Kasus Mendalam  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN STUDI KASUS MENDALAM PENATALAKSANAAN DIET PADA PASIEN SUSPECT SLE (SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS), EFUSI PLEURA SINISTRA, ANEMIA NORMOSITIK NORMOTOMIK, G2P1A0, SERVER INFEKSI SALURAN KEMIH DI BANGSAL DAHLIA 4 RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA



Disusun Sebagai Persyaratan Praktik Kerja Lapangan Asuhan Gizi Klinik di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta



Disusun Oleh: Aisah Nur Rohmah NIM P07131216010



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA 2019



LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN STUDI KASUS MENDALAM PENATALAKSANAAN DIET PADA PASIEN SUSPECT SLE (SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS), EFUSI PLEURA SINISTRA, ANEMIA NORMOSITIK NORMOTOMIK, G2P1A0, SERVER INFEKSI SALURAN KEMIH DI BANGSAL DAHLIA 4 RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA



Telah disetujui pada tanggal .........................



Mengetahui,



Menyetujui,



Koordinator PKL



Instruktur Klinik,



Hesti Winarti, S.SiT.



Hesti Winarti, S.SiT.



NIP._______________________



NIP.



Mengetahui, Ka. Instalasi Gizi,



Retno Pangastuti, DCN, M.Kes NIP. 196303171986032003



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus Mendalam di Bangsal Dahlia 4 RSUP Dr. Sardjito ini. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan Bidang Gizi Klinik. Dalam menyusun laporan ini, kami mendapatkan bantuan, dukungan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Joko Susilo, SKM, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. 2. Bapak Dr. Ir. I Made Alit Gunawan, MS, selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. 3. Bapak Dr. Agus Wijanarka, S.Si.T, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. 4. Ibu Retno Pangastuti DCN, M.Kes selaku Kepala Instalasi Gizi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 5. Ibu Hesti Winarti, S.SiT selaku Koordinator Praktik Kerja Lapangan (PKL) Bidang Gizi Klinik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 6. Ahli gizi di RSUP Dr. Sardjito 7. Seluruh staf dan karyawan instalasi gizi RSUP Dr Sardjito 8. Orangtua tercinta dan keluarga yang telah banyak memeberikan bantuan moral dan materiil, serta 9. Teman-teman Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika Poltekkes Kemenkes Yogyakarta yang saling memberikan dukungan satu sama lain. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun selalu kami harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Yogyakarta, November 2019



Penulis



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah suatu penyakit autoimun pada jaringan ikat. Autoimun berarti bahwa sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri. Pada SLE ini, sistem imun terutama menyerang inti sel (Matt, 2003). Gejala awalnya sering memberikan keluhan rasa nyeri di persendian. Selain itu,seluruh organ pun tubuh terasa sakit bahkan terjadi kelainan pada kulit, serta tak jarang tubuh menjadi lelah berkepanjangan dan sensitif terhadap sinar matahari. Umumnya LES lebih banyak menyerang wanita dibandingkan laki-laki dengan rasio 5:1. Penyakit ini juga menyerang wanita pada usia reproduksi antara 15-40 tahun. Berdasarkan hal tersebut, terdapat peningkatan kejadian kehamilan dengan LES ini. Pada SLE ini sel tubuh sendiri dikenali sebagai antigen. Target antibodi pada LES ini adalah sel beserta komponennya yaitu inti sel, dinding sel, sitoplasma dan partikel nukleoprotein. Karena didalam tubuh terdapat berbagai macam sel yang dikenali sebagai antigen maka akan muncul berbagai macam otoantibodi pada penderita SLE. Data antara tahun 1988-1990 di Indonesia, insidensi rata-rata penyandang SLE adalah sebesar 37,7 per 10.000 perawatan dan cenderung meningkat dalam dua dekade terakhir. Jumlah penderita SLE di Indonesia cenderung meningkat. Berdasarkan data tahun 2002, Yayasan Lupus Indonesia mencatat 1.700 orang dan pada tahun 2007 berjumlah 8.672 penderita SLE, dengan 90 % wanita (Savitri, 2005). Tahun 2014 yang tercatat menurut Yayasan Lupus Indonesia Panggon Kupu Semarang yaitu 58 orang. Pada SLE ini sel tubuh sendiri dikenali sebagai antigen. Target antibodi pada LES ini adalah sel beserta komponennya yaitu inti sel, dinding sel, sitoplasma dan partikel nukleoprotein. Karena didalam tubuh terdapat berbagai macam sel yang dikenali sebagai antigen maka akan muncul berbagai macam otoantibodi pada penderita SLE. Pasien dengan SLE lebih membutuhkan istirahat selama penyakitnya aktif. Penelitian melaporkan bahwa kualitas tidur yang buruk adalah faktor yang signifikan dalam menyebabkan kelelahan pada pasien dengan SLE.



Dukungan nutrisi bagi ibu hamil dengan SLE ini sangat dibutuhkan guna memberikan asupan makan yang berkualitas utuk pertumbuhan janin dan untuk memberikan pertahanan tubuh agar lebih kuat pada saat terjadi gejala sistemik dari SLE. Terapi gizi adalah bagian dari perawatan penyakit atau kondisi klinis yang harus diperhatikan agar pemberiannya tepat dan tidak melebihi kemampuan organ tubuh dalam melakukan metabolisme. Pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Salah satu kasus yang ada di rawat inap (IRNA 1) bangsal Dahlia 4 yaitu pasien Susp SLE, Efusi Pleura Sinistra, Anemia Normositik Normotomik, G2P1A0, Server Infeksi Saluran Kemih. Berdasarkan latar belakang tersebut, sebagai salah satu kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dilakukan studi kasus mengenai “Asuhan Gizi Pada Pasien Susp SLE, Efusi Pleura Sinistra, Anemia Normositik Normotomik, G2P1A0, Server Infeksi Saluran Kemih Di Bangsal Dahlia 4 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.”



B. Tujuan 1. Tujuan Umum Melaksanakan asuhan gizi pada suspect SLE, Efusi Pleura Sinistra, Anemia Normositik, Normotomik, G2P1A0 di Bangsal Dahlia 4 RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Melaksanakan skrining b. Melaksanakan assessment gizi c. Merencanakan, menyiapkan, menyajikan dan mengevaluasi intervensi gizi untuk pasien d. Merencanakan, menyiapkan, menyajikan dan mengevaluasi monitoring dan evaluasi gizi untuk pasien



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Definisi SLE (Sistemik Lupus Eritematosus) SLE adalah penyakit autoimun, dimana antibodi abnormal berlebihan diproduksi oleh Sistem kekebalan tubuh pasien disfungsional menyalahartikan sel-sel tubuh untuk musuh, secara langsung atau tidak langsung menyerang organ dan jaringan yang menyebabkan peradangan kronis. Semua organ dan jaringan mungkin terkena SLE, biasanya kulit, persendian dan ginjal. Pada kasus yang serius, gagal ginjal akut dapat terjadi. Jika ada kerusakan pada sistem saraf pusat, bisa mengakibatkan penyakit jiwa, epilepsi atau stroke. Sebagian besar pasien SLE adalah wanita berusia antara 15 dan 30 tahun. Pasien pria hanya memperhitungkan sepersepuluh dari jumlah total. SLE tidak menular atau turun-temuru. Terkadang, wanita hamil dengan SLE dapat melepaskan antibodi pada janin melalui plasenta. Dalam kasus tersebut, bayi mungkin menunjukkan gejala yang mirip dengan ruam kulit lupus, yang akan hilang setelah beberapa saat dalam banyak kasus. Sejumlah kecil bayi mungkin menderita blok jantung kongenital, yang menyebabkan denyut jantung lambat. Namun ini tidak berakibat fatal dan pengobatan tidak perlu dilakukan. Hanya dalam kasus yang sangat jarang terjadi, bayi mengembangkan blok jantung yang serius. (SLE / Bahasa Indonesia, 2018 Hospital Authority) B. Etiologi SLE Etiologi dan Faktor Predisposisi SLE disebabkan oleh interaksi antara kerentanan gen (termasuk alel HLA- DRB1,IRF5, STAT4, HLA-A1, DR3, dan B8), pengaruh hormonal, dan faktor lingkungan. Interaksi ketiga faktor ini akan menyebabkan terjadinya respon imun yang abnormal. a. Faktor Genetik SLE merupakan penyakit multigen. Gen yang terlibat termasuk alel HLA- DRB1,IRF5, STAT4, HLA-A1, DR3, dan B8. Interaksi antara kerentanan gen, pengaruh hormonal, dan faktor lingkungan, menghasilkan respons imun abnormal. Respons imun mencakup hiperreaktivitas limfosit T dan B. Serum pasien dengan lupus dapat dikenali dari keberadaan antibodi di serum terhadap antigen nukleus



(antinuclearantibodies, atau ANA). Selain ANA, masih terdapat autoantibodi lain yang dapat dapat ditemukan pada pasien dengan SLE, misalnya anti-dsDNA, antiSm, anti-Ro, dan lain-lain. Daftar berbagai autoantibodi yang dapat ditemukan pada pasien dengan SLE, prevalensi, antigen target, dan kegunaan klinisnya dapat dilihat pada table berikut.1,3 Pada kasus ini ditemukan tes antinuclearantibodies, atau ANA yang positif. b. Faktor Lingkungan Di antara pencetus aktivitas penyakit lupus, sinar ultraviolet merupakan faktor yang paling dikenal. Mekanisme aksinya dapat mencakup induksi epitop antigen didermis atau epidermis, pelepasan materi inti oleh sel kulit yang dirusak oleh cahaya, atau disregulasi sel imun kulit. Berbagai faktor lingkungan lain juga terlibat dalam lupus.



Pengobatan



seperti



prokainamid,



hidralazin,



dan



minosiklin



dapat



menyebabkan lupus eritematosus yang diinduksi obat, penyakit yang mirip dengan SLE. c.



Pengaruh Hormonal Observasi klinis menunjukkan peran hormon seks steroid sebagai penyebab SLE. Observasi ini mencakup kejadian yang lebih tinggi pada wanita usia produktif, peningkatan aktivitas SLE selama kehamilan, dan risiko yang sedikit lebih tinggi pada wanita pascamenopause yang menggunakan suplementasi estrogen. Walaupun hormon seks steroid dipercaya sebagai penyebab SLE, namun studi yang dilakukan oleh Petri dkk menunjukkan bahwa pemberian kontrasepsi hormonal oral tidak meningkatkan risiko terjadinya peningkatan aktivitas penyakit pada wanita penderita SLE yang penyakitnya stabil.



C. Patofisiologi Patogenesis SLE terdiri dari tiga fase, yaitu fase inisiasi, fase propagasi, dan fase puncak (flares). Inisiasi lupus dimulai dari kejadian yang menginisiasi kematian sel secara apoptosis dalam konteks proimun. Kejadian ini disebabkan oleh berbagai agen yang sebenarnya merupakan pajanan yang cukup sering ditemukan pada manusia, namun dapat menginisiasi penyakit karena kerentanan yang dimiliki oleh pasien SLE. Fase profagase ditandai dengan aktivitas autoantibodi dalam menyebabkan cedera jaringan. Autoantibodi pada lupus dapat menyebabkan 6 cedera jaringan dengan cara (1) pembentukan dan generasi kompleks imun, (2) berikatan dengan molekul



ekstrasel pada organ target dan mengaktivasi fungsi efektor inflamasi di tempat tersebut, dan (3) secara langsung menginduksi kematian sel dengan ligasi molekul permukaan atau penetrasi ke sel hidup. Fase puncak merefleksikan memori imunologis, muncul sebagai respon untuk melawan sistem imun dengan antigen yang pertama muncul. Apoptosis tidak hanya terjadi selama pembentukan dan homeostatis sel namun juga pada berbagai penyakit, termasuk SLE. Jadi, berbagai stimulus dapat memprovokasi puncak penyakit. D. Gejala Menurut American College Of Rheumatology 1997, yang dikutip Qiminta, diagnosis SLE harus memenuhi 4 dari 11 kriteria yang ditetapkan. Adapun penjelasan singkat dari 11 gejala tersebut, adalah sebagai berikut: 1. Ruam kemerahan pada kedua pipi melalui hidung sehingga seperti ada bentukan kupukupu, istilah kedokterannya Malar Rash/Butterfly Rash. 2. Bercak kemerahan berbentuk bulat pada bagian kulit yang ditandai adanya jaringan parut yang lebih tinggi dari permukaan kulit sekitarnya. 3. Fotosensitive, yaitu timbulnya ruam pada kulit oleh karena sengatan sinar matahari 4. Luka di mulut dan lidah seperti sariawan (oral ulcers). 5. Nyeri pada sendi-sendi. Sendi berwarna kemerahan dan bengkak. Gejala ini dijumpai pada 90% odapus. 6. Gejala pada paru-paru dan jantung berupa selaput pembungkusnya terisi cairan. 7. Gangguan pada ginjal yaitu terdapatnya protein di dalam urine. 8. Gangguan pada otak/sistem saraf mulai dari depresi, kejang, stroke, dan lain-lain. 9. Kelainan pada sistem darah di mana jumlah sel darah putih dan trombosit berkurang. Dan biasanya terjadi juga anemia 10. Tes ANA (antinuclear Antibody) positif 11. Gangguan sistem kekebalan tubuh.



BAB III HASIL A. DATA PERSONAL (CH)



Nama



Ny. Y



Agama



Islam



Usia



30 tahun



Bangsal



Dahlia 4



Jenis Kelamin



Perempuan



Tanggal Masuk



21-10-2019



RS Tanggal Lahir



30/06/1989



Tanggal



22-10-2019



Skrining Diagnosis Medis = Susp SLE sedang manifestasi hematologi,arthritis, serositis, mucositis Efusi pleura sinistra ec susp infeksi dd related SLE Anemia normositik normotomik ec susp related SLE dd AIHA sekunder G2P1A0 Server Infeksi Saluran Kemih



B. Skrining a. Skrining Awal No



Kriteria



Jawaban Ya



1 2 3 4



Apakah IMT < 20,5 ? Apakah pasien kehilangan BB dalam 3 bulan terakhir ? Apakah asupan makanan pasien menurun 1 minggu terakhir ? Apakah pasien dengan penyakit berat? (ICU)



√ √ √



b. Skrining Lanjut I Risiko Gizi



Kriteria



Tidak √



Absen (Skor=0) Ringan (Skor=1)



Status gizi normal Kehilangan BB>5% dalamm 3 bulan atau asupan 50-75% dari kebutuhan Kehilangan BB>5% dalam 2 bulan atau IMT 18,5-20,5 atau asupan 25-50% dari kebutuhan Kehilanagan BB>5% dalam 1 bulan ( >15% dalam 3 bulan ) atau IMT 70 Lanjut II tahun 1 0 RISIKO



Total Skor 3



Kesimpulan : Berdasarkan hasil skrining gizi diperoleh hasil total skor 3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki resiko terkait penyakit yang dialami pasien sehingga membutuhkan terapi gizi khusus untuk pasien. C. Assesment Gizi 1. Data Personal (CH) Kode IDNT CH. 1.1 CH.1.1.1 CH.1.1.2 CH.1.1.6 CH.1.1.9



Jenis Data Nama Umur Jenis Kelamin Suku/etnik Peran dalam Keluarga Diagnosis Medis



Data Personal Ny Y 30 tahun Perempuan Jawa Istri Susp SLE sedang manifestasi, hematologi, arthritis, serositis, mucositis



Efusi pleura sinistra Anemia normositik, normotomik G2P1A0 Server infeksi saluran kemih Sumber : Data Rekam Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2019 2. Riwayat Penyakit dan Klien (CH) Kode IDNT CH. 2



Jenis Data



Keterangan



Riwayat Penyakit



Riwayat penyakit dahulu: DM (-), Hipertensi (-), Jantung (-) Riwayat penyakit sekarang: ± 2 MSMRS pasien mengeluh sendi sakit hampir seluruh badan, awalnya memerah, saat ini sudah tidak merah, nyeri bila ditekan, nyeri sendi sejak 4 bln



CH 2.1



Keluhan Pasien



CH. 2.1.5 CH. 2.1.8



Gastrointestinal Imun/Alergi makanan Perawatan



Nyeri sendi (+) sejak 4 bulan, sesak (+), batuk (+), lemas (+) Mual (+) Muntah (-) Sariawan (+) Alergi makanan (-)



CH.2.2



Pernah dirawat di PKU Wonosobo terkait DBD Pernah dirawat di RS I Wonosobo terkait demam typoid Pernah dirawat di RS Ngesti Waluyo terkait reumatid arthritis CH. 3.1 Riwayat sosial/ Pekerjaan : Ibu rumah tangga ekonomi Agama : Islam Sumber : Data Rekam Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2019 3. Riwayat Makan (FH) Kode IDNT FH.2.1



Jenis Data



Keterangan



Riwayat Makan



±1MSMRS MP: nasi 2-3x/hari @ 1 ctg (100 g) LH : telur ayam 1-2x/mgg @ 1 btr (60 g), ayam 1-2x/mgg @ 1 ptg ( 50 g) LN: tempe 2-3x/mgg @ 1ptg (25 g), tahu 23x/mgg @1 bh(25 g) Sayur : bayam 2-3x/mgg @ 2 sdm (20 g), kangkung 2-3x/mgg @ 2 sdm (20 g) Buah : jeruk 2-3x/mgg @ 1 bh (100 g), pisang 2-3x/mgg @ 1 bh(100 g) Susu 1x/hari @ 1gls (200 ml)



Snack: biscuit 2-3x/minggu @1-2 bh (20 g) FH.2.1.1 FH.2.1.2 FH.2.1.3



Pemesanan diet Pengalaman Diet Lingkungan Makan FH. 4.1 Pengetahuan tentang makanan dan gizi Kesimpulan :



Lunak Bubur Kls III Nasi Makan sendiri, dirumah Belum pernah mendapatkan konseling gizi



Berdasarkan riwayat makan pasien pola makan sudah cukup baik tetapi konsumsi makanan dalam kesehariannya belum bervariasi.



4. SQFFQ (FH 1.2.1) Energi (kkal) Asupan Oral Kebutuhan* % Asupan Kesimpulan :



586,5 2.331,74 25,15 %



Protein (gram) 27,42 74 36,85 %



Lemak (gram) 21,08 64,77 32,54 %



KH (gram) 70,24 362,80 19,36 %



Berdasarkan data SQFFQ diketahui asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat deficit berat (120% 5. Recall 24 jam (FH.7.2.8) Energi (kkal) Asupan Oral Kebutuhan* % Asupan Kesimpulan :



651,7 2.331,74 27,94%



Protein (gram) 23,9 74 32,12%



Lemak (gram) 19 64,77 29,33 %



KH (gram) 98,9 362,80 27,36 %



Berdasarkan data Recall 24 jam diperoleh hasil asupan energi, protein, lemak, karbohidrat deficit berat. *Kebutuhan = Mengacu pada kebutuhan pasien Kategori tingkat asupan (Depkes,1999) Defisit berat : < 60% Defisit sedang: 60-69% Defisit ringan: 70-79% Baik : 80-120% Lebih :>120%



6. Standar Pembanding (CS) Kode IDNT CS.1.1.1



Jenis Data Estimasi Kebutuhan Energi



CS.2.1.1



Estimasi Kebutuhan Lemak



CS.2.2.1



Estimasi Kebutuhan Protein



CS.2.3.1



Estimasi Kebutuhan Karbohidrat Rekomendasi BB/ IMT/ pertumbuhan



CS.5.1.1



Keterangan Estimasi kebutuhan energi total (Harris Benedict) : 2.031,74 + 300 = 2.331,74 kkal (Meija, Laila, 2017) Estimasi kebutuhan lemak total : 25% x 2.331,74 = 582,93 : 9 = 64,77 gram Estimasi kebutuhan protein: 1 g x 54 = 5+ 20 = 74 gram (Meija, Laila, 2017) (AKG, 2013) Estimasi kebutuhan KH total : 362,80 gram



7. Antropometri (AD.1.1) Kode IDNT AD.1.1.1 AD.1.1.2 AD.1.1.4



Jenis Data Tinggi Badan



Berat Badan Perubahan Berat Badan Status gizi pasien sebagai berikut



Keterangan 150,10 cm (Estimasi dengan ULNA 23 cm) 54 kg, LILA: 24 cm Terjadi penurunan berat badan 3 kg selama 2 bulan : 2,6%



𝐿𝐼𝐿𝐴 𝑥 100



24 𝑥 100



% persentil LILA = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐿𝐼𝐿𝐴 =



27,7



= 86,64 % (gizi baik)



Kesimpulan : berdasarkan dat antropometri diketahui status gizi pasien berdasarkan %LILA status gizi baik. Interpretasi status gizi berdasarkan %LILA Gizi baik



:> 85%



Gizi kurang



: 70,1 – 84,9%



Gizi buruk



: 50% atau sudah mencapai target. Pemenuhan asupan > 50% dikarenakan keadaan pasien yang lemas, kehilangan nafsu makan, dan saat gejala SLE kambuh pasien tidak mau makan. Jika dilihat dari table diatas terdapat kenaikan total asupan pada hari ke 3 dan kemudian asupan pada hari keempat menurun karena pasien mengalami kesakitan nyeri sendi dan gejala SLE. Asupan makan pasien kembali meningkat pada hari kelima dan keenam. Asupan makan dari luar yaitu jus alpukat, bubur kacang hijau, telur asin, dan tempe goreng. Sesuai anjuran dokter boleh dikonsumsi, karena diharapkan ada asupan yang masuk, karena pasien tidak nafsu makan.



BAB IV PENUTUP A. Re-assesment 1. Berdasarkan LILA pasien adalah tetap, sehingga status gizi pasien berdasarkan %LILA diperoleh hasil 86,64% dalam kategori gizi baik. 2. Berdasarkan rata-rata hasil monitoring asupan makan pasien selama 6 hari diperoleh hasil rata-rata asupan zat gizi makanan pasien sudah memenuhi asupan sebesar > 50% atau sudah mencapai target. 3. Berdasarkan pemeriksaan biokimia diketahui haemoglobin, erotrosit, dan trombosit meningkat. 4. Berdasarkan hasil monitoring fisik/klinis mual berkurang, sesak nafas berkurang, sariawan, batuk, dan nyeri sendi juga berkurang. 5. Berdasarkan hasil re assesment antropometri, fisik/klinis, biokimia, dan rata-rata asupan makan pasien baik. Sariawan dan mual berkurang dan rata-rata asupan makan sudah memenuhi target > 50% sehingga ditetapkan diagnosis gizi yaitu: NI 5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi berkaitan dengan peningkatan metabolism pada kehamilan ditandai dengan kehamilan trimester II, kadar haemoglobin 8,2 g/dl, albumin 2,67 g/dl. 6. Intervensi Jenis diet : TETP Zat gizi yang penting: Energi 2.331,74 kkal dan Protein 74 g Bentuk



: Nasi



Route



: Oral



Frekuensi : 3 kali makan 2 kali selingan 7. Monitoring dan Evaluasi Waktu 29/10



Total asupan 30/10 Total asupan 31/10 Total asupan Rata-rata asupan



E (kkal)



P (g)



L (g)



KH (g)



1927



82,5



53,65



345,9



Fe (mg) 10,4 11,6



1825



79,1



49,13



286,1 9,5



1860,2 1.870,7



80,4 80,6



52,97 51,91



288,5 306,83



10,5



Kebutuhan % asupan Keterangan



2331.74 74.4 80,22 108,3 Memenuhi Memenuhi



64.77 80,15 Memenuhi



362.8 84,57 Memenuhi



27 38,88 Belum Memenuhi



Berdasarkan hasil rata-rata asupan makan pasien dengan bentuk makanan biasa atau nasi selama 3 hari diperoleh hasil rata-rata asupan zat gizi makanan pasien telah memenuhi asupan > 80%. B. Kesimpulan 1. Berdasarkan monitoring dan evaluasi asupan makan pasien >50%. Hal tersebut berarti target pemenuhan asupan sudah tercapai sehingga dilalukan re assesment. 2. Berdasarkan monitoring dan evaluasi pada re assesment, asupan makan pasien meningkat mencapai > 80% sehingga target pemenuhan asupan pada re assesment sudah tercapai.



DAFTAR PUSTAKA



Vikneshwaran Muthusamy. 2017. Systemic Lupus Erimatosus. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Savitri. 2005 dalam Fandika ayu risky,2016. Hubungan Keparahan Penyakit, aktivitas, dan kualitas tidur Terhadap Kelelahan Pasien Systemic Lupus Erythematosus.Unnes Jurnal of public health. Prawirohardjo S, 2014 dalam Namira Khairani, 2018. Karakteristik Lupus Eritematosus Sistemik Di RSUP DR. Kariadi Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Anak Agung Ngurah Jaya Kusuma.2007. Lupus Eritematosus Sistemik Pada Kehamilan. Janoudi N, Bardisi ES. Haematological Manifestations in Systemic Lupus Erythematosus. Croatia. InTech. 2012: 363-393. 5. Levy DM, Kamphuis S. Systemic Lupus Erythematosus in Children and Adolescents.Pediatr Clin North Am. 2012 April ; 59(2): 345–364. Evalina, Rita. Kelainan Darah pada Systemic Lupus Erythematosus.Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.