Kel. 2 Ekosistem Sungai Kapuas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EKOSISTEM SUNGAI KAPUAS



Second Page • Your Text here



Anggota Kelompok: 1. Nur Afni Helia Dewi 2. Achmad Rosyadi 3. Anggita Dita Sari 4. Rizky Putra Ananda



(191810401002) (191810401017) (191810401030) (191810401071)



POKOK BAHASAN PENDAHULUAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN



PENDAHULUAN



• Sungai adalah aliran air yang memanjang dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah (Rachimi, 2019). • Sungai Kapuas memiliki panjang 1.143 km, yang mengalir dari kecamatan Kapuas Hulu sampai kecamatan Selat yang akhirnya bermuara di laut Jawa. • Sungai Kapuas diguakan menjadi salah satu sumber kehidupan bagi masyarakat Kalimantan Barat. Kota Pontianak dan kota Sintang. • Pada Sungai Kapuas ditemukan plankton baik fitoplankton maupun zooplankton.



METODE 1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama 30 hari pada bulan Oktober 2018 di Sungai Kapuas.



2. Alat dan Bahan Alat dan bahan meliputi botol sampel, planktonnet, Ekman grab, thermometer, secchi disc, stopwatch, pH meter, DO meter, refraktometer, formalin 4%, alkohol 70%, meteran, tali dan mikroskop binokuler.



3. Metode Penelitian



Metode yang dilakukan adalam metode deskriptif dan dilakukan pengukuran pengamatan serta telaah terhadap beberapa aspek parameter air. 4. Pelaksanaan penelitian Pengambilan sampel dilakukan di lima stasiun, setiap stasiun diambil 4 titik.



HASIL DAN PEMBAHASAN Ekosistem sungai merupakan kumpulan dari komponen abiotik (fisika dan kimia) dan biotik (organisme hidup) yang berhubun gan satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk suatu struktur fungsional (Rachimi, 2019). • Daerah aliran Sungai Kapuas mempunyai tiga tipe ekologi, 1). Tipe perairan berarus deras sampai sedang. 2). Tipe perairan yang merupakan rawan banjir. 3). Tipe perairan yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Adjie et al, 2011). • Konsep continuum sungai didasarkan pada kesetimbangan dinamis (parameter fisik, seperti lebar, kedalaman, kecepatan, dan beban sedimen, juga dengan mempertimbangkan faktor biologis). • Faktor biologis dapat digunakan kepadatan total makrozoobentos sungai Kapuas kota Sintang. •



HASIL DAN PEMBAHASAN



• • •



• • •



Pada stasiun V dan I sangat mendukung kehidupan Limnodrilus. Limnodrilus merupakan spesies kosmopolit, sering ditemukan dan mendominasi pada air yang tercemar bahan organik maupun tidak. Tingginya kepadatan Limnodrilus dapat disebabkan adanya akumulasi limbah domestik yang banyak mengandung bahan organik. Substrat bertipe debu dan kandungan bahan organik yang tinggi merupakan faktor utamanya. Kepadatan genus terendah terdapat pada Chironomus dan Probezzia. Chironomus dan Probezzia umumnya ditemukan di perairan bebas dengan substrat dasar berpasir.



Lanjutan Hidrologi sungai : klasifikasi sungai, aliran dan debit,dan fluktuasi padatan tersuspensi. a. Klasifikasi sungai Menurut Kern (1994) dan Heinrich dan Hergt (1999). •



Sungai



Lebar Kern (1994)



Kali kecil (mata air) Sungai kecil



1-10 m 10-40 m



Sungai menengah



40-80 m



Sungai besar



80-220 m



Bengawan



>220 m



Luas DAS Heinrich dan Hergt (1999)



0-2 km² 50-300 km² >300 km²



b. Aliran, debit air dan padatan tersuspensi • Menurut Maulana dkk (2014), Kecepatan aliran sungai mempengaruhi laju transport sedimen melayang pada DAS. • Volume debit air yang tinggi maka sedimen melayang yang terukur akan bertambah.



Lanjutan •



Menurut Koesnandar dan Sigit (2007) Terdapat lima kelompok terkait konsentrasi sedimen melayang yaitu, Konsentrasi sedimen (mg/L)











Keterangan



Sangat baik Baik



0 mg/L 0-100 mg/L



Sedang



>100-250 mg/L



Buruk



>250-500 mg/L



Sangat buruk



>500 mg/L



Menurut Soemarto (1993), Penumpukan sedimen dengan jumlah yang sangat besar pada dasar sungai akan menimbulkan debit sungai menurun. DAS dengan lahan terbuka akan memberikan sumbangan suspense yang besar pula sebaliknya dengan bentuk DAS dengan lahan tertutup misalnya hutan maka sumbangan suspense akan relative lebih sedikit.



Lanjutan •



Biologi sungai : kecepatan arus, substrat, suhu dan cahaya



a. Kecepatan arus dan substrat • Menurut Taqwa dkk (2014), Kecepatan arus mempengaruhi substrat dan substrat sangat berkaitan dengan fraksi butiran sedimen. • Nilai kandungan organic akan dipengaruhi oleh jenis substrat. • Menurut Septiani dkk (2013), Substrat dengan bertipe debu dan kandungan bahan organic yang tinggi mendukung kehidupan hewan bentos dari jenis pemakan sedimen (deposit feeders). b. Suhu dan cahaya • Menurut Boyd (1988), Perairan yang tergolong jernih dengan kecerahannya mencapai 40 cm. • Menurut Rosmawati (2011), Air sungai umumnya dingin dan jernih dimana mengandung sedikit sedimen.



Lanjutan • Fisika dan kimia sungai o Karaketristik lingkungan fisika dan kimia pada ekosistem sungai dengan organisme-organisme didalamnya dapat dilakukan penelitian; o Dengan faktor yang diukur meliputi suhu air, kejernihan air, kecepatan arus, kedalaman air kadar oksigen terlarut dan pH tentunya dalam meneliti kualitas air; o Diperlukan alat khusus seperti keeping seechi, DO meter, pH meter, dan lain sebagainya.



Lanjutan o Contoh data kualitas air pada Sungai Kapuas Kota Sintang yang dilakukan pengambilan sampel , dapat dilihat dibawah ini:



o Hasil pengukuran faktor fisika dan kimia yang didapatkan diatas menunjukkan bahwa perairan Sungai Kapuas Kota Sintang termasuk dalam kategori perairan yang keruh dengan arus yang kuat. o Suhu air yang tidak terlalu mecolok perbedaannya menunjukkan kisaran 27-31°C tergolong cocok untuk pertumbuhan baik fitoplankton maupun zooplankton. o Menurut Yuliastuti (2011), Peningkatan nilai derajad keasaman atau pH dipengaruhi dengan limbah organic maupun anorganik dimana air dengan nilai pH 6-7 merupakan air yang masih normal untuk suatu kehidupan.



SIKLUS MATERI DAN ALIRAN ENERGI



KESIMPULAN Perairan sungai merupakan salah satu ekosistem yang menjadi komponen utama dari lingkungan. Sungai merupakan ekosistem air tawar yang mengalir, yang mempunyai ciri khas yaitu adanya arus yang merupakan faktor yang mengendalikan dan merupakan faktor pembatas di sungai. Sungai terbesar di Indonesia adalah Sungai Kapuas yang terletaj di Pulau Kalimantan. Sungai Kapuas banyak memperoleh faktor dari luar sehingga harus ada observasi baik mikroorganisme maupun faktor fisika dan kimianya. Pada parameter fisik sungai mengindikasikan bahwa bentuk sungai yang awalnya kecil kemudian melebar terjadi penurunan energi yang menyebabkan terjadinya potensi penumpukan sedimen. Dalam mempertimbangkan faktor biologis dapat digunakan kepadatan total makrozoobentos yang terdapat pada ekosistem Sungai Kapuas. Pada Sungai Kapuas terdapat banyak jenis plankton baik fitoplankton maupun zooplankton, sehingga aliran energi dan aliran materi di ekosistem Sungai Kapuas dapat berjalan dengan baik.



DAFTAR PUSTAKA Adjie, Susilo., Agus Djoko Utomo. 2011. Karakteristik Habitat dan Sebaran Jenis Ikan di Sungai Kapuas Bagian Tengah dan Hilir. Bawal. Vol. 3(5): 277286. Boyd, C. E. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Pond. USA: Fourth Printing. Firdaushi, N. F., dan Rijal, M. 2018. Kajian Ekologis Sungai Arbes Ambon Maluku. BIOSEL (Biology Science and Education): Jurnal Penelitian Science dan Pendidikan. Vol. 7 (1): 13-22. Hanifah, M. Z. N. 2007. Kualitas Fisika-Kimia Sedimen Serta Hubungannya Terhadap Struktur Komunitas Makrozoobenthos di Estuari Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Jumarang, M. I., Muliadi, Ningsih,N,S. Hadi,S, dan Martha,D. 2011. Pola sirkulasi Arus dan Salinitas Perairan Estuari Sungai Kapuas Kalimantan Barat. Journal Positron. Vol. 1(1): 36-42. Koesnandar, R. T. dan Sigit, H. 2007. Kajian Degradasi Lahan dan Air di Daerah Aliran Sungai Sengata, Kalimantan Timur. Diakses dari Kehutanan.repository.ac.id 15 Maret 2021. Lestari, Arfena D., Suci Pramadita2., dan Johnny M.T. Simatupang. 2017. Sedimentasi di Sungai Kapuas Kecil Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. JURNAL UMJ. Hal 1-7. Maulana, A. R. dkk. 2014. Uji Korelasi Antara Debit Aliran Sungai dan Konsentrasi Sedimen Melayang pada Muara Sub DAS Padang di Kota Tebing Tinggi. Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol 2 (4): 1518-1528.



DAFTAR PUSTAKA Rachimi, R., Prasetio, E., & Dewi, T. R. 2019. Kondisi Perairan di Sekitar Karamba Jaring Apung Sungai Kapuas Kota Pontianak Berdasarkan Bioindikator Plankton. Jurnal Ruaya: Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan. Vol. 7 (2): 60-72. Rifardi. 2012. Ekologi Sedimen Laut Modern. Pekanbaru: UR Press. Rosmawati, T. 2011. Ekologi Perairan. Bogor: Hilliana Press. Septiani, Ervin., Tri Rima Setyawati., Ari Hepi Yanti. 2013. Kualitas Perairan Sungai Kapuas Kota Sintang Ditinjau dari Keanekaragaman Makrozoobentos. Jurnal Protobiont. Vol. 2 (2): 70 -74. Soemarto, C. D. 1993. Hidrologi Teknik Edisi 2. Jakarta: Erlangga. Taqwa, N. R. dkk. 2014. Studi Hubungan Substrat Dasar Dan Kandungan Bahan Organik Dalam Sedimen Dengan Kelimpahan Hewan Makrobenthos Di Muara Sungai Sayung Kabupaten Demak. Journal Maquares. Vol 3 (1): 125-133. Yuliastuti, E. 2011. Kajian Kualitas Air Sungai Ngringo Karangannyar Dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air. Tesis. Semarang: Universitas Dipenogoro.



TERIMAKASIH