Jiwa Model Perilaku [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONSEP MODEL KEPERAWATAN JIWA MAKALAH Memenuhi Tugas Matakuliah Keperawatan Jiwa Yang dibina oleh Ibu Dyah Widodo, S.Kp., M.Kes Oleh:



KELOMPOK 6 1. Muhammad Faruq A (1601100031) 2. Marthalia Astuti



(1601100005)



3. Laune Asyifa



(1601100014)



4. Pitaloka Lestari



(1601100023)



5. Rizki Amelia



(1601100034)



POLTEKKES KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN D-III KEPERAWATAN MALANG Maret 2018



Kata Pengantar



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Malang, 23 Maret 2018



Penulis



DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR............................................................................................................2 DAFTAR ISI........................................................................................................................ 3 DAFTAR GAMBAR............................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang.................................................................................................... 1.2 Rumusan masalah.............................................................................................. 1.3 Tujuan................................................................................................................. BAB II PEMBAHASAN 2.1 ............................................................................................................................ 2.2 ............................................................................................................................ 2.3 ............................................................................................................................ 2.4 ............................................................................................................................ 2.5 ............................................................................................................................ 2.6 ............................................................................................................................ BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 3.2 Saran.................................................................................................................. DAFTAR RUJUKAN.............................................................................................................. LAMPIRAN...........................................................................................................................



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Profesi keperawatan sebagai profesi yang unik dan kompleks. Dalam melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah ada. Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan simbol-simbol yang nyata. Sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan. Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat didalamnya. Model konseptual keperawatan jiwa sebagai usaha-usaha untuk menguraikan fenomena mengenai keperawatan jiwa. Teori keperawatan jiwa digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep dalam keperawatan dan model konsep keperawatan digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan. Model konseptual keperawatan jiwa terdiri dari beberapa pendekatan salah satunya model prilaku. Model prilaku sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanaya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan seseorang mempunyai pengalaman baru.



1.2. Rumusan Masalah 1.



Bagaimana konsep model Psikoanalisa?



2.



Bagaimana konsep model Perilaku?



3.



Bagaimana konsep model Eksistensi?



4.



Bagaimana konsep model Interpersonal?



5.



Bagaimana konsep model Medikal?



6.



Bagaimana konsep model Komunikasi?



7.



Bagaimana konsep model Keperawatan?



8.



Bagaimana konsep model Sosial?



1.3. Tujuan 1.



Tujuan Umum



Setelah membaca makalah ini, mahasiswa di harapkan mampu memahami model konseptual keperawatan jiwa. 2.



Tujuan Khusus



Setelah membaca makalah ini mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang : a.



Model Psikoanalisa



b.



Model Perilaku



c.



Model Eksistensi



d. Model Interpersonal e.



Model Medikal



f.



Model Komunikasi



g.



Model Keperawatan



h.



Model Sosial



BAB II



TINJAUAN TEORITIS



A. 1.



Pengertian Model Konseptual Keperawatan Jiwa Model Konseptual



Model adalah contoh, menyerupai, merupakan pernyataan simbolik tentang fenomena, menggambarkan teori dari skema konseptual melalui penggunaan symbol dan diafragma, dan Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu obyek, benda, suatu peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau keyakinan. Model konsepadalah rangkaian konstruksi yang sangat abstrak dan berkaitan yang menjelaskan secara luas fenomena-fenomena, mengekspresikan asumsi dan mencerminkan masalah. (Hidayat, 2006, hal.42) Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. Model konseptual memberikan keteraturan untuk berfikir, mengobservasi dan menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan arah riset untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk menanyakan tentang fenomena dan menunjukkan pemecahan masalah (Christensen & Kenny, 2009, hal. 29). 2.



Model Konseptual dalam Keperawatan



Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999, dalam Hidayati, 2009). Model konseptual keperawatan telah memperjelas kespesifikan area fenomena ilmu keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu manusia sebagai pribadi yang utuh dan unik. Konsep kedua adalah lingkungan yang bukan hanya merupakan sumber awal masalah tetapi juga perupakan sumber pendukung bagi individu. Kesehatan merupakan konsep ketiga dimana konsep ini menjelaskan tentang kisaran sehat-sakit yang hanya dapat terputus ketika seseorang meninggal. Konsep keempat adalah keperawatan sebagai komponen penting dalam



perannya sebagai faktor penentu pulihnya atau meningkatnya keseimbangan kehidupan seseorang (klien) (Marriner-Tomey, 2004, dalam Nurrachmah, 2010) Tujuan dari model konseptual keperawatan (Ali, 2001, hal. 98) : a.



Menjaga konsisten asuhan keperawatan.



b.



Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan



oleh tim keperawatan. c.



Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.



d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan. e.



Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap



anggota tim keperawatan. Konseptualisasi keperawatan umumnya memandang manusia sebagai mahluk biopsikososial yang berinteraksi dengan keluarga, masyarakat, dan kelompok lain termasuk lingkungan fisiknya. Tetapi cara pandang dan fokus penekanan pada skema konseptual dari setiap ilmuwan dapat berbeda satu sama lain, seperti penenkanan pada sistem adaptif manusia, subsistem perilaku atau aspek komplementer (Marriner-Tomey , 2004, dalam Nurrachmah, 2010).



3.



Keperawatan Jiwa



a.



Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa( Yosep, 2010, hal. 1-2 )



1) Menurut American Nurses Associations (ANA) Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations). 2) Menurut WHO Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak ganguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yang adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat



positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan. 3) Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966 Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini selaras dengan orang lain. Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas ).Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia (Sulistiawati dkk , 2005, hal. 5). b.



Komponen Paradigma Keperawatan Jiwa



Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan(Sulistiawati dkk, 2005, hal. 5-6) 1) Manusia Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubahdan keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.



2) Lingkungan



Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu. 3) Kesehatan Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat. 4) Keperawatan Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa bertujuan untuk mememberian asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien, merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat,1991). Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah. Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada. Proses keperawatan merupakan sarana / wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya, pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada proses sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien lebih besar daripada perawat sehingga



kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat diri dapat pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah teratasi. (Keliat, 2006, hal.1-3) c.



Prinsip-Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa



Prinsip-prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa menurut (Yosep, 2010, hal.6) 1)



Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi



keperawatan jiwa : yang kompeten). 2)



Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat



dengan klien). 3)



Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).



4)



Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam



keperawatan jiwa). 5)



Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam



keperawatan jiwa). 6)



Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam



keperawatan jiwa). 7)



Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya dalam



keperawatan jiwa). 8)



Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan dalam



keperawatan jiwa). 9)



Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam



keperawatan jiwa). 10)



Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses



keperawatan : dengan standar- standar perawatan). 11)



Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards



(aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar professional).



B.



Beberapa model konsep keperawatan jiwa:



1.



Model Psikoanalisa



a.



Konsep



Merupakan model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud yang meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan pada perkembangan pada anak. Setiap fase perkembangan mempunyai tugas perkembangan yang harus di capai. Gejala yang nampak merupakan simbul dari konflik. b.



Proses terapi



1) Memakan waktu yang lama 2) Menggunakan tehnik asosiasi bebas dan analisa mimpi” menginterpretasikan perilaku, menggunakan transferens untuk memperbaiki masa lalu ,mengidentifikasi area masalah. c.



Peran pasien dan terapis



1) Pasien : mengungkapkan semua pikiran dan mimpi 2) Terapis:mengupayakan perkembangan transferens menginterpretasikan pikiran dan mimpi pasien dalam kaitannya dengan konflik. Kelebihan : a)



Dasar teori yang kuat



b)



Lebih fokus dalam mengetahui menghadapi masalah klien



c)



Dapat membuat klieen masalah apa yang selama ini tidak disadarinya



Kekurangan : a)



Biaya yang banyak yang dikeluarkan oleh klien



b)



Memakan waktu yang lama



c)



Klien menjadi jenuh akibat waktu yang lama



d)



Dibutuhkan terapis yang benar benar sudah terlatih



2.



Model Perilaku



a.



Konsep



Dikembangkan oleh H.J Esyenk, J.Wolpe dan B.F Skiner. Teori ini menyakini bahwa perubahan perilaku akan merubah koognitif dan avektif. b.



Proses terapi



1) Desenlisasi / pengalihan 2) Teknik relaksasi 3) Asertif training 4) Reforcemen/memberikan penghargaan 5) Self regulation/mengamati perilaku klien : self standar ketrampilan,self observasi , self evaluasi , self reforcemen. c.



Peran pasien dan terapis



1) Pasien : a)



Mempraktikkan teknik perilaku yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan rumah



b) Penggalakan latihan 2) Terapis : a)



Mengajarkan kepada klien tentang pendekatan perilaku



b) Membantu mengembangkan hirarki perilaku c)



Menguatkan perilaku yang diinginkan



Kekurangan : a)



Kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi



b)



Hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati



Kelebihan :



a)



Tidak dianjurkan hukaman dalam proses terapi penyembuhan



3.



Model Eksistensi



a.



Konsep



Teori mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan dengan dirinya dan lingkungannya. Keasingan diri dan lingkungan dapat terjadi karena hambatan pada diri individu. Individu merasa putus asa,sedih,sepi,kurang kesadaran diri yang mencegah partisipasi dan penghargaan pada hubungan dengan orang lain. Klien sudah kehilangan/tidak mungkin menemukan nilai-nilai yang memberi arti pada eksistensinya. b.



Proses terapi



1) Rational emotive therapy Konfrontasi digunakan untuk bertanggung jawab terhadap perilakunya. Klien didorong menerima dirinya sebagai mana adanya bukan karena apa yang dilakukan. 2) Terapi logo Terapi orientasi masa depan. Individu meneliti arti dari kehidupan , karena tanpa arti berarti eksis. Tujuannya agara induvidu sadar akan tanggung jawabnya. 3) Terapi realitas Klien dibantu untuk menyadari target kehidupannya dan cara untuk mencapainya. Klien didasarkan akan alternatif yang tersedia c.



Peran pasien perawat



1) Pasien : bertanggung jawab terhadap perilakunya dan berperan serta dalam suatu pengalaman berarti untuk mempelajari tentang dirinya yang sebenarnya 2) Terapis : a)



Membantu pasien untuk mengenali diri



b) Mengklarifikasi realita dari suatu situasi c)



Mengenali pasien tentangperasaan tulus



d) Memperluas kesadaran diri pasien Kelebihan : a)



Memiliki 3 proses terapi ( terapi rational emotive, terapi logo, terapi realitas )



Kekurangan : a)



Susah menerima masukan dari orang lain



b)



Klien kehilangan atau tidak mungkin menemukan nilai nilai yang memberi arti eksetensi



4.



Model Interpersonal



a.



Konsep



Model ini diperkenalkan oleh Hary Stack Sullivan. Sebagai tambahan Peplau mengembangkan teori interpersonal keperawatan. Teori ini menyakini bahwa perilaku berkembang dari hubungan interpersonal. Menurut Sulivan indivdu memadang orang lain sesuai dengan apa yang ada pada dirinya , maksudnya kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup proses intrepersonal perawat klien dan masalh kecemasan yang terjadi akibat sakit. Dalam proses interpersonal perawat klien memiliki 4 tahap : 1) Orientasi Perawat klien melakukan kontrak awal untuk BHSP dan terjadi proses pengumpulan data 2) Identivikasi Perawat memfasilitasi ekspresi perasaan klien dan melaksanakan askep 3) Eksplorasi Perawat memberi gambaran kondisi klien 4) Resolusi Perawat memandirikan klien



b.



Proses terapi



1) Mengeksplorasi proses perkembangan 2) Mengoreksi pengalaman interpersonal 3) Reduksi 4) Mengembangkan hubungan saling percaya c.



Peran pasien dengan terapis



1) pasien : menceritakan ansietas dan perasaan 2) terapis : menjalin hubungan akrab dengan pasien dengan menggunakan empati dan menggunakan hubungan sebagai suatu pengalaman interpersonal korektif. Kelebihan : a)



Perawat memiliki wewenang untuk mengembangkan hubungan antara perawat dan klin



dimana perawat bertugas sebagai narasumber/SDM/konsultan/wali bagi klien b)



Klien mendapat keuntungan dengan memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk



memenuhi kebutuhannya Kekurangan : a)



Kritik yang berlebihan akan mengembangkan sistem diri yang negatif



5.



Model Medikal



a.



Konsep



Penyimpangan perilaku merupakan manifestasi gangguan SSP. Dicurigai bahwa depresi dan skizoprenia dipengaruhi transmisi impuls neural serta gangguan sinap yaitu masalh biokimia . faktor sosial dan lingkungan diperhitungkan sebagai faktor pencetus. b.



Proses terapi



1) Pengobatan : jangka panjang , jangka pendek



2) Terapi suportif 3) Insight oriented terapi yaitu belajar metode mengatasi stressor c.



Peran pasien dan terapis



1) Pasien : pasien mempraktekkan regimen terapi dan melaporkan efek terapi 2) Terapis : a)



Mengguanakan kombinasi terapi somatik dan interpersonal



b) Menegakkan diagnosa penyakit PPDGJ c)



Menentukan pendekatan terapeutis



Kekurangan : a)



Berfokus pada diagnosa penyakit sehingga pengobatan didasarkan pada diagnosa itu



Kelebihan : a)



Model medikal terus mengeksplorasi penyebab gangguan jiwa secara ilmiah



b)



Fungsi model medikal mengobati yang sakit dan proses pengobatan pada fisik tidak



menyalahkan perilaku kliennya 6.



Model Komunikasi



a.



Konsep



Teori ini menyatakan bahwa gangguan perilaku terjadi apabila pesan tidak dikomunikasikan dengan jelas. Bahasa dapat digunakan merusak makna, pesan dapat pula tersampaikanmungkin tidak selaras. Fase komunikasi ada 4 yaitu : pra interaksi , orientasi , kerja , terminasi. b.



Proses terapi



1) Memberi umpan balik dan klarifikasi masalah



2) Memberi penguatan untuk komunikasi yang efektif 3) Memberi alternatif kolektif untuk komunikasi yang tidak efektif 4) Melakukan analisa proses interaksi c.



Peran pasien terapis



1) Pasien : memperhatikan pola komunikasi , bermain peran,bekerja untuk mengklarifikasi komunikasinya sendiri , memvalidasi peran dari oarang lain. 2) Terapis : menginterpretasikan pola komunikasi kepada pasien dan mengajarklan prinsip komunikasi yang baik. Kelebihan : a)



Memberi alternatif korektif untuk komunikasi yang tidak efektif



b)



Mengubah persepsi klien sehingga mereka berupaya meningkatkan aktifitas dalam



pencegahan penyakit Kekurangan : a)



Klien kadang sulit menerima pesan yang diterima



7.



Model Keperawatan



a.



Konsep



Teori ini mempunyai pandangan bahwa askep berfokus pada respon individu terhadap masalah kesehatan yang actual dan potensial dengan model pendekatan berdasarkan teori sistem , teori perkembangan , teori interaksi , pendekatan holistik dan teori keperawatan. Fokus pada : 1) Rentang sehat sakit 2) Teori dasar keperawatan 3) Tindakan keperawatan 4) Hasil tindakan b.



Proses terapi



1) Proses keperawatan 2) Terapi keperawatan : terapi modalitas c.



Peran pasien dan terapis



1) Pasien : mengemukakan masalah 2) Terapis : memfasilitasi dan membantu menyelesaikan Kelebihan : a)



Pendekatan yang dilakukan dapat didasarkan pada bermacam-macam teori



Kekurangan : a)



Hanya berfokus pada respon individu terhadap masalah kesehatan



8.



Model Social



a.



Konsep



Menurut Caplain situasi sosial dapat mencetuskan gangguan jiwa . teori ini mengemukakan pandangan sosial terhadap perilaku bahwa faktor sosial dan lingkungan menciptakan stress yang menyebabkan ansietas yang menimbulkan gejala perilaku menyimpang. b.



Proses terapi



1) Pencegahan primer 2) Manipulasi lingkungan 3) Intervensi krisis c.



Peran pasien dan terapis



1) Pasien : secara aktif menyampaikan masalahnya dan bekerjasama dengan terapis untuk menyelesaikan masalahnya 2) Terapis : a)



Menggali sistem sosial pasien



b) Membantu pasien menggali sumber yang tersedia c)



Menciptakan sumber baru



Kelebihan : a)



Perawat mampu menganalisa faktor utama yang menyebabkan klien mengalami



gangguan jiwa b)



Klien dapat membina hubungan baik dengan perawat sehingga lebih mudah dalam



proses pemulihan c)



Menggunakan sistem pendukung Kekurangan :



a)



Membutuhkan waktu yang lama



b)



Hanya berfokus pada respon individu terhadap masalah kesehatan



BAB III APLIKASI Aplikasi Model Perilaku 1.



Pandangan tentang penyimpangan perilaku Perilaku dipelajari. Penyimpangan terjadi karena manusia telah membentuk kebiasaan perilaku yang tidak diinginkan. Karena perilaku dapat dipelajari, maka perilaku juga tidak dipelajari. Perilaku menyimpang terjadi berulang karena berguna untuk mengurangi ansietas. Jika demikian, perilaku yang lain dapat mengurangi ansietas dapat dipakai sebagai pengganti.



2.



Indikasi model Perilaku Indikasi utama ialah gangguan fobik dan perilaku kompulsif, disfungsi sexual (misalnya impotensi dan frigiditas) dan deviasi sexual (misalnya exhibisionisme). Dapat dicoba pada pikiran-pikiran obsesif, gangguan kebiasaan atau pengawasan impuls (misalnya gagap, enuresis, dan berjudio secara kompulsif), gangguan nafsu makan (obesitas dan anorexia) dan reaksi konversi. Terapi perilaku tidak berguna pada skizofrenia akut, depresi yang hebat dan (hipo) mania



3.



Proses terapeutik Terapi merupakan proses pendidikan. Penyimpangan perilaku tidak dihargai. Perilaku yang lebih produktif dikuatkan. Terapi relaksasi dan latihan keasertifan merupakan pendekatan perilaku.



4.



Peran pasien dan terapis Pasien. Mempraktekan teknik perilaku yang digunakan. Mengerjakan pekerjaan rumah dan penggalakan latihan. Pasien membantu mengembangkan hierarki perilaku.



5.



Terapis. Mengajar pasien tentang pendekatan perilaku, membantu mengembangkan hierarki perilaku, dan menguatkan perilaku yang diinginkan.



KASUS A. Kasus Klien bernama surya dengan umur 18 tahun. Mahasiswa yang nakal, susah ditegur dan sering mendapatkan masalah disekolah. akibatnya masalah sekolahnya terganggu, karena tugas – tugas kuliah tidak pernah dikerjakan. masalah yang paling utama adalah dia sering tidak masuk kuliah karena tidak mau mengikuti ujian, pada saat dikelas dia selalu diam dan suka melawan dosen serta mengganggu teman.



B. Analisa Masalah Pada saat ditanya kepada klien, rupanya klien kecewa kepada salah satu dosen yang sepertinya tidak menyukainya selain itu klien memiliki masalah keluarga dikarenakan orang tua klien yang tidak pernah perduli dengan masalah klien. Tapi setelah melihat akibat dari apa yang telah dilakukannya seperti kuliahnya yang terbengkalai, klien merasa menyesal dan ingin berubah. 1. Thorndike Pertama kita akan menggunakan hukum kesiapan yaitu dengan cara melihat apakah individu tersebut siap berubah, dan setelah itu menggunakan hukum latihan yaitu hukum yang melatih perilaku yang baik agar asosiasi semakin kuat setelah dengan menggunakan hukum akibat yaitu apakah hasil dari latihan tersebut memuaskan atau tidak. Jika memuaskan akan membuat stimulus dan respons yang semakin kuat. a. Hukum kesiapan Pertama – tama perawat perlu mengetahui secara mendalam ( inquiry ) bahwa klien benar – benar ingin berubah. Kemudian barulah kita memberikan tugas berupa hukuman kepada klien untuk mengerjakan tugas kuliahnya yang telah dia tinggalkan, dan memberikan laporan kepada perawatnya. setelah kien berhasil mengerjakan hukuman atau tugas dari perawat barulah kita ketahap yang kedua. b. Hukum latihan Yang harus dilakukan perawatdalam tahap ini adalah memberikan sebuah solusi kepada klien berupa tugas atau hukuman yang diberikan perawat kepada klien tapi dengan latihan yang berulang – ulang. Perawat memberikan hukuman kepada klien agar klien berpartisipasi dalam segala kegiatan kuliah dari inroom ( seperti diskusi kelompok, bimbingan belajar, dll ) maupun c. Hukum akibat Setelah tahap kedua dilewati, kemudian masuklah ketahap yang ketiga. Dalam tahap ini perawat tidak perlu memberikan tugas atau hukuman kepada klien tetapi perawat perlu mengetahui apa respons pasien setelah melakukan hukum latihan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, sehingga keputusan berubah kita letakkan kepada klien. 2. Pavlov Dengan memberikan stimulus yang netral ditambah dengan stimulus yang tidak netral sehingga menimbulkan respons yang bersyarat.



Pertama yang harus kita lakukan adalah memberikan suatu solusi kepada klien dengan cara memberikan sebuah stimulus yang dikondisikan sehingga menghasilkan respon yang terkondisikan. Dengan cara memberikan pasien sebuah penyelesaian masalah ( stimulus ) sehingga menghasilka perilaku yang positif ( respons ). Kita memberikan sebuah syarat yang perlu pasien lakukan jika klien ingin berubah syarat pertama klien harus aktif dalam perkuliahan dan selalu masuk kuliah, kedua klien harus mulai berkomunikasikan kepada orang tuanya segala keluhan dan apa yang klien inginkan dari orang tua, syarat ketiga klien harus mematuhi segala peraturan yang terdapat di kampus, syarat yang ketiga klien harus mengerjakan tugas perkuliahan, syarat keempat klien harus melaporkan kepada perawat apa yang klien rasakan setiap harinya dengan cara mobile dan/dengan saksi dari dosen serta orang tua. Kemudian perawat harus melihat respons dari syarat – syarat tersebut. 3. Skinner Menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment). Penguatan dan Hukuman.



Penguatan



(reinforcement)



adalah



konsekuensi



yang



meningkatkan



probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Yang harus dilakukan perawat dalam model ini adalah perawat memberikan penguatan kepada klien. Dengan cara perawat berkerjasama dengan orangtua agar memberikan sebuah hadiah kepada klien jika klien berubah. Hadiah dapat berupa benda ataupun perhatian yang lebih jika dia dapat berubah.



BAB IV PEMBAHASAN Model Behavioral Konsep ini berdasarkan teori belajar. dan mengatakan bahawa semua perilaku itu dipelajari. Perilaku seseorang karena dia belajar itu dari lingkungannya. Fokus konsep ini terletak pada tindakan, bukan pada pikiran atau perasaan individu. Perubahan perilaku membuat perubahan pada kognitif dan afektif Penyimpangan perilaku Individu membentuk kebiasaan yang tidak menyenangkan karena belajar dari lingkungan. Kebiasaan ini atau perilaku itu timbul karena adanya kecemasan Proses terapuetik Terapi merupakan proses pendidikan Perilaku yang tidak baik kita abaikan atau dilupakan, tingkah laku yang produktif lebih direinforcement. Diajarkan cara-cara mengatasi kecemasan sehingga perilakunya dapat diterima lingkungan, seperti tehnik relaksasi dan latihan asertif. Klien belajar perilaku yang baik, misalnya cara-cara berperilaku sopan. Peran Klien :  Sebagai pelajar dengan mulai mengatakan kecemasan-kecemasannya, kemudian dia belajar mengatasi kecemasan itu mulai dari yang sederhana sampai ke kompleks  Mengerjakan latihan mengatasi kecemasan itu sepanjang hari. Peran therapist • Sebagai guru dan melatih, menjelaskan mana perilaku yang baik • Mengevaluasi perubahan perilaku dan memberikan pujian atas kemajuannya Teknik-teknik Behavior Therapy dan Kelebihan & Kelemahan Behavior Therapy Teknik-Teknik Behavior Therapy Lesmana (dalam Lubis, 2011) membagi teknik terapi behavioristik dalam dua bagian, yaitu teknik-teknik tingkah laku umum dan teknik-teknik spesifik. Uraiannya adalah sebagai berikut: Teknik-teknik Tingkah Laku Umum Teknik ini terdiri dari beberapa bentuk, di antaranya adalah:



Skedul penguatan adalah suatu teknik pemberian penguatan pada klien ketika tingkah laku yang baru selesai dipelajari dimunculkan oleh klien. Penguatan harus dilakukan terus-menerus sampai tingkah laku tersebut terbentuk dalam diri klien. Setelah terbentuk, frekuensi penguatan dapat dikurangi atau dilakukan pada saat-saat tertentu saja (tidak setiap kali perilaku baru dilakukan). Istilah ini sering disebut sebagai penguatan intermiten. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan tingkah laku baru yang telah terbentuk. Misalnya, klien yang mengalami kesulitan membaca akan diberikan pujian secara terus-menerus bila berhasil membaca. Tetapi setelah ia dapat membaca, pemberian pujian harus dikurangi. Shaping adalah teknik terapi yang dilakukan dengan mempelajari tingkah laku baru secara bertahap. Terapis dapat membagi-bagi tingkah laku yang ingin dicapai dalam beberapa unit, kemudian mempelajarinya dalam unit-unit kecil. Ekstingsi adalah teknik terapi berupa penghapusan penguatan agar tingkah laku maladaptif tidak berulang. Ini didasarkan pada pandangan bahwa individu tidak akan bersedia melakukan sesuatu apabila tidak mendapatkan keuntungan. Misalnya, seorang anak yang selalu menangis untuk mendapatkan yang diinginkannya. Terapis akan bertindak tidak memberi perhatian sehingga anak tersebut tidak akan menggunakan cara yang sama lagi untuk mendapatkan keinginannya. 2. teknik-teknik spesifik Teknik-teknik spesifik ini meliputi: Desentisasi Sistematik. Teknik ini adalah teknik yang paling sering digunakan. Teknik ini diarahkan kepada klien untuk menampilkan respons yang tidak konsisten dengan kecemasan. Desentisasi sistematik melibatkan teknik relaksasi di mana klien diminta untuk menggambarkan situasi yang paling menimbulkan kecemasan sampai titik di mana klien tidak merasa cemas. Selama relaksasi, klien diminta untuk rileks secara fisik dan mental. Teknik ini cocok untuk menangani kasus fobia, ketakutan menghadapi ujian, ketakutan secara umum, kecemasan neurotik, impotensi, dan frigiditas seksual. Selanjutnya, Wolpe (dalam Lubis, 2011) menyimpulkan bahwa ada tiga penyebab teknik desentisasi sistematik mengalami kegagalan, yaitu: (a) Klien mengalami kesulitan dalam relaksasi yang disebabkan karena komunikasi terapis dan klien yang tidak efektif atau karena hambatan ekstrem yang dialami klien.(b) Tingkatan yang menyesatkan atau tidak relevan, hal ini kemungkinan disebabkan karena penanganan tingkatan yang keliru.(c) Klien tidak mampu membayangkan.



Pelatihan Asertivitas.Teknik ini mengajarkan klien untuk membedakan tingkah laku agresif, pasif, dan asertif. Prosedur yang digunakan adalah permainan peran (role playing). Teknik ini dapat membantu klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan atau menegaskan diri di hadapan orang lain. Pelatihan asertif biasanya digunakan untuk kriteria klien sebagai berikut: (a) Tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung. (b) Menunjukkan kesopanan secara berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya. (c) Memiliki kesulitan untuk mengatakan tidak. (d) Mengalami kesulitan mengungkapkan afeksi dan respons positif lainnya. (e) Merasa tidak memiliki hak untuk memiliki perasaan dan pikiran sendiri. Melalui teknik permainan peran, terapis akan memperlihatkan bagaimana kelemahan klien dalam situasi nyata. Kemudian klien akan diajarkan dan diberi penguatan untuk berani menegaskan diri di hadapan orang lain. Time-Out. Merupakan teknik aversif yang sangat ringan. Apabila tingkah laku yang tidak diharapkan muncul, maka klien akan dipisahkan dari reinforcement positif. Time-out akan lebih efektif bila dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. Misalnya lima menit. Contoh kasus: seorang anak yang senang memukul adiknya akan dimasukkan dalam kamar gelap selama lima menit bila terlihat melakukan tindakan tersebut, karena takut akan dimasukkan ke kamar gelap kembali, biasanya anak akan menghentikan tindakan yang salah tersebut. Implosion dan Flooding. Teknik implosion mengarahkan klien untuk membayangkan situasi stimulus yang mengancam secara berulang-ulang, karena dilakukan terus-menerus sementara konsekuensi yang menakutkan tidak terjadi, maka diharapkan kecemasan klien akan tereduksi atau terhapus. Menurut Stampfl (dalam Lubis, 2011). Terapi implosion adalah teknik yang menantang pasien untuk “menatap mimpi-mimpi buruknya.” Ia menambahkan bahwa teknik implosion sangat bagus digunakan untuk pasien gangguan jiwa yang berada di rumah sakit, klien neurotik, klien psikotik, dan fobia. Sementara itu menurut Corey (dalam Lubis, 2011) flooding merupakan teknik di mana terjadi pemunculan stimulus yang menghasilkan kecemasan secara berulang-ulang tanpa pemberian reinforcement. Klien akan membayangkan situasi dan terapis berusaha mempertahankan kecemasan klien tersebut.Flooding bersifat lebih ringan karena situasi yang menimbulkan kecemasan tidak menyebabkan konsekuensi yang parah. Selain teknik-teknik yang telah dikemukakan di atas, Corey (dalam Lubis, 2011) menambahkan beberapa teknik yang juga diterapkan dalam terapi behavioristik. Diantaranya, adalah:



Reinforcement positif. Adalah teknik yang digunakan melalui pemberian ganjaran segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Contoh: senyuman, persetujuan, pujian, bintang emas, medali, uang, dan hadiah lainnya. Pemberian reinforcement positif dilakukan agar klien dapat mempertahankan tingkah laku baru yang telah terbentuk. Modelling. Dalam teknik ini, klien dapat mengamati seseorang yang dijadikan modelnya untuk berperilaku kemudian diperkuat dengan mencontoh tingkah laku sang model. Dalam hal ini, terapis dapat bertindak sebagai model yang akan ditiru oleh klien . Token Economy. Teknik ini dapat diberikan apabila persetujuan dan penguatan lainnya tidak memberikan kemajuan pada tingkah laku klien. Metode ini menekankan penguatan yang dapat dilihat dan disentuh oleh klien (misalnya kepingan logam) yang dapat ditukar oleh klien dengan objek atau hak istimewa yang diinginkannya. Token economy dapat dijadikan pemikat oleh klien untuk mencapai sesuatu. Misalnya, pada anak pemalas, bila ia bersedia untuk menyapu rumahnya, ia akan diberi satu logam. Bila berhasil mengumpulkan 10 logam, anak tersebut akan dibelikan sepeda. Kelebihan dan Kelemahan Behavior Therapy Kelebihannya, yaitu: Ada hasil konkrit / nyata yang didapat (yaitu perubahan perilaku). Jika client centered therapy, humanistik, dll lebih bersifat abstrak dan menakankan pada insight yang diperoleh klien. Pembuatan tujuan terapi antara terapis dan klien di awal sesi terapi dan hal itu dijadikan acuan keberhasilan proses terapi. Memiliki berbagai macam teknik konseling yang teruji dan selalu diperbaharui. Waktu konseling relatif singkat. Kolaborasi yang baik antara konselor dan konseli dalam penetapan tujuan dan pemilihan teknik. Kelemahannya, yaitu: Behavior therapy dapat mengubah perilaku, tetapi tidak mengubah perasaan. Behavior therapy mengabaikan faktor-faktor penting dalam hubungan terapi. Behavior therapy tidak menimbulkan insight.



Behavior therapy lebih mementingkan memperlakukan simtom-simtomya daripada penyebab. Behavior therapy meliputi kontrol dan manipulasi oleh terapis.



BAB V PENUTUP A.



KESIMPULAN



Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak ganguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yang adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan. Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan. Model konseptual keperawatan kesehatan jiwa terdiri dari 8 model yang terdiri dariModel Psikoanalisa, Model Perilaku, Model Eksistensi, Model Interpersonal, Model Medikal, Model Komunikasi, Model Keperawatan, dan Model Sosial.



B.



SARAN



1.



Mahasiswa



Makalahinisangatbagusuntukdibacasebagaipedomankitadalammemahamiteoripeplau mengenai konseptual model keperawatan jiwa interpersonal, Sehinggakedepannantikitabisaberkerjadenganbaik,danhubungan interpersonal yang kitalakukanbaik.Sehinggakita bisa memberikankeperawatan yangbaikkepadapasien. 2.



Perawat



Diharapkan lebih mengetahui dan memahami tentang berbagai macam model keperawatan jiwa yang dapat diterapkan kepada pasien. 3.



Pelayanan kesehatan



Diharapkan dapat melayani dan menangani klien yang mengalami gangguan psikososial maupun gangguan jiwa



DAFTAR PUSTAKA



Stuart Gail. 2007 . buku saku keperawatan jiwa edisi 5. Jakarta:EGC Suliswati dkk. 2005. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta:EGC Isaacs ann. 2005.panduan belajar keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatri edisi 3. Jakarta:EGC Yosep Iyus. 2009.keperawatan jiwa.bandung:Refika aditama Stuart dan sundeen’s.1998.principle practice of psychiatric nursing sixth edition. St Louis, missour:mosby-year book Stuart dan larai.2001.principles and practice of psychiatric nursing. St Louis mossour : westline industrial drive Budi Anna Keliat, dkk 1998. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta:EGC Christensen,P. J. dan Kenney, J.W. (2009), Proses keperawatan Aplikasi Model Konseptual, Ed.4, Jakarta, EGC. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Zaidin, Ali. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika