Jangka Sorong [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ALAT UKUR PDO



Disusun Oleh :



Nama



: TEGUH SALIM FIRMANSYAH



Kelas



: X TKR 3



No.abs : 32



SMK ISLAM AL-HIKMAH MAYONG TAHUN PELAJARAN 2017 / 2018



Jangka Sorong (Vernier Caliper) Jangka sorong (Vernier Caliper) adalah instrumen presisi yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi benda bagian dalam dan luar, ditinjau dari cara pembacaannya vernier caliper dapat di bagi dua, yaitu vernier caliper manual, dan digital. Pengukuran menggunakan vernier caliper manual lebih sulit bila dibandingkan dengan yang digital, karena hasil pengukuran diinterpretasi dari skala oleh pengguna, sedangkan hasil pengukuran menggunakan yang digital dapat dibaca langsung pada layar LCD. Versi manual memiliki dua skala imperial (skala dalam inci) dan metrik (skala dalam milimeter). Vernier manual masih bisa dibeli dan tetap populer karena jauh lebih murah daripada versi digital. Juga, versi digital membutuhkan baterai kecil sedangkan versi manual tidak membutuhkan sumber listrik. Bagian utama vernier caliper manual



Nama bagian dan fungsi Internal jaws (rahang dalam) adalah : bagian yang berfungsi untuk mengukur dimensi bagian dalam External Jaws (rahang luar) adalah : bagian yang berfungsi untuk mengukur dimensi luar Locking Screw (baut pengunci) : bagian yang berfungsi untuk pengunci rahang Imperial Scale adalah : Skala dalam satuan inci Metric Scale adalah : Skala dalam satuan milimeter Depth Measuring Blade adalah : Batang pengukur kedalaman



Menentukan Ketelitian Jangka Sorong Manual



A. Jangka Sorong dengan Ketelitian o,o2 mm



Jangka Sorong dengan Ketelitian 0,02    



Pada gambar di atas terbaca 49 Skala Utama = 50 Skala Nonius Besarnya 1 skala nonius = 1/50 x 49 Skala Utama = 0,98 Skala Utama Maka Ketelitian dari jangka sorong tersebut adalah = 1 – 0,98 = 0,02 mm Atau Ketelitian jangka sorong itu adalah 1 bagian Skala utama dibagi jumlah skala nonius = 1/50 = 0,02 mm



B. Jangka Sorong dengan Ketelitian o,o5 mm



Jangka Sorong dengan Ketelitian 0,05    



Dari gambar di atas 39 Skala Utama = 20 Skala Nonius Jadi besarnya 1 skala nonius = 1/20 x 39 Skala Utama = 1,95 Skala Utama Maka Ketelitian dari jangka sorong tersebut adalah = 2 – 1,95 = 0,05 mm Atau Ketelitian jangka sorong itu adalah 1 bagian Skala utama dibagi jumlah skala nonius = 1/20 = 0,05 mm



Membaca Jangka Sorong







 



  



Lihat dimana letak divisi 0 (nol) skala nonius pada divisi skala utama, pada gambar di atas divisi 0 skala nonius terletak antara divisi 13 mm dengan 14 mm, maka pembacaannya adalah 13 mm. Lihat dimana letak divisi skala nonius yang segaris dengan divisi skala utama, pada gambar di atas adalah divisi 21 skala nonius segaris dengan divisi skala utama. Maka pembacaan hasil pengukurannya adalah 13 + 21 x 0,02 (ketelitian dari jangka sorong) = 13,42 mm



Divisi 0 skala nonius terletak antara divisi 19 mm dengan 20 mm, maka pembacaannya adalah 19 mm. Divisi 32 skala nonius segaris dengan divisi skala utama. Maka pembacaan hasil pengukurannya adalah 19 + 32 x 0,02 = 19,64 mm



Cara Menggunakan Jangka Sorong - Jangka sorong merupakan salah satu alat ukur dari besaran pokok panjang. Bentuknya mirip dengan kunci inggris yang rahangnya bisa digeser Alat ukur ini memiliki ketelitian hingga 0,1 mm. Buat sobat hitung yang masih di kelas x sma sewaktu belajar fisika pasti akan melakukan praktek pengukuran dengan jangka sorong.Berikut ini sedikit panduan mengenai cara menggunakan jangka sorong dan bagaimana membacanya. Bagian-bagian Jangka Sorong



Jangka sorong terdiri dari rahang tetap dan ragang geser. Rahang tetap dan geser ada yang di atas dan di bawah. Dalam jangka sorong terdapat 2 skala. Skala utama pada rahang tetap dan skala nonius (renvier*) di rahang gesernya.Skala utama memiliki skala dalamm satuan cm dan mm sedangkan skala pada nonius memiliki panjang 9 mm yang dibagi menjadi 10 skala.Sobat hitung pahami betul bagian-bagian ini karena akan memudahkan sobat tahu bagaimana cara menggunakan jangka sorong nantinya. Fungsi Jangka Sorong 1. Jangka sorong berfungsi mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian sampai 0,1 mm. (rahang tetap dan rahang geser bawah) 2. Rahang tetap dan rahang geser atas bisa digunakan untuk mengukur diameter benda yang cukup kecil seperti cincin, pipa, dll. 3. Tangkai ukur di bagian bawah berfungsi untuk mengukur kedalaman seperti kedalaman tabung, lubang kecil, atau perbedaan tinggi yang kecil. Cara Menggunakan Jangka Sorong berikut ini cara menggunakan jangka sorong dalam beberapa langkah. 1.Awal persiapan, kendurkan baut pengunci dan geser rahang geser, pastikan rahang geser bekerja dengan baik. Sobat hitung jangan lupa untuk cek ketika rahang tertutup harus menunjukkan angka nol. Jika tidak menunjukkan angka nol sobat bisa mensettingnya. 2. Langkah/ cara menggunakan jangka sorong selanjutnya adalah membersihkan permukaan benda dan permukaan rahang agar tidak ada benda yang menempel yang bisa sebabkan kesalahan pengukuran. 3. Tutup rahang hingga mengapit benda yang diukur. Pastikan posisi benda sesuai dengan pengukuran yang ingin diambil. Lalu tinggal membaca skalanya. Cara Menggunakan Jangka Sorong untuk mengukur diameter Mengukur diameter sama seperti pengukuran sebelumnya, bedanya kalau tadi menggunakan rahang bagian bawah, untuk pengukuran diameter menggunakan rahang atas. Cara Menggunakannya, rapatkan rahang atas lalau tempatkan benda (cincin) yang akan diukur diameternya. Tarik rahang geser hingga kedua rahang menempek dan menekan bagian dalam



benda. Patikan bahwa dinding bagian dalam benda tegak lurus dengan skala dalam artian benda jangan sampai miring. Cara Menggunakan Jangka Sorong untuk Mengukur Kedalaman Cara menggunakan jangka sorong untuk kedaaman prinsipnya sama dengan mengukur panjang benda dan diameter. Sobat hitung cukup menempatkan benda yang akan diukur kedalamannya pada tangkai ukur. Tarik rahang geser hingga menyentuk permukaan dalam (dasar lubang).Usahakan benda yang diukur kedalamannya dalam keadaan statis (tidak Bergeser) Setelah kita tahu bagaimana cara menggunakan jangka sorong, sekarang bagaimana cara membaca jangka sorong (pengukurannya)? Berikut Cara Membaca Jangka Sorong 



 



Lihat skala utama, sobat lihat nilai yang terukur yang lurus dengan angka nol di skala nonius. Bisa menunjukkan posisi berhimpit dengan garis pada skala utama bisa juga tidak. Jika tidak ambil nilai skala utama yang terdekat di kirinya. Pada tahap ini sobat hitung baru mendapatkan ketelitian sampai 1 mm Lihat Skala nonius, carilah angka pada skala nonius yang berhimpit dengan garis di skala utama. Pengukuran ini punya ketelitian hingga 0,1 mm Jumlahkan



Selagi sobat benar cara menggunakan jangka sorong dan tau cara membacanya, sobat akan mendapatkan nilai pengukuran yang akurat. Contoh Soal Carilah panjang benda yang diukur dengan jangka sorong jika pada skala utama dan skala nonius tampak sebagai berikut



Jawaban : Lingkaran Biru : 5, 3 “sekian” cm, sekian akan kita dapatkan di lingkaran “merah” Lingkaran Merah : 5 Jadi hasilnya = 5,35 cm Saat ini sudah ada yang namanya jangka sorong digital. Cara menggunakan jangka sorong ini sangat mudah, tingal mengapitnya di antara rahang tetap dan rahang geser dan layar digital akan menampilkan hasil pengukuran dengan akurat. Sedikit tentang cara menggunakan jangka sorong ini semoga cara menggunakan jangka sorong tadi bisa dipahami dan bermanfaat.



CARA MEMBACA MIKROMETER SEKRUP



Mikrometer memiliki 3 jenis umum pengelompokan yang didasarkan pada aplikasi berikut :  Mikrometer Luar, digunakan untuk ukuran memasang kawat, lapisan-lapisan, blok-blok dan batang-batang.  Mikrometer dalam, digunakan untuk menguukur garis tengah dari lubang suatu benda  Mikrometer kedalaman , digunakan untuk mengukur kerendahan dari langkah-langkah dan slot-slot. Mikrometer sekrup umumnya digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda. Misalnya tebal kertas. Selain mengukur ketebalan kertas, mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur diameter benda kecil, dengan ketelitian sampai 0,01 mm atau 0,0001 cm. Mikrometer sekrup punya 2 yaitu skala utama dan skala nonius. Skala Nonius ditunjukkan oleh selubung luarnya. Bila selubung berputar satu kali, maju atau mundur akan memiliki nilai 0,5 mm. Skala pada selubung dibagi menjadi 50 bagian yang sama besar, sehingga tiap bagian skala pada selubung yang tergeser sama dengan : 1/50 x 0.50 mm = 0,01 mm atau 0,001 cm. oleh karena itu batas ketelitian mikrosekrup adalah 0,001cm .



Cara penggunaan mikrometer skrup 1. Pastikan pengunci dalam keadaan terbuka 2. Buka rahang dengan cara memutar ke kiri pada skala putar hingga benda dapat masuk ke rahang. 3. Letakkan benda yang diukur pada rahang, dan putar kembali sampai tepat. 4. Putarlah pengunci sampai skala putar tidak dapat digerakkan dan terdengar bunyi ‘klik’. Misalkan terdapat sebuah objek yang diukur, angka pada skala utama menunjukkan 4 mm, sedangkan sedangkan skala noniusnya berimpit pada angka 30. maka hasil pengukuranya adalah: 4 mm +( 30 x nst (0.01) mm) = 4,30 mm sedangkan untuk menentukan ketidakpastian/ketelitianya, kita menggunakan rumus:  Pengukuran tunggal, hasil = X±dX = 4,30±0,005 X = 4,30,



dX = (1/2) x nst = (1/2) x 0,01 = 0,005



arti fisis dari hasil pengukuran tersebut adalah, panjang suatu benda dapat berkisar antara 4,305 dan 4,295  1. 2. 3. 4.



Pengukuran ganda/berulang Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran, misal x1, x2,…..xn Cari nilai rata, yaitu xrata-rata= x1+x2+…..xn/n Tentukan xmax dan xmin dari kumpulan data, dan ketidak pastian dapat ditulis dx=(xmax-xmin)/2 Tuliskan hasilnya sebagai: x=xrata-rata±dx



Micrometer Mikrometer adalah instrumen pengukuran presisi, yang digunakan oleh para insinyur. Bagian utama dari Micrometer adalah : Frame, Thimble, Rachet, Sleeve, Spndle, Spndle Face, Anvil Face, dan Lock Nut sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah. Apabila Thimble atau Rachet diputar maka spindle akan bergerak maju-mundur, Setiap satu putaran rachet menggerakkan 0.5mm permukaan spindle (spindle face) ke permukaan landasan (anvil face). Obyek yang akan diukur ditempatkan antara permukaan landasan dan permukaan spindle. Rachet diputar searah jarum jam sampai benda tersebut terjepit antara kedua permukaan sampai rachet menghasilkan suara clik, Ini berarti bahwa rachet tidak bisa diperketat lagi dan pengukuran dapat dibaca.



Bagian dari Micrometer Micrometer Pengukur Kedalaman Mikrometer pengukur kedalaman adalah alat/instrumen pengukur presisi, digunakan oleh engineer untuk mengukur kedalaman. Setiap putaran rachet akan menggerakkan 0.5mm permukaan spindel ke bagian bawah. Ganbar di bawah ini menunjukkan bagaimana cara menggunakan Micrometer pengukur kedalaman digunakan. Ratchet diputar searah jarum jam sampai permukaan spindel menyentuh bagian bawah lubang. Hasil pengukuran dibaca dengan cara yang persis sama seperti skala mikrometer normal.



Micrometer Pengukur Kedalaman Pembacaan Skala hasil Pengukuran Pembacaan Sleeve penuh = 12 mm Pembacaan Sleeve 1/2 = 0,5 mm Pembacaan Thimble = 0,16 mm Pembacaan total = 12,66 mm Pembacaan Sleeve penuh = 16 mm Pembacaan Sleeve 1/2 = 0 Pembacaan Thimble = 0,355 mm Pembacaan total = 16,355 mm Pembacaan Sleeve penuh = 7 mm Pembacaan Sleeve 1/2 = 0,5 mm Pembacaan Thimble = 0,26 mm Pembacaan total = 7,76 mm



Micrometer Digital



Digital Micrometer Cara penggunaan digital micrometer adalah sama dengan micrometer biasa (analog micrometer) akan tetapi pembacaan hasil pengukuran lebih mudah, karena dapat dilihat langsung pada layar LCD. http://yuliarman.polinpdg.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=38:menggunakanmicrometer&catid=13:alat-ukur&Itemid=5



Alat ukur dalam dunia teknik sangat banyak. Ada alat ukur pneumatik, mekanik , hidrolik maupun yang elektrik. Termasuk dalam dunia otomotif, banyak juga alat ukur yang sering digunakan. Dalam hal ini kita akan membahas DIAL GAUGE.



DIAL GAUGE atau ada yang menyebutnya dial indicator adalah alat ukur yang dipergunakan untuk memeriksa penyimpangan yang sangat kecil dari bidang datar, bidang silinder atau permukaan bulat dan kesejajaran. Konstruksi sebuah alat dial indikator seperti terlihat pada gambar di atas, terdiri atas jam ukur (dial gauge) yang di lengkapi dengan alat penopang seperti blok alas magnet, batang penyangga, penjepit, dan baut penjepit. CARA PEMBACAAN DAN PENGGUNAAN ALAT Saat akan digunakan dial indikator tidak dapat digunakan sendiri, tapi memerlukan kelengkapan seperti di atas yang harus diatur sedemikian rupa pada saat pengukuran.



Posisi dial gauge harus tegak lurus terhadap benda kerja yang akan diukur.



Pada dial indikator terdapat 2 skala. Yang pertama skala yang besar (terdiri dari 100 strip) dan skala yang lebih kecil. Pada skala yang besar tiap stripnya bernilai 0,01 mm. Jadi ketika jarum panjang berputar 1 kali penuh maka menunjukkan pengukuran tersebut sejauh 1 mm. Sedangkan skala yang kecil merupakan penghitung putaran dari



jarum panjang pada skala yang besar. Sebagai contoh, jika jarum panjang pada skala besar bergerak sejauh 6 strip dan jarum pendek bergerak pada skala 3 maka artinya hasil pengukurannya adalah3,06 mm. Pengukuran ini diperoleh dari : skala pada jarum panjang dibaca : 6 x 0,01 mm = 0,06 mm skala pada jarum pendek dibaca : 3 x 1 mm = 3 mm maka hasil pengukurannya adalah 0,06 mm + 3 mm = 3,06 mm. Skala dan ring dial indikator dapat berputar ke angka 0 agar lurus dengan penunjuk. Penghitung putaran ukur jam berfungsi menghitung jumlah putaran penunjuk. Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan dial indicator adalah keadaan permukaan benda yang akan diukur harus bersih, posisi spindel dial (ujung peraba) tegak lurus pada permukaan komponen yang diperiksa, dan metode pengukuran yang digunakan. Metode Pengukuran 1. Letakkan V-block di atas plat datar dan letakkan poros di atas block. 2. Sentuhkan spindel dial gauge pada permukaan poros. Aturlah tinggi dial gauge lock sedemikian rupa sehingga menyentuh permukaan poros. 3. Putarlah poros perlahan-lahan dan temukan point pada permukaan pembacaan paling kecil. Putarlah outer ring sampai penunjukkan pada "0". 4. Putarlah poros perlahan-lahan. Bacalah jumlah gerakan pointer. Adapun metode pengukuran yang digunakan dial indikator adalah sebagai berikut: (a) benda kerja yang dipindahkan, dial indikator tetap pada posisi diam. (b) Dial indikator yang dipindahkan, benda kerja tetap pada posisi diam. (c) Benda kerja diputar, dial indikator tetap pada posisi diam. http://iffahufairohpsikolog.blogspot.com/2012/05/pengukuran-besaran-dan-dimensi.html



Bagian-Bagian Multimeter Saya akan berikan sedikit penjelasan mengenai gambar di atas. Yang perlu untuk di perhatikan adalah : 1. SEKRUP PENGATUR JARUM, Sekrup ini dapat di putar dengan Obeng atau plat kecil, Sekrup ini berfungsi mengatur Jarum agar kembali atau tepat pada posisi 0 (NOL), terkadang jarum tidak pada posisi NOL yang dapat membuat kesalahan pada pengukuran, Posisikan menjadi NOL sebelum digunakan. 2. TOMBOL PENGATUR NOL OHM. Tombol ini hampir sama dengan Sekrup pengatur jarum, hanya saja bedanya yaitu Tombol ini digunakan untuk membuat jarum menunjukkan angka NOL pada saat Saklar pemilih di posisikan menunjuk SKALA OHM. Saat saklar pemilih pada posisi Ohm biasanya pilih x1 pada skala Ohm kemudian Hubungkan kedua ujung TERMINAL (Ujung terminal Merah bertemu dengan Ujung terminal Hitam) dan Lihat pada Layar penunjuk, Jarum akan bergerak ke KANAN (Disitu terdapat angka NOL (0), Putar tombol pengatur Nol Ohm sampai jarum menunjukkan angka NOL). Proses ini dinamakan KALIBRASI OhmMeter. Hal ini Muthlak dilakukan sebelum melakukan pengukuran tahanan (OHM) suatu komponen atau suatu rangkaian. 3. SAKLAR PEMILIH. Saklar ini harus di posisikan sesuai dengan apa yang ingin di UKUR, misalnya bila ingin mengukur tegangan AC maka atur/putar saklar hingga menyentuh skala AC yang pada alat ukur tertulis ACV, Begitu pula saat mengukur tegangan DC, cari yang tertulis DCV, begitu seterusnya. Jangan Salah memilih Skala Pengukuran. Pada setiap bagian SKALA PENGUKURAN yang dipilih dengan Saklar Pemilih,



terdapat Nilai-nilai yang tertera pada alat ukur, Misalnya Pada Skala Tegangan AC (tertulis ACV pada alat ukur) tertera skala 10, 50, 250, dan 750 begitu pula pada Skala Tegangan DC (tertulis DCV pada alat ukur) tertera skala 0.1 , 0.25 , 2.5 , 10 , dst. Apa maksud Skala ini?? Dan Bagaimana Memilihnya?? Pedoman Memilih SKALA Pengukuran: Skala tersebut adalah skala yang akan digunakan untuk membaca hasil pengukuran, Semua skala dapat digunakan untuk membaca, Hanya saja tidak semua skala dapat memberikan atau memperlihatkan nilai yang diinginkan, misalnya kita mempunyai Baterai 9 Volt DC, kemudian kita mengatur SAKLAR PEMILIH untuk Memilih SKALA TEGANGAN DC pada posisi 2,5 dan menghubungkan TERMINAL Merah dengan positif (+) baterai dan Hitam dengan Negatif (-) baterai. Apa yang akan terjadi?? Jarum akan bergerak ke Ujung Kanan dan tidak menunjukkan angka 9Volt, Mengapa Demikian?? Sebab NILAI MAKSIMAL yang dapat diukur bila kita memposisikan Saklar Pemilih pada skala 2.5 adalah hanya 2.5 Volt saja, sehingga untuk mengukur Nilai 9Volt maka saklar harus di putar menuju Skala yang LEBIH BESAR sari NILAI Tegangan yang di Ukur, jadi Putar pada Posisi 10 dan Alat ukur akan menunjukkan nilai yang diinginkan.Penjelasan Lebih Lengkap Mengenai MEMBACA ALAT UKUR akan di Bahas selanjutnya pada tutorial ini. Saya tidak akan membahas semua bagian-bagian alat ukur tetapi bila ingin mengetahui fungsifungsi dari tiap bagian alat ukur, Anda dapat membaca DISINI. ALAT UKUR LISTRIK HARUS DIPASANG DENGAN BENAR, Mengapa saya katakan Demikian?? Untuk melakukan suatu pengukuran listrik, Posisi alat ukur pada rangkaian juga Mesti dan Hal wajib yang harus di perhatikan agar pembacaan alat ukur tidak salah. Pemasangan Alat ukur yang salah /Tidak benar memberikan hasil pengukuran yang TIDAK BENAR dan bukan kurang tepat, jadi ini sangat perlu di perhatikan. Mari kita melihat posisi alat ukur yang benar: 1. Posisi alat ukur saat mengukur TEGANGAN (Voltage) Pada saat mengukur tegangan baik itu teggangan AC maupun DC, maka Alat ukur mesti di pasang Paralel terhadap rangkaian. Maksud paralel adalah kedua terminal pengukur ( Umumnya berwarna Merah untuk positif (+) dan Hitam untuk Negatif (-) harus membentuk suatu titik percabangan dan bukan berjejer (seri) terhadap beban. 2. Posisi alat ukur saat mengukur ARUS (Ampere) Untuk melakukan pengukuran ARUS yang mesti diperhatikan yaitu Posisi terminal harus dalam kondisi berderetan dengan Beban, Sehingga untuk melakukan pengukuran arus maka rangkaian mesti di Buka / diputus / Open circuit dan kemudian menghubungkan terminal alat ukur pada titik yang telah terputus tersebut. 3. Posisi alat ukur saat mengukur Hambatan (Ohm) Yang mesti diketahui saat pngukuran tahanan ialah JANGAN PERNAH MENGUKUR NILAI TAHANAN SUATU KOMPONEN SAAT TERHUBUNG DENGAN SUMBER. Ini akan merusak alat ukur. Pengukurannya sangat mudah yaitu tinggal mengatur saklar pemilih ke posisi Skala OHM dan kemudian menghubungkan terminal ke kedua sisi Kali ini saya tidak akan membahas mengenai mengapa alat ukur di pasang paralel saat mngukur tegangan dan Seri pada saat mengukur Arus, sebab itu lebih kompleks kecuali ada yang membutuhkannya. Hal ini erat kaitannya dengan Rangkaian dalam suatu alat ukur. Setelah mengetahui Cara mengatur Saklat Pemilih yang Benar, Mengetahui Jenis Skala yang akan digunakan, dan Cara pemasangan alat ukur yang benar, maka tiba saatnya kita melakukan Pengukuran Besaran Listrik.



MENGUKUR TEGANGAN LISTRIK (VOLT / VOLTAGE) DC Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan: 1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah). 2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut anda angka yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup. 3. Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol Pengatur Nol OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Nolkan jarum AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm. 4. Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Tegangan yang anda ingin ukur, ACV untuk tegangan AC (bolak balik) dan DCV untuk tegangan DC (Searah). 5. Posisikan SKALA PENGUKURAN pada nilai yang paling besar terlebih dahulu seperti 1000 atau 750 jika anda TIDAK TAHU berapa nilai tegangan maksimal yang mengalir pada rangkaian. 6. Pasangkan alat ukur PARALEL terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur. 7. Baca Alat ukur. Cara Membaca Nilai Tegangan yang terukur: 1. Misalkan Nilai tegangan yang akan diukur adalah 15 VOLT DC (Belum kita ketahui sebelumnya, itulah saya katakan Misalnya). 2. Kemudian Kita memposisikan saklar pemilih pada posisi DCV dan memilih skala paling besar yang tertera yaitu 1000. Nilai 1000 artinya Nilai tegangan yang akan diukur bisa mencapai 1000Volt. 3. Saat memperhatikan Alat ukur maka Dalam Layar penunjuk jarum tidak terdapat skala terbesar 1000 yang ada hanya 0-10, 0-50, dan 0-250. Maka Untuk memudahkan membaca perhatikan skala 0-10 saja. 4. Skala penunjukan 0-10 berarti saat jarum penunjuk tepat berada pada angka 10 artinya nilai tegangan yang terukur adalah 1000 Volt, jika yang di tunjuk jarum adalah angka 5 maka nilai tegangan sebenarnya yang terukur adalah 500 Volt, begitu seterusnya. 5. Kembali Pada Kasus no. 1 dimana nilai tegangan yang akan diukur adalah hanya 15 Volt sementara kita menempatkan saklar pemilih pada Posisi 1000, maka jarum pada alat ukur hanya akan bergerak sedikit sekali sehingga sulit bagi kita untuk memperkirakan berapa nilai tegangan sebenarnya yang terukur. Untuk itu Pindahkan Saklar Pemilih ke Nilai Skala yang dapat membuat Jarum bergerak lebih banyak agar nilai pengukuran lebih akurat. 6. Misalkan kita menggeser saklar pemilih ke Posisi 10 pada skala DCV. Yang terjadi adalah, jarum akan bergerak dengan cepat ke paling ujung kanan. Hal ini disebabkan nilai tegangan yang akan di ukur LEBIH BESAR dari nilai Skala maksimal yang dipilih. Jika Hal ini di biarkan terus menerus maka alat ukur DAPAT RUSAK, Jika jarum alat ukur bergerak sangat cepat ke kanan, segera pisahkan alat ukur dari rangkaian dan ganti Skala SAKLAR PEMILIH ke posisi yang lebih Besar. Saat saklar Pemilih diletakkan pada angka 10 maka yang di perhatikan dalam layar penunjukan jarum adalah range skala 0-10, dan BUKAN 0-50 atau 0-250. 7. Telah saya jelaskan bahwa saat memilih skala 10 untuk mengukur nilai tegangan yang lebih besar dari 10 maka nilai tegangan sebenarnya tidak akan terukur / diketahui. Solusinya adalah Saklar Pemilih di posisikan pada skala yang lebih besar dari 10 yaitu 50. Saat memilih Skala 50 pada skala tegangan DC (tertera DCV), maka dalam Layar



Penunjukan Jarum yang mesti di perhatikan adalah range skala 0-50 dan BUKAN lagi 010 ataupun 0-250. 8. Saat Saklar pemilih berada pada posisi 50 maka Jarum Penunjuk akan bergerak Tepat di tengah antara Nilai 10 dan 20 pada range skala 0-50 yang artinya Nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur bernilai 15 Volt. Perhatikan gambar berikut: 9. Untuk mengetahui berapa nilai tegangan yang terukur dapat pula menggunakan RUMUS:



Jadi misalnya, tegangan yang akan di ukur 15 Volt maka: Tegangan Terukur = (50 / 50) x 15 Nilai Tegangan Terukur = 15



MENGUKUR TEGANGAN LISTRIK (VOLT / VOLTAGE) AC 1. Untuk mengukur Nilai tegangan AC anda hanya perlu memperhatikan Posisi Sakelar Pemilih berada pada SKALA TEGANGAN AC (Tertera ACV) dan kemudian memperhatikan Baris skala yang berwarna Merah pada Layar Penunjuk Jarum. 2. Selebihnya sama dengan melakukan pengukuran Tegangan DC di atas. MENGUKUR ARUS LISTRIK (Ampere) DC Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan: 1. 2. 3. 4. 5.



Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah). Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0) Lakukan Kalibrasi alat ukur Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Arus DCA Pilih SKALA PENGUKURAN yang diinginkan seperti 50 Mikro, 2.5m , 25m , atau 0.25A. 6. Pasangkan alat ukur SERI terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur. 7. Baca Alat ukur (Pembacaan Alat ukur sama dengan Pembacaan Tegangan DC diatas) MENGUKUR NILAI TAHANAN / RESISTANSI RESISTOR (OHM) Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan: 1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah). 2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut anda angka yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup. 3. Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol Pengatur Nol OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Nolkan jarum AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm. 4. Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala OHM yang diinginkan yaitu pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k, Maksud tanda x (kali /perkalian) disini adalah setiap nilai yang terukur atau yang terbaca pada alat ukur nntinya akan di KALI kan dengan nilai Skala OHM yang dipilih oleh saklar Pemilih.



5. Pasangkan alat ukur pada komponen yang akan di Ukur. (INGAT JANGAN PASANG ALAT UKUR OHM SAAT KOMPONEN MASIH BERTEGANGAN) 6. Baca Alat ukur. Cara membaca OHM METER 1. Untuk membaca nilai Tahanan yang terukur pada alat ukur Ohmmeter sangatlah mudah. 2. Anda hanya perlu memperhatikan berapa nilai yang di tunjukkan oleh Jarum Penunjuk dan kemudian mengalikan dengan nilai perkalian Skala yang di pilih dengan sakelar pemilih. 3. Misalkan Jarum menunjukkan angka 20 sementara skala pengali yang anda pilih sebelumnya dengan sakelar pemilih adalah x100, maka nilai tahanan tersebut adalah 2000 ohm atau setara dengan 2 Kohm.



HIDROMETER Hidrometer berfungsi untuk mengukur berat jenis elektrolit battery. Berat jenis elektrolit berubah menurut tingkat isi battery. Berat jenis battery penuh adalah 1,26 – 1,28. Berat jenis juga dipengaruhi oleh suhu,



ccccccc



Tindakan yang harus adalah sebagai berikut:



dilakukan



terkait



hasil



pengukuran



elektrolit



 TEST BENCH merupakan alat untuk memeriksa pompa bahan bakar.  FUEL PRESSURE GAUGE merupakan alat ubtuk memeriksa tekanan bahan bakar.  HYDRAULIC PRESSURE GAUGE Merupakan alat untuk mengukur tekanan hidrolis.  HYDROMETER berfungsi untuk mengukur berat jenis elektrolit battery. Ketika battery digunakan untuk starter, lampu, dan sebagainya, terjadi reaksi pengosongan atau baterai mengeluarkan arus listrik yang menyebabkan asam sulfat (H2So4) sedikit demi sedikit berubah menjadi H2O. Akibatnya berat jenis turun karena konsentrasi elektrolitnya



berkurang. Untuk mengukur berat jenis baterai, masukkan hidrometer ke dalam sel baterai, lalu hisaplah elektrolit ke dalam tabung gelas hidrometer sampai pelampung tidak menyentuh tabung gelas. Bacalah hasil berat jenis elektorlit setinggi mata.  INSIDE MICROMETER yaitu mengukur diameter dalam. misalnya pada silinder, tromol rem dll. Inside Tingkat ketelitian mikrometer dalam pengukur dua titik adalah sampai 0,01 mm sedangkan mikrometer dalam pengukur tiga titik memiliki tingkat ketelitian sampai dengan 0,005 mm. Jika diperhatikan, konstruksi mikrometer dalam pengukur dua titik tampak seperti mikrometer dalam tanpa rangka. Tingkat pengukuran sebuah mikrometer dalam pengukur dua titik ialah 25 mm. Bila disambungkan dengan alat bantu tongkat ukuran tertentu dalam dapat diperoleh batas ukur sampai 1500 mm.  MANIFOLT GAUGE merupakan alat untuk memeriksa tekanan vacuum ruang manifold.  MISTAR BAJA digunakan di bengkel untuk panjang, lebar atau tebal suatu benda. Mistar baja juga bisa dipakai menggantikan straight edge untuk memeriksa kerataan, misalnya kerataan kepala silindermotor/mobil. Permukaan dan bagian sisi rata mistar baja terdapat guratan-guratan sebagai sisi ukur. Untuk ukuran metrik : 1 cm dibagi dalam 10 bagian atau 20 bagian yang sama, sedangkanpada ukuran inchi/ dim, 1 inchi dibagi menjadi 16 atau 32 bagian sehingga berjarak 1/8”, 1/16”, 1/32”. Selain mistar baja, di bengkel juga sering digunakan mistar gulung untuk mengukur bagian yang cembung, menyudut, cekung dan benda-benda yang panjang dan tak bisa diukur dengan mistar baja.  NOZZLE TESTER digunakan untuk memeriksa tekanan pembukaan injector dan kondisi injector/kebocoran setelah injeksi.  OIL PRESSURE GAUGE merupakan alat untuk memeriksa tekanan minyak pelumas.  OUTSIDE MICROMETER merupakan alat untuk mengukur diameter luar, seperti pada piston, pin, poros engkol, dll. Konstruksi micrometer luar secara umum sama, tetapi untuk setiap jenisnya dilengkapi dengan perangkat tambahan yang membantu menunjukkan tingkat ketelitian pengukuran alatnya. Tingkat ketelitian micrometer luar bervariasi, yaitu 1/100 mm (0,01 mm) dan 1/1000 mm (0,001 mm).  RADIATOR TESTER Radiator tester merupakan alat untuk memeriksa kebocoran pada radiator serta tutup radiator.  SCREW PICTH GAUGE merupakan alat yang digunakan untuk mengukur jarak ulir baut. Sama seperti feeler gauge, satu set alat ini terdiri dari beberapa bilah dengan bentuk yang berbeda.  SMOOKE CHECKER merupakan alat untuk mengukur ketebalan/kejenuhan asap knalpot kendaraan.  SPRING SCALE merupakan alat untuk mengukur massa.  SPRING TESTER merupakan alat untuk memeriksa tingkat kelembaman pegas.



 TACHOMETER adalah alat untuk mengukur putaran mesin atau RPM /Rotary Per Minute.  TIMING LIGHT merupakan alat untuk memeriksa pengapian, Timing lihgt adalah suatu alat berbentuk lampu sorot yang akan menyala kalau sensornya mendapat tegangan.  THERMOMETER merupakan alat untuk memeriksa suhu.  TORQUE WRENCH (kunci moment) digunakan untuk mengukur gaya puntir pada baut dan mur, agar mencapai ketegangan tertentu. Jenis kunci momen yang ada terdiri atas model deflecting beam (batang jarum), model dial indicator, dan model setting micrometer. Kunci momen model deflecting beam, menunjukkan besar ukuran momen kekencangan oleh sebuah batang penunjuk. Batang oenunjuk akan bergerak dan menunjuk pada skala tertentu seiring dengan besarnya momen pengencangan yang dilakukan. Pada model lain, momen kekencangan yang diinginkan dapat diatur dengan cara menyetel ukuran kekencangan (setting micrometer) pada tangkai kunci momen. Kunci shock dengan ukuran tertentu mengencangkan baut atau mur.  TYRE INFLATOR merupakan alat untuk mengisi dan mengatur tekanan ban.  VACUUM TESTER merupakan alat untuk memeriksa kevacuman.  VERNIER CALIVER digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam dan mengukur kedalaman. Berdasarkan konstruksinya, jangka sorong dapat dibedakan seperti jangka sorong universal, jangka sorong dengan ujung yang dapat berputar, jangka sorong pengukur ketinggian, jangka sorong penukur kedalaman, jangka sorong pengukur jarak sumbu dll. Tingkat ketelitian jangka sorong yang ada adalah 0,1 mm, 0,05 mm, dan 0,02 mm. Metode pengukuran jangka sorong menggunakan skala utama dan skala vernier (skala nonius). Skala vernier digunakan untuk mengukur jarak kecil dengan cara mencari perbedaan antara dua tanda. Metode ini disebut pengukuran vernier. Untuk menentukan hasil pengukuran tetap harus memperhatikan pembacaan dua skala tersebut. Di bawah ini gambar skala ukur pada jangka sorong.  ANEMOMETER adalah alat untuk mengukur besarnya tekanan udara  CARBURETOR FLOAT LEVEL GAUGE adalah merupakan alat untuk mengukur ketinggian pelampung Carburator.  COMPRESSION TESTER digunakan untuk mengukur tekanan kompresi. Karena tekanan kompresi pada mesin diesel tinggi, maka harus digunakan gauge dengan tekanan tinggi. Pemasangan pada lubang injector atau glow plug. Alat ini dibedakan menjadi pengukur tekanan kompresi untuk motor bensin dan pengukur tekanan kompresi motor diesel. Manometer pada alat ini berfungsi untuk menunjukkan besar tekanan kompresi silinder ketika dilakukan pengukuran. I.



PENDAHULUAN A. Standar Acuan & Referensi ASTM D 421 “Standard Practice for Dry Preparation of Soil Samples for Particle-Size Analysis and Determination of Soil Constants” ASTM D 422 “Standard Test Method for Particle-Size Analysis of Soils”



AASHTO T 88 “Standard Method of test for particle size analysis of soils” SNI 3423:2008 “Cara uji analisis ukuran butiran tanah” B. Maksud dan Tujuan Percobaan Menentukan distribusi dari butiran tanah yang memiliki diameter yang lebih kecil dari 0.074 mm (lolos saringan No. 200 ASTM) dengan cara pengendapan (hydrometer Analysis). C. Alat-alat dan Bahan a. Alat  Hydrometer (tipe 152 H)  Hydrometer jar (1000 ml)  Gelas ukur  Stopwatch  Pengaduk mekanis (mixer)  Oven  Termometer Celcius  Gelas belimbing  Saringan No. 200 ASTM  Timbangan (ketelitian 0.01gram) b. Bahan  Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM, masing-masing 50 gram (untuk 3 sampel)  Larutan pendispersi 4% (water glass)



D. Teori dan Rumus yang Digunakan II .



PRAKTIKUM A. Persiapan Praktikum 1. Menyiapkan sampel tanah sebanyak 50 gram kering oven. 2. Menimbang 40 gram water glass sebagai bahan dispersi dan memasukkan water glass ke dalam hydrometer jar, kemudian mencampur dengan air suling hingga mencapai 1000 ml, lalu diaduk hingga homogen. Campuran ini kemudian disebut sebagai larutan dispersi. 3. Menuang larutan dispersi sebanyak 125 ml ke dalam gelas belimbing yang sudah berisi tanah sebanyak 50 gram dan lalu diamkan selama ± 18 jam. 4. Menyiapkan satu tabung silinder (1000 ml), kemudian memasukkan 125 ml larutan dispersi dan menambahkan air suling hingga 1000 ml ke dalam tabung silinder, tabung ini berfungsi sebagai tabung kontrol. B. Jalannya Praktikum 1. Memeriksa koreksi miniskus dan koreksi nol pada alat hydrometer type 152 H dengan jalan memasukkannya ke dalam tabung kontrol dan mencatat hasil pembacaannya. 2. Memasukkan campuran tanah dan larutan dispersi yang telah direndam setelah ± 18 jam ke dalam mixer cup dan kemudian menambahkan sejumlah air suling dengan pipet sehingga mencapai kurang lebih 2/3 dari mixer cup. Kemudian mengaduk selama kurang lebih 10 menit.



3. Memindahkan campuran dari mixer cup ke dalam hydrometer jar lalu menambahkan air suling hingga mencapai 1000 ml. 4. Menutup tabung dengan karet penutup dan mengocoknya secara horizontal selama kurang lebih 1 menit, sampai homogen. 5. Meletakkan tabung, lalu memasukkan hydrometer tipe 152 H. Membaca hydrometer (R1) tepat pada menit pertama, kedua dan keempat , lalu mengangkat hydrometer dari tabung dan memasukan hydrometer ke dalam tabung kontrol agar steril. 6. Memasukan hydrometer kedalam tabung pada menit ke 7 dan membaca skalanya kembali. 7. Melakukan pembacan hydrometer untuk menit ke-8, 15, 30, 60, 120, 240, 960 dan 1440. 8. Membaca suhu pada tabung control pada tiap pembacan hydrometer. 9. Mengulangi langkah 1 sampai 8 untuk beberapa sampel. 10. Menuangkan larutan setiap sampel ke saringan No. 200 ASTM. Butiran tanah yang tertahan pada saringan ini selanjutnya akan dipakai pada percobaan Sieve Analysis.