Kelompok Penkes Pada Lansia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Visi Program Studi : Pada tahun 2025 menghasilkan Ners yang unggul dalam menerapkan ilmu dan teknologi keperawatan lanjut usia



TUGAS MAKALAH PENDIDIKAN KESEHATAN PADA LANSIA



Program Studi : Alih Jenjang Keperawatan Program Sarjana Terapan dan Program Studi Pendidikan Profesi Ners Judul Materi : Pendidikan Kesehatan Pada Lansia Mata Kuliah



: Keperawatan Gerontik Komunikasi



Dosen



: DR. Prayetni, S.Kep, M.Kep



Kelas B 1. 2. 3. 4. 5.



Desmon Purba Friska Silalahi Pancawaty Sawinah Yuli Ernawati



P3.73.20.2.19.114 P3.73.20.2.19.115 P3.73.20.2.19.129 P3.73.20.2.19 P3.73.20.2.19.141



POLTEKES JAKARTA III ALIH JENJANG



i



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Usia lanjut adalah proses alami yang tidak dapat dihindari. Salah satu dampak yang perlu diperhatikan yaitu semakin bertambahnya usia seseorang dapat mempengaruhi penurunan derajat kesehatan, yang mana organ – organ tubuh baik struktur maupun fungsinya mengalami penurunan, sehingga lansia mudah terserang penyakit. Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah. Implikasi ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam ratio ketergantungan usia lanjut. Keperawatan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan nasional turut serta ambil bagian dalam mengantisipasi peningkatan jumlah populasi lansia dengan menitikberatkan pada penampungan dibidang kesehatan dan keperawatan. Dalam hal ini penting kiranya diketahui informasi mengenai tingkat kesehatan dan tingkat ketergantungan lansia di masyarakat. Spesialisasi keperawatan ini terkait dengan mengkaji status kesehatan dan fungsional lansia, merencanakan dan melaksanakan perawatan dan pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diidentifikasikan serta mengevaluasi keberhasilan perawat. Kelompok lansia dipandang sebagai kelompok masyarakat yang berisiko mengalami gangguan kesehatan. Masalah keperawatan yang menonjol pada kelompok tersebut adalah meningkatnya disabilitas fungsional fisik. Disabilitas fungsional pada lansia merupakan respons tubuh sejalan dengan bertambahnya umur seseorang dan proses kemunduran yang diikuti dengan munculnya gangguan fisiologis, penurunan fungsi, gangguan kognitif, gangguan afektif, dan gangguan psikososial. Negara Indonesia adalah Negara yang memiliki jumlah penduduk terpadat ke empat di dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta



1



jiwa pada tahun 2007, 7,5% atau 15 juta jiwa adalah penduduk lansia. Berdasarkan proyeksi Biro Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2005-2010 jumlah penduduk lanjut usia akan sama dengan jumlah balita, yaitu 8,5% dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Secara umum, tingkat kesehatan masyarakat Indonesia terkait erat dengan meningkatnya usia harapan hidup (UHH). Pada tahun 2004, UHH penduduk Indonesia adalah 66,2 tahun, kemudian meningkat menjadi 69,4 pada tahun 2006. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lansia akan mencapai 29 juta atau 11% dari total populasi.



1.2 Tujuan Pembelajaran 1. Mengetahui pendekatan kesehatan lanjut usia. 2. Mengetahui sumber pendidikan kesehatan lanjut usia.



2



BAB II PEMBAHASAN Pendidikan Kesehatan pada Lansia



2.1 Konsep Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sedang dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik. Menurut (Notoatmodjo. S, 2003: 20) a. Tujuan Pendidikan Kesehatan Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yang tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak, 2009). Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan WHO, tujuan pendidikan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya (Mubarak, 2009). b. Tempat Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan dapat berlangsung diberbagai tempat sehingga dengan sendirinya sasarannya juga berbeda. Misalnya:



3



1) Pendidikan Kesehatan di Keluarga 2) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran guru dan murid, yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam upaya kesehatan sekolah (UKS) 3) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di pusat kesehatan masyarakat, balai kesehatan, rumah sakit umum maupun khusus dengan sasaran pasien dan keluarga pasien 4) Pendidikan kesehatan di tempat – tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan 5) Pendidikan Kesehatan di tempat umum, misalnya pasar, terminal, bandar udara, tempat-tempat pembelanjaan, tempat tempat olah raga, taman kota ,WC dll. Pendidikan kesehatan adalah suatu komponen keperawatan gerontology yang esensial. Fokus dan tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk menggambarkan masalah, menyarankan perilaku koping dan memfasilitasi penguasaan dan pengendalian klien. Bagi lansia, pendidikan kesehatan ini mungkin untuk membantu orang yang mengalami penyakit kronis dalam beradaptasi terhadap penyakitnya, menghadapi masalah dan memahami proses yang berhubungan dengan penuaan. Hal ini juga berarti untuk membantu lansia mempertahankan kesehatan yang baik dan berfungsi mandiri serta hidup yang lebih sehat. Upaya pendidikan kesehatan menekankan pencegahan penyakit, mempertahankan kemampuan yang ada dan mencegah kerusakan yang dapat mengakibatkan disabilitas. Penelitian menunjukkan bahwa lansia menerima sebagian besar informasi kesehatan mereka dari media cetak, televise, anggota keluarga, teman dan dokter merupakan sumber umum berikutnya. Diindikasikan bahwa lansia membutuhkan informasi kesehatan yang lebih banyak, terutama dalam masalah biaya, penyakit di usia tua dan pengobatan.



4



2.2 Batasan Lansia a. Menurut WHO, batasan lansia meliputi: 1) Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun. 2) Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun. 3) Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun. 4) Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas. b. Menurut Dra.Jos Masdani (psikolog UI) Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian: 1) Fase iuventus antara 25dan 40 tahun 2) Verilitia antara 40 dan 50 tahun 3) Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun 4) Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia Perkembangan Lanjut Usia di Indonesia Tahun



Umur harapan hidup



1980



52,2



7,998



(5,45%)



1990



59,8



11.277



(6,29%)



2000



64,5



14,440



(7,18%)



2010



70,6



23,993



(9,77%)



2014



72



28,823



(11,34%)



5



Jumlah Usia (juta)



2.3 Pendidikan Kesehatan pada Lansia a. Mereka yang berusia 40-45 tahun ( menjelang usia lanjut/masa virilitas ) memerlukan informasi pengetahuan sebagai berikut : 1) Mengetahui sedini hasil mungkin adanya akibat proses penuaan, misalnya : adanya keluhan-keluhan : a) Mudah lelah, b) Nyeri dada, c) Berdebar-debar, d) Sesak nafas waktu melakukan kerja fisik dan lain-lain. 2) Mengetahui pentingnya pemeriksaan kesehatan secara berkala. 3) Melakukan latihan kesegaran jasmani. 4) Melakukan diet dengan menu yang seimbang. 5) Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat. 6) Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Mereka yang berusia 55-64 tahun ( masa presenium ) memerlukan informasi pengetahuan mengenai hal-hal sebagai berikut : 1) Pemeriksaan kesehatan secara berkala. 2) Perawatan gizi / diet menu seimbang. 3) Kegiatan olahraga / kesegaran jasmani. 4) Perlunya berbagai alat bantu untuk tetap berdaya guna. 5) Pengembangan hubungan sosial di masyarakat. 6) Peningkatan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. c. Mereka yang berusia 65 tahun ke atas dan kelompok risiko tinggi memerlukan informasi pengetahuan sebagai berikut : 1) Pembinaan diri sendiri dalam hal pemenuhan kebutuhan pribadi, aktivitas di dalam rumah maupun di luar rumah. 2) Pemakaian alat bantu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang ada pada mereka. 3) Pemeriksaan kesehatan secara berkala. 4) Perawatan fisioterapi di rumah sakit terdekat. 5) Latihan kesegaran jasmani.



6



6) Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.



Secara umum, tindakan-tindakan pencegahan praktis yang kiranya dapat dijalankan adalah sebagai berikut : a. Hindari Pola Hidup Tidak Sehat 1) Gaya Hidup (Pola Hidup) Perilaku tertentu yang telah berulangkali. Dilaksanakan, sehingga menjadi menetap dan rutin, sukar berubah (membudaya). Dilandasi oleh keyakinan yang kuat karena dorongan kebutuhan yang juga kuat Dan sistem nilai yang kokoh, sehingga seolah-olah menjadi “madat”, Tidak bisa hidup kalau tanpa perilaku tersebut WHO Penyakit Tidak Menular merupakan penyebab : 60% kematian 43% kesakitan didunia PTM di Indonesia cenderung meningkat a) penyebab utama kematian b) penyebab disabilitas Pola hidup tidak sehat seperti diet yang tidak sehat, ketidakaktifan fisik, merokok serta stres.



2) Pembudayaan dan Penerapan Gaya Hidup Sehat dan Aktif a) Kurangi konsumsi makanan tinggi lemak, gula, garam. Perbanyak makan sayur dan buah b) Aktif bergerak, perbaiki aktifitas fisik dan kebugaran jasmani, serta berolahraga secara teratur c) Atasi stress. Berhenti merokok, konsumsi alkohol dan narkoba d) Konsultasi kesehatan teratur (kunjungi posyandu lansia dan puskesmas santun lansia rutin )



7



b. Gizi Seimbang 1) Gizi seimbang pada lansia Kebutuhan gizi pd setiap dipengaruhi oleh : a) Faktor umur b) Jenis kelamin c) Kegiatan fisik d) Pekerjaan e) Iklim/suhu f) Kondisi fisik (sedang sakit/baru sembuh ) Tujuan



pemberian



gizi



seimbang



pada



lansia



untuk



mempertahankan fungsi tubuh, menjaga kesehatan, dan bahagia dihari tua, jadi bukan lagi untuk pertumbuhan. Syarat menu yang seimbang pada lansia menurut Nugroho (2008) antara lain: a) Mengandung zat gizi beraneka ragam bahan makanan yang terdiri atas zat tenaga, zat pembangunan, dan zat pengatur. b) Jumlah kalori yang baik untuk lansia adaah 50% dari hidrat arang yang merupakan hidrat arang kompleks (sayuran, kacangkacangan, dan biji- bijian). c) Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yaitu 25-30% dari total kalori. d) Jumlah protein yang baik dikonsumsi lanjut usia, yaitu 8-10% dari total kalori. e) Dianjurkan mengandung tinggi serat (selulosa) yang bersumber pada buah, sayur, dan macam-macam pati, yang dikonsumsi dalam jumlah besar secara bertahap. f) Bahan makanan tinggi kalsium, seperti susu non-fat, yoghurt, dan ikan. g) Makanan mengandung tinggi zat besi (Fe), seperti kacangkacangan, hati, daging, bayam, atau sayuran hijau. h) Membatasi penggunaan garam.



8



i) Bahan makanan sebaiknya dari bahan makanan yang segar dan mudah dicerna. j) Hindari bahan makanan yang tinggi mengandung alkohol. k) Pilih makanan yang mudah dikunyah seperti makanan lunak.



2) Diet dengan pedoman sebagai berikut : a) Susunan makanan yang beraneka ragam b) Mengurangi konsumsi gula c) Mengurangi konsumsi garam d) Mengurngi konsumsi lemak e) Meningkatkan serat dan pati sebagai sumber kalori f) Untuk menjaga disiplin, kiat yang dapat dijalankan adalah dengan 3 kali seminggu pada hari Senin, Rabu, Jumat tidak mengkonsumsi sama sekali makanan hewani. Sedangkan pada hari-hari lainnya berpedoman kepada apa yang disebutkan diatas. 3) Contoh Menu Sehat pada Lansia Pagi



: Bubur ayam komplit, susu



Jam 10.00



: Bubur kacang hijau



Siang



: Nasi Pepes ikan, Tahu isi Sup kimlo Pepaya



Jam 16.00



: Buah semangka



Malam



: Nasi, Soto Ayam, Perkedel , Pisang raja



c. Melakukan Aktifitas Fisik dan Olah Raga Olahraga secara teratur minimal 3 kali dalam seminggu yakni berjalan kaki, kalau bisa dengan kecepatan 6 km/jam selama 45 menit sampai 1 jam setiap kalinya. Kecepatan ini disesuaikan dengan kemampuan. Yang terpenting adalah teraturnya olahraga tersebut dijalankan. Jenis aktifitas fisik antara lain :



9



1) Melakukan pekerjaan rumah 2) Berjalan-jalan 3) Jogging atau lari dengan kecepatan sedang 4) Senam lansia 5) Berenang d. Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala 1) Manfaat pemeriksaan kesehatan a) Mengetahui keadaan kesehatan diri b) Mengetahui kelainan secara dini c) Mengobati sesegera mungkin bila ditemukan kelainan d) Memperoleh informasi tentang apa yang yang harus, tidak boleh serta bagaimana melakukannya. 2) Minimal pemeriksaan yang dilakukan : a) Pemeriksaan fisik, Berat badan dan tekanan darah b) Pemeriksaan Status Kemandirian c) Pemeriksaan Status Gizi d) Pemeriksaan fungsi indera penglihatan dan pendengaran e) Pemeriksaan laboratorium meliputi urin, glukosa darah f) Pemeriksaan mental psikologik



2.4 Hambatan-hambatan pembelajaran pada Lansia a. Gangguan memeori b. Gangguan penglihatan dan pendengaran c. Keletihan d. Kemampuan untuk belajar lebih lambat e. Perasaan dan sikap f. Penyakit, depresi, harga diri & budaya g. Faktor sosiologis dan psikologis



10



2.5 Strategi Pendidikan Untuk Menyesuaikan Efek Fisik Penuaan a. Dorong klien untuk menghubungkan materi materi b. Tingkatkan waktu untuk mengajarkan, terutama untuk ketrampilan psikomotor c. Hilangkan



distraksi



lingkungan,



seperti



proyektor



dan



tingkatan



kenyamanan fisik d. Pastikan kacamata bersih dan berada pada tempatnya e. Dorong klien untuk memberikan respons verbal f. Tetapkan tujuan yang mudah dijangkau g. Berikan waktu bagi orang tersebut untuk berespons h. Gunakan cahaya putih yang lembut untuk mengurangi sinar yang menyilaukan i. Koreksi jawaban yang salah dengan sgera dan sring berikan penguatan untuk jawaban yang benar j. Rangkum pada bagian akhir dan tinjau ualang semua pokok pokok utama k. Tawarkan minuman yang bergizi dan berikan waktu untuk ke kamar amndi l. Klarifikasi dengan contoh sehingga lansia dapat menghubungkannya dengan materi



2.6 Cara penyampaian pendidikan kesehatan pada Lansia 1. Bertatap muka 2. Pilih tempat yang terang 3. Matikan media kebisingan 4. Perhatikan intonasi 5. Menggunakan tulisan yang bisa dibaca/dimengerti dan menarik



11



2.7 Kunci Menuju Lansia yang Bahagia, Berguna dan Berkualitas Apa Itu Bahagia ? B : Berat badan (BB) berlebihan supaya dihindarkan A : Aturlah makanan hingga sesuai / kurangi lemak atau kolesterol H : Hindari faktor – faktor resiko penyakit jantung iskemik / koroner. A : Agar terus merasa berguna dengan mempunyai kegiatan / hobi yang bermanfaat G : Gerak badan teratur wajib terus dilakukan I : Ikuti nasehat dokter dan hindari situasi tegang A : Awasi kesehatan dengan memeriksakan badan secara periodic



12



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Pendidikan kesehatan adalah suatu komponen keperawatan gerontology yang esensial. Fokus dan tujuannya adalah: Untuk menggambarkan masalah, menyarankan perilaku koping, mefasilitasi penguasaan dan pengendalinan klien. Dalam hal ini bagi lansia pendidikan kesehatan tidak hanya untuk membantu orang yang mengalami penyakit krois dan beradaptasi terhadap penyakitnya, menghadapi masalah, dan memahami proses yang berhubungan dengan penuaan, tetapi juga berarti untuk membantu lansia mempertahankan kesehatan yang baik dan berfungsi mandiri serta hidup yang lebih panjang, hidup lebih sehat.



B. Saran Kelompok menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kelompok sangat mengharapkankan saran dan kritik dari berbagai pihak agar kelompok bisa lebih baik ke depannya.



13



DAFTAR PUSTAKA



Departemen Kesehatan RI. 1990). Perawatan Kesehatan Masyarakat, Seri A : Petunjuk Pelaksanaan Kelompok Di Puskesmas. Jakarta : Ditjen Binkesmas. Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta : Penerbit Salemba Medika. M.S Muchtadi Deddy. 2009. Gizi Anti Penuaan Dini. Bandung : Penerbit Alfabeta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nugroho, Wahyu. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : EGC. Republik Indonesia. 1998. Undang-Undang No. 13 tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Jakarta : Sekretariat Negara. Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Jakarta : Sekretariat Negara.



14