26 0 21 KB
Oleh Mustofa Bisri, 2001
Anakku.. Seperti kata seorang pujangga Kau bukan milikku Kau adalah anak jamanmu Seperti aku adalah anak jamanku
Tapi anakku.. Kau bisa belajar dari jamanku Untuk membangun jamanmu Kau bisa membuang sampah jamanku Untuk membersihkan jamanmu Dan mengambil mutiara-mutiaranya Untuk memperindahnya
Anakku Sejak jaman nenek moyangmu Kemerdekaan merupakan dambaan Bersyukurlah ini Kemerdekaan telah berada di tanganmu
Kemerdekaan jika kau tahu hakekatnya oh anakku Bisa membuatmu kuat, liat Bisa membuatmu kreatif dan giat
Kemerdekaan adalah pusakamu paling keramat
Tapi anakku.. Apakah kau sudah benar-benar merdeka Atau baru merasa merdeka Ketahuilah anakku Merdeka bukan berarti boleh berbuat sekehendak hati
Jika demikian kemerdekaan Tak ada bedanya dengan anarki Karena kau tak hidup sendiri Bagiku menabrak kemerdekaan pihak lain Kemerdekaanmu harus berhenti
Ingatlah anakku.. Kau tak akan pernah benar-benar merdeka Sebelum kau mampu Melepaskan diri dari belenggu perbudakan Oleh selain Tuhanmu
Termasuk penjajahan Oleh nafsumu sendiri Jadilah hanya hamba Tuhanmu Maka kau akan benar-benar merdeka
Oh anakku.. Sejak jaman nenek moyangmu Orang merdeka sekalipun Tak mampu membangun kehidupan Bila kebenaran dan keadilan tak ditegakkan
Sedangkan kebenaran dan keadilan Tak pernah bisa ditegakkan Tak bisa ditegakkan dengan kebencian Tak bisa...Tak bisa..tak bisa ditegakan dengan kebencian
Anakku.. Kebenaran dan keadilan bagi kebahagiaan hidup bersama Hanya bisa ditegakkan dengan kasih sayang Karena kasih sayang berasal dari Tuhan Dan kebencian dari setan
Anakku.. Ada seratus kasih sayang Tuhan Satu diantaranya diturunkan ke bumi Dianugerahkan kepada mereka yang Ia kehendaki dan Ia kasihi Termasuk induk kuda yang sangat hati-hati Meletakkan kakinya takut menginjak anaknya sendiri
Alhamdulillah Aku dan ibumu ..Tsuroiya Mendapatkan itu Karena itu mengasihi dan menyayangimu
Harapan dan doa kami Kaupun mendapatkan bagian Kasih sayang itu Untuk mengasihi menyayangi suamimu Anak-anakmu dan sesamamu