Karil M. Naim Akbar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV MI AL IHSAN TANAH GROGOT PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA BLOK PECAHAN M. Naim Akbar1 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Matematika dikelas IV pada materi pecahan di MI Al Ihsan Tanah Grogot. Metode penelitian ini adalah Classroom Action Research (Penelitian Tindakan Kelas). Tindakan yang dilakukan terdiri dari dua tindakan dalam dua siklus.Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu, Planning, Acting, Collecting data, dan Reflecting. Adapun kelas yang diteliti adalah siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Al Ihsan Tanah Grogot dengan jumlah siswa 24 orang. Setelah dilaksanakan siklus pertama dan kedua yaitu guru melaksanakan praktik pembelajaran langsung diperoleh hasil pembelajaran dengan menggunakan alat peraga blok pecahan memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus dan penerapan penggunaan alat peraga blok pecahan ini mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil analisis simulasi perbaikan pembelajaran di siklus 1 dan 2 serta hasil refleksi yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan alat peraga blok pecahan sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar. Berdasarkan penelitian tindakan yang dilaksanakan melalui dua siklus, diperoleh peningkatan yang sangat berarti, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga blok pecahan dapat meningkatkan hasil belajar Matematika di kelas IV MI Al Ihsan Tanah Grogot pada materi pecahan. Kata kunci : Matematika, Blok Pecahan, Hasil Belajar Pendahuluan Pembelajaran Matematika di SD merupakan salah satu kajian yang selalu menarik untuk dikemukan karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat anak dengan hakikat matematika. Untuk itu diperlukan adanya jembatan yang dapat menetralisir perbedaan atau pertentangan tersebut. Anak usia SD sedang mengalami perkembangan dalam tingkat berpikirnya. Ini karena tahap berpikir mereka masih belum formal, mungkin juga anak usia SD khususnya kelas rendah cara berpikirnya masih dalam tahap pra konkrit. Anak SD ketika berada diusia 6 atau 7 sampai 12 tahun masuk periode operasional konkret. Seperti yang dinyatakan Piaget (Pitajeng, 2000: 27) bahwa “…anak seumur ini berada pada periode operasional konkret. Periode ini disebut operasional konkret sebab, berpikir logiknya berdasarkan pada manipulasi fisik objek–objek konkret. Anak yang masih berada pada periode ini untuk berpikir abstrak masih membutuhkan bantuan memanipulasi obyek-obyek konkret atau pengalaman-pengalaman yang langsung dialaminya.” 1



Mahasiswa Program S1 PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Terbuka. NIM.858410544, Email: [email protected].



1



Menurut Febi Kurnia Putri (2014, diakses 26 Oktober 2020), hakekat mengajar adalah guru sebagai fasilitator siswa untuk belajar, bukan sebagai pentransfer materi. Maka dari itu sebaiknya guru menggunakan suatu pendekatan yang dapat mengaktifkan dan memberdayakan siswa dengan baik. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak sekolah dasar mengalami kesulitan memahami konsep-konsep dalam mata pelajaran matematika misalnya konsep tentang pecahan dan operasinya, dan banyak guru Sekolah Dasar menyatakan mengalami kesulitan untuk mengajarkan pecahan dan bilangan rasional. Guru di MI Al Ihsan Tanah Grogot, ketika menyampaikan pembelajaran matematika hanya dengan kata-kata, belum ada contoh atau alat peraganya, sehingga anak akan sulit untuk mengembangkan dan mengolah materi tersebut, dan diaplikasikan untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Maka dari itu perlu perhatian khusus bagi guru untuk menggunakan alat peraga saat melakukan kegiatan belajar mengajar. Mempelajari matematika sangat bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Namun pada kenyataannya siswa masih belum bisa memanfaatkan mempelajari matematika khususnya materi pecahan dalam kehidupan sehari-hari. Mempelajari matematika dapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, baik permasalahan dalam kegiatan belajar maupun dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh permasalahan dalam kehidupan sehari-hari ketika anak harus membagi sebuah benda menjadi beberapa bagian yang sama. Pemecahan masalah tersebut jika dikaitkan dengan materi dalam pelajaran matematika yakni menggunakan konsep pecahan. Menurut hasil wawancara kepada siswa kelas IV A MI Al Ihsan Tanah Grogot, penulis mendapatkan informasi bahwa materi pecahan pada mata pelajaran matematika merupakan materi yang relatif sulit. Kemudian penulis menanyakan kepada siswa tersebut mengenai kesulitannya dalam belajar materi pecahan, dan siswa tersebut menceritakan kesulitannya dalam memahami materi pecahan dan dalam mengerjakan soal-soal pecahan yang diberikan oleh guru matematikanya. Lalu penulis menanyakan mengenai cara guru tersebut dalam menjelaskan meteri pecahan, dan siswa tersebut menceritakan lagi bahwa penjelasan guru tersebut kurang jelas sehingga siswa kurang memahami materi yang diajarkannya selain itu guru tersebutpun menerangkan materi tanpa menggunakan media apapun hanya mengandalkan papan tulis dan spidol sehingga mengakibatkan siswa malas untuk belajar. Maka dari itu penulis menjadikan materi pecahan sebagai bahan penulisannya dengan menggunakan alat peraga blok pecahan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa serta memudahkan siswa dalam memahami materi pecahan tersebut. Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, penulis mengidentifikasi masalah dalam penulisan ini sebagai berikut: (a) hasil belajar pada mata pelajaran matematika materi pecahan masih rendah, (b) guru kurang jelas dalam menyampaikan materi pelajaran, (c) guru tidak menggunakan alat peraga, (d) siswa tidak menyukai mata pelajaran yang diajarkan, (e) siswa malas berfikir dalam belajar, dan (f) siswa belum dapat memanfaatkan mempelajari matematika khususnya materi pecahan dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Setelah suatu proses belajar berakhir, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi tersebut. Menurut Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih



2



luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar juga dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar siswa ini dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Berdasarkan data dan fakta yang telah penulis uraikan, telah menemukan beberapa faktor penyebab siswa kurang memahami mata pelajaran Matematika khususnya pecahan yang telah di ajarkan adalah sebagai berikut: kurangnya media/alat peraga, dan keterampilan guru dalam mengajarkan pelajaran Matematika masih kurang. Dari sejumlah alat peraga yang ada penulis tergerak untuk mencoba penerapkan alat peraga yang lebih variatif, yaitu alat peraga blok pecahan. Karena alat peraga blok pecahan sangat cocok untuk pembelajaran Matematika pada materi Pecahan. Blok pecahan dapat dibuat dengan kertas atau karton berwarna warni agar menarik perhatian siswa. Alat peraga blok pecahan ini berbentuk lingkaran, kemudian dibagi-bagi berdasarkan nilainya, misalnya , ½, ⅓, ¼. Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan penulisan ini adalah : “Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas IV MI Al Ihsan Tanah Grogot tahun pembelajaran 2020/2021 pada mata pelajaran Matematika pada materi Pecahan melalui penggunaan Alat peraga blok pecahan.” Berdasarkan permasalahan yang telah penulis kemukakan di atas, maka yang menjadi tujuan perbaikan pembelajaran ini adalah mendeskripsikan cara meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Al Ihsan Tanah Grogot tahun pembelajaran 2020/2021 pada mata pelajaran Matematika pada materi pecahan melalui penggunaan alat peraga blok pecahan. Hasil penulisan ini dapat memberi manfaat yang berarti: (1) bagi Siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna sehingga mempermudah peserta didik untuk membangun dan menemukan konsep-konsep dalam pembelajaran, (2) bagi Guru sebagai Penulis, dapat memberikan masukan yang berarti sebagai bahan kajian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, (3) bagi Sekolah, sebagai sumbangan pemikiran untuk usaha-usaha peningkatan kualitas pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, khususnya MI Al Ihsan Tanah Grogot Kabupaten Paser, (4) bagi Institusi Pendidikan secara umum, penulisan ini mendukung teori media dan hasil belajar sehingga dapat menjadi landasan untuk melakukan riset-riset yang selanjutnya. Kerangka Dasar Teori Hasil Belajar Siswa Pengertian Hasil Belajar Siswa Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:



3



1. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode. 2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. 3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip. 4. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil. 5. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program. 6. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan. Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penulisan ini adalah hasil belajar kognitif IPS yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut: 1. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. 2. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas, penulis menggunakan faktor eksternal berupa penggunaan alat peraga blok pecahan. Cara Meningkatkan Hasil Belajar Jika pada prinsip belajar antara lain belajar harus menjangkau banyak segi, baik segi penerapan konsep, pemahaman konsep, menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan konsep, hasil belajar diperoleh berkat pengalaman melakukan suatu kegiatan dan belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan yang sepatutnya dirasakan dan dimiliki oleh setiap peserta didik maka dalam kegiatan belajar peserta didik harus memenuhi prinsip-prinsip belajar tersebut dengan cara misalkan menggunakan metode dan media yang menarik yang sesuai dengan materi dan keadaan peserta didik, yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar dengan aktif tanpa paksaan dan tanpa merasakan kejenuhan saat belajar, sehingga belajar seperti terasa bermain, dan setiap peserta didik dapat ikut serta secara aktif belajar didalamnya.



4



Terlebih lagi pada pembelajaran kelas awal, pada kelas awal penanaman konsep harus benar-benar dipehatikan, karena sangat mempengaruhi pada pemahaman-upemahaman pada jenjang berikutnya, sehingga tidak terjadi kesalahan pada masa berikutnya berakibat fatal. Pembelajaran pada kelas awal khususnya pada kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar, sebaiknya juga mengikuti keadaan peserta didiknya. Jean Piaget mengemukakan belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, ditunjang oleh interaksi dengan temannya dan dibantu oleh pndidik. Pendidik hendaknya memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif mencari dan menerima berbagai hal dari lingkungan. Karakteristik Siswa SD Masa usia SD sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia 6 tahun sampai 11 atau 12 tahun. Pada masa ini, siswa usia SD memiliki karakteristik utama yaitu menampilkan perbedaan-perbedaan individual dan personal dalam banyak segi dan bidang diantaranya perbedaan dalam intelegensi, kemampuan kognitif dan bahasa, serta perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik. Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah atau masa SD. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 116), menyebutkan masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase, yaitu: 1. Masa kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 6/7 tahun-9/10 tahun, biasanya siswa duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar. 2. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 9/10 tahun-12/13 tahun, biasanya siswa duduk di kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 116), menyebutkan ciri-ciri khas siswa masa kelas rendah Sekolah Dasar adalah: (1) ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah, (2) suka memuji diri sendiri, (3) kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggapnya tidak penting, (4) suka membandingkan dirinya dengan siswa lain, jika hal itu menguntungkan dirinya, dan (5) Suka meremehkan orang lain. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 116), juga menyebutkan ciri-ciri khas siswa masa kelas tinggi Sekolah Dasar adalah: (1) perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari, (2) ingin tahu, ingin belajar, dan realistis, dan (3) timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus. Piaget mengemukakan bahwa siswa SD berada pada tahap operasional konkret (7 hingga 11 tahun), dimana konsep yang ada pada awal usia ini adalah konsep yang samar-samar dan sekarang lebih konkret. Siswa usia SD menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah-masalah aktual, siswa mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah yang bersifat konkret (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 105-106). John W. Santrock (2007: 271) juga mengemukakan bahwa selama tahapan operasional konkret siswa dapat menunjukkan operasioperasi konkret, berpikir logis, mengklasifikasikan benda, dan berpikir tentang relasi antara kelas-kelas benda. Kemampuan berfikir pada tahap ini ditandai dengan aktivitas mental seperti mengingat, memahami, dan memecahkan masalah. Pengalaman hidup siswa memberikan andil dalam mempertajam konsep. Pada tahapan ini



5



siswa usia SD mampu berfikir, belajar, mengingat, dan berkomunikasi karena proses kognitifnya tidak lagi egosentris dan lebih logis (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 107). Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, karakteristik perkembangan siswa kelas IV SD berada tahap operasional konkret. Pada tahap ini, siswa berpikir atas dasar pengalaman yang konkret atau nyata yang pernah dilihat dan dialami. Siswa belum bisa berpikir secara abstrak. Karakteristik yang muncul pada tahap ini dapat dijadikan landasan dalam menyiapkan dan melaksanakan pembelajaran bagi siswa SD. Pelaksanaan pembelajaran di kelas perlu didesain menggunakan model pembelajaran atau media pembelajaran yang sesuai dan tepat dengan memperhatikan karakteristik perkembangan siswa kelas IV SD pada tahap operasional konkret. Hal tersebut memungkinkan siswa untuk dapat melihat, berbuat sesuatu, melibatkan diri dalam pembelajaran, serta mengalami langsung pada hal-hal yang dipelajari. Selain itu, diharapkan akan berdampak terhadap peningkatan hasil belajar akademik siswa pada mata pelajaran Matematika, pengembangan sikap, dan keterampilan sosial siswa. Pembelajaran Matematika di SD/MI Pengertian Pembelajaran Matematika di SD/MI Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Offirston, 2014:1). Ini berarti ahwa belajar matematika untuk mempersiapkan siswa agar mampu menggunakan pola pikir matematika dalam kehidupan kesehariannya dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan lain. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia (Depdiknas, 2006:147).Sedangkan pembelajaran diartikan sebagai suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk menjadikan seseorang bisa mencapai tujuan kurikulum (Kosasih, 2014:11). Suatu pembelajaran berlangsung secara efektif apabila tujuannya tercapai sesuai dengan yang telah direncanakan. Pembelajaran matematika adalah membentuk logika berpikir bukan sekedar pendai berhitung. Berhitung dapat dilakukan dengan alat bantu, seperti kalkulator dan komputer, namun menyelesaikan masalah perlu logika berpikir dan analisis (Fatimah, 2009:8). Oleh karena itu, siswa dalam belajar matematika harus memiliki pemahaman yan benar dan lengkap sesuai tahapan, melalui cara dan media yang menyenangkan dengan menjalankan prinsip matematika. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan salah satu kajian yang penting untuk diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan menghitung dan mengolah data. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Pembelajaran matematika juga dapat digunakan untuk sarana dalam pemecahan masalah dan mengomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD/MI



6



Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun (2006:148) Tentang Standar Isi Satuan mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengalikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Selain tujuan pembelajaran matematika di atas, ada beberapa tujuan pembelajaran matematika harus dibedakan menjadi 2 menurut Fatimah (2009:15) yaitu: 1) Anak pandai menyelesaikan permasalahan (menjadi problem solver). Hal ini dapat dicapai apabila dalam menerapkan prinsip pembelajaran matematika dua arah. Anakanak akan dapat menguasai konsep-konsep matematika dengan baik. 2) Anak pandai dalam berhitung. Anak mampu melakukan perhitungan dengan benar dan tepat (cepat bukan tujuan utama). Kedua tujuan terseut dicapai apabila siswa memahami operasi dasar matematika, mengahafal dasar matematika (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian). Berdasarkan uraian di atas, tujuan tersebut merupakan tujuan penting yang harus dicapai dalam pembelajaran matematika guna menghadapi kehidupan yang selalu berubah dan berkembang. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung menggunakan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika juga dapat membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin. Karakteristik Pembelajaran Matematika di SD/MI Selain pengertian dan tujuan pembelajaran matematika SD/MI, yang telah diajabarkan, pembelajaran matematika juga mempunyai beberapa karakteristik yaitu (Amir, 2014:78-79): (a) pembelajaran matemtika menggunakan metode spiral, yaitu pembelajaran matematika yang selalu dikaitkan dengan materi yang sebelumnya, (b) pembelajaran matematika bertahap, yang dimaksudkan disini adalah pembelajaran matematika yang dimulai dari hal yang konkret menuju hal yang abstrak, atau dari konsep-konsep yang sedehana menuju konsep yang lebih sulit, (c) pembelajaran matematika menggunakan metode induktif, yaitu metode yang menerapkan proses berrpikir yang berlangsung dari kejadian khusus menuju umum, (d) pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi, artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan yang lain, atau dengan kata lain suatu pertanyaan dianggap benar apabila didasarkan atas pertanyaanpertanyaan terdahulu yang diterima kebenarannya, dan (e) pembelajaran matematika hendaknya bermakna, yaitu cara pengajaran materi pembelajaran yang mengutamakan pengertian daripada hafalan. Beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran matematika di SD adalah pembelajaran matematika yang menyenangkan. Pembelajaran matematika yang menyenangkan membantu siswa untuk lebih menyukai matematika.



7



Matematika dikenal dengan mata pelajaran yang rumit dan sukar itulah yang sudah menjadikan matematika banyak yang tidak menyukai. Oleh karena itu, karakteristik pembelajaran matematika hendaknya bermakna dan menyenangkan untuk siswa khususnya sekolah dasar. Contohnya dengan menggunakan alat peraga Blok pecahansaat mengajar materi Pecahan. Diharapkan nantinya siswa akan semakin bersemangat sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.



Alat Peraga Pendidikan Pengertian Alat Peraga Pengertian alat peraga menurut pendapat para ahli, yaitu: menurut Sudjana, 2009, Pengertian Alat Peraga Pendidikan adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien. Sama halnya dengan Nasution, 1985 alat peraga pendidikan adalah alat pembantu dalam mengajar agar efektif”. Adapun menurut Faizal, 2010, Alat Peraga Pendidikan sebagai instrument audio maupun visual yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan membangkitkan minat siswa dalam mendalami suatu materi. Hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Amir Hamzah, 1981 bahwa Alat Peraga Pendidikan adalah adalah alatalat yang dapat dilihat dan didengar untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif”. Bahkan Sumad, 1972, juga mengemukakan bahwa alat peraga atau AVA adalah alat untuk memberikan pelajaran atau yang dapat diamati melalui panca indera. Alat peraga merupakan salah satu dari media pendidikan yaitu alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif. Begitu juga dengan pendapat Suhardi, 1978 mengenai pengertian alat peraga pendidikan atau Audio-Visual Aids (AVA) adalah media yang pengajarannya berhubungan dengan indera pendengaran. Sedangkan menurut Wijaya dan Rusyan, 1994 yang dimaksud Alat Peraga Pendidikan adalah media pendidikan berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar. Dari uraian-uraian di atas jelaslah bahwa pengertian alat peraga pendidikan adalah merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Adapun beberapa tujuan dan manfaat alat peraga disebutkan sebagai berikut: a. Alat peraga pendidikan bertujuan agar proses pendidikan lebih efektif dengan jalan meningkatkan semangat belajar siswa, b. Alat peraga pendidikan memungkinkan lebih sesuai dengan perorangan, dimana para siswa belajar dengan banyak kemungkinan sehingga belajar berlangsung sangat menyenangkan bagi masing-masing individu, c. Alat peraga pendidikan memiliki manfaat agar belajar lebih cepat segera bersesuaian antara kelas dan diluar kelas, d. Alat peraga memungkinkan mengajar lebih sistematis dan teratur. Alat peraga pendidikan dimaksudkan agar komunikasi antara guru dan siswa dalam hal penyampaian pesan, siswa lebih memahami dan mengerti tentang konsep abstrak



8



matematika yang diinformasikan kepadanya. Siswa yang diajar lebih mudah memahami materi pelajaran jika ditunjang dengan alat peraga pendidikan. Belajar bukanlah kegiatan sekali tembak. Proses belajar berlangsung secara bergelombang. Belajar memerlukan kedekatan dengan materi yang hendak dipelajari, jauh sebelum bisa memahaminya. Belajar juga memerlukan kedekatan dengan berbagai macam hal, bukan sekedar pengulangan atau hafalan. Sebagai contoh, pelajaran Matematika bisa diajarkan dengan media yang konkret, melalui buku-buku latihan, dan dengan pemraktikan dalam kegiatan sehari-hari. Alat Peraga Blok Pecahan Penggunaan alat peraga sangat penting dalam pembelajaran, karena dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Adapun dalam pembelajaran Matematika guru dapat menggunakan alat peraga berupa blok pecahan. Blok pecahan merupakan salah satu alat peraga yang digunakan untuk memudahkan guru dalam mengajarkan materi pecahan, karena pecahan merupakan salah satu materi pelajaran matematika yang dinilai siswa merupakan materi yang sulit dimengerti. Pengertian pecahan itu sendiri adalah sebagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilutrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut. Adapun alat peraga yang digunakan berupa blok pecahan. Blok pecahan yang digunakan dapat dibuat semenarik mungkin agar peserta didik dapat tertarik untuk belajar pecahan. Adapun cara pembuatan blok pecahan ada 2 cara, yaitu: a. Dengan menggunakan triplek berwarna Triplek berwarna digunakan agar semua siswa dapat memperhatikannya dengan jelas. Selain itu juga guru harus menggunakan triplek yang dicat dengan warna yang berbeda agar balok berwarna yang dijadikan alat tersebut dapat menarik perhatian siswa. Misalnya dalam membandingkan pecahan



1 2 3 4 6 , , , , 2 4 6 8 12



3) Pecahan



1 menggunakan triplek yang dicat dengan warna merah. 2



4) Pecahan



2 menggunakan triplek yang dicat dengan warna hijau. 4



5) Pecahan



3 menggunakan triplek yang dicat dengan warna kuning. 6



6) Pecahan



4 menggunakan triplek yang dicat dengan warna biru. 8



7) Pecahan



6 menggunakan triplek yang dicat dengan warna ungu 12



b. Dengan menggunakan karton berwarna



9



Karton berwarna digunakan agar mudah digunting dan ditempelkan. Selain itu guru juga harus menggunakan karton dengan warna yang berbeda agar siswa dapat tertarik untuk belajar pecahan. Cara penerapannya sama seperti triplek berwarna akan tetapi jika menggunakan kertas berwarna siswa dapat menggunting dan menempelkan kertas tersebut. Bilangan pecahan lazim disebut pecahan, maka untuk selanjutnya yang dimaksud pecahan adalah bilangan pecahan. Alat peraga blok pecahan dapat digunakan untuk pembelajaran pecahan di kelas III, IV, V, VI SD dalam konsep materi: (1) Pecahan



1 1 1 1 1 1 1 1 , , , , , , , , (2) membandingkan pecahan, (3) pecahan senilai, dan (4) 2 4 8 3 6 12 5 10



Penjumlahan dan pengurangan pecahan. a) Memperagakan konsep pecahan 1.1 Lingkaran utuh digunakan untuk memperagakan bilangan 1. 1.2 Lingkaran yang dipotong menjadi 2 bagian sama digunakan untuk memperagakan konsep



1 an. 2



Masing-masing



melambangkan



1 2



dan



dibaca



setengah/satu



perdua/seperdua. “1” disebut pembilang (merupakan 1 bagian potongan yang diperhatikan/diambil). “2” disebut penyebut (merupakan banyaknya potongan yang sama dari yang utuh). 1.3 Lingkaran yang dipotong menjadi 4 bagian sama digunakan untuk memperagakan



1 2 an. Bila mengambil 2 potong maka disebut (dua per empat) dan 4 4 3 bila mengambil 3 potong maka disebut (tiga per empat). 4 1 1 1 1 1 1 1.4 Peragaan dapat dilanjutkan untuk an, an, an, an, an, an. 8 3 6 12 5 10 konsep pecahan



b) Memperagakan perbandingan pecahan



1 2 dengan 4 4 2 2 1.2 Membandingkan pecahan yang pembilang sama misalkan dengan 3 5 1.1 Membandingkan pecahan yang berpenyebut sama misalkan



c) Memperagakan pecahan senilai Pecahan senilai dapat diperagakan dengan membandingkan luasnya. Contohnya potongan pecahan



1 2 3 4 6 1 2 3 4 6 , , , , luasnya sama. Jadi = = = ,= 2 4 6 8 12 2 4 6 8 12



d) Memperagakan penjumlahan pecahan



1 1 2 + = 4 4 4 1 1 1 2 3 1.2 Penjumlahan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Contohnya + = + = 4 2 4 4 4 1.1 Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama. Contohnya



e)



Memperagakan pengurangan pecahan



1.1 Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama. Contohnya



1 1 1 − = 4 4 4



10



1.2 Pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Contohnya



3 1 3 2 1 − = − = 4 2 4 4 4



Konsep Pecahan Pengertian Pecahan Yang dimaksud dengan pecahan dalam matematika adalah bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk a/b (dibaca a perb), dengan bentuk dimana a dan b merupakan bilangan bulat, b tidak sama dengan nol, dan bilangan a bukan kelipatan bilangan b. Secara sederhana, dapat dikatakan pecahan merupakan sebuah bilangan yang memiliki pembilang dan penyebut. Untuk menjelaskan pengertian bilangan pecahan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh dapat menggunakan gambar ilustrasi, dimana bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan (ditandai dengan arsiran). Bagian yang diarsir dinamakan pembilang dan yang utuh dianggap sebagai satuan dan dinamakan penyebut. 1. Penjumlahan Pecahan Dalam pecahan terdapat operasi penjumlahan pecahan. Operasi penjumlahan pecahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dan penjumlahan pecahan yang berpenyebut beda. a. Penjumlahan pecahan berpenyebut sama Penjumlahan pecahan berpenyebut sama supaya dapat diperoleh hasilnya dengan menjumlahkan pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap. b. Penjumlahan pecahan berpenyebut berbeda Penjumlahan pecahan berpenyebut berbeda supaya dapat memperoleh hasilnya maka penyebutnya harus disamakan terlebih dahulu yaitu dengan mencari pecahan senilai atau mencari KPK (Kelipatan Persekutuan terKecil) dari kedua penyebut. 1) Penjumlahan pecahan berpenyebut berbeda dengan mencari pecahan senilai. 2) Penjumlahan pecahan berpenyebut berbeda dengan mencari KPK (Kelipatan Persekutuan terKecil). 2. Pengurangan Pecahan Pada dasarnya pengurangan pada pecahan sama saja dengan konsep penjumlahan. Akan tetapi, pengurangan bisa dilakukan langsung apabila penyebutnya sama dan apabila penyebut dari kedua pecahan yang dikurangkan adalah tidak sama (berbeda) maka harus disamakan terlebih dahulu. Contoh: Penyebut sama:  4/3 – 2/3 = 2/3  5/2 – 3/2 = 2/2 = 1 Penyebut berbeda:  5/3 – 3/4 = 20/12 – 9/12 = 11/12 (KPK 12)  4/3 – 5/6= 8/6 – 5/6 = 3/6 (KPK 6) Hubungan Alat Peraga Blok Pecahan dengan Hasil Belajar Siswa Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwasannya fungsi media pendidikan atau alat peraga pendidikan dimaksudkan agar komunikasi antara guru dan siswa dalam hal penyampaian pesan, siswa lebih memahami dan mengerti tentang konsep abstrak



11



matematika yang diinformasikan kepadanya. Oemar Hamalik pun berpendapat bahwa media adalah sebagai teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Maksudnya adalah bukan hanya guru yang aktif dalam pembelajaran, akan tetapi siswapun harus turut aktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini penulis akan menggunakan alat peraga berupa blok pecahan pada materi pecahan guna mengikut sertakan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Karena pada blok pecahan siswa akan diminta untuk menggunting atau menempelkan blok pecahan tersebut. Akan tetapi jika blok pecahan tersebut hanya terbuat dari kertas biasa pembelajaran menjadi kurang menarik. Maka dari itu penulis menerapkan blok pecahan ini dengan menggunakan kertas berwarna dengan warna yang berbedabeda atau dapat juga dengan menggunakan balok berwarna. Karena dengan warna yang berbeda - beda akan membuat siswa tertarik untuk melihat dan memperhatikannya sehingga dengan begitu akan lahirlah kekuatan atau dorongan yang berpangkal pada naluri peserta didik untuk ikut serta dalam pembelajaran. Jika siswa hanya diajarkan KPK dengan menyamakan penyebutnya, maka siswa hanya mendengarkan apa yang guru jelaskan tanpa ikut aktif dalam pembelajaran tersebut bahkan siswa akan menjadi bosan dalam belajar. Tapi disini penulis mencoba dengan menjelaskannya menggunakan alat peraga blok pecahan menggunakan kertas berwarna atau balok berwarna, yang mana dengan alat peraga tersebut siswa akan diminta untuk aktif dalam pembelajaran dengan menggunting dan menempelkan kertas berwarna tersebut. Dengan kegiatan tersebut peserta didik akan merasa bahwa dirinya mampu menyelasaikan soal tersebut dengan kemampuan dirinya sendiri. Jadi penggunaan alat peraga dan media lainnya dalam pembelajaran matematika (khususnya dalam memberikan penanaman konsep) akan membawa hasil enam kali lebih baik dan lebih cepat dibandingkan dengan pengajaran drill tanpa konsep. Dari teori-teori diatas, terlihatlah dengan jelas bahwasannya terdapat hubungan antara alat peraga blok pecahan dengan hasil siswa dalam belajar dan memahami materi pecahan. Sebagaimana yang telah di jelaskan oleh Wijaya dan Rusyan bahwa media pendidikan berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih hasil belajar yang maksimal. Metode Penelitian Identitas Subjek Penelitian Lokasi Lokasi tempat penelitian ini adalah di MI Al Ihsan Tanah Grogot Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Waktu Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilakukan pada semester ganjil tahun pembelajaran 2020/2021. Penulisan dilaksanakan dalam dua siklus yaitu, siklus I pada tanggal 22 Oktober 2020 dan siklus II pada tanggal 30 Oktober 2020. Mata Pelajaran Mata pelajaran yang diteliti adalah mata pelajaran Matematika khususnya materi Pecahan kelas IV SD. Kelas



12



Kelas yang dijadikan subjek penelitian ini adalah kelas IV A MI Al Ihsan Tanah Grogot Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser. Karakteristik Siswa Subjek penulisan adalah siswa kelas IV A MI Al Ihsan Tanah Grogot Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser , yang berjumlah 24 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki – laki dan 11 siswa perempuan. Untuk pembelajaran daring ini, dalam diagnostik awal seluruh siswa sudah dipastikan sudah memiliki gawai (handphone) dan aplikasi whatsapp untuk dapat mengikuti proses pembelajaran daring matematika ini. Deskripsi Per Siklus Penulisan ini dilaksanakan secara mandiri, dimana penulis selaku peneliti melakukan seluruh penelitian ini secara mandiri tanpa bantuan dari pihak lain. Penulisan ini terdiri atas empat komponen utama, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengumpulan data, dan refleksi. Pelaksanaan tindakan terdiri dari 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Siklus I Siklus I ini secara terperinci akan dipaparkan sebagai berikut ini : Adapun model ini terdiri dari 4 komponen penulisan yang perencanaan, pelaksanaan atau tindakan, pengumpulan data, dan refleksi. a. Perencanaan Penulis membuat beberapa perencanaan tindakan yang akan dilakukan dalam menangani kendala yang ada di sekolah tersebut terutama permasalahan di kelas IV A. Oleh karena itu, penulis telah merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada kegiatan pembelajaran. Berikut ini merupakan tahapan perencanaan tindakan yang akan dilakukan oleh penulis yaitu : (1) penyusunan rencana pembelajaran ( RPP ) yang sesuai dengan penggunaan Alat peraga blok pecahan melalui kegiatan yang tidak menjenuhkan bagi siswa didik. RPP digunakan oleh guru sebagai acuan dalam menyelenggarakan proses kegiatan belajar mengajar, (2) persiapan sarana belajar. (3) penyusunan dan penyiapan kegiatan proses belajar mengajar dikelas IV A, dan (4) menentukan cara pelakasanaan refleksi. b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pelaksanaan tindakan, penulis melakukan rencana kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan alat peraga blok pecahan seperti yang telah direncanakan sebelumnya di dalam RPP. Tindakan ini bersifat terbuka, dan sesuai dengan kejadian yang terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar. Adapun rincian pelaksanaan tindakanya adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan Pendahuluan hal yang dilakukan guru adalah : (a) memulai dan membuka kelas daring dengan salam, menanyakan kabar, mengecek kehadiran siswa yang dilakukan melalui whatsapp group kelas 4A, lalu berdoa, (b) menyampaikan ke peserta didik untuk selalu menjaga kesehatan dan kebersihan, mengikuti anjuran pemerintah agar terhindar dari virus Covid-19, dan (c) menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini. 2) Kegiatan Inti Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari proses perencanaan, adapun prosedur pelaksanaan kegiatan inti adalah sebagai berikut : (a) pada sesi kali ini, siswa akan belajar tentang pecahan. Guru menginformasikan tentang manfaat mempelajari pecahan, (b) guru



13



menjelaskan tentang konsep pecahan menggunakan gambar blok pecahan, (c) siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada guru, jika ada yang belum dipahami mengenai materi pecahan, (d) siswa diminta untuk menyebutkan nilai dari pecahan dari gambar blok pecahan, (e) guru mengarahkan siswa untuk menyiapkan beberapa triplek yang diberi cat warna sesuai keinginan, (f) jika semua siswa dapat memahami materi, guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat potongan triplek yang di beri cat warna tadi seperti contoh gambar yang diberikan guru. Tugas ini nantinya dikumpulkan ke whatsapp pribadi guru. Demikian seterusnya, dan (g) kesimpulan/penutup. 3) Kegiatan akhir Pada kegiatan akhir penulisan langkah langkah yang dilakukan guru antara lain sebagai berikut : (a) guru memberikan kesimpulan pembelajaran melalui aplikasi WA, (b) guru menutup pembelajaran dengan salam serta mengucapkan terimakasih atas partisipasi semua siswa yang telah mengikuti pembelajaran online. c. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan oleh penulis pada saat melakukan analisis GPO dan kegiatan simulasi perbaikan pembelajaran pada siklus I. Selain itu juga, penulis mengumpulkan data dari hasil analisis perangkat simulasi siklus I serta lembar refleksi siklus I. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengamati jalannya proses kegiatan belajar mengajar pada saat daring atau pada saat masa Pandemi Covid-19. Dari pengumpulan data ini, penulis mampu menyimpulkan kendala yang dialami oleh siswa tentang tingkat pemahaman mereka pada mata pelajaran Matematika yang disampaikan oleh guru. Sedangkan penampilan guru saat mengajar atau melaksanakan pembelajaran kelas daring dapat dilakukan melalui video simulasi perbaikan pembelajaran siklus I dengan bantuan supervisor. d. Refleksi Pada tahap ini dilakukan analisis data yang diperoleh. Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai. Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang dihasilkan, kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Pada refleksi I kegiatan penulis membandingkan hasil belajar yang diperoleh siswa setelah dan sebelum guru menggunakan alat peraga blok pecahan dalam materi Pecahan. Bila hasil kurang memuaskan, penulis akan menyempurnakan rancangan pembelajaran secara optimal. Hal ini dijadikan sebagai dasar perbaikan dalam perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan pada siklus II. Siklus II Siklus II dapat dilakukan setelah pemahaman siswa dari siklus I terdeteksi dan siklus II ini digunakan guna memperbaiki Siklus I. Siklus II ini juga memiliki beberapa tahapan yaitu rencana, tindakan, pengumpulan data, dan refleksi. a. Perencanaan Penulis membuat beberapa perencanaan tindakan yang akan dilakukan dalam menangani kendala yang ada di sekolah tersebut terutama permasalahan di kelas IV A. Oleh karena itu, penulis telah merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada kegiatan pembelajaran. Berikut ini merupakan tahapan perencanaan tindakan yang akan dilakukan oleh penulis yaitu : (1) penyusunan rencana pembelajaran ( RPP ) yang sesuai dengan



14



penggunaan Alat peraga blok pecahan melalui kegiatan yang tidak menjenuhkan bagi siswa didik. RPP digunakan oleh guru sebagai acuan dalam menyelenggarakan proses kegiatan belajar mengajar, (2) persiapan sarana belajar. (3) penyusunan dan penyiapan kegiatan proses belajar mengajar dikelas IV A, dan (4) menentukan cara pelakasanaan refleksi. b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pelaksanaan tindakan, penulis melakukan rencana kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan Alat peraga blok pecahan seperti yang telah direncanakan sebelumnya di dalam RPP. Tindakan ini bersifat terbuka, dan sesuai dengan kejadian yang terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar. Adapun rincian pelaksanaan tindakanya adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan Pendahuluan hal yang dilakukan guru adalah : (a) memulai dan membuka kelas daring dengan salam, menanyakan kabar, mengecek kehadiran siswa yang dilakukan melalui whatsapp group kelas 4A, lalu berdoa, (b) menyampaikan ke peserta didik untuk selalu menjaga kesehatan dan kebersihan, mengikuti anjuran pemerintah agar terhindar dari virus Covid-19, dan (c) menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini. 2) Kegiatan Inti Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari proses perencanaan, adapun prosedur pelaksanaan kegiatan inti adalah sebagai berikut : (a) pada sesi kali ini, siswa akan belajar tentang pecahan. Guru menginformasikan tentang manfaat mempelajari pecahan, (b) guru menjelaskan tentang konsep pecahan menggunakan gambar blok pecahan, (c) siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada guru, jika ada yang belum dipahami mengenai materi pecahan, (d) siswa diminta untuk menyebutkan nilai dari pecahan dari gambar blok pecahan, (e) guru mengarahkan siswa untuk menyiapkan beberapa lembar kertas berwarna, (f) jika semua siswa dapat memahami materi, guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat potongan kertas seperti gambar tadi dengan nilai pecahan yang berbeda-beda untuk masing-masing siswa. Misal Si A membuat potongan blok pecahan dengan nilai pecahan ½ dan 1 blok pecahan yang senilai dengan pecahan ½ dan si B membuat potongan Blok pecahan dengan nilai pecahan ¾ dan 1 blok pecahan yang senilai dengan pecahan ¾ . Tugas ini nantinya dikumpulkan ke whatsapp pribadi guru. Demikian seterusnya, dan (g) kesimpulan/penutup. 3) Kegiatan akhir Pada kegiatan akhir penulisan langkah langkah yang dilakukan guru antara lain sebagai berikut : (a) guru memberikan kesimpulan pembelajaran melalui aplikasi WA, (b) guru menutup pembelajaran dengan salam serta mengucapkan terimakasih atas partisipasi semua siswa yang telah mengikuti pembelajaran online. c. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan oleh penulis pada saat melakukan analisis GPO dan kegiatan simulasi perbaikan pembelajaran pada siklus II. Selain itu juga, penulis mengumpulkan data dari hasil analisis perangkat simulasi siklus II serta lembar refleksi siklus II. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengamati jalannya proses kegiatan belajar mengajar pada saat daring atau pada saat masa Pandemi Covid-19. Dari pengumpulan data ini, penulis mampu menyimpulkan kendala yang dialami oleh siswa tentang tingkat pemahaman mereka pada mata pelajaran Matematika khususnya pecahan yang disampaikan oleh guru.



15



Sedangkan penampilan guru saat mengajar atau melaksanakan pembelajaran kelas daring dapat dilakukan melalui video simulasi perbaikan pembelajaran siklus II dengan bantuan supervisor. d. Refleksi Pada tahap ini dilakukan analisis data yang diperoleh. Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai. Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang dihasilkan, kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Pada refleksi II kegiatan penulisan membandingkan hasil belajar yang diperoleh siswa setelah dan sebelum guru menggunakan Alat peraga blok pecahan dalam materi pecahan. Bila hasil memuaskan, penulis tidak melanjutkan kesiklus berikutnya. Hasil Penelitian Pelaksanaan Siklus Siklus I a. Perencanaan Simulasi Perbaikan Pembelajaran Siklus I Hasil perencanaan berupa merancang pembelajaran dengan menggunakan alat peraga blok pecahan, membuat rencana perbaikan pembelajaran, menyusun lembar pengamatan simulasi perbaikan pembelajaran dan lembar refleksi. b. Pelaksanaan Simulasi Perbaikan Pembelajaran Siklus I Simulasi perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada Kamis, 22 Oktober 2020 di kelas IV A MI Al Ihsan Tanah Grogot. Pokok bahasan pada siklus I yaitu mengenai konsep pecahan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pelaksanaan siklus ini merupakan penerapan dari penggunaan alat peraga blok pecahan yang meliputi, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. 1) Kegiatan awal Pada kegiatan awal yang di lakukan guru adalah memulai dan membuka kelas daring dengan salam, menanyakan kabar, mengecek kehadiran siswa yang dilakukan melalui whatsapp group kelas 4A, berdoa, menyampaikan ke peserta didik untuk selalu menjaga kesehatan dan kebersihan, mengikuti anjuran pemerintah agar terhindar dari virus Covid-19, dan menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini. 2) Kegiatan inti Kegiatan Inti yang dilakukan guru adalah guru menginformasikan tentang manfaat mempelajari pecahan, guru menjelaskan tentang konsep pecahan menggunakan gambar blok pecahan, guru memberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada guru jika ada yang belum dipahami mengenai materi pecahan, meminta siswa untuk menyebutkan nilai dari pecahan dari gambar blok pecahan, guru mengarahkan siswa untuk menyiapkan beberapa triplek yang diberi cat warna sesuai keinginan, jika semua siswa dapat memahami materi, guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat potongan potongan triplek yang di beri cat warna tadi seperti gambar dengan nilai pecahan yang berbeda-beda untuk masing-masing siswa. Misal Si A membuat potongan blok pecahan dengan nilai pecahan ½ dan 1 blok pecahan yang senilai dengan pecahan ½ dan si B membuat potongan blok pecahan dengan nilai pecahan ¾ dan 1 blok pecahan yang senilai dengan pecahan ¾, guru meminta siswa untuk mengirimkan foto hasil tugasnya melalui chat pribadi untuk kemudian diberi nilai oleh gurunya.



16



3) Kegiatan akhir Guru memberikan kesimpulan pembelajaran melalui aplikasi whatsapp dan menutup pembelajaran dengan salam serta mengucapkan terimakasih atas partisipasi semua siswa yang telah mengikuti pembelajaran online. c. Analisis Perangkat Simulasi Perbaikan Pembelajaran Siklus I Dalam melaksanakan analisis, penulis menggunakan format lembar pengamatan simulasi perbaikan pembelajaran. Pengamatan simulasi perbaikan pembelajaran ditekankan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan alat peraga blok pecahan, dan selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan simulasi perbaikan pembelajaran keterampilan guru siklus I yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut: ketika pembelajaran sudah mempersiapkan alat dan media yang diperlukan dalam pembelajaran, termasuk memeriksa kesiapan siswa melalui whatsapp group. Pada waktu membuka pelajaran guru kurang memberikan motivasi terkait dengan materi ajar, guru telah menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran/ kompetensi yang hendak dicapai. Pada kegiatan inti, guru menunjukkan konsep materi pembelajaran sehingga dapat mengaitkan antara materi dengan pengetahuan lain yang relevan dan realitas kehidupan, dan disampaikan dengan jelas, guru melaksanakan pembelajaran yang bersifat kooperatif sesuai dengan langkah kegiatan yang direncanakan, sesuai dengan tujuan/kompetensi yang hendak dicapai, menumbuhkan partisipasi aktif siswa, memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa dengan sumber belajar, menggunakan bahasa lisan dan tertulis dengan baik. Dalam hal pengamatan simulasi perbaikan pembelajaran, guru sudah cukup baik memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran dan melakukan sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang telah dibuat, penyampaian pesan pembelajaran dengan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar. Kegiatan akhir, guru melakukan refleksi dan merangkum materi, melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan dan tugas pekerjaan rumah. d. Refleksi Simulasi Perbaikan Pembelajaran Siklus I Pada tahap refleksi, penulis berkonsultasi pada pembimbing untuk mencatat semua temuan dalam perbaikan pembelajaran, yang meliputi kelebihan dan kelemahan, hal-hal unik atau tidak biasa, dan upaya perbaikan permbelajaran pada simulasi perbaikan pembelajaran siklus I. Tujuan dari refleksi penulisan tindakan adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada siklus II agar pembelajaran berikutnya semakin baik. Adapun kekurangan, kelebihan, hal-hal unik atau tidak biasa, dan upaya perbaikan pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut: 1) Kelebihan Kelebihan dari menggunakan alat peraga blok pecahan adalah memotivasi dan minat belajar, secara keseluruhan guru telah melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik dalam proses perbaikan pembelajaran, adanya peningkatan penguasaan terhadap materi pembelajaran, dan peningkatan dari sebelum diadakan simulasi perbaikan pembelajaran. 2) Kekurangan Kekurangan dari menggunakan alat peraga blok pecahan adalah diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan pembelajaran, guru perlu memberikan pilihan lain untuk bahan pembuatan blok pecahan dengan tidak menggunakan triplek karena kurang efektif dan susah untuk dibuat oleh siswa SD kelas IV. Berdasarkan refleksi yang telah diuraikan tersebut, maka perlu adanya perbaikan baik dari guru pada seluruh aspek penilaian siklus I untuk tahap pelaksanaan pada siklus II sebagai



17



berikut: pada awal pembelajaran guru perlu memberikan motivasi agar siap dan fokus dalam mengikuti pembelajaran, dalam menjelaskan manfaat materi guru seharusnya menyebutkan manfaat materi secara keseluruhan tidak hanya terfokus pada materi tertentu, penyampaian tujuan pembelajaran seharusnya disampaikan dengan jelas sehingga siswa mengetahui kegiatan pembelajaran dan batasan materi pada hari tersebut, guru perlu menciptakan kondisi kelas yang baik dalam pembelajaran, guru lebih aktif dalam berpendapat, bertanya dan menanggapi, baik saat diskusi maupun diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, guru perlu membimbing secara berkelompok dengan mengadakan pendekatan secara pribadi. Guru kurang kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran menggunakan blok pecahan dari triplek berwarna yang mana siswa tidak berperan aktif dalam pembelajaran karena sulit bagi siswa untuk membuat blok pecahan dari triplek. Pada akhir pembelajaran guru perlu melibatkan secara aktif dalam menyimpulkan dan merefleksi kegiatan pembalajaran pada hari tersebut. Kemudian mengajak siswa untuk berdoa. 3) Hal-hal unik atau tidak biasa Hal-hal unik atau tidak biasa dalam simulasi pembelajar adalah guru kurang kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran menggunakan blok pecahan dari triplek berwarna yang mana siswa tidak berperan aktif dalam pembelajaran karena sulit bagi siswa untuk membuat blok pecahan dari triplek ini adalah banyak siswa yang merespon positif terhadap alat peraga blok pecahan ini tetapi ada sebagian siswa yang sulit menerima dan mempraktekkan membuat blok pecahan di rumah sehingga saya harus menjelaskannya sendiri. 4) Upaya perbaikan pembelajaran Upaya perbaikan pada simulasi pembelajaran ini adalah sebagai berikut: a) Memperbaiki jenis bahan untuk membuat alat peraga ini yaitu triplek yang bisa diganti dengan kertas berwarna. Sehingga memudahkan siswa untuk membuat sendiri di rumah. b) Guru lebih interaktif lagi terhadap siswa di antaranya dengan cara memperbanyak tanya jawab menggunakan blok pecahan. c) Guru lebih meningkatkan penjelasan materi sampai siswa benar-benar paham dan dengan menggunakan blok pecahan dari karton agar siswa dapat membuat blok pecahan sendiri dan dapat memudahkannya dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan. Siklus II a. Perencanaan Simulasi Perbaikan Pembelajaran Siklus II Hasil perencanaan berupa merancang pembelajaran dengan menerapkan penggunaan alat peraga blok pecahan, membuat rencana perbaikan pembelajaran, menyusun lembar analisis simulasi perbaikan pembelajaran siklus II, dan lembar refleksi. b. Pelaksanaan Simulasi Perbaikan Pembelajaran Siklus II Pelaksanaan simulasi perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada Jumat, 30 Oktober 2020 di kelas IV A MI Al Ihsan Tanah Grogot. Pokok bahasan pada siklus II yaitu mengenai menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan dengan alokasi waktu 2 x35 menit. Pelaksanaan simulasi perbaikan pembelajaran siklus ini merupakan penerapan dari penggunaan alat peraga blok pecahan serta yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. 1) Kegiatan awal



18



Kegiatan awal yang harus dilakukan guru adalah memulai dan membuka kelas daring dengan salam, menanyakan kabar, mengecek kehadiran siswa yang dilakukan melalui whatsapp group kelas 4A, berdoa, menyampaikan ke peserta didik untuk selalu menjaga kesehatan dan kebersihan, mengikuti anjuran pemerintah agar terhindar dari virus Covid-19, menyiapkan materi ajar, alat peraga, menyiapkan fisik dan psikis untuk mengikuti pelajaran/ mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan melalui whatsapp group, melaksanakan apersepsi (mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari), mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan, menjelaskan KD dan tujuan yang ingin dicapai/menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan, memotivasi siswa dengan memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi ini, dan menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan sesuai silabus/kesiapan bahan ajar. 2) Kegiatan inti Kegiatan inti yang dulakukan guru adalah guru menjelaskan ulang tentang konsep pecahan menggunakan gambar blok pecahan, siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada guru, jika ada yang belum dipahami mengenai materi pecahan, siswa diminta untuk menyebutkan nilai dari pecahan dari gambar blok pecahan, guru mengarahkan siswa untuk menyiapkan beberapa lembar kertas berwarna, jika semua siswa dapat memahami materi, guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat potongan kertas seperti gambar tadi dengan nilai pecahan yang berbeda-beda untuk masing-masing siswa. Misal Si A membuat potongan blok pecahan dengan nilai pecahan ½ dan 1 blok pecahan yang senilai dengan pecahan ½ dan si B membuat potongan blok pecahan dengan nilai pecahan ¾ dan 1 blok pecahan yang senilai dengan pecahan ¾. Tugas ini nantinya dikumpulkan ke whatsapp pribadi guru. Demikian seterusnya, dan kesimpulan/penutup. 3) Kegiatan akhir Guru bersama-sama dengan siswa atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, guru melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan, guru bersama-sama dengan siswa memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, guru melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, guru memberikan tugas untuk diselesaikan di rumah, guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas, baik tugas individual maupun kelompok, sesuai dengan hasil belajar siswa, guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya, dan guru mengakhiri pelajaran dengan memgucapkan salam. c. Analisis Pengamatan Simulasi Perbaikan Pembelajaran Siklus II Dalam melaksanakan analisis pengamatan simulasi perbaikan pembelajaran penulis menggunakan format lembar pengamatan simulasi perbaikan pembelajaran. Pengamatan simulasi perbaikan pembelajaran ditekankan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan alat peraga blok pecahan selama proses pembelajaran.  Dari pengamatan simulasi perbaikan pembelajaran keterampilan guru siklus II yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut: ketika pembelajaran sudah mempersiapkan alat dan media yang diperlukan dalam pembelajaran, termasuk memeriksa kesiapan, pada waktu membuka



19



pelajaran guru memberi pertanyaan apersepsi terkait dengan materi ajar, menyampaikan tujuan pembelajaran/ kompetensi yang hendak dicapai. Pada kegiatan inti, guru menunjukkan penguasaan materi pembelajaran sehingga dapat mengaitkan antara materi dengan pengetahuan lain yang relevan dan realitas kehidupan, dan disampaikan dengan jelas. Terhadap alat peraga blok pecahan, guru melaksanakan pembelajaran yang bersifat kooperatif sesuai dengan langkah kegiatan yang direncanakan, sesuai dengan tujuan/kompetensi yang hendak dicapai, menumbuhkan partisipasi aktif, memfasilitasi terjadinya interaksi antara sumber belajar, menggunakan bahasa lisan dan tertulis dengan baik. Dalam hal pengamatan simulasi perbaikan pembelajaran, guru sudah cukup baik memantau kemajuan belajar siswa selama proses pembelajaran dan melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang telah dibuat, penyampaian pesan pembelajaran dengan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar. Kegiatan akhir, guru melakukan refleksi dan merangkum materi, melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan dan tugas pekerjaan rumah. Dari pengamatan simulasi perbaikan pembelajaran siklus II berupa keterampilan guru dan pada pembelajaran pembelajaran Matematika kompetensi dasar pecahan dengan menggunakan alat peraga blok pecahan. Selanjutnya penulis bersama Supervisor 1 menetapkan pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan video tersebut, maka pembelajaran Matematika kompetensi dasar pecahan dengan menggunakan alat peraga blok pecahan sudah meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Terbukti dengan tercapainya indikator keberhasilan yang diharapkan pada aspek tersebut. Mengacu pada hasil tersebut, penulisan diberhentikan hanya sampai pada siklus II. d. Refleksi Simulasi Perbaikan Pembelajaran Siklus II Pada tahap refleksi, penulis berkonsultasi pada pembimbing untuk mencatat semua temuan dalam perbaikan pembelajaran, yang meliputi kelebihan dan kelemahan, hal-hal unik atau tidak biasa, dan upaya perbaikan pada simulasi perbaikan pembelajaran siklus II. Tujuan dari refleksi penulisan tindakan adalah untuk menentukan apakah perbaikan pembelajaran di siklus II ini sudah mencapai target yang diinginkan sehingga nantinya akan dilanjutkan ke siklus berikutnya atau tidak. Adapun kekurangan, kelebihan, hal-hal unik dan upaya perbaikan pada siklus II adalah sebagai berikut. 1) Kelebihan Kelebihan dari menggunakan alat peraga blok pecahan adalah guru telah melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik dalam proses perbaikan pembelajaran di siklus II ini, adanya peningkatan penguasaan terhadap materi pembelajaran pecahan, dan peningkatan dari simulasi perbaikan pembelajaran siklus I pada siklus II ini karena guru mengubah bahan blok pecahan dengan yang lebih mudah siswa dapatkan yaitu kertas karton berwarna. 2) Kekurangan Kekurangan dari menggunakan alat peraga blok pecahan adalah diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan pembelajaran, guru perlu memberikan pilihan lain untuk bahan pembuatan blok pecahan dengan tidak menggunakan triplek karena kurang efektif dan susah untuk dibuat oleh siswa SD kelas IV.



20



3) Hal-hal unik atau tidak biasa Hal-hal unik atau tidak biasa dari siklus II ini adalah banyak siswa yang merespon positif terhadap saya tetapi ada sebagian siswa yang sulit menerima sehingga saya harus menjelaskannya sendiri. Pada siklus II ini siswa lebih terlihat aktif dalam pembelajran karena bahan untuk membuat alat peraga telah diganti dengan kertas, sehingga mereka lebih responsif. 4) Upaya perbaikan pembelajaran Upaya perbaikan pada simulasi pembelajaran ini adalah bagaimana cara mempertahankan dan juga memperbaiki segala kekurangan yang ada di siklus II yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika khususnya materi pecahan dengan menggunakan alat peraga blok pecahan. Berdasarkan hasil pengamatan video tersebut, seperti yang telah dibahas di atas, maka pembelajaran Matematika kompetensi dasar pecahan dengan menggunakan alat peraga blok pecahan sudah meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Terbukti dengan tercapainya indikator keberhasilan yang diharapkan pada aspek tersebut. Mengacu pada hasil tersebut, penulisan diberhentikan hanya sampai pada siklus II. Pembahasan dari Setiap Siklus Siklus I a. Temuan Simulasi Perbaikan Pembelajaran Siklus I Tahapan-tahapan pada simulasi perbaikan pembelajaran dapat ditingkatkan dengan menggunakan alat peraga blok pecahan. Mengingat proses dalam membangun pemahaman atau gagasan sendiri, maka kegiatan pembelajaran hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal itu secara lancar dan termotivasi. Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan siswa secara aktif: mengamati, bertanya, mempertanyakan, menjelaskan, dan sebagainya. Situasi seperti itu sangat cocok dengan penggunaan alat peraga blok pecahan yang memberikan kesempatan untuk mencari dan menemukan konsep-konsep sendiri dengan dibantu alat peraga. Penggunaan blok pecahan merupakan kegiatan pembelajaran yang bermakna dan dapat membuat siswa mampu menerapkan pengetahuan Matematika dalam kehidupan seharihari dan bidang lain. Dengan adanya alat peraga langsung bisa membuat siswa lebih aktif sehingga suasana proses pembelajaran menjadi hidup. Pada perbaikan ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran yang dikemukakan oleh Sukayati, dkk (2011). b. Kelebihan Simulasi Perbaikan Pembelajaran Siklus I Kelebihan simulasi perbaikan pembelajaran dari menggunakan alat peraga blok pecahan adalah memotivasi dan meningkatkan hasil belajar, secara keseluruhan guru telah melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik dalam proses perbaikan pembelajaran, adanya peningkatan penguasaan terhadap materi pembelajaran, dan peningkatan dari sebelum diadakan simulasi perbaikan pembelajaran c. Kelemahan Simulasi Perbaikan Pembelajaran Siklus I Kelemahan simulasi perbaikan pembelajaran pada video adalah pada awal pembelajaran guru perlu memberikan motivasi agar siap dan fokus dalam mengikuti pembelajaran, dalam menjelaskan manfaat materi guru seharusnya menyebutkan manfaat materi secara keseluruhan tidak hanya terfokus pada materi tertentu, penyampaian tujuan pembelajaran seharusnya disampaikan dengan jelas sehingga siswa mengetahui kegiatan



21



pembelajaran dan batasan materi pada hari tersebut, guru perlu menciptakan kondisi kelas yang baik dalam pembelajaran, guru lebih aktif dalam berpendapat, bertanya dan menanggapi, baik saat diskusi maupun diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Pada akhir pembelajaran guru perlu melibatkan secara aktif dalam menyimpulkan dan merefleksi kegiatan pembelajaran pada hari tersebut. Siklus II a. Temuan Simulasi Perbaikan Pembelajaran Siklus II Pada simulasi perbaikan pembelajaran menggunakan alat peraga blok pecahan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan. Alat peraga blok pecahan sangat cocok digunakan oleh guru untuk melakukan review terhadap konsep yang telah diajarkannya dengan tujuan dapat meningkatkan partisipasi dan keaktifan dalam kelas. Dengan demikian belajar tidak hanya mendengarkan dan guru menerangkan di depan kelas saja namun diperlukan keaktifan siswa dalam pembelajaran. b. Kelebihan Simulasi Perbaikan Pembelajaran Siklus II Kelebihan simulasi perbaikan pembelajaran dari menggunakan alat peraga blok pecahan adalah memotivasi dan meningkatkan hasil belajar, secara keseluruhan guru telah melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik dalam proses perbaikan pembelajaran, adanya peningkatan penguasaan terhadap materi pembelajaran, dan peningkatan dari sebelum diadakan simulasi perbaikan pembelajaran. Pada awal pembelajaran guru perlu memberikan motivasi agar siap dan fokus dalam mengikuti pembelajaran, dalam menjelaskan manfaat materi guru seharusnya menyebutkan manfaat materi secara keseluruhan tidak hanya terfokus pada materi tertentu, menyampaikan tujuan pembelajaran seharusnya disampaikan dengan jelas sehingga siswa mengetahui kegiatan pembelajaran dan batasan materi pada hari tersebut, guru perlu menciptakan kondisi kelas yang baik dalam pembelajaran, guru lebih aktif dalam berpendapat, bertanya dan menanggapi, baik saat diskusi maupun diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. c. Kelemahan Simulasi Perbaikan Pembelajaran Siklus II Kelemahan simulasi perbaikan pembelajaran pada video adalah kegiatan akhir, guru belum melakukan refleksi dan merangkum materi, melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan. Kesimpulan Berdasarkan simulasi perbaikan pembelajaran pada tindakan kelas yang dilakukan penulis sebagai guru kelas dan dibantu oleh supervisor 1 di kelas IV A MI Al Ihsan Tanah Grogot mengenai peningkatan hasil belajar Matematika dengan menggunakan alat peraga blok pecahan pada materi pecahan dapat berjalan dengan baik. Penggunaan blok pecahan merupakan kegiatan pembelajaran yang bermakna dan dapat membuat siswa mampu menerapkan pengetahuan matematikanya dalam kehidupan seharihari dan bidang lain. Dengan adanya alat peraga langsung bisa membuat siswa lebih aktif sehingga suasana proses pembelajaran menjadi hidup. Pada perbaikan ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran yang dikemukakan oleh Sukayati, dkk (2011. Dari simulasi perbaikan pembelajaran dari menggunakan alat peraga blok pecahan adalah meningkatkan hasil belajar, secara keseluruhan guru telah melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik dalam proses perbaikan pembelajaran, adanya peningkatan penguasaan terhadap materi pembelajaran, dan peningkatan dari sebelum diadakan simulasi perbaikan pembelajaran Dengan demikian peningkatan hasil belajar siswa yang diharapkan sesuai dengan tindakan yang dilakukan.



22



Berdasarkan simpulan tersebut, maka hipotesis tindakan bahwa melalui penggunaan alat peraga blok pecahan dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika pada materi Pecahan di kelas IV A MI Al Ihsan Tanah Grogot telah terbukti kebenarannya. Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan setelah melaksanakan simulasi perbaikan pembelajaran, antara lain : (1) dalam menerapkan penggunaan alat peraga blok pecahan, guru sebaiknya telah memiliki kesiapan mental maupun fisik untuk memulai pelajaran agar konsep Matematika yang akan diajarkan dapat dipelajari dengan lancar. Kesiapan guru yang perlu mendapat perhatian terutama yang berkenaan dengan materi atau isi pelajaran. Selain itu guru juga harus memiliki kesiapan, materi pra syarat yaitu pengetahuan dan keterampilan Matematika yang terkait dengan tujuan pembelajaran, (2) guru sebaiknya dapat berupaya secara mandiri untuk selalu meningkatkan kemampuan diri dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Alat Peraga blok pecahan ataupun dengan cara lain, (3) guru sebaiknya memberikan contoh-contoh yang terkait dengan materi pada setiap mengajar dan memberikan latihan, dan (4) dengan kerjasama yang baik maka sekolah dapat berkembang karena adanya peningkatan/kemajuan pada diri guru dan pendidik di sekolah.



Daftar Pustaka ___________http://eprints.umm.ac.id/35574/3/jiptummpp-gdl-gittichusn-47449-3-babii.pdf. Diakses 31 Oktober 2020 17.22 WITA. Anas, Muhammad. PTK Matematika Kelas IV. Academia.edu, di unduh tanggal 28 Oktober 2020



Anwariah, Nurul. 2020. Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional Mengajar. LongKali : Universitas Terbuka Pokjar Long Kali. Dimyati, Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta Fairuzelsaid. 2011. Pengertian dan Tujuan Alat Peraga Pendidikan. http://fairuzelsaid.wordpress.com/2011/05/24/pengertian-dan-tujuan-alatperagapendidikan/. Diakses 28 Oktober 2020.



23



Friskaandini12, Pecahan dalam matematika, https://andinifriska.wordpress.com/2019/01/01/pecahan-dalammatematika/, Diakses 28 Oktober 2020, 21.40 WITA. Indriani, Ari. 2018. Penggunaan Blok Pecahan pada Materi Pecahan Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Vol 3 No 1, 11-16, Bojonegoro : IKIP PGRI Bojonegoro. Kurnia Putri, Febi. 2014. Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Materi Pecahan melalui Pendidikan Matematika Realistik Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pucungrejo 2 Kecamatan Muntilan, Magelang. Jogjakarta : Universitas Negeri Jogjakarta. Melvin L. Silberman, 2011, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif,(Bandung: Nusamedia dan Nuansa, 2011), Cet. IV, h.27 Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Pitajeng. 2005. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Semarang : Depdiknas. Rachmawati, Widya, Ashari, Rudi, Yuniati. 2012. Belajar Matematika. http://mediako9.blogspot.com/2012/05/pengertianpecahandanpemahamankonsep.html. Diakses 29 Oktober 2020. Izzaty, Rita Eka, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY. Press. Solikhin. 2010. Peningkatan Kemampuan Mengoperasikan Bilangan Pecahan Dengan Model Pembelajaran Jigsaw Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Blubuk 02 Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2009/2010. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Sugiharto, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press Sukayati, Suharjana, Agus. 2011. Pemanfaatan Alat Peraga Matematika Dalam Pembelajaran Di SD. http://mgmpmatsatapmalang.files.wordpress.com /2011/10/9-pemanfaatan alatperagamatematikadalampembelajaransd.pdf. Diunduh 19 Oktober 2020. Ulfah, Maria. 2014. Penggunaan Alat Peraga “Blok Pecahan” dalam upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas III SDN Cakung Barat 04 Pagi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah. Zakky, Pengertian Hasil Belajar | Definisi, Fungsi, Tujuan, Faktor [Lengkap] dari https://www.zonareferensi.com/category/referensi/. Diakses 26 Oktober 2020, 09.52 WITA.



24