Terapi Spiritual Pada Lansia Kelompok 13 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TERAPI SPIRITUAL PADA LANSIA



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 12 1. ELITA



1814401036



2. DHEA MARCJOVA



1814401037



3. SUCI TRI LESTARI



1814401038



POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG PRODI DIII KEPERAWATAN TJK TH 2020/2021



BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel stomatik yang diawali oleh adanya disfungsi sel hingga terjadi difungsi organ dan pada akhirnya akan meningkatkan resiko kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, proses penuaan merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversible serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Jumlah lansia yang semakin bertambah di Indonesia menyebabkan tingkat kesejahteraan mereka kurang diperhatikan, berdasarkan U.S. Cencus Bureu, International Data Base 2009 jumlah lansia di Indonesia adalah terbesar ke empat di dunia. Berdasarkan status perkembangan tubuh dan jiwa, tentunya lansia memiliki perubahan yang cukup signifikan. Mulai dari penuaan hingga rusaknya system yang bekerja dalam tubuh, tak kalah pentingnya adalah perubahan psikososial dalam usaha menerima perubahan status kesehatan. B. Rumusan masalah Bagaimana terapi masalah spiritual pada lansia ? C. Tujuan Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan dalam masalah dan terapi spiritual pada lansia



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian lansia Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak  perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerutkerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak (Soejono, 2000). Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari rentangkehidupan. Lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004). B. Konsep spiritual 1. Pengertian spiritual Spiritual adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu. Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertingggi seorang manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi: kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan



aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan spiritual seseorang, dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang, kedamaian, toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan hidup yang jelas (Maslow 1970, dikutip dari prijaksono, 2003) 2. Aspek spiritualitas Menurut Burkhardt (dalam Hamid, 2000) spiritualitasmeliputi aspek sebagaiberikut : 1) Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan 2) Menemukan arti dan tujuan hidup 3) Menyadari



kemampuan



untuk



menggunakan



sumber



dan



kekuatan dalam diri sendiri 4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang MahaTinggi. 3. Kebutuhan spiritual Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan rnemenuhi kewajiban agama s serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf (Kozier,2004). Menginventarisasi 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia (Clinebell dalam Hawari, 2002), yaitu : a) Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan inisecara terus-menerus diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalahibadah. b) Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk menemukan makna hidup dalam membangun hubungan yang selaras dengan Tuhannya (vertikal) dan sesama manusia (horisontat) serta alamsekitaraya c) Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan



keseharian, pengalaman agama integratif antara ritual peribadatan dengan pengalaman dalam kehidupansehari-hari. d) Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan hubungan dengan Tuhan, tujuannya agar keimanan seseorang tidakmelemah. e) Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. rasa bersaiah dan berdosa ini merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak



baik



bagikesehatanjiwaseseorang.Kebutuhaninimencakupduahalyaitu pertama secara vertikal adalah kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah, dan berdosa kepada Tuhan. Kedua secara horisontal yaitu bebas dari rasa bersalah kepada oranglain f) Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri {self acceptance dan self esteem), setiap orang ingin dihargai, diterima, dan diakui oleh lingkungannya. g) Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan masa depan. Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu jangka pendek (hidup didunia) dan jangka panjang (hidupdiakhirat). Hidup di dunia sifatnya sementara yang merupakan persiapan bagi kehidupan yang kekal di akhiratnanti. h) Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi sebagai pribadi yang utuh. Di hadapan Tuhan, derajat ataukedudukan manusia didasarkan pada tingkat keimanan seseorang.



Apabila



seseoranginginagarderajatnyalebihtinggidihadapanTuhanmakadia senantiasa menjaga dan meningkatkankeimanannya. C. Masalah spiritual pada lansia Permasalahan terbesar yang dialami lansia pada dasarnya sama yaitu menyiapkan kematian yang notabene akan dialami oleh semua orang, namun hal ini menjadi berbeda pada lansia karena sebagian besar lansia berpikir bahwa “yang tua akan cepat mati” hal inilah yang menjadikan lansia memiliki dua sudut pandang berbeda. Pada lansia dengan



tingkat spiritual yang tinggi maka akan dapat menerima kenyataan yang akan diterimanya nanti dan siap dalam menghadapi kematian, sedangkan pada lansia dengan tingkat spiritual yang rendah maka mereka akan sulit dalam menerima keadaan yang menimbulkan kemungkinan terburuk yaitu menyalahkan takdir Allah SWT. Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian, DR. Tony styobuhi mengemukakn bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam faktor, seperti ketidak pastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi bengan keluatga dan lingkungan sekitarnya. Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini. Adapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia. Umumnya pada waktu kematian akan datang agama atau kepercayaan seseorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran seorang iman sangat perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia. Dengan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka. D. Terapi spiritual pada lansia Perawat yang notabane adalah member perawatan secara holistic kepada klien dari segi bio-siko-sosial-spiritual makan pada permasalahan inilah perawat harus mampu memberikan pelayanan spiritual secara komplit kepada lansia guna membangun koping individu. Pada permasalahan yang dihadapi lansia inilah perawat perlu mencari alternatif terbaik yang dapat diberikan kepada lansia agar dapat meningkatkan koping terhadap perubahan yang mereka alami. Salah satu alternatif yang dapat diberikan untuk peningkatan tingkat spiritual pada lansia adalah metode “Spiritual night care”. Beradasarkan penelitian Ramachandran 1995, diketahui bahwa pada lobus temporal manusia terdapat Gog Spot yang membuat manusia selalu terkait dengan Tuhan-nya. Penelitian inilah yang mendasari tercetusnya ide penerapan metode “Spiritual night care”



dalam membangun tingkat spiritual pada lansia sehingga mampu menerima perubahan yang terjadi pada diri mereka. Metode ini dijalankan dengan cara membiasakan lansia untuk mendengarkan atau lebih baiknya membaca ayat-ayat Al-Quran bersama sehingga akan terbentuk ketenangan jiwa yang akan berdampak langsung pada kedekatan dengan Allah SWT. Selain hal ini, kegiatan lain yang akan diterapkan pada metode ini adalah terapi zikir malam bersama sehingga hubungan langsung antara pasien dan Allah pun akan berlangsung dengan baik. Peran perawat disini adalah membimbing pasien dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, walau notabene perawat belum memiliki skill khusus mengenai terapi ini paling tidak setiap muslim bisa membaca Al-Quran dan berzikir sehingga tidak terdapat alas an tidak bisa bagi perawat dalam membimbing pasien. 1) Penerapan Metode Pembacaan Ayat Al-Quran Menjelang Tidur Lansia Konferensi Kedokteran Indonesia Islam Amerika Utara pada tahun 1994, menyebutkan bahwa Al-Quran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi yang mendengarkannya. Ketenangan jiwa merupakan salah satu efek penting yang harud didapatkan oleh lansia sehingga mereka akan dapat menjalankan hidup meraka dengan lebih dekat kepada Allah dan meningkatkan kemampuan mereka dalam koping individu dalam penerimaan perubahan tubuh. Malam hari menjelang tidur merupakan waktu yang tepat dalam pelaksanaan terapi hal ini, karena pada waktu inilah seluruh kegiatan telah selesai dilaksanakan sehingga focus fikiran tidak akan terbagi untuk kegiatan lain. Saat tenang sebelum tidur ini kita manfaatkan untuk memberikan terapi membaca bersama atau mendengar lantunan ayat suci Al-Quran sehingga terbangun kualitas spiritual yang baik menjelang tidur. Hasil yang diharapkan dari terapi ini adalah peningkatan kualitas tidur pasien sehingga waktu terjaga hingga terbangun pada malam hari lansia dapat merasakan ketenangan jiwa dan siap menjalani aktivitas pagi selanjutnya. Terdapat dua metode pelaksanaan terapi ini yang pertama adalah perawat mengajak lansia untuk mengaji surat-surat pendek secara bersama, perawat meluangkan waktu sekitar lima belas menit untuk mengaji bersama lansia dan memberikan kesempatan pada lansia untuk menceritakan sedikit keluhan yang ia rasakan sepanjang hari tersebut. Selain mengaji bersama kegiatan “curah” antara klien lansia dengan perawat akan membantu lansia untuk meluapkan perasaan dan membangun kedekatan serta kepercayaan kepada



perawat. Metode kedua adalah berkumpul bersama melakukan meditasi bersama saling “curhat” antar teman dengan perawat sebagai pendamping dan advokat bagi klien lansia. Metode kedua ini cocok diterapkan pada lansia yang tinggal bersama di panti jompo. 2) Penerapan Metode Zikir Sesaat Setelah Terbangun Penerapan “Spiritual Night Care” dibagi menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan malam menjelang tidur sebagai bentuk evaluasi dan penanaman jiwa spiritual. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan malam setelah tidur guna membentuk emosi spiritual yang stabil dalam menjalankan kegiatannya dalam sehari ini. Doa dan dzikir merupakan terapi psikoreligius yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme yang paling penting selain obat dan tindakan medis. Melihat khasiat yang begitu menakjubkan dari kegiatan berdzikir maka klien lansia diwajibkan untuk menerima program dzikir rutin bersama dengan bimbingan perawat. Kegiatan setelah bangun menjelang shalat subuh ini dilakukan melalui tiga tahapan yaitu zikir sebelum shalat subuh, shalat subuh dan mindset kegiatan yang akan dilakukan sehari ini. Kegiatan pertama yaitu berdzikir, kegiatan kedua setelah dzikir adalah shalat subuh berjamaah, selain pahala yang berlipat yang didapatkan maka rasa kebersamaan antara perawat dank lien lansia dapat terbangun dengan baik. Kegiatan ketiga adalah kegiatan yang cukup penting karena pada kegiatan inilah perawat berperan dalam membantu lansia membangun mindset kegiatan yang akan dialami dalam sehari ini. Saat mindset kegiatan keseharian terbangun dengan baik maka klien akan cenderung terbawa pola



piker kebaikan yang akan di alami dan cenderung mindset menjadi sebuah



kenyataan, karena persepsi cenderung membawa aksi. Bila pada penanaman pola piker kita sebagai perawat menanamkan motivasi spiritual bahwa Allah akan memberikan kebaikan maka tingkat spiritual kita dalam meyakini kebaikan Allah dapat meningkat. 3) Pendekatan Konseling Spiritual Konseling spiritual berlandaskan kepada pandangan tentang tuhan,hakekat manusia,tujuan hidup, spiritualitas ,moralitas dan hidup setelah mati. secara umum konseling spiritual atau keagamaan dilakukan dengan tujuan untuk memfasilitasi dan meningkatkan kemampuan klien untuk mengembangkan kesadaran beragama atau spiritualitasnya dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya, sehingga dapat mencapai kehidupan yang bermakna. Kesadaran beragama atau spiritualitas klien yang



baik



diyakini akan berpengaruh secara positif dan fungsional terhadap aspek-aspek



kehidupan pribadilainnya. Sedangkan secara khusus konseling spiritual bertujuan sebagai berikut: 1. Pengalaman dan pemantapan identitas spiritual atau keyakinannya kepada Tuhan. 2. Memperoleh bimbingan dan kekuatan dari Tuhan dalam mengatasi masalah dan mengembangkandirinya. 3. Memperoleh dukungan sosial dan emosional, sehinggga memiliki kekuatan untuk mengatasimasalah. 4. Menguji dan memperbaiki keyakinan dan praktik-praktik spiritualnya yang tidak berfungsi dangan baik (disfungsional). 5. Menerima tanggung jawab dan memperbaiki kekeliruan sikap dan perilakunya yang mementingkan diri sendiri(selfish). 6. Mengembangkan dirinya dalam kebenaran dan komitmen terhadap keyakinan, nilai-nilai keyakinan atau spiritualitasnya. 7. Mengaktualisasikan



nilai-nilai keyakinan atau



spiritualitas



keagamaan



dalam membangun kehidupan bersama yang sejahtera. ”. (Syamsu Yusuf L.N; 2009;40). 4) bimbingan dan penyuluhan islam Untuk mengatasi problem lansia bimbingan penyuluhan islam dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman



diri dan lingkungannya serta mampu



mengatasi berbagai permasalahan sehingga dapat mencapai kesejahteraan tersebut .semakin dekat seseorang kepada tuhan dan semakin banyak ibadahnya ,maka akan semakin tentramlah jiwanya. Bimbingan dan penyuluhan islam sendiri merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada individu dalam hal ini adalah lansia sekelompok lansia dengan cara memberikan informasi yang telah ditetapkan sebagai hukum al qur’an dan sunnah yang kemudian memberikan motivasi untuk terus bersemangat menjalani kehidupan hingga kesejahteraan usia akhir tercapai . Bimbingan merupakan salah satu bentuk pelayanan sosial yang di berikan dalam upaya memenuhi kebutuhan penerima manfaat (PM) .pemberian bimbingan diberikan sebagai pemenuhan kebutuhan lansia. Tidak hanya itu bimbingan tidak akan terlepas dari penyuluhan yang artinya penerangan. Penerangan penulis artikan sebagai motivasi yang



berarti upaya pemberian semangat kepada lansia dalam menjalani kehidupan akhirnya. Penekanan dalam arti penyuluhan ,artinya ketika seseorang pembimbing memberikan bimbingan dia akan mampu memberikan semangat ataupun motivasi kepada PM dalam menjalani kehidupan. Dari itu bimbingan dan pemberian penerangan atau penyuluhan adalah salah satu cara memberikan solusi dalam membantu seseorang mencapai derajat kesejahteraan . Bimbingan penyuluhan dapat menjadi solusi dalam mengatasi problem psikospiritual lansia.ketika kita membicarakan tentang bimbingan spiritual ,maka ada berbagai macam yang terkaitkan dengan spiritual seseuai dengan kebutuhan pula. Dalam pemberian pelayanan keagamaan ,bimbingan spiritual diarahkan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mengenai agama . E. Peran Perawat Dalam Pemenuhan KebutuhanSpiritual MenurutUndang-undangKesehatanNo.23tahun1992bahwaPerawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Aktifitas keperawatan meliputi peran dan fungsi pemberian asuhan atau pelayanan keperawatan, praktek keperawatan, pengelolaan institusi keperawatan, pendidikan klien (individu, keluarga dan masyarakat) serta kegiatan penelitian dibidang keperawatan (Gaffar,1999). Dalam hal ini klien dianggap sebagai tookh utama (centralfigure) dan menyadari bahwa tim kesehatan pada pokoknya adalah membantu tokoh utama tadi. Usaha perawat menjadi sia-sia bila klien tidak mengerti, tidak menerima atau menolak atas asuhan keperawatan, karenanya jangan sampai muncul klien tergantung pada perawat/tim kesehatan. Jadi pada dasarnya tanggung jawab seorang perawat adalah menolong klien dalam membantu klien dalam menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dia lakukan tanpabantuan. Perawat dapat melakukan beberapa hal yang dapat membantu kemampuan untuk memenuhi kebutuhan klien, diantaranya: Menciptakanrasa kekeluargaan dengan klien, berusaha mengerti maksud klien, berusaha untuk selalu peka terhadap ekspresi non verbal, berusaha mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya,



berusaha mengenal dan menghargai klien. Mengingat perawat merupakan orang pertama dan secara konsisten selama 24 jam sehari menjalin kontak dengan pasien, sehingga dia sangat berperan dalam membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Menurut Andrew dan Boyle (2002) pemenuhan kebutuhan spiritual memerlukan hubungan interpersonal, oleh karena itu perawat sebagai satu-satunya petugas kesehatan yang berinteraksi dengan pasien selama 24 jam maka perawat adalah orang yang tepat untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Kebutuhan spiritual klien sering ditemui oleh perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi pelayanan atau asuahn keperawatan. Hal ini perawat menjadi contoh peran spiritual bagi klienya. Perawat harus mempunyai pegangan tentang keyakianan spiritual yang memenuhi kebutuhanya untuk mendapatkan arti dan tujuan hidup, mencintai, dan berhubungan serta pengampunan (Hamid, 2000). Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan, dan peneliti yang dapat digambarkan sebagai berikut (Hidayat, 2008): 1. Peran Sebagai Pemberi AsuhanKeperawatan Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan keadaan dasar manusia yang dibutuhkan



melalui



pemberian



pelayanan



keperawatan



dengan



menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang sesuai dengan kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. 2. Peran Sebagai AdvokatKlien Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien, juga dapat berperan



mempertahankan dan melindungi hak-hak pasian yang meliputi hak atas peleyanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian. 3. Peran Edukator Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit, bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah mendapatkan pendidikan kesehatan. 4. Peran Koordinator Peran ini dilaksakan dengan mengarahkan, merencanakan, serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien. 5. Peran Kolaborator Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalaui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fiisoterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan



berupaya



mengidentifikasi



pelayanan



keperawatan



yang



diperlukan termasuk diskusi, atau bertukar pendapat dalam bentuk pelayanan selanjutnya. 6. Peran Konsultan Peran perawat sebagai konsultan adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. 7. Peran Pembaharu Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pada kelompok lansia saat menghadapi sakit dan kematian, lansia lebih cenderung: mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama, berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda, perasaan kehilangan karrena pension dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain (saudara, sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri, perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih sapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000) B. Saran Sebagai perawat professional kita harus melakukan hal yang memang dibutuhkan oleh pasien termasuk salah satunya adalah melakukan asuhan keperawatan spiritual, jangan hanya mementingkan kepentingan bisnis yang berorientasi pada material saja.



DAFTAR PUSTAKA



McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise, Missouri : Mosby, Inc. NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006. Philadelphia : NANDA International. Nugroho,Wahjudi. 1999. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Jakarta;EGC.