Kelebihan DN Kekurangan-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

8. Kelebihan dan Kekurangan Metode Penugasan Keperawatan Berbagai metode penugasan keperawatan yang dapat digunakan dengan beberapa keuntungan dan kerugian. Metode tersebut antara lain : 1. Metode Fungsional Metode fungsional merupakan pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Contoh : Perawat A tugasnya menyuntik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan klien. Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan (head nurse) bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan tentang klien. Orientasi pada jenis tugas tertentu. Pendekatan ini efisien , dalam arti : a. Semua jenis pekerjaan akan terkelola dan terkontrol b. Waktu pengerjaan lebih singkat c. Seseorang dengan jenis tugas tertentu untuk jangka waktu lama akan menjadi sangat trampil terhadap tugas tersebut d. Dibutuhkan : uraian kerja, protap jelas, kontrol terstruktur Model ini cocok untuk keadaan darurat, tetapi kurang untuk meningkatkan mutu askep (Gillies,1989; Tomey,1992). Metode pemberian asuhan keperawatan fungsional pertamakalinya berkembang pada saat perang dunia ke II. Kebanyakan institusi menganggap keperawatan fungsional memiliki nilai ekonomis dalam pemberian pelayanan kesehatan. Hal tersebut benar jika kualitas pelayanan dan pelayanan yang holistik bukan sesuatu hal yang penting. Keuntungan : a. Perawat terampil untuk tugas /pekerjaan tertentu. b. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas. c. Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana. d. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.



Kerugian : a. Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau total sehingga proses keperawatan sulit dilakukan. b. Apabila pekerjaan selesai cenderung meninggalkan klien dan melakukan tugasnon keperawatan. c. Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasi kontribusinya terhadap pelayanan. d. Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai keterampilan saja. Hal – hal yang harus dipertimbangkan : a. Pendekatan fungsional lebih menekankan teknik prosedural, tidak memperhatikan keberadaan klien secara utuh dan unik b. Pelayanan terfragmentasi, kesinambungan asuhan tidak terjamin c. Ada kemungkinan, jenis tugas tertentu tidak teridentifikasi sehingga luput dari perhatian staf d. Semua anggota tim harus paham terhadap permasalahan klien, intervensi dan dampaknya, karenanya dibutuhkan case conference secara periodik dan berkesinambungan . 2. Metode tim keperawatan Metode tim keperawatan yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok klien dan sekelompok klien. Kelompok ini dipimpin oleh perawat profesional yang berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya (registered nurse). Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/ketua tim. Selain itu ketua tim bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota grup/tim. Sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan. Selanjutnya ketua tim yang melaporkan pada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien. Tim keperawatan dikembangkan pada tahun 1950-an dalam upaya mengurangi masalah yang berhubungan dengan fungsi pengorganisasian pelayanan pasien. Banyak



yang percaya meskipun terus-menerus kekurangan staf perawat professional, system pelayanan pasien harus dikembangkan untuk mengurangi pelayanan yang terpilah-pilah dari metode keperawatan fungsional. Dalam keperawatan tim, tenaga pendukung berkolaborasi dalam memberikan pelayanan terhadap sekelompok pasien di bawah arahan seorang perawat professional. Seorang ketua tim bertanggung jawab mengetahui kondisi dan kebutuhan seluruh pasien yang dirawat oleh tim. Kewajiban ketua tim bergantung kepada kebutuhan pasien dan beban kerja, termasuk membantu anggota tim, memberikan pelayanan langsung kepada pasien, mendidik pasien dan melakukan koordinasi terhadap aktivitas pasien. Melalui komunikasi tim yang terus-menerus, pelayanan kompehensif akan dapat diberikan kepada pasien meskipun relative banyak staf pendukung. Keperawatan tim biasanya berkaitan dengan pola kepemimpinan demokratis. Anggota tim diberikan otonomi sebanyak mungkin dalam mengerjakan tugas meskipun juga berbagi dalam tanggung jawab dan tanggung gugatnya. Mengakui nilai-nilai individual karyawan dan memberikan otonomi kepada anggota tim akan menghasilkan kepuasan kerja yang tinggi. Keuntungan : a. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif b. Memungkinkan pencapaian proses keperawatan c. Konflik atau perbedaan pendapat antar staf daapt ditekan melalui rapat tim cara ini efektif untuk belajar. d. Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal e. Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan efektif. Kerugian : a. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat. b. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim. c. Akuntabilitas dalam tim kabur



Pelaksanaan metode tim harus didasarkan pada konsep berikut : a. Ketua tim diberikan pada perawat profesional dan harus mampu menggunakan berbagai tehnik kepemimpinan, manajemen dan komunikasi efektif. b. Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan. c. Komunikasi yang efektif penting untuk menjamin kontinuitas rencana perawatan. Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan d. Melalui berbagai cara terutama melalui rencana perawatan tertulis yang merupakan pedoman pelaksanaan asuhan, supervisi dan evaluasi. e. Anggota tim harus menerima dan menghargai kepemimpinan ketua tim. Ketua tim membantu anggotanya untuk memahami dan melakukan tugas sesuai dengan kemampuan mereka. Prinsip tim keperawatan : a. Suatu model asuhan yang dilaksanakan oleh suatu tim terhadap satu atau sekelompok klien/pasien b. Tim dipimpin oleh seorang perawat yang secara klinis kompeten, mempunyai kemampuan yang baik dalam komunikasi, mengorganisasi, dan memimpin c. Dalam model ini, tim dapat terdiri dari pelaksana asuhan dengan level kemampuan yang berbeda tetapi semua aktifitas tim harus terkoordinasi secara baik d. Dalam proses asuhan, dibutuhkan kesinambungan antar tim untuk setiap shift dinas (Pagi – Sore – Malam). Dokumentasi akurat, timbang terima berbasis pasien e. Semua anggota tim harus paham terhadap permasalahan klien – intervensi dan dampaknya – karenanya dibutuhkan case conference secara periodik dan berkesinambungan 3. Metode kasus Metode ini adalah suatu penugasan yang diberikan kepada perawat untuk memberikan asuhan secara total terhadap seorang atau sekelompok klien. Perawat bertanggung jawab untuk melakukan asuhan secara komprehensif terhadap satu atau sekelompok pasien pada



shift dinas tertentu. Secara konsisten pasien dilayani oleh perawat yang sama dalam satu periode/shift dinas. Dibutuhkan level kompetensi yang tinggi dari pelaksana asuhan. 4. Metode keperawatan primer/utama (Primary Nursing) Metode keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan, dimana seorang perawat register bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dalam 24 jam. Metode keperawatan primer berkembang pada awal tahun 1970-an menggunakan beberapa konsep pelayanan keperawatan total dan membawa perawat teregister kembali ke sisi tempat tidur untuk memberikan pelayanan klinis. Sesungguhnya Manthey (2001) dalam Marquis, B.L. & Huston, C., J. (2002) menganjurkan bahwa hanya keperawatan primer jenis pemberian pelayanan pasien yang mengharuskan hubungan perorangan antara seorang perawat dan pasien dengan tanggung jawab dalam perencanaan dan pengelolaan pelayanan secara jelas. Keperawatan primer didesain dengan seorang tenaga keperawatan profesional terhadap 4-5 klien sebagai perawat primer yang bertanggung jawab terhadap kondisi klien,



semua



kebutuhan



dan



koordinasi



dengan



tim



kesehatan



lainnya.



Perawat primer bertanggung jawab mulai klien masuk sampai pulang. Perawat Primer bertangungjawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Pada saat tidak bertugas perawat primer lain bertindak sebagai perawat asosiet. Tanggung jawab penting perawat primer adalah mengatur komunikasi yang jelas di antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan tim kesehatan lainnya. Kombinasi komunikasi yang baik dan keberadaan interdisiplin dalam satu grup dalam memberikan pelayanan langsung meningkatkan kualitas pelayanan pasien secara holistic. Meskipun kepuasan kerja tinggi dalam keperawatan primer, metode ini sulit diimplementasikan karena dibutuhkan tanggung jawab dan otonomi yang tinggi dari perawat primer. Sehingga bila perawat mengembangkan kemampuannya dalam pemberian pelayanan keperawatan primer, mereka akan merasa tertantang dan harus mendapatkan harga yang setimpal.



Keuntungan : a. Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan. b. Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif c. Memungkinkan penerapan proses keperawatan d. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat e. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan Kerugian : a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional b. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain 5. Keperawatan moduler Metode keperawatan modul merupakan metode modifikasi keperawatan tim primer, yang dilaksanakan untuk meningkatkan efektifitas konsep keperawatan tim melalui penugasan modular. Perawat profesional dan vokasional bekerjasama dalam merawat sekelompok klien dari mulai masuk ruang rawat hingga pulang (tanggung jawab total). Metode ini juga memerlukan perawat yg berpengetahuan luas dan trampil, kemampuan



kepemimpinan



baik



dimana



pengorganisasian



pelayanan/asuhan



keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional (trampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk 8 – 12 orang klien. Keuntungan dan Kerugian : a. Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode keperawatan primer. b. Semua metode di atas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan. Jumlah staf yang ada harus berimbang sesuai dengan yang telah dibahas pembicara yang sebelumnya. Selain itu kategori pendidikan tenaga yang ada perlu diperhatikan sesuai dengan kondisi ketenagaan yang ada saat ini di Indonesia



c. Khususnya di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo metode tim lebih memungkinkan untuk digunakan, selain itu menurut organisasi rumah sakit Amerika bahwa dari hasil penelitian dinyatakan 33% rumah sakit menggunakan metode Tim, 25% perawatan total/alokasi klien, 15% perawatan primer dan 12% metode fungsional (Kron & Gray, 1987). 6. Manajemen kasus Manajemen kasus merupakan sistem pemberian asuhan multidisiplin yang bertujuan meningkatkan pemanfaatan fungsi berbagai anggota tim kesehatan serta sumber-sumber yang ada. Manajemen kasus Sering digunakan dalam sarana/perangkat komunitas



dan



pskiatri



dan



diadopsi



dalam



pasien



rawat



inap.



Manajemen kasus merupakan rancangan terakhir yang diajukan untuk memenuhi kebutuhan pasien (Marquis, B.L. & Huston, C., J., 2002). Zander, 1988 dalam Sullivan dan Decter, 2001 menyatakan bahwa keperawatan manajemen kasus adalah model untuk identifikasi, koordinasi dan monitoring implementasi kebutuhan pelayanan untuk mencapai hasil asuhan yang diinginkan dalam periode tertentu Perkembangan pasien akan diikuti terus oleh manajer kasus dari masuk sampai pulang. Integrasi layanan kesehatan untuk klien/pasien secara individu atau kelompok dengan tim multidisiplin yang bertanggung jawab secara kolaboratif dalam kajian kebutuhan klien dan menetapkan rencana tindakan, implementasi, evaluasi dari saat pasien diterima, dirujuk dan atau dipulangkan. Dalam manajemen kasus diperlukan : a. Case manager Case manager memegang setiap kasus individu untuk menjalankan fungsi koordinasi dan kolaborasi, mengidentiifikasi pemberian pelayanan, pengobatan yang memiliki nilai cost-effective, dan pengaturan pelayanan terhadap individu yang ditangani (Finkleman, 2001 dalam Marquis, B.L. & Huston, C., J., 2002). b. Critical/Clinical pathway yang merupakan panduan alur penanganan pasien secara terintegrasi misalnya: CP pasien dengan Total Knee Replacement, dan lain-lain. Elemen penting dalam manajemen kasus a. Kerja sama semua anggota pelayanan b. Identifikasi hasil yang diharapkan pasien



c. Menggunakan prinsip perbaikan kualitas terus menerus dan menganalisa varian d. Promosi praktek keperawatan profesional Keuntungan : a. Asuhan yang diberikan komprehensif, berkesinambungan dan holistik. Kerugian : a. Kurang efisien karena memerlukan perawat profesional dengan keterampilan tinggi dan imbalan yang tinggi, sedangkan masih ada pekerjaan yang harus dikerjakan oleh asisten perawat.