Interaksi Keruangan Kabupaten Banyumas Dengan Kabupaten Kebumen Dan Kota Cilacap [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan merupakan suatu proses menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia. Perencanaan wilayah dan kota pada dasarnya kegiatan penyusunan rencana yang dimaksudkan untuk mewujudkan peningkatan kualitas lingkungan kehidupan dan penghidupan masyarakat dalam mencapai kesejahteraan(Pontoh, 2008). Perencanaan ditujukan untuk memberikan pengarahan kegiatan, pedoman bagi pelaksanaan kegiatan yang ditujukan pada pencapaian tertentu (Bintoro Tjokroamidjojo, 1985). Proses perencanaan yang berkesinambungan yaitu mencakup keputusan atau pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan pada masa yang akan datang. Berbagai pilihan alternatif tersebut digunakan untuk melakukan perencanaan yang baik agar terjalin kesinambungan antar aspek-aspek pendukung suatu perencanaan. Salah satu aspek pendukung di dalam perencanaan yaitu lokasi dan pola ruang. Pengertian teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial(Tarigan, 2006). Teori lokasi secara umum membahas bagaimana sebuah lokasi dapat menjadi acuan penting dalam penentuan suatu kegiatan baik ekonomi, sosial maupun budaya. Analisis lokasi dan pola ruang pada dasarnya merupakan analisis yang mengacu pada tiga hal, yaitu yaitu jarak (distance), kaitan (interaction) dan pergerakan (movement). Pada dasarnya setiap pergerakan selalu memiliki kaitan antara satu sama lain, di mana pergerakan tersebut selalu berkaitan dengan jarak yang memisahkan antara satu sama lain. Dalam membuat komposisi keruangan yang optimal, diperlukan analisis mengenai interaksi keruangan wilayah dan kota yang memiliki hubungan timbal balik. Analisis mengenai interaksi keruangan digunakan untuk menganalisis interaksi antar unit keruangan yang mencakup hubungan antara ekonomi dan interaksi keruangan, aksesibilitas antara pusat dan perhentian suatu wilayah, dan hambatan interaksi(Bintarto, 1977). Interaksi keruangan antar wilayah merupakan interaksi yang dilakukan oleh beberapa wilayah untuk memenuhi kebutuhan di masing-masing wilayah. Interaksi keruangan memiliki kaitan yang erat dengan lokasi dan pola ruang di mana lokasi pola ruang mengacu pada jarak, perherakan dan kaitan. Hal-hal tersebut juga menjadi acuan dari interaksi keruangan. Kabupaten Banyumas merupakan kabupaten yang memiliki interaksi keruangan terhadap beberapa wilayah di sekitarnya. Kabupaten Banyumas melakukan interaksi keruangan terhadap wilayah di sekitarnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan masingmasng wilayah terkait. Adapun dalam hal ini interkasi keruangan Kabupaten Banyumas dilakukan terhadap Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap. Interaksi yang dilakukan Kabupaten Banyumas terhadap Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap adalah impor sapi dan ekspor ikan gurameh. Kabupaten Banyumas melakukan impor sapi dikarenakan kurangnya jumlah sapi yang dihasilkan dalam Kabupaten Banyumas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Banyumas. Adapun ekspor ikan gurameh oleh Kabupaten Banyumas ke Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap dikarenakan Kabupaten Banyumas memiliki komoditi budidaya ikan gurameh yang unggul, bahkan menjadi sentra ikan gurameh Nasional. Analisis Interkasi Keruangan Kabupaten Banyumas terhadap Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap Komoditi Sapi dan Ikan Gurami



1



1.2 Tujuan dan Sasaran Laporan ini berisi analisis interaksi keruangan yang ditinjau melalui metode gravitasi tujuan dan sasaran sebagai berikut: 1.2.1 Tujuan Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui dan membandingkan interaksi keruangan Kabupaten Banyumas terhadap Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap berdasarkan komoditi sapi dan gurameh. Berdasarkan kedua interaksi Kabupaten Banyumas terhadap Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap dapat diketahui interkasi mana yang lebih kuat dari keduanya. Adapun analisis perhitungan interaksi dari wilayah-wilayah tersebut dilakukan dengan menggunakan metode gravitasi. 1.2.2 Sasaran Sasaran yang perlu dicapai untuk memenuhi tujuan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi interaksi keruangan antara Kabupaten Banyumas, Kabupaten Kebumen, dan Kota Cilacap. 2. Menganalisis interaksi keruangan Kabupaten Banyumas, Kabupaten Kebumen, dan Kota Cilacap dengan metode gravitasi. 3. Membandingkan kuat lemahnya interaksi keruangan Kabupaten Banyumas dengan Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banyumas dengan Kota Cilacap. 1.3 Ruang Lingkup 1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah dalam laporan ini meliputi Kabupaten Banyumas dengan dengan 27 kecamatan di dalamnya yang memiliki total luas sebesar ± 132.758 Ha dengan batasbatas administrasi meliputi : Sebelah utara : Kab. Tegal dan Kab. Pemalang Sebelah timur : Kab. Purbalingga, Kab. Banjarnegara dan Kab. Kebumen Sebelah selatan : Kab. Cilacap Sebelah barat : Kab. Cilacap dan Kab. Brebes Selain itu, laporan ini meliputi Kabupaten Kebumen dengan luas 128.111,50 Ha dengan batas-batas administras meliputi : Sebelah utara : Kab. Wonosobo dan Kab.Banjarnegara Sebelah timur : Kab. Purworejo Sebelah selatan : Samudra Indonesia Sebelah barat : Kab. Banyumas dan Kab. Cilacap Dan membahas Kota Cilacap yang memiliki luas 22.536.100 Ha dengan batas-batas administrasi meliputi : Sebelah utara : Kabupaten Banyumas Sebelah selatan : Samodera Hindia Sebelah timur : Kabupaten Kebumen Sebelah barat : Kabupaten Ciamis 1.4 Metodologi Studi Metodologi yang digunakan dalam penyusunan laporan ini terdiri dari teknik pengumpulan data dan metode analisis. 1.4.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam laporan ini adalah dengan menggunakan metode pengumpulan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari BPS Kabupaten Banyumas, Kabupaten Kebumen, dan Kota Cilacap untuk melihat kondisi Analisis Interkasi Keruangan Kabupaten Banyumas terhadap Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap Komoditi Sapi dan Ikan Gurami



2



karakteristik wilayah-wilayah tersebut. Selain dari BPS, data sekunder juga didapat dari koran online. 1.4.2 Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam laporan ini metode analisis kuantitatif. Metode ini menggunakan data yang dinotasikan dalam angka dan dihitung menggunakan metode gravitasi. Adapun angka yang dihitung adalah jumlah penduduk di Kabupaten Banyumas, Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap serta jarak antara Kabupaten Banyumas dengan Kabupaten Kebumen dan jarak antara Kabupaten Banyumas dengan Kota Cilacap. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari lima bab yang dirincikan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup meliputi ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi, metodologi studi yang berisi tentang teknik pengumpulan data dan metode analisis, serta sistematika penulisan. BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan menjelaskan literatur-literatur mengenai interaksi keruangan model gravitasi. BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUMAS, KABUPATEN KEBUMEN DAN KOTA CILACAP Mendeskripsikan secara umum Kabupaten Banyumas, Kabupaten Kebumen, dan Kota Cilacap seperti kondisi geografis, dan komoditi unggulan di wilayah-wilayah tersebut. BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini menjelaskan proses analisis interaksi antara Kabupaten Banyumas terhadap Kabupaten Kebumen dibandingkan dengan interaksi Kabupaten Banyumas terhadap Kota Cilacap. BAB V KESIMPULAN Berisi kesimpulan yang berasal dari analisis yang dilakukan menggunakan metode analisis kuantitatif dengan model gravitasi.



Analisis Interkasi Keruangan Kabupaten Banyumas terhadap Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap Komoditi Sapi dan Ikan Gurami



3



BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Interkasi Keruangan Analisis keruangan merupakan analisis lokasi yang mengacu pada tiga hal, yaitu jarak (distance), kaitan (interaction), dan pergerakan (movement)(Bintarto, 1977). Analisis keruangan bertujuan untuk mengukur kesesuaian suatu kondisi berprinsipkan pada struktur keruangan yang ada, serta menganalisis interaksi antar unit keruangan yang mencakup hubungan antara ekonomi dan interaksi keruangan, aksesibilitas antara pusat dan perhentian suatu wilayah, dan hambatan interaksi. Analisis keruangan didasarkan pada keberadaan tempat-tempat (kota) yang menjadi pusat kegiatan bagi tempat-tempat lain, serta terdapatnya hirarki diantara tempat-tempat tersebut. Analisis keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting maupun seri sifat-sifat yang penting, dengan pertanyaan mengenai faktor-faktor yang menguasai pola persebaran dan bagaimana pola tersebut diubah agar penyebaran tersebut menjadi lebih efisien dan wajar. Adapaun hal yang harus diperhatikan dalam analisis keruangan adalah kaitan penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan. Interaksi keruangan merupakan suatu pengertian dalam geografi sosial yang dipakai untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh keruangan hubungan antara manusia dengan manusian lainnya dan antara manusia dengan lingkungannya yang dinyatakan dengan arus manusia, materi, informasi, dan energi sehingga dijadikan dasar untuk menerangkan gejala-gejala lokasi, relokasi, distribusi dan difusi (Edward L Ullman & Harris, 1945) Gambar 2.1 Gambar Model Interaksi Keruangan



Sumber : Ullman( 1945)



Menurut Ullman(1945), terdapat tiga kondisi yang mendukung terjadinya interaksi keruangan, yaitu : 1. Complementarity, komplementaritas regional yaitu adanya region yang berbeda kemampuan sumberdayanya, disuatu pihak surplus dan dilain pihak minus. Kondisi ini memberikan kemungkinan terjadinya pengaliran yang besar dan meningkatkan perpindahan arus. Kondisi ini memberikan kemungkinan terjadinya pengaliran arus perpindahan yang besar. Komplementaritas antar dua kota atau kelompok manusia berkaitan dengan permintaan dan penawaran. 2. Intervening opportunity , atau tingkat peluang yang merupakan daya tarik untuk dipilih menjadi daerah tujuan perjalanan. Semakin besar intervening opportunity, maka semakin Analisis Interkasi Keruangan Kabupaten Banyumas terhadap Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap Komoditi Sapi dan Ikan Gurami



4



kecil interaksi yang terjadi. Semakin besar Intervening Opportunity, maka semakin kecil interaksi yang terjadi”. Jika dalam interaksi antara wilayah X dengan wilayah Y, dimana wilayah Y membutuhkan kelengkapan yang ada di wilayah X, terdapat wilayah Z yang memiliki kelengkapan yang dibutuhkan Y. Maka, tidak semua penduduk wilayah Y akan pergi ke wilayah X, tetapi sebagian akan pergi ke wilayah Z. Intervening oppurtinity juga berarti adanya kemungkinan perantara yang dapat menghambat terjadinya perpindahan barang atau manusia. 3. Transferability atau tingkat peluang adalah fungsi jarak yang diukur dalam biaya dan waktu yang nyata. Komoditi tertentu yang dibutuhkan sesuatu daerah dari daerah lain yang tertentu pula, memiliki daya transfer yang tinggi, jarak yang ditempuh, biaya angkut yang memadai, dan transportasi yang lancar merupakan kemudahan transfer dalam ruang yang menjamin lancarnya interaksi. 2.2 Model Gravitasi Model gravitasi menganggap bahwa daerah sebagai suatu massa yang diestimasikan sebagai ukuran arus diantara dua region dengan mengalihkan kedua masa dari kedua region yang bersangkutan yang kemudian dibagi oleh kelipatan jarak diantara dua region. Adapun rumus perhitungan seberapa besar kuat interaksi ruang antara wilayah digunakan model gravitasi dengan rumus sebagai berikut: Model gravitasi :



Iij = PiPj/ dijb Ket



:



Iij



= interaksi antara dua wilayah i dan j



Pi dan Pj



= populasi di masing-masing daerah



dij



= jarak antar wilayah



b



= eksponen jarak



Analisis Interkasi Keruangan Kabupaten Banyumas terhadap Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap Komoditi Sapi dan Ikan Gurami



5



BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUMAS, KABUPATEN KEBUMEN, DAN KOTA CILACAP 3.1 Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Banyumas Kabupaten Banyumas merupakan salah satu bagian wilayah provinsi Jawa Tengah terletak diantara: 108 0 ‘ 17 ”- 1090 27’15” Bujur Timur dan 7015 ‘05” – 7037 ‘10” Lintang Selatan. Kabupaten Banyumas terdiri dari 27 kecamatan dan berbatasan dengan Wilayah beberapa Kabupaten yaitu: - Sebelah Utara : Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang -Sebelah Timur : Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen - Sebelah Selatan : Kabupaten Cilacap - Sebelah Barat : Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes Wilayah Banyumas seluas 132.759 Ha sekitar 4.08% dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah ( 3254 juta Ha ) Dari wilayah seluas 132.759 Ha, yang merupakan lahan sawah sekitar 32.881 Ha atau sekitar 24,77% dari wilayah Kabupaten Banyumas dan sekitar 10.468 Ha sawah dengan pengairan teknis. Sedangkan yang 75,23% atau sekitar 99.878 Ha adalah lahan bukan sawah dengan 18.627 Ha atau 18,65% merupakan tanah untuk bangunan dan pekarangan/halaman. Dari 27 Kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas, Kecamatan Cilongok merupakan Kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas yaitu 10.534 Ha. Sedangkan Kecamatan Purwokerto Barat merupakan Kecamatan yang mempunyai wilayah paling sempit yaitu sekitar 748 Ha. Wilayah Kabupaten Banyumas lebih dari 45% merupakan daerah dataran yangterbesar di bagian Tengah dan Selatan serta membujur dari Barat ke Tinur.Ketinggian wilayah di Kabupaten Banyumas sebagian besar berada pada kisaran 25-100 M dpl yaitu seluas 42.310,3 Ha dan 100-500 M dpl yaitu seluas 40.385,3 Ha(Banyumas, 2014) 3.2 Potensi Komoditi di Kabupaten Banyumas Kabupaten Banyumas memiliki beberapa komoditi unggulan sebagai berikut (Neraca, 2014) : 1. Pertanian Komoditi unggulan di Bidang pertanian di wilayah Kab. Banyumas sangat menjanjikan , karena di dukung luas lahan dan kondisi alam yang ada serta berbagai jenis komoditi yang bervariasi. Secara umum, investasi di bidang pertaniaan yang di harapkan adalah - Alih tekhnologi - Bantuan modal kredit lunak - Kerjasama pemasaran 2. Peternakan Berdasarkan ketersediaan lahan dan tujuan pakan ternak yang tersedia, Kab. Banyumas mempunyai pakan yang cukup besar untuk pengibangan usaha pengimbangan sapi potong dan sapi perah. 3. Perikanan Di bidang perikanan, Kab. Banyumas mengharapkan investasi sistem bagi hasil untuk budi daya ikan gurame. Sampai saat ini wilayah pemasaran baru mampu menjangkau Jawa Timur (Tulung agung - Blitar)dan Jawa Barat (Tasikmalaya). Menurut data yang diperoleh tahun 2014, komuditas ikan gurame dari Kabupaten Banyumas merupakan salah satu penyumbang kontribusi terbesar terhadap produksi ikan gurame di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Banyumas sendiri, mempunyai 4 balai benih ikan yang berfungsi sebagai pembibitan dan pembesaran ikan. Keempat balai benih ikan tersebut tersebar di empat Analisis Interkasi Keruangan Kabupaten Banyumas terhadap Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap Komoditi Sapi dan Ikan Gurami



6



kecamatan yaitu balai benih Sidabowa berada di Kecamatan Patikraja, balai benih Singasari berada di Kecamatan Karanglewas, balai benih Tambaksogra berada di Kecamatan Sumbang dan balai benih Pandak berada di Kecamatan Baturaden.Produksi ikan di Kabupaten Banyumas bisa ditingkatkan mengingat selain adanya balai benih ikan, Kabupaten Banyumas juga memiliki sentra penghasil ikan seperti desa Beji dan Karangnangka di Kecamatan Kedungbanteng.Komoditas yang paling sering dibudidayakan dan bernilai ekonomis tinggi adalah gurameh. Semakin banyaknya rumah makan yang bermunculan di Banyumas dengan menu utama dari ikan terutama gurameh menjadi peluang untuk dikembangkannya potensi gurameh di Kabupaten Banyumas. Pembudidayaan ikan Gurame ini merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Banyumas. Bahkan Banyumas merupakan sentra ikan gurame Nasional(Direktorat Jenderal Perikanan, n.d.) 3.3 Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Kebumen Kabupaten Kebumen merupakan kabupaten yang terletak di bagian selatan Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Purworejo di sebelah timur, Samudera Hindia di sebelah selatan, Kabupaten Cilacap dan Banyumas di sebelah barat serta Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara di sebelah utara. Secara geografis Kabupaten Kebumen terletak pada 70 27’ – 70-50’ Lintang Selatan dan 109022’-109050’ Bujur Timur. Kabupaten Kebumen secara administratif terdiri dari 26 Kecamatan dengan luas wilayah sebesar 128.111,50 hektar, dengan kondisi beberapa wilayah merupakan daerah pantai dan perbukitan, sedangkan sebagian besar merupakan dataran rendah. Dari luas wilayah Kabupaten Kebumen, pada tahun 2013 tercatat 39.748,00 hektar atau sekitar 31,03% merupakan lahan sawah dan 88.363,50 hektar atay 68,97% lahan kering(Pemerintah Kabupaten Kebumen, 2014) 3.4 Potensi Komoditi di Kabupaten Kebumen Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa tengah yang sebagian merupakan dataran rendah (bagian Selatan) dan sebagian berupa pegunungan (bagian Utara). Dengan luas lebih dari 128 ribu Ha, daerah ini berpenduduk 1,2 juta jiwa. Sektor pertanian berperan cukup dominan dalam perekonomian Kabupaten Kebumen. Sumbangannya mencapai 44,75 persen terhadap PDRB. Komoditi pertanian andalan daerah ini adalah produk tanaman bahan pangan terutama padi, ubi kayu, dan kacang kedele, dan perkebunan terutama kelapa dalam. Pada tanaman bahan pangan, komoditi yang produksinya signifikan adalah padi, ketela pohon/ubi kayu, dan jagung. Produksi padi dan ubi kayu dari daerah ini berada diperingkat ke tujuh dan ke enam se Jawa Tengah. Kecamatan andalan untuk produksi padi adalah Adimulyo, Ambal, dan Kebumen. Sedangkan kecamatan andalan untuk ubi kayu dan jagung adalah Karangsembung, Karanggayam, dan Sadang. Petani Kabupaten Kebumen juga menghasilkan produk-produk sayur-sayuran dan buahbuahan. Namun demikian jumlah produksinya tidak terlalu signifikan jika dibandingkan daerah lain di Jawa Tengah. Tanaman sayur-sayuran andalan daerah ini adalah mlinjo (39 ribu kwintal), lombok(11 ribu kwintal), dan kangkung (10 ribu kwintal). Kecamatan andalan untuk produksi mlinjo adalah Buluspesantren, untuk produksi kangkung adalah Kecamatan Puring, sedangkan produksi lombok relatif merata di hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Kebumen. Untuk buah-buahan, komoditi andalannya adalah pisang (100 ribu kwintal), semangka (53 ribu kwintal), dan mangga (48 ribu kwintal). Konsentrasi produksi Analisis Interkasi Keruangan Kabupaten Banyumas terhadap Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap Komoditi Sapi dan Ikan Gurami



7



semangka terdapat di Kecamatan Mirit, sementara produksi pisang dan mangga relatif merata di hampir setiap kecamatan. Namun demikian produksi terbesar pisang ada di Kecamatan Karanggayam, dan produksi terbesar mangga dihasilkan oleh petani di Kecamatan Sruweng. Untuk subsektor perkebunan, komoditi andalan daerah ini adalah kelapa dalam, pandan dan tebu. Produksi kelapa dalam daerah ini merupakan yang terbesar se Jawa Tengah. Sedangkan produksi pandan dan tebu, meskipun bukan yang terbesar di level propinsi namun menempati tempat pertama dan kedua di daerah ini. Konsentrasi produksi pandan terdapat di Kecamatan Karanganyar. Sedangkan konsentrasi produksi tebu terdapat di Kecamatan Mirit. Kebumen juga menghasilkan produk perikanan dan peternakan. Untuk perikanan terdiri dari ikan laut lebih dari 1 juta Kg, dan Ikan Darat lebih dari 1,8 juta Kg. sedangkan peternakan produksi yang signifikan antara lain Sapi, Kerbau, Kambing, Domba, Ayam Sayur, dan Ayam Kampung. Selain pertanian, sektor lainnya yang cukup signifikan adalah perdagangan, hotel dan restoran (UMKM, 2010). Berbagai macam potensi yang menjadi keunggulan Kebumen salah satunya adalah komoditi peternakan yaitu : a. Petenakan Kuda di Kabupaten Kebumen memiliki persamaan dengan peternakan Kuda di Kabupaten Purworejo yaitu kebanyakan untuk memenuhi kebutuhan alat transportasi dan kuda pacu/balap. Populasi kuda di Kabupaten Kebumen mencapai 540 ekor pada tahun 2003 dan diperkirakan akan meningkat tiap tahunnya. Berkembangnya sektor pariwisata di Kabupaten Kebumen turut mendukung meningkatnya permintaan kuda sebagai salah satu media pendukung sektor pariwisata di Kabupaten Kebumen ini. b. Sapi Potong. Begitu pula permintaan daging sapi juga terus meningkat. Meskipun keberadaan peternakan sapi potong di Kabupaten Kebumen ini tidak sebesar peternakan sapi di Kabupaten Boyolali namun eksistensinya sangat menjanjikan terutama untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di Propinsi Jawa Tengah bagian barat. Populasi sapi potong pada tahun 2003 mencapai 30.016 ekor. Komoditas sapi perah dan sapi potong merupakan salh satu produk yang sangat diunggulkan di Kabupaten Kebumen. Dimana potensi sapi di kabupaten Kebumen, meningkat setiap tahunnya. Tabel 3.1 Potensi sapi di Kabupaten Kebumen Tahun 2008-2012 No 1 2 3 4 5



Tahun Produksi 2012 (Ekor) Produksi 2011 (Ekor) Produksi 2010 (Ekor) Produksi 2009 (Ekor) Produksi 2008 (Ekor)



Jumlah 99.089 90.083 46.002 41.461 35.910



Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2013



c. Sapi Perah. Keberadaan sapi perah di Kabupaten Kebumen dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan susu sapi masyarakat sekitar dan kabupaten sekitarnya. Populasi sapi perah di Kabupaten Kebumen pada tahun 2003 telah mencapai 24 ekor d. Kerbau. Populasi kerbau di Kabupaten Kebumen mencapai 1.031 ekor. Kerbau-kerbau ini dimaksudkan untuk alat untuk membajak sawah dan konsumsi dagingnya. e. Kambing. Populasi kambing pada tahun 2003 mencapai 31.948 ekor. Kebutuhan daging kambing terus meningkat tentunya permintaan juga akan meningkat. Biasanya peternakan kambing ini merupakan bisnis sambilan para petani di Kabupaten Kebumen ini. f. Domba. Peternakan domba juga berkembang di Kabupaten Kebumen ini. Peternakan ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tekstil terutama untuk industri woll. Analisis Interkasi Keruangan Kabupaten Banyumas terhadap Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap Komoditi Sapi dan Ikan Gurami



8



Popuasi domba hingga tahun 2003 ini mencapai 27.991 ekor. Jumlah ternak domba dengan kambing hampir setara dan diperkirakan akan terus berkembang. g. Ayam kampung. Peternakan ayam kampung menjadi salah satu ciri masyarakat Kabupaten Kebumen. Kebanyakan warganya baik yang berada di Kota maupun di Desa banyak yang beternak ayam kampung ini. Populasinya juga besar yaitu 1.422.519 ekor pada tahun 2003. Besarnya populasi ayam kampung ini disebabkan oleh tradisi warga yang beternak ayam kampung. h. Puyuh. Industri makanan yang terus berkembang terutama di obyek-obyek wisata dan kota-kota besar menjadikan kebutuhan telur puyuh juga meningkat. Bahkan permintaan tersebut tidk hanya datang dari Kabupaten Kebumen tetapi juga dari daerah lain di luar Kabupaten Kebumen. Keberadaan peternakan burung puyuh menjadi salah satu pemasok dan pemenuhan permintaan-permintaan tersebut. Populasi burung puyuh sendiri pada tahun 2003 mencapai 8.458 ekor. i. Kelinci. Begitu pula dengan kelinci, yang juga memberikan pengaruh besar terhadap penyediaan daging kelinci terutama untuk makanan khas Kabupaten Kebumen yaitu sate kelinci. Populasi kelinci sendiri pada tahun 2003 mencapai 2.658 ekor. 3.5 Kondisi Geografis Kota Cilacap Kabupaten Cilacap merupakan daerah terluas di Jawa Tengah, dengan batas wilayah sebelah selatan Samudra Indonesia, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes dan Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kebumen dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar Propinsi Jawa Barat. Terletak diantara 10804-300 - 1090300300 garis Bujur Timur dan 70300 - 70450200 garis Lintang Selatan, mempunyai luas wilayah 225.360,840 Ha, yang terbagi menjadi 24 Kecamatan 269 desa dan 15 Kelurahan. Wilayah tertinggi adalah Kecamatan Dayeuhluhur dengan ketinggian 198 M dari permukaan laut dan wilayah terendah adalah Kecamatan Cilacap Tengah dengan ketinggian 6 M dari permukaan laut. Jarak terjauh dari barat ke timur 152 km dari Kecamatan Dayeuhluhur ke Kecamatan Nusawungu dan dari utara ke selatan sepanjang 35 km yaitu dari Kecamatan Cilacap Selatan ke Kecamatan Sampang. 3.6 Potensi Komoditi di Kota Cilacap Komoditi unggulan di Cilacap antara lain : 1. Budidaya Rumput laut. Lahan yang berpotensi untuk dikembangkan budidaya rumput laut seluas 13.050 Ha yang terletak di pantai sebelah utara Pulau Nusakambangan. Peluang investasi budidaya rumput laut dengan pabrik pengolahannya. 2. Budidaya Ikan Kerapu. Potensi luas areal yang dapat dikembangkan untuk budidaya ikan kerapu seluas 891 Ha yang terletak disebelah selatan Pulau Nusakambangan dengan menggunakan sistem keramba. 3. Peternakan sapi. Ada beberapa proyek yang cukup menjanjikan. Indar membagi dua: proyek yang sudah memiliki pra studi kelayakan, mencakup peternakan terpadu sapi di Kecamatan Karangpucung dengan nilai investasi Rp 1,24 miliar. Sarana pendukungnya, disediakan lahan untuk demplot 500 ekor, lahan untuk tanaman rumput 2 ha, fasilitas jalan, listrik, dan telepon akan dibantu Pemkab Cilacap; peternakan sapi potong di Kecamatan Cimanggu, Majenang, Wanareja, dan Dayeuh luhur. Di sana terdapat sumber air (sungai) dan lahan untuk penanaman rumput gajah seluas 50 ha sebagai pakan sapi. Juga ada persetujuan prinsip dan izin lokasi gratis, serta bisa meminta keringanan restribusi. Nilai investasinya Rp 623,4 juta (investasi lahan, kandang, dan peralatan untuk 192 ekor Analisis Interkasi Keruangan Kabupaten Banyumas terhadap Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap Komoditi Sapi dan Ikan Gurami



9



sapi); sehingga membuat komuditas sapi Cilacap merupakan slaah satu produk yang diunggulkan dalam kabupaten ini.



Analisis Interkasi Keruangan Kabupaten Banyumas terhadap Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap Komoditi Sapi dan Ikan Gurami



10



BAB IV PEMBAHASAN Interaksi keruangan yang terjadi antara Kabupaten Banyumas, Kota Cilacap dan Kabupaten Kebumen adalah adanya ekspor impor komoditi sapi dan ikan gurame. Adapun Kabupaten Banyumas mengimpor sapi dari Kota Cilacap dan Kabupaten Kebumen dan mengekspor hasil tambak ikan gurame ke masing-masing kedua wilayah tersebut. Pada dasarnya, Banyumas memiliki peternakan komoditas sapi sendiri, namun komoditas sapi tersebut diekspor ke Jakarta dikarenakan harga jual sapi di Jakarta lebih tinggi daripada harga sapi di pasar lokal ( Banyumas). Namun karena meningkatnya konsumsi daging sapi di Banyumas,maka pemerintahnya mulai memasok sapi bukan hanya dari wilayah Banyumas saja, namun juga dari wilayah sekitar seperti Kota Cilacap dan Kabupaten Kebumen(Susanto, 2014) Interaksi yang terjadi antara ketiga wilayah tersebut adalah interaksi yang terjadi karena adanya komplementari atau ketergantungan yang disebabkan oleh perbedaan permintaan dan penawaran. Banyumas memiliki permintaan sapi ke wilayah Cilacap dan Kebumen, namun Banyumas juga menawarkan hasil tambak gurame kepada kedua wilayah tersebut. Selain interaksi yang terjadi karena ketergantungan, ada juga intervening opportunity yang disebabkan karena wilayah banyumas menjalin interaksi dengan lebih dari satu wilayah sehingga salah satu wilayah yang menjadi wilayah ketiga akan mempengaruhi interaksi yang sudah ada. Dalam hal ini, interaksi antara Banyumas dengan Cilacap akan terpengaruh oleh interaksi antara Banyumas dengan Kebumen ataupun sebaliknya. Kekuatan interaksi yang terjadi antara ketiga wilayah tersebut dapat diketahui melalui perhitungan dengan menggunakan model gravitasi. Berikut ini adalah data-data yang dibutuhkan untuk mengetahui interaksi yang terjadi antara Kabupaten Banyumas dengan Kota Cilacap dan Kabupaten Banyumas dengan kabupaten Kebumen. 1. Jumlah penduduk Tabel Jumlah Penduduk Tahun 2012 Kabupaten/Kota



Jumlah Penduduk tahun 2012



Banyumas



1.603.037



Cilacap



1.764.003



Kebumen



1.183.763



Sumber:BPS Kabupaten Banyumas,Kota Cilacap dan kabupaten Kebumen,2012



2. Jarak  Jarak kabupaten Banyumas dengan Kota Cilacap adalah 53 km  Jarak Kabupaten Banyumas dengan kabupaten kebumen adalah 85 km



Analisis Interkasi Keruangan Kabupaten Banyumas terhadap Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap Komoditi Sapi dan Ikan Gurami



11



Sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut:



Iij = PiPj/ dijb 1. Banyumas – Cilacap I Banyumas- Cilacap = ( 1.603.037 x 1.764.003) / (53)2 = 2.827.762.077.111/2809 = 1.006.679.272,73 2. Banyumas – Kebumen I Banyumas- Kebumen = (1.603.037 x 1.103.763)/ (85)2 = 1.769.372.928.231/ 7255 = 244.895.907,02 Dari perhitungan tersebut didapatkan hasil bahwa interaksi keruangan yang kuat terjadi pada Kabupaten Banyumas dengan Kota Cilacap karena nilai IBanyumas-Cilacap lebih besar dari nilai IBanyumas-kebumen. Peta 3.1 Innteraksi Keruangan Kabupaten Banyumas dengan Kota Cilacap dan Kabupetn Kebumen



Sumber : Analisis Kelompok Analisis Lokasi Pola Ruang, 2014



Analisis Interkasi Keruangan Kabupaten Banyumas terhadap Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap Komoditi Sapi dan Ikan Gurami



12



BAB V KESIMPULAN Kabupaten Banyumas, Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap merupakan wilayahwilayah yang memiliki interaksi keruangan. Interaksi keruangan tersebut bersifat komplementif atau saling melengkapi kebutuhan antar wilayah satu sama lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut adalah pasokan sapi dari Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap ke Kabupaten Banyumas dan pasokan ikan gurame dari Kabupaten Banyumas ke Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap. Berdasarkan perhitungan menggunakan metode gravitasi, interaksi antara Kabupaten Banyumas dengan Kabupaten Kebumen adalah lebih kuat dibandingkan dengan interaksi antara Kabupaten Banyumas dengan Kota Cilacap. Hal tersebut berarti hubungan antara Kabupaten Banyumas dengan Kabupaten Kebumen adalah lebih kuat intensitasnya apabila dibandingkan dengan hubungan antara Kabupaten Banyumas dengan Kota Cilacap.



DAFTAR PUSTAKA



Analisis Interkasi Keruangan Kabupaten Banyumas terhadap Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap Komoditi Sapi dan Ikan Gurami



13



Banyumas, B. (2014). Banyumas Dalam Angka 2014. Purwokerto. Bintarto. (1977). Pola Kota dan Permasalahannya. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Bintoro Tjokroamidjojo. (1985). Perencanaan Pembangunan. Jakarta: Gunung Agung. Direktorat Jenderal Perikanan. (n.d.). Budidaya Gurame, Penggerak Perekonomian Daerah dan Meningkatkan Kesejahteraan. Retrieved November 21, 2014, from www.djbp.kkp.go.id/berita.php?id=1052 Edward L Ullman & Harris, C. D. (1945). The nature of cities, in The Annals of the American Academy of Political and Social Science. Neraca. (2014). Potensi di Daerah Banyumas. Retrieved November 22, 2014, from http://www.neraca.co.id/industri/46866/Banyuma Pemerintah Kabupaten Kebumen. (2014). Kebumen dalam Angka (pp. 1–2). Kebumen: BPS. Pontoh, N. K. (2008). Pengantar Perencanaan Perkotaan (p. 36). Bandung: Penerbit ITB. Susanto, M. R. (2014, September 20). Banyumas Kekuranagn Pasokan Hewan Kurban. Kantor Berita Publik. Retrieved from www.rmol.co/read/2014/09/20/1779/BanyumasKekuranagn-Pasokan-Hewan-KurbanTarigan, R. (2006). Ekonomi Regional. Jakarta: Bumi Aksara. UMKM, P. P. U. dan jaringan B. (2010). Potensi-potensi di Daerah Kebumen. Retrieved November 22, 2014, from http://bisnisukm.com/potensi-potensi-daerah-kebumen.html



Analisis Interkasi Keruangan Kabupaten Banyumas terhadap Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap Komoditi Sapi dan Ikan Gurami



14



Analisis Interkasi Keruangan Kabupaten Banyumas terhadap Kabupaten Kebumen dan Kota Cilacap Komoditi Sapi dan Ikan Gurami



15