Kelompok 2 (Evaluasi Pada Komunitas) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat menenmukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. Perawat menemukan reaksi klien terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima. Perencanaan merupakan dasar yang mendukung suatu evaluasi. Menetapkan kembali informasi baru yang diberikan kepada klien untuk mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan atau intervensi keperawatan. Menentukan target dari suatu hasil yang ingin dicapai adalah keputusan bersama antara perawat dan klien. (Mubarak, 2006). Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri. Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan, termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan keperawatan, respon klien yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan konsep teladan dari keperawatan. (Nursalam,2001 ) Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Menurut Griffith& Christensen, (1986) evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan, dan perbandingan yang sistemik pada status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan, maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan. Meskipun validasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan apakah informasi yang telah dikumpulkan sudah mecukupi dan apakah perilaku yang di observasi sudah sesuai. Diagnosa juga perlu dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya, tujuan dan intervensi di evaluasi adalah untuk menentukan apakah tujuan tersebut dapay dicapaui secara efektif. (Tayibnafis, 2000 )



1



B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari program evaluasi dalam keperawatan komunitas ? 2. Apa tujuan dari program evaluasi dalam keperawatan komunitas ? 3. Apa manfaat dari program evaluasi dalam keperawatan komunitas ? 4. Apa tahapan dari program evaluasi dalam keperawatan komunitas ? 5. Apa metode/alat yang digunakan dalam keperawatan komunitas ?



C. Tujuan 1. Tujuan Umum : a. Menjamin keperawatan secara optimal b. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan 2. Tujuan Khusus : a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan b. Menyatakan apakah tujuan keperawatan telat tercapai atau belum c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan d. Memodifikasi rencana keperawatan e. Dapat menentukan penyebab apabila tujuan asuhan keperawatan belum tercapai f. Memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas



2



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian program evaluasi Pemahaman definisi tentang program evaluasi dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariasi oleh para ahli: 1. Menurut Leininger (2002)



program evaluasi adalah proses menggambarkan,



memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan. 2. Menurut Anderson (2006) program evaluasi adalah proses membuat penilaian yang rasional tentang capaian, efektifitas, efisiensi, dan adekuasi dari sebuah program, berdasarkan pengumpulan data secara sistemik dan juga analisis. Hal tersebut juga berfokus aksebilitas, penerimaan, ketersediaan, kesadaran, komprehensif, keberlanjutan, integrasi dan juga biaya pelayanan. 3. Menurut Patton (2001) program evaluasi adalah pengumoulan informasi secara sistemik tentang aktivitas, karakteristik, dan hasil dari sebuah program yang digunakan oleh orang-orang tertentu untuk mengurangi, meningkatkan efektifitas, dan membuat sebuah keputusan apakah program yang dijalankan dilakukan dengan baik dan membawa pengaruh. Jadi, dapat disimpulkan bahwa program evaluasi keperawatan adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu program keperawatan tercapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya. Serta bagaimana manfaat yang telah didapatkan dari program kesehatan masyarakat yang telah dilaksanakan bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh.( Ervin, 2002) B. Tujuan program evaluasi Tujuan utama dari program evaluasi adalah untuk mengidentifikasi masalah, kekurangan atau keterbatasan dari sebuah program yang dilaksanakan dan juga dapat menjadi masukan bagi pengambil keputusan yang berkaitan dengan tindak lanjut, perluasan atau penghentian program keperawatan yang dilaksanakan. Adapun alasanalasan tentang pentingnya sebuah pelaksanaan program evaluasi adalah sebagai berikut :



3



1. Untuk mendemonstrasikan bahwa program evaluasi berjalan sesuai dengan tujuan awal yang telah ditetapkan. 2. Untuk menentukan apakah hasil dari pelaksanaan program sejalan dengan tujuan. 3. Untuk menentukan apakah kebutuhan yang di identifikasi dari program yang di desain telah terpenuhi atau sebaliknya tidak ada perubahan. 4. Untuk menentukan biaya yang digunakan pada program tersebut meliputi : keuangan, orang yang terlibat, dan juga waktu yang digunakan. 5. Untuk menentukan apakah prioritas utama dari program yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. 6. Untuk menggalang bantuan untuk ekspansi program. 7. Untuk membandingkan jenis-jenis program yang berbeda dalam hal metode, efek dan biaya yang digunakan.( Ervin, 2002)



C. Manfaat program evaluasi 1. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien. 2. Untuk menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas asuhan keperawatan yang diberikan. 3. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan. 4. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru dalam proses keperawatan. 5. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab dalam pelaksanaan keperawatan.



D. Tahapan program evaluasi Proses program evaluasi terdiri dari dua, yaitu : 1. Mengukur Pencapaian tujuan klien Perawat menggunakan ketrampilan pengkajian untuk mendapatkan data yang akan digunakan dalam evaluasi. Faktor yang dievaluasi mengenai status kesehatan klien, yang terdiri dari beberapa komponen, meliputi : KAPP( Kognitif, Affektif, Psikomotor, Perubahan fungsi tubuh dan gejala yang spesifik). a. Kognitif (pengetahuan) Tujuan mengidentifikasi pengetahuan yang spesifik yang diperlukan setelah klien diajarkan tentang teknik-teknik tertentu. Lingkup evaluasi pada kognitif meliputi : pengetahuan klien terhadap penyakitnya, mengontrol gejala4



gejalanya, pengobatan, diet, aktifitas, persediaan alat-alay, resiko komplikasi, gejala yang harus dilaporkan, pencegahan, pengukuran,dll. Evaluasi kognitif diperoleh melalui interview atau tes tertulis. b. Affektif (status emosional) Affektif klien cenderung ke penilaian yang subjektif dan sangat sukar di evaluasi. Hasil penilaian emosi di tulis dalam bentuk perilaku yang akan memberikan suatu indikasi terhadap status emosi klien, hasil tersebut meliputi: tukar menukar perasaan tentang sesuatu, cemas yang berkurang ada kemauan berkomunikasi dan seterusnya. c. Psikomotor Psikomotor biasanya lebih mudah dievaluasi dibandingkan dengan lainnya jika perilaku yang dapat di observasi sudah di identifikasi pada tujuan (kriteria hasil). Hal ini biasanya dilakukan melalui observasi secara langsung. Dengan melihat apa yang dilakukan klien sesuai dengan yang diharapkan adalah suatu cara yang terbaik untuk mengevaluasi psikomotor klien. d. Perubahan fungsi tubuh dan gejala Evaluasi pada komponen perubahan fungsi tubuh mencakup beberapa aspek atatus kesehatan klien yang bisa di obesrvasi. Untuk mengevaluasi perubahan fungsi tubuh maka perawat memfokuskan pada bagaiamana fungsi kesehatan klien berubah setelah dilakukan tindakan keperawatan. Evaluasi pada gejala yang spesifik digunakan untuk menentukan penurunan atau peningkatan gejala yang memperngaruhi status kesehatan klien. Evaluasi tersebut bisa dilakukan dengan cara observasi secara langsung, interview, dan pemeriksaan fisik. 2. Penentuan Keputusan pada Tahap Evaluasi Setelah



data



terkumpul



tentang



status



keadaan



klien,



maka



perawat



membandingkan data dengan outcomes, tahap berikutnya adalah membuat keputusan tentang pencapaian klien terhadap outcomes. Ada 3 kemungkinan keputusan pada tahap ini : a. Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan. Pada keadaan ini perawat akan mengkaji masalah klien lebih lanjut atau mengevaluasi outcomes yang lain. b. Klien masih dalam proses mencapai hasil yang telah ditentukan. Perawat mengetahui keadaan klien pada tahap perubahan kearah pemecahan masalah.



5



Penambahan waktu, resources, dan intervensi mungkin diperlukan sebelum tujuan tercapai. c. Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan. Pada situasi ini, perawat harus mencoba untuk mengidentifikasi alasan mengapa keadaan atau masalah ini timbul.



E. Metode/ Alat program evaluasi Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan, yaitu : 1. Proses (formatif) Fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan dan hasil pelayanan tindakan keperawatan, Evaluasi proses harus dilakukan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membuat keefektifan terhadap tindakan. Evaluasi formatif terus menerus dilaksanakan sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam evaluasi formatik terdiri dari analisa rencana tindakan keperawatan, open-chart audit, pertemuan kelompok, interview, dan observasi dengan klien, dan menggunakan form evaluasi. Sistem penulisan tahap evaluasi ini bisa menggunakan sistem SOAP atau metode dokumentasi lainnya. 2. Hasil (sumatif) Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara paripurna. Sumatif evaluasi adalah obyektif, fleksibel dan efisien. Adapun metode penatalaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari closed-chart audit, interview akhir pelayanan, pertemuan akhir pelayanan, dan pertanyaan kepada klien dan keluarga. Meskipun informasi pada tahap ini tidak secara langsung berpengaruh terhadap klien yang dievaluasi, sumatif evaluasi bisa menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas dan evaluasi tindakan yang telah diberikan. Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 komponen menurut (Wilkinson, 2006): a. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi. b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru. c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standart. d. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan. 6



e. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan dan kesimpulan.



Komponen-komponen didalam program evaluasi : A. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi. 1. Kriteria. Kriteria digunakan sebagai pedoman observasi untuk mengumpulkan data dan sebagai penentuan kesahihan data yang terkumpul. Semua kriteria yang di gunakan pada tahap evaluasi di tulis sebagai kriteria hasil. Outcomes menandakan



hasil



akhir



tindakan



keperawatan.



Sedangkan



standar



keperawatan digunakan lebih luas sebagai dasar untuk evaluasi praktek keperawatan secara luas. Outcome criteria. Kriteria hasil didefenisikan sebagai standar untuk menjelaskan respon atau hasil dari rencana tindakan keperawatan. Hasil tersebut akan menjelaskan bagaimana keadaan klien ,setelah tindakan dilaksanakan. Kriteria akan dinyatakan dalam istilah behaviour (perilaku) sebagaimana disebutkan dalam bab terdahulu, supaya dapat diobservasi atau diukur dan kemudian dijelaskan dalam istilah yang mudah dipahami. Idealnya, setiap hasil dapat dimengerti oleh setiap orang yang terlibat dalam evaluasi. 2. Standar Praktek Standar pelayanan keperawatan dapat digunakan untuk mengevaluasi praktek keperawatan secara luas. Suatu standar menyatakan apa yang harus dilaksanakan sebagai suatu model untuk kualitas pelayanan. Standar harus berdasarkan hasil penelitian, konsep teori, dan dapat di terima oleh praktek klinik keperawatan saat sekarang. Standar harus secara cermat disusun dan di uji untuk menetukan kesesuain dalam penggunaannya. Contoh pemakain standar dapat dilihat pada standar praktek keperawatan yang disusun oleh ANA. 3. Evaluative question Untuk menentukan suatu kriteria dan standart, perlu digunakan pertanyaan evaluative sebagai dasar mengevaluasi kualitas pelayanan dan respon klien terhadap tindakan. a. Pengkajian : apakah pengkajian dapat dilaksanakan kepada klien? b. Diagnosa : apakah diagnosa disusun bersama dengan klien? 7



c. Perencanaan : apakah tujuan diidentifikasi dalam perencanaan? d. Pelaksanaan : apakah klien diberitahu terhadap tindakan yang diberikan? e. Evaluasi : apakah modivikasi tindakan keperawatan diperlukan?



B. Evaluasi dan Penilaian Mutu Pelayanan Keperawatan Komunitas Mutu layanan kesehata dapa diukur melalui 3 cara : 1. Pengukuran mutu prospektif Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan sebelum layanan kesehatan diselenggarakan. Oleh karena itu pengukurannya akan ditujukan terhadap struktur atau input layanan kesehatan dengan asumsi bahwa layanan kesehatan harus memiliki sumber daya tertentu agar dapa menghasilakan suatu layanan kesehatan yang bermutu. Bagian – bagiannya sebagai berikut: 2. Pendidikan Profesi Kesehatan Ditujukan agar menghasilkan profesi layanan kesehatan yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang dapat mendukung layanan kesehatan yang bermutu. 3. Perizinan Merupakan salah satu mekanisme untuk menjamin mutu layanan kesehatan. Surat ijin kerja (SIK) dan surat iji praktek(SIP) yang diberikan kepada perawat merupakan suatu pengakuan bahwa seorang perawat telah memenuhi syarat untuk melakukan praktek profesi keperawatan (NERS). Demikian pula dengan profesi kesehatan lain, harus mempnyai ijin kerja sesuai dengan profesimya. 4. Standardisasi Dengan menetapkan standardisasi, seperti standardisasi peralatan, tenaga, gedung, sistem, organisasi, anggaran dll. Setiap fasilitas layanan kesehatan yang memiliki standar yang sama dapat menyelenggarakan layanan kesehatan yang sama mutunya. Contohnya: standardisasi layanan rumah sakit akan mengelompokan atau mengklasifikasikan rumah sakit kedalam berbagai kelas tertentu misalnya RSU kelas A, B, C dan D, Rumah sakit jiwa kelas A dan B. 5. Sertifikasi Merupakan selanjutnya dari perizinan. Pengakuan sebagai ners yang tergistrasi adalah contoh setifikasi. Di indonesia, perizinan seperti itu dilakukan oleh 8



departemen kesehatan atau dinas kesehatan dengan rekomendasi dari persatuan perawat nasional indonesia (PPNI). 6. Akreditasi Merupakan pengakuan bahwa suatu institusi layanan kesehatan seperti RS telah memenuhi beberapa standar layanan kesehatan tertentu. Pengukuran mutu prospektif berfokus pada penilaian, sumber daya, bukan pada kinerja penyelenggaraan layanan kesehatan. 7. Pengukuran Mutu Retrospektif Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan setelah penyelenggaraan layanan kesehatan selesai dilaksanakan. Pengukuran ini biasanya merupakan gabungan dari beberapa kegiatan seperti penilaian catatan keperawatan (nursing record), wawancara, pembuatan kuesioner, dan penyelenggaraan pertemuan. 8. Pengukuran Mutu Konkuren Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan selama layanan kesehatan dilangsungkan atau diselenggarakan. Pengukuran ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan kadang- kadang perlu dilengkapi dengan peninjauan pada catatan keperawatan serta melakukan wawancara dan mengadakan pertemuan dengan klien, keluarga, atau petugas kesehatan. C. Standar Evaluasi Praktik Keperawatan Menurut ANA (2004) Perawat kesehatan komunitas melakukan evaluasi status kesehatan komunitas. Adapun kriteria pengukuran bagi perawat kesehatan komunitas adalah sebagai berikut: 1. Mengkordinasikan secara sistematis, berkelanjutan, dan evaluasi berdasarkan kriteria hasil pelayanan dalam komunitas dan pemangku kepentingan lain. 2. Mengumpulkan data secara sistematis, menerapkan epidemiologi dan metode ilmiah untuk menentukan efektivitas intervensi keperawatan kesehatan komunitas dalam kebijakan, program, dan pelayanan. 3. Berpartisipasi dalam proses dan evaluasi hasil dengan aktivitas pemantauan (monitoring) program dan pelayanan. 4. Mengaplikasikan pengkajian data yang berkelanjutan untuk merevisi rencana, intervensi, dan aktivitas yang sesuai.



9



5. Mendokumentasikan hasil dari evaluasi termasuk perubahan atau rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas intervensi. 6. Menyampaikan evaluasi proses dan hasil yang dihasilkan kepada komunitas dan pemangku kepentingan lain berdasarkan hukum dan peraturan negara.



10



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Evaluasi adalah langkah akhir dari proses kerepawatan. Tugas selama tahap ini termasuk pencatatan evaluasi dan revisi rencana tindakan keperawatan dan intervensi jika perlu. Pernyataan evaluasi memberikan informasi yang penting tentang pengaruh intervensi yang direncakan pada keadaan kesehatan klien, suatu pernyataan evaluasi terdiri dari dua komponen yaitu : 1. Pencatatan data mengenai status klien saat itu. 2. Pernyataan kesimpulan mengidentifikasi penilaian perawat sehubungan dengan pengaruh intervensi terhadap status kesehatan klien. B. Saran 1. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat bekerja sama dengan komunitas dan populasi untuk memperbaiki kembali kesehatan. 2. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat memperhatikan standar evaluasi atau penilaian dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas. 3. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat terlibat dalam koordinasi dan organisasi dalam merespon isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan. 4. Semoga makalah ini menjadi satu bahan untuk menambah wawasan mengenai standar evaluasi keperawatan kesehatan komunitas.



11



DAFTAR PUSTAKA Anderson, Elizabeth T. 2006. Buku Ajaran Keperawatan : Teori dan Praktek. Edisi 3. Jakarta: EGC Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajaran Keperawatan Komunitas. Yogyakarta : Gosyen Publishing Ervin Naomi E. 2002. Buku Keperawatan Komunitas.Jakarta. Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2: Jakarta: EGC Leininger, M. 2002. Keperawatan Komunitas: FK UI Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktek. Edisi pertama. Jakarta: Salemba Medika Tayibnafis, F. 2000. Evaluasi Program. Jakarta : Rineka Cipta Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: EGC http://lib.ui.ac.id/fMila%20Sri.pdf.diakses 6MEI 2016. http://samoke2012.wordpress.com/2012/komunitas.



12