Integrated Course For Medication in Infections and Respiratory Disorders [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL PEMBELAJARAN Semester Gasal 2022-2023



Integrated Course for Medication in Infections and Respiratory Disorders



digunakan untuk perkuliahan minggu I hingga VII



Oleh:



Steven Victoria Halim Eko Setiawan Fa kultas Fa rmasi, Universitas Surabaya



Materi Minggu I - Tifoid Capaian pembelajaran Pada akhir perkuliahan minggu pertama ini, mahasiswa mampu memutuskan rancangan terapi yang efektif dan aman beserta dengan target terapi dan parameter monitoring yang tepat pada kasus tifoid (C5). Beberapa kompetensi yang perlu mahasiswa kuasai agar dapat mencapai kompetensi pembelajaran utama tersebut, antara lain: 1. Mampu menjelaskan karakteristik patogenesis terjadinya tifoid (C2)



(struktur



sel)



patogen



dan



2. Mampu menjelaskan tanda dan gejala sakit (signs and symptoms), tanda-tanda vital (vital signs), hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan klinis lainnya (termasuk hasil USG dan foto thorax) yang relevan dengan penyakit infeksi pada kasus tifoid (C2) 3. Mampu mengidentifikasi kemungkinan patogen penyebab tifoid dan pilihan alternatif antibiotik yang dapat digunakan dalam tatalaksana tifoid (C3) 4. Mampu melakukan evaluasi terhadap informasi 1) kondisi medis dan riwayat pengobatan pasien (termasuk tingkat keparahan infeksi, kondisi kekhususan, dan riwayat alergi); 2) data epidemiologi patogen (termasuk peta kuman rumah sakit); 3) hasil pemeriksaan mikrobiologis individual pasien; 4) karakteristik fisiko-kimia dan PK-PD antibiotik; serta 5) rekomendasi dari pedoman terapi sebagai dasar untuk menentukan terapi antibiotik (C4) 5. Mampu menemukan masalah terkait obat dan memutuskan rekomendasi rejimen terapi antibiotik (termasuk jenis, dosis, frekuensi, dan durasi pengobatan) sesuai dengan hasil kajian atau evaluasi informasi sebagaimana diuraikan pada butir nomer 4 (C5) 6. Mampu merancang parameter (termasuk: tanda dan gejala sakit, tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan klinis lainnya) untuk memantau efektivitas dan keamanan terapi antibiotik (C5)



2



Metode pembelajaran Mata kuliah Integrated Course for Medication in Infection and Respiratory Disorders disusun sebagai blended learning format yang menggunakan kombinasi sesi tatap muka di kelas (live on-or offline classroom, berupa ceramah dan diskusi materi di dalam kelas), self-directed learning (dapat berupa tugas baca, pemutaran video yang berisi materi yang relevan, atau pengerjakan modul), dan hand-on experiential activities (berupa kegiatan pengerjakan kasus/case studies yang diakhiri dengan pemberian feedback). Sebagai upaya untuk mendukung metode pembelajaran topik tifoid, mahasiswa perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan pengantar yang tertera pada modul sebagai bahan diskusi di kelas. Beberapa pustaka berikut dapat digunakan untuk membantu mahasiswa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut: 1. World Health Organization. (2003) Background document: The diagnosis, treatment and prevention of typhoid fever. Geneva 2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2006) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364/Menkes/SK/V/2006 tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Jakarta 3. Gallagher JC & MacDougall C. (2018) Antibiotics simplified. 4th ed. America: Jones & Bartlett Learning



3



Pertanyaan pengantar 1. Sebutkan karakteristik patogen penyebab demam tifoid! Sertakan gambar struktur patogen untuk membantu menjelaskan. Jawaban



Patogen penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi. Salmonella typhi adalah bakteri gram negatif, memiliki flagel, bersifat anaerob fakultatif (dapat hidup pada kondisi ada sedikit oksigen), berkapsul dan tidak membentuk spora



Salmonella thypi merupakan bakteri gram negative, yang tidak memiliki spora, bergerak Dengan flagel peritrik, bersifat intra seluler fakultatif dan anaerob fakultatif. Ukuran berkisar 0,7-1,5 x 2-5 mikro meter, memiliki antigen somatic (O), antigen flagel (H) dengan 2 fase dan antigen kapsul (Vi) (Parama, Yatnita Cita, 2011).



4



2. Jelaskan patogenesis demam tifoid! Video yang tersedia di ULS dapat digunakan untuk salah satu referensi. Jawaban Patogenesis demam tifoid merupakan proses yang kompleks yang melalui beberapa tahapan. Setelah kuman Salmonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat bertahan terhadap asam lambung dan masuk ke dalam tubuh melalui mukosa usus pada ileum terminalis. Bakteri melekat pada mikrovili di usus, kemudian melalui barier usus yang melibatkan mekanisme membrane ruffling, actin rearrangement, dan internalisasi dalam vakuola intraseluler. Kemudian Salmonella typhi menyebar ke sistem limfoid mesenterika dan masuk ke dalam pembuluh darah melalui sistem limfatik. Bakteremia primer terjadi pada tahap ini dan biasanya tidak didapatkan gejala dan kultur darah biasanya masih memberikan hasil yang negatif. Periode inkubasi ini terjadi selama 7-14 hari. Kemudian dari jaringan ini kuman dilepas ke sirkulasi sistemik lewat pembuluh darah lalu akan menyebar ke seluruh tubuh dan berkolonisasi dalam organ-organ sistem retikuloendotelial, yakni di hati, limpa, usus halus dan sumsum tulang.



5



2.



3. Sebutkan gejala dan tanda demam tifoid! Jawaban a. Demam tinggi b. Gangguan saluran pencernaan seperti konstipasi dan diare c. Timbul bintik2 berwarna merah disekitar perut d. Gangguan kesadaraan e. Hepatosplenomegali f. Bardikardia relative g. Dehidrasi h. Pusing i. Insomnia j. Nyeri abdomen k. Muntah l. Anoreksia m. Nausea n. Feses berdarah



3.



4. Sebutkan pemeriksaan laboratorium, tanda-tanda vital, dan/atau tools untuk penegakan diagnosis demam tifoid! Jawaban 1) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relative, dan aneosinofilia pada permukaan sakit. 2) Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal. 3) Biakan empedu basil salmonella thyphosa dapat ditemukan dalam darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering ditemukan dalam urine dan faeces. 4) Pemeriksaan widal. Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yng diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen O. titer yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang progresif. 5) Pemeriksaan lain (PCR – Polymerase Chain Reaction, Typhi Dot EIA)



6



3. 4.



5. Sebutkan golongan dan jenis antibiotik yang secara teoritis dapat digunakan untuk meng-atasi patogen penyebab demam tifoid! Jawaban



• • • •



Kloramfenikol Seftriakson Ampisilin & Amoksisilin TMP-SMX (Trimethoprim/ (Kotrimoksasol) • Quinolone • Cefixime • Tiamfenikol



Sulfamethoxazole)



dikombinasi



1. Sebutk an karakt eristik patogen penyebab demam tifoid! Sert aka n gam bar strukt ur pat ogen unt uk membant u menjaw ab. 3. 4.



*Pustaka antibiotic simplified dapat digunakan sebagai salah satu pustaka untuk menjawab pertanyaan ini. Jika S.typhi tidak dicantumkan, mahasiswa dapat menggunakan pilihan antibiotik untuk 'family' bakteri tersebut.



7



3. 4. 5.



6. Kaitkan mekanisme kerja antibiotik yang Anda temukan pada pertanyaan no 5 dengan struktur patogen penyebab demam tifoid! Jawaban



8







Kloramfenikol Kloramfenikol merupakan antibiotik lini pertama terapi demam tifoid yang bersifat bakteriostatik namun pada konsentrasi tinggi dapat bersifat bakterisid terhadap kuman- kuman tertentu serta berspektrum luas. Dapat digunakan untuk terapi bakteri gram positif maupun negatif.Kloramfenikol terikat pada ribosom subunit 50s serta menghambat sintesa bakteri sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman.







Seftriakson Seftriakson merupakan terapi lini kedua pada kasus demam tifoid dimana bakteri Salmonella Typhi sudah resisten terhadap berbagai obat. Antibiotik ini memiliki sifat bakterisid dan memiliki mekanisme kerja sama seperti antibiotik betalaktam lainnya, yaitu menghambat sintesis dinding sel mikroba, yang dihambat ialah reaksi transpeptidase dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel.







Ampisilin Ampisilin memiliki mekanisme kerja menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba.Pada mikroba yang sensitif, ampisilin akan menghasilkan efek bakterisid.







TMP-SMX dikombinasi Kotrimoksasol Kotrimoksasol merupakan antibiotik kombinasi antara trimetoprim dan sulfametoksasol, dimana kombinasi ini memberikan efek sinergis.Trimetoprim dan sulfametoksasol menghambat reaksi enzimatik obligat pada mikroba.Sulfametoksasol menghambat masuknya molekul PAmino Benzoic Acid (PABA) ke dalam molekul asam folat, sedangkan trimetoprim menghambat enzim dihidrofolat reduktase mikroba secara selektif.Frekuensi terjadinya resistensi terhadap kotrimoksasol lebih rendah daripada masing-masing obat, karena mikroba yang resisten terhadap salah satu komponen antibiotik masih peka terhadap komponen lainnya.







Sefotaksim Sefotaksim merupakan antibiotik yang sangat aktif terhadap berbagai kuman gram positif maupun gram negatif aerobik.Obat ini termasuk dalam antibiotik betalaktam, di mana memiliki mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel mikroba.Mekanisme penghambatannya melalui reaksi transpeptidase dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel.



3. 4. 5. 6.



7. Sebutkan pilihan antibiotik beserta dengan dosis, durasi, dan perhatian khusus untuk demam tifoid berdasarkan panduan terapi World Health Organization (WHO)! Jawaban



9



3. 4. 5. 6. 7.



8. Sebutkan pilihan antibiotik beserta dengan dosis, durasi, dan perhatian khusus untuk demam tifoid berdasarkan panduan terapi Kementerian Kesehatan (Kemenkes)! Jawaban Antibiotika Kloramfenikol



Durasi Dewasa: 4 x 500 mg (2 gr) selama 14 hari Anak: 50-100 mg/kg BB/hr Max 2 gr selama 10-14 hr Dibagi 4 dosis s



Perhatian khusus -Pemberian PO/IV -Tidak diberikan bila leukosit < 2000/mm3



Sefriakson



Dewasa: 2-4 gr/hr selama 35 hari Anak: 80 mg/kg BB/hr Dosis tunggal slm 5 hari



Ampisilin & Amoksisilin



Dewasa: 3-4 gr/hr selama 14 hari Anak: 100 mg/kg BB/hr selama 10 hari



TMP-SMX (Kotrimoksasol)



Dewasa: 2x (160-800) selama 2 minggu Anak: TMP 6-10 mg/kg BB/hr atau SMX 30-50 mg/kg/hr selama 10 hari



-Pemberian IV -Cepat menurunkan suhu, lama pemberian pendek, dapat dosis tunggal serta aman untuk anak -Aman untuk penderita hamil -Sering dikonsumsi dengan kloramfenikol pada px kritis -Pemberian PO/IV -Tidak mahal -Pemberian peroral



Quinolone



-Siprofloksasin 2 x 500 mg 1 minggu -Ofloksasin 2 x 200-400 1 minggu -Pefloksasin 1 x 400 selama 1 minggu -Fleroksasin 1 x 400 selama 1 minggu



Cefixime



Anak: 15-20 mg/kg BB/hr dibagi 2 dosis selama 10 hari



-Pefloksasin dan fleroksasin lebih cepat menurunkan suhu -Efektif mencegah relaps dan karier -Pemberian peroral -Anak : tidak dianjurkan karena efek samping pada pertumbuhan tulang -Aman untuk anak -Efektif -Pemberian peroral



Tiamfenikol



Dewasa: 4 x 500 mg Anak: 50 mg/kg/bb/hari selama 5-7 hari bebas panas



-Dapat untuk anak dan dewasa -Dilaporkan cukup sensitif pada beberapa daerah



10



3. 4. 5. 6. 7. 8.



9. Compare and contrast tatalaksana demam tifoid yang tertera pada panduan terapi oleh WHO maupun Kemenkes! Sebutkan perbedaan rekomendasi dari kedua panduan terapi tersebut! Jawaban Menurut rekomendasi dari who antibiotik yang paling direkomendasikan adalah fluoroquinolone dikarenakan Fluoroquinolones secara luas dianggap optimal untuk pengobatan tipus demam pada orang dewasa . Mereka relatif murah, ditoleransi dengan baik dan lebih cepat dan andal efektif daripada obat lini pertama sebelumnya, yaitu kloramfenikol, ampisilin, amoksisilin dan trimethoprim-sulfametoksazol . Mayoritas isolat adalah masih sensitif. Fluoroquinolones mencapai penetrasi jaringan yang sangat baik, membunuh S. Typhi sedangkan menurut kemenkes antibiotik yang paling direkomendasikan adalah Seftriaxon ( bisa digunakan untuk dewasa dan anak-anak), Cefixim (efektif untuk anak-anak ), Quinolone ( tidak dianjurkan anak-anak < 18 thn) dikarenakan dapat mengganggu pada pertumbuhan tulang Tatalaksana terapi demam tifoid menurut Kemenkes : 1. Perawatan umum dan nutrisi 2. Terapi antimikroba 3. Pengobatan dan perawatan komplikasi 4. Perawatan mandiri dirumah 5. Rangkuman prinsip dan Langkah strategis tatalaksan tifoid berupa : - Evaluasi awal, Rawat atau rujuk, perawatan, pemberian anti mikroba, terapi terhadap komplikasi dan koorbid, control dan monitoring, diagnosis pasti, penilaian kemajuan terapi, deteksi karier, dan terapi terhadap karier Tatalaksana pengobatan demam tifoid menurut WHO : 1. Manajemen umum 2. Terapi anti mikroba 3. Penatalaksanaan komplikasi 4. Manajemen pengangkut



11



Materi Minggu 2 - HIV Capaian pembelajaran Pada akhir perkuliahan minggu kedua ini, mahasiswa mampu memutuskan rancangan terapi yang efektif dan aman beserta dengan target terapi dan parameter monitoring yang tepat pada kasus HIV (C5). Beberapa kompetensi yang perlu mahasiswa kuasai agar dapat mencapai kompetensi pembelajaran utama tersebut, antara lain: 1. Mampu menjelaskan karakteristik (struktur sel) patogen dan patogenesis terjadinya infeksi oleh HIV (C2) 2. Mampu menjelaskan tanda dan gejala sakit (signs and symptoms), tanda-tanda vital (vital signs), hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan klinis lainnya (termasuk hasil USG dan foto thorax) yang relevan dengan penyakit infeksi pada kasus infeksi HIV (C2) 3. Mampu mengidentifikasi pilihan alternatif antiviral yang dapat digunakan dalam tatalaksana infeksi oleh HIV (C3) 4. Mampu melakukan evaluasi terhadap informasi 1) kondisi medis dan riwayat pengobatan pasien (termasuk tingkat keparahan infeksi, kondisi kekhususan, dan riwayat alergi); 2) rekomendasi dari pedoman terapi sebagai dasar untuk menentukan terapi antiviral (C4) 5. Mampu menemukan masalah terkait obat dan memutuskan rekomendasi rejimen terapi antiviral (termasuk jenis, dosis, frekuensi, dan durasi pengobatan) sesuai dengan hasil kajian atau evaluasi informasi sebagaimana diuraikan pada butir nomer 4 (C5) 6. Mampu merancang parameter (termasuk: tanda dan gejala sakit, tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan klinis lainnya) untuk memantau efektivitas dan keamanan terapi antiviral (C5)



12



Metode pembelajaran Mata kuliah Integrated Course for Medication in Infection and Respiratory Disorders disusun sebagai blended learning format yang menggunakan kombinasi sesi tatap muka di kelas (live on-or offline classroom, berupa ceramah dan diskusi materi di dalam kelas), self-directed learning (dapat berupa tugas baca, pemutaran video yang berisi materi yang relevan, atau pengerjakan modul), dan hand-on experiential activities (berupa kegiatan pengerjakan kasus/case studies yang diakhiri dengan pemberian feedback). Sebagai upaya untuk mendukung metode pembelajaran topik infeksi oleh HIV, mahasiswa perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan pengantar yang tertera pada modul sebagai bahan diskusi di kelas. Beberapa pustaka berikut dapat digunakan untuk membantu mahasiswa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut:



1. World Health Organization. (2021) Consolidated guidelines on HIV prevetion, testing, treatment, service delivery and monitoring: Recommendations for a public health approach . Geneva 2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2019) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/90/2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana HIV. Jakarta 3. Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC et al. (2011) Pharmacotherapy: A pathophysiologic approach. 8th ed. McGraw-Hill: America



3 13



Pertanyaan pengantar 1. Sebutkan karakteristik human immunodeficiency virus (HIV)! Jawaban HIV termasuk dalam genus Lentivirus dari famili Retroviridae. Struktur HIV berbentuk sferis yang terdiri atas capsid yang terselimuti dengan envelope yang berupa komponen membran dan membran yang berasal dari sel inang. Capsid berbentuk peluru yang terbentuk dari protein p24 dari gen gag, capsid berisi dua duplikat utas RNA yang merupakan genom virus. Capsid mengandung enzim reverse transcriptase (RT), RNase-H, integrase, dan Protease. Keterangan gambar: a. Lipid yang berasal dari membran sel host. b. Mempunyai 72 semacam paku yang dibuat dari glikoprotein (gp) 120 dan gp 41, setiap paku disebut trimer dimana dari 3 copy dari gp 120, gp 41. c. Protein yang sebelumnya terdapat pada membran sel yang terinfeksi. d. Gp 120 : glikoprotein yang merupakan bagian dari envelope (sampul) yang tertutup oleh molekul gula untuk melindungi dari pengenalan antibodi yang berfungsi mengenali secara spesifik reseptor dari permukaan target sel dan secara tidak langsung berhubungan dengan sampai menyebar. e. Gp 41 : transmembran glikoprotein yang berfungsi melakukan trans membran virus, mempercepat fusion (peleburan) dari penderita dan membran virus serta membawa HIV masuk ke dalam tubuh penderita. f. RNA dimer dibentuk dari 2 single strand dari RNA. g. Matrix protein (p17) : garis dari bagian dalam membran virus dan bisa memfasilitasi perjalanan dari HIV DNA masuk ke inti tubuh penderita. h. Capsid protein (p24) : inti dari virus HIV yang berisikan 2 kopi dari RNA genom dan 3 macam enzim (reverse ranscriptase, protease dan integrase).



14



2. Jelaskan proses HIV menyerang sel host dan memperbanyak diri dalam tubuh manusia! Jawaban



Patogenesis HIV adalah kurangnya jenis limfosit Th yang mengandung marker CD4 (sel-T).limfosit-T merupakan pusat dan sel utama yang telibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menjalankan fungsi imunologik. Virus HIV yang masuk ke dalam tubuh akan mengikat sel-sel dari sistem imun seperti monosit, makrofag, dan sel T-limfosit (CD4, sel T) untuk memperbanyak diri, hal inilah dapat menyebabkan orang yang terinfeksi HIV rentan terhadap berbagai penyakit dan dapat menyebabkan kematian. Virus tersebut membawa materi genetik dalam asam ribonukleat (RNA) bukan dalam asam deoksiribo nukleat (DNA). Virus HIV yang masuk kedalam tubuh akan menyerang sel CD4+ yang meliputi monosit, makrofag dan limfosit T4 helper dengan cara berikatan dengan limfosit T4 helper yang akan memprogram ulang materi genetik sel untuk membuat double-stranded DNA (DNA utas-ganda) dengan bantuan enzim revers transcriptase. DNA akan disatukan dengan nucleus T4 sebagai provirus sehingga terjadi infeksi permanen. Sel T4 yang sudah terinfeksi akan diaktifkan, sehingga HIV dapat menghancurkan sel T4 kemudian HIV dilepas melalui plasma darah dan akan menginfeksi sel-sel CD4+ lain. Siklus replikasi HIV belum aktif sampai sel yang terinfeksi diaktifkan oleh antigen, mitogen, hepatitis, herpes simplek dan sitokin. Infeksi HIV tidak langsung memperlihatkan tanda atau gejala tertentu, namun gejala tidak khas pada HIV akut muncul 3-6 minggu setelah terinfeksi. Virus HIV yang inaktif dalam sel tubuh dianggap infeksius karena dapat ditularkan selama penderita masih hidup.



15



Seb utka



3. Jelaskan mekanisme kerja obat anti HIV dan kaitkan dengan proses HIV menyerang dan memperbanyak diri dalam tubuh manusia! Jawaban Penggolongan ARV a. Penghambat reverse transcriptase enzyme 1. Analog Nucleosid Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI) Mekanisme kerjanya NRTI diubah secara intraseluler dalam 3 tahap penambahan 3 gugus fosfat dan selanjutnya berkompetisi dengan natural nukleotida menghambat Reverse Transcription (RT), sehingga perubahan RNA menjadi DNA terhambat, NRTI juga menghentikan perpanjangan DNA. Contohnya : Zidovudin (ZDV/AZT), Stavudin (d4T), Lamivudin (3TC), Zalcitabin (ddC), Didanosine (ddL), Abacavir (ABC) 2. Analog nukleotida analog adenosine monofosfat : tenofir. Mekanisme kerjanya pada penghambatan replikasi HIV sama dengan NRTI tetapi hanya memerlukan 2 tahapan proses fosforilasi. Obat ini gunakan untuk infeksi HIV dalam kombinasi dengan ARV yang lain. Sebelum terapi harus dilakukan pemeriksaan fungsi hati dan serum fosfat, sebulan satu kali selama satu tahun, selanjutnya tiap 3 bulan dan monitor pasien dengan hepatitis B. Obat ini bila diberikan bersamaan dengan didanosine akan menyebabkan toksisitas. Kontra indikasinya pada ibu menyusui dan memiliki efek samping mual, muntah, diare, nyeri perut, gangguan fungsi ginjal. 3. Non Nukleosida Reverse Transcription Inhibitors (NNRTI) Mekanisme kerjanya tidak melalui tahapan fosforilasi intraseluler tetapi berikatan langsung dengan reseptor pada RT dan tidak berkompetensi dengan nukleotida natural. Contohnya : Nevirapin (NVP), Efavirenz (EFP). b. Penghambat masuknya virus. Mekanisme kerjanya dengan cara berikatan dengan subunit GP41 selubung glikoprotein virus sehingga fusi virus ke target sel dihambat. Contohnya enfuvirtid (Depkes, 2004). Enfuvirtid di indikasikan untuk infeksi HIV dalam kombinasi dengan ARV yang lain. Peringatan untuk pasien dengan hepatitis B atau C, gangguan hati, gangguan ginjal, kehamilan. Kontraindikasi terhadap ibu menyusui. Efek sampingya meliputi reaksi pada tempat suntikan, diare, mual, muntah, sakit kepala, reaksi hipersensitifitas, neuropati perifer. Dosis subkutan 90 mg dua kali sehari. c. Penghambat enzim protease (PI) ritonavir (RTV) Mekanisme Protease Inhibitors (PI) berikatan secara eversible dengan enzim protease yang mengkatalisa pembentukan protein yang dibutuhkan untuk proses akhir pematangan virus, sehingga virus yang terbentuk tidak masuk dan tidak menginfeksi sel lain. PI adalah ARV yang potensial. Contohnya : Saquinavir (SQV) dan Nelfinavir (NFV).



16



4. Sebutkan dan jelaskan kemungkinan efek samping yang dapat terjadi untuk masing-masing golongan ARV! Jawaban Kebanyakan obat-obatan, obat ARV dapat menimbulkan efek samping.Efek yang ditimbulkan seringkali ringan, namun dapat menjadi serius dan memberikan dampak yang besar bagi kesehatan atau kualitas hidup. 1. NRTI Obat yang termasuk golongan ini dihubungkan dengan degenerasi lemak hepar dan asidosis laktat yang sehubungan dengan keracunan mitokondrial seluler.Awalnya asidosis laktat muncul dengan gejala gastrointestinal yang tidak spesifik seperti mual, muntah, rasa sakit dan peregangan abdomen dan kelemahan secara menyeluruh.Hal ini dapat meningkat menjadi tachypnoe dan dyspnoe yang akhirnya menjadi kegagalan



respirasi,



serta



adanya



abnormalitas



liver,



creatinine



phospokinase, creatine dan thrombocytopenia.NRTI harus dihentikan bila asidosis laktat terjadi.3-5% anak-anak dan dewasa menerima abacavir yang menghasilkan reaksi hipersensitif berbahaya. 2. NNRTI Obat-obat yang termasuk dalam kelas NNRTI dapat menimbulkan peningkatan alanine/aspartate aminotransferase dan kasus hepar parah yang jarang.Obat-obat golongan NNRTI, nevirapine paling banyak menyebabkan hepatitis klinis.Dua pertiga dari hepatitis klinis yang berhubungan dengan nevirapine dapat terjadi dalam 12 minggu pertama, serta meningkat cepat menjadi kegagalan hepar yang sangat mengkhawatirkan. 3. PI Efek samping yang spesifik dari kelas protease inhibitor adalah tahanan insulin, diabetes mellitus, hyiperlipidemia, hepatitis, kerusakan tulang dan perdarahan pada hemophilia.



17



Sebutk an k arakt eristik patog en peny



4.



5. Sebutkan dan jelaskan rekomendasi yang diberikan oleh World Health Organization (WHO) terkait pencegahan transmisi HIV! Jawaban Pencegahan yang dapat mengurangi dan atau kemungkinan tranmisi HIV, meliputi: •



Kondom pria dan wanita serta pelumas yang kompatibel dengan kondom. Kondom pria diperkirakan dapat mengurangi penularan heteroseksual setidaknya 80% dan memberikan 64% perlindungan dalam seks anal antara pria yang berhubungan seks dengan pria, jika digunakan dengan konsisten dan benar. Sedikit data yang tersedia untuk kemanjuran kondom wanitam tetapi bukti menunjukkan bahwa mereka dapat memiliki efek pencegahan yang serupa.







Pengurangan dampak buruk bagi orang yang menyuntikkan narkoba. -



Program jarum suntik sangat efektif dalam mengurangi penularan HIV dan hepatitis C melalui penggunaan narkoba suntik.



-



Terapi substitusi opioid dengan metadon atau buprenorfin adalah bentuk pengobatan yang paling efektif untuk ketergantungan opioid dan memiliki manfaat tambahan untuk secara efektif mengurangi penularan HIV melalui penggunaan narkoba yang disuntik.



18



5.



6. Sebutkan apa pilihan ARV yang direkomendasikan oleh WHO! Kapan inisiasi ARV perlu dilakukan? Jawaban



ARV harus dimulai/ dilakukan untuk semua orang yang hidup dengan HIV terlepas dari tahap klinis dan pada jumlah sel CD4 apa pun. •



Dewasa (rekomendasi kuat, bukti kepastian sedang)







Wanita hamil dan menyusui (rekomendasi kuat, bukti kepastian sedang)







Remaja (rekomendasi bersyarat, bukti kepastian rendah)







Anak-anak yang hidup dengan HIV berusia satu tahun hingga kurang dari 10 tahun) (rekomendasi bersyarat, bukti kepastian rendah)







Bayi didiagnosis pada tahun pertama (rekomendasi kuat, bukti kepastian sedang)



19



6.



7. Sebutkan apa pilihan ARV yang direkomendasikan oleh Kemenkes! Kapan inisiasi ARV perlu dilakukan? Jawaban



Pada Kemenkes, ARV diindikasikan pada semua ODHA (orang dengan HIV/AIDS) berapapun jumlah CD4-nya. Pada ODHA yang datang tanpa gejala infeksi oportunistik, ARV dimulai segera dalam 7 hari setelah diagnosis dan penilaian klinis. Pada ODHA sudah siap untuk memulai ARV, dapat ditawarkan untuk memulai ARV pada hari yang sama, terutama pada ibu hamil. Terapi ARV juga harus diberikan pada semua pasien TB dengan HIV tanpa memandang nilai CD4. Pada keadaan ko-infeksi TB-HIV, pengobatan TB harus dimulai terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan pengobatan ARV.



20



7.



8. Compare and contrast tatalaksana infeksi HIV yang tertera pada panduan terapi oleh WHO maupun Kemenkes! Sebutkan perbedaan rekomendasi dari kedua panduan terapi tersebut! Jawaban



21



8.



9. Sebutkan dan jelaskan kriteria gagal terapi yang direkomendasikan dalam panduan terapi tatalaksana Kemenkes! Jawaban



22



8.



10. Apa yang dimaksud dengan infeksi oportunistik pada pasien dengan HIV? Sebutkan jenis infeksi oportunistik yang dapat terjadi pada pasien HIV! Jawaban Infeksi oportunistik adalah infeksi yang terjadi akibat adanya penurunan sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut umumnya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal, namun dapat berakibat fatal pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah seperti pada penderita HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome).



23







Candidiasis







Infeksi paru (pneumocystis)







Tuberkulosis







Herpes simplex







Toksoplasmosis







Infeksi pencernaan (cryptosporidiosis)







Pneumonia



9. 10.



11. Sebutkan pilihan terapi untuk masing-masing jenis infeksi oportunistik dan kapan perlu diberikan beserta pustaka pedoman terapi yang Anda gunakan! Jawaban •



Candidiasis







Tuberkulosis Berdasarkan rekomendasi WHO dan ISTC semua pasien HIV yang telah terdiagnosis TB sebagai salah satu infeksi oportunistik harus diberikan kotrimoksazol sebagai pencegahan infeksi lain tanpa menilai jumlah CD4 atau berapapun nilai CD4, diberikan dengan dosis 1 kali 960 mg per hari selama mendapat terapi OAT. Apabila pengobatan OAT selesai dan nilai CD4 >200 sel/μL, maka pemberian kotrimoksazol dapat dihentikan, tetapi apabila CD4 < 200 sel/μL, maka kotrimoksazol dapat diteruskan dengan dosis yang sama. (Kemenkes RI nomor HK. 01.07/MENKES/90/2019)



24



11.



12. Sebutkan parameter monitoring efektivitas dan keamanan penggunaan obat HIV! Jawaban



25



Materi Minggu 2 - Kasus Tifoid Kasus 1 Tn. SK datang ke instalasi gawat darurat (IGD) pada tanggal 25 Agustus 2022 pukul 10.00 dengan keluhan demam sejak 8 hari yang lalu, mual dan muntah 2 kali pagi ini. Pada awalnya, pasien hanya mengalami demam ringan hingga kemarin demam semakin memburuk dimana temperatur mencapai 39oC. Pasien menyatakan tidak batuk, tidak pilek, tidak mual, dan tidak ada nyeri telan, namun pasien mengatakan kemarin muntah 2 kali, buang air besar (BAB) dengan konsistensi lembek sebanyak 2 kali. Berdasarkan penggalian informasi lebih lanjut, akhir-akhir ini pasien sering makan siang di warung depan kantornya yang baru buka. Sebelumnya pasien selalu membawa bekal dari rumah. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun, termasuk dispepsia. Hasil pemeriksaan fisik di IGD, dokter jaga menemukan adanya pembesaran hati dan pembesaran limpa. Selain itu, dokter menemukan ada bercak merah menyerupai mawar (rose spot) di bagian perut dan dada pasien yang hilang ketika ditekan. Pasien tidak ikterus/jaundice. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukkan suhu 38,7oC, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 90 x/menit, dan laju pernafasan 20 kali/menit. Oleh karena itu, dokter memutuskan pasien perlu rawat inap di rumah sakit. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil sebagai berikut:



Diagnosis dokter: demam tifoid tanpa komplikasi Hasil pemeriksaan mikrobiologi tanggal 26 Agustus 2022 menunjukkan temuan bakteri gram negatif bentuk batang.



26



Obat yang diberikan, antara lain:



Instruksi: 1. Anda adalah seorang apoteker yang sedang melakukan pemantauan terapi obat (PTO) pada tanggal 29 Agustus 2022 pukul 14.00. Buatlah analisis SOAP dengan data yang Anda peroleh pada tanggal 28 Agustus 2022 pada form di bawah ini! Gunakan form analisis SOAP yang tercantum di ULS!



12 27



Kasus 2 Anda seorang apoteker yang sedang melakukan pemantauan terapi pada seorang pasien (Tn. AA) pada tanggal 29 Agustus 2022 pukul 10.00. Adapun detail informasi yang Anda peroleh sebagai berikut:



28



Informasi dari bagian mikrobiologi klinik (tanggal 27 Agustus 2022) 1. Hasil pewarnaan gram menunjukkan adanya bakteri gram negatif dengan bentuk batang 2. Dokter A Sp.MK memberikan informasi terkait hasil evaluasi sensitivitas antibiotik pada Salmonella typhi. Ia menyatakan bahwa 75% S. typhi di rumah sakit tersebut selama periode 2020-2021 telah resisten terhadap Kloramfenikol.



12 29



Catatan perawat pada rekam medis tanggal 29 Agustus 2022: Pasien mengeluhkan sedikit mual, sudah tidak demam sejak 28 Agustus 2022, masih sedikit pusing. Obat dilanjutkan oleh DPJP. Rencana pasien keluar rumah sakit besok (30 Agustus 2022). Pasien makan seperti biasa, tidak ada keluhan terkait dengan nafsu makan. 1.



2. Buatlah analisis SOAP dengan data yang Anda peroleh pada tanggal 29 Agustus 2022 pada form yang telah disediakan! Gunakan form analisis SOAP yang tercantum di ULS!



30



Materi Minggu 3 - Hepatitis B Capaian pembelajaran Pada akhir perkuliahan minggu ketiga ini, mahasiswa mampu memutuskan rancangan terapi yang efektif dan aman beserta dengan target terapi dan parameter monitoring yang tepat pada kasus Hepatitis B (C5). Beberapa kompetensi yang perlu mahasiswa kuasai agar dapat mencapai kompetensi pembelajaran utama tersebut, antara lain: 1. Mampu menjelaskan karakteristik (struktur sel) patogen dan patogenesis terjadinya infeksi oleh virus hepatitis B (HBV; C2) 2. Mampu menjelaskan tanda dan gejala sakit (signs and symptoms), tanda-tanda vital (vital signs), hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan klinis lainnya (termasuk hasil USG dan foto thorax) yang relevan pada kasus infeksi HBV (C2) 3. Mampu mengidentifikasi pilihan alternatif antiviral yang dapat digunakan dalam tatalaksana infeksi oleh HBV (C3) 4. Mampu melakukan evaluasi terhadap informasi 1) kondisi medis dan riwayat pengobatan pasien (termasuk tingkat keparahan infeksi, kondisi kekhususan, dan riwayat alergi); 2) rekomendasi dari pedoman terapi sebagai dasar untuk menentukan terapi antiviral (C4) 5. Mampu menemukan masalah terkait obat dan memutuskan rekomendasi rejimen terapi antiviral (termasuk jenis, dosis, frekuensi, dan durasi pengobatan) sesuai dengan hasil kajian atau evaluasi informasi sebagaimana diuraikan pada butir nomer 4 (C5) 6. Mampu merancang parameter (termasuk: tanda dan gejala sakit, tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan klinis lainnya) untuk memantau efektivitas dan keamanan terapi antiviral (C5)



31



Metode pembelajaran Mata kuliah Integrated Course for Medication in Infection and Respiratory Disorders disusun sebagai blended learning format yang menggunakan kombinasi sesi tatap muka di kelas (live on-or offline classroom, berupa ceramah dan diskusi materi di dalam kelas), self-directed learning (dapat berupa tugas baca, pemutaran video yang berisi materi yang relevan, atau pengerjakan modul), dan hand-on experiential activities (berupa kegiatan pengerjakan kasus/case studies yang diakhiri dengan pemberian feedback). Sebagai upaya untuk mendukung metode pembelajaran topik infeksi oleh HBV, mahasiswa perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan pengantar yang tertera pada modul sebagai bahan diskusi di kelas. Beberapa pustaka berikut dapat digunakan untuk membantu mahasiswa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut: 1. American Association for the Study of Liver Diseases (AASLD). (2018). Update on Prevention, Diagnosis, and Treatment of Chronic Hepatitis B: AASLD 2018 Hepatitis B Guidance. Hepatology; 67(4): 1560-1599. 2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2019) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/322/2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Hepatitis B. Jakarta 3. Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC et al. (2011) Pharmacotherapy: A pathophysiologic approach. 8th ed. McGraw-Hill: America



3 32



Pertanyaan pengantar 1. Sebutkan karakteristik virus hepatitis B (Hepatitis B Virus; HBV)! Jawaban



Virus hepatitis B adalah anggota keluarga Hepadnavidae dan satu-satunya virus hepatitis yang memiliki genom berupa DNA. Karakteristik virus ini yaitu memiliki selubung dan bereplikasi melewati perantaraan RNA.



33



1. Sebutk an karakt eristik patogen penye bab demam tifoid! Sert aka n gam bar strukt ur pat ogen unt uk membant u menjaw ab.



2. Jelaskan proses HBV menyerang sel host dan memperbanyak diri dalam tubuh manusia! Jawaban Sel hati manusia merupakan target organ bagi virus Hepatitis B. Virus Hepatitis B mula-mula melekat pada resptor spesifik di membram sel hepar kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Virus melepaskan mantelnya di sitoplasma, sehingga melepaskan nukleokapsid. Selajutnya nukleokapsid akan menembus sel dinding hati. Asam nukleat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes dan berintergrasi pada DNA tersebut. Proses selanjutnya adalah DNA VHB memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru. Virus Hepatitis B dilepaskan ke peradangan darah, terjadi mekanisme kerusakan hati yang kronis disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap infeks.



34



1. Sebutk an karakt eristik patogen penye bab demam tifoid! Sert aka n gam bar struktur patogen untuk mem bantu menjawab. 2. Jelaska n pat ogenesis demam tifoid! Video yang tersedia di UL S dapat digunaka n unt uk salah satu referensi.



3. Jelaskan mekanisme kerja obat anti HBV dan kaitkan dengan proses HBV menyerang dan memperbanyak diri dalam tubuh manusia! Jawaban



35



1. Sebutk an k arakt eristik patog en penyebab dem am t ifoid! Ser tak an gam bar str uk tur pat ogen unt uk mem bantu menjaw ab. 2. Jelaskan pat ogenesis demam tif oid! Video yang tersedia di U LS dapat dig unak an untuk salah sat u r efer ensi. 3. Sebutk an g ejala dan tanda demam t ifoid!



4. Sebutkan dan jelaskan kemungkinan efek samping yang dapat terjadi untuk masing-masing golongan antivirus dengan indikasi HBV! Jawaban •



Tenofovir Disoproxil Fumarate Sampai saat ini masih belum ditemukan efek samping tenofovir yang berat. Namun telah dilaporkan adanya gangguan ginjal pada pasien dengan koinfeksi VHB dan HIV.







Adefovir Dipivoxil Obat ini memiliki efek samping berupa gangguan ginjal (azotemia, hipofosfatemia, asidosis, glicosuria, dan proteinuria) yang bersifat dosedependent dan reversibel.







Telbivudin Efek samping terapi telbivudin juga cenderung ringan, namun beberapa laporan menyebutkan adanya peningkatan creatinin kinase yang reversibel bila terapi dihentikan. Dilaporkan juga adanya kasus myopati yang juga reversibel dengan penghentian terapi.



36



1. Sebutk an k arakt eristik patog en penyebab dem am t ifoid! Ser tak an gam bar str uk tur pat ogen unt uk mem bantu menjaw ab. 2. Jelaskan pat ogenesis demam tif oid! Video yang tersedia di U LS dapat dig unak an untuk salah sat u r efer ensi. 3. Jelaskan mekanism e k erj a obat ant i HIV dan k ait kan dengan pr oses HIV m eny er ang dan mem perbany ak dir i dalam tubuh manusia! 4.g



5. Sebutkan dan jelaskan rekomendasi terapi infeksi HBV yang diberikan oleh American Association for the Study of Liver Diseases (AASLD) tahun 2018! Jawaban



37



1. Sebutk an k arakt eristik patog en penyebab dem am t ifoid! Ser tak an gam bar str uk tur pat ogen unt uk mem bantu menjaw ab. 2. Jelaskan pat ogenesis demam tif oid! Video yang tersedia di U LS dapat dig unak an untuk salah sat u r efer ensi. 3. Sebutk an g ejala dan tanda demam t ifoid! 4. Sebutk an dan j elask an kem ung kinan efek samping y ang dapat t erjadi unt uk m asing-masing g olong an ART! 5.g



6. Sebutkan dan jelaskan rekomendasi terapi infeksi HBV yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2019! Jawaban • Terapi dengan Analog Nukleos(t)ida a. Entecavir Entecavir (ETV) adalah analog 2-deoxyguanosine. Obat ini bekerja dengan menghambat priming DNA polimerase virus, reverse transcription dari rantai negatif DNA, dan sintesis rantai positif DNA. b. Tenofovir Disoproxil Fumarate Tenofovir disoproxil fumarate (TDF) adalah prekursor tenofovir, sebuah analog nukleotida yang efektif untuk hepadanavirus dan retrovirus. Tenofovir diberikan secara oral pada dosis 300 mg/hari. Sampai saat ini masih belum ditemukan efek samping tenofovir yang berat. Namun telah dilaporkan adanya gangguan ginjal pada pasien dengan koinfeksi VHB dan HIV. c. Lamivudin Analog nukleos(t)ida bekerja dengan menghambat tempat berikatan polimerase virus, berkompetisi dengan nukleosida atau nukleotida, dan menterminasi pemanjangan rantai DNA. Lamivudin (2, 3'-dideoxy-3-thiacytidine) adalah analog nukleos(t)ida pertama yang pada tahun 1998 diakui sebagai obat hepatitis B. Obat ini berkompetisi dengan dCTP untuk berikatan dengan rantai DNA virus yang akan menterminasi pemanjangan rantai tersebut. Lamivudin (LAM) diminum secara oral dengan dosis optimal 100 mg/hari. Pemberian satu kali sehari dimungkinkan mengingat waktu paruhnya yang mencapai 17-19 jam di dalam sel yang terinfeksi. d. Adefovir Dipivoxil Adefovir dipivoxil (ADV) adalah analog adenosine monophosphate yang bekerja dengan berkompetisi dengan nukleotida cAMP untuk berikatan dengan DNA virus dan menghambat polymerase dan reverse transcriptase sehingga memutus rantai DNA VHB. e. Telbivudin Telbivudin (LdT) adalah analog L-nukleosida thymidine yang efektif melawan replikasi VHB. Obat ini diberikan secara oral dengan dosis optimal 600 mg/hari. •



Terapi dengan Pegylated Interferon Interferon (IFN) adalah mediator inflamasi fisiologis dari tubuh berfungsi dalam pertahanan terhadap virus. Senyawa ini memiliki efek antiviral, immunomodulator, dan antiproliferatif. Interferon akan mengaktifkan sel T sitotoksik, sel natural killer, dan makrofag. Selain itu, interferon juga akan merangsang produksi protein kinase spesifik yang berfungsi mencegah sintesis protein sehingga menghambat replikasi virus. Saat ini tersedia 2 jenis pegylated interferon, yaitu pegylated-interferon α-2a (peg-IFN α-2a) dan pegylated-interferon α-2b (peg-IFN α-2b). IFN konvensional diberikan dalam dosis 5 MU per hari atau 10 MU sebanyak 3 kali per minggu, sementara Peg-IFN α2a diberikan sebesar 180 µg/minggu, dan Peg-IFN α2b diberikan pada dosis 1-1.5 µg/kg/minggu. Semua pemberian terapi Interferon diberikan secara injeksi subkutan.



38



1. Sebutk an k arakt eristik patog en penyebab dem am t ifoid! Ser tak an gam bar str uk tur pat ogen unt uk mem bantu menjaw ab. 2. Jelaskan pat ogenesis demam tif oid! Video yang tersedia di U LS dapat dig unak an untuk salah sat u r efer ensi. 3. Jelaskan mekanism e k erj a obat ant i HIV dan k ait kan dengan pr oses HIV m eny er ang dan mem perbany ak dir i dalam tubuh manusia! 4.g 5 . S ebutk a n da n jel a sk a n rek om end a si y a ng di beri k a n ol eh W orl d H ea l th O rg a ni z a ti on (W H O ) terk a i t penc eg a ha n tra ns m i si HI V ! 6.g



7. Compare and contrast tatalaksana infeksi HBV yang tertera pada panduan terapi AASLD maupun Kemenkes! Jawaban



39



1. Sebutk an k arakt eristik patog en penyebab dem am t ifoid! Ser tak an gam bar str uk tur pat ogen unt uk mem bantu menjaw ab.



7.



8. Sebutkan parameter monitoring efektivitas dan keamanan penggunaan obat anti HBV! Jawaban



40



Materi Minggu 3 - Kasus HIV Kasus 1



see PPT (in-class activity)



Kasus 2 Anda seorang apoteker yang sedang melakukan pemantuan terapi (tanggal 30 Mei 2022; pukul 10.00) pada seorang pasien dengan data sebagai berikut:



41



Pemeriksaan fisik



12 42



Pemeriksaan laboratorium



Pemeriksaan penunjang



43



Obat yang diberikan pada pasien



12 44



Catatan Perawat: Tgl 30 Mei 2022: pasien tidak mengeluhkan batuk, tidak ada demam, tidak ada mual dan tidak ada muntah, tidak ada diare. Pasien mengatakan sariawan masih ada tetapi sudah berkurang disbanding pada saat MRS. Instruksi mengerjakan kasus 2: 1. Anda diminta untuk menemukan dua (2) DRP TERKAIT TATA LAKSANA INFEKSI OLEH HIV DAN OPPORTUNISTIC INFECTIONS YANG TERJADI. Setelah itu, Anda diminta menyusun rancangan terapi untuk mengatasi masalah tersebut



45



Materi Minggu 4 - COVID 19 Capaian pembelajaran Pada akhir perkuliahan minggu keempat ini, mahasiswa mampu memutuskan rancangan terapi yang efektif dan aman beserta dengan target terapi dan parameter monitoring yang tepat pada kasus COVID-19 (C5). Beberapa kompetensi yang perlu mahasiswa kuasai agar dapat mencapai kompetensi pembelajaran utama tersebut, antara lain: 1. Mampu



menjelaskan



karakteristik



(struktur



sel)



patogen



dan



patogenesis terjadinya infeksi oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV 2; C2) 2. Mampu menjelaskan tanda dan gejala sakit (signs and symptoms), tanda-tanda vital (vital signs), hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan klinis lainnya (termasuk hasil USG dan foto thorax) yang relevan pada kasus infeksi oleh SARS-CoV 2 (C2) 3. Mampu mengidentifikasi pilihan alternatif antiviral yang dapat digunakan dalam tatalaksana infeksi oleh SARS-CoV 2 (C3) 4. Mampu melakukan evaluasi terhadap informasi 1) kondisi medis dan riwayat pengobatan pasien (termasuk tingkat keparahan infeksi, kondisi kekhususan, dan riwayat alergi); 2) rekomendasi dari pedoman terapi sebagai dasar untuk menentukan terapi antiviral (C4) 5. Mampu



menemukan



masalah



terkait



obat



dan



memutuskan



rekomendasi rejimen terapi antiviral (termasuk jenis, dosis, frekuensi, dan durasi pengobatan) sesuai dengan hasil kajian atau evaluasi informasi sebagaimana diuraikan pada butir nomer 4 (C5) 6. Mampu merancang parameter (termasuk: tanda dan gejala sakit, tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan klinis lainnya) untuk memantau efektivitas dan keamanan terapi antiviral (C5)



46



Metode pembelajaran Mata kuliah Integrated Course for Medication in Infection and Respiratory Disorders disusun sebagai blended learning format yang menggunakan kombinasi sesi tatap muka di kelas (live on-or offline classroom, berupa ceramah dan diskusi materi di dalam kelas), self-directed learning (dapat berupa tugas baca, pemutaran video yang berisi materi yang relevan, atau pengerjakan modul), dan hand-on experiential activities (berupa kegiatan



pengerjakan kasus/case studies



yang



diakhiri



dengan



pemberian feedback). Sebagai upaya untuk mendukung metode pembelajaran topik infeksi oleh SARS-CoV 2, mahasiswa perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan pengantar yang tertera pada modul sebagai bahan diskusi di kelas. Beberapa pustaka berikut dapat digunakan untuk membantu mahasiswa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut: 1. Burhan E, Susanto AD, Nasution SA et al. (2022) Pedoman Tatalaksana COVID-19 Edisi 4: 1-165.



3 47



Pertanyaan pengantar 1. Sebutkan karakteristik virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV 2)! Jawaban Sampel isolat dari pasien diteliti dengan hasil menunjukkan adanya infeksi coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru. Virus corona ini menjadi patogen penyebab utama outbreak penyakit pernapasan. Virus ini adalah virus RNA rantai tunggal (single-stranded RNA) yang dapat diisolasi dari beberapa jenis hewan, terakhir disinyalir virus ini berasal dari kelelawar kemudian berpindah ke manusia. Akhirnya dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia. kasus COVID-19 meningkat jumlahnya dari waktu ke waktu sehingga memerlukan perhatian. Lebih jauh lagi, beberapa varian baru dari virus SARS-CoV 2 seperti varian Alpha (B.117), Beta (B1.351), dan Delta (B.1.617) juga telah ditemukan penyebarannya di berbagai daerah di Indonesia dengan risiko penularan tinggi dan menyebabkan penurunan efikasi vaksin. Saat ini terdapat varian baru dari Covid-19 yaitu varian B.1.1.529 yang diberi nama Omicron. Varian ini memiliki sedikitnya 30 substitusi atau perubahan asam amino, tiga delesi dan satu insersi kecil. Adanya mutasi pada varian ini maka akan memengaruhi tes diagnostik (target gen S), daya penularan yang lebih cepat dan daya netralisasi antibodi yang menurun. Varian omicron menjadi varian yang perlu diwaspadai karena memiliki jumlah mutasi yang tinggi, termasuk pada protein spike, dan berpotensi memiliki kemampuan dalam menghindari sistem imun yang lebih baik dan laju penularan yang lebih tinggi. Varian omicron memiliki lebih dari 30 mutasi yang menyebabkan perubahan pada sequence asam amino protein spike.



48



1. Sebutkan karakteristik patogen penyebab demam tifoid! Sertakan gambar struktur patogen untuk membantu menjawab.



2. Jelaskan proses SARS-CoV 2 menyerang sel host dan memperbanyak diri dalam tubuh manusia! Jawaban Virus menyebar melalui tetesan air liur yang muncrat dari mulut orang akibat batuk atau bersin, yang kemudian masuk ke tubuh orang yang berada di dekatnya melalui mulut, hidung dan mata. Virus kemudian masuk ke jalur pernafasan dan membran mukus di bagian belakang tenggorokan, menempel pada sebuah reseptor di dalam sel, dan mulai berkembang di sana. Virus ini mempunyai protein dengan ujung tajam yang membuat virus bisa menempel ke membran sel, dan dari situ, materi genetis virus masuk ke sel tubuh manusia. Materi genetis tersebut kemudian membajak metabolisme sel dan membuat sel tidak lagi berkembang untuk kesehatan tubuh melainkan untuk memperbanyak virusnya.



49



1. Sebutkan karakteristik patogen penyebab demam tifoid! Sertakan gambar struktur patogen untuk membantu menjawab. 2. Jelaskan patogenesis demam tifoid! Video yang tersedia di ULS dapat digunakan untuk salah satu referensi.



3. Jelaskan dampak infeksi SARS-CoV 2 pada paru-paru, secara khusus proses inflamasi yang terjadi! Jawaban Virus sepertinya mulai bergerak dari wilayah pinggiran kedua belah paru-paru, dan mungkin butuh waktu untuk naik ke saluran pernafasan atas, trakea dan pusat pernafasan lainnya. Pola ini membantu menjelaskan kenapa di Wuhan, banyak kasus yang tidak bisa diidentifikasi pada awalnya. Proses pengetesan awal di berbagai RS di Tiongkok tidak selalu bisa mendeteksi infeksi di sisi luar paru-paru, sehingga biasanya orang yang menunjukan gejala disuruh pulang tanpa diberikan perawatan. Dan terkadang, mereka tidak merasa cukup sakit untuk mencari perawatan, dan tetap tinggal di rumah.



Pasien PPOK pada masa pandemi COVID-19 ini disarankan untuk meminimalisir konsultasi secara tatap muka. Bila ada konsultasi secara tatap muka maka perlu dilakukan skrining terlebih dahulu melalui telepon untuk memastikan pasien tidak ada gejala COVID-19. Pasien segera berobat bila terdapat gejala atau perubahan dari gejala sehari-hari yang mengarah ke COVID19 ke rumah sakit rujukan COVID-19. Tindakan pencegahan perlu dilakukan untuk menghindari terpapar coronavirus seperti menjaga jarak, menggunakan masker, sering mencuci tangan, tidak menyentuh muka, hidung, mulut dan mata dan menghindari kontak dengan orang yang mungkin telah terinfeksi COVID-19.



50



1. Sebutkan karakteristik patogen penyebab demam tifoid! Sertakan gambar struktur patogen untuk membantu menjawab. 2. Jelaskan patogenesis demam tifoid! Video yang tersedia di ULS dapat digunakan untuk salah satu referensi. 3. Sebutkan gejala dan tanda demam tifoid!



4. Sebutkan gejala dan tanda infeksi SARS-CoV 2 berdasarkan pada tingkat keparahan! Jawaban 1. Tanpa gejala Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan. Pasien tidak ditemukan gejala. 2. Ringan Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia. Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas pendek, mialgia. Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah, penghidu (anosmia) atau hilangpengecapan (ageusia) yang muncul sebelum onset gejala pernapasan juga sering dilaporkan. Pasien usia tua dan immunocompromised gejala atipikal seperti fatigue, penurunan kesadaran, mobilitas menurun, diare, hilang nafsu makan, delirium, dan tidak ada demam. Status oksigenasi : SpO2 > 95% dengan udara ruangan. 3. Sedang Pada pasien remaja atau dewasa: pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada tanda pneumonia berat termasuk SpO2 > 93% dengan udara ruangan ATAU Anak-anak: pasien dengan tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk atau sulit bernapas + napas cepat dan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada tanda pneumonia berat). Kriteria napas cepat : usia 5 tahun, 30x/menit. 4. Berat /Pneumonia Berat Pada pasien remaja atau dewasa: pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu dari: frekuensi napas >30x/menit, distres pernapasan berat, atau SpO2 < 93% pada udara ruangan. ATAU Pada pasien anak: pasien dengan tanda klinis pneumonia (batuk atau kesulitan bernapas), ditambah setidaknya satu dari berikut ini: Sianosis sentral atau SpO2 < 93%; Distres pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting, tarikan dinding dada yang sangat berat); Tanda bahaya umum: ketidakmampuan menyusu atau minum, letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang. Napas cepat/tarikan dinding dada/takipnea: usia 5 tahun, 30x/menit. 5. Kritis Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok sepsis, atau kondisi lainnya yang membutuhkan alat penunjang hidup seperti ventilasi mekanik atau terapi vasopresor



51



1. Sebutkan karakteristik patogen penyebab demam tifoid! Sertakan gambar struktur patogen untuk membantu menjawab. 2. Jelaskan patogenesis demam tifoid! Video yang tersedia di ULS dapat digunakan untuk salah satu referensi. 3. Jelaskan mekanisme kerja obat anti HIV dan kaitkan dengan proses HIV menyerang dan memperbanyak diri dalam tubuh manusia! 4. g



5. Jelaskan mekanisme kerja obat untuk tatalaksana infeksi SARS-CoV 2 dan kaitkan dengan proses virus tersebut menyerang dan memperbanyak diri dalam tubuh manusia, serta proses inflamasi yang terjadi! Jawaban 1. Molnupiravir Molnupiravir merupakan obat antivirus oral yang merupakan prodrug analog ribonukleusida secara cepat dikonversi menjadi senyawa hydroxycytidine di dalam plasma. Gugus trifosfat pada senyawa ini akan berkompetisi dengan RNA polimerase dari virus. Molnupiravir memiliki aktivitas antiviral terhadap coronavirus, termasuk SARS-CoV2 dengan risiko resistensi yang rendah. Studi pada mencit menunjukkan bahwa Molnupiravir dapat menghambat replikasi virus dan menghambat patogenesis penyakit akibat coronavirus. 2. Nirmatrelvir/Ritonavir (Paxlovid) Nirmatrelvir/Ritonavir adalah obat antivirus oral. Berdasarkan analisis interim uji klinis fase 2/3 penelitian EPIC-HR (Evaluation of Protease Inhibition for COVID-19 in High-Risk Patients), Nirmatrelvir/Ritonavir secara bermakna mengurangi angka rawat inap dan kematian.



52



1. Sebutkan karakteristik patogen penyebab demam tifoid! Sertakan gambar struktur patogen untuk membantu menjawab. 2. Jelaskan patogenesis demam tifoid! Video yang tersedia di ULS dapat digunakan untuk salah satu referensi. 3. Jelaskan mekanisme kerja obat anti HIV dan kaitkan dengan proses HIV menyerang dan memperbanyak diri dalam tubuh manusia! 4. g 5. Sebutkan dan jelaskan rekomendasi terapi COVID-19 yang diberikan oleh panduan terapi tatalaksana COVID-19 di Indonesia edisi 4!



6. Sebutkan dan jelaskan rekomendasi terapi untuk infeksi SARS-CoV 2 yang diberikan oleh panduan terapi tatalaksana COVID-19 di Indonesia edisi 4! Jawaban 1. Tanpa Gejala - Apabila pasien rutin meminum terapi obat antihipertensi dengan golongan obat ACE inhibitor dan Angiotensin Reseptor Blocker perlu berkonsultasi ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam atau Dokter Spesialis Jantung - Vitamin C, dengan pilihan : - Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari) - Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari) - Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama 30 hari), - Vitamin D Dosis 1000 - 5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup) selama 14 hari. - Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM - Obat-obatan yang memiliki sifat antioksidan dapat diberikan. 2. Ringan - Vitamin C dengan pilihan: - Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari) - Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari) - Multivitamin yang mengandung vitamin c 1-2 tablet /24 jam (selama 30 hari) - Vitamin D Dosis 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup) selama 14 hari. - Antivirus - Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5), ATAU - Molnupiravir (sediaan 200 mg, oral), 800 mg per 12 jam, selama 5 hari, ATAU - Nirmatrelvir/Ritonavir (sediaan 150 mg/100 mg dalam bentuk kombinasi), Nirmatrelvir 2 tablet per 12 jam, Ritonavir 1 tablet per 12 jam, diberikan selama 5 hari - Sesuai dengan ketersediaan obat di fasyankes masing-masing 3. Sedang - Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara drip intravena (IV) selama perawatan - Vitamin D Dosis 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet kunyah 5000 IU) - Antivirus Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10). Apabila Remdesivir tidak tersedia maka pemberian antivirus disesuaikan dengan ketersediaan obat di fasyankes masing-masing, dengan pilihan sebagai berikut: - Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5), ATAU - Molnupiravir (sediaan 200 mg, oral), 800 mg per 12 jam, selama 5 hari, ATAU - Nirmatrelvir/Ritonavir (sediaan 150 mg/100 mg dalam bentuk kombo), Nirmatrelvir 2 tablet per 12 jam, Ritonavir 1 tablet per 12 jam, diberikan selama 5 hari 4. Berat - Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan - Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena - Vitamin D Dosis 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet kunyah 5000 IU) - Antivirus : Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10). Apabila Remdesivir tidak tersedia maka pemberian antivirus disesuaikan dengan ketersediaan obat di fasyankes masing-masing, dengan pilihan sebagai berikut: - Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5), ATAU - Molnupiravir (sediaan 200 mg, oral), 800 mg per 12 jam, selama 5 hari, ATAU - Nirmatrelvir/Ritonavir (sediaan 150 mg/100 mg dalam bentuk kombo), Nirmatrelvir 2 tablet per 12 jam, Ritonavir 1 tablet per 12 jam, diberikan selama 5 hari



53



1. Sebutkan karakteristik patogen penyebab demam tifoid! Sertakan gambar struktur patogen untuk membantu menjawab. 2. Jelaskan patogenesis demam tifoid! Video yang tersedia di ULS dapat digunakan untuk salah satu referensi. 3. Jelaskan mekanisme kerja obat anti HIV dan kaitkan dengan proses HIV menyerang dan memperbanyak diri dalam tubuh manusia! 4. g 5. S4! 6. k



7. Sebutkan parameter monitoring efektivitas dan keamanan penggunaan obat yang digunakan untuk infeksi SARS-CoV 2! Jawaban



54



Materi Minggu 4 - Kasus Hepatitis B Kasus 1



see PPT (in-class activity) Kasus 2 Anda seorang apoteker yang sedang melakukan pemantuan terapi (tanggal 27 Juli 2019; pukul 10.00) pada seorang pasien dengan data sebagai berikut:



55



Pemeriksaan fisik



12 56



Pemeriksaan laboratorium



Pemeriksaan penunjang



57



Obat yang diberikan pada pasien



Catatan Perawat: Tgl 27 Juli 2019: pasien masih lemas, batuk kadang-kadang, tidak demam, mual masih terasa, tidak muntah, nafsu makan membaik, sudah tidak sakit kepala Instruksi mengerjakan kasus 2: 1. Anda



diminta



untuk



menemukan



satu



(1)



DRP



TERKAIT



TATALAKSANA INFEKSI OLEH HBV DAN satu (1) DRP terkait INFEKSI LAINNYA. Setelah itu, Anda diminta menyusun rancangan terapi untuk mengatasi masalah tersebut. Anda dapat menggunakan pustaka berikut (ATS guideline 2019) untuk MENGIDENTIFIKASI SATU (1) DRP TERKAIT INFEKSI LAINNYA DAN MENYUSUN TATALAKSANANYA.



12 58



59



Materi Minggu 5 - Malaria Capaian pembelajaran Pada akhir perkuliahan minggu kelima ini, mahasiswa mampu memutuskan rancangan terapi yang efektif dan aman beserta dengan target terapi dan parameter monitoring yang tepat pada kasus Malaria (C5). Beberapa kompetensi yang perlu mahasiswa kuasai agar dapat mencapai kompetensi pembelajaran utama tersebut, antara lain: 1. Mampu menyebutkan jenis-jenis patogen penyebab malaria dan menjelaskan siklus hidup patogen penyebab malaria dalam tubuh manusia (C2) 2. Mampu menjelaskan tanda dan gejala sakit (signs and symptoms), tandatanda vital (vital signs), hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan klinis lainnya (termasuk hasil pemeriksaan mikroskop) yang relevan pada kasus malaria (C2) 3. Mampu mengidentifikasi pilihan anti malaria yang dapat digunakan dalam tatalaksana penyakit di Indonesia (C3) 4. Mampu melakukan evaluasi terhadap informasi 1) kondisi medis dan riwayat pengobatan pasien (termasuk tingkat keparahan infeksi, kondisi kekhususan, dan riwayat alergi); 2) rekomendasi dari pedoman terapi sebagai dasar untuk menentukan terapi anti malaria (C4) 5. Mampu menemukan masalah terkait obat dan memutuskan rekomendasi rejimen terapi anti malaria (termasuk jenis, dosis, frekuensi, dan durasi pengobatan) sesuai dengan hasil kajian atau evaluasi informasi sebagaimana diuraikan pada butir nomer 4 (C5) 6. Mampu merancang parameter (termasuk: tanda dan gejala sakit, tandatanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan klinis lainnya) untuk memantau efektivitas dan keamanan terapi anti malaria (C5)



60



Metode pembelajaran Mata kuliah Integrated Course for Medication in Infection and Respiratory Disorders disusun sebagai blended learning format yang menggunakan kombinasi sesi tatap muka di kelas (live on-or offline classroom, berupa ceramah dan diskusi materi di dalam kelas), self-directed learning (dapat berupa tugas baca, pemutaran video yang berisi materi yang relevan, atau pengerjakan modul), dan hand-on experiential activities (berupa kegiatan pengerjakan kasus/case studies yang diakhiri dengan pemberian feedback). Sebagai upaya untuk mendukung metode pembelajaran topik malaria, mahasiswa perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan pengantar yang tertera pada modul sebagai bahan diskusi di kelas. Beberapa pustaka berikut dapat digunakan untuk membantu mahasiswa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut: 1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020) Buku Saku Tatalaksana Kasus Malaria. Jakarta 2. Ritter JM, Flower R, Henderson G et al. Rang & Dale's Pharmacology. 9th ed. China: Elsevier; 2020.



61



Pertanyaan pengantar 1. Sebutkan lima (5) spesies Plasmodium penyebab malaria! Jawaban 1. Plasmodium falciparum Gejala timbul intermiten dan dapat kontinu. Jenis malaria ini paling sering menjadi malaria berat yang menyebabkan kematian. 2. Plasmodium vivax Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 2 hari. Telah ditemukan juga kasus malaria berat yang disebabkan oleh Plasmodium vivax. 3. Plasmodium ovale Manifestasi klinis biasanya bersifat ringan. Pola demam seperto pada malaria vivaks. 4. Plasmodium malariae Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 3 hari. 5. Plasmodium knowlesi Gejala demam menyerupai malaria falsiparum.



62



2. Jelaskan siklus hidup Plasmodium dalam tubuh manusia! Sertakan gambar untuk mempermudah pemahaman Anda! Jawaban



Nyamuk Anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoite yang berada di kelenjar liur nyamuk masuk ke dalam peredaran darah selama kurang lebih setengah jam. Setelah itu sporozoite akan masuk kedalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10000-30000 merozoit hati. Siklus ini disebut siklus ekso-eritositer yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu. Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasite tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung spesiesnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoite yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.



63



Sebutk



3. Jelaskan kapan dan cara pemberian obat pencegahan (kemoprofilaksis) malaria! Jawaban



64



4. Jelaskan mekanisme kerja obat untuk tatalaksana malaria dan kaitkan dengan siklus hidup malaria dalam tubuh manusia! Jawaban



65



Sebutkan



5. Sebutkan dan jelaskan rekomendasi terapi untuk malaria yang diberikan oleh panduan terapi Kemenkes! Jawaban Plasmodium falciparum → DHP (1-3 hari) dan Primakuin (1 hari) Plasmodium vivax → DHP (1-3 hari) dan Primakuin (1-14 hari) Plasmodium ovale → DHP (1-3 hari) dan Primakuin (1-14 hari) Plasmodium malariae → DHP (3 hari) Plasmpdium knowlesi → DHP (1-3 hari) dan Primakuin (1 hari)



66



6. Sebutkan parameter monitoring efektivitas dan keamanan penggunaan obat yang digunakan untuk malaria! Jawaban Pemantauan terapi dilakukan pada hari ke-3, 7, 14, 21, sampai 28 hari. 1. Rawat jalan Pemantauan dilakukan pada hari ke- 3, 7, 14, 21 dan 28 setelah pemberian obat hari pertama dengan memonitor gejala klinis dan pemeriksaan mikroskopik. 2. Rawat inap • Pemantauan dilakukan setiap hari dengan memonitor gejala klinis dan pemeriksaan mikroskopik. • Tidak ditemukan parasit aseksual dalam darah selama 3 hari berturut-turut. • Setelah pulang harus kontrol pada hari ke-7, 14, 21, dan 28 sejakhari pertama mendapatkan obat anti malaria untuk dimonitor pada hemoglobin dan pemeriksaan mikroskopik. (PNPK, 48)



67



Materi Minggu 5 - Kasus COVID Kasus 1



see PPT (in-class activity)



Kasus 2 Anda seorang apoteker yang sedang melakukan pemantuan terapi (tanggal 20 September 2022; pukul 10.00) pada seorang pasien dengan data sebagai berikut:



68



Pemeriksaan fisik



Pemeriksaan penunjang



12 69



Pemeriksaan laboratorium



70



Obat yang diberikan pada pasien



Catatan Perawat: Tgl 20 September 2022: pasien masih batuk, sedikit sesak nafas, sumersumer, belum nafsu makan, tenggorokan masih sedikit sakit, tidak mual, tidak muntah. Instruksi mengerjakan kasus 2: Anda diminta untuk menemukan dua (2) DRP TERKAIT TATALAKSANA INFEKSI COVID-19. Setelah itu, Anda diminta menyusun rancangan terapi untuk mengatasi masalah tersebut.



12 71



Materi Minggu 6 - Infeksi Saluran Kemih Capaian pembelajaran Pada akhir perkuliahan minggu keenam ini, mahasiswa mampu memutuskan rancangan terapi yang efektif dan aman beserta dengan target terapi dan parameter monitoring yang tepat pada kasus infeksi saluran kemih (ISK; C5). Beberapa kompetensi yang perlu mahasiswa kuasai agar dapat mencapai kompetensi pembelajaran utama tersebut, antara lain: 1. Mampu menyebutkan anatomi saluran kemih, patofisiologi ISK, dan klasifikasi ISK (C2) 2. Mampu menjelaskan tanda dan gejala sakit (signs and symptoms), tanda-tanda vital (vital signs), hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan klinis lainnya (termasuk hasil pemeriksaan mikroskop) yang relevan pada kasus ISK (C2) 3. Mampu mengidentifikasi kemungkinan patogen penyebab ISK dan pilihan alternatif antibiotik yang dapat digunakan dalam tatalaksana ISK (C3) 4. Mampu mengidentifikasi pilihan antibiotik yang dapat digunakan dalam tatalaksana penyakit ISK (C3) 5. Mampu melakukan evaluasi terhadap informasi 1) kondisi medis dan riwayat pengobatan pasien (termasuk tingkat keparahan infeksi, kondisi kekhususan, dan riwayat alergi); 2) rekomendasi dari pedoman terapi sebagai dasar untuk menentukan terapi antibiotik (C4) 6. Mampu menemukan masalah terkait obat dan memutuskan rekomendasi rejimen terapi antibiotik pada kasus ISK (termasuk jenis, dosis, frekuensi, dan durasi pengobatan) sesuai dengan hasil kajian atau evaluasi informasi sebagaimana diuraikan pada butir nomer 4 (C5) 7. Mampu merancang parameter (termasuk: tanda dan gejala sakit, tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan klinis lainnya) untuk memantau efektivitas dan keamanan terapi antibiotik pada kasus ISK (C5)



72



Metode pembelajaran Mata kuliah Integrated Course for Medication in Infection and Respiratory Disorders disusun sebagai blended learning format yang menggunakan kombinasi sesi tatap muka di kelas (live on-or offline classroom, berupa ceramah dan diskusi materi di dalam kelas), self-directed learning (dapat berupa tugas baca, pemutaran video yang berisi materi yang relevan, atau pengerjakan modul), dan hand-on experiential activities (berupa kegiatan



pengerjakan



kasus/case



studies



yang



diakhiri



dengan



pemberian feedback). Sebagai upaya untuk mendukung metode pembelajaran topik ISK, mahasiswa perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan pengantar yang tertera pada modul sebagai bahan diskusi di kelas. Beberapa pustaka berikut dapat digunakan untuk membantu mahasiswa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut: 1. Bonkat G et al. (2022) EAU Guidelines on Urological Infections. European Association of Urology 2. Gallagher JC & MacDougall C. (2018) Antibiotics simplified. 4th ed. America: Jones & Bartlett Learning 3. Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC et al. (2011) Pharmacotherapy: A pathophysiologic approach. 8th ed. McGraw-Hill: America



373



Pertanyaan pengantar 1. Sebutkan anatomi saluran kemih! Jawaban



74



2. Jelaskan patofisiologi dan faktor risiko terjadinya ISK! Jawaban



75



S ebut k an kara



3. Jelaskan klasifikasi ISK! Jawaban Uncomplicated ISK : ISK akut, jarang, atau kasus berulang rendah (cytitit tanpa komplikasi) dan/atau (pyelonephirits tanpa komplikasi), terbatas pada Wanita tidak hamil tanpa kelainan anatomi dan kelainan fungsional dalam saluran kemih atau penyakit penyerta Complicated ISK : tidak semua ISK didefinisikan tanpa komplikasi. Dalam artian ISK pada pasien dengan dengan kemungkinan peningkatan menjadi adanya komplikasi: yaitu pria, Wanita hamil, pasien dengan kelainan anatomi atau kelainan fungsional pada saluran kemih, pemasangan kateter uriin, penyakit ginjal, dan/atau degan penyakit penyerta lainnya. Penyakit immunocompromising misalnya, diabetes. Recurrent ISK : kekambuhan ISK tanpa komplikasi dan/atau adanya komplikasi, degan frekuensi setidaknya tiga ISK/tahun atau dua ISK dalam enam bulan terakhir. Catheter-associated ISK : infeksi saluran kemih terkait kateter (CA-UTI) mengacu pada ISK yang terjadi pada orang yang saluran kemihnya saat ini di kateterisasi atau telah dipasanag kateter dalam 48 jam terkahir Urosepsis : didefinisikan sebagai disfungsi organ yang disebabkan disregulasi respon host terhadap infeksi yang berasal dari saluran kemih dan/atau organ genital pria. Cystitis Pyelonephritis ISK in men



76



1. Sebutk an karakt eristik patogen penye bab dem am tifoid! Sertak an gam bar struktur pat ogen unt uk membantu menjawab. 2. Jelaska n pat ogenesis demam tifoid! Video yang tersedia di ULS dapat digunak an untuk salah satu referensi. 3. Sebutk an gejala dan tanda dem am tifoid!



4. Jelaskan gejala dan tanda ISK! Jawaban Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam, susah buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), sering buang air kecil, kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri pinggang dan nyeri suprapubik



77



Sebutk an karakt eristik patogen pen



5. Jelaskan patogen yang dapat menyebabkan ISK! Sebutkan antibiotik yang secara teoritis dapat digunakan untuk mengatasi patogen tersebut! Jawaban



Sebutk an karakteristik



Buku antibiotic simplified dapat digunakan sebagai dasar untuk menjawab!



78



6. Pada kondisi apa asymptomatic bacteriuria (ABU) diterapi? Sebutkan pilihan jenis dan regimen terapi antibiotik untuk ABU! Jawaban



79



6.



7. Sebutkan pilihan jenis dan regimen terapi antibiotik untuk uncomplicated cystitis! Manakah dari jenis antibiotik tersebut yang tersedia di Indonesia? Jawaban



80



7. a



8. Apa yang dimaksud dengan recurrent ISK? Sebutkan pilihan jenis dan regimen terapi antibiotik untuk pencegahan recurrent ISK! Jawaban Recurrent UTIs kekambuhan ISK tanpa komplikasi dan/atau adanya komplikasi, degan frekuensi setidaknya tiga ISK/tahun atau dua ISK dalam enam bulan terakhir. Regimen yang digunakan : Nitrofurantoin 50 mg atau 100 mg sekali sehari Fosfomycin trometamol 3 g setiap 10 hari Trimethoprim 100 mg sekali sehari Dan untuk selama kehamilan Cephalexin 125 mg atau 250 mg sekali sehari atau Cefaclor 250 mg sekali sehari



81



8.



9. Sebutkan pilihan jenis dan regimen terapi antibiotik untuk uncomplicated pyelonephritis! Manakah dari jenis antibiotik tersebut yang tersedia di Indonesia? Jawaban



82



9.



10. Apa yang dimaksud complicated ISK? Sebutkan pilihan jenis dan regimen terapi antibiotik untuk complicated ISK! Manakah dari jenis antibiotik tersebut yang tersedia di Indonesia? Jawaban Complicated ISK : tidak semua ISK didefinisikan tanpa komplikasi. Dalam artian ISK pada pasien dengan dengan kemungkinan peningkatan menjadi adanya komplikasi: yaitu pria, Wanita hamil, pasien dengan kelainan anatomi atau kelainan fungsional pada saluran kemih, pemasangan kateter uriin, penyakit ginjal, dan/atau degan penyakit penyerta lainnya. Penyakit immunocompromising misalnya, diabetes. Regimen yang digunakan : Ceftolozane/tazobactam Cefiderocol Imipenem/cilastatin Imipenem/cilastatin ditambah relebactam



83



10.



11. Apa yang dimaksud catheter-associated ISK? Sebutkan pilihan jenis dan regimen terapi antibiotik untuk catheter-associated ISK! Manakah dari jenis antibiotik tersebut yang tersedia di Indonesia? Jawaban Catheter-associated ISK : infeksi saluran kemih terkait kateter (CA-UTI) mengacu pada ISK yang terjadi pada orang yang saluran kemihnya saat ini di kateterisasi atau telah dipasanag kateter dalam 48 jam terkahir Regimen yang digunakan



84