Kegagalan Bangunan Pada Tanah Lunak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEGAGALAN BANGUNAN PADA TANAH LUNAK (KASUS KALIMANTAN BARAT)



Kegagalan bangunan(building failure) sebenarnya bukanlah kejadian yang baru di daerah Kalimantan Barat(Kalbar) khususnya yang sebagian besar wilayahnya bertanah lunak (soft soil). Penelitian ini bertujuan menentukan struktur bangunan dan bangunan yang gagal, kondisi kegagalan serta upaya yang dilakukan; menentukan penyebab utama kegagalan tersebut terutama berdasarkan pengamatan di lokasi, serta merumuskan langkahlangkah yang perlu dilakukan atau disarankan



guna mengurangi atau mencegah



terjadinya kembali kegagalan bangunan di daerah Kalbar khususnya. Penelitian dilakukan dengan metode deskriftif, dengan menggunakan instrumen wawancara terhadap pihak terkait, dan instrumen pemeriksaan bangunan. Inspeksi dilakukan pada 22 bangunan yang tersebar pada 8 kabupaten/kota. Hasil analisis menunjukkan bahwa telah terjadi kegagalan ringan, dan kegagalan sedang, serta juga kegagalan berat (ambruknya bangunan dermaga, bangunan ruko), yang mayoritas dibangunan pada tanah lunak(soft soil). Struktur bangunan yang cukup menonjol pada hampir setiap kegagalan adalah pondasi bangunan (penurunan), dan balok/kolom( hubungan) pada bangunan gedung. Kualitas bahan dan pengerjaan juga diperkirakan menjadi penyebab kegagalan, serta kekurangtelitian dalam studi awal/kelayakan. Disarankan agar dilakukan pemeriksaan/penelitian lebih lanjut, sosialisasi terhadap kegiatan pembangunan



fisik



bagi



pihak-pihak



yang terlibat,



serta mulai



mempertimbangkan peranan quality engineer dalam pelaksanaan pembangunan bangunan/gedung.



I. PENDAHULUAN



Kegagalan bangunan (building failure) mulai dari yang ringan sampai yang berat/collapse, sebenarnya bukanlah merupakan hal yang baru di dunia umumnya dan di Indonesia atau di daerah Kalimantan Barat (Kalbar) khususnya. (Abdul Hamid, 1998) Propinsi Kalimantan Barat (Prop Kalbar) terdiri atas 14 kabupaten/kota- 12 kabupaten dan 2 kota- yaitu : Kabupaten-Kabupaten : Kapuas Hulu, Ketapang, Pontianak(kini Mempawah), Sambas, Sanggau, Sintang,Bengkayang, Landak, Melawi, Sekadau, Kayong Utara, Kubu Raya, dan Kota-kota : Pontianak, Singkawang. Di propinsi ini dapat dikatakan bahwa pada semua kabupaten/kotanya, terdapat lapisan tanah lunak (soft soil) dengan ketebalan yang bervariasi, yang mengandung mineral organik sebagai hasil pelapukan tumbuh -tumbuhan. Bahkan di wilayah tertentu terdapat tanah dengan kadar organik tinggi, dengan tanah gambut (peat soil). Tanah lunak, sebagaimana dimaklumi, terbentuk karena adanya pelapukan dari batuan, terdiri atas partikel-partikel dengan ruang kosong yang berisi air dan udara. Dengan demikian antar partikelnya tidak memiliki ikatan yang kuat. Di Propinsi Kalbar, kegagalan bangunan baik milik pemerintah maupun swasta, berdasarkan pengamatan langsung dan dari pemberitaan di media massa, dapat dikatakan kian banyak terjadi sejak era reformasi atau sejak tahun 1998. Namun sangat disayangkan bahwa catatan-catatan terorganisasi (data base) terhadap kasus-kasus kegagalan bangunan dan penyebabnya tampaknya belum dilakukan sebagaimana mestinya, padahal cacatan-catatan kejadian tersebut sangat diperlukan dalam upaya mengantisipasi terulangnya kejadian kegagalan bangunan di masa akan datang. Permasalahan dari kegagalan bangunan yang terjadi kiranya perlu dipotret, mencakup: bangunan dan struktur bangunan apa saja yang gagal berikut lokasi dan kondisi kegagalan serta upaya yang dilakukan; apa apa saja yang menjadi penyebab utama



kegagalan tersebut berdasarkan pengamatan di lokasi; dan upaya-upaya atau langkahlangkah apa yang dilakukan atau diusulkan / disarankan



guna mengurangi atau



mencegah terjadinya kegagalan bangunan di daerah Kalbar? Kegagalan bangunan(kegagalan berat) yang belum lama ini terjadi di daerah Kalbar, adalah runtuh atau ambruknya dermaga / steigher senilai sekitar Rp 2 Milyar pada minggu kedua Februari 2014 yang lalu di Kota Sambas Kabupaten Sambas. Pada tahun-tahun sebelum juga pernah terjadi kegagalan bangunan berupa turunnya lantai jembatan Sungai Peniti Besar di Kabupaten Pontianak (kini : Kabupaten Mempawah) (1974), turunnya bangunan BTN di Kota Pontianak yang ketika itu sedang dalam tahap konstruksi/ pelaksanaan pembangunannya (1997), serta tergulingnya abutment Jembatan Sejegi di Mempawah Kabupaten Pontianak (1991) Kejadian kegagalan bangunan sebenarnya perlu didata, antara lain dengan mem-potret kegagalan tersebut yang dilakukan secara terstruktur, baik oleh pihak pemerintah daerah setempat, maupun oleh pihak perguruan tinggi; untuk Kalbar tentunya paling tepat adalah Fakultas Teknik Untan. Guna menentukan kegagalan dapat dipakai tolok ukur bahwa semua bangunan harus direncanakan, dibangun, dan dipelihara mengikuti peraturan nasional dan peraturan daerah serta berbagai standar dari asosiasi-asosiasi profesi jasa konstruksi. Disamping itu diperlukan investigasi terhadap kegagalan dengan melakukan inspeksi ke lokasi.



II. METODOLOGI



Pada tahun 2014 yang lalu diadakan penelitian tentang Potret Kegagalan Struktur Bangunan dan Kegagalan Bangunan Bidang Teknik Sipil di Kalimantan Barat. (Abdul Hamid, Desember 2014) Penelitian ini bertujuan untuk menentukan struktur bangunan dan bangunan yang gagal, kondisi kegagalan serta upaya yang dilakukan; menentukan penyebab utama kegagalan tersebut berdasarkan pengamatan di lokasi; serta merumuskan langkah-



langkah yang perlu dilakukan atau diusulkan



guna mengurangi atau mencegah



terjadinya kegagalan bangunan di daerah Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif. Adapun tahapan penelitian adalah : studi literatur, menyusun instrumen penelitian dalam melakukan pemeriksaan/inspeksi di lokasi bangunan (memperhatikan Robert T. Ratay.,2000), serta instrumen wawancara dengan pihak terkait, mengumpulkan data sekunder dan primer bangunan teknik sipil yang mengalami kegagalan. Dalam penelitian ini dilakukan inspeksi/ pemeriksaan sejumlah 22 bangunan berlokasi di



Kota-kota



Pontianak



(2)



dan



Singkawang(2),



Kabupaten-Kabupaten:



Mempawah(3), Sambas(4), Sanggau(2), Sekadau(2), Sintang(3), dan Melawi(4). Selanjutnya dilakukan analisis data berdasarkan data sekunder dan data primer yang diperoleh, serta menentukan perkiraan jenis atau penyebab kegagalan, dan usulan upaya penanggulangan /pencegahan kegagalan yang perlu dilakukan. Rincian bangunan-bangunan yang di teliti secara visual yang tersebar pada 8 dari 14 kabupaten/kota di Kalbar ini, adalah: 1. Kota Pontianak : Velodrome dan bangunan terpadu : Sekolah Dasar (SD) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2. Kabupaten Mempawah : Dermaga, Pasar Sebukit Rama, Perpustakaan Daerah 3. Kota Singkawang



: Dermaga/Pelabuhan Kuala; Hotel Perapatan II;



4. Kabupaten Sambas : Dermaga, Gedung Kesenian, Balai Latihan Kerja(BLK); 5. Kabupaten Sanggau : Gedung DPRD, Rumah Toko; 6. Kabupaten Sekadau: Rumah Ibadah, Rumah Toko; 7. Kabupaten Sintang



: Rumah Sakit Rujukan; Bangunan Pasar, Balai Taman



Nasional Bukit Baka-Bukit Raya 8. Kabupaten Melawi



: Kantor Bupati, GOR, RSUD, KPU



III.



HASIL DAN PEMBAHASAN Ternyata tidaklah mudah untuk mendapatkan data bangunan yang mengalami



kegagalan; juga untuk mewawancarai pihak terkait. Dari hasil wawancara, inspeksi lapangan, dan juga dari data sekunder yang diperoleh, pada delapan wilayah kabupaten/kota di Kalbar di atas dan berdasarkan uraian di atas, ditemukan hal-hal sebagai berikut bahwa: 1. Sebagian besar bangunan-bangunan tersebut berlokasi atau terletakan di atas tanah lunak; 2. Ada dua struktur bangunan yang cukup menonjol pada hampir setiap kegagalan, yaitu : pondasi bangunan yang mengalami penurunan (kasus beberapa dermaga, dan bangunan rumah toko); dan balok/kolom, dalam hal ini terutama daerah hubungan antara balok dengan kolom. 3. Penyebab utama kegagalan sebagian besar diperkirakan adalah kualitas bahan dan kualitas pengerjaan (quality control) yang kurang baik. 4. Sejumlah besar bangunan yang diinspeksi memerlukan pemeriksaan lebih lanjut yang detail, atau memerlukan perawatan ringan sampai sedang, serta kelanjutan pembangunan. 5. Hal yang cukup menarik dari hasil riset ini adalah permasalahan pada bangunan dermaga. Ada bangunan dermaga yang sampai saat ini belum difungsikan sebagai akibat dari ketidaksinambungan dalam pembangunan dan pendanaan lanjutan. Bahkan ada diantaranya dermaga yang totally collapse (runtuh), yaitu bangunan dermaga di Kabupaten Sambas; 6. Ketidaksinambungan dalam pendanaan pembangunan beberapa bangunan yang ditinjau, menyebabkan bangunan-bangunan tersebut terbengkalai.



KESIMPULAN DAN SARAN



Kesimpulan 1. Ternyata cukup sulit untuk mengungkapkan data tentang kegagalan bangunan yang terjadi padahal data ini sangat dibutuhkan dalam upaya lebih meningkatkan kualitas bangunan. Kebanyakan pihak memang lebih cenderung menutupi kasus-kasus kegagalan yang terjadi dengan pertimbangan : menjaga aib dan hubungan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembangunan,politis, dan ekonomi. 2. Dua struktur bangunan yang cukup menonjol pada hampir setiap kegagalan, yaitu : penurunan(settlement) pondasi bangunan, dan keretakan pada hubungan balok dengan kolom. 3. Sifat-sifat kegagalan yang terjadi adalah : Kegagalan Ringan, Kegagalan Sedang, dan Kegagalan Berat berumah ambruknya bangunan (dermaga dan rumah toko). Ada bangunan yang tampaknya mengalami kegagalan sejak tahap perencanaan. Kegagalan berat dapat terjadi karena kegagalan dalam hal perencanaan bangunan, antara lain karena kurang mengindahkan toluk ukur dalam perencanaan. 4. Perkiraan penyebab utama kegagalan sebagian besar adalah kualitas bahan dan kualitas pengerjaan yang kurang baik, serta kekurangan telitian dalam studi kelayakan. 5. Ada bangunan dermaga yang sampai saat ini belum difungsikan sebagai akibat dari ketidaksinambungan dalam pembangunan dan pendanaan lanjutan .



Saran 1. Terhadap sejumlah bangunan yang diteliti, terutama yang mengalami kegagalan sedang, diperlukan penyelidikan/penelitian/investigasi lebih lanjut/pemeriksaan detail, guna memperoleh langkah-langkah perlakuan lebih pasti terhadap bangunan-bangunan tersebut, termasuk terhadap bangunan yang terbengkalai.



2. Pihak pemberi tugas (pemerintah dan swasta) kiranya perlu benar-benar berpegangan pada ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam pembangunan fisik sejak tahap perencanaan sampai tahap operasional bangunan. Pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan kiranya perlu diperketat terutama dalam hal kualitas bahan dan kualitas pekerjaan, atau secara umum terhadap quality control. 3. Perlu dilakukan pendataan terhadap kegagalan yang terjadi pada setiap kabupaten/kota. Hal ini dimaksudkan antara lain untuk mencegah terjadinya korban jiwa dan kerugian materi yang besar. 4. Perlu dilakukan sosialisasi terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan fisik dalam upaya



menghasilkan



pembanguan



fisik



bangunan



sesuai



dengan



peraturan/ketentuan yang berlaku, dalam upaya mengurangi kasus-kasus kegagalan bangunan, di daerah Kalbar khususnya; 5. Kiranya sudah perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan kualitas pembangunan dengan melibatkan Quality Engineer, meskipun hal ini memerlukan proses.



SEBAGIAN FOTO BANGUNAN YANG MENGALAMI KEGAGALAN



1. KOTA PONTIANAK



Foto 1 : (Kiri): Kerusakan Gedung Sekolah Terpadu (sebelum diperbaiki) Sumber : http://beritakalimantan.co; 25 Agustus 2014 Foto 2 : (Kanan) :Velodrome Kalbar di Pontianak : mendesak-diperbaiki



2. KABUPATEN MEMPAWAH



Foto 3 : (Kiri)



: Kerusakan Pada Pasar Sebukit Rama



Foto 4 : (Kanan) : Kerusakan pada Bangunan Perpustakaan Daerah



3.



KOTA SINGKAWANG



Foto 5 : Dermaga Kuala Singkawang : Sedimentasi yang tinggi. 4.



KABUPATEN SAMBAS



Foto 6 : Kondisi Dermaga Sambas setelah runtuh



DAFTAR PUSTAKA Abdul Hamid., 11 Desember 1998, Kegagalan Bangunan dan Struktur Bangunan, Penyebab dan Upaya Mengurangi atau Mencegahnya, Pidato Pengukuhan Jabatan Fungsional Guru Besar, Universitas Tanjungpura, Pontianak. Abdul Hamid., Desember 2014, Potret Kegagalan Struktur Bangunan Dan Kegagalan Bangunanbidang Teknik Sipil di Kalimantan Barat, Lembaga Penelitian Untan, Pontianak. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (National Construction Services Development Board)., Juni 2007, Tolok Ukur Kegagalan Bangunan (Building Failure), Bidang Sipil Sub Bidang Bendungan Besar, Jakarta. Paulus P. Rahardjo., Problem Geoteknik Sehubungan dengan Kondisi Tanah Lunak, Seminar Nasional Prospek Konstruksi di Kalimantan Barat “Resiko Kegagalan Konstruksi di Atas Tanah Lunak, Fakultas Teknik Universitas Panca Bhakti, Pontianak Robert T. Ratay., 2000, Forensic Structural Engineering Handbook, McGraw-Hill, Sosrowinarso., Mei 1985, Pengenalan Teori dan Berbagai ragam kegagalan Untuk Meningkatkan Keandalan Struktur, Simposium Kegagalan Struktur Bangunan dan Tindakan Pencegahannya, Fakultas Teknik Sipil, Ikatan Alumni Teknik Sipil Unpar, Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia, Bandung. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Zanussi, F.X, Ir., Mei 1985, Beberapa Hal yang Penting Sehubungan Kemungkinan Kegagalan Pada Bangunan Dilihat Dari Segi Struktur Bawah, Simposium Kegagalan Struktur Bangunan dan Tindakan Pencegahannya, Fakultas Teknik Sipil, Ikatan Alumni Teknik Sipil Unpar, Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia, Bandung.



5.



KABUPATEN SINTANG



Foto 7 : (Kiri)



: Kondisi Rumah Sakit Rujukan Sintang



Foto 8 : (Kanan) : Kondisi : Balai Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya



6.



KABUPATEN MELAWI



Foto 9 : Kiri



: Kondisi Bangunan Kantor Bupati



Foto 10 : Kanan



`: Kondisi Bangunan Rumah Sakit Umum Daerah