ‪/‬نس ٍن ىكأى ٍش ى‬



‫‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‬ ‫فعوؿ فعولن فعولن فعو فعوؿ فعولن فعولن فعو‬ ‫ضى غَْيـر َدا ِر التَّيـ ـمد ِ‬ ‫ونَـ ْ ِسى الَ تَـرتَ ِ‬ ‫ُّن َوالْ ِ ِْم َد ًارا ََلَ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫كنىػ ٍف ًسى‪/‬الىتىػر‪/‬تى ً‬ ‫ت َتىى ٍد يد‪/‬نًىولٍعً ٍل‪ /‬ىم ىد ىار ٍف‪ /‬ىذلىا‬ ‫ضيغى ‪ /‬ىرىدا ًر ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬



‫‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‬ ‫‪151‬‬



‫فعولن فعلن فعولن فعولن فعوؿ فعولن فعولن فعو‬ ‫‪Dalam kumpulan bait di atas, Arudh dalam‬‬ ‫‪keadaan machdzūfah di bait pertama dan ketiga,‬‬ ‫‪dalam keadaan maqbûdlah di bait kedua, dan‬‬ ‫‪dalam keadaan sahih di bait keempat.‬‬ ‫‪Sedangkan dlarbu terikat dalam keadaan‬‬ ‫‪machdzūfah.‬‬ ‫‪3. Arudh dalam keadaan sahih dan dlarbu dalam‬‬ ‫‪keadaan maqshûr, seperti:‬‬



‫الصبَ ْح‬ ‫و ْ ءُ َّي‬ ‫ك َّي‬ ‫ص ْح ُ الْ َ َ‬ ‫ُرَويْ َد َك َال ََيْ َد َا ْن َ‬ ‫ض ِء َو َ‬ ‫الربِْي ُع َو َ‬ ‫ركيد‪ /‬ىكَلىيخ‪/‬دعٍن ىكر‪/‬ربًيعو كصحو ٍؿ‪/‬فى ً‬ ‫اح‬ ‫ضاء‪ /‬ىك ى‬ ‫يى ٍ ى ى ٍ ى ى ٍ ى ي ى ى ٍ ي ى‬ ‫ض ٍويؤ ٍ‬ ‫صبى ٍ‬ ‫ص‪ /‬ى‬



‫‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‬



‫‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪//‬ق ق‬



‫فعولن فعوؿ‬



‫فعوؿ‬ ‫فعولن ٍ‬



‫فعوؿ فعولن فعولن فعولن‬ ‫الر ْح ِ‬ ‫ف ِّ‬ ‫الرََي ْح‬ ‫ب َى ْ ُو الظَّيالَِم‬ ‫ف ُّ‬ ‫َِ ى ْاِلُ ُ ِق َّي‬ ‫ص ُ‬ ‫ص ُ‬ ‫الراُ ِد َو َا ْ‬ ‫َوقَ ْ‬ ‫ً‬ ‫ً ً ً‬ ‫ً‬ ‫ص يف ٍر‪ً /‬رىَي ٍح‬ ‫ص يف ٍر‪ /‬يرعيود‪ /‬ىك ىع ٍ‬ ‫فىف ٍْلي‪ /‬فيق ٍرىر ٍح‪/‬هبىٍولي ٍظ‪/‬ظىَلىم ىكقى ٍ‬ ‫‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪//‬ق ق‬ ‫فعوؿ‬ ‫فعولن فعوؿ فعولن‬ ‫فعوؿ فعولن فعولن فعولن‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫يب َوَ ْ يَـ ْب ُذ ِر َّي‬ ‫اح‬ ‫ت َّي‬ ‫َح َذا ِر َـتَ ْح َ‬ ‫الش ْ َك ََْي ِ ا ْْل َر ْ‬ ‫الرَ َد ال َّي ِه َ‬ ‫‪152‬‬



‫ً ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫اح‬ ‫ب‪/‬ذي ًر ٍش ىش ٍو‪ /‬ىكيى ٍجن ٍل‪/‬جىر ٍ‬ ‫ب ىكىمٍنػيى ٍ‬ ‫ىح ىذار‪/‬فىػتى ٍحتىػ ٍر‪ /‬ىرىم ىاد ٍؿ‪ /‬ىذلٍي ى‬ ‫‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق ق‬ ‫فعولن فعولن‬



‫فعوؿ فعولن فعولن فعولن‬



‫فعوؿ‬ ‫فعولن ٍ‬



‫‪4. Arudh dalam keadaan sahih dan dlarbu dalam‬‬ ‫‪ ) seperti:‬فَل ْن ( ‪keadaan abtar‬‬



‫ْب ََن ٍ‬ ‫ضى َوالَ َات ِر ٌك أَبَ ًدا غَيَّيوْ‬ ‫س لِ َم قَ ْد َ َ‬ ‫َالَ الْ َق ُ‬ ‫ً ً‬ ‫ضى ىكالى ى ‪ً /‬ريكنٍأى‪/‬بى ىدنٍػغى ٍ ‪/‬يى ٍو‬ ‫فىػلىلٍ ىق ٍل‪ /‬بػينىاس ٍن‪ /‬ل ىماقى ٍد ‪ /‬ىم ى‬ ‫‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‬ ‫فعولن فعولن فعولن فعو‬ ‫ع قَـ ْ َو ََب ٍك َا َى أ َْر ُس ٍم‬ ‫َو َد ْ‬ ‫ىكىد ٍع ىق ٍو‪/‬لىبىاكً ٍن‪ /‬ىعَلىأ ٍىر‪ /‬يًْس ٍن‬



‫‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق‬



‫فع‬ ‫فعولن فعوؿ فعولن ٍ‬ ‫الر ُس ُم ِِبُْبكِ ِيو‬ ‫س ُّ‬ ‫َـ َْي َ‬ ‫وـ‪ ً/‬يٍبكً ‪ً /‬ىى‬ ‫فىػلىٍي ىس ٍر‪ /‬ير يس ي‬ ‫‪//‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‬



‫فع‬ ‫فعولن فعولن فعولن فعو فعولن فعوؿ فعولن ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ت ِ سِ ِ‬ ‫يمي َوِ ْ َيَّي ْو‬ ‫َخ ي َ َّيي َا ِّ ْج َا َى َر ْس ِم َدا ٍر َخ َ ْ ْ َ‬ ‫خلًيػلى ‪/‬يػعوًكج‪/‬عَلىرس‪ً /‬م ىدا ًر ٍف خلىٍت ًمن‪/‬سلً ً‬ ‫يم ‪ /‬ىكًمٍن ىم ٍ ‪/‬يى ٍو‬ ‫ى ٍ ى‬ ‫ى ٍ ٍ ىىٍ ٍ ى ى ٍ‬



‫‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‬ ‫‪153‬‬



‫فع‬ ٍ ‫فعولن فعولن فعولن فعولن فعولن فعولن فعولن‬ Dari keempat bentuk wazan bachr ini, yang paling sering digunakan oleh para penyair masa dahulu dan masa kini adalah bentuk pertama, kedua, dan ketiga. Bentuk keempat sangat jarang digunakan oleh para penyair. Bachr mutaqârib juga dapat digunakan dalam keadaan majzu’, yakni menghilangkan Taf’īlah terakhir yang ada di baris pertama dan kedua, sehingga wazannya adalah:



‫فعولن فعولن فعولن فعولن فعولن فعولن‬ Dalam keadaan ini, Arudh bachr mutaqârib memiliki satu bentuk yaitu machdzūfah (‫) فَلعُفو‬. Sedang dlarbu memiliki dua bentuk: machdzūf , dan abtar. Contoh bentuk pertama, Arudh dan dlarbu samasama machdzūfah, adalah:



ً ‫لىنىا‬ ‫ب ىٍ يىػى ٍؿ يػي ىعلًٌلينىا ًِب ٍأل ىىم ٍل‬ ‫ى‬ ‫صاح ه‬ 154



‫اصا‪ً /‬حبيػٍنػلى ٍم‪/‬يىػى ٍؿ يػي ىعلٍ ًل‪/‬لينىابً ٍل‪/‬أ ىىم ٍل‬ ‫لىنى ى‬ ‫‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‬ ‫فعولن فعولن فعو فعوؿ فعولن فعو‬ ‫ً‬ ‫صً ي ىر ٍغ ىم الٍ ىملى ٍل‬ ‫ىكؽليٍطلينىا ًِف ا ٍذلىىول فىػنى ٍ‬ ‫ً ً‬ ‫صً‬ ‫ب‪ /‬يرىر ٍغ ىم ٍل‪ /‬ىملى ٍل‬ ‫ىكؽليٍط‪/‬لينىاف ٍل‪ /‬ىى ىول فىػنى ٍ‬ ‫‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪//‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‬ ‫فعوؿ فعولن فعو فعوؿ فعولن فعو‬ ‫فىػيىػلٍ يهو بًًو ًِف ىج ىذ ٍؿ‬



‫حوي ىكىد ىإ‬ ‫ىكظلىٍنى ي‬



‫وك‪ /‬ىد ىإ فىػيىػلٍ يهو‪/‬هبًً ًيفى‪ /‬ىج ىذ ٍؿ‬ ‫ىكظلىٍ ىن‪ /‬يح يه ى‬ ‫‪//‬ق‪// /‬ق‪// /‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‬ ‫فعوؿ فعوؿ فعو فعولن فعولن فعو‬ ‫‪155‬‬



‫‪Sedang bentuk kedua, Arudh machdzūfah dan‬‬ ‫‪dlarbu abtar, adalah:‬‬



‫إً ىذا يزٍرتىػنىا فىػٍنػ ىع نما فىأ ٍىىَلن ىك ىس ٍهَلن بً ٍ‬ ‫إذى يازٍر‪ /‬تىػنىافى ٍن‪ /‬ىع ىما فىأ ٍىىلى ٍن‪ /‬ىك ىس ٍهلى ٍن‪/‬بً ٍ‬ ‫‪//‬ق‪// /‬ق‪// /‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪//‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‬ ‫فع‬ ‫فعوؿ فعوؿ فعو فعولن فعولن ٍ‬ ‫ىكيك ُّل الَّ ًذل عًٍن ىد ىإ ىكيك ُّل ىى ىو ىاإ لى ٍ‬ ‫ىكيكلٍلى ٍل‪/‬لى ًذ ىيع ٍن‪ /‬ىد ىإ ىكيكلٍ ىل‪ /‬ىى ىو ىاإ‪ /‬لى ٍ‬ ‫‪//‬ق‪// /‬ق‪// /‬ق ‪//‬ق‪// /‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‬ ‫فع‬ ‫فعوؿ فعوؿ فعو فعوؿ فعولن ٍ‬ ‫‪Bentuk kedua dari bachr mutaqârib majzū’ ini‬‬ ‫‪jarang digunakan oleh para penyair.‬‬



‫‪156‬‬



‫) فعو ( ‪Sedang hasywu bachr ini, yaitu Taf’īlah‬‬ ‫‪yang berulang tiga kali atau dua kali, bentuknya hanya‬‬ ‫‪ada dua: sahih dan maqbûdl.‬‬



‫‪Latihan:‬‬



‫قاؿ ااماـ الشافعى‪:‬‬ ‫ً‬ ‫ت ىح ىقائًىق ىها ًِبلنَّظىٍر‬ ‫إً ىذا الٍ يم ٍشكَلى ي‬ ‫صدَّيٍ ىن ًَل ىك ىش ٍف ي‬ ‫ت تى ى‬ ‫ً‬ ‫السح ً‬ ‫اب ىع ٍميىاءي الى ىٍغلتىلً ىيها الٍ ًف ىك ٍر‬ ‫ىكإً ٍف بىػىرقى ٍ‬ ‫ت ًِف ىسل ًيل َّ ى‬ ‫م ىقنػَّعةه بًغي ً ً‬ ‫ص ٍر‬ ‫وب الٍغيييوـ ىك ى‬ ‫ض ٍع ي‬ ‫ت ىعلىٍيػ ىها يح ىس ىاـ الٍبى ى‬ ‫ي ى يي‬ ‫لًسا هف ىك ًش ٍق ًش ىق ًة ٍاأل ٍىر ىحبًٍيػ ػ ً أ ٍىك ىكا ىحليس ًاـ الٍيىم ًاِن َّ‬ ‫الذ ىك ٍر‬ ‫ى ى‬ ‫ى‬ ‫ت ِبًً َّمع وة ًِف ً ً‬ ‫اخلىبىػ ٍر‬ ‫يسائً يل ىى ىذا ىك ىذا ىما ٍ‬ ‫ىكلى ٍس ي ى‬ ‫الر ىجا ؿ أ ى‬ ‫ٌ‬ ‫ً ً‬ ‫اج ىش ٍر‬ ‫ىكلىكن ًََّن م ٍد ىرهي ٍاأل ٍ‬ ‫ىصغىىريٍػ ػ ًن ىجَلَّ ي‬ ‫ب ىخ ٍوري ىكفىػَّر ي‬ ‫‪16. Bachr Mutadârak‬‬ ‫‪157‬‬



Nama bachr ini dapat dibaca al-mutadârak (huruf ra’ dibaca fatah sebagai isim maf’ul yang berarti yang disusulkan) dengan alasan karena Imam al-Akhfasy Said bin Mas’adah, murid Imam Sibawaih, menyusulkannya ke dalam 15 jumlah bachr yang telah diciptakan oleh Imam Khalil. Dapat juga dibaca al-mutadârik (huruf ra’ dibaca kasrah sebagai isim fa’il yang berarti sesuatu yang menyusul) karena bachr ini menyusul atau mengikuti bachr mutaqârib. Wazan bachr ini sama dengan bachr mutqârib, hanya saja watad majmu’nya didahulukan dari sabab khafīf ( ‫)ف عل‬. Konon, Imam Khalil tidak mengetahui keberadaan bachr ini. Ada juga yang mengatakan, Imam Khalil telah mengetahuinya, hanya saja tidak menghitungnya karena dianggap menyalahi kaidah-kaidah yang telah dirumuskannya. Kesalahan itu adalah memasukkan illat tasy’ist dan qath’u ke dalam hasywu bachr ini. Kedua illat tersebut harusnya hanya masuk kepada Arudh dan dlarbu saja. (Yammūt: 211) Selain al-mutadârak, bachr ini disebut al-muhdats atau al-mukhtara’ (yang baru diciptakan). Ada juga yang menyebutnya asy-syaqîq (saudara kandung) karena dia menyerupai bachr mutaqârib yang sama-sama terdiri dari sabab khafīfi dan watad majmu’. Sebagian yang lain 158



menyebutnya al-khabab (lari kuda dengan kedua kakinya bergantian) sebab saat dimasuki Zichāf khabnu wazannya menjadi cepat dilafalkan seperti lari kuda. (AlHāsyimī: 96) Sulaiman al-Bustaniy mengatakan, bachr ini adalah tepat jika dinamai al-khabab karena menyerupai lari kuda dimana memiliki irama yang khas menyerupai juga lari pasukan saat menyerang, atau suara jatuhnya air hujan, atau suara senjata dalam peperangan. Hanya saja sedikit yang menggunakan bachr ini pada masa lampau dan sekarang. (Yammūt: 211) Sebagian ahli ilmu Arudh mengatakan, “Saya tidak mengerti kenapa tidak banyak penyair yang menggunakan bachr ini padahal iramanya begitu harmonis dan enak didengar. Mungkin saja, mereka para penyair itu mendapati bachr ini lebih cocok untuk puisipuisi sastra rakyat (‘âmiyyah) karena banyak penggalanpenggalan huruf yang bersukun. Oleh karenanya, bachr ini banyak kita jumpai di zajlu (syair bahasa Arab ‘âmiyyah)”. (Yammūt: 212) Wazan Bachr Mutadârak Wazan bachr ini terdiri dari delapan Taf’īlah yang sama, yaitu: 159



‫فىاعًلي ٍن فىاعًلي ٍن فىاعًلي ٍن فىاعًلي ٍن فىاعًلي ٍن فىاعًلي ٍن فىاعًلي ٍن فىاعًلي ٍن‬ Imam Syihabuddin menuliskan:



‫اجلىٍوىى ٍر‬ ٍ ‫ىدا ًرٍؾ قىػلًٍِب بًلً ىمى ثػى ٍغ ًر ًِف ىمٍب ىس ًم ًو نىظٍ يم‬ ‫فىػ ٍعلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن َّإإ أ ٍىعطىيٍناى ىؾ الٍ ىك ٍوثىػ ٍر‬ Imam Shafiyyuddin juga menuliskan:



ً ‫حرىكات الٍمح ىد‬ ‫ث تىػٍنػتى ًق يل فىػ ٍعلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن‬ ٍ ‫ىى ي ي‬ Bachr ini digunakan dalam bentuk sempurna dan majzū’. Dalam keadaan sempurna, bachr ini memiliki tiga bentuk: (1) Arudh dan dlarbu sama-sama makhbunah ( ‫) ف عل ← فَل ِعلُف ْن‬, (2) Arudh dan dlarbu sama-sama musya’tsah (menghilangkan huruf pertama atau kedua dari watad majmu’, ‫← فَل ْنعلُف ْن‬ dan dlarbu sama-sama sahih.



‫)فَل ِعلُف ْن ← فَل ُف ْن‬, (3) Arudh



Contoh bentuk yang pertama, Arudh dan dlarbu sama-sama makhbunah ( ‫ْن‬



‫)فَل ِعلُف‬,



160



adalah:



‫الس َا ِة َ ْ ِا ُدهُ؟‬ ‫ََي ل َْي ُل َّي‬ ‫ب َ ََت غَ ُدهُ أَقِيَ ُم َّي‬ ‫الص ِّ‬ ‫ب‪ ً/‬ىتىا‪/‬غى يد يىو اىقًيىا‪ /‬يم ٍس ىسا‪ /‬ىعتً ىم ٍو‪/‬عً يد يىو‬ ‫ِل‪/‬لي ٍ‬ ‫صى‬ ‫صٍ‬ ‫ىَي ى ٍ‬ ‫‪/‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق ‪///‬ق ‪///‬ق‬



‫‪///‬ق ‪/‬ق‪/‬ق ‪///‬ق ‪///‬ق‬



‫فىػ ٍعلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىعًلي ٍن فىعًلي ٍن فىعًلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىعًلي ٍن فىعًلي ٍن‬ ‫الس َّيم ر وأ َّيَرقَوُ أ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ف لِ ْبَـ ْ ِ‬ ‫َس ٌ‬ ‫ْي يُـ َرِّد ُدهُ‬ ‫َرقَ َد ّ ُ َ‬ ‫رقد ً‬ ‫ً ً‬ ‫ْب‪/‬نًييػىرٍد‪ً /‬د يد يىو‬ ‫ىى ى ٍ‬ ‫س‪ْ/‬سٍ ىما‪ /‬يرىكأ ٍىر‪ /‬ىرقىػ يهو أىس يف ٍن‪/‬للٍ ى ٍ‬ ‫‪///‬ق ‪/‬ق‪/‬ق ‪///‬ق ‪///‬ق‬



‫‪///‬ق ‪/‬ق‪/‬ق ‪///‬ق ‪///‬ق‬



‫فىعًلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىعًلي ٍن فىعًلي ٍن فىعًلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىعًلي ٍن فىعًلي ٍن‬ ‫ِ‬ ‫ََي َ ْ َج َح َد ْ‬ ‫ت اَ ْيـنَ هُ َد ى َواَ َى َخدَّييْ ِو تَـ َ ُّردُهُ‬ ‫ت‪ /‬ىعٍيػنىا‪ /‬يى ىد ًمى ىك ىعلىى‪ /‬ىخ ٍد ىد ٍم‪ً /‬ىتىػ ىوٍر‪ /‬يريد يىو‬ ‫ىَي ىم ٍن‪ /‬ىج ىح ىد ٍ‬ ‫‪/‬ق‪/‬ق ‪///‬ق ‪/‬ق‪/‬ق ‪///‬ق ‪///‬ق ‪/‬ق‪/‬ق ‪///‬ق ‪///‬ق‬ ‫‪161‬‬



‫فىػ ٍعلي ٍن فىعًلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىعًلي ٍن فىعًلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىعًلي ٍن فىعًلي ٍن‬ ‫‪Bentuk pertama ini adalah yang paling banyak‬‬ ‫‪digunakan dari bachr ini.‬‬ ‫‪Contoh bentuk kedua, Arudh dan dlarbu sama-‬‬



‫‪), adalah sebagai berikut:‬فَل ْنعلُف‬



‫ْن ( ‪sama musya’tsah‬‬



‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َى ُّم الْ َق ِ‬ ‫ب‬ ‫وى بَـ ْي ٌ‬ ‫ت يُ ْ ِر ْ‬ ‫ب قَ َو الْ َق وى ل َّيَم اُ ْ ت ْ‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ىعلٍمل‪/‬قى ً‬ ‫ب‬ ‫اضى‪/‬بىػٍيػ يٍ‬ ‫نت‪/‬ييطٍ ًر ٍ‬ ‫ب قىالى ٍل‪ /‬قىاضى‪/‬لى ٍم ىما‪/‬عي ٍوت ٍ‬ ‫يٍ‬ ‫‪/‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‬ ‫فىػ ٍعلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ ِِف ُّ‬ ‫ب‬ ‫ب َى َذا غَ ْد َر الْ َق وى َواقْ ْ‬ ‫الدنْـيَ إِالَّي ُذْن ْ‬ ‫ً ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ب‬ ‫ب ىىاذىا‪/‬غى ٍد يرٍؿ‪/‬قىاضى‪ /‬ىكقٍل ٍ‬ ‫ىماف ٍد‪ /‬يدنٍػيىا‪/‬إلٍ ىَل‪ /‬يم ٍذن ٍ‬ ‫‪/‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق ‪/‬ق‪/‬ق‬



‫‪162‬‬



‫فىػ ٍعلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن فىػ ٍعلي ٍن‬ Contoh bentuk ketiga, Arudh dan dlarbu samasama sahih, adalah:



‫ض ُل ِا ٍْم ِس َ ى أَ ْخ ُذهُ َِب ِْلَثَـ ْر‬ ْ َ ‫ضى لَِّي ِذى قَ ْد غَبَـ ْر‬ َ َ َْ ‫ع‬ ْ ‫ََلْ يَ َد‬ ً ً ً ٍ ‫ قى ٍد ىغبػر فى‬/‫ لًٍللى ًذل‬/‫ مٍنمضى‬/‫لىمي ىدع‬ ‫ ًِب ٍألىثىػ ٍر‬/‫ىخ يذ يىو‬ ‫ٍى ٍ ى ى ى‬ ٍ ‫أ‬/‫مٍنس ىول‬/‫ضليع ٍل‬ ٍ‫ى‬ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/



‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/



‫فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن‬ Bachr ini juga dapat digunakan dalam keadaan majzū’, yakni dengan menghilangkan satu Taf’īlah terakhir dari masing-masing baris. Wazan ini sangat jarang digunakan oleh para penyair, dan termasuk wazan yang tidak banyak diminati. Wazannya adalah:



‫فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن‬ Dalam keadaan majzū’ ini, Arudh hanya memiliki satu bentuk yaitu sahih. Sedangkan dlarbu bisa dalam 163



bentuk sahih, muraffal (menambahkan sabab khafīf di akhir watad majmu’, ‫)ف عل ← ف ع‬, mudzayyal (menambah huruf bersuku di akhir watad majmu’, ‫ف عل‬ ‫)← ف ع‬. Contoh bentuk pertama, Arudh dan dlarbu samasama sahih, adalah:



‫ْي أَطْالََِلَ َو َّي‬ ْ ِ‫ق‬ َْ ِ‫ف َا َى َدا ِرِى ْم َوابْك‬ َْ ‫ْي بَـ‬ ْ َ‫الذق‬ ً ً ‫ ىك ٍذذىقى ٍن‬/‫ ىال ًذلىا‬/‫ني بىػٍيػنىأى ٍط‬ ٍ ‫ ىكبٍكً ى‬/ ‫ ىدا ًرى ٍم‬/ ‫ق ٍف ىعَلى‬ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن‬ Contoh bentuk yang kedua, Arudh berbentuk sahih dan dlarbu berbentuk muraffal, adalah:



ِ َ ‫ش ْح ِر غَم ِن قَ ْد َكس َى الْبِ َى الْم‬ ‫ان‬ َ ِ‫َد ُار َس ْ ِدى ب‬ ََ َ َ ‫ ىملى ىو ًاِن‬/ ‫ ىى ٍلبًلىى‬/‫ ًر ىغ ىم ًاِن قى ٍد ىك ىسا‬/ ٍ ‫ ًديٍبً ىش‬/‫ىد يار ىس ٍع‬



164



‫ق‬/‫ق‬/// ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬/‫ق‬/// ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫فاعلن فاعلن فىعًَلتين فاعلن فاعلن فىعًَلتين‬ Arudh dalam bait di atas sebenarnya dalam bentuk sahih, hanya saja karena adanya at-tashrî’ bentuknya mengikuti dlarbu. Sedangkan contoh bentuk yang ketiga, Arudh berbentuk sahih dan dlarbu berbentuk mudzayyal (



‫)ف ع‬, adalah: ‫َّيى ُر‬ ٌ ُ ‫ت أ َْم ُخ‬ ْ ‫َى ِذهِ َد ُارُى ْم أَقْـ َ َر‬ ُ ‫ط ََمَْتـ َه الد‬ ًً ‫ورك‬ ٍ ‫أىقٍػ ىفىر‬/‫ ىد ياريى ٍم‬/‫ىىاذىى‬ ٍ ‫طينٍ ىم ىح‬/‫ت أ ٍىسليطيو‬ ‫ ىى ٍد يد يى ي‬/‫ت‬



‫ق‬/‫ق‬//‫ق‬/



‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫ق‬//‫ق‬/ ‫فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن فاعَلف‬



Sedangkan bentuk hasywu, sebagaimana yang banyak dijumpai dalam contoh-contoh sebelumnya, seringkali mengambil bentuk makhbûn ( ‫ )فَل ِعلُف‬dan 165



‫‪), jarang mengambil bentuknya yang‬ف ْنعل ( ‪musya’ats‬‬ ‫‪sahih.‬‬ ‫‪Latihan:‬‬



‫َّ‬ ‫إف ُّ‬ ‫استىػلٍ ىهٍتػنىا‬ ‫استىػ ٍه ىوتٍػنىا ىك ٍ‬ ‫الدنٍػيىا قى ٍد غىَّرتٍػنىا ىك ٍ‬ ‫َّمنىا إًَّال أ َّىإ قى ٍد فىػَّرطٍنىا‬ ‫لى ٍسنىا نى ٍد ًرل ىما قىد ٍ‬ ‫ىَيبٍ ىن ُّ‬ ‫الدنٍػيىا ىم ٍهَلن ىم ٍهَلن ًز ٍف ىما ىَيٍتًى ىكٍزنإ ىكٍزنإ‬



‫‪166‬‬



BAGIAN III: ILMU QAFIYAH Ilmu qafiyah adalah bagian kedua dari ilmu Arudh wa qawafi. Para ulama terkadang menyebutnya dengan bentuk tunggal yaitu qâfiyah, terkadang dengan bentuk jamak yaitu qawâfî. Ilmu qafiyah adalah ilmu yang mempelajari hal ihwal huruf yang berharakat atau bersukun di akhir bait, apa yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan. Dengan demikian, objek kajian ilmu ini adalah ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi huruf di akhir bait syair Arab. Sedangkan manfaat dari ilmu qafiyah ini adalah untuk menjaga dari kesalahan menghadirkan bunyi di akhir bait dan menjaga kesatuan irama syair. Kesatuan ini ditandai dengan kesatuan huruf dan harakat yang mengakhiri setiap bait syair Arab.



167



Qafiyah ini sudah menjadi bagian tradisi kesusasteraan Arab sejak dahulu. Para sastrawan Arab menyadari dengan sepenuhnya bahwa qafiyah adalah bagian penting kesempurnan syair Arab, tidak hanya wazan saja. Konon, penyair pertama yang mencetuskan ilmu ini adalah Muhalhal bin Rabi’ah, paman penyair terkenal Arab pra Islam, Imru’ul Qais. (Samman, 1986 : 214). Keberadaan qafiyah sebagai penyatu irama syair Arab diyakini sebagai keharusan oleh banyak kritikus sastra Arab karena ciri utama syair Arab adalah unsur musiknya sehingga disebut dengan istilah syair musikal (asy-syi’ru al-ghina’iyyu). Selain wazan atau bachr, keberadaan qafiyah juga turut menyempurnakan musikalisasi syair Arab yang menurut para kritikus Arab tidak dijumpai dalam kesusasteraan selain Arab. 1. Definisi Qafiyah Para pakar ilmu qafiyah menyebutkan banyak definisi tentang qafiyah. Diantaranya yang akurat dan mudah, menurut Abdulaziz Nabawi, adalah definisi Abu Musa al-Chamidl yang diriwayatkan oleh Ibnu Rasyiq alQairuwani, yaitu huruf dan harakat di akhir bait-bait 168



qashidah yang sudah ditetapkan oleh seorang penyair untuk diulang-ulangi. (Nabawi, 2000:225). Dengan demikian seseorang akan dapat memprediksi, jika sebuah bait diakhiri dengan kata ( ِ ‫ ) زَل ْنه‬misalnya maka bait-bait setelahnya bisa menggunakan kata-kata seperti (، ِ ‫ عُف ْنل‬، ِ ‫ ْنه‬، ِ ‫) ن ْن‬. Huruf yang selalu diulang-ulang dalam contoh tersebut adalah huruf ra’ yang berharakat kasrah yang didahului oleh huruf yang bersukun. Huruf inilah yang disebut sebagai qafiyah yang selalu terulang di setiap akhir bait. Pengertian ini membatasi qafiyah pada apa yang disebut sebagai ar-rawiyyu yang pengertiannya akan dijelaskan di bagian selanjutnya. Contoh lain adalah jika permulaan bait berakhiran dengan kata ( ‫ ) ك نَل‬maka bait-bait setelahnya bisa menggunakan kata-kata ( ‫ ليز ن‬، ‫ ه ن‬، ‫ ) إيل ن‬dan yang lain. Susunan huruf yang menjadi akhir dari setiap bait adalah Imam Khalil memberikan definisi lain untuk qafiyah. Menurutnya, qafiyah adalah huruf yang berada di antara dua huruf yang bersukun di akhir bait ditambah satu huruf sebelum huruf bersukun yang pertama. Yakni, qafiyah dimulai dari huruf berharakat sebelum huruf yang bersukun pertama sampai akhir bait. Jika sebuah 169



bait berakhiran dengan kata ( ِ ‫ ) زَل ْنه‬misalnya maka qafiyah itu dimulai dari huruf za’ yang jatuh sebelum huruf bersukun pertama (ha’) sampai akhir bait yang diakhiri huruf bersukun kedua (‎ya’) hasil pemanjangan harakat kasrah. Selanjutnya, bait-bait setelahnya harus mengikuti susunan huruf dan harakat yang sama dengan mengikuti pola huruf ra’ berharakat kasrah + huruf bersukun + huruf berharakat bebas seperti kata-kata (، ِ ‫ عُف ْنل‬، ِ ‫ ْنه‬، ِ ‫) ن ْن‬. Demikian juga dengan contoh ( ‫) ك نَل‬, qafiyah dimulai dari huruf kaf sampai akhir bait ( ‫)ك نَل‬. Qafiyah ini harus terus terulang di bait-bait yang lain. kata-kata yang bisa digunakan adalah seperti ( ‫ ليز ن‬، ‫ ه ن‬، ‫) إيل ن‬. Dengan definisi ini, maka qafiyah terbagi menjadi tiga bentuk: 1) Terdiri dari satu kata seperti ( ِ ‫ ) َلل ْنو ِع‬dalam bait:



ً ‫ات فىًنَّو كلىو ىكرىٍتو النَّػ ٍفس‬ ً ‫تىػ َّك ٍد إً ىَل يػوًـ الٍمم‬ ‫آخ ير ىم ٍو ًع ًد‬ ‫ي ى ٍ ىى ي‬ ‫ى‬ ‫ىٍ ى ى‬ ‫ي‬



Huruf bersukun terakhir adalah ya’ hasil pemanjangan harakat kasrah (isyba’) dan huruf bersukun sebelumnya yang terdekat adalah waw



170



sehingga qafiyah dimulai dari huruf mim. Qafiyah ini terdiri dari satu kata utuh. 2) Terdiri lebih dari satu kata ( ‫ ) ين‬seperti dalam bait:



‫ىما أىطٍىو ىؿ اللٍَّي ىل لً ىم ٍن ىٍ يىػنى ٍم‬



ً ً ٍ‫ل يك ًٌل ىما يػي ٍؤذل ىكإً ٍف قى َّل أىى‬



Qafiyah dimulai dari huruf lam sampai akhir bait



‫ ) َل ْن يَلنَل‬qafiyah yaitu ‫ َل ْن‬dan ‫يَلنَل ْن‬. ( ‫ْن‬



ini terdiri lebih dari satu kata,



3) Terdiri dari sebagian kata (



‫ىًغل ٍد يمِّرا بًًو الٍ ىماءي الي ىالىال‬



) seperti bait:



‫ىكىم ٍن يى ي ذىا فىوٌم يمٌور ىم ًر و‬ ‫يض‬ Qafiyah dalam bait ini adala (‫ ) َل َل‬yang menjadi bagian dari kata ( ‫) ُفز َل َل‬. Latihan



ً ً ‫ت ىعلىٍي ًو ىمجىا ىذلىا األ َّىَي يـ‬ ٍ ‫صهر ىعلىٍيو ىحتيَّةه ىك ىسَلى يـ ىخلى ىع‬ ٍ ‫) قى‬1 a. Tentukan qafiyah pada bait di atas. b. Sebutkan tiga kata yang serupa dengan qafiyah tersebut.



‫آؾ يك ٍج ندا‬ ‫لىىق ٍد ىز ىادًِن ًم ٍر ى‬



‫ً و‬ ‫ت ًم ٍن ىصلٍ ًد‬ ‫) أىالى ىَي صبىا ىٍصلد ىم ىىت ىى ٍج ى‬2 ‫ىعلىى يك ٍج ًد‬ 171



‫‪a. Tentukan qafiyah pada bait di atas.‬‬ ‫‪b. Sebutkan tiga kata yang serupa dengan‬‬ ‫‪qafiyah tersebut.‬‬



‫وؼ بًًو ًِف الركًع مٍنػت ً‬ ‫صنرا‬ ‫السيي ي‬ ‫ىٍ ي ى‬ ‫‪ )3‬تىػ ٍر ى‬ ‫ضى ي‬ ‫ضبىا‬ ‫إًذىا غى ى‬



‫كيػغٍضب ً‬ ‫الدنٍػيىا‬ ‫الديٍ ين ىك ي‬ ‫ىى ى ي‬



‫‪a. Tentukan qafiyah pada bait di atas.‬‬ ‫‪b. Sebutkan tiga kata yang serupa dengan‬‬ ‫‪qafiyah tersebut.‬‬ ‫!‪Jelaskan tentang qafiyah qashidah berikut‬‬



‫‪.1‬‬



‫‪.2‬‬



‫قاؿ حساف بن ًثبت شاعر رسوؿ هللا ‪: ‬‬ ‫وؿ هللاً إ ٍذ ىح َّل يك ٍسطىنىا ىعلىى يك ًٌل ىِب وغ ًم ٍن ىم ىع ٌود ىكىراغً ًم‬ ‫ىمنىػ ٍعنىا ىر يس ى‬ ‫منػعناه لى َّما حل بػني بػيوتًنا ىسيافًنا ًمن يك ًل ع واد كظىاً‬ ‫ى ى ٍى ي ى َّ ى ٍى يي ى ى ٍ ى ى ٍ ٌ ى ى‬ ‫ط األىع ً‬ ‫و‬ ‫ً‬ ‫يد عًُّه كثػىر ياؤه ًِبابًي ًة ٍ ً‬ ‫اج ًم‬ ‫اجلىٍوالىف ىك ٍس ى ى‬ ‫ُبى ٌو ىح ًر ي ى ى ي ى ى‬ ‫ً‬ ‫اؿ‬ ‫الس ٍؤىد يد الٍ ىع ٍو يد ىكالن ىَّدل‬ ‫احتً ىم ي‬ ‫ىك ىجاهي الٍ يم يلوؾ ىك ٍ‬ ‫ىى ٍل الٍ ىم ٍج يد إالَّ ي‬ ‫الٍ ىعظىائًًم‬ ‫قاؿ كعب بن زىري دلا أسلم بني يدم الرسوؿ ‪ ‬سلاطبا إَيه‪:‬‬ ‫وؿ هللاً أىك ىع ىدًِن كالٍع ٍفو عًٍن ىد رس ً‬ ‫ت َّ‬ ‫وؿ‬ ‫وؿ هللاً ىمأٍ يم ي‬ ‫أينٍبًٍئ ي‬ ‫ىي‬ ‫أف ىر يس ى ٍ‬ ‫ى ىي‬ ‫‪172‬‬



‫‪.3‬‬



‫ًً‬ ‫مهَلن ى ىد ىاؾ الَّ ًذل أىعطى ى ً‬ ‫ظ كتىػ ٍف ً‬ ‫ً‬ ‫صٍي يل‬ ‫ٍ‬ ‫ىٍ ى‬ ‫اؾ ىإفلىةى الٍػ ػ يق ٍرآف فٍيػ ىها ىم ىواع ي ى‬ ‫وؿ لىنيور يستضاء بًًو مهنَّ هد ًمن سي ً‬ ‫وؿ‬ ‫وؼ هللاً ىم ٍسلي ي‬ ‫إً َّف َّ‬ ‫الر يس ى ه ي ٍ ى ى ي ي ى ٍ ي ي‬ ‫ًِف عصب وة ًمن قيػري و قى ى ً‬ ‫ىسلى يموا يزكليوا‬ ‫اؿ قىائلي يه ٍم بًبىطٍ ًن ىم َّكةى لى َّما أ ٍ‬ ‫ي ٍ ى ٍ ىٍ‬ ‫حلساف‪ :‬قم َي‬ ‫دلا فىػىر ى‬ ‫بن بى ٍدر من قولو قاؿ رسوؿ هللا َّ‬ ‫غ ال ًبٍػىرقىا يف ي‬ ‫حساف ً‬ ‫فأجب الرجل فيما قاؿ‪ .‬فقاؿ حساف‪:‬‬ ‫َّ ً‬ ‫ب ًم ٍن فً ٍه ور ىكإً ٍخ ىوهتًً ٍم قى ٍد بىػيَّػنيوا يسنَّةن لًلن ً‬ ‫َّاس تيػتػَّبى يع‬ ‫إف ال ىذ ىكائ ى‬ ‫يػر ً‬ ‫ااالهً ىكًِب ٍأل ٍىم ًر الَّ ًذل‬ ‫ت ىس ًر ىيرتيوي تىػ ٍق ىول ى‬ ‫ىٍ ى‬ ‫ضى هبىا يك ُّل ىم ٍن ىكانى ٍ‬



‫ىشىرعيوا‬



‫وؿ هللاً ًشيعتيػهم إً ىذا تىػ ىفَّرقى ً‬ ‫الشيى يع‬ ‫أى ٍك ًرٍـ بًىق ٍووـ ىر يس ي‬ ‫ت األ ٍىى ىواءي ىك ًٌ‬ ‫ى يٍ‬ ‫أىىدل ىذلم ًمد ًحى قىػ ٍلب يػؤا ًزره فًيما يًػل ُّ ً‬ ‫ً‬ ‫صنى يع‬ ‫ٍ ى يٍ ى‬ ‫ب ل ىسا هف ىحائ ه ى‬ ‫ه ي ى يي ى‬ ‫ىحيى ًاء يكلًٌ ًه ًم إ ٍف ىج َّد ًِبلن ً‬ ‫َّاس ًج ُّد الٍ ىق ٍوًؿ أ ٍىك‬ ‫َّه ٍم أىفٍ ى‬ ‫ض يل ٍاأل ٍ‬ ‫فىًنػ ي‬ ‫ىَشىعيوا‬ ‫‪2. Huruf-Huruf Qafiyah‬‬



‫‪173‬‬



Para pakar ilmu Arudh menyepakati bahwa hurufhuruf qafiyah itu ada enam: ar-rawiyyu, al-washlu, arridfu, at-ta’sîsu, ad-dakhîlu, al-khurûju.



a. Ar-Rawiyyu Ar-rawiyyu adalah huruf yang menjadi tumpuan qashidah dan selalu berulang dalam setiap bait qashidah. Tumpuan qashidah yang dimaksud terletak di akhir bait, dan huruf yang mengisinya disebut sebagai huruf tumpuan qashidah. Qashidah juga seringkali dikaitkan dengan huruf ini sehingga disebut qashidah nuniyyah, lamiyyah, ‘ainiyyah dan seterusnya. Perhatikan bait-bait berikut:



‫ىض ىحى التػَّنىائًى بى ًديَلن ىع ٍن تى ىدانًٍيػنىا‬ ٍ‫أ‬ ً ‫ب ىع ٍن ًطٍي‬ ‫اإ ىَتىافًينىا‬ ‫ب ليٍقيى ى‬ ‫ىك ىإ ى‬ ً ٍ ‫صٍب الٍبىػ‬ ‫صبَّ ىحنىا‬ ‫ني ى‬ ‫اىٍآل ىكقى ٍد ىحا ىف ي ي‬ ً ٍ ‫ني فىػ ىق ىاـ بًنىا لًلٍح‬ ‫ني ىإعًٍيػنىا‬ ‫ىح ٍه‬ ‫ى‬ 174



ً ً‫من مبلً يغ الٍملٍبً ًسينىا ًِبنٍت‬ ‫اح ًه ًم‬ ‫ى‬ ‫ى ٍ يٍ ي‬ ً ‫بينىا‬ ٍ ‫يح ٍ نإ ىم ىع الد‬ ٍ‫َّى ًر ىال يىػٍبػلىى ىكيي ل‬ Tiga bait di atas adalah sebagian dari qashidah nûniyyah Ibnu Zaidun. Qafiyah terdiri dari huruf-huruf yang diberi garis bawah. Sedangkan ar-rawiyyu bait-bait di atas adalah huruf nun yang selalu terulang di akhir tiga bait tersebut dan menjadi tumpuan qashidah. Seperti juga Hamziyyah Ahmad Syauqi, yaitu qashidah Ahmad Syauqi yang berqafiyah hamzah berikut:



ً ‫كلً ىد ا ٍذل ىدل فىالٍ ىكائًنى‬ ً ‫ي‬ ‫ي ي‬ ‫ات ضيىاءي ىكفى يم الَّىماف تىػبى ُّس هم ىكثػىنىاءي‬ Semua huruf atau abjad Arab dapat digunakan sebagai ar-rawiyyu kecuali beberapa saja yang harus terikat dengan syarat-syarat tertentu, seperti huruf ha’, kaf, huruf mad (alif, waw, dan ya’). Syarat-syarat yang dimaksud akan dijelaskan di bagian selanjutnya. Selain huruf-huruf tersebut, semua huruf Arab bisa dijadikan ar-rawiyyu. Diantaranya yang banyak 175



digunakan adalah ba’, dal, ra’, sin, ‘ain, lam, mim, nun. Sedang yang jarang digunakan adalah kha’, dzal, za’, syin, dzo’, ghaim, tsa’, shad, dlad, tho’. Adapun lainnya intensitas penggunaannya sedang. (Nabawi, 2000:228). Terkait harakat huruf ar-rawiyyu, para ahli menyatakan bahwa harakat huruf ar-rawiyyu harus sama dalam satu qashidah. Jika terdapat satu bait yang tidak sama harakat ar-rawiyyu-nya maka itu dianggap kesalahan atau aib. b. Al-Washlu Al-washlu adalah huruf yang mengiringi atau jatuh setelah ar-rawiyyu. Huruf ini bisa jadi berupa huruf mad (huruf waw, ya’ dan alif setelah harakat yang sejenis) akibat pemanjangan harakat ar-rawiyyu, atau huruf ha’, kaf dengan syarat tertentu. Contoh huruf mad waw adalah (‫ ) نلعو‬dalam bait:



ً ً ‫يم وة الى تىػٍنػ ىف يع‬ ٍ ‫ىكإً ىذا الٍ ىمنيَّةي أىنٍ ىشبى‬ ‫ت أىظٍىف ىارىىا أىلٍ ىفٍي ى‬ ‫ت يك َّل ىَت ى‬ Dan contoh huruf mad ya’ adalah (‫ )عظ ى‬dalam bait: 176



ً ‫ك ًسعت كًتاب هللاً لى ٍفظنا كغىايةن كما ًض ٍقت عن آ وم بًًو كعًظى‬ ‫ات‬ ‫ى ٍ ي ى ى‬ ٍ‫ي ى‬ ‫ى ى ىى‬ ‫ى‬ Sedang contoh huruf mad alif adalah ( ‫ ) ذن‬dalam bait:



ً ‫ٍس ىها ال ىذنػىبىا‬ ‫إ ٍف يكنٍ ى‬ ‫ت ىش ٍه نما فىأىتٍب ٍع ىرأ ى‬



‫ب األىفٍػ ىعى ىكتػي ٍرًسلى ىها‬ ‫الى تىػ ٍقطى ىع ٍن ذىنى ى‬



Terkadang huruf mad yang manjadi al-washlu bukan hasil dari pemanjangan, melainkan huruf asli atau inti. Seperti huruf mad alif pada bait berikut:



ً ً ً ‫كاللَّوـ لًٍل‬ ‫صا‬ ‫حًٌر يمق هيم ىرادعه ىكالٍ ىعٍب يد الى يػيٍردعيوي إالَّ الٍ ىع ى‬ ‫ى ٍي ي‬ Huruf alif pada kata ( ‫ص‬ ‫ ) ْنعَل َل‬bukanlah hasil pemanjangan harakat ar-rawiyyu, akan tetapi huruf asli. Sedangkan huruf ha’ dan kaf, keduanya dapat menjadi al-washlu jika tidak didahului oleh ar-ridfu, yaitu huruf mad sebelum ar-rawiyyu. (Nabawi, 2000 : 231) Contoh huruf kaf sebagai al-washlu adalah:



ًً ً ً َّ ‫َّع‬ ّّ ‫الصٍبػىر يًزل‬ ٍ ‫استىػ ٍوىد ىع‬ ‫ب ىكد ى‬ ‫ىكد ى‬ ٍ ‫َّع ٍ ذىائ هع م ٍن سًٌره ىما‬ ٍ ‫اإ أىطٍلى ىع‬ ‫ىخا الٍبى ٍد ًر ىسنىاءن ىك ىسنىا ىرًح ىم هللاي ىزىم ن‬ ‫ىَي أ ى‬ 177



ُّ ً‫اؿ لىٍيلًى فىػلى ىك ٍم ب‬ ‫إ ٍف يى يك ٍن قى ٍد طى ى‬ ٍ ‫صىر اللٍَّي ًل ىم ىع‬ ٍ ‫ت أى ٍش يكو قى‬ Huruf kaf yang ada pada akhir tiga bait di atas adalah al-washlu, sedangkan huruf ain adalah arrawiyyu. Hal ini dikarenakan tidak ada huruf mad (arridfu) sebelum huruf kaf. Sedang jika didahului oleh huruf mad maka huruf kaf menjadi ar-rawiyyu, seperti:



ً ‫عار علىي ً كى ىذا ال ًظٌ ُّل مٍنػت ًشر فىػٍت ي ا ٍذل ًج ًري ًًثٍلًى ًِف نىػو‬ ً ‫احي‬ ٍ ‫ى‬ ‫ى ه ى ٍ ىى‬ ‫يى ه‬ ‫ى‬ Huruf kaf pada (‫ )نو ليكي‬menjadi ar-rawiyyu karena ia didahului oleh huruf mad yaitu ya’. Sedang al-washlu pada bait di atas adalah ya’ hasil pemanjangan harakat kasrah yang ada pada huruf kaf. Ketentian ini juga berlaku bagi huruf ha’. Huruf ini akan menjadi al-washlu jika tidak didahului oleh huruf mad, dan menjadi ar-rawiyyu jika didahului oleh huruf mad. Contoh huruf ha’ sebagai al-washlu dan berharakat adalah:



ً ‫ي‬ ً ‫وش ي ىم ٍن فىػَّر ًم ٍن ًمٍنػيىتً ًو ًِف بىػ ٍع‬ ‫ض غىَّراتًًو يػي ىوافً يق ىها‬ ‫ي‬



178



Dan contoh huruf ha’ sebagai al-washlu dan bersukun adalah:



ً ‫كقىػ ٍفت علىى رب ًع ليميَّةى ىإقىًىت فىما ًزلٍت أىبكًى حولىو كأيخ‬ ‫اطبي ٍو‬ ‫ى ي ٍ ىٍ ي ى ى‬ ‫ى ي ى ىٍ ى‬ Sedang contoh huruf ha’ sebagai ar-rawiyyu adalah:



ً ً ‫ض الٍكًَلى‬ ‫ب فً ًيو‬ ‫ىما ى‬ ‫ضَّر نىػ ٍه ير الٍ يفىرات يىػ ٍونما أى ٍف ىخ ى‬ ‫اض بىػ ٍع ي‬ Huruf ha’ di akhir bait di atas adalah sebagai ar-rawiyyu karena didahului oleh huruf mad. c. Ar-Ridfu Ar-ridfu adalah huruf mad (alif, waw, dan ya’ yang jatuh setelah harakat yang sejenis) sebelum ar-rawiyyu seperti pada kata: ( ‫ ل ِي‬، ‫ يعُفو‬،‫)ل َل ح‬, atau salah satu dari huruf layn (huruf waw dan ya’ yang jatuh setelah harakat yang tidak sejenis) seperti dalam kata ( ‫ َلي‬، ‫) َلو‬. Kedudukan ar-ridfu adalah sebelum ar-rawiyyu dengan tanpa pemisah diantara keduanya, baik dalam satu kata atau dua kata yang berbeda. Contoh ar-ridfu berupa huruf mad alif adalah:



179



ًً ً ً ‫الن‬ ً ‫األر‬ ‫َّاس صٍنػ ىفاف ىم ٍوتىى ًِف ىحيىاهت يم ىك ى‬ ٍ‫ضأ‬ ٍ ‫آخ يرك ىف بًبىطٍ ًن‬ ‫ىحيىاءي‬ ‫ي‬ Huruf hamzah adalah ar-rawiyyu, dan alif adalah arridfu. Sedangkan contoh ar-ridfu berupa huruf mad waw dan ya’ adalah:



‫وؿ‬ ‫إىذىا ىسيًٌ هد ًمنَّا ىخَلى قى ىاـ ىسيًٌ هد قىػ يؤ ه‬ ‫اؿ الٍكًىر ياـ فىػعي ي‬ ‫كؿ ً ىا قى ى‬ ً ‫و‬ ًٍ ‫كما أ‬ ‫ني نىًيٍ يل‬ ٍ ‫يَخ ىد‬ ‫ت ىإ هر لىنىا ديك ىف طىا ًرؽ ىكالى ذى َّمنىا ًِف النَّا ًزل ٍى‬ ‫ىى‬ Pada bait pertama, ar-ridfu berupa huruf mad waw. Dan pada bait kedua ar-ridfu berupa huruf mad ya’. Para ahli ilmu Arudh memperbolehkan perbedaan ar-ridfu dalam satu qashidah jika berupa huruf mad waw dan ya’. Tetapi jika keduanya berupa huruf layn maka hal itu tidak diperbolehkan. Contoh ar-ridfu berupa huruf ya’ layn adalah:



ً ٍ ‫أخا ىمروًج ىد هار ىأم ىام ى فًٍيػ ىها قيػَّرةي الٍ ىع‬ ‫ني‬ ‫ت تى ٍد ًرل ىَي ى‬ ‫َّار لى ٍو يكٍن ى‬ ‫الد ي‬ Sedangkan contoh untuk huruf waw layn adalah:



180



‫ت إذىا ىما ًجٍئػتيوي ًم ٍن غىٍيػبى وة يى يش ُّم ىرأ ًٍسى ىكيى يش ُّم ثػى ٍوًِب‬ ‫يكٍن ي‬ d. Al-Khurûju Al-Khurûju adalah huruf mad (alif, ya’, waw) yang mengiringi atau jatuh setelah huruf ha’ yang manjadi alwashlu seperti dalam bait:



ً ً ً ‫يمةي يك ًٌل الن‬ ‫َّاس ىما يٍػلسنيونىوي‬ ‫فىق ى‬



ًً ً ًً ‫يم ًىت‬ ‫فىػيىا ىالئمى ىد ٍع ًِن أي ىغاَل بق ى‬ )‫( يٍػل ًسنيونىػ يهو‬



Huruf mad waw hasil pemanjangan huruf ha’ yang berharakat dammah di akhir bait tersebut adalah alkhurûju. Sedangkan huruf ha’ adalah al-washlu, dan nun adalah ar-rawiyyu. Jika huruf ha’ yang menjadi al-washlu bersukun maka al-khurûj itu sudah dipastikan tidak ada. Contoh yang lain adalah:



ًً ) ‫ت أ ٍىد ىِن ًم ٍن ًشىر ًاؾ نػى ٍعلً ًو (نػى ٍعلً ًه‬ ‫صبً ه ًِف أ ٍىىلو ىكالٍ ىم ٍو ي‬ ٍ ‫يك ُّل ٍام ًر وئ يم‬ ً ‫ي‬ ً ‫وش ي ىم ٍن فىػَّر ًم ٍن ىمنًيَّتً ًو ًِف بىػ ٍع‬ ‫ض ىغَّراتًًو يػي ىوافً يق ىها‬ ‫ي‬ e. At-Ta’sîsu 181



At-ta’sîs adalah huruf alif yang antara ar-rawiyyu dan alif tersebut terpisah oleh satu huruf berharakat, dan keduanya dalam satu kata seperti alif pada kata (‫ ) ها‬dalam bait:



ً ‫ني م ًريض وة كفًكٍرةً مغٍركور ك ىَتًٍم ًيل ج‬ ‫ت إً ىَل ي ً و‬ ‫اى ًل‬ ‫نىظىٍر ي‬ ‫ى‬ ‫الدنٍػيىا ب ىع ٍ ى ى ى ى ى ي ى‬ At-ta’sîs pada bait di atas adalah huruf alif pada kata (‫) ها‬. Alif ini sebelum ar-rawiyyu dan dipisah oleh satu huruf berharakat yaitu jim, dan keduanya juga dalam satu kata. Jika antara alif dengan ar-rawiyyu tidak dalam satu kata, maka alif itu tidak bisa disebut sebagai atta’sîs seperti dalam bait:



ً ‫الش‬ ً ‫َّاَتًى عًر ًضى كى أى ٍشتمهما كالن‬ ‫َّاذ ًريٍ ىن إً ىذا ىٍ أىلٍ ىق يه ىما ىد ًمى‬ ‫ٍ ى ٍ يٍ ي ى ى‬ Diantara alif pada ( ‫ ) ه‬dan ar-rawiyyu, yaitu huruf mim, dipisah oleh satu huruf yang berharakat, yaitu huruf dal. Akan tetapi, keduanya tidak dalam satu kata. f.



Ad-Dakhîlu



182



Ad-dakhîl adalah huruf yang berharakat yang memisah antara at-ta’sîs dan ar-rawiyyu seperti huruf dal pada kata (‫ق‬



‫ )ص‬dalam bait:



ً ‫اب ىكًِف الن‬ ً ‫فىًفى الن‬ ‫ص ًاد هؽ‬ ‫َّاس ىك َّذ ه‬ ‫َّاس ى‬



ً ‫ىال تىػ ٍقبػلىٍنػهم إ ٍف أىتىػو ىؾ بًب‬ ‫اط ول‬ ‫ٍ ى‬ ٍ‫ى ي‬



Latihan: Isilah kolom-kolom berikut dengan huruf-huruf qafiyah yang sesuai:



ً ً‫فىأ ىىإ الدَّل‬ ً ً ‫و‬ ً ‫الش ىفاء لًريٍػب ًة الٍمرى‬ ‫ب‬ ٍ ‫يل ل يك ًٌل ىرٍكب ىحائ ور ىكأ ىىإ ٌ ي ى ى ي‬ ‫ي‬ 183



)1



‫التأسيس‬



‫‪)2‬‬



‫كلىو ى ي يكن ًِف ىك ًٌف ًو ىغيػر ر ً‬ ‫كح ًو ىجلى ىاد ًهبىا فىػلٍيىػت ًَّق هللاى ىسائًلي ٍو‬ ‫ىٍ ٍى ٍ‬ ‫ٍي ي‬ ‫التأسيس‬



‫‪)3‬‬



‫الدخيل‬



‫الردؼ‬



‫الركم‬



‫الوصل‬



‫الدخيل‬



‫الردؼ‬



‫الركم‬



‫الوصل‬



‫اخلركج‬



‫اخلركج‬



‫مشيػناىا خطنا يكتًبت علىيػنا كمن يكتًبت علىي ًو خطنا مش ً‬ ‫اىا‬ ‫ى ى ٍى ى ي ى ٍ ى ٍى ى ى ٍ ى ٍ ى ٍ ي ى ى‬ ‫التأسيس‬



‫الدخيل‬



‫الردؼ‬



‫الركم‬



‫الوصل‬



‫اخلركج‬



‫ًً‬ ‫ت مع الٍغى ًديٍ ًر الٍع ٍذ ً‬ ‫ت‬ ‫ت الظَّامئ ٍى‬ ‫ني ىكىما ٍارتىػ ىويٍ ي‬ ‫ب نىػٍبػ نعا ىس ىقٍي ي‬ ‫ى‬ ‫‪ )4‬ىكيكٍن ي ى ى‬ ‫التأسيس‬



‫الدخيل‬



‫الردؼ‬



‫‪184‬‬



‫الركم‬



‫الوصل‬



‫اخلركج‬



‫‪ًِ )5‬ف لى ٍم ىع ًة النُّوًر ىشٍي هئ ًم ٍن ىمَلىًًزلنىا‬ ‫ىمآقًٍيػنىا‬ ‫التأسيس‬



‫الدخيل‬



‫الردؼ‬



‫ىكًِف نى ىدل الٍ ىف ٍج ًر ىشٍي هئ ًم ٍن‬ ‫الركم‬



‫الوصل‬



‫‪ )6‬طىٍيػ يف ىها أىيٍ ىن ىد يارىىا ىش َّ‬ ‫ط ىع ًٌِن ىمى ىارىىا‬ ‫التأسيس‬



‫الدخيل‬



‫الردؼ‬



‫الركم‬



‫الوصل‬



‫ً‬ ‫ىسبى ًاهبىا الٍ ىوىرل ىكيك ُّل ٍام ًر وئ الى بي َّد فً ًيو ىىانًيى ٍو‬ ‫‪ )7‬ىىانيىةه ىع َّم ٍ‬ ‫تًٍ‬ ‫اجتً ىماعه ىكفػي ٍرقىةه ىكعي ٍسهر ىكيه ٍسهر يمثَّ يس ٍق هم ىك ىعافًيى ٍو‬ ‫كر ىك يح ٍ هف ىك ٍ‬ ‫يس ير ه‬ ‫التأسيس‬



‫الدخيل‬



‫الردؼ‬



‫‪185‬‬



‫الركم‬



‫الوصل‬



‫اخلركج‬



‫اخلركج‬



‫اخلركج‬



3. Macam-macam Qafiyah Para ulama membagi qafiyah ke dalam dua bagian, pertama: al-muqayyadah, kedua: al-muthlaqah. 1. Al-Muqayyadah. Al-Muqayyadah adalah qafiyah yang ar-rawiyyunya bersukun. Dengan demikian, qafiyah ini tidak memiliki al-washlu dan al-khurûj. Jenis qafiyah ini ada tiga macam: i. Al-Muqayyadah al-mujarradah, yaitu yang bebas dari ar-ridfu dan at-ta’sîs, seperti bait Muraqqash Akbar:



ً ً ًً ‫ص ىم ٍم لى ٍو ىكا ىف ىر ٍس هم ىإ ًط نقا ىكلَّ ٍم‬ ‫يب ى‬ ‫ىى ٍل ِبل ٌد ىَير أ ٍف يَت ى‬



ii.



Dalam bait tersebut, dari huruf-huruf qafiyah hanya ada ar-rawiyyu saja, yaitu huruf mim yang bersukun. Al-Muqayyadah al-murdafah, yaitu qafiyah yang ar-rawiyyu-nya didahului oleh huruf mad seperti:



ً ً ‫َّني ىكالٍ ىع ٍه يد قى ًد ٍٍْي‬ ‫وـ ىٍ يىػتىػ ىعف ٍى‬ ٍ ‫البٍػنىة ىع ٍجَلى ىف ًِب ٍجلىًٌو ير يس‬ 186



iii.



Huruf ya’ pada bait di atas adalah ar-ridfu dan mim adalah ar-rawiyyu. Al-Muqayyadah al-muassasah, yaitu qafiyah yang antara ar-rawiyyu dan alif at-ta’sîs terpisah dengan ad-dakhîl seperti bait:



ً َّ ‫أىكاه ًمن ىغ ٍد ًر‬ ً ً ‫َّمائًٍر‬ ٍ ‫ىي‬ ‫الصدي ػ ػق ىكآهي م ٍن ىم ٍوت الض ى‬



Huruf alif: at-ta’sîs, huruf hamzah: ad-dakhîl, dan huruf ra’: ar-rawiyyu. 2. Al-Muthlaqah. Jenis qafiyah ini syaratnya adalah ar-rawiyyu harus berharakat. Dengan demikian, qafiyah ini pasti diiringi oleh al-washlu. Jenis qafiyah ini ada delapan macam: i. Al-Muthlaqah al-mujarradah al-maushulah, yaitu bebas dari ar-ridfu dan at-ta’sîs dengan al-washlu berupa huruf mad seperti:



ً ‫يػعاتًب ًِن ًِف الدَّي ًن قىػوًمى ك َّإظلىا دي ًوِن ًِف أى ٍشياء تىك‬ ‫ٍسبيػ يه ٍم محىٍدان‬ ‫يى ي‬ ‫ىى‬ ‫ٍ ٍ ى‬ ‫يي ى‬



ii. Al-Muthlaqah al-mujarradah al-maushulah, yaitu bebas dari ar-ridfu dan at-ta’sîs dengan al-washlu berupa huruf ha’ bersukun seperti:



ً ‫ث تىػ ٍه ًدل ىساقىوي قى ىد يم ٍو‬ ‫للٍ ىف ىىت ىع ٍق هل يىعًٍي ي بًًو ىحٍي ي‬ 187



iii. Al-Murdafah al-maushulah, yaitu terdapat arridfu dengan al-washlu berupa huruf mad seperti:



ً ‫ضا كماء أىك بػيو ن رفًيعةى الٍبػٍنػي‬ ً ٍ ‫ىكطى ين‬ ‫اف‬ ‫ٍ يي ى ى ي ى‬ ‫س أ ٍىر ن ى ى ن‬ ‫احليٌر لىٍي ى‬ ‫ث تىػ ٍعليو ىرايىةي هللاً ىى ًذهً أ ٍىكطى ًاِن‬ ‫ث تى ٍس يمو الٍ ىمبى ًاد ي‬ ‫ئ ىحٍي ي‬ ‫ىحٍي ي‬



iv. Al-Murdafah al-maushulah, yaitu terdapat arridfu dengan al-washlu berupa huruf ha’ bersukun seperti:



ً ً ‫الدنٍػيا بًعيػ‬ ‫ىحىانى ٍو‬ ‫ىكىرأىيٍ ي‬ ٍ ‫ِن ص نِب ىٍ يى يك ٍن بىػ ٍع يد ىحامَلن أ‬ ٍ ‫ت ي ى ىٍ ى‬



v. Al-Murdafah al-maushulah, yaitu terdapat arridfu dengan al-washlu berupa huruf ha’ dan al-khurûj seperti:



ً ‫ع ىف‬ ‫ت ال ًٌد ىَي ًر ىزلىلُّ ىها ىكيم ىق يام ىها ًً نِن ىَتىبَّ ىد غى ٍويذلىا فى ًر ىج يام ىها‬ ‫ى‬



vi. Al-muassasah al-maushulah, yaitu terdapat at-ta’sîs dengan al-washlu berupa huruf mad seperti:



‫ىك ىَتٍتًى ىعلىى قى ٍد ًر الٍكًىرًاـ الٍ ىم ىكا ًريـ‬



‫ىعلىى قى ٍد ًر أ ٍىى ًل الٍ ىع ًٍـ ىَتٍتًى الٍ ىعىائً يم‬



vii. Al-muassasah al-maushulah, yaitu terdapat at-ta’sîs dengan al-washlu berupa ha’ bersukun seperti:



ً ‫اص ًدي ىق ى ًٍ تىػلٍ ىق الَّ ًذل الى تيػ ىعاتًبي ٍو‬ ‫إ ىذا يكٍن ى‬ ‫ت ًِف يك ًٌل األ ييموًر يم ىعاتبن ى‬ 188



viii. Al-muassasah al-maushulah, yaitu terdapat at-ta’sîs dengan al-washlu berupa huruf ha’ berharakat dengan al-khurûj seperti:



‫يىو الَّ ًذل رفىع األ ٍىىراـ ًمن أ ىىد و‬ ً‫ب كىكا ىف ًِف ى ًج ىها أى ٍغلىى ىجو ًاى ًره‬ ٍ ‫ى ى ىى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬



189



4. Cacat-Cacat Qafiyah Para ulama telah mencatat beberapa cacat atau aib dalam qafiyah. Cacat-cacat itu adalah al-iqwâ’, attadlmîn, al-îthâ’, dan as-sinâd,.



190



1. Al-Iqwâ’, yaitu perbedaan harakat ar-rawiyyu. Contohnya adalah syair Nabighah adz-Dzubyani, seorang penyair Jahiliyyah:



ً ‫ًمن‬ ‫آؿ ىميَّةى ىرائً ه أ ٍىك يمغٍتى ًدل ىع ٍجَلى ىف ذىا ىز واد ىكغىٍيػىر يمى َّكًد‬ ٍ َّ ‫ًح أ‬ ‫ىس ىو يد‬ ٍ ‫اب األ‬ ‫ىف ًر ٍحلىتىػنىا غى ندا ىكبً ىذ ىاؾ ىخبَّػىرىإ الٍغيىر ي‬ ‫ىز ىع ىم الٍبىػ ىوار ي‬



Ar-rawiyyu pada dua bait di atas adalah huruf dal. Dan tampak perbedaan harakat ar-rawiyyu diantara keduanya, bait pertama berharakat kasrah dan bait kedua berharakat dlammah. Masih dalam qashidah yang sama dikatakan:



ً ‫س ىق ى‬ ‫إس ىقاطىوي فىػتىػنى ىاكلىتٍوي ىكاتَّػ ىقٍتػنىا ًِبلٍيى ًد‬ ‫ط النَّص ي‬ ٍ ‫يف ىكىٍ تيًرٍد‬ ‫ى‬ ‫ً ي ىخض و‬ ‫َّب ىر ٍخ و‬ َّ ‫ص ىك‬ ‫اد ًم ىن اللَّطىافً ًة يػي ٍع ىق يد‬ ‫أف بىػنىانىوي ىعنى هم يى ىك ي‬



Tampaknya, harakat ar-rawiyyu yang berlaku dalam qasidah ini adalah kasrah. Akan tetapi, penyair tidak memperhatikan kaidah ini sehingga terjadi cacat qafiyah, yaitu al-iqwâ’. Meskipun demikian, para ahli ilmu nahwu berpandangan, tidak ada al-iqwâ’ dalam syair Arab. Sebab, wajib hukumnya mengorbankan harakat i’rab untuk keselarasan harakat qafiyah. Ibnu



191



Hisyam, menyatakan, diantara kondisi yang mengharuskan untuk tidak menampakkan harakat i’rab adalah ketika harakat i’rab menjadi harakat qafiyah (Nabawi, 2000:243). Dengan demikian, bacaan bait-bait di atas adalah:



ً ‫ًمن‬ ‫آؿ ىميَّةى ىرائً ه أ ٍىك يم ٍغتى ًدل ىع ٍجَلى ىف ىذا ىز واد ىك ىغٍيػىر يمى َّكًد‬ ٍ ً‫ىف ًرحلىتػنىا ىغ ندا كبً ىذ ىاؾ خبَّػرىإ الٍغيراب األىسود‬ ‫ًح أ َّ ٍ ى‬ ‫ىز ىع ىم الٍبىػ ىوار ي‬ ‫ى‬ ‫ى ى ى ي ٍى‬ ً ‫س ىق ى‬ ‫إس ىقاطىوي فىػتىػنى ىاكلىٍتوي ىكاتَّػ ىقٍتػنىا ًِبلٍيى ًد‬ ‫ط النَّص ي‬ ٍ ‫يف ىكىٍ تيًرٍد‬ ‫ى‬ ً‫أف بػنانىو عنم ي ىكاد ًمن اللَّطىافً ًة يػع ىقد‬ ‫ً ي ىخض و‬ ‫َّب ىر ٍخ و‬ ٍ‫ي‬ ‫ص ىك َّ ىى ي ىى ه ى ي ى‬



2. At-Tadlmîn, yaitu ketergantungan bait dari segi makna kepada bait setelahnya, baik secara mengikat atau tidak. Ketergantungan itu diakibatkan adanya kata atau kalimat pada bait pertama yang pemahamannya belum sempurna dan menggantung kepada kata atau kalimat pada bait setelahnya, seperti syair Nabighah adzDzubyani berikut:



ً ً ً ً ًٍ ‫كىم كردكا‬ ‫إِن‬ ًٌ ،‫اب يىػ ٍوـ عي ىكاظ‬ ‫ى ي ٍ ىىي‬ ٍ ‫اجل ىف ىار ىعلى ىَتي وم ىكيى ٍم أ‬ ‫ىص ىح ي‬ ً ‫اطن ً و‬ ً ‫ت ىذليٍم ًُبي ٍس ًن الظَّ ًٌن ًم ًٌِن‬ ٍ ‫صاحلىات ىكث ىق‬ ‫ىش ًه ٍد ي‬ ‫ت ىذليٍم ىم ىو ى ى‬



192



Kata (‫ )إنى‬pada bait pertama maknanya bergantung pada kata setelahnya di bait kedua. Demikian juga syair berikut:



ً ‫ىكًم ىن الٍبىػلٍ ىول الًَّىت لىٍيػ ػس ىذلىا ًِف الن‬ ‫َّاس يكنٍوي‬ ‫ى‬ ً ً َّ ‫أ‬ ‫ىف ىم ٍن يىػ ٍع ًر ي‬ ‫ؼ ىشٍيػ ػئنا يىدَّعى أى ٍكثىػىر منٍوي‬



Di dalam tradisi kritik sastra Arab klasik independensi makna bait menajdi pertimbangan para kritikus. Sehingga ketika independensi itu tidak ada dalam bait maka dianggap sebagai aib. Tetapi bagi sebagian kritikus seperti Ibnu al-Atsîr hal itu bukanlah aib. Dia menegaskan, jikalau aib itu disebabkan adanya ketergantungan makna, maka itu bukanlah aib. Sebab, sama saja bagi saya adanya ketergantungan makna dua bait atau lebih dan ketergantungan dua paragraf atau lebih dalam prosa. 3. Al-Îthâ’, yaitu pengulangan kata yang mengandung qafiyah di dua tempat yang berdekatan. Ukuran kedekatan ini adalah jumlah bait untuk satu qashidah. Bagi ulama yang berpandangan satu qashidah itu minimal tiga bait, maka pengulangan itu dianggap aib jika kata tersebut terulang kurang dari tiga bait. Demikian juga bagi ulama yang 193



berpandangan satu qashidah adalah tujuh, sepuluh, lima belas, atau dua puluh. Akan tetapi, jika pengulangannya itu di dua tempat yang berjauhan maka tidak dianggap aib, melainkan sesuatu yang baik. Contoh al-îthâ’ adalah:



ًٌ ‫أىيٍ ًدل‬ ‫الر ىج ًاؿ فىػى يادكا ىم َّسوي لًٍيػنىا‬



ًً ‫ً و‬ ‫َن تى ىد ياكليوي‬ ٌ‫أ ٍىك ىك ٍاىتىاز يرديٍ و‬



ً ‫ًمن األىح ًاد‬ ‫يث ىح َّىت ٍارىد ٍد ىف ًَل لًٍيػنىا‬ ‫ى ى‬



‫ت أىلٍبىانىػ ىها ليًٌِب ً ي ٍختى ً وف‬ ‫ىإ ىز ٍع ي‬



Para ulama menyimpulkan bahwa aib ini terjadi sebab ketidakmampuan seorang penyair dan keterbatasan kosakatanya. Imam al-Farra’ mengatakan: “Hanya penyair gadungan saja yang melakukan kesalahan ini”. Akan tetapi, kita tidak bisa gebyah uya dengan kesimpulan ini. Terkadang seorang penyair sedang “bermanuver” unjuk kesenian dengan fenomena ini, di saat pengulangan itu bisa “menggairahkan” jiwa dan menyuntikkan kenikmatan rohaniah seperti dalam bait berikut:



‫ضا يزلى َّم يد‬ ‫ىك ىس ىاد ىعلىى األ ٍىمَلى ًؾ أىيٍ ن‬ ‫احلي ٍس ًن إالَّ يزلى َّم يد‬ ٍ ‫ىكىما يح ٍس ين يك ًٌل‬



‫َّاس ىك ٍهَلن ىكىَيفً نعا‬ ‫يزلى َّم هد ىس ىاد الن ى‬ ً ‫احلي ٍس ًن ًم ٍن بىػ ٍع‬ ‫ض يح ٍسنً ًو‬ ٍ ‫يزلى َّم هد يك ُّل‬



194



Dikatakan, jika pengulangan itu terjadi di dua tempat yang berjauhan maka hal itu dianggap sebuah keunggulan. Selain dari segi tempat, aspek berjauhan juga bisa dilihat dari segi makna. Artinya, meski pengulangan itu secara tempat berdekatan, tetapi jika secara makna masing-masing kata memiliki makna yang berjauhan itu juga dianggap suatu keunggulan, seperti kata ( ‫ )ذه‬yang bermakna emas, dan fi’l madliy yang bermakna “pergi”. Seperti juga kata ( ‫ ) و‬yang bermakna terbenamnya matahari, timba-timba, dan tempat yang rendah dalam bait-bait berikut (Nabawi, 2000:245):



ً ًٍ ‫َي كي قىػ ٍلًِب ًمن دكاعًى ا ٍذلول إً ٍذ رًحل‬ ‫كب‬ ٍ ‫اجلٍيػىرا يف عٍن ىد الٍغيير‬ ‫ى ىٍ ى‬ ‫ٍ ىى‬ ‫ىى‬ ‫ى ى‬ ً ‫َن ىك ىفٍي‬ ‫كب‬ َّ‫أىتٍػبىػ ىع يه ٍم طىٍرًِف ىكقى ٍد أ ٍىم ىعنيوا ىكىد ٍم يع ىعٍيػ ى‬ ٍ ‫ض الٍغيير‬ ً ً ً ً ‫كب‬ ٍ ‫ىِبنيوا ىكفي ًه ٍم ط ٍفلىةه يحَّرةه تىػ ٍفتىػُّر ىع ٍن مثٍ ًل أىقىاحى الٍغيير‬



Aspek lain yang darinya pengulangan bisa dianggap berjauhan adalah maksud atau tema bait. Kritikus Arab klasik, Ibnu Rasyiq, menyatakan, al-îthâ’ bisa menjadi sesuatu yang baik jika seorang penyair berpindah dari maksud memuji kepada maksud



195



mencela, atau dari maksud merayu kepada maksud memuji atau mencela. Secara umum, aib al-îthâ’ jarang ditemukan dalam syair Arab. 4. As-Sinâd, menurut pendapat yang terkenal adalah pelanggaran terhadap huruf atau harakat sebelum ar-rawiyyu, yang semestinya diikuti. As-Sinâd terbagi ke beberapa bentuk: i. Sinâd at-ta’sîs, menghadirkan huruf at-ta’sîs (huruf alif sebelum ar-rawiyyu, yang terpisah oleh satu huruf berharakat) di bait qashidah yang tidak ada alif at-ta’sîs, atau sebaliknya. Maka, jika terdapat satu bait menggunakan huruf at-ta’sîs di qafiyahnya sedang bait-bait yang lain tidak demikian, atau terdapat satu bait tidak menggunakan huruf at-ta’sîs di tengahtengah sekumpulan bait yang menggunakan huruf at-ta’sîs, maka hal itu dianggap aib sinâd at-ta’sîs. Contohnya:



ً ً ًً ٍ ‫ىكأ‬ ‫َّـ‬ ‫ىع ىقابو ىٍ تيػ ٍلفو يىػتىػنىد ي‬ ًٍ ‫كلىيل سخ ًام‬ ً ٍ ‫اح‬ ‫ني أ ٍىد ىى يم‬ ُّ ‫ى ٍ ه ي ى‬ ‫اجلنى ى‬ ً ‫كإً ٍذ ًِل عن دا ًر ا ٍذلو ًاف مر‬ ‫اغ يم‬ ‫ى ى ى ٍ ى ىى ى ى‬



196



َّ ‫لى ٍو‬ ‫كر األ ٍىم ًر يىػٍب يدك ىف لًٍل ىف ىىت‬ ‫أف ي‬ ‫ص يد ى‬ ً ‫لىعم ًرل لىىق ٍد ىكانى‬ ‫يضةه‬ ‫اج ىع ًر ى‬ ٍ ‫ت ف ىج ه‬ ٍ‫ي‬



‫كج ىها‬ ‫إً ىذا األ ٍىر ي‬ ‫ض ىٍ ىٍَت ىه ٍل ىعلى َّ فيػ ير ي‬



Jenis sinâd seperti ini jarang ditemukan, sedikit sekali penyair Arab tergelincir olehnya. ii. Sinâd ar-ridfu, yaitu menghadirkan ar-ridfu di qafiyah atau menghilangkan ar-ridfu di qafiyah secara tidak selaras dengan bait-bait qashidah yang lain, seperti syair Ahmad Syauqi:



ً ً ً ً ً ً ً ً ‫الس ٍح ير م ٍن يسود الٍعيييوف لىقٍيػتيوي ىكالٍبىابًل ُّ بًلى ٍحظ ًه َّن يسقيتيوي‬ ٌ



Bait pembuka qashidah ini terdapat ar-ridfu di dalam qafiyahnya yang berarti semua bait dalam qashidah harus mengikutinya. Tetapi terdapat dua bait yang ternyata tidak selaras dengannya, yaitu:



ً ً‫اؿ ًمن الٍغ‬ ً ‫اإ كأىعر‬ ً ًٍ ‫يد‬ ٍ ‫فى ٍازىكَّر غى‬ ‫ضبى ن ى ٍ ى ى‬ ‫احل ىساف ىعىرفٍػتيوي‬ ‫ض إىفنرا ىح ه ى‬ ً ‫صىرفٍ ي‬ ‫ت تىػلٍ ىع ًاِب إً ىَل أىتٍػىرابًو ىكىز ىع ٍمتيػ يه َّن ليبىانىًىت فىأىغى ٍرتيوي‬ ‫فى ى‬



197



Daftar Pustaka Abdullathīf, Muchammad Chamāsah. 1999. Al-BināulArudhī lil-Qashīdatil-‘Arabiyyati. Kairo: Dāru’sySyurūq. Anīs, Ibrāhīm. 1952. Mūsīqisy-Syi’ri. Kairo: Maktabah alAnglo al-Mashriyyah. ‘Atīq, Abdul’azīz. 1987. ‘Ilmul-Arudh wal-Qāfiyah. Beirut: Dar an-Nahdlah al-‘Arabiyyah. Al-Bustānī, Sulaimān. 1904. Ilyādzatu Hūmīrus Mu’arrabatan Nadzman. Mesir: Mathba’atu alHilal. Al-Hāsyimī, Sayyyid Ahmad. 1997.Mīzānudz-Dzahab fī Shinā’atil Syi’ril-Arab. Kairo: Maktabatul Adab. Al-Qairāwanī, Ibnu Rasyīq, edit. Muchammad Muchyiddin Abdulchamīd. 1981. Al-‘Umdah. Beirut: Darul Jail. Nabawi, Abdulaziz dan Khaddadah, Salim Abbas. 2000. Al-Arudh at-Ta’līmiyyi. Kuwait: Maktabah alManar al-Islamiyyah. 198



As-Sairāfī, Abū Sa’īd. Editor: Ramadhan, Abduttawwāb. 1985. Dlarūratu’sy-Syi’ri. Beirut: Dar an-Nahdlah al-‘Arabiyyah. 34 As-Sammān, Mahmud Ali. 1986. Al-Arudh al-Qadīm. Kairo: Darul Ma’arif. Asy-Syāyib, Ahmad. Al-Uslūb. 2003. Kairo: Maktabah anNahdlah al-Mashriyyah. At-Tabrīzī, al-Khathīb. Al-Kāfī fil-Arudh wal-Qawāfī. 1994. Kairo: Maktabah al-Khanji. Yammūt, Ghazi. Buchūrusy-Syi’ri al-‘Arabiyyi. 1992. Beirut: Darul Fikri Lebanon. Ziriklī, Khairuddin. Al-A’lām. 2002. Beirut: Darul Ilmi Lil Malayin.



199