Indra LP SP HALUSINASI Penciuman [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI PENCIUMAN Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa



Di susun oleh : INDRA NUGRAHA 018.025



AKADEMI KEPERAWATAN YATNA YUANA LEBAK Jln. Jendral Sudirman Km 2 Rangkasbitung, Lebak – Banten Tahun 2020



LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN HALUSINASI PENCIUMAN



A. Masalah keperawatan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penciuman B. Pengertian Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori,presepsi: merasakan SENSASI PALSU berupa suara,penglihatan, pengecapan perabaan dan pengidu. Pasien merupakan stimulus yang sebenarnya tidak ada. Pasien merasa ada suara padahal tidak ada stimulus suara. Melihat bayangan orang atau suatu yang menentukan padahal tidak ada. Pasien merasa membaui bau buan padahal sedang tidak makan apapun. Merasakan sensasi rabaan padahal tidak ada apapun dalam permukaan kulit (Nurjanah 2008) . C. Rentang respon halusinasi Persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari suatu stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Respon neurobiologis sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat, emosi konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptive yang meliputi delusi, halusinasi, dan isolasi sosial. Rentang respon dapat digambarkan sebagai berikut: Rentang respon : Respon adaptif



Respon Maladaptif







Pikiran logis







Persepsi akurat



Ilusi







Emosi konsisten



Reaksi emosional



Pikiran kadang menyimpang



kelainan pikiran Halusinasi



Ketidakmampuan 



Perilaku sesuai



Perilaku tidak azim







Hubunngan sosial



mengalam







Ketidakteraturan



menarik diri







Berhubungan social



menarik diri



Emosi



C. Jenis-jenis halusinasi JENIS HALUSINASI PENDENGARAN 70 %



KARAKTERISTIK Menurut



stuart



(2009)



pada



klien



halusinasi dengar, tanda dan gejala dapat dikateristik dengar bunyi atau suara, paling



sering



dalam



bentuk



suara.Rentang dari suara sederhana atau suara



yang



jelas



,suara



tersebut



membicarakan tentang pasien,sampai percakapan



yang



komplet



antara



duaorang atau lebih seperti orang yang Penglihatan 20 %



berhalusinasi. Pada halusinasi



penglihatan



ini



halusinasi berupa melihat bayangan yang sebenar nya tidak ada sama sekali, misalnya cahaya atau orang yang telah meninggal atau mungkin sesuatu yang bentuk nya menakutkan (cancro & Penghindu



lehman, 2000 dalam videbeck, 2008). Pada halusinasi penciuman ini halusinasi dapat berupa mencium aroma atau bau tertentu sperti urine atau feces atau bau yang bersifat lebih umum atau bau busuk atau bau yang tidak sedap (



Pengecapan



cancro



dan



lehman,



2000



dalamvidebeck, 2008 ). Berupa mengecap rasa yang tetap ada dalam mulut, atau perasaan bahwa makanan terasa seperti sesuatu yang lain. Rasa tersebut dapat berupa rasa logam atau pahit atau mungkin seperti rasa tertentu. Atau berupa rasa busuk,



tak sedap dan anyir seperti darah, urine Perabaan



atau feces (Stuart, 2009) merasakan sensasi seperti aliran listrik yang menjalar keseluruh tubuh aatu binatang kecil yang merayap di kulit (cancro



Cenesthetic



&



lehman,



2000



dalam



videbeck, 2008) merasa fungsi tubuh seperti darah berdenyut melalui vena dan arteri, mencerna makanan, atau bentuk urin



Kinisthetic



(videbeck, 2008 dalam stuart, 2009) Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak (videbeck, 2008 dalam struart, 2009)



D. Fase halusinasi Halusinasi yang dilami oleh klien biasanya berada intenstias dan keparahannya . fase halusinasi terbagi empat : 1. Fase pertama Pada fase ini klien yang mengalami kecemasaan , stress , perasaaan gelisah ,kesepian ,klien mungkinmelamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkanuntuk menghilangkan kecemasaan dan st1ress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien masih mampu mengontrol kesadarannya dan mengenal pikirannya , namun insentitas perpsepsi meningkat 2. Fase kedua Pada fase ini klien mengalami Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal,



klien berada pada tingkat “listening ” pada



halusinasi , pemikiran internal menjadi menojol , gambar suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien merasa takut apabila orang lain mendengar duar klien merasa tak mampu mengontrolnya. 3. Fase tiga Halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien , klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya dengan halusinasinya , rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik 4. Fase keempat



Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dan lingkungan. Perilaku klien pun menunjukan perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri , perilaku kekerasaan, menarik diri. Proses ini menjadi kronik jika dilakukan intervensi. E. Faktor predisposisi menunjukkan bahwa faktor predisposisi lebih dominan menyebabkan kekambuhan penderita gangguan jiwa yaitu sebesar 65,5 %. Menurut Maramis (2010), bahwa faktor predisposisi adalah gejala utama atau gejala yang paling menonjol pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin dibadan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik), ataupun psikis (psikogenik), Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, F. Faktor presipitasi menunjukkan bahwa lebih dari separoh responden punya faktor presipitasi yang tidak dominaan yaitu sebesar 52,7 %. Menurut Keliat (2016), bahwa faktor presipitasi adalah faktor pemungkin timbulnya gangguan jiwa atau secara umum adalah klien gangguan jiwa timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stresor dan masalah koping yang dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan ( Kelliat, 2006 ). G. Diagnosa keperawatan 1) Ansietas 2) Defisiensi pengetahuan 3) Resiko gangguan identitas pribadi RENPRA MANA 1.Gunakan pendekatan yang menenangkan 2.Ajarkan tentang tehknik non farmakoligis 3.Bina hubungan dengan pasien sejak masuk RS



POHON MASALAH EFEK



Resiko mencerderai diri sendiri , orang lain , dan lingkungan



Perubahan persepsi sensori : Halusinasi penciuman



ETIOLOGI kerusakan interaksi sosial :



defisit perawatan diri ; mandi/ kebersihan diri , berpakaian



intoleransi aktivitas : Menarik



diri



Gangguan konsep diri : Harga diri rendah.



STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN



PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI PENCIUMAN STRATEGI



PELAKSANAAN



(SP)



1



:



PENGKAJIAN



DAN



MENGENAL



HALUSINASI A. Proses Keperawatan 1. Kondisi klien Data Subjektif : a. Klien mengatakan mencium bau urine, feses b. Klien mengatakan merasa mencium bau bauan padahal sedang tidak makan apapun Data objektif : a. Klien tampak sendiri. b. Klien tampak memijit hidungnya 2. Diagnosa keperawatan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi penciuman 3. Tujuan tindakan keperawatan Pasien mampu : a. Membina hubungan saling percaya.. b. Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat. c. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap. d. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari. 4. Tindakan keperawatan a. Membina hubungan saling percaya. b. Membantu pasien menyadari gangguan persepsi halusinasi. c. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.



SP I : KLIEN



1. Mengidentifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon 2. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi : minum obat, bercakap-cakap, melakukan kegiatan 3. Melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan menggunakan larutan garam untuk membilas saluran hidung. 4. Melatih klien memasukan latihan dalam jadwal kegiatan harian klien B. Strategi komunikasi 1. Fase orientasi a. Salam terapeutik “Assalamualaikum. Selamat pagi pak. Perkenalkan nama saya Indra Nugraha. Saya mahasiswa dari AKPER YATNA YUANA LEBAK yang sedang praktek disini. Hari ini saya dinas pagi dari jam 07.00 pagi sampai 14.00 siang. Saya akan merawat bapak selama di Panti ini. Nama bapak siapa?” “Senangnya bapak dipanggil apa?” b. Evaluasi / validasi “Baiklah pak andri. Bagaimana keadaan bapak hari ini?” c. Kontrak “Pak andri, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang bau yang mengganggu bapak dan cara mengontrol bau bauan tersebut. Apakah pak andri bersedia bersedia?” “Berapa lama bapak mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?” “Bapak mau berbincang-bincang dimana?” “Baiklah pak, kita akan berbincang-bincang disini.” 2. Fase kerja “Apakah bapak mencium bau bauan tersebut?” “Saya percaya bapak mencium bau bauan tersebut, tetapi saya sendiri tidak mencium bau itu. Bau apa yang bapak cium? Apakah bapak mencium bau itu terus-menerus atau sewaktu-waktu.” ”Kapan yang paling sering bapak rasakan adanya bau bauan tersebut? “Berapa kali dalam sehari bapak mencium bau bauan?” “Pada keadaan seperti apa bau bauan itu tercium? Apakah pada waktu sendiri?” “Apa yang bapak rasakan ketika mencium bau bauan itu? Bagaimana perasaan bapak ketika mencium bau bauan tersebut?” “Kemudian apa yang bapak lakukan?” “Apakah dengan cara tersebut bau bauan itu hilang?” “Apa yang bapak alami itu halusinasi. Ada empat cara untuk mengontrol



halusinasi yang bapak alami, yaitu menggunakan larutan garam untuk membilas saluran hidung., minum obat, dan melakukan aktivitas ya pak andri.” 3. Terminasi a. Evaluasi subjektif dan objektif : “Bagaimana perasaan Bapak andri setelah kita bercakap-cakap?” b. Kontrak yang akan datang “bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara yang kedua yaitu dengan menggunakan larutan garam untuk membilas saluran hidung untuk mencegah bau bauan itu datang kembali .apakah bapak bersedia?” STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 : ENAM BENAR MINUM OBAT A. Prose keperawatan 1. Kondisi klien Data subjektif : a. Klien mengatakan mencium bau urine dan feses b. Klien mengatakan merasa mencium bau bauan padahal sedang tidak makan apapun Data objektif : a. Klien tampak sendiri b. Klien tampak memijat hidungnya. 2. Diagnosa keperawatan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi penciuman 3. Tujuan tindakan keperawatan Pasien mampu mengontrol halusinais penciuman dengan enam benar minum obat 4. Tindakan keperawatan a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien b. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa. c. Jelaskan akibat obat tidak digunakan sesuai program. d. Jelaskan akibat bila putus obat. e. Jelaskan cara mendapatkan obat. f. Jelaskan cara menggunakan prinsip 6 benar. B. Strategi komunikasi 1. Fase orientasi a. Salam terapeutik



“Assalamualaikum. Bapak masih ingat dengan saya?” “Bagaimana perasaan bapak hari ini?” b. Evaluasi / validasi “Apakah bapak masih mencium bau bauan tersebut? “Apakah bapak telah melakukan apa yang telah kita pelajari kemarin?” “apakah dengan menggunakan larutan garam untuk membilas saluran hidung mencium bau bauan aneh bisa berkurang?” c. Kontrak “Sesuai janji kita kemarin hari ini kita akan latihan cara yang kedua dari empat mengendalikan bau bauan yang muncul yaitu cara minum obat yang benar, apakah bapak bersedia?” “Berapa lama bapak mau berbincang-bincang?” “Apakah 15 menit?” “bapak mau berbincang-bincang dimana?” 2. Fase kerja “Apakah bapak sudah mendapat obat dari perawat?” “bapak perlu meminum obat secara teratur agar pikiran bapak jadi tenang dan tidurnya juga menjadi nyenyak. Obatnya ada 2 macam: Menggunakan semprotan oxymetazoline untuk mengurangi hidung tersumbat, dan Menyemprotan anestesi untuk mematikan sel-sel saraf penciuman (konsultasi dengan DOKTER) 3. Fase terminasi a. Evaluasi subjektif dan objektif “bagaimana perasaan bapak setelah kita berbicang bincang tentang obat?” “Sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol bau bauan? Coba bapak sebutkan?” b. Kontrak yang akan datang “Bagaimana kalau kita besok bertemu lagi untuk melihat manfaat minum obat dan berlatih cara untuk mengontrol halusinasi yang ketiga yaitu bercakap-cakap dengan orang lain. Apakah bapak bersedia?”



STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 3 : BERCAKAP-CAKAP DENGAN ORANG LAIN A. Proses keperawatan 1. Kondisi klien Data subjektif : a. Klien mengatakan mencium bau urine dan feses b. Klien mengatakan merasa mencium bau bauan padahal sedang tidak makan apapun Data objektif : a. Klien tampak sendiri b. Klien tampak memijat hidungnya. 2. Diagnosa keperawatan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi penciuman 3. Tujuan tindakan keperawatan Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara Tindakan keperawatan a. Evaluasi ke jadwal harian b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain c. Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan harian klien B. Strategi komunikasi 1. Fase orientasi a. Salam terapeutik “Assalamualaikum. Selamat pagi pak.” b. Evaluasi / validasi “Bagaimana perasaan bapak hari ini?” “Apakah bau bauan itu masih muncul?” “Apakah bapak telah melakukan dua cara yang telah kita pelajari untuk menghilangkan bau bauan yang mengganggu?” “Apakah dengan dua cara itu bau bauan yang bapak hirup bisa berkurang?” c. Kontrak “Sesuai janji kita kemarin hari ini kita akan belajar cara ketiga dari ke empat cara mengendalikan bau bauan yang muncul dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Apakah bapak bersedia?” “Berapa lama bapak mau berbincang-bincang?” “Apakah 15 menit?” “bapak mau berbincang-bincang dimana?” 2. Fase kerja



“Caranya adalah jika bapak mulai mencium bau bauan , langsung saja bapak cari teman untuk memastikan bau bauan tersebut. Minta teman bapak untuk mengirup udara untuk memastiakan bau bauan tersebut itu. Contohnya begini, tolong menghirup udara dengan saya karena saya mulai mencium bau bauan .” 3. Fase terminasi a. Evaluasi subjektif dan objektif “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berlatih tentang cara mengontrol bau bauan dengan bercakap-cakap?” “Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol Bau bauan? b. Kontrak yang akan datang “Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang manfaat bercakapcakap dan berlatih cara keempat untuk mengontrol bau bauan yang bapak rasa dengan cara melakukan kegiatan aktivitas fisik. Apakah bapak bersedia?”



DAFTAR PUSTAKA : Farhannah Irawan Efendi Putra Hululu,Lucky Warman Manalu,Romintan Sitanggang,Johan Febrian Putra Waruwu