Jurnal Gigi Terjemahan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

JURNAL READING PENGURANGAN RASA SAKIT SETELAH EKSTRAKSI GIGI IMPAKSI TERGANTUNG TERAPI OBAT Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter (PPPD) Bagian Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut RSUD Tugurejo Semarang



Oleh : Nihayatul Amaliyah



(012075537)



Putri Endah Puspitaningtyas



(012075547)



Pembimbing: drg. A.P. Handoko, Sp. BM drg. Eny R,Sp. KG drg. Syaiful Azhar drg. R. Baroroh drg. S. Dhini Iswanti drg. Evalina



FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2012



‘’PENGURANGAN RASA SAKIT SETELAH EKSTRAKSI GIGI IMPAKSI TERGANTUNG TERAPI OBAT’’ Edin Selimovic^, Lejla Ibrahimagic-âeper^, Nikola Petricevic^ and Petra Nola-Fuchs^ ' Public Institute Health Center Zenica, Zenica, Bosnia and Herzegovina ^ University of Zagreb, School of Dental Medicine, Department of Prosthodontics, Zagreb, Croatia ^ Zagreb Dental Polyclinic, Zagreb, Croatia



ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efek terapi kombinasi dengan menggunakan analgetik anti inflamasi non steroid dan kortikosteroid, dan efek dari mono terapi dengan obat yang sama untuk pasca odontektomi gigi Molar 3 rahang bawah yang impaksi. Penelitian ini diselesaikan di Departemen Bedah Mulut dan pada DepartemenKedokteran Gigi dari Institut Kesehatan Publik Pusat Zenica di Zenica. Penelitian ini terdiri dari 60 pasien yang dibagi menjadi 3 kelompok dengan sampel dipilih secara acak, termasuk tidak membedakan kedua jenis kelamin. Rentang usia antara 18 dan 45 tahun. Semua peserta yang terdaftar datang tanpa rasa sakit atau gejala inflamasi lainnya pada saat intervensi bedah mulut. Dua obat-obatan yang diresepkan setelah odontektomi gigi yang impaksi adalah: 15 mg obat analgesik snti inflamasi non-steroid (meloxicam, Bosnalijek, BiH) dan 32 mg Methylprednisolone (kortikosteroid, Bosnalijek, BiH). Kedua obat-obatan yang diterapkan per os, berdasar jadwal yang telah ditentukan oleh protokol penelitian. Tingkat rasa sakit setelah odontektomi di evaluasi dengan skala analog visual (VAS) 1-10. One way ANOVA di lakukan dengan uji Tuckey Post-Hoc. Didapatkan hasil yang signifikan antara kelompol perlakuan mono terapi dengan kelompok perlakuan terapi kombinasi dengan P< 0,05. Mono terapi menggunakan kortikosteroid/ analgesik anti inflamasi non steroid kurang efektif dibandingkan dengan terapi kombinasi setelah odontektomi gigi geraham bawah (M3) yang impaksi.



KATA KUNCI: gigi molar ketiga yang impaksi, nyeri, obat analgesik (penghilang rasa sakit), kortikosteroid



PENDAHULUAN Penelitian ini dilatarbelakangi dengan terjadinya komplikasi disetiap paska bedah ekstraksi gigi impaksi molar 3 rahang bawah. Komplikasi Mayor mungkin jarang terjadi dalam bentuk paresthesia atau fraktur mandibula, tapi komplikasi Minor seperti pembengkakan, nyeri, dan trismus kurang dapat di prediksi. Peningkatan kejadian komplikasi paska bedah (odontektomi) dapat berkorelasi dengan waktu terapi pembedahan, usia pasien, serta letak kedalaman gigi molar 3 geraham bawah. Selama 4 – 7 hari pertama setelah terapi pembedahan, dapat muncul komplikasi yang berpengaruh terhadap kualitas hidup. Kemudian dilakukan observasi terhadap penurunan komplikasi paska bedah yang menghasilkan peningkatan kualitas hidup. Odontektomi gigi geraham bawah molar 3 yang impaksi digunakan untuk evaluasi terapi medikamentosa,seperti pada komplikasi minor yang mungkin hampir selalu muncul paska bedah. Dengan demikian pasien tidak terlindungi untuk penelitian,selain itu menimbulkan komplikasi paska bedah yang signifikan pada aspek etis penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efek dari mono terapi kortikosteroid / NSAID dengan efek dari terapi kombinasi kortikosteroid dan NSAID dalam meringankan rasa sakit paska bedah gigi geraham bawah molar 3 yang impaksi.



BAHAN DAN METODE Penelitian meliputi 60 pasien yang mengalami pembedahan gigi molar 3 yang impaksi. Semua gigi geraham telah selesai tumbuh, akar yang kuat, dan gigi geraham yang memiliki posisi mesioangular (Winter Class II). Semua prosedur pembedahan diselesaikan di Departemen Bedah Mulut, Departemen Kedokteran Gigi dari Institut Publik Kesehatan Pusat Zenica di Zenica, BiH. Pendekatan pembedahan (dipotong menurut Sicher) adalah yang dibuat dengan instrumen pembedahan standard dan seragam kortikotomi dari sisi vestibular setiap pasien. Pasien dibagi menjadi 3 kelompok dengan pemilihan secara acak. Setiap kelompok terdiri dari 20 pasien, dengan 2 jenis kelamin, rentang usia 18-45 tahun. Diagnosis impaksi geraham bawah di tegakkan setelah dilakukan pemeriksaan klinik dan analisa RTG (panoramic radigraf). Pasien yang memiliki kondisi hepar dan ginjal yang kurang baik, discrasia darah,



ulkus lambung, penyakit jantung dan memiliki riwayat alergi obat, serta pasien yang hamil atau menyusui di keluarkan dari sampel penelitian. Pasien yang menerima analgesik/ anti inflamasi



dalam 24 jam sebelum pembedahan, pasien dengan pembengkakkan pra



pembedahan, dan perdarahan/ infeksi paska bedak juga tidak termasuk sampel. Semua pasien memberikan persetujuan tertulis sebelum dilakukan terapi. Ekstraksi gigi impaksi di lakukan di bawah anestesi lokal dengan dosis 4ccm xylocain 2% dan adrenalin (1:80000). Sebuah file yang dibuat untuk setiap pasien dengan catatan RTG dan hasil penelitian ini. Keterangan rinci kondisi, luka jahitan, dan status penyembuhan selama paska pembedahan di catat. Tingkat rasa sakit di evaluasi dengan 2 cara: nyeri 2 (tingkat rasa sakit setelah 2 hari paska pembedahan, nyeri 7 (tingkat rasa sakit setelah 7 hari paska pembedahan. Kedua tingkatan rasa sakit tersebut dinilai berdasarkan evaluasi yang di lakukan pasien sendiri dengan skala analog visual (VAS) 1-10. Dua obat digunakan adalah Meloxicam (Melox Forte) 15 mg (NSAID dari golongan inhibitor selektif cyklooxsygenase-2) dan Metilprednisolon (Medrol) 32 mg (sintesis dari produksi glukokortikoid). Kedua obat di tetapkan per os menurutskema berikut: kelompok pertama menerima terapi meloxicam dosis 15 mg pada 1 jam sebelum prosedur pembedahan dan 15 mg setiap hari selama 2 hari; kelompok kedua menerima terapi metilprednisolon 32 mg pada 1 jam sebelum prosedur pembedahan dan 12 jam paska prosedur pembedahan; kelompok ketiga menerima terapi kombinasi (meloxicam + metilprednisolon). Analisa data dilakukan dengan software komputer SPSS 16 untuk windows yang digunakan (Chicago, illnoiss USA). Distribusi normalitas data di olah dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Dan menghitung deskriptif statistik. Signifikansi perbedaan rata – rata antar kelompok diolah dengan uji Anova dan uji Tuckey Post Hoc.



HASIL Nilai dari penilaian sendiri tingkatan rasa sakit (VAS 1-10) setelah paska bedah dengan perbedaan terapi di sajikan pada Gambar 1. Tabel 1 menyajikan Tukey HSD tes (signifikansi statistik dari perbedaan tingkatan rasa sakit antara 3 kelompok yang menggunakan terapi paska bedah yang berbeda). Hasil perbedaan



statistik (p