Ilmu Dan Kemanusiaan Aik-3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN-3 Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu Kebidanan



Disusun Oleh : Miftahur Rahmi Adria 191000215401001 Dosen pengampu mata kuliah : Chyka Febria,S.ST.,M.Biomed



D3 KEBIDANAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATRA BARAT 2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana dengan rahmat dan hidayah-nya saya mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Makalah ini berjudul “Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu Kebidanan”. Materi disajikan dalam bahasa yang tepat, lugas, dan jelas sehingga mudah dipahami pembaca.Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah “AIK-3” yang meliputi nilai tugas individu. Saya sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan. Kepada para pembaca saya ucapakan selamat belajar dan manfaatkanlah makalah ini dengan sebaik-baiknya



Bukittinggi,29 Mei 2021



Penulis



1



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR………………………....…..……………………………………....1 DAFTAR ISI………………………………………...………………………………….….2 BAB I. P E N D A H U L U A N A.



Latar belakang………………………...………………………….….…...….3



B.



Rumusan Masalah………………………….………………….…….……....3



C.



Tujuan…………………………………………………………….………....3



BAB II. PEMBAHASAN 



A. Ilmu dan kemanusiaan................................ ..............................................4 B. Ilmu untuk kemaslahatan hidup.................................................................7 C. Ayat dan hadist tentang kemaslahatan.......................................................11



BAB III. PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………..……....... B. Saran……………………………………………………………………....... DAFTAR PUSTAKA



2



BAB I PENDAHULUAN A.  Latar Belakang             Etika sangat penting bagi pengembangan ilmu, apapun disiplinnya. Tanpa mempertimbangkan tujuan untuk kehidupan kemanusiaan dan keberlangsungan lingkungan hidup baik hayati maupun non hayati adalah pembunuhan diri eksistensi manusia. Etika merupakan salah satu bagian dari teori tentang nilai atau yang dikenal dengan aksiologi. Aksiologi itu sendiri ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Di dunia ini terdapat banyak cabang pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah-masalah nilai yang khusus seperti ekonomi, estetika, etika, filsafat agama dan epistimologi.             Diberbagai media massa banyak membicarakan tentang teroris yang melakukan serangkaian pemboman di berbagai tempat di Indonesia. Di balik bom teroris tersebut ternyata menyisakan suatu masalah bahwa pemahaman keagamaan yang tidak didialogkan dengan permasalahan-permasalahan yang sudah ada sebelumya dan tidak dikomunikasikan dengan ilmuwan agama lainnya ternyata bisa menimbulkan korban manusia-manusia tak bersalah. B.    Rumusan Masalah          1. Bagaimana hubungan ilmu dengan kemanusiaan ? 2. Bagaimana hubungan  ilmu dan kemaslahatan hidup ? 3. Manakah ayat-ayat yang berkaitan dengan etika islam dalam penerapan ilmu? C.    Tujuan Masalah 1. Mengetahui Hubungan ilmu dengan kemanusiaan 2. Mengetahui hubungan ilmu dan kemaslahatan hidup 3. Mengetahui ayat ayat yang berkaitan dengan etika islam dalam penerapan ilmu



3



BAB II PEMBAHASAN A. ILMU DAN KEMANUSIAAN Filsafat merupakan kajian ilmu yang sangat dipertimbangkan dalam melakukan pelbagai bentuk tindakan manusia. Kajian ilmu tersebut diharapkan agar manusia memanfaatkan alam ini dengan bijak sesuai dengan kebutuhan yang tidak berlebihan pula agar alam yang kita tempati ini tidak rusak dan menjadi bencana bagi umat manusia. Hubungan ilmu dengan kemanusiaan sangatlah erat sekali dikarenakan ilmu bisa berkembang karena keberadaan manusia,manusia mewujudkan sifat-sifat baiknya untuk memelihara  kelangsungan hidup ini didunia dan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya juga dengan ilmu.Hal ini sesuai dengan firman Alloh SWT didalam Al-Qur’an yaitu mnusia diciptakan oleh Alloh sebagai kholifah di bumi sebagai wakil tuhan untuk menjaga kehidupan didunia ini. Tentunya degan ilmu manusia akan diarahkan kepada hal yang baik menurut dirinya dan bermanfaat untuk lainnya. Dan manusialah yang bisa mengembangkan keilmuaannnya yang didapat melalui proses berpikir.  1.        Hubungan Antara Ilmu Dan Kemanusiaan Pada masa lampau kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari belum dapat dirasakan. Ilmu sama sekali tidak memberikan pengaruhnya terhadap masyarakat. Ungkapan Aristoteles tentang ilmu “Umat manusia menjamin urusannya untuk hidup seharihari, barulah ia arahkan perhatiannya kepada ilmu pengetahuan”. (Van Melsen,1987). Dewasa ini ilmu menjadi sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, seolah-olah manusia tidak dapat hidup tanpa ilmu pengetahuan. Kebutuhan yang sederhanapun sekarang memerlukan ilmu, misalnya kebutuhan sandang, papan ,dan papan sangat tergantung dengan ilmu. Maka kegiatan ilmiah dewasa ini berdasarkan pada dua keyakinan berikut. a. Segala sesuatu dalam realitas dapat diselidiki secara ilmiah, bukan saja untuk mengerti realitas dengan lebih baik, melainkan juga untuk menguasainya lebih mendalam menurut segala aspeknya. b. Semua aspek realitas membutuhkan juga penyelidikan primer, seperti air, makanan , udara, cahaya, kehangatan, dan tempat tinggal tidak akan cukup untuk penyelidikan itu. (Van Melsen,1987). Dengan demikian, ilmu pada dewasa ini mengalami fungsi yang berubah secara radikal, dari tidak berguna sama sekali dalam kehidupan praktis menjadi “ tempat tergantung “ kehidupan manusia. Oleh karena itu keterkaitan ilmu dengan kemanusiaan sangatlah erat hubungannya dan tidak dapat dipisahkan sendiri-sendiri. Hal ini disebabkan ilmu tanpa manusia tidak akan berkembang pesat sampai sekarang ini dan manusia tanpa ilmu juga tidak dapat hidup untuk proses pemenuhan kebutuhan yang kompleks. 4



Walaupun pada zaman dahulu sering kita ketahui dalam sejarah peradaban manusia saat itu memanfaatkan ilmu hanya untuk berperang dan menguasai daerah jajahan baru sehingga peran serta ilmu itu sendiri jauh dari harapan manusia dalam segi nilai dan moralitas. Dan inilah yang mengubah pemikiran manusia saat ini untuk mencapai hakekat daripada keilmuan itu. Kita ketahui juga ilmu saat ini berkembang dengan pesat yang mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Jadi, ilmu bukan saja menimbulkan gejala dehumanisasi namun bahkan kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau dengan ilmu bukanlah sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun juga menciptakan tujuan hidup itu sendiri. Dengan ilmu manusia dapat memanfaatkan segala sesuatu didasari nilai yang positif sehingga dalam kehidupan bersosialnya dapat terjalin hubungan yang serasi, seimbang, selaras. 2. Manfaat Ilmu bagi Kemanusiaan Ilmu pada dasarnya mengungkap realitas sebagaimana adanya.Hasil-hasil kegiatan keilmuan memberikan alternatif kepada manusia untuk mengambil suatu keputusan yang menurut dirinya menjadi keputusan yang terbaik, walaupun nantinya keputusan itu dianggap kurang tepat oleh manusia lain. Akan tetapi hakikat kebenaran pastinya akan dimanfaatkan oleh manusia secara umum karena sifat daripada kebenaran yang mengungkap adalah waktu. Menghadapi kenyataan seperti ini, ilmu yang mempelajari alam sebagaimana adanya mulai mempertanyakan hal-hal yang bersifat seharusnya: untuk apa sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan ? dimana batas wewenang penjelejahan keilmuan? Kearah mana pengembangan keilmuan harus diarahkan? Pertanyaan ini jelas tidak merupakan urgensi ilmuwan seperti Copernicus, Galileo, dan ilmuwan seangkatannya, namun bagi ilmuwan yang hidup dalam abad kedua puluh yang telah mengalami dua kali perang dunia dan hidup dalam bayangan perang dunia ketiga, pertanyaan-pertanyaan tidak dapat dielakkan. Dan untuk menjawab pertanyaan ini maka ilmuwan berpaling kepada hakikat moral. Banyaknya kejadian yang melanda umat manusia dewasa ini, manusia semakin menyadari bahwa manfaat ilmu sangat penting membentuk etika, moral, norma, dan kesusilaan. Arti kesusilaan menurut Leibniz filsuf pada zaman modern berpendapat bahwa kesusilaan adalah hasil suatu “ menjadi” yang terjadi di dalam jiwa. Perkembangan dari nafsu alamiah yang gelap sampai kehendak yang sadar, yang berarti sampai kesadaran kesusilaan yang telah tumbuh lengkap, disebabkan oleh aktivitas jiwa sendiri. Apa yang benar-benar kita kehendaki telah terkandung sebagai benih di dalam nafsu alamiah yang gelap. (Harun Hadiwijoyo, 1990, hlm. 44-45). Oleh karena itu, tugas kesusilaan pertama ialah meningkatkan perkembangan itu dalam diri manusia sendiri. Kesusilaan hanya berkaitan dengan batin kita.



5



3. Fungsi manusia dalam perkembangan ilmu Manusia merupakan makhluk yang sangat sempurna dibanding dengan makluk-makluk ciptaan Alloh yang lain di muka bumi ini.Dengan dibekali pembawaan dari Alloh SWT berupa akal untuk mengelola keseimbangan alam ini.Tujuan Alloh menciptakan manusia itu sendiri adalah sebagai wakil atau kholifah secara langsung di muka bumi ini agar tujuan hidup menjadi serasi, selaras, seimbang. Manusia mendapatkan ilmu melalui perantaraan kalam yang diciptakan oleh Alloh.Hal ini sesuai dengan firman Alloh surat Al-Alaq Ayat 1-5 sebagai berikut : ( ‫ا لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬pp‫انَ َم‬p ‫) َعلَّ َم اإل ْن َس‬٤( ‫)الَّ ِذي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬٣( ‫)ا ْق َر ْأ َو َربُّكَ األ ْك َر ُم‬٢( ‫ق‬ َ َ‫) َخل‬١( ‫ق‬ َ َ‫ك الَّ ِذي َخل‬ َ ِّ‫ا ْق َر ْأ بِاس ِْم َرب‬ ٍ َ‫ق اإل ْن َسانَ ِم ْن َعل‬ )٥ Artinya:  Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.             Dapat kita ketahui tentang ayat diatas bahwa Alloh menciptakan manusia dengan penuh kasih sayang dan kesempurnaan baik secara fisik dan rohani. Dengan dibekali hal diatas maka fungsi manusia terhadap ilmu adalah menemukan, mengembangkan, menciptakan, kemudian mengevaluasi terhadap ilmu yang didapatnya melalui proses berpikir yang alami dan sistematis. dengan pemikiran seperti itu manusia bisa membagi atau memetakan suatu ilmu degan spesifikasi tertentu yang berkembang saat ini dan sudah dimanfaatkan oleh manusia. Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu, meskipun secara metodoloigis ilmu tidak membedakan ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial secara garis besar. Berhubungan dengan ilmu sosial maka ada keterkaitan antara manusia dengan kemanusiaan sehingga melahirkan konsep ilmu itu sendiri yaitu : 1.      Interaksi 2.      saling ketergantungan 3.      Kesinambungan dan Perubahan 4.      Keragaman/Kesamaan/Perbedaan 5.      Konflik dan konsensus 6.      Pola (Pattern) 7.      Tempat atau lokasi 8.      Kekuasaan atau Power 9.      Nilai Kepercayaan 10.  Keadilan Dan Pemerataan 11.  Kelangkaan 6



12.  Kekhususan 13.  Budaya (Culture) 14.  Nasionalisme.



B. Filsafat dalam kemaslahatan hidup insani Kehidupan secara lebih baik merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh manusia dalam kehidupannya. Untuk mencapai hidup secara lebih baik manusia perlu untuk dibentuk atau diarahkan. Pembentukan manusia itu dapat melalui pendidikan atau ilmu yang mempengaruhi pengetahuan tentang diri dan dunianya, melalui kehidupan sosial atau polis, dan melalui agama. Dalam paper kerja ini kami akan membahas tentang unsur-unsur pembentuk manusia yang dapat membantu manusia untuk hidup lebih baik. Dengan kata lain, konteks filsafat budaya sebagai ilmu tentang kahidupan manusia akan lebih disempitkan atau dibatasi pada kerangka berpikir pembentukan manusia yang lebih baik. Pembentukan manusia yang lebih baik bukan dalam arti moral; baik buruknya manusia, tetapi dalam arti pembentukan manusia sebagai makhluk yang hidup dan berbudaya dalam perspektif filsafat budaya, yakni hidup yang lebih bijaksana,  dan lebih kritis. Filsafat bukanlah ilmu positif seperti fisika, kimia, biologi, tetapi filsafat adalah ilmu kritis yang otonom di luar ilmu-ilmu positif. Kelompok mencoba mengangkat tiga unsur pembentukan manusia. Ketiga unsur pembentuk itu antara lain:  (1) pengetahuan manusia tentang diri sendiri dan lingkungannya; (2)  manusia dalam hubungannya dengan hidup komunitas; dan  (3)  agama membantu manusia hidup dengan lebih baik. Pengetahuan menjadi unsur yang penting dalam usaha membentuk manusia yang lebih baik. Dengan pengetahuan yang memadai manusia dapat mengembangkan diri dan hidupnya. Apa yang diketahui secara lebih umum dalam pengetahuan, dalam ilmu diketahui secara lebih masuk akal. Dalam hal ini ilmu lebih kritis daripada hanya menerima apa yang didapat dari pengetahuan. Sekalipun demikian kelompok megangkat pengetahuan untuk memahami hidup manusia dan secara kritis dilihat oleh ilmu. Pengetahuan yang dimaksud di sini lebih pada pengetahuan manusia tentang diri sendiri dan dunianya. Ketika manusia mengetahui dan mengenal dirinya secara penuh, ia akan hidup secara lebih sempurna dan lebih baik dalam dunia yang adalah dunianya. Berkaitan dengan itu manusia juga membutuhkan pengetahuan tentang lingkungan atau dunianya. Dengan pengetahuan yang ia miliki tentang dunia atau lingkungannya, manusia dapat mengadaptasikan dirinya secara cepat dan lebih mudah. Manusia ternyata tidak hidup sendirian dalam dunianya. Ia hidup dalam hubungan dengan dan membutuhkan manusia lain, yang menunjukkan hakikat dari manusia, yaitu sebagai makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk dapat membentuk dan 7



mengembangkan dirinya sehingga dapat hidup secara lebih baik; lebih bijaksana dan lebih kritis. Dengan demikian manusia pada hakikatnya hidup bersama dengan orang lain atau hidup dalam suatu komunitas tertentu, mengalami kehidupan polis. Jadi, kebersamaannya dengan orang lain dalam suatu komunitas inilah yang turut menentukan pembentukan yang memperkenankan manusia itu hidup atas cara yang lebih baik dan lebih sempurna dalam dunianya. Unsur lain yang menurut kelompok dapat membantu membentuk manusia sehingga manusia dapat hidup secara lebih baik, lebih bijaksana adalah agama. Dengan kata lain, agama mengandung nilai-nilai universal yang pada hakikatnya mengajarkan yang baik bagi penganutnya. Ketiga unsur pembentuk manusia untuk hidup secara lebih baik itu akan dilihat dan dijelaskan secara lebih dalam pokok-pokok berikut. 1. Manusia mengetahui dirinya dan dunianya Telah dikatakan sebelumnya (pada bagian pendahuluan) bahwa pengetahuan merupakan salah satu unsur yang penting dalam hubungan dengan pembentukan manusia untuk hidup secara lebih baik dan lebih sempurna. Manusia adalah makluk yang sadar dan mempunyai pengetahuan akan dirinya. Selain itu juga manusia juga mempunyai pengetahuan akan dunia sebagai tempat dirinya bereksistensi. Dunia yang dimaksudkan di sini adalah dunia yang mampu memberikan manusia kemudahan dan tantangan dalam hidup. Dunia di mana manusia bereksistensi dapat memberikan kepada manusia sesuatu yang berguna bagi pembentukan dan pengembangan dirinya. Pengetahuan merupakan kekayaan dan kesempurnaan bagi makhluk yang memilikinya. Manusia dapat mengetahui segala-galanya, maka ia menguasai makhluk lain yang penguasaannya terhadap pengetahuan kurang. Dalam lingkungan manusia sendiri seseorang yang tahu lebih banyak adalah lebih baik bila dibandingkan dengan yang tidak tahu apa-apa. Pengetahuan menjadikan manusia berhubungan dengan dunia dan dengan orang lain, dan itu membentuk manusia itu sendiri. Namun, pengetahuan manusia begitu kompleks. Pengetahuan manusia menjadi kompleks karena dilaksanakan oleh suatu makhluk yang bersifat daging dan jiwa sekaligus,  maka pengetahuan manusia merupakan sekaligus inderawi dan intelektif. Pengetahuan dikatakan inderawi lahir atau luar  bila pengetahuan itu mencapai secara langsung, melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan peraba, kenyataan yang mengelilingi manusia. Sementara, pengetahuan itu dikatakan inderawi batin ketika pengetahuan itu memperlihatkan kepada manusia, dengan ingatan dan khayalan, baik apa yang tidak ada lagi atau yang belum pernah ada maupun yang terdapat di luar jangkauan manusia. Pengetahuan intelektif merupakan watak kodrati pengetahuan manusia yang lebih tinggi. Lalu bagaimana pengetahuan yang dimiliki manusia tentang dirinya dan dunianya dapat membentuk manusia untuk hidup secara lebih baik? Manusia mengetahui dirinya 8



berarti mengenal dengan baik kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Sementara, manusia mengetahui duninya berarti menusia mengenal secara baik apa yang ada atau terkandung dalam dunianya itu, baik potensi yang dapat memudahkan manusia itu sendiri maupun tantangan yang diperhadapkan kepadanya. Kekurangan manusia dapat diatasi dengan apa yang ada dalam dunianya. Tentu saja melalui suatu relasi, baik relasi dengan orang lain maupun relasi dengan alam. Pengetahuan dan pengenalan atas diri dan dunianya membantu manusia untuk mengarahkan dirinya kepada hidup yang lebih baik. Salah satu cara manusia mengetahui dirinya dan lingkungannya adalah melalui pendidikan. Dan pendidikan di sini tentu saja pendidikan yang diharuskan untuk seni yang baik, yang khas hanya untuk manusia, dan yang membedakannya dari semua binatang. Jadi, melalui pengetahuanlah manusia mempunyai hubungan dengan dirinya, dunia dan orang lain. Melalui pengetahuan benda-benda dimanisfestasikan dan orang-orang dikenal, dan bahwa tiap orang menghadiri dirnya. Melalui pengetahuan pula manusia bisa berada lebih tinggi, dan dapat membentuk hidupnya secara lebih baik. Dengan pengetahuan manusia dapat melalukan sesuatu atau membentuk kembali sesuatu yang rusak menjadi baik berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Melalui pengetahuan manusia dapat mengenal dirinya, orang lain dan dunia di sekitarnya, sehingga ia mampu menempatkan dirinya dalam dunianya itu (dapat beradaptasi dengan dunianya). 2. Manusia dalam hidup komunitas Secara umum komunitas dapat diartikan sebagai suatu perkumpulan atau persekutuan manusia yang bersifat permanen demi pencapaian suatu tujuan umum yang diinginkan. Dan umumnya tujuan yang hendak dicapai itu didasarkan atas kesatuan cinta dan keprihatinan timbal balik satu dengan yang lain. Jadi, secara tidak langsung hidup komunitas dapat dimengerti sebagai suatu kehidupan dimana terdapat individu-individu manusia yang membentuk suatu persekutuan guna mancapai suatu tujuan bersama. Dan tujuan yang dicapai itu selalu merunjuk pada nilai-nilai tertentu yang diinginkan bersama. Misalnya, nilai kebaikan, keindahan, kerja sama dan sebagainya. Selanjutnya, dalam mencapai tujuan bersama itu setiap individu (anggota persekutuan) saling berinteraksi atau bekerjasama satu dengan yang lain guna tercapainya tujuan yang ingin dicapai. Akan tetapi serentak pula tak dapat disangkal bahwa melalui kehidupan komunitas kepribadian manusia dapat dibentuk melalui proses sosialisai dan internalisasi. Artinya, melalui nilai-nilai yang dicapai dalam hidup komunitas itu disampaikan kepada setiap individu (anggota persekutuan). Selanjutnya, nilai-nilai itu dijadikan oleh pegangan dalam diri setiap individu. Dalam hubungan dengan pembentukan manusia untuk hidup secara lebih baik, maka pertanyaan yang patut dikemukakan adalah apakah kehidupan komunitas dapat membentuk manusia untuk hidup secara lebih baik atau lebih bijaksana dan kritis?



9



Menjawab pertanyaan di atas maka dapat dikatakan bahwa kehidupan komunitas dapat membentuk hidup manusia secara lebih baik. Dapat dikatakan demikian karena    pada dasarnya kodrat manusia adalah makhluk sosial. Itu berarti manusia selalu berada bersama dengan sesamanya atau orang lain. Ia tidak berada sendirian, melainkan selalu berada bersama dengan orang lain. Manusia selalu berada dengan orang lain dan membentuk suatu persekutuan yang disebut sebagai komunitas. Mereka membentuk hidup besama karena ada nilai yang ingin dicapai secara bersama. Nilai yang ingin dicapai adalah membentuk hidup secara lebih baik. Nilai hidup secara lebih baik itu dicapai lewat interaksi atau kerja sama setiap individu dalam komunitas. Selanjutnya, setelah mencapai nilai  yang diinginkan itu (membentuk hidup secara lebih baik), kemudian disosialisasikan kepada individu (anggota komunitas) dan selanjutnya individu menjadikan nilai tersebut menjadi pegangan dalam dirinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui kehidupan komunitas dapat membentuk hidup manusia secara lebih baik, lewat nilai yang ditemukan dalam kehidupan komunitas itu. Nilai itulah yang membentuk manusia menjadi lebih baik, lebih bijaksana dan kritis dalam hidup. 3. Agama membantu manusia hidup lebih baik Arti budaya telah diangkat kembali oleh renesans dengan karakter naturalistik, yaitu budaya dipahami sebagai pembentukan manusia dalam dunianya, yakni sebagai pembentukan yang memperkenankan manusia hidup atas cara yang lebih bijaksana dan lebih sempurna dalam dunia yang adalah dunianya. Dalam konteks ini, agama mendapat tempat dan peranan penting. Agama dimengerti sebagai unsur integral dari budaya, terutama karena mengajarkan bagaimana hidup dengan baik, hidup dengan bijaksana dan nilai-nilai universal lainnya. Dalam agama terkandung ajaran-ajaran kebijaksanaan (dalam arti tertentu filsafat dipahami sebagai kebijaksanaan) yang dapat mengarahkan manusia kepada hidup yang lebih baik. Dengan demikian, hidup yang lebih baik dalam perspektif filsafat budaya adalah pembentukan kebijaksanaan secara internal dalam diri manusia melalui ajaran-ajaran agama. Manusia tidak dapat dilepaskan dari agama dalam kehidupannya. Maksudnya adalah bahwa agama menjadi sarana di mana manusia dapat memenuhi keinginannya untuk dapat hidup dengan lebih bijaksana. Dengan kata lain agama membantu manusia untuk dapat hidup lebih baik. Melalui agama manusia dapat menjadi bijaksana untuk mencapai realisasi dirinya yang lengkap sehingga menjadi suatu microcosmos yang sempurna dalam macrocosmos. Setiap agama umumnya mengajarkan kepada para penganut atau pengikutnnya untuk hidup sebagai orang yang saleh, baik di hadapan manusia maupun di hadapan yang ilahi. Dengan demikian agama dapat mengarahkan manusia kepada hidup yang lebih baik. Agama membentuk manusia untuk menjadi lebih baik, lebih bijaksana dengan menanamkan nilainilai universal dalam diri manusia itu.



10



C. Ayat Dan Hadist Tentang Kemaslahatan Mayoritas ulama sepakat bahwa keseluruhan hukum Allah mengandung maslahat bagi manusia di dunia dan akhirat. Sebagaimana mereka sepakat bahwa maqashid alsyari’ah (tujuan puncak syari’at) adalah mewujudkan kebahagiaan atau kemaslahatan hakiki bagi manusia. Pembahasan tentang hukum syari’at tidak dapat dipisahkan dari konsep maqashid al-syari’at tersebut. Bukti-bukti atau dasar landasan bahwa syari’at sangat memperhatikan kemaslahatan hakiki bagi manusia dapat ditemukan dalam al-Qur’an, al-Hadits dan kaidah-kaidah para fuqaha. 1. Dalil dari al-Qur’an Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang kemaslahatan antara lain adalah : a. Qs Al-Anbiya’ 107



َ‫ك اِاَّل َرحْ َمةً لِّ ْل ٰعلَ ِم ْين‬ َ ‫َو َمٓا اَرْ َس ْل ٰن‬ “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam” Ayat tersebut menjelaskan bahwa Rasul berfungsi sebagai rahmat bagi seluruh alam. Untuk menjalankan fungsi tersebut tentunya tidak akan terlepas dari pertimbangan maslahat manusia baik ketika di dunia maupun di akhirat. Absurd apabila rahmat timbul tanpa dibarengi dengan maslahat. Kemaslahatan yang ada dalam Islam bukanlah maslahat yang bernilai profan namun selalu mengandung nilai-nilai religius. b. Qs Al-Anfal 24 َ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا ا ْستَ ِج ْيبُوْ ا هّٰلِل ِ َولِل َّرسُوْ ِل اِ َذا َدعَا ُك ْم لِ َما يُحْ يِ ْي ُك ۚ ْم َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن هّٰللا َ يَحُوْ ُل بَ ْينَ ْال َمرْ ِء َوقَ ْلبِ ٖه َواَنَّهٗ ٓ اِلَ ْي ِه تُحْ َشرُوْ ن‬ “Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepadaNyalah kamu akan dikumpulkan” c. Qs Al-Ma’idah 90 َ‫صابُ َوااْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ال َّشي ْٰط ِن فَاجْ تَنِبُوْ هُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬ َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِنَّ َما ْالخَ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َوااْل َ ْن‬ “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.” 11



d. Hadist (HR. An-Nasa’i) “Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata, Rasulullah Saw bersabda : ‘Iman terdiri lebih dari tujuh puluh cabang. Paling utama adalah la ilaha illa Allah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan penyakit (benda yang menyakitkan) dari jalan. Dan sifat malu termasuk iman”. (HR. an-Nasa’i). lihat, Sunan an-Nasa’i, al-Iman wa Syarai’uhu, bab dzikr al-Sya’b al-Iman, (Maktabah al-Syamila, Ishdar al-Tsani) al-Hadits no. 5022. Disisi lain maslahat sangat memperhatikan sisi horizontal dan sisi vertikal transedental, seperti dalam ayat al-Qur’an yang menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara kehidupan manusia dan ketaatan kepada Allah  dan Rasul-Nya. Tentunya yang dimaksud bukanlah kehidupan dalam arti sebenarnya namun kehidupan yang benar-benar berarti dan layak disebut dengan kehidupan ideal. Dengan demikian untuk menuju kehidupan yang sesuai dengan ayat tersebut harus selalu berpegang teguh kepada ajaran-ajaran-Nya. Ini membuktikan bahwa prinsip maslahat yang ada dalam Islam tidak bersifat profan dan keduniawian. Namun suatu bentuk maslahat yang memperhatikan sisi horizontal (antar makhluk) dan vertikal transedental (hamba dengan Tuhannya). Memelihara agama menempati urutan pertama karena keseluruhan ajaran syari’at mengarahkan manusia untuk berbuat sesuai dengan kehendak dan keridhaan Allah baik soal ibadah dan muamalat. Manusia pada hakikatnya diciptakan untuk beribadah dalam arti luas. Hal esensial kedua adalah pemeliharaan jiwa. Hanya orang yang berjiwa yang mungkin melaksanakan seluruh ketentuan agama. Artinya, seluruh ketentuan agama hanya bisa dan wajib dilaksanakan oleh manusia yang masih hidup sehat jasmani dan rohani. Begitu pentingnya pemeliharaan jiwa, syari’at mengharamkan pembunuhan. Namun pemeliharaan jiwa saja tidak cukup karena tidak semua orang yang berjiwa dapat melaksanakan syari’at. Diantara mereka ada yang sedang sakit jiwanya sehingga tidak mungkin memahami ketentuan syari’at menyangkut kemaslahatan. Maka pemeliharaan jiwa harus disertai dengan pemeliharaan akal sehat yang berpikiran jernih. Hanya dengan pikiran sehat dan jernih manusia dapat memenuhi tuntutan syari’ah untuk memahami ayat-ayat Allah sebagaimana



Allah



memberi



perintah



dengan



kalimat afala



tatafakkarun, afala



ta’qilun, afala ta’lamun dan sebagainya. Untuk itu, syari’at mengharamkan khamr dan semua yang bisa membunuh kreativitas akal dan gairah kerja manusia.



12



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1.      Ilmu sangat bermanfaat, tetapi juga bisa menimbulkan bencana bagi manusia dan alam semesta tergantung dengan orang-orang yang menggunakannya. Untuk itu perlu ada etika, ukuran-ukuran yang diyakini oleh para ilmuwan yang dapat menjadikan pengembangan ilmu dan aplikasinya bagi kehidupan manusia agar tidak menimbulkan dampak negatif. 2.      Peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Jadi, paradigma Islam, dan bukannya paradigma sekuler, yang seharusnya diambil oleh umat Islam dalam membangun struktur ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek. Jika dua peran ini dapat dimainkan oleh umat Islam dengan baik, insyaallah akan ada berbagai berkah dari Allah kepada umat Islam dan juga seluruh umat manusia. Mari kita simak firmanNya: “Kalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (Qs. al-A’raaf [7]: 96). B. Saran Mungkin inilah yang bisa kami sampaikan pada penulisan tugas makalah ”Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu Kebidanan”. Meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita dapat mengambil manfaat dan ilmu dari tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan yang saya tuliskan, karena saya hanyalah manusia yang adalah tempat salah dan dosa, dan saya juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Dengan selesainya makalah ini kami berharap dapat mendekatkan diri  kepada sang Khalik sebagai rasa syukur kita terhadap belas kasihnya yang telah mengutus orang pilihanNya kepada kita, dan tak lupa kami sebagai manusia yang tak luput dari salah tentunya meminta maaf atas ketidaksempurnaan penyusunan makalah ini karena kami sadar kita masih dalam tahap belajar.



13



DAFTAR PUSTAKA https://asbarsalim009.blogspot.com/2015/04/makalah-etika-islam-dalam-penerapanilmu.html https://ahmadmusliminblog.wordpress.com/2017/10/03/dasar-landasan-maslahat/ https://id.scribd.com/document/342680266/Makalah-Etika-Islam-Dalam-Penerapan-IlmuKesehatan https://dokumen.tips/documents/etika-islam-dalam-penerapan-ilmudoc.html http://repository.unissula.ac.id/12616/2/BabI.pdf



14