10 0 286 KB
KARYA TULIS ILMIAH PENERAPAN PROSEDUR TERAPI MENGGAMBAR UNTUK PENINGKATAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS JIWA (RSKJ) LINGKAR BARAT PROVINSI BENGKULU TAHUN 2020
DI SUSUN OLEH BELLA SANTIKA NIM. P05120217042
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU PRODI DIII KEPERAWATAN BENGKULU JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2020 6
KARYA TULIS ILMIAH PENERAPAN PROSEDUR TERAPI MENGGAMBAR UNTUK PENINGKATAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS JIWA (RSKJ) LINGKAR BARAT PROVINSI BENGKULU TAHUN 2020
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma III Keperawatan Pada Prodi DIII Keperawatan Bengkulu Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
BELLA SANTIKA NIM. P05120217042
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU PRODI DIII KEPERAWATAN BENGKULU JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2020
HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Diperiksa dan Disetujui untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Dipersiapkan dan dipersentasikan oleh :
BELLA SANTIKA NIM. P05120217042
Pada tanggal: 07 Januari 2020
Dosen Pembimbing,
Sariman Pardosi, S.Kp., M.Si (Psi) NIP.196403031986031005
HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul PENERAPAN PROSEDUR TERAPI MENGGAMBAR UNTUK PENINGKATAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS JIWA (RSKJ) LINGKAR BARAT PROVINSI BENGKULU TAHUN 2020 Yang disiapkan dan dipresentasikan oleh : BELLA SANTIKA NIM. P0 5120217042 Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui untuk dipresentasikan dihadapan tim penguji Program Studi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu Pada tanggal : 07 Januari 2020 Panitia Penguji, 1. Asmawati, S.Kp, M.Kep NIP.197502022001122002
(............................................)
2. Ns. Sahran S.Kep. M.Kep NIP.197709132002121002
(............................................)
3. Sariman Pardosi, S.Kp.,M.Si (Psi) NIP.196403031986031005
(............................................)
Mengetahui, Ka. Prodi DIII Keperawatan Bengkulu Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
(Ns. Mardiani, S.Kep, MM) NIP.197203211995032001
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan Judul “Penerapan Prosedur Terapi Menggambar Untuk Peningkatan Kebutuhan Aktivitas Pasien Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Khusus Jiwa (Rskj) Lingkar Barat Provinsi Bengkulu Tahun 2020”. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penelitian ini tidak dapat diselesaikan. Penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa informasi, data ataupun dalam bentuk lainnya, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Darwis, S.Kp, M. Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Bengkulu. 2. Bapak Dahrizal, S.Kp, M.PH, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu 3. Ibu Ns. Mardiani, M.Kep, MM, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu. 4. Bapak Sariman Pardosi, S.Kp., M.Si (Psi) selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Seluruh tenaga pendidik dan kependidikan Jurusan Keperawatan yang telah sabar mendidik dan membimbing selama tiga tahun ini. 6. Orang tuaku tercinta, Bak (Minami) dan Mak (Erma Wati) yang telah mendoakan, mendukung dan menyemangati baik moril dan spiritual yang sangat berarti bagi penulis. 7. Teman-teman seperjuangan ENC’12 terutama kelas 3B yang telah menemani penulis selama proses pembelajaran, hingga tahap penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat kekeliruan baik dari segi penulisan maupun penyusunan dan metodologi, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan bimbingan dari berbagai pihak agar penulis dapat berkarya lebih baik dan optimal lagi di masa yang akan datang. Semoga bimbingan dan bantuan serta nasihat yang telah diberikan akan menjadi amal baik oleh Tuhan Yang Maha Esa. Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat dilaksanakan penelitiannya. Bengkulu, 04 Juni 2020
Penulis
DAFTAR ISI COVER .................................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ KATA PENGANTAR ............................................................................ DAFTAR ISI ........................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... DAFTAR GAMBAR .............................................................................. DAFTAR TABEL ...................................................................................
i ii iii iv v vi vii viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................... B. Batasan Masalah ........................................................................ C. Tujuan Studi Kasus ................................................................... D. Manfaat Penelitian .....................................................................
1 1 2 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harga Diri Rendah ....................................................................... 1. Pengertian Harga Diri Rendah ............................................... 2. Etiologi dan faktor Predisposisi .............................................. 3. Prinsip tindakan Keperawatan Pada Pasien ........................... B. Konsep Asuhan Keperawatan ..................................................... C. Kebutuhan Aktivitas Pasien Harga Diri Rendah ......................... D. Konsep Terapi Menggambar ........................................................ 1. Manfaat Terapi Menggambar ................................................ 2. Jenis-jenis Terapi Menggambar ............................................
7 9 11 17 20 40 45 45 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Studi Kasus ................................................................ B. Subjek Studi Kasus ....................................................................... C. Fokus Studi Kasus ......................................................................... D. Defenisi Operasional ..................................................................... E. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... F. Pengumpulan Data ........................................................................ G. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................ H. Penyajian Data .............................................................................. I. Etika Studi Kasus ..........................................................................
47 47 47 48 48 49 49 49 49
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Studi Kasus .......................................................................... B. Pembahasan Hasil Studi Kasus ..................................................... C. Keterbatasan .................................................................................
50 73 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... B. Saran ............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
84 85
DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Pra Penelitian 2. Surat Penelitian 3. Surat Izin Penelitian 4. Surat Pra Penelitian RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu 5. Surat Penelitian RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu 6. Surat Selesai Penelitian 7. Prosedur Terapi menggambar 8. Lembar Observasi 9. Lembar Konsul Bimbingan KTI
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 “Rentang Respon Harga Diri Rendah” Gambar 2.2 “Pohon Masalah Menurut Nita” Gambar 2.3 “Pohon Masalah Menurut Fajariyah”
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 “Perencanaan Keperawatan Pasien Harga Diri Rendah” Tabel 4.1 “Karakteristik Demografi Pasien” Tabel 4.2 “Pengkajian Riwayat Kesehatan Pasien Tn M dan Pasien Tn. A” Tabel 4.3 “Pengkajian Aspek Psikososial” Tabel 4.4 “Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien” Tabel 4.5 “Hasil Kolaborasi Pasien Tn. M dan Tn. A” Tabel 4.6 “Analisis Data” Tabel 4.7 “Pohon Masalah” Tavel 4.8 “Diagnosa Keperawatan” Tabel 4.9 “Fase Orientasi” Tabel 4.10 “Fase Interaksi pada Pasien Tn. M dan Tn. A” Tabel 4.11 “Fase Terminasi Pada Pasien Tn. M dan Tn. A”
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah suatu kondisi dimana seseorang mampu mengendalikan kestabilan emosi dalam menghadapi stresor lingkungan tanpa adanya tekanan fisik, psikologis baik secara internal dan eksternal (UU. No 18). Gangguan jiwa merupakan suatu kegagalan individu dalam kemampuan untuk mengatasi keadaan sosial, rendahnya harga diri, rendahnya kompetensi, dan sistem pendukung yang berinteraksi sehingga individu berada pada tingkat stress yang tinggi (Theodoros, 2012). Salah satu gangguan jiwa yang banyak dialami adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu gangguan proses fikir yang menyebabkan keretakan dan perpecahan antara emosi dan psikomotor disertai distorsi kenyataan dalam bentuk psikosa fungsional, (Direja, 2011). Gejala yang biasa terjadi pada skizofrenia adalah gangguan proses fikir, gangguan afek emosi, gangguan kemauan (Muhith, 2015). Salah satu komponen dari skizofrenia adalah gangguan konsep diri, yang artinya semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman untuk seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan realitas dunia (Stuart, 2006). Konsep diri mempunyai berbagai komponen, salah satunya harga diri, yang merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri Harga diri yang tinggi adalah perasaaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, kegagalan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga (Stuart, 2006). Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berati, rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri, adanya perasaan hilang 1
kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai dengan ideal diri sendiri (Yosep, 2009). Menurut World Health Organitation (WHO,
2017),
ketika
seseorang tersebut merasa bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri maupun orang lain. WHO mengatakan terdapat sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini, dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25% ditahun 2030% (Wakhid, 2013). Berdasarkan
hasil
riset
kesehatan
dasar
(Riskesdas
2018), penduduk Indonesia yang mengalami gangguan mental emosional secara nasional yakni (9,8%), gangguan mental emosional tertinggi di Indonesia yakni Sulawesi Tengah (19,8%) dan gangguan mental emosional terendah yakni di Jambi (3,6). Sedangkan gangguan jiwa berat secara nasional yakni (6,7%), gangguan jiwa berat tertinggi diduduki oleh wilayah Bali (11,1%) dan yang terendah diduduki oleh wilayah kepulauan Riau (2,8%). Untuk diwilayah Bengkulu gangguan mental emosional yakni (7,4%) dan gangguan jiwa berat yakni (5,3%). Berdasarkan laporan study tahun (2017) pasien yang diruang murai B terdapat 33 pasien mengalami gangguan jiwa, pasien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi berjumlah 10 orang, pasien mengalami isolasi sosial berjumlah 6 orang, pasien mengalami HDR berjumlah 8 orang dan pasien mengalami perilaku kekerasan berjumlah 9 orang. Diprovinsi Bengkulu khususnya di Rumah Sakit Khusus Jiwa (RSKJ) Soeprapto data orang mengalami gangguan jiwa dirawat inap dalam 3 tahun terakhir yaitu tahun 2016 sebanyak 4.391 orang, tahun 2017 sebanyak 4.655 orang, tahun 2018 sebanyak 4.707 orang. Berdasarkan data rekam medik tahun 2018 di RSKJ soeprapto provinsi Bengkulu, pasien di murai A terdapat 42 pasien mengalami
gangguan jiwa, pasien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi brjumlah 25 orang, pasien mengalami HDR sebanyak 5 orang dan pasien mengalami perilaku kekerasan sebanyak 12 orangmengalami gangguan jiwa. Terdapat sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini, dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama
hidupnya. Gangguan jiwa mencapai 13% dari
penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25% ditahun 2030% (Wakhid, 2013). Seorang individu dengan harga diri rendah ditandai dengan perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginannya. Harga diri rendah yang tidak terkontrol maka klien dapat melakukan hal yang tidak dinginkannya misalnya menyakiti diri sendiri dan orang lain, penurunan produktivitas, menarik diri secara sosial, untuk meminimalisir dan mengurangi terjadinya hal yang tidak diinginkannya tersebut maka dibutuhkan seorang perawat untuk melakukan pendekatan dan mengajak individu dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah tersebut untuk melakuka kegiatan positif dan dapat menyelesaikan masalahnya dengan menggunakan strategi pelaksanaan (Stuart, 2006). Pasien harga diri rendah sering mengatakan bahwa dirinya tidak berguna, mengkritik diri sendiri, mengeluh tidak memiliki kemampuan yang bisa dilakukan, kontak mata dengan lawan bicara kurang, memperlihatkan ekspresi malu, merasa bersalah, dengan hal tersebut klien bisa saja dapat menyakiti dirinya sendiri, serta melakukan tindakan yang tidak diinginkan (Muhith, 2015). Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan untuk melakukan kegiatan pada pasien yang mengalami harga diri rendah adalah dengan terapi seni : menggambar yang merupakan salah satu bagian dari terapi lingkungan. Terapi lingkungan berkaitan erat dengan stimulasi psikologis seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan fisik maupun psikologis seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan baik pada kondisi fisik maupun psikologis seseorang (Yosep, 2009).
Terapi seni menggambar diterapkan karena pasien harga diri rendah akan dapat mengeekspresikan perasaan melalui terapi seni menggambar dengan ekspresi verbal. Terapi kreasi seni menggambar perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status emosional pasien dengan harga diri rendah, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk mengatasi masalah pasien Harga Diri Rendah (Yosep, 2009). PenelitianHasriana (2011)dengan judul “Pengaruh Terapi lingkungan Terhadap Kemampuan Melakukan Kegiatan Pada Pasien Harga Diri Rendah
di
Rumah
Sakit
Jiwa
tampan
Provinsi
Sulawesi
selatan”,menunjukkan terapi kreasi seni menggambar memberikan manfaat dalam mengatasi masalah gangguan jiwa dengan harga diri rendah. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan melakukan kegiatan pada pasien harga diri rendah kelompok intervensi (Pre-value < 0,05).Sedangkan pada kelompok control kegiatan pada pasien harga diri rendah menurun (Pre-value > 0,05).Terapi seni menggambar disarankan sebagai alternative dalam menangani pasien harga diri rendah.Berdasarkan penomena diatas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dengan judul “Penerapan Prosedur Terapi Menggambar Untuk Peningkatan Kebutuhan Aktivitas Pasien Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Khusus Jiwa (RSKJ) Soeprapto Provinsi Bengkulu tahun 2020”. B. Batasan Masalah Pada karya tulis ilmiah ini, batasan masalah penulisannya adalah pada
pemberian
“Penerapan
prosedur
terapi
menggambar
untuk
peningkatan kebutuhan aktivitas pasien harga diri rendah di Rumah Sakit Khusus Jiwa (RSKJ) Soeprapto Provinsi Bengkulu Tahun 2020’’. C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Tujuan umuan gambaran mendeskripsikan
gambaran
yang ingin dicapai yaitu untuk
penerapan
terapi
menggambar
untuk
peningkatan kebutuhan aktivitas pasien harga diri rendah untuk
meningkatkatkan harga diri di rumah sakit khusus jiwa soeprapto provinsi bengkulu 2020. 2. Tujuan khusus. Tujuan khusus penelitian ini yaitu, agar penulis mampu : a. Mendeskripsikan karakteristik pasien harga diri rendah di Rumah Sakit Khusus Jiwa (RSKJ) soeprapto provinsi Bengkulu 2020 b. Mendeskripsikan fase pra interaksi penarapan terapi menggambar untuk peningkatan kebutuhan aktivitas pasien harga diri rendah c. Mendeskripsikan fase interaksi penerapan terapi menggambar untuk peningkatan kebutuhan aktivitas pasien harga diri rendah secara tepat. d. Mendeskripsikan fase terminasi penerapan
terapi menggambar
untuk peningkatan kebutuhan aktivitas pasien harga diri rendah secara tepat D. Manfaat Penulisan 1.
Bagi penulis a. Dapat memberikan pemenuhan aktivitas menggambar pada pasien harga diri rendah b. Menambah
pengetahuan
dan
pengalaman
dalam
Pemenuhan
aktivitasPasien Gangguan Jiwa Pasien Harga Diri Rendah c. Meningkatkan keterampilan dalam pemberian terapi seni menggambar pada Pasien Harga Diri Rendah 2. Bagi instusi pendidikan Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan jiwa, khususnya pada klien dengan pasien harga diri rendah dan menambah pengetahuan bagi yang membacanya. 3. Bagi rumah sakit Bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada dirumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa, khusus nya pada klien dengan gangguan pasien harga diri rendah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harga Diri Rendah 1. Pengertian Harga Diri Rendah Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa adanya syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, kegagalan tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga (Stuart, 2006). Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berati,rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai dengan ideal diri sendiri (Yosep,2009). Berikut adalah konsep Rentan Respon diri seseorang: “Rentan respons konsep diri” Adaptif
Maladaptif
Aktualisasi Diri
Depersonalisasi
Konsep diri Positif Kerancuan identitas Gambar 2.1 “Rentang respon harga diri rendah (Stuart, 2005)”
2. Etiologi dan Faktor Predisposisi a. Faktor predisposisi 1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri tidak realistis (Yosep, 2009) 2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah streotipe peran gender,tuntutan peran kerja dan harapan peran budaya. 3) Faktor
yang
mempengaruhi
identitas
pribadi
meliputi
ketidakpercayaan orang tua,tekanan dari kelompok sebaya,perubahan strktur sosial (Yosep, 2009).
b. Faktor Prespitasi Menurut Yosep (2009), faktor prespitasi merupakan terjadinya harga diri rendah biasanya kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan, kegagalan/produktivitas menurun. Secara umum gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional/kronik. c. Perilaku Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku yang objektif dan dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia dalam diri klien sendiri.Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah salah satunya mengkritik diri sendiri,sedangkan kerancuan identitas klien seperti sifat kepribadian yang bertentangan serta depersonalisasi (Stuart,2006). d. Tanda dan Gejala Menurut Damayanti (2008),tanda dan gejala harga diri rendah adalah: a. Mengkritik diri sendiri b. Perasaan tidak mampu c. Pandangan hidup yang pesimis d. Penurunan produktivitas e. Penolakan terhadap kemampuan diri e. Proses Terjadinya Masalah Masalah gangguan harga diri rendah berhubungan dengan rasa bersalah sering menimbulkan kekacauan dan mengakibatkan respon koping yang maladaptive.Respon ini dapat dilihat bervariasi pada berbagai individu,yang mengalami ancaman integritas diri atau harga diri. f. Mekanisme Koping Menurut (Stuart, 2006) mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertahanan tersebut mencakup berikut ini:
Jangka Pendek:
a) Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisi identitas diri (misalnya konser musik,bekerja keras,menonton televisi dll). b) Aktivitas yang memberikan identitas penganti sementara (misalnya ikut serta dalam klub sosial,agama,politik,kelompok) c) Aktivitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang
tidak
menentu
(olahraga,kontes
untuk
mendapatkan
popularitas)
Jangka Panjang: a) Penutupan identitas:adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan,aspirasi,atau potensi diri individu. b) Identitas Negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat.
g. Penatalaksanaan Menurut (Yosep 2011), penatalaksanaan harga diri rendah dapat di berikan obat obatan dan tindakan lain sebagai berikut antara lain: a. Farmakoterapi 1) Chlorpromazine(CPZ):3x100mg 2) Halloperidol(HP):3x5mg 3) Trihexypenidil(THP):3x2mg b. Terapi Psikoterapi dan rehabilitasi Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan pasien kembali kemasyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong pasien bergaul dengan orang lain, pasien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama,seperti terapi modalitas yang terdiri dari: 1) Terapi Seni
Fokus:
untuk
mengekspresikan
perasaan
melalui
berbagai
pekerjaan seni misalnya terapi menggambar, menari, bernyanyi 2) Terapi relaksasi Fokus: belajar dan mempraktekkan relaksasi dalam kelompok 3) Terapi sosial Fokus: Pasien belajar bersosialisasi dengan pasien lain 4) Terapi aktivitas kelompok (TAK) 3.
Prinsip tindakan keperawatan pada pasien harga diri rendah
a.
Tujuan umum Meningkatkan harga diri klien menggunakan SP 1: dengan membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kemampuan positif yang dimilki klien, membantu klien dalam menilai kemampuan yang dimiliki, membantu klien memasukkan kemampuan positif kedalam kegiatan harian klien, membantu klien menerapkan kemampuan yang telah diterapkan
b. Tujuan khusus Klien dapat mengenal dukungan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan konsep diri dan membantu klien agar lebih mengerti akan dirinya secara tepat c.
Tindakan keperawatan Tindakan keperawatan membantu klien mengidentifikasi penilaian tentang situasi perasaan yang terkait,guna meningkatkn penilaian diri dan kemudian melakukan perubahan perilaku. Pendekatan penyelesaian masalah ini memerlukan tindakan yang bertahap sebagai berikut: 1) Memperluas kesadaran diri 2) Menyelidikidiri 3) Mengevaluasi diri 4) Membuat perencanaan realistik 5) Bertanggung jawab dalam bertindak
B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian
a. Identitas klien Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, tanggal MRS (Masuk rumah sakit) anggan pengkajian, no rekam medik, diagnosa medis dan alamat klien. b. Keluhan utama Keluhan utama oleh pasien harga diri rendah, klien mengkritik diri sendiri, merasa tidak memiliki kemampuan yang bisa dilakukan, merasa tidak pecaya diri, merasa gagal dan merasa tidak mampu mencapai keinginan ideal diri. c. Faktor predisposisi Menurut Yosep (2009), faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang tidak realistis,kegagalan yang berulangkali,kurang mempunyai tanggung jawab,ketergantungan pada orang lain,ideal diri tidak realistis. d. Faktor predispitasi Menurut Sunaryo (2004) fakktor predisppitasi meliputi: 1) Konflik
peran
terjadi
apabila
peran
yang
diinginkan
individu,sedang diduduki oleh individu lain 2) Peran yang tidak jelas terjadi apabila individu diberikan peran yang kabur,sesuai perilaku yang diharapkan 3) Peran yang tidak sesuai terjadi apabila individuu dalam proses peralihan mengubah nilai dan sikap 4) Peran berlebihan terjadi jika seseorang individu memiliki banyak peran dalam kehidupannya. 5) Pemeriksaan fisik atau biologis. Hasil pengukuran TTV (Tekanan Darah, Nadi, Suhu, Pernafasan), pemeriksaan kepala, leher, dada, pemeriksaan abdomen, dan ektremitas. Status mental dapat dilihat dari penampilan, kesadaran, aktivitas motorik/psikomotorik, dan keluhan yang dialami oleh klien. Melihat perilaku klien sering merasa tidak mampu, sering menunduk, merasa
bersalah, kontak mata kurang, penurunan produktifitas, menarik diri secara sosial e. Aspek psikososial 1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi, apakah diantara keluarga klien ada yang mengalami gangguan jiwa sebelumnya. 2) Hubungan sosial : klien mengatakan tidak memiliki teman dekat, klien merasa bingung untuk memulai pembicaraan, sering menyendiri dan melamun. f. Status mental Pengkajian status mental klien dengan gangguan harga diri rendah adalah: 1) Penampilan : tidak rapi, tidak serasi cara berpakaian 2) Pembicaraan : respon verbal lambat dan berbelit belit, menggerakkan bibir tanpa suara, lebih banyak diam, lebih banyak menunduk, kontak mata kurang 3) Aktivitas motorik : meningkat atau menurun, klien tampak lebih sering menunduk dan kontak mata terhadap lawan bicara kurang 4) Alam perasaan : klien mengatakan cenderung merasa tidak mampu melakukan aktitas apa apa, merasa dirinya tidak sama seperti yang lainnya. 5) Interaksi selama wawancara : respon verbal dan non verbal biasanya lambat. 6) Proses fikir : proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik. 7) Isi fikir : berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis 8) Tingkat kesadaran : orientasi waktu, tempat dan orang 9) Memori Memori jangka pendek : mengingat peristiwa seminggu yang lalu pada saat dikaji Memori jangka panjang : mengingat peristiwa setelah lebih setahun berlalu
2. Pohon masalah a. Berikut ini Pohon Masalah Menurut Nita Fitria, 2018, yaitu sebagai berikut: Isolasi Sosial Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Koping Individu Tidak Effekktif Gambar 2.2 “Pohon Masalah Menurut Nita”
b. Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Isolasi Sosial : Menarik Diri
HARGA DIRI RENDAH
Koping Individu Tidak Efektif Gambar 2.3 “Pohon Masalah Menurut Fajariyah”
3. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah. Diagnosa keperawatan berfokus pada, respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan dibandingkan dengan kejadian fisiologis, komplikasi,
atau
penyakit.
Berikut
tujuan
pencatatan
diagnosa
keperawatan yaitu:
a. Menyediakan definisi yang tepat yang dapat memberikan bahasa yang sama dalam memahami kebutuhan klien bagi semua anggota tim pelayanan kesehatan.
b. Memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan apa yang mereka lakukan sendiri, dengan profesi pelayanan kesehatan yang lain, dan masyarakat.
c. Membedakan peran perawat dari dokter atau penyelenggara pelayanan kesehatan lain.
d. Membantu perawat berfokus pada bidang praktik keperawatan. e. Membantu mengembangkan pengetahuan keperawatan. Masalah konsep diri yang berkaitan dengan perasaan ansietas, bermusuhan dan rasa bersalah. Masalah ini sering menimbulkan proses penyebaran diri dan sirkular bagi individu yang dapat menyebabkan respon koping malah adaptif. Respon ini dapat dilihat pada berbagai macam individu yang mengalami ancaman integritas fisik atau sistem diri.
Diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan pohon masalah adalah: Pada Klien harga diri rendah maka dalam upaya membantu peningkatan harga diri rendah tersebut klien diharapkan dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat, klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikinya, klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan, klien dapat menilai kemampuannya mau seperti apa nantinya dan mampu menjaga hubungan antar sesama (Stuart, 2006).
Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan Pasien Harga Diri Rendah Diagnosa
Tujuan :
Kriteria hasil :
Intervensi
Rasional
keperawatan Harga diri
TUK 1.
Setelah 1-2 x pertemuan
rendah
Klien dapat
klien menunjukkan tanda- a. Bina hubungan saling
membina
tanda
hubungan
perawat :
saling
1. Ekspresi
percaya
percaya
kepada wajah
bersahabat
percaya:
percaya merupakan
a. Sapa klien dengan ramah
dasar untuk
b. Perkenalkan diri dengan
kelancaran
sopan
2. Menunjukkan
rasa
senang
c. Menanyakan nama lengkap klien, dan nama
3. Ada kontak mata
panggilan yang disukai
4. Mau berjabat tangan
klien
5. Mampu menjawab salam 6. Mampu
mengutarakan
4. Hubungan saling
d. Jelaskan tujuan pertemuan
perasaaan yang sedang
e. Jujur dan menepati janji
dialami
f. Menunjukan sifat empati dan rasa peduli kepada klien
hubungan interaksi selanjutnya
1. Klien mengidentifikasi
g. Mendiskusikan tentang
kemampuan da aspek
kemampuan aspek positif
positif yang dimiliki:
yang dimiliki klien
- Kemampuan positif lingkungan yang dimiliki klien : merapikan tempat tidur, berkenalan dengan teman, bernyanyi, menggambar
TUK 2. Klien
2. Klien memilih
a. Diskusikan kemampuan
5. Diskusikan tingkat
dapat
kemampuan yang
dan aspek yang dimiliki
kemampuan klien
mengidntifikas
dimiliki
klien
seperti menilai
i kemampuan dan aspek positif yang
b. Hindari memberi penilaian negatif c. Beri pujian yang realistik
realistis, kontrol diri. Reinforcement positif akan
dimiliki TUK 3. Klien
meningkatkan harga diri klien 6. Keterbukaan dan
a. Klien menilai
dapat menilai
kemampuan yang
kemampuan
dimiliki
yang dimiliki
a. Diskusikan dengan klien
pengertian tentang
kemampuan yang masih
kemampuan yang
bisa digunakan
dimiliki adalah
b. Diskusikan kemampuan yang masih bisa
prasaraf untuk berubah
dilanjutkan penggunaan c. Melatih kemampuan TUK 4. Klien
3. Klien membuat rencana
yang dipilih klien a. Rencanakan kepada klien
b. Bertanggung
dapat
kegiatan yang dipilih
aktifitas yang dapat
jawab terhadap
menetapkan
kedalam jadwal harian
dilakukan setiap harian
dirinya sendiri
kegiatan
sesuai kemampuan yang
sesuai
dipilih:
kemampuan
a) Kegiatan dengan mandiri
kejadwal
b) Kegiatan dengan bantuan
harian klien
sebagian c) Kegaiatan
dengan
bantuan total TUK 5 : Klien
c. Klien melakukan
a) Beri kesempatan klien
a) Melakukan
dapat
kegiatan sesuai yang
untuk mencoba kegiatan
observasi atas
melakukan
diterapkan perawat
yang telah direncanakan
kemampuan yang
kegiatan yaitu terapi menggambar
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
telah dilakukan kluen b) Memberi pujian
yang
atas keberhasilan
diterapkan
klien melakukan
oleh perawat
kegiatan
4. Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan oleh perawat dan klien. Petunjuk dalam implementasi: Dalam pelaksanaan implementasi, penulis menggunakan langkahlangkah komunikasi terapeutik yang terdiri dari: a. Fase Pra Interaksi Pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien, perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggung jawabkan b. Fase Orientasi Pada fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien, hal-hal yang perlu dikaji adalah alasan klien meminta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya rasa percaya antara perawat dengan klien dengan cara: 1) Memberi salam terapeutik 2) Mengevaluasi dan memvalidasi data subjektif dan objektif yang mendukung diagnosa keperawatan. 3) Membuat kontrak untuk sebuah topik disertai waktu dan tempat dan serta mengingatkan kontrak sebelumnya c. Fase Kerja Fase kerja merupakan inti hubungan perawat dengan klien yang terkait dengan pelaksanaan perencanaan yang sudah ditentukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pada fase ini perawat mengeksplorasi stressor yang tepat mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, fikiran, perasaan dan perbuatan klien. d. Fase Terminasi Fase terminasi merupakan fase yang amat sulit dan penting dari hubungan intim terapeutik yang sudah terbina dan berada dalam pengawasan medis.
43
e. Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai perkembangan pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dan menyelesaikan masalah, dan kemampuan yang diharapkan yaitu : 1) Pada tingkat individu diharapkan pasien mampu : a) Melakukan aktifitas kehidupan sehari – hari sesuai kemampuannya. b) Membina hubungan dengan orang lain di lingkungannya secara bertahap 2) Pada tingkat keluarga diharapkan keluarga mampu : a) Membantu memenuhi kebutuhan sehari – hari pasien hingga pasien mandiri. b) Mengenal tanda dan gejala dini terjadinya gangguan jiwa c) Melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa atau kekambuhan d) Mengidentifikasi prilaku pasien yang membutuhkan konsultasi segera. e) Menggunakan
sumber
–sumber
yang
tersedia
di
masyarakat seperti tetangga teman dekat, dan pelayanan kesehatan terdekat C. Kebutuhan Aktivitas Pasien Harga Diri Rendah Aktivitas adalah salah satu terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan kegiatan yang dilakukan oleh klien, aktivitas juga merupakan suatu energy atau keadaan bergerak, dimana manusia memerlukan untuk membatu melakukan kegiatan (Stuart, 2006). Kebutuhan aktivitas adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit dan berdiri melakukan suatu kegiatan (Hillinct,1998). Dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas ini sangat baik diberikan kepada pasien harga diri rendah yang cenderung sering mengatakan tidak bisa melakukan kegiatan apa apa, merasa tidak mempunyai kemampuan, sering menarik
44
diri, interaksi sosial kurang, sehingga pemenuhan kebutuhan aktivitas ini salah satunya diberikan terapi menggambar yang dapat memberikan manfaat kepada pasien melakukan aktivitas posistif yang dilakukkannya (menggambar), sehingga pasien dapat mengekspresikan perasaanya, dan dapat menambah dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas pasien. D. Konsep Terapi Menggambar Menurut KBBI, gambar adalah sebuah perpaduan antara titik, garis, bidang dan warna yang berguna untuk mencitrakan sesuatu. Menggambar adalah, membuat gambar. Terapi seni menggambar adalah salah satu bagian dari terapi lingkungan. Terapi lingkungan berkaitan erat dengan stimulasi psikologis seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan fisik maupun psikologis seseorang yang akan berdampak
pada
kesembuhan
akan
pasien.Dengan
terapi
menggambar
pasien
mengekspresikan perasaannya hal ini dapat berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mengekkspresikan perasaan dan melakukan kegiatan positif pada pasien Harga Diri Rendah (Mulyawan, 2018). 1. Manfaat Terapi Menggambar a. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien percaya pada hal yang diperlukan. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya. b. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal peningkatan derajat kesehatan. Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan terapis (tenaga kesehatan) secara profesional dan proporsional dalam rangka membantu penyelesaian masalah klien. c. Membantu pasien mengekspresikan perasaannya dengan aktifitas menggambar, sehinggga pasien dapat merasa tidak terbebani dengan penyakit yang dialaminya,dan mempercayai diri sendiri bahwa pasien memiliki kemampuan positif yang masih bisa dilakukan.
45
2. Jenis Terapi Terapi lingkungan dapat dibagi menjadi 4 jenis: a. Terapi rekreasi b. Terapi peetherapy c. Terapi kreasi seni, meliputi: 1) Menari 2) Menggambar 3) Bernyanyi d. Terapi plantherapy Terapi yang digunakan penulis pada proposal ini adalah jenis terapi seni menggambar untuk membantu pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien harga diri rendah
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Studi Kasus Rancangan studi kasus berupa studi kasus deskriptif untuk menggambarkan prosedur terapi menggambar pada pasien harga diri rendah yang berjudul “Penerapan prosedur terapi menggambar untuk meningkatkan kebutuhan aktivitas pasien harga diri rendah di Rumah Sakit Khusus Jiwa (RSKJ) Soeprapto Provinsi Bengkulu”. B. Subyek Studi Kasus Subyek studi kasus dalam penelitian ini adalah pasien dengan gangguan harga diri rendah yang mengalami masalah dalam memenuhi kebutuhan aktivitasnya yang berjumlah dua orang pasien harga diri rendah yang terdapat di Rumah Sakit Jiwa Lingkar Barat Kota Bengkulu. C. Fokus Studi Penerapan prosedur terapi menggambar ini yang terdapat pada pasien harga diri rendah yang kebutuhan aktivitas pasien harga diri rendah di Rumah Sakit Khusus Jiwa (RSKJ) Soeprapto Provinsi Bengkulu”. Yakni: Pemenuhan kebutuhan aktivitas menggambar pada pasien Harga Diri Rendah. D. Defenisi Operasional 1. Penerapan pemenuhan kebutuhan aktivitas terapi seni menggambar pada pasien harga diri rendah yang meliputi pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi dan evaluasi. 2. terapi
seni : akan berdampak pada kesembuhan fisik maupun
psikologis seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan baik pada kondisi fisik maupun psikologis seseorang. 3. Menggunakan alat mengambar seperti: bukugambar, pensil, cat, penghapus, penggaris, lingkungan yang nyaman serta perlengkapan menggambar yang mencukupi.
47
E. Tempat dan Waktu Lokasi penelitian ini dilakukan di ruang Murai B yang terletak di Rumah Sakit Kejiwaan (RSKJ) Provinsi Bengkulu. Studi kasus pada penelitian ini dilakukan bulan November 2019 sampai Januari 2020, implementasinya dilakukan selama 8 hari dari tanggal 01 Januari sampai 08 Januari 2020. F. Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua cara, yakni: 1.
Wawancara (hasil anemis yang harus didapatkan berisi tentang identitas klien,keluarga,riwayat penyakit sekarang,riwayat penyakit terdahulu, keluarga, riwayat psikologi, pola fungsi kesehatan). (Sumber bisa dari klien, keluarga, perawat dan lainya).
2.
Observasi dan pemeriksaan fisik yang meliputi keadaan umum,pemeriksan ekstermitas,
abdomen,
pemeriksaan
pemeriksaan
neurologi(dengan
inguinal,
pemeriksaan
pendekatan:
infeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi) pada sistem tubuh klien. Data fokus yang harus didapatkan adalah sistem neurologi dan ekstermitas. G. Instrumen Pengumpulan Data Alat atau instrument yang digunakan pada pengumpulan data yaitu menggunakan lembar observasi catatan berkala, strandar operasional prosedur (SOP) dan format pengkajian yang sudah baku digunakan di prodi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkkes Bengkulu. H. Penyajian Data Penyajian data pada penelitian ini disajikan secara tektular atau narasi dan dapat disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dari subjek (klien) yang memiliki gangguan harga diri rendah. I. Etika Studi Kasus Peneliti ini akan mempertimbangkan etik dan legal penelitian untuk melindungi responden agar terhindar dari segala bahaya serta ketidak nyamanan fisik dan psikologis. Ethical clearance mempertimbangkan halhal seperti dibawah ini:
48
1. Self determinan Pada
studi
kasus
ini,responden
diberi
kebebasan
untuk
berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini tanpa ada paksaan. 2. Tanpanama (anonimity) Peneliti menjaga kerahasiaan responden dengan cara tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, peneliti hanya akan member inisial sebagai pengganti identitas responden. 3.
Kerahasiaan (confidentialy) Semua informasi yang didapat dari responden tidak akan disebarluaskan ke orang lain dan hanya peneliti yang mengetahuinya.
4.
Keadilan (justice) Penelitian akan memperlakukan semua responden secara adil selama pengumpulan data tanpa adanya diskriminasi, baik yang bersedia mengikuti penelitian maupun yang menolak untuk menjadi responden penelitian.
5.
Asas kemanfaatan (beneficiency) Asas kemanfaatan harus memiliki tiga prinsip yaitu bebas penderitaan, bebas eksploitasi dan bebas risiko.Bebas penderitaan yaitu peneliti menjamin responden tidak akan mengalam icidera, mengurangi rasa sakit, dan tidak akan memberikan penderitaan pada responden. Bebas eksploitasi dimana pemberian informasi dari responden akan digunakan sebaik mungkin dan tidak akan digunakan secara sewenangwenang demi keutungan peneliti. Bebas risiko yaitu responden terhindar dari risiko bahaya kedepannya.Tujuan dari penelitian adalah untuk menambah pengetahuan, menerapkan pengkajian nyeri pada pasien harga diri rendah serta berperan dalam mengurangi hari lama rawat.
6.
Maleficience Peneliti
menjamin tidak akan menyakiti, membahayakan, atau
memberikan ketidaknyamanan baik secara fisik maupun psikologis.
49
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan studi kasus deskriptif tentang penerapan prosedur terapi menggambar untuk pemenuhan kebutuhan aktivitas pasien harga diri rendah.. Penerapan intervensi dimulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan dan penerapan standar operasional prosedur. Pengkajian ini dilakukan dengan metode auto anamnesa (wawancara dengan klien langsung), allo anamnesa (wawancara dengan keluarga atau orang terdekat), tenaga kesehatan lain (perawat ruangan), pengamatan, observasi, pemeriksaan fisik, menelah catatan medis dan catatan keperawatan. A. Hasil Studi Kasus 1. Gambaran Karakteristik Pada Harga Diri Rendah di RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu a) Karakteristik Demografi Pasien harga diri rendah Tabel 4.1 “Karakteristik Demografi Pasien” Identitas Klien Tn. M
Identitas Klien Tn. A
Pasien berinisial Tn. M, nomor RM Pasien berinisial Tn. A, nomor RM 036299, berumur 40 tahun, tempat dan 071295, berumur 36 tahun, tampat tanggal lahir Seluma, 08 Mei 1980, dan tanggal lahir Pariangan 20 Juni jenis kelamin laki-laki, agama islam, 1984, jenis kelamin laki laki, agama alamat Talang Saling RT 02 RW 01 islam, alamat Jorong Batu Basa, kec Seluma, pendidikan terakhir SMP, Panaman, Tanah Datar, pendidikan status pasien belum kawin dan bersuku terakhir SLTA, satus pasien belum Serawai.
kawin.
50
51
2.
Gambaran Fase Pra Interaksi Pada fase pra interaksi ini perawat melakukan persiapan terlebih dahulu sebelum bertemu pasien seperti membaca status pasien dan melihat kondisi umum pasien. Perawat menentapkan diagnosa keperawatan dan juga menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian.
a. Gambaran Pengkajian Riwayat Kesehatan Pasien Tn. M dan Tn. A Table 4.2 “Gambaran Pengkajian Riwayat Kesehatan Pasien Tn. M dan Tn. A” N
Riwayat
o Kesehatan 1. Alasan
Tn. M Tn. A Pasien masuk ulang di IGD RSKJ Soeprapto Provinsi Pasien diantar keluarga ke IGD RSKJ Soeprapto
Masuk
Bengkulu diantar ulang oleh adik dan bapaknya tanggal 26 Provinsi Bengkulu pada tanggal 21 Februari Februari 2020 jam 11:00 WIB dengan keluhan sering 2020 jam 10:30 WIB dengan keluhan sering mengamuk dan melempar atap rumah serta memecahkan menyendiri, tidak mau makan lebih dari dua hari, kaca
rumah
karena
tidak
dibelikan
motor
sesuai tidak mau berinteraksi dengan orang lain, bicara
keinginannya sehingga merasa malu dengan tetangga serta sedikit, dan selalu terlihat menunduk . Pada temannya karena masih memakai motor yang lama. Setelah tanggal 21 Februari 2020 jam 09:30 WIB Tn. A itu pasien dipindahkan keruangan Murai A pada tanggal 02 dipindahkan keruang Murai A. Saat dilakukan Maret 2020. Saat dilakukan pengkajian tanggal 16 Maret pengkajian pada tanggal 16 Maret 2020 Tn A 2020 Tn. M sedang ditempat tidur dan terlihat melamun menjawab pertanyaan dengan mata tidak mau sendirian ditempat tidur.
menatap lawan bicara, berbicara sedikit dan
52
Tn.M mengatakan merasa sedih dan kesal karena sampai mengatakan tidak bisa melakukan kegiatan sekarang keinginnanya untuk membeli motor baru belum diruangan Murai A dan tidak mau berkenalan bisa diwujudkan bapakknya
dengan teman temannya.
Tn.M mengatakkan diRuang murai A dia tidak bisa melakukan apa apa dan tidak mengenali teman teman yang 2
Faktor
ada diruang murai A Keluarga pasien mengatakan pasien sudah pernah dirawat di Klien mengatakan klien pernah dirawat di
Predisposisi
Rumah Sakit Khusus Jiwa (RSKJ) Soeprapto Provinsi Rumah Sakit Jiwa di Padang 3 tahun yang lalu. Bengkulu 1 tahun yang lalu dengan khasus yang sama.. Klien mengtakan setelah keluar dari Rumah sakit Keluarga klien mengatakan dalam anggota keluarga klien jiwa klien bekerja dirumah makan padang yang tidak ada yang mengalami gangguan jiwa, keluarga klien ada
di
Kampung
Bali,
Bengkulu.
Klien
mengatakan semenjak klien putus obat klien sering mengatakan dalam anggota keluarga ada yang mengungkit kembali mengenai motor baru yang belum mengalami gangguan jiwa yaitu kakak nya yang dipernuhi oleh keluarganya, klien menunjukkan sikap yang nomor 3 tetapi sudah sembuh dan saat ini mencolok yaitu sering menyendiri, menangis, marah marah, bekerja di Pekan Baru. Klien mengatakan ibu dan tidak mau kembali bekerja karena malu dengan keadaan klien sudah meninggal sekitar 5 tahun yang lalu, ekonomi keluarganya, keluarga klien mengtakan klien sering klien mengatakan klien pernah putus cinta diejek karena masih menggunakan motor model lama. Tn M semenjak ibu klien meninggal kekasihnya juga mengatakan kembali masuk karena dia merasa ada memutuskan
untuk
mengakiri
hubungan
53
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yakni mereka , klien mengatakan putus asa dengan dirinya merasa tidak seperti teman temannya yang keadaanya, klien mengatakan tidak semangat mempunyai motor bagus, dan merasa malu karena tidak lagi bekerja dan merasa dirinya tidak bisa seperti teman temannya yang dalam kategori ekonomi melakukkan apa apa. Klien mengatakan putus menengah, klien mengatakan sering menyendiri dikamar setelah lulus dari SLTA klien tidak bisa karena merasa tidak memiliki apa apa dan tidak mempunyai melanjutkkan pendidikannya karena biaya. Klien kemampuan apa apa.
mengtakan masih merindukan ibu nya dan mantan kekasihnya yang bernama Sri. Klien mengtakan sangat terpukul dan putus asa karena dia merasa hilang semangat saat bekerja dan merasa tidak memiliki apa apa dan tidak bisa melakukan apa apa serta keluarganya tidak begitu memperhatikan dan kurang mengontrol obat klien sudah habis atau belum
3.
Faktor
Klien mengatakan dirinya malu karena masih menggunakan Klien mengatakan merasa putus asa karena
Presipitasi
motor model lama, dan malu karena diejek teman temannya ditinggalkan ibunya untuk selamanya karena karena tidak mampu mengikuti trend motor zaman sekarang meninggal dunia, klien mengatakan malu karena seperti yang dipakai teman temanya
kekasihnya juga meninggalkannya sewaktu klien masih bekerja dirumah makan padang sehinngga
54
klien tidak bersemangat bekerja karena belum bisa menerima keadaanya.
b. Gambaran Pengkajian Aspek Psikososial Tabel 4.3 “Gambaran Punakan Pengkajian Aspek Psikososial” N
Aspek
o
Yang
Tn. M
Tn. A
Diambil 1
Aspek
a. Genogram
Psikososial
Klien merupakan anak bungsu dari 8 bersaudara, klien belum Klien merupakan anak ke empat dari 5
a. Genogram
menikah, klien tinggal dengan orang tua klien, didalam keluarga bersaudara, klien mengatakan ibunya telah klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa seperti klien.
meninggal
b. Konsep Diri
mengatakkan diantara keluarga klien ada yang
1) Citra tubuh
3
tahun
yang
lalu,
klien
mengalami gangguan jiwa yaitu kakak nya
Tn. M mengatakan tubuhnya sehat, bagian tubuh yang disukai nomor 3 yaitu laki laki tetapi sekarang suadah adalah mata, klien mengatakan menyukai bagian tubuh mata sembuh dan bekerja di Pekan Baru karena mata adalah jendela dunia, bagian tubuh yang tidak di
55
sukai kuku dan tangan yang hitam. 2) Identitas diri
b.
Konsep Diri 1) Citra tubuh
Tn. M mengatakan berumur 40 tahun, jenis kelamin laki-laki Tn. A mengatakan tubuhnya sehat, bagian pendidikan terakhir SMP. Tn. M mengatakan bahwa dirinya tubuh yang disukai adalah rambut, bagian belum menikah 3) Peran
tubuh yang tidak di sukai telinga. 2) Identitas diri
Tn. M mengatakan bahwa dirinya dulu bekerja di bengkel yang
Klien mengatakan berumur 36 tahun, jenis
ada di Tais, namun sudah tidak lagi bekerja semenjak klien
kelamin laki-laki pendidikan terakhir SLTA.
diejek teman temannnya karena mempunyai motor model lama
Tn. M mengatakan bahwa dirinya belum
4) Ideal diri Tn.R mengatakan ingin segera pulang dari rumah sakit jiwa dan
menikah. 3) Peran
menganggap dirinya sudah sembuh, ingin berkumpul kembali Klien mengatakan bahwa pernah bekerja bersama keluarga dan bekerja lagi 5) Harga diri Tn.M mengatakan malu dan minder dengan keadaan dirinya
dirumah
makan
padang
yang
ada
di
Kampung, sebagai juru masak 4) Ideal diri
dan malu saat bertemu teman-temannya, klien merasa kurang di Tn. A mengatakan ingin segera pulang dari perhatikan oleh keluarga, klien mengatakan keluarga jarang rumah sakit jiwa dan menganggap dirinya membensuk klien sejak klien masuk rumah sakit, klien malu sudah sembuh, ingin berkumpul kembali untuk berinteraksi dengan teman satu ruangan, klien merasa bersama keluarga yang ada di Padang
56
tidak mempunyai apa apa dan tidak memiliki kemapuan apa apa, klien menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa.
5) Harga diri Tn. A mengatakan malu dan minder dengan keadaan dirinya yang sekarang dan malu saat
c. Hubungan Sosial
bertemu teman-temannya. Tn. A merasa
1) Orang yang berarti
kurang di perhatikan oleh keluarga, Tn. A
Tn. M mengatakan orang yang paling berarti dalam hidupnya tampak selalu menyendiri dan menundukkan adalah keluarga. 2) Klien
kepala saat ditanya, klien menyadari bahwa
Peran peserta dalam kelompok terlihat
kurang
beraktivitas,
dirinya mengalami gangguan jiwa. klien
lebih
sering
menyendiri, sering tidur di tempat tidur dan jarang ngobrol dengan teman di ruangan, klien jarang melakukan komunikasi
c. Hubungan Sosial 1) Orang yang berarti
dengan teman sebelahnya dan klien tidak mengetahui nama-
Tn. A mengatakan orang yang paling berarti
nama orang yang ada di ruangannya, klien mengatakan tidak
dalam hidupnya adalah keluarga
pernah
ibunya
ikut
membantu
membersihkan
ruangan,
klien
teruama
mengatakan lebih suka tiduran di tempat tidur. Pada saat di
2)
Peran peserta dalam kelompok
rumah klien juga mengatakan lebih suka menyendiri dan
Klien
mengurung diri di kamar, klien jarang melakukan aktivitas
membantu membersihkan ruangan, klien
kelompok dengan masyarakat. Saat bergabung diruangan klien
mengatakan lebih suka tiduran di tempat
mengatakan tidak suka terlalu banyak bicara jika berkumpul
tidur. Klien jarang ngobrol dengan teman di
mengatakan
tidak
pernah
ikut
57
dengan orang banyak karena klien merasa tidak mampu
ruangan. Klien jarang melakukan komunikasi
melakukkan apa apa
dengan teman sebelahnya dan klien tidak
3) Hambatan dan hubungan sosial
mengetahui nama-nama orang yang ada di
Klien mengatakan tidak suka berbicara dengan orang lain dan
ruangannya
ketika berbicara harus kontak mata berhadapan, klien
mampu melakukkan apa apa
mengatakan karena telah diberhentikan dari pekerjaannya klien merasa
minder
bersosialisasi
dengan
orang
lain
3)
karena
klien
merasa
tidak
Hambatan dan hubungan sosial
dan
Klien mengatakan tidak suka berbicara
mengatakan klien hanya ingin bersosialisasi dengan teman yang
dengan orang lain dan lebih suka menyendiri
sudah benar-benar akrap dan dekat dengan klien.
dengan alasan malas. Klien mengatakan
d. Spiritual
hanya ingin bersosialisasi dengan orang yang
1) Nilai dan keyakinan
sudah benar-benar akrap dan dekat dengan
Klien mengatakan nilai yang dianut oleh klien adalah agama
klien.
islam
d.
2) Kegiatan ibadah
Spiritual 1) Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan sejak dirumah sakit klien kadang-kadang
Klien mengatakan nilai yang dianut oleh
melakukan ibadah, karena klien merasa tidak bisa melakukkan
klien adalah agama islam
apa apa e.
Status Mental 1) Penampilan
2) Kegiatan ibadah Klien mengatakan tidak pernah mengerjakan sholat
semenjak
dirumah
sakit,
klien
58
Klien kadang berpenampilan rapi, tetapi kuku klien panjang
mengatakan malu dilihat teman temannya
dan tidak mau untuk dipotong.
jika sholat, klien merasa dirinya tidak mampu
2) Pembicara Klien berbicara lambat dan harus berpikir dahulu untuk menjawab pertanyaan yang di tanyakan oleh perawat. Klien
melakukkan apa apa e.
Status Mental 1)
Penampilan
menjawab dengan suara yang lembut dan nada suara yang
Klien kadang berpenampilan cukup rapi,
rendah dan tampak mudah tersinggung. Klien jika ditanya
tetapi klien malas mandi karena sering
kontak mata klien tidak ada dan selalu menundukkan kepala
malamun, dan hanya mau mandi jika disuruh
3) Aktivitas motorik Klien tampak lesu tetapi mampu melakukan gerakan motorik,
perawat. 2) Pembicara
klien terkadang mondar-mandir di ruangan. Klien tidak
Klien berbicara lambat dan pelan, klien harus
mengalami gangguan motorik seperti tremor, agitasi dan
berpikir dahulu untuk menjawab pertanyaan
kompulsif
yang di tanyakan oleh perawat. Klien
4) Alam perasaan
menjawab dengan suara nada yang pelan dan
Klien tampak sedih dan putus asa, terkadang klien terlihat tidur
lembut, kontak mata klien tidak ada, klien
dibawah tempat tidur sendirian, klien terlihat sering melamun
selalu menundukkan kepala ketika ada yang
ditempat tidur dan jarang ikut mengobrol dengan temannya
mengajakknya mengobrol
5) Afek Datar, yaitu tidak terdapat perubahan roman muka pada klien
3) Aktivitas motorik Klien tampak lesu, klien tampak mudah
59
saat ada stimulus eksternal. Klien tampak depresi/sedih seperti
mengantuk dan terus-menerus tidur, klien
perasaan susah, gagal dan putus asa dengan keadaanya yang
tampak menggerakkan otot muka secara
sekarang.
pelan-pelan dan klien tampak hipoaktivitas
MK : Isolasi sosial
yaitu gerakan aktivitas yang kurang, klien
6) Interaksi selama wawancara
tampak selalu tidur di tempat tidur. Klien
Saat wawancara klien tampak terlihat suka menunduk, kontak
tidak mengalami gangguan motorik seperti
mata dengan perawat kurang, respon verbal klien ketika di
tremor, agitasi, verbegerasi dan kompulsif .
tanya lambat, klien tampak gelisah dan tegang saat bicara dan klien tampak jarang ngobrol dengan orang lain. 7)
Isi pikir
4) Alam perasaan Klien tampak sedih dan putus asa karena keadaanya, klien hilang semangat, klien
Klien tampak mempunyai isi pikir obsesi yaitu klien tampak sering menyendiri ditempat tidur, mempunyai keinginan untuk mempunyai motor scoopy merah, klien tidak tertarik untuk berkenalan dengan klien sangat memaksa ingin mencapai keinginannya, klien tidak teman temannya di Murai A dapat mengendalikan emosinya hingga akhirnya klien memukul
5)
Afek
bapaknya, tidak mau bekerja dibengkel lagi. Klien tidak Datar, yaitu tidak terdapat perubahan roman mengalami gangguan isi pikir seperti ekstasi, hipokondri, fobia, muka pada klien saat ada stimulus eksternal ekstasi dan lain-lain serta tidak mengalami waham. MK : Resiko perilaku kekerasan 8)
Proses pikir
MK : Isolasi sosial 6) Interaksi selama wawancara Saat wawancara klien tampak gelisah dan
60
Proses pikir klien blocking yakni pembicara klien terkadang tegang saat bicara, respon verbal lambat. terhenti tiba-tiba tanpa ada gangguan eksternal, klien selalu Tatapan mata kurang, terlihat kosong saat menunduk, suara lembut, dan tatapan mata kurang dan bicara. Klien tampak jarang ngobrol dengan terkadang menunjukkan tatapan mata sesekali. Klien berbicara orang lain. berbelit-belit saat di tanya oleh perawat tapi sampai pada tujuan MK : Isolasi sosial 9)
Tingkat kesadaran
7)
Isi pikir
Klien meerasa tidak menerima masalalu, klien depresi kepergiaan ibunya untuk selamanya,
Klien dapat menyebutkan waktu, tempat, dan orang secara dan kekasihnya yang bernama Sri yang juga benar dan klien tampak stabil 10) Memori
memutuskan hubungan mereka. Klien tampak tidak mengalami gangguan seperti obsesi,
a) Ingatan jangka panjang : klien mampu menceritakan depersonalisasi, hipokondri, fobia, dan lainkejadian satu bulan yang lalu b) Ingatan jangka pendek : klien mampu mengingat kejadian satu minggu terakhir MK : tidak ada 11) Tingkat kosentrasi dan berhitung
lain. 8)
Proses pikir
Proses pikir klien blocking yakni pembicara klien terkadang terhenti tiba-tiba tanpa ada gangguan ekstrenal, klien dengan suara
Tingkat konsentrasi klien tampak kurang. Klien ketika di tanya lembut, dan tatapan mata kurang. Proses pikir jumlah anggota keluarga, klien mampu berhitung secara klien juga sirkumstansial yaitu klien berbicara sederhana namun kurang kosentrasi menyebutkannya karena berbelit-belit saat di tanya oleh perawat tapi
61
disebutkan secara berulang. MK : tidak ada 12) Kemampuan penilaian
sampai pada tujuan. 9)
Tingkat kesadaran
Klien dapat menyebutkan waktu, tempat, dan
Klien mengatakkan klien tidak bisa melakukkan apa apa, tidak orang secara benar dan klien tampak stabil. mampu melakukkan apa saja dan merasa dirinya akan gagal MK : tidak ada karena tidak seperti teman temannnya 13) Daya tilik diri Klien mengatakan tahu dan sadar bahwa dirinya berada di
10) Memori a) Ingatan jangka panjang : klien mampu menceritakan kejadian 1 bulan yang lalu
rumah sakit jiwa, tapi klien belum paham cara mengendalikan b) Ingatan jangka pendek : klien mampu penyakitnya sendiri, klien mengatakan bahwa dirinya sedang mengalami masalah.
mengingat kejadian 1 minggu terakhir MK : tidak ada 11) Tingkat kosentrasi dan berhitung Tingkat konsentrasi klien tampak kurang, klien dapat berhitung secara sederhana. MK: tidak ada 12) Kemampuan penilaian Klien mengatakkan tidak bisa melakukkan apa saja, tidak sepandai temann temannya yang ada diruang Murai A
62
13) Daya tilik diri Klien mengatakan tahu dan sadar bahwa dirinya berada di rumah sakit jiwa, tapi klien belum
paham
cara
mengendalikan
penyakitnya sendiri, klien mengatakan bahwa dirinya sedang mengalami masalah. 2
Mekanisme
Tn. M memiliki mekanisme koping maladaptif, dimana Tn.M
Tn.A
memiliki
mekanisme
koping
Koping
lebih suka menyendiri dan reaksi Tn. M terkadang lambat.
maladaptif, dimana Tn. A lebih suka menyendiri dan reaksi Tn. A terkadang lambat.
3
4
Kebutuhan
Persiapan klien pulang belum direncanakan, karena masih
Persiapan klien pulang belum direncanakan,
Persiapan
sering merasa marah, dan keinginnanya untuk membeli motor
karena
Pulang
masih menggebu gebu sehingga klien tidak menerima
kekasihnya yang meningalkannya sehingga
keadaanya
klien masih merasa dirinya tidak berguna
Diagnosa
Skizofrenia paranoid
Medik
c. Gambaran Hasil Pemeriksaan Fisik
HDR
masih
mengingat
ibunya
dan
63
Tabel 4.4 Gambaran Hasil Pemeriksaan Fisik N Pemeriksaan o 1
Tn. M
Tn. A
Fisik Pemeriksaan
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik pada Tn. M. Pasien Pemeriksaan fisik yang didapatkan meliputi
Fisik
dalam kesadaran composmentis, Pemeriksaan fisik yang di tanda-tanda vital Tn. A yaitu tekanan darah dapatkan meliputi tanda-tanda vital Tn. M yaitu tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu 36,5C, 110/80 mmHg, nadi radialis 80 x/menit, suhu 36,7 C, Pernapasan 22x/menit. Ukuran tinggi badan Respiration Red (RR) 21 x/menit. Ukuran tinggi badan 168 170 cm dan berat badan 58 kg. Tn.A tidak cm dan berat badan 66 kg. Tn.R tidak pernah mengalami pernah mengalami keluhan fisik dan tidak keluhan fisik dan tidak mempunyai riwayat penyakit seperti mempunyai riwayat penyakit seperti asma, asma, maag, kejang, diabetes melitus, jantung, asam urat, maag, kejang, diabetes melitus, jantung, asam rematik dan hipertensi.
urat, rematik dan hipertensi.
d. Gambaran Hasil Kalaborasi Table 4.5 Gambaran Hasil Kolaborasi Tn. M Haloperidol 1.5 mg 3 x 1
Tn. I Haloperidol 1.5mg 3x1
64
Nama Obat
Maprotiline 2 x 1
Kegunaan
1. Kegunaan obat Haloperidol berhubungan dengan Kegunaan
Obat
kondisi kejiwaan yaitu: yang
keseimbangan
bekerja zat
dengan
kimia
mengembalikkan
dalam
otak
yakni
neurotransmiter sehingga dapat menimbulkan rasa tenang, meredakan kegelisahan, serta mengurangi prilaku agresif 2. Maprotiline yang berfungsi untuk mengatasi depresi dan gangguan kecemasan, dan mempengaruhi suasana hati
Haloperidol
berhubungan
dengan
kondisi kejiwaan yaitu:
Berfungsi mengatasi gejala psikosis pada gangguan mental,
obat
Berfungsi mengatasi gejala psikosis pada gangguan mental,
yang
keseimbangan
bekerja zat
dengan
kimia
mengembalikkan
dalam
otak
yakni
neurotransmiter sehingga dapat menimbulkan rasa tenang, meredakan kegelisahan, serta mengurangi prilaku agresif.
65
e. Gambaran Analisa Data Tabel 4.6 Gambaran Analisa Data Pasien Tn. M
Data Senjang
Etiologi
Data Subjektif
Harga
diri
a. Klien mengatakan malu jika berkenalan dengan rendah orang baru b. Klien mengatakan dirinya takut orang lain mengejek dirinya c. Klien mengatakan malu tidak mempunyai motor yang diinginkannya d. Klien mengtakan tidak mampu melakukkan apapun e. Klien
mengtakan
dirinya
tidak
memiliki
kelebihan yang bisa klien banggakan f. Klien mengatakan dirinya sulit tidur Data objektif a. Klien tampak malas mencoba hal baru (kegiatan) b. Klien tampak berjalan menunduk c. Kontak mata kurang d. Klien tampak gelisah dan tidak bergairah e. Respon verbal lambat f. Tampak bicara pelan Tn. A
g. Tampak suka menyendiri dan melaum Data subjektif
Harga Diri
a. Klien mengatakan malu berkenalan dengan orang Rendah baru. b. Klien
mengatakan
takut
orang
lain
akan
mengejeknya c. Klien mengatakan masih serinng mengingat ibu
66
dan kekasihnnya d. Klien mengatakan
tidak mampu melakukkan
apapun e. Klien
mengatakan
dirinya
tidk
memiliki
kelebihan yang dapat dibanggakan f. Klien mengatakan gelisah dann malam hari sering terbangun Data objektif a. Klien nampak menunduk b. Respon verbal lambat c. Pasien tampak murung d. Pasien tampak sering menyendiri dan melamun e. Fostur tubuh membungkuk f. Kontak mata kurang g. Klien mengatakkan malu mencoba hal baru g. Gambaran Pohon Masalah Table 4.7 Gambaran Pohon masalah Tn. M
Tn. A
Isolasi sosial
Isolasi sosial
Harga diri rendah
Harga diri rendah
Gangguan konsep diri Gangguan konsep diri g.
Gambaran Diagnosa Keperawatan
67
Table 4.8 Gambaran Diagnosa Keperawatan Tn. M
Tn. A
1. Isolasi sosial
1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah
2. Harga diri rendah
3. Gangguan konsep diri
3. Gangguan konsep diri
68
Gambaran Persiapan Alat dan Bahan Dalam Pemberian Terapi aktivitas:
menggambar.
Sebelum
melakukan
penelitian,
peneliti
menyiapkan bahan dan alat yang digunakan untuk melakukan tindakan terapi aktivitas selama 1 minggu sebelum mulai melakukan penelitian. Bahan dan alat yang digunakan buku gambar, pensil, pensil warna, penghapus, dan lembar observasi catatan kemampuan aktivitas apa saja yang dapat klien lakukkan. 4. Gambaran Fase Orientasi Tabel 4.9 Fase Orientasi Tn. M
Tn. A
Pada fase orientasi peneliti melakukan :
Pada
1. Salam terapeutik
melakukan:
Perawat pasien
mengucapkan dan
salam
memperkenalkan
fase
peneliti
pada 1. Salam terapeutik diri
Perawat mengucapkan salam
terlebih dahulu. Selanjutnya perawat
dan
memperkenalkan
terlebih
nama,
orientasi
nama
memperkenalkan dahulu,
diri
perawat
panggilan, asal institusi, melakukan
memperkenalkan nama, nama
kontrak untuk merawat Tn. M satu
panggilan,
asal
minggu kedepan setelah itu perawat
melakukan
kontrak
menanyakan nama klien dan senang di
merawat Tn. A satu minggu
panggil
kedepan. setelah itu perawat
apa.
Selanjutnya
peneliti
melakukan 2. Evaluasi validasi Perawat menanyakan bagaimana kabar
institusi, untuk
menanyakan nama klien dan senang
dipanggil
apa.
Selanjutnya peneliti melakukan
Tn. M hari ini. Kemudian perawat 2. Evaluasi validasi pada Tn. A menanyakan bagaimana perasaan Tn. M
menanyakan bagaimana kabar
saat ini
Tn. A hari ini dan menanyakan
3. Informed consent
perasaan Tn. A saat ini.
Sebelum melakukan tindakan perawat 3. Informed menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari
consent
dengan
menjelaskan tindakan yang akan
69
tindakan yang akan dilakukan pada Tn.
diberikan pada Tn. A yaitu
M yaitu terapi
untuk
memberikan terapi mengambar
meningkatkan kebutuhan aktivitas yang
untuk meningkatkan kebutuhan
bertujuan untuk memberikan manfaat
aktivitas yang bertujuan untuk
kepada pasien untuk melakukkan hal
memberikan
positif yang mungkin bapak sering
pasien untuk melakukkan hal
mengatakkan
positif yang mungkin bapak
mengambar
tidak
mampu,tidak
manfaat kepada
memiliki kepandaian, merasa malu
sering
terhadap orang lain (meningkatkkan
mampu,
harga diri). Terapi menggambar untuk
kepandaian,
merasa
meningkatkkan
terhadap
orang
kebutuhan
aktivitas
mengatakkan tidak
bapak ini dilakukkan satu kali sehari
(meningkatkkan
dalam waktu 7 hari. Setelah peneliti
Terapi
menjelaskan
meningkatkkan
tentang
menggambar
untuk
kebutuhan aktivitas untuk
menjadi
terapi
tidak memiliki malu lain
harga
menggambar
diri). untuk
kebutuhan
peningkatan
aktivitas bapak ini dilakukkan
pasien bersedia
satu kali sehari dalam waktu 7
responden
untuk
hari.
Setelah
peneliti
melakkuan terapi untuk pemenuhan
menjelaskan
kebutuhan aktivitas klien selama 7 hari.
menggambar untuk peningkatan
Peneliti
kebutuhan aktivitas
kemudian
kesempatan bertanya
kepada
mengatakkan pertanyaan
kepada
memberikan klien
peneliti.
tidak
untuk Tn
M
mengajukkan
tentang
terapi pasien
bersedia
untuk
menjadi
responden
untuk
melakkuan
terapi
untuk
kebutuhan selama kemudian
pemenuhan
aktivitas 7
hari.
klien Peneliti
memberikan
kesempatan kepada klien untuk bertanya kepada peneliti. Tn A mengatakkan “menggambarnya boleh hewan atau yang lain?”, peneliti
mengatakkan
“Iya
70
bebas,
sesuai
yang
bapak
inginkan” . 4. Gambaran Fase Interaksi pada pasien Tn. M dan Tn. A Tabel 4.10 Gambaran Fase Interaksi pada pasien Tn. M dan Tn. A Prosedur Pada fase interaksi peneliti melakukan : a. Persiapan alat Peneliti mempersiapkan alat terlebih dahulu, menyiapkan APD jika dibutuhkan, menyiapkan ruangan, menyiapkan meja dan kursi, mengatur tempat duduk klien, alat menggambar lengkap, lembar observasi b. Persiapan pasien Peneliti mengatur posisi duduk pasien dengan duduk di kursi dengan meja di depannya dan memberikan buku gambar, alat menggambar berupa pensil, buku gambar, penghapus, pengggaris, pensil warna. c. Persiapan lingkungan Peneliti mengatur lingkungan yang nyaman berada di ruang tengah, mengatur pencahayaan, suhu ruangan dan terjaga privasi d. Persiapan perawat Perawat mencuci tangan dan menggunakan APD jika dibutuhkan e. Prosedur tindakan ( Fase Kerja ) 1) Peneliti
melakukan
sebuah
pertanyaan
kepada
klien
untuk
menyebutkkan kemampuan positif yang dimilki 2) Peneliti melakukkan sebuah pertanyaan apakah klien bisa melakkukan aktivitas positif yang dimiliki klien, dan melihat apakah klien mampu melakukan secara mandiri atau tidak 3) Mempersiapkan alat menggambar 4) Mempersilahkan
klien
untuk
menggambar
sesuai
apa
yang
diinginkannya 5) Setelah
klien
selesai
menggambar,
rapikkan
kembali
tempat
71
menggambar dan alat menggambar klien 6) Melakukan pengukuran kembali terhadap apakah klien mampu mengevaluasi aspek positif yang telah dilakukkan klien dan apakah klien mampu menilai kemampuan yang dimiliki klien 5. Gambaran Fase Terminasi pada pasien Tn. M dan Tn. A Tabel 4.11 Gambaran Fase Terminasi pada pasien Tn. M dan Tn. A Tn. M Pada fase terminasi peneliti melakukan :
Pada
1. Evaluasi data subjektif dan objektif
melakukan:
Perawat
menanyakan
Tn. A terminasi
fase
bagaimana 1. Evaluasi
data
peneliti
subjektif
dan
perasaan setelah melakukkan terapi
objektif
menggambar
Perawat menanyakan bagaimana
terhadap
pemenuhan
kebutuhan aktivitas, klien mengatakan
perasaan
sedikit tenang, tidak terlalu terfikirkan
terapi
tentang
pemenuhan kebutuhan aktivitas ,
motor
difikirkannya,
baru yang selalu klien
mengatakkan
mengantuk dan ingin tidur
setelah menggambar
terhadap
klien mengatakan sedikit tenang, sedikit
2. Rencana tindak lanjut
melakukan
riang
karena
bisa
menggambar dengan penisl yang
Perawat mengatakan akan datang
bagus, klien mengatakan ingin
kembali untuk melakukkan terapi
beristirahat
aktivitas pada esok hari dijam 10:00 2. Rencana tindak lanjut WIB
Perawat mengatakan akan datang
3. Kontrak pertemuan selanjutnya Perawat
mengontrak
pertemuan
kepada
pasien
kembali
kembali untuk
untuk
melakukan
aktivitas pada esok hari jam 10:00 WIB
diberikan terapi menggambar untuk 3. Kontrak pertemuan selanjutnya kebutuhan aktivtas dihari berikutnya
Perawat
mengontrak
kembali
pertemuan kepada pasien untuk diberikan
terapi
aktivitas
72
kembali hari selanjutnya. B. Pembahasan 1. Gambaran Karakteristik Pasien Harga diri rendah Di RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu. Penelitian ini dilakukan di RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu, sampel yang diteliti berjumlah 2 pasien. Penelitian ini menggunakan studi kasus deskriptif yaitu mendeskripsikan tentang penerapan terapi musik klasik dengan tahapan komunikasi terapeutik pada fase pra interkasi, fase orientasi fase interaksi (kerja) dan fase terminasi secara sistematis dan akurat yang bersifat faktual terhadap pasien dengan gangguan persepsi sensori: Harga diri rendah. Data pasien didapatkan dengan melakukan pengkajian secara langsung kepada pasien melalui wawancara dan observasi. Selain itu pengumpulan data sekunder juga diambil dari bagian keperawatan guna mendukung penelitian ini. Berdasarkan jawaban yang di dapatkan melalui wawancara dan observasi diperoleh data yang kemudian diolah sesuai dengan tujuan penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel dan penjelasan secara deskriptif. Pengumpulan data pengkajian yang penulis kaji meliputi identitas klien, alasan masuk rumah sakit, faktor predisposisi dan presipitasi, pemeriksaan fisik, aspek psikososial, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, aspek medik dan diagnosa medik. Data yang diperoleh dapat dikelompokkan yaitu data objektif dan data subjektif klien (Stuart, 2013). Dalam pengumpulan data klien, penulis menggunakan metode wawancara
dengan Tn. M dan Tn. A,
mengobservasi secara langsung terhadap perilaku dan kemampuan Tn. M dan Tn. A serta dari status medik. Selain data dari klien, sumber data yang mendukung dalam memberikan penerapan terapi musik klasik ini pada Tn. R dan Tn. I adalah keluarga. Namun, disaat melakukan pengkajian tidak ada anggota keluarga dari Tn. M dan Tn. A yang membesuk, sehingga penulis tidak memperoleh informasi pasien dari pihak keluarga.
73
Terdapat 2 pasien yang akan dilakukan pengkajian yaitu Pasien berinisial Tn. M nomor RM 036299, berumur 40 tahun, tempat dan tanggal lahir : Seluma 08 Mei 1980, jenis kelamin laki – laki, agama islam, alamat Talang Saling RT 02, pendidikan terakhir lulusan SMP, status pasien belum kawin dan bersuku serawai. Selanjutnya pada pasien kedua yaitu pasien berinisial Tn. A, nomor RM 071295, berumur36 tahun, tempat dan tanggal lahir Pariangan, 20 Juni 1984, jenis kelamin laki–laki, agama islam, alamat Jorong Batu Basa, Kec Panaman, Tanah Datar, pendidikan terakhir SLTA, status pasien belum kawin. Menurut Stuart (2006) faktor yang mengakibatkan Harga diri rendah adalah: a. Faktor predisposisi 1) Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi penolakan orang tua, harapan oran tua yang tidak realistis, kegagalan yang beulang,
kuran
mempunyai
tanggung
jawab
personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. 2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran gender, tuntuan pekerjaann dan hambatan peran budaya 3) Faktor
yang
mempengaruhi
identitas
pribadi
meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial. b. Faktor presipitasi Menurut Yosep (2009), faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk
tubuh,
kegagalan
atau
produktivitas
yang
menurun. Secara umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional karena trauma yang muncul secara tiba tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakkan, pemerkosaan, atau dipenjara dan termasuk karena dirawat dirumah sakit dapat menyebabkan harga diri rendah. Harga diri rendah kronik biasanya dirasakan klien sudah memiliki pemikiran negatif dan meningkat saat dirawat.
74
Pada pasien pertama Tn. M yang mengalami harga diri rendah ditandai dengan mengatakan malu karena masih menggunakan motor yang lama, malu di ejek teman kerjanya dibengkel tempat ia bekerja, pada pasien kedua Tn. A juga mengalami harga diri rendah ditandai dengan pasien
malu karena belum menikah akibat diputuskan
kekasihnya. Pada pasien pertama Tn. M mengatakan pernah masuk kerumah sakit jiwa dan diantar ulang oleh bapak dan adiknya karena klien sering mengamuk dan melempar atap rumah karena tidak dibelikan motor sesuai keinginannya sehingga merasa malu dengan tetangga serta temannya yang ada dibengkel yang sering mengejeknya. Pada pasien ke dua Tn. A mengatakan semenjak diputuskan kekasihnya dan ditinggal ibunya karena meninggal klien merasa sedih, tidak mau makan, tidak semangat bekerja, sering menyendiri, klien mengatakan dalam anggota keluarga klien juga ada yang mengalami gangguan jiwa yaitu kakaknya nomor 3 tetapi sekarang sudah sembuh 2. Gambaran Fase Pra Interaksi Pada fase pra interaksi perawat melakukan persiapan terlebih dahulu sebelum bertemu pasien seperti membaca status pasien dan melihat kondisi umum pasien. Perawat mengumpulkan data-data riwayat kesehatan sebelumnya dan menentapkan diagnosa keperawatan serta menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian. Tahap ini terjadi sebelum perawat melakukan komunikasi dengan pasien, kemudian perawat mengumpulkan data pasien dan menyusun rencana interaksi yang akan dilakukan. Perawat juga harus mengikuti standar operational prosedur yang ada (Mahfud, 2009). Dari hasil pengkajian penulis melakukan analisa data dan merumuskan diagnosa prioritas yaitu bahwa diagnosa keprawatan Tn. M mengalami harga diri rendah dilihat dari adanya tanda tanda yang menunjukkan dan memperkuat diagnosa seperti pada pasien pertama Tn. M mengatakan malu karena tidak dibelikan motor oleh orang tuanya sesuai dengan motor yang
75
diinginkkanya, pasien mengtakan malu diejek teman temannya yang juga berkerja dibengkel mengenai motornya, pasien mengataka tidak mampu melakukkan apapun, pasien mengatakan dirinya sulit tidur, pasien mengatakan malas mencoba hal hal baru, pasien terlihat berjalan menunduk, kontak mata dengan lawan bicara kurang, pasien terlihat lesu dan tidak bergairah, pasien terlihat berbicara pelan dan lirih, pasien terlihat suka menyendiri dan melamun. Pada Tn. A data subjektif klien mengatakan klien mengatakan malu karena diputuskan kekasihnya bernama Sri, klien mengatakan merindukkan ibunya yang meninggal, pasien mengatakan tidak semangat bekerja semenjak diputuskan kekasihnya, pasien mengatakan malas untuk mencoba hal hal baru, pasien mengatakan tidak bisa melakukkan apa apa, kontak mata dengan lawan bicara kurang, pasien terlihat lesu dan sering menunduk, pasien terlihat sering menyendiri dan melamun. Sebelum melakukkan kegiatan terapi mengggambar untuk pemenuhan kebutuhan aktivitas pasien, perawat mempersilahkan klien untuk bertanya apa yang belum dipahami dan terapi dilakukkan kepada pasien yang juga mau menggambar. Sebelum melakukan kegiatan, peneliti menyiapkan bahan dan alat yang digunakan untuk melakukan tindakan terapi menggambar untuk pemenuhan kebutuhan aktivitas klien Tn. M dan Tn. A selama satu minggu. Bahan dan alat yang siapkan buku gambar, pensil warna, penghapus, dan lembar observasi untuk mencatat aktivitas apa saja yang dilakukkan klien 3. Fase Orientasi Fase orientasi adalah fase pertemuan awal perawat dengan pasien. Perawat mengucapkan salam dan memperkenalkan diri terlebih dahulu, peneliti memperkenalkan nama, nama panggilan, asal institusi, melakukan kontrak untuk merawat Tn. M dan Tn. A satu minggu kedepan setelah itu peneliti menanyakan nama klien dan senang di panggil apa. Selanjutnya peneliti melakukan evaluasi validasi pada Tn. M dan Tn. A, menanyakan bagaimana kabar Tn. M dan Tn. A hari ini. Dari hasil yang didapatkan
76
peneliti melakukan informed consent dengan menjelaskan tindakan yang akan diberikan pada Tn. M dan Tn. A. Perawat telah membangun hubungan saling percaya kepada pasien. Perawat mejelaskan terlebih dahulu pengertian kebutuhan aktivitas adalah kemampuan seseorang untuk bengkit dan berdiri melakukkan suatu kegiatan, dalam pemenuhan kebutuhan aktivtas ini sangat baik dilakukkan untuk pasien harga diri reendah yang biasanya mengatakkan tidak bisa melakukan apa apa, dalam pemenuhan kebuthan aktivitas ini salah satunya juga ada terapi mengggambar yang brmanffat untuk klien dalam mengekspresikan perasaanya serta membuat klien merasa memilki kemampuan yang bisa dibanggakan. 4. Fase Interaksi (Kerja) Pada fase ini sebelum melakukan terapi menggambar untuk peningkatan kebutuhan aktivitas pasien, peneliti melakukkan persiapan pasien terlebih dahulu dengan mengontrak pasien jam berapa akan dilakukkannya terapi aktivitas mengambar, pada Tn. M dan Tn. A ingin melakukkan terapi jam 10:00 WIB , selanjutnya perawat menyiapkan lingkungan, lingkungan harus nyaman dan tidak berisik, peneliti menyiapkan ruang tengah didepan ruang Murai A untuk melakukkan terapi menggambar,
persiapan
perawat
yakni
mempersiapkan
diri
dan
menyiapkan alat beruba kertas atau lembar observasi untuk mencatat aktivitas pasien, buku gambar, pensil, pensil warna, penghapus (hanya diberikan kepada pasien yang bisa dan mau menggambar). Kemudian tindakkan yang di lakukkan yaitu mengajak pasien untuk menyebutkkan aktivtas yang bisa pasien lakukkan dan mengajak pasien untuk menggambar yang didampingi oleh perawat. 5. Fase Terminasi a. Pasien pertama Tn. M Pada fase ini perawat menanyakan perasaan pasien sebelum dilakukkan terapi aktivitas, dihari pertama pada tanggal 16 Maret 2020 jam 10;15 WIB pasien mengatakan perasaannya campur aduk, merasa
77
malu, rasa ingin marah, bingung, tidak tenang merasa sepi, merasa tidak bisa melakukkan apa apa seperti orang lain, tidak ada yang perhatian dengannya, malam susah tidur dan selalu memikirkan mengapa tidak kunjung dibelikan motor. Kemudian perawat mengajak pasien untuk melakukkan terapi aktivtitas, setelah dilakukkannya terapi menggambar untuk
oemenuhan
kebutuhan
aktivitas
klien
mengatakan
setelah
dilakukkan terapi klien merasa tenang tetapi masih malu, dan masih terus memikirkkan motor baru yang diimpikkannya. Pasien terlihat menunduk, kontak mata kurang, suara pelan, dan terlihat selalu menyendiri. Pada hari kedua 17 Maret 2020 jam 10 WIB, setelah melakukkan terapi menggambar untuk pemenuhan kebutuhan aktivitas pasien, perawat menanyakkan bagaimana perasaannya, pasien mengatakkan perasaanya tenang, tidak ada rasa ingin marah lagi, masih merasa bingung, masih malu dengan orang lain, pasien mengatakan masih merasa sepi, merasa tidak ada yang memperhatikkannya, masih memikirkkan motor serta ejekkan teman nya , masih susah tidur dan tadi malam tidur di bawah kasur , kontak mata kurang, suara pelan dan lirih, perubahan yang masih dapat dilihat yaitu pasien dapat mengontrol tingkah laku. Pada hari ketiga 18 Maret 2020 jam 11:00 WIB, setelah melakukkan terapi
menggambar
menannnyakan
untuk
perasaan
kebutuhan
klien,
klien
aktivtas mengatakan
pasien, mulai
perawat senang
menggambar, merasa senang bisa merapikkan tempat tidur, dan melipat selimut sendiri namun masih malu jika dilihat temannya, klien mengatakan hanya bisa merapikkan tempat tidur dan melipat selimut saja, klien masih merasa belum memiliki kemampuan yang dappat dibanggakan, masih merasa sepi, kontak mata jarang, masih menunduk, perawat memotivasi klien untuk berkenalan dengan orang lain namun klien masih malu untuk berkenalan. Perubahan yang dapat dilihat klien dapat megontrol tingkah laku, mulai senang beraktivitas jika ditemani perawat.
78
Pada hari keempat 19 maret 2020 jam 10:00 WIB, setelah melakukkan terapi menggambar untuk kebtuhan aktivitas, perawat menanyakan perasaan klien, klien mengatakn perasaanya tenang, senang karena sudah menggambar, merapikan tempat tidur, melipat selimut dan mulai mau diajak berkenalan dengan temannya, klien terlihat menunduk, suara pelan, kontak mata mulai ada tapi jarang. Perawat memotivasi klien untuk memasukkan aktivitas klien kedalam jadwal harian. Perubahan yang dapat dilihat adalah klien dapat berfikir positif terhadap diri sendiri. Pada hari kelima 20 Maret 2020 setelah melakukkan terapi menggambar untuk kebutuhan aktivtas klien mengatakkan tenang, tidur malam nyennyak, mengatakan senang setelah menggambar yang disukai, merasa senang berkenalan dengan Tn. Y, merasa senang bisa merapikan tempat tidur,, melipat selimut, merasa ada yang mau berteman dengannya, kontak mata ada tapi jarang, masih menuduk. Perubahan yang dapat dilihat adalah pasien sudah mau berkenalan dengan teman diruangan. Perawat memotivasi klien untuk mencoba hal hal baru. Pada hari ke enam 21 Maret 2020
setelah melakukkan terapi
menggambar untuk kebuthan aktivtas klien, perawat menanyakan perasaan klien, pasien mengatakan senang setelah menggambar, tidur nyenyak, klien mengatakan senang merapikkan tempat tidur, menggambar, melipat selimut,klien merasa senang setelah menyanyikkan sebuah lagu, kontak mata ada tapi kurang, terlihat menunduk, klien belum berani dan mencoba hal baru seperti berkebun kangkung walaupun klien mengatakan bisa, kontak mata ada tapi kurang, klien terlihat menunduk. Perubahan yang dapat dilihat, klien mulai memasukkan kedalam aktivtas harian. Pada hari ketujuh 22 Maret 2020 setelah melakukkan terapi mengmbar untuk kebuthan aktivtas, perawat menanyakan perasaan klien,
klien
mengatakan merasa perawat memperhatikannya, klien merasa memiiliki kemampuan yang bisa klien lakukkan, klien mengatakan tidak terlalu memikirkan motor yang diimpikkannya, klien mengatakkan ada yang peduli dengannya. Prubahan yang dapat dilihat, klien mulai menilai
79
kemampuan yang bisa dilakukkannya, klien mengtakkan tidak malu dan minder terhadap orang lain, kemudian prawat memotivasi kklien untuk memasukkan aktivtasnya kedalam jadwal harian klien agar klien merasa memiliki kemampuan positif yang dia miliki. b. Pasien kedua Tn. A Pada fase ini perawat mennanykan perasaan klien sebelum dilakukkan dilakukan terapi menggambar utuk pemenuhan kebutuhan aktivitas, dihari pertama tanggal 16 maret 2020 jam 11:00 pasien mengatakan malu jika berkenalan dengan perawat, dirinya merasa sedih karena masih memikirkan ibunya dan kekasihnya bernama Sri, pasien merasa sepi, merasa kesal, marah, pasie mengatakan tidak mampu melakukkan apapun dan tidak memiliki kelebihan yang bisa dibanggakan, pasien mengtakan seriing terbangun tengah malam karena memikirkan kekasihnya dan rindu pada kakak dan ayahnya, postur tubuh pasien terlihat menunduk, kontak mata kurang, pasien terlihat lesu dan tidak bersemangat, volume suara pelan, pasien terlihat lebih suka menyendiri dan melamun, kemudian perawat mengajak terapi menggambar untuk pemenuhan kebutuhan aktivitas, setelah dilakukkan terapi menggambar untuk pemenuhan kebutuhan aktivitas pasien mengatakan malu, belum terlihat perubahan mencolok dihari pertama. Pada hari kedua 17 maret 2020 jam 10:00 Wib , setelah melakkukkan terapi menggambar untuk pemenuhan kebutuhan aktivtas pasien, perawat menanyakkan perasaan pasien, pasien mengagtakan mulai menyukai terapi yang diberikan , pasien mengtakan senang setelah menggambar, pasien mengatakkan belum memilikii kemampuan yang bisa di banggakan, pasien merasa malu untuk melakukkan hal hal baru, pasien terlihat masih menunduk, suara pelan dan volume kecil. Perubahan yang dapat dilihat adalah pasien mulai mneyukai terapi menggmbar dan dapat mengontorl tingkah lakunya. Perawat terus memotivaasi pasien untuk mencoba hal hal batu yang dapat dilakukknnya.
80
Pada hari ketiga 18 maret 2020, setelah dilakukkan terapi menggambar untuk pemenuhan kebutuhan aktivitas pasien, perawat menanyakkan perasaan pasien setealah melakukkan terapi aktivitas, pasien mengatakan senang setelah menggmbar, pasien mengatakkan kemampuan yang bisa dilakukkan yaitu merapikkan tempat tidur, pasien mengatakkan senang karena perawat memperhatikknnya, perubahan yang dapat dilihat adalah klien mulai mencoba hal baru dan merasa ada yang memperhatikkannya. Pada hari keempat 19 maret 2020 jam 11:15 wib setelah dilakukka terapi menggambar untuk pemenuhan kebutuhan aktivias klien, perawat menanyyakan
perasaan
klien,
klien
mengatakan
senang
setelah
menggmbar yang disukainya, klien senang bisa mengingat jika setelah bangun tidur untuk merapikkan tempat tidur, klien mengatakkan semalam tidur nyenyak, klien mengtakkan tidak terlalu mengingat kekasihnya dan kepergian ibunya untuk selamamnya, kontak mata klien ada tapi jarang, wajah masih menunduk, klien masih terlihat mnenyendiri, perawat terus memotivasi klien untuk berkenalan dengan temannya dan memotivasi klien untuk mencoba hal hal baru. Perubahan yang dapat dilihaat, pasien dapat berfikir positif terhadap diri sendiri. Pada hari kelima 20 maret 2020 jam 11: 30, setelahh dilakukkan terapi menggambar untuk pemenuhan kebutuhan aktivitas pasien, perawat menanyakkan perasan pasien, pasien mengatakan senang setelah menggambar, klien mengatakkkan kemampuan yang bisa dilakukkan adalah merapikkan tempat tidur, klien mengatakkan senang setelah berkenalan dengan Tn. S, klien mengaatakkan tidur nyenyak, tidak terlalu memikirkan ibu dan kekasihnya, klien mengatakkan ada yang perhatian dan peduli padannya, kontak mata ada tapi jarang, wajah tampak menunduk. Perubahan yang dapat dilihat pada hari keenam adalah klien mulai berani untuk berkenalan dengan temannya. Perawat terus memotivasi klien untuk mengajarkan klien memasukkan aktivitasnya kedalam jadwal harian klien.
81
Pada hari keenam 21 maret 2020 jam 10:wib setelah dilakukkan terapi menggambar
untuk
menannyakan
perasaan
pemenuhan klien,
kebutuhan
klien
aktivitas,
mengatakkan
perawat
senang
bisa
mengekepersikkanm perasaannya lewat menggmbar, klien mengatakkan setealah bangun tidur klien merapikkan tempat tidur, klien mengatakkan bisa bernyanyi tetapi masih malu untuk bernyanyi didepan temannya, klien mengatakan senang jika perawat mendampinginya, kontak mata ada tapi jarang, klien mmasih merasakkan malu dan belum mempunyai kemampua yang dapat dibanggakan, perawat terus memotivasi klien untuk mencoba hal baru dan memasukkan aktivtasnya kedalam jadwal harian klien. Perubahan yang dapat dilihat klien merasa ada yang perduli dengannya, klien mulai mau untuk mencoba hal baru. Pada hari ketujuh 22 maret 2020 setelah dilakukkan aktivitas menggambar untuk pemenuhan kebutuhan aktivtas klien, perawat menannyakan perasan klien, klien mengatakan
senang setelah
menggmabar, klien mengtakka tidur nyenyyak dan tidak mengingat kekasih dan ibunya, klien mengatakkan ingin sehat, ingin bekerja lagi dirumah makan yang ada di Kampung Bali, klien mengatakkan setelah bangun tidur klien merapikkan tempat tidur, klien senang dan mulai sesekali bergabung dengn temannya dirungan Murai A, klien mengtaakkan senang setelah temannya mendengarkan dia bernyanyi, klien mengtakan mulai memasukkan aktivtas nya kedalam kadwal harian klien, klien merasa senang perawat memperhatikkannya, kontak mata da tapi jarang, klien masih sesekali menunduk. Perubahan yang dapat dilihat klien mulai memasukkan kegiatannya kedalam jadwal harian klien, klien mulai berfikir positif kepada diir sendiri. C. Keterbatasan Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang menjadi keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian. Keterbatasan ini dapat berasal dari peneliti sendiri maupun pasien. Beberapa keterbatasan yang ada pada peneliti yaitu dari aspek teoritis, penulis sulit menemukan materi
82
mengenai penerapan terapi menggambar untuk pemenuhan kebuthan aktivtas klien, jurnal yang di dapatkan yang paling mendukung dalam melakukan penelitian hanya satu, selengkapnya hanya sebagai jurnal pendukung dalam memperkuat melakukan penelitian dengan terapi menggambar pada pasien harga diri rendah. Sampel penelitian yang dipakai hanya 2 pasien. Dalam jurnal pendukung sampel yang pakai 34 pasien yang dibagi menjadi 17 orang sebagai kelompok eksperimental dan 17 orang sebagai kelompok kontrol mungkin dengan menggunakan sampel pasien yang banyak dapat mempermudah membandingkan pasien dan mendapatkan hasil yang maksimal dalam penelitian. Adapun Hal-hal yang menghambat jalannya studi kasus seperti dari segi ruangan. Ruangan yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian adalah ruangan tengah Murai A. Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu belum menyediakan ruangan khusus tempat
atau ruangan individual tempat
pasien melakukan terapi okupasi. sehingga ruangan yang dipakai untuk melakukan penelitian yaitu ruangan tengah yanga mana bertepatan didepan pintu ruang perawat dengan ruangan perawatan sehingga saat melakukan terapi menggambar, mengganggu konsentrasi pasien karena suara-suara dari ruangan perawatan Murai A.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan studi kasus Penerapan prosedur terapi menggambar untuk peningkatan kebutuhan aktivitas pasien harga diri rendah pada Tn.M dan Tn. A dengan masalah harga iri rendah yang telah penulis lakukan, makan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada kasus Tn. M dengan masalah harga diri rendah ditemukan tanda sering mengamuk dan melempar atap rumah serta memecahkan kaca rumah karena tidak dibelikan motor sesuai keinginannya sehingga merasa
83
malu dengan tetangga serta temannya karena masih memakai motor yang lama. Pasien juga selalu menunduk, kontak mata kurang, bicara pelan. Kemudian pada khasus Tn. A klien sering menyendiri, tidak mau makan lebih dari dua hari, tidak mau berinteraksi dengan orang lain, bicara sedikit, dan selalu terlihat menunduk karena ibu klien sudah meninggal sekitar 5 tahun yang lalu, klien mengatakan klien pernah putus cinta semenjak ibu klien meninggal kekasihnya juga memutuskan untuk mengakiri hubungan mereka , klien mengtakan putus asa dengan keadaanya 2. Diagnosa pada kasus Tn M dan Tn. A yang diangkat adalah Harga diri rendah kronis. 3. Pengkajian kebutuhan pasien menggunakan pengkajian kebutuhan psikologis, konsep diri yaitu (citra tubuh, identitas diri, peran, ideal diri, harga diri). 4. Pada kasus pasien yang mengalami harga diri rendah dapat diterapkan terapi menggambar untuk pemenuhan aktivitas, terapi ini dilakukkan dengan satu orang untuk membimbing pasien dan menggunakan alat berupa, buku gambar, penisl, cat warna, lembar observasi aktivitas, namun alat ini digunakan untuk pasien yang mau diajak menggambar. Terapi ini dapat meningkatkanharga diri rendah pasien dengan masalah harga diri rendah dengan adanya tanda perubahan dari pasien dengan menggunakan lembar obeservasi. B. Saran 1. Bagi pasien dan keluarga Diharapkan klien hendaknya memperhatikan faktor predisposisi dan faktor predispitasiyang dapat memicu terjadinya harga diri rendah pada klien. Klien
dapat mengikuti terapi
yang telah direncanakan untuk
mempercepat proses penyambuhan dan untuk keluarga diharapkan keluarga mampu mengenal tanda terjadinya harga diri rendah dan mampu memberikan dukungan pada pasien untuk proses penyembuhan 2. Bagi perawat
84
Karya tulis ilmiah ini ada baiknya digunakan perawat sebagai wawasan tambahan dan acuan intervensi yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami masalah harga diri rendah dan meneruskan terapi saat penulis telah selesai melakukan penelitian. Adapun manfaat lain yaitu dapat memotivasi perawat untuk menerapkan penelitian terbaru, untuk menambah intervensi guna mempercepat penyembuhan pasien 3. Bagi institusi keperawatan Dapat memberikan wawasan baru mengenai masalah harga diri rendah dan menjadi referensi untuk tingkat selanjutnya dalam membuat KTI pada jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
DAFTAR PUSTAKA Ade Herman, Surya Direja. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika. Damayanti Mukhripah & Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Refika Aditama Dokumen Indonesia. (2014). SOP. Diakses pada tanggal 28/10/2019
85
Keliat,B.A.Akemat,Helene,C.2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.Jakarta: EGC. Keliat, B. A. (2007). Model Praktik Keperawatan Profesional jiwa. Jakarta : EGC Keliat, Budi, Anna, Dkk. 2010. Proses Keperawatan Jiwa. Edi. Jakarta : Selemba Medika. Nasir, Abdul dan, Abdul, muhith. (2011) Dasar – Dasar Keperawatan Jiwa, Pengantar Teori. Jakarta : Selemba Medika. Northouse, Peter G. (1998). Health Communication : Strategi For Health Proffesionals ( 4th Edition ). New York : Paperback Stuart G. W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa . jakarta : EGC. Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik : Teori Dan Praktik. Jakarta : EGC Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan : DPP PPNI Tim pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan : DPP PPNI Tim pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan : DPP PPNI World Health Organization. 2016. Schizophrenia. Diperoleh tanggal 3 oktober 2017 dari http://www.who.Int/mediacentre/factsheets /fs397/En/` Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan
Jiwa Edisi Revisi. Bandung : PT Refika
Aditama Videbeck Kementrian Kesehatan. 2014. Undang-Undang No.18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.
86
Lampiran 1 PROSEDUR TERAPI MENGGAMBAR TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVTAS PASIEN HARGA DIRI RENDAH NO Pra interaksi 1
PROSEDUR Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien
87
2 3 4 Tahap orientasi 5 6
Siapkan alat Identifikasi faktor atau kondisi yang dappat menyebabkan kontra indikasi Cuci tangan Beri salam dan panggil
klien dengan namanya,bina
hubungan saling percaya Jelaskan tujuan menggambar, prosedur menggambar, dan lamanya tindakan menggambar
Tahap kerja 7 8 9
Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan mengambar dilakukan Menanyakan keluhan klien/perasaan saat ini Atur posisi klien sebelum dilakukan
terapi
menggambar, berikan ruang agar tidak mengganggu 10
klien lainya Bagikan alat gambar yang diperlukan
11 12 13
Identifikasi pilihan/jenis gambar Anjurkan klien menggambar sesuai yang diinginkan Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi
14
pengalaman Apabila telah selesai, minta klien menjelaskan apa yang
15 Terminasi 16 17 18 19 20 21 22
digambarnya Beri pujian terhadap kemampuan menggambar klien Evaluasi hasil kegiatan menggambar Simpulkan hasil kegiatan menggambar Kontrak pertemuan selanjutnya Berikan umpan balik positif Akhiri kegiatan dengan cara yang baik Bereskan alat alat Cuci tangan
88
Lampiran 2 LEMBAR OBSERVASI Pemberian Terapi Menggambar Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas pada Pasien Harga Diri Rendah I.
Identitas Klien
II.
1. Nama inisial
:
2. Umur
:
3. Jenis Kelamin
:
4. Status perkawinan
:
5. Ruang Rawat
:
Kemampuan Klien No
Kemampuan
1
Pasien
Tidak Mampu
Kemampuan Kemampuan minimal
sedang
Mampu
89
menyebutkan kemampuan positf 2
yang
dimiliki Pasien mampu melakukan
3
aktivitas Pasien mencatat aktivitas kedalam jadwal kegiatan
4
harian Pasien mengevaluasi aspek positif terhadap dirinya
5
sendiri Pasien melakukan kegiatan yang
6
diberikan Pasien melakukan kegiatan secara
7
mandiri Pasien menilai kemmpuan
90
yang dimiliki
1. Tidak mampu: Tidak bisa melakukan tindakan aktivitas sama sekali 2. Kemampuan minimal : Bisa melakukan sebagian kecil dari tindakkan yang diberikan 3. Kemampuan sedang : Bisa melakukan sebagian besar tindakkan yang diberikan 4. Mampu : Bisa melakukan semua tindakkan yang diberikan.