Kepemimpinan Dalam Pendidikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Manajemen Pendidikan



Dosen Pengampu : Firda Nur Fahmi, S.Pd.I, M. Pd.



Di susun Oleh : Kelompok 5 1. SITI WULANSARI



(17054002)



2. VIVIN AYU LESTARI



(17054012)



3. LIA SAFITRI



(17054004)



PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN 2020



i



KATA PENGANTAR Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Semoga sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, dan karena rahmat dan hidayah-Nya kami telah diberi kemudahan dalam



menyelesaikan



tugas



makalah



dengan



tepat



waktu yang



berjudul



“Kepemimpinan Pendidikan”. Untuk memenuhi tugas mata kuliah ibu Firda Nur Fahmi, S.Pd.I, M.Pd.I, selaku Dosen mata kuliah ”Manajemen Pendidikan”. Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai referensi, sehingga dapat mempelancar penulis untuk menyelesaikan tugasnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan orang lain. Kami juga meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kekurangan dari makalah ini, baik dari penulisanya atau dari pembahasannya. Kritik dan saran dari pembaca kami butuhkan guna perbaikan pada makalah selanjutnya.



Lamongan, November 2020



Penulis



ii



DAFTAR ISI



Cover.................................................................................................................i Kata Pengantar..................................................................................................ii Daftar Isi...........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1 A. Latar Belakang......................................................................................1 B. Rumusan Masalah.................................................................................2 C. Tujuan ..................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3 A. Pengertian Kepemimpinan....................................................................3 B. Studi Pendekatan Kepemimpinan.........................................................4 C. Perbedaan Kepemimpinan Dengan Manajemen...................................15 D. Kepemimpinan Pendidikan Di Sekolah................................................17 BAB III PENUTUP..........................................................................................22 A. Kesimpulan ..........................................................................................22 B. Saran.....................................................................................................23 Daftar Pustaka ..................................................................................................24



iii



BAB 1 PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia agar memiliki sifat yang lebih terarah. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia dalam berhubungan, bersikap, bertindak, dan berpikir. Pendidikan pertama kali didapatkan dari rumah, lalu dilanjutkan disekolah atau di tempat pendidikan lainnya. Kepemimpinan dalam manajemen pendidikan sangat diperlukan di dalam manajemen pendidikan karena pada dasarnya setiap instasi atau lembaga pendidikan diperlukan sebuah figure seorang pemimpin. Dalam suatu kelompok atau organisasi, terdapat tujuan yang ingin dicapai secara bersama, tak terkecuali dalam pendidikan di sekolah. Pencapaian tujuan tersebut efektif apabila melibatkan semua elemen yang ada di dalamnya. Dalam pendidikan diperlukan pemimpin untuk mengarahkan agar pendidikan berjalan dengan baik dan lancar. Pendidikan layaknya dijalani seperti organisasi dimana pemimpin menjadi komandan dalam mengarahkan bagaimana layaknya pendidikan dijalankan. Seorang pemimpin diangkat karena memiliki kemampuan lebih dalam mengatur dan mengarahkan orang lain dan mampu menjadi representative dari kebutuhan organisasi dalam mencapai tujuannya, begitu pun dalam pendidikan juga diperlukan seorang pemimpin. Setidaknya ada empat alasan mengapa seorang pemimpin dipelukan, yaitu: (1) karena banyak orang memerlukan figure pemimpin, (2) dalam beberapa situasi, seorang pemimpin perlu untuk mewakili kelompoknya, (3) sebagai tempat pengambilan resiko bila terjadi tekanan tergadap kelompoknya, (4) sebagai tempat meletakkan



1



kekuasaan. Berdasarkan alasan tersebut, memberikan dorongan kepada kita akan pentingnya memahami sosok dan peran seorang pemimpin dalam organisasi khususnya dalam pendidikan. Oleh karena itu memahami dan mengetahui apakah pemimpin dan kepemimpinan itu menjadi suatu keharusan dalam kehidupan berorganisasi khususnya dalam kependidikan. Dalam makalah ini akan membahas mengenai kepemimpinan dalam pendidikan, khususnya menjelaskan tentang studi kepemimpinan dalam pendidikan yang dalam uraiannya menjelaskan mengenai konsep dasar kepemimpinan,



pendekatan-pendekatan



untuk



memahami



perilaku



kepemimpinan, menjelaskan perbedaan antara pemimpin dan manajer serta pemimpin dalam pendidikan, khususnya mengenai kekepalasekolahan. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian dari kepemimpinan itu? 2. Bagaimana studi pendekatan kepemimpinan itu? 3. Bagaimana perbedaan kepemimpinan dengan manajemen itu? 4. Bagaimana kepemimpinan pendidikan di sekolah itu? C. TUJUAN Adapaun tujuan masalahnya yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengertian dari kepemimpinan. 2. Untuk mengetahui studi pendekatan kepemimpinan. 3. Untuk mengetahui perbedaan kepemimpinan dengan manajemen. 4. Untuk mengetahui kepemimpinan pendidikan di sekolah.



2



BAB II PEMBAHASAN



A.



PENGERTIAN KEPEMIMPINAN Istilah pemimpin dan kepemimpinan memiliki kata dasar yang sama, tetapi mempunyai makna berbeda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemimpin adalah orang yang memberikan bimbingan, menuntun, mengarahkan, dan berjalan di depan (precede). Pemimpin berperilaku untuk membantu orang lain dalam suatu organisasi dengan kemampuan maksimal untuk mencapai tujuan. Menurut Syephen P. Robbins (2006), kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi sekelompok anggota agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran1. Jadi kepemimpinan dapat menentutakan suatu organisasi dapat mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan. Menurut Bafadal (2003) menjelaskan bahwa kepemimpinan sebagai keseluruhan proses memengaruhi, mendorong, nebgajak dan menggerakkan serta menuntun orang lain dalam proses kerja agar berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Denim dan Suparno (2009), kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan memengaruhi dan memberi arah yang terkandung di dalam diri pribadi pemimpin2. Berdasarkan pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu preses yang dilakukan untuk memengaruhi seseorang atau sekelompok orang untuk bekerja secara bersama-sama tanpa paksaan dalam mencapai tujuan dari suatu organisasi. Kepemimpinan bermakna proses, jika dipusatkan pada mengarahkan dan memengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerja para anggota dalam organisasi. Implikasi yang terkandung yaitu, kepemimpinan itu Andang, Manajeman & Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 38 2 Ibid, hlm.38 1



3



melibatkan orang lain, kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang. Dengan demikian, hakikat kepemimpinan adalah3: 1) Proses memengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi 2) Seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormataan, dan kerjasama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama. 3) Kemampuan untuk memengaruhi, memberi inspirasi, dan mengarahkan tindakan seseorangatau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 4) Melibatkan tiga hal, yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi tertentu. 5) Kemampuan untuk memengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. B.



STUDI PENDEKATAN KEPEMIMPINAN Konsep kepemimpinan dan pemilihan metodologiyang dipakai. Fred E. Fiedler



dan



Martin



M.



Effective



Management



sebagaimana



dikutip



Wahjosumidjo (2011), mengemukakan bahwa personal utama kepemimpinan dapat dibagi ke dalam tiga pertanyaan pokok4. 1) Bagaimana Seseorang Dapat Menjadi Pemimpin Pentingnya



kedudukan



pemempin



dalam



suatu



organisasi



menyebabkan diperlukanya seorang pemimpin. Seseorangdiangkat menjadi pemimpin karena adanya suatu kepercayaan dari bawahan akan kelayakan dan kecakapannya dalam memimpin. Di samping itu, seorang pemimpin diangkat karena dilihat dari sifat dan karakteristik keperibadianya, serta kemampuan berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain . 2) Bagaimana Para Pemimpin Itu Berpilaku Kegiatan pemimpin dalam melakukan manajemen organisasinya mulai dari pengambilan keputusan sampai pada pelaksanaaan dan evaluasi kerja



3 4



Ibid, hlm. 39 Ibid, hlm. 40-41



4



menunjukkan suatu perilaku. Perilaku pemimpin dari suatu organisasi menjadi sorotan dan mempengaruhitimbulnya perilaku anggota kelompok. 3) Apa yang Membuat Pemimpin Berhasil Seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya memerlukan kreteria-kreteria



tertentu



yang



merupakan



faktor



pendukung



keberhasilannya, bik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal



adalah



faktor



yang



ada



dalam



dirinya,



seperti



sifat,



kemampuanpribadi, motivasi dalam melaksankan tugas. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri pemimpin yang membuatpemimpin berhasil, seperti hubungannya dengan orang lain atau dukungan jaringan. Agar pelaksanaan kepemimpinan dapat dilaksankan dengan efektif dan efesien . berikut ini dijelaskan mengenai teori kepemimpinan. 1. Teori kepemimpinan Ada beberapa teori kepemimpinan, di antaranya sebagai berikut:5 a) Teori Sifat Teori yang berusaha untuk mengidentifikasikan karakteristik khas (fisik, mental, kepribadian) yang diasosiasikan dengan keberhasilan kepemimpinan. Mengandalkan pada penelitian yang menghubungkan berbagai sifat dengan kriteria sukses tertentu. Teori ini menekankan pada atribut-atribut pribadi dari para pemimpin. Dasar dari teori ini adalah asumsi bahwa beberapa orang merupakan pemimpin alamiah dan dianugerahi beberapa ciri yang tidak dipunyai orang lain seperti energi yang tiada habishabisnya, intuisi yang mendalam, pandangan masa depan yang luar biasa dan kekuatan persuasife yang tidak tertahankan. Teori kepemiminan ini menyatakan bahwa keberhasilan manajerial disebabkan oleh dimilikinya kemampua-kemampuan luar biasa dari seorang pemimpin yakni: 



Inteligensi



E. Syarifudin, Teori Kepemimpinan, Al-Qalam, Vol.21 No. 102, Desember 2004, hlm. 465467 from: https://media.neliti.com /media/publication s/282861/teori-kepemimpinan.pdf. (diakses pada tanggal 18 November 2020). 5



5



Dalam ulasan 33 studi, Ralph Stogdill menemukan bahwa para pemimpin lebih pintar dari pengikut-pengikutnya. Satu penemuan yang signifikan adalah adanya. perbedaan inteligensia yang ekstrim antara pemimpin dan pengikut yang dapat menimbulkan gangguan. Sebagai contoh, seorang pemimpin dengan IQ yang cukup tinggi berusaha untuk mempengaruhi suatu kelompok yang anggotanya memiliki IQ rata-rata kemungkinan tidak akan mengerti mengapa anggota-anggotanya tidak memahami persoalannya. 



Kepribadian Beberapa hasil penelitian menyiratkan bahwa sifat kepribadian seperti kesiagaan, keaslian, integritas pribadi, dan percaya diri diasosiasikan dengan kepemimpinan yang efektif.







Karakteristik fisik Studi mengenai hubungan antara kepemimpinan yang efektif dan karakteristik fisik seperti usia, tinggi badan, berat badan, dan penampilan memberikan hasil-hasil yang bertolak belakang. Menjadi lebih tinggi dan lebih berat dari rata-rata kelompoknya tentu saja tidak menguntungkan untuk meraih posisi pemimpin.



b) Teori Pribadi-Perilaku Di akhir tahun 1940-an para peneliti mulai mengeksplorasi pemikiran bahwa



bagaimana



seseorang



berperilaku



menentukan



keefektifan



kepemimpinan seseorang. Daripada berusaha menemukan sifat-sifat, mereka meneliti pengaruhnya pada prestasi dan kepuasan dari pengikut-pengikutnya. 



Studi dari University of Michigan Telaah kepemimpinan yang dilakukan pada Pusat Riset dan Survei Universitas Michigan, mempunyai sasaran: melokasi karakteristik perilaku kepemimpinan yang tampaknya dikaitkan dengan ukuran keefektifan kinerja. Melalui wawancara dengan pemimpin dan pengikutnya, para peneliti mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan yang berbecla, disebut sebagai job-centered



(berorientasi



pada



pekerjaan)



dan



emplqyee-centered 6



(berorientasi pada karyawan). Pemimpin yang job-centered (berorientasi pada tugas) menerapkan pengawasan ketat sehingga bawahan melakukan tugasnya dengan menggunakan prosedur yang telah ditentukan. Pemimpin ini mengandalkan



kekuatan



paksaan,



imbalan,



dan



hukuman



untuk



mempengaruhi sifat-sifat dan prestasi pengikutnya. Perhatian pada orang dilihat sebagai suatu hal mewah yang tidak dapat selalu dipenuhi oleh pemimpin.



Pemimpin



yang



berorientasi



karyawan



percaya



dalam



mendelegasikan pengambilan keputusan dan membantu pengikutnya dalam memuaskan kebutuhannya dengan cara membentuk suatu lingkungan kerja yang suportif. Pemimpin yang berpusat pada karyawan memiliki perhatian terhadap kemajuan, pertumbuhan dan prestasi pribadi pengikutnya. Tindakantindakan ini diasumsikan dapat memajukan pembentukan dan perkembangan kelompok. 



Studi dari Ohio State University Di antara beberapa program besar penelitian kepemimpinan yang terbentuk setelah Perang Dunia II, satu yang paling signifikan adalah penelitian yang dipimpin oleh Fleishman dan rekan-rekannya di Ohio State University (dikutip dari buku Organisasi). Program ini menghasilkan perkembangan teori dua faktor dari kepemimpinan. Suatu seri penelitian mengisolasikan dua faktor kepemimpinan, disebut sebagai membentuk struktur dan konsiderasi. a) Membentuk struktur, melibatkan perilaku di mana pemimpin mengorganisasikan dan mendefinisikan hubungan-hubungan di dalam kelompok, cenderung membangun pola dan saluran komunikasi yang jelas, dan menjelaskan cara-cara mengerjakan tugas yang benar. Pemimpin yang memiliki kecenderungan membentuk struktur yang tinggi, akan memfokuskan pada tujuan dan hasil. b) Konsiderasi, melibatkan perilaku yang menunjukkan persahabatan, saling percaya, menghargai, kehangatan, dan komunikasi antara pemimpin dan pengikutnya. Pemimpin yang memiliki konsiderasi tinggi menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan partisipasi. 7



c) Teori Kepemimpinan Situasional Suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum mengunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini mensyaratkan pemimpin untuk memiliki keterampilan diagnostik dalam perilaku manusia. 2. Tipe dan Gaya Kepemimpinan Dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, akan berlangsung aktivitas-aktivitas kepemimpinan titik dari aktivitas tersebut dapat terlihat gaya kepemimpinan yang diterapkan dengan pola masing-masing oleh pemimpin gaya kepemimpinan tersebut antara lain sebagai berikut6: a) Gaya pemimpin yang berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas. Seorang pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi organisasi menggunakan gaya kepemimpinan yang didasarkan hanya pada cara pelaksanaan tugas organisasi dapat diselesaikan. b) Gaya



kepemimpinan



yang berpola



pada



pelaksanaan



hubungan



kerjasama. Seorang pemimpin dalam mencapai tujuan organisasinya menggunakan gaya kepemimpinan yang didasarkan pada pelaksanaan hubungan kerjasama makin baik hubungan kerjasama yang dilakukan baik secara internal maupun secara eksternal maka semakin efektif tujuan organisasi yang dicapai. c) Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang dicapai. Seorang pemimpin dalam mencapai tujuan organisasinya menggunkan gaya kepemimpinan yang berdasarkan pada kepentingan hasil yang dicapai.



6



Ibid, hlm.43-44



8



Berdasarkan ketiga pola dasar tersebut, terbentuk perilaku kepemimpinan yang terwujud pada ketegori kepemimpinan terjadi dari tiga tipe pokok kepemimpinan7: a) Tipe kepemimpinan otoriter Tipe ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan dan tugas anak buah semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah bahkan kehendak pemimpin. b) Tipe kepemimpinan kendali bebas Tipe ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otoriter. Pemimpin berkedudukan



sebagai



symbol.



Kepemimpinan



dijalankan



dengan



memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpinnya dalam mengambil keputusan atau melakukan kegiatan. Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasehat. c) Tipe kepemimpinan demokratis Tipe ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok atau organisasi. Kepemimpinan ini dalam mengambil keputusan sangat mementingkan musyawarah, yang diwujudkan dalam setiap jenjang dan di dalam unit masing-masing. Seorang pemimpin, dalam melakukan tugas kepemimpinan dengan menggunakan gaya dan tipe kepemimpinan tertentu mempunyai karakteristik tersendiri. Seorang pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak , dan kebiasaan sendiri yang khas sehingga dengan tingkah laku dan gayanya sendiri



membedakan



dirinya



dengan



orang



lain.



Gaya



atau



tipe



kepemimimpinan tersebut pasti akan mewarnai perilaku kepemimpinan. Dengan memperhatikan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa sebenarnya tidak ada gaya kepemimpinan yang paling baik dari setiap gaya yang ada. Akan tetapi, yang ada adalah kepemimpinan yang paling efektif, kepemimpinan yang paling efektif adalahkepemimpinan yang mampu memengaruhidan menggerakkan bawahan agar mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. 7



Ibid, hlm. 44



9



Kepemimpinan menjadi efektif apabila gaya atau tipe kepemimpinan tersebu mampu digunakan dengan baik pada saat dan tempat yang tepat, dengan mengintegasikan



secara



maksimal



antara



produktiitas



dan



kepuasan,



pertumbuhan, dan perkembangan anggota. Dalam pendidikan, penggunaan gaya kepemimpinan yang ada, dapat mempengaruhi perilaku kepemimpinan. Perilaku kepemimpinan tersebut, yaitu perilaku



instruktif,



konsultatif,



partisipatif,



dan



delegatif.



Perilaku



kepemimpinan tersebut, masing-masing memiliki karakteristik pokok sebagai berikut8: (1)



Perilaku instruktif, Terbangunya komunikasi satu arah, pemimpin membatasi peranan bawahan, pemecahan masalah dn pengambilan keputusan menjadi tanggung jawab pemimpin, pelaksnaan pekerjaan diawasi dengan ketat.



(2)



Perilaku konsultatif, Pemimpin masih memberikan instruksi yang cukup besar serta menentukan keputusan, telah diharapkan komunikasi dua arah dan memberikan suportif terhadap bawahan, pemimpin mau mendengar keluhan dan perasaan bawahan dalam pengambilan keputusan, bantuan terhadap bawahan ditinggalkan tetapi pelaksanaan keputusan tetap pada pemimpinan.



(3)



Perilaku partisitatif, Kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan antara pemimpin dan bawahan seimbang. Pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, komunikasi



dua



arah



semakin



meningkat,



pemimpin



semakin



mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya, keikutsertaan bawahan dalam pemecahan dan pengambilan keputusan semakin bertambah. (4) 8



Perilaku delegatif



Ibid, hlm. 45-46



10



Pemimpin mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan bawahan dan selamjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya kepada bawahan,



bawahan diberi hak untuk menentukan langkah-langkah



bagaimana kebutuhan dilaksanakan, dan bawahan diberi wewenang untuk menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan keputusan sendiri. 3. Pendekatan Kepemimpinan Keberhasilan



seorang



pemimpin



dalam



melaksanakan



tugas



kepemimpinannya sangat ditentukan oleh jenis pendekatan yang dipakai pemimpin tersebut. Pendekatan merupakan sudut pandang yang dipakai oleh pemimpin dalam melaksanakan tugasnya yang berpusat pada proses atau caracara dalam berhubungan dengan orang lain. Menurut Wahjosumidjo (2011), hampir



dalam



suatu



penelitian



yang



telah



dilakukan,



pendekatan



kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi empet macam, diantaranya9: 1) Pendekatan menurut pengaruh kewibawaan Keberhasilan seorang pemimpin dalam pendekatan ini ditentukan oleh kewibawaan yang dimiliki oleh pemimpin yang dipandang dari segi sumber dan terjadinya sejumlah kewibawaan yang ada pada para pemimpin dan dengan cara para pemimpin menggunakan kewibawaan kepada



bawahan.



Pendekatan



ini



menekankan



proses



saling



memengaruhi, sifat timbal balik dan pentingnya pertukaran hubungan kerja sama antara para pemimpin dengan bawahan. French dan Reven mengemukakan bahwa berdasarkan hasil penelitian terdapat pengelompokkan sumber dari kewibawaan berasal, yaitu: (1) Legitimate power, bawahan melakukan sesuatu karena pemimpin memiliki



kekuasaan



untuk



meninta



bawahan



dan



bawahan



mempunyai kewajiban untuk menuruti dan mematuhinya.



9



Ibid, hlm.46-50



11



(2) Coersive power, bawahan mengerjakan sesuatu agar dapat terhindar dari hukuman yang dimiliki oleh pemimpin. (3) Reward power, bawahan mengerjakan sesuatu agar memperoleh penghargaan yang dimiliki oleh pemimpin. (4) Referent power, bawahan mengerjakan sesuatu karena kagum terhadap atasan, bawahan merasa kagum atau membutuhkan untuk menerima restu pemimpin, dan mau berperilaku seperti pemimpin. Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan, atau pengaruh yang dimiliki oleh pemimpinan yang terbentuk dari pengaruh yang dimiliki oleh pemimpin yang terbentuk dari pribadi yang kompleks sebelumnya, dengan kesederhanaan yang ditampilkan secara reflex atau tidak disadari. Seorang tidak berwibawa jika berbicara kepada bawahannya dengan berteriak. Kewibawaan yang dimiliki oleh pemimpin dapat ditampilkan melalui sikap dan perilaku, yang diharapkan mempu meningkatkan rutinitas dan motivasi kerja bawahan. Dengan demikian kewibawaan



pemimpin



dapat



memengaruhi,



mendorong,



dan



menggerakkan bawahan untuk bekerja sama untuk mencapat tujuan. 2) Pendekatan sifat Pendekatan sifat mencoba menerangkan sifat-sifat yang membuat seseorang berhasil. Sutrisna (2012) mengatakan bahwa dalam pendekatan sifat terdapat sifat-sifat tertentu, seperti kekuatan fisik atau keramahan yang esensial pada kepemimpinan yang efektif. Sementara sifat-sifat yang membuat pemimpin berhasil ditandai dengan daya kecakapan luar biasa yang dimiliki pemimpin, seperti tidak kenal lelah, intuisi yang tajam, tinjauan masa depan yang luas. Menurut pendekatan sifat, seseeorang menjadi pemimpin karena sifat-sifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan dibuat atau dilatih. Dalam pandangan pendekatan ini, gen sebagai faktor bawahan menentukan perilaku seorang. Apabila unsur gennya baik berdasarkan faktor keturunan atau pembawaan lahir, maka mempengaruhi keterampilan 12



(skill) pribadinya. Dengan demikian, pendekatan ini menekankan bahwa keberhasilan seorang pemimpin lebih ditentukan karena sifat yang telah dibawanya sejak lahir. 3) Pendekatan perilaku Pendekatan perilaku merupakan pendekatan berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang ditentukan oleh pemimpin dalam kegiatannya sehari-hari dalam hal: bagaimana cara memberi perintah, membagi tugas dan wewenang, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat kerja bawahan, cara memberi bimbingan dan pengawasan, cara membina disiplin kerja, cara mengambil keputusan. Pendekatan perilaku menekankan pentingnya perilaku yang dapat diamati yang dilakukan oleh para pemimpin dari sifat-sifat pribadi atau sumber kewibawaan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, pendekatan perilaku mempergunakan acuan sifat pribadi dan kewibawaan. Stogdill



(1963)



mengemukakan



bahwa



untuk



menilai



kepemimpinan, terdapat dua belas faktor yang perlu diperhatikan, antara lain: (1) Perwakilan, pemimpin berbicara dan bertindak sebagai wakil kelompok. (2) Tuntutan perdamaian, pemimpin mendamaikan tuntutan konflik dan mengurangi ketidakteraturan dari sistem yang ada. (3) Teleran terhadap ketidakpastian, pemimpin mampu memberikan toleransi terhadap ketidak pastian dan penundaan tanpa kekhawatiran atau gangguan. (4) Keyakinan, pemimpin mempergunakan persuasi dalam organisasi secara efektif, serta memperhatikan keyakinan yang kuat. (5) Struktur inisiasi, pemimpin dengan jelas mendefinisikan peranan kepemimpinan



dan memberikan kesempatan bawahan untuk



mengetahuiapa yang diharapkan dari mereka. 13



(6) Toleransi kebebasan, pemimpin membiarkan bawahan berkesempatan untuk berinisiatif, terlibat dalam keputusan dan berbuat. (7) Asumsi peranan, pemimpin secara aktif menggunakan peranan kepemimpinannya daripada menyerahkan kepemimpinan kepada orang lain. (8) Konsiderasi, pemimpin memperhatikan ketenangan, kesejahteraan dan konstribusi bawahan. (9) Penekanan



pada



hal-hal



yang



produktif,



pemimpin



lebih



mementingkan atau menekankan kepada hal-hal yang bersigat produktif. (10) Ketepatan yang bersifat prediktif, pemimpin memperlihatkan wawasan ke depan dan kecakapan untuk memperkirakan hasil yang akan datang secara akurat. (11) Integrasi, pemimpin memelihara secara akrab jaringan organisasi dan mengatasi konflik antar anggota. (12) Orientasi kepada atasan, pemimpin memelihara hubungan dengan penuh ramah tamah dengan para atasan yang mempunyai pengaruh tehadap pemimpin dan berjuang untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi. 4) Pendekatan situasional Pendekatan ini menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dalam memanfaatkan kondisi dan waktu yang sesuai. Pendekatan ini didasarkan pada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situsional. Dalam pendekatan ini, keberhasilan pemimpin ditentukan oleh kemampuannya dalam memanfaatkan situasi dan kondisi yang ada. Pendekatn kontigensi (situsional) merupakan suatu teori yang berusaha mencari jalan tengah antara pandangan yang mengatakan adanya asas-asas organisasi dan manajeman yang bersifat universal, dan pandangan yang berpendapat bahwa setiap organisasi adalah unik dan



14



memiliki situasi yang berbeda-beda sehingga harus dihadapi dengan perilaku kepemimpinan tertentu. Perilaku kepemimpinan cenderung berbeda-beda dari satu situasi ke situasi lain. Oleh sebab itu, dalam kepemimpinan situasi penting bagi setiap pemimpin untuk memanfaatkan situasi yang tepat terutama dalam pengambilan keputusan. Pemimpin yang baik menurut teori ini, adalah pemimpin yang mampu mengubah perilaku sesuai dengan situasi, dan memperlakukan bawahan sesuai dengan tingkatkematangan yang berbeda-beda. C.



PERBEDAAN KEPEMIMPINAN DENGAN MANAJEMEN Kepemimpinan dan manajemen dua istilah yang berbeda, tetapi memiliki makna yang tidak jauh berbeda. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi atau menggerakkan orang lain untuk bekerja secara bersama dalam mencapai tujuan. Sementara manajemen adalah suatu kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan, dan mengendalikan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Manajemen lebih



diarahkan



pada



penciptaan



proses



yang prosedural,



sementara



kepemimpinan diarahkan pada penciptaan hasil yang efektif. Tetapi tujuan dari keduannya adalah sama, yaitu pencapaian tujuan bersama. Manajemen terkait dengan usaha untuk menangani kompleksitas. Manajemen yang baik menghasilkan keteraturan dan konsistensi dengan cara mempersiapkan rencana formal, merancang struktur organisasi yang kuat dan memonitor hasil berdasarkan rencana. Sebaliknya, kepemimpinan berkaitan dengan perubahan. Pemimpin menentukan arah dengan cara mengembangkan suatu visi masa depan, kemudian mereka menyatukan orang-orang dengan mengomunikasikan visi dan menginspirasi mereka untuk mengatasi berbagai rintangan. Manajemen terbentuk dari implementasi visi dan strategi yang ditentukan oleh pemimpin, koordinasi, susunan kepegawaian organisasi, dan penanganan masalah sehari-hari. Sementara pemimpin sebagai orang yang memiliki 15



kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan yang telah ditetapkan. Sumber pengaruh ini bisa jadi bersifat formal, seperti yang diberikan oleh pemangku jabatan manajerial dalam sebuah organisasi. Karena posisi manajemen memiliki tingkat otoritas yang diakui secara formal, seseorang bisa memperoleh peran pemimpin hanya karena posisinya dalam organisasi tersebut. Dalam konteks yang lebih luas, Rival dan Mulyadi (2011) membedakan pemimpin dengan manajer sebagai berikut10: 1.



Pemimpin tidak selalu berada dalam sebuah organisasi, sedangkan manajer selalu dalam organisasi tertentu, baik formal maupun nonformal.



2.



Pemimpin bisa ditunjuk atau diangkat oleh anggotanya, sedangkan manajer selalu ditunjuk.



3.



Pengaruh yang dimiliki pemimpin karena memiliki kemampuan pribadi yang lebih dibandingkan dengan yang lain, sedangkan pengaruh yang dimiliki manajer karena dimilikinya otoritas formal.



4.



Pemimpin memikirkan organisasi secara luas dan jangka panjang, sedangkan manajer berpikir jangka pendek dan sebatas tugas dan tanggung jawab.



5.



Pemimpin memiliki keterampilan politik dalam menyelesaikan konflik, sementara manajer menggunakan pendekatan formal-legal.



6.



Pemimpin berpikir untuk kemajuan dan perbaikan organisasi secara luas, sementara manajer berpikir untuk kepentingan diri dan kelompoknya secara sempit.



7.



Pemimpin memiliki kekuasaan secara lebih luas, sedangkan manajer hanya memiliki wewenang saja. Kombinasi manajemen dan kepemimpinan yang kuat dalam suatu organisasi dapat meningkatkan kualitas produk yang ingin dihasilkan. Kemimpinan akan berhasil bila didukung oleh kemampuan manajer yang kuat. Manajamen akan kuat dan dikembangkan apabila dijalankan oleh seorang pemimpin yang kuat. Dengan demikian, antara pemimpin dan



10



Ibid,hlm.52-53



16



manajemen dalam suatu organisasi termasuk organisasi pendidikan tidak dapat dipisahkan. Keduanya menduduki peranan penting dalam mencapai tujuan. D.



KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH 1.



Kekepalasekolahan Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan seorang pemimpin dalam mempengaruhi komponen-komponen sekolah agar dapat bekerja dalam mencapai tujuan bersama. Seorang pemimpin dalam lingkup pendidikan tiada lain adalah kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan pimpinan tunggal di sekolah yang mempunyai tanggung jawab dan wewenang untuk mengatur, mengelola, dan menyelenggarakan kegiatan di sekolah, agar apa yang menjadi tujuan sekolah dapat tercapai. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Wahjosumidjo (2011) mengatakan kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah tempat diselenggarakan proses belajar mengajar.11 Sementara Rahman (2006) menyebutkan bahwa kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat menduduki jabatan struktural (kepala sekolah) di sekolah.12 Dengan demikian, kepala sekolah adalah seorang guru yang memiliki kedudukan yang diangkat berdasarkan prosedur dan persyaratan tertentu, untuk memimpin sekolah sesuai tugas dan tanggung jawab yang diamanahkan kepadanya.



11 12



Ibid, hlm.55 Ibid, hlm.55



17



Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dituntut untuk memiliki profesionalitas yang tinggi sehingga kegiatan mengelola dan mengorganisasikan sekolah dapat dilakukan secara maksimal. Kepemimpinan kepala sekolah diharapkan dapat mewujudkan ketercapaian tujuan pendidikan, yakni mengembangkan potensi sumber daya manusia, membentuk, dan menjadikan komponen sekolah menjadi lebih beradab terutama siswa. Tujuan tersebut dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah profesional dengan manajemen yang baik dan berkualitas. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan membutuhkan kecakapan dan kemampuan kepala sekolah, tidak hanya kecakapan tekni dan konsepsional, tetapi juga dimilikinya kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan. Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi kepribadian, manajerial, supervisi, kewirausahaan, dan sosial (PP No. 13 Tahun 2007). Namun, kenyataan yang muncul di lapangan, masih banyak kepala sekolah yang tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pemimpin pendidikan dengan baik disebabkan oleh proses pengangkatannya tidak transparaasi, rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat., kurangnya disiplin dalam menjalankan tugas, etos kerja yang rendah, dan bahkan karena dimilikinya relasi pada tingkat struktural kekuasan menjadikan tugas dan tanggung jawabnya dianggap sepele. 2.



Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 Pasal 12 ayat 1 menyebutkan bahwa kepala sekolah bertanggung jawab penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Mulyasa (2009) menyebutkan tugas dan fungsi kepala sekolah dalam paradigma baru manajemen pendidikan berkembang menjadi educator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator 18



(EMASLIM). Selain itu, tugas dan fungsi kepala sekolah juga dapat ditempatkan sebagai figur dan mediator (EMASLIM-FM). Tabel 2.1 Fungsi Kepala Sekolah Fungsi



Kepala Aspek Kerja



Sekolah 1. Kepala



a. Menyusun program pembelajaran



sekolah



b. Melaksanakan KBM



sebagai



c. Melaksanakan evaluasi



pendidik



d. Melaksanakan analisis hasil belajar e. Melaksanakan program perbaikan dan pengayaan



2. Kepala sekolah sebagai manajer



f. Menyusun program kerja a. Memiliki program jangka



panjang



(8



tahun)



menengah



(4



tahun)



akademik/non-akademik b. Memiliki



program



jangka



akademik/non-akademik c. Memiliki



program



jangka



pendek



(1tahun)



akademik/non-akademik dan RAPBS d. Mempunyai



mekanisme



monitor



dan



evaluasi



pelaksanaan program secara sistematiska dan periodik 3. Kepala sekolah



e. Mempunyai susunan kepegawaian a. Memiliki kelengkapan data administrasi proses belajar mengajar



sebagai



b. Memiliki kelengkapan data administrasi BK



administrator



c. Memiliki kelengkapan data administrasi praktikum d. Memiliki kelengkapan data administrasi belajar siswa di perpustakaan



4. Kepala sekolah sebagai



e. Memiliki kelengkapan data administrasi kesiswaan a. Memiliki program supervisi kelas (KBM) dan BK b. Memiliki



program



supervisi



untuk



kegiatan



ekstrakulikuler



19



penyelia (supervisor) 5. Kepala



c. Memiliki



program



(perpustakan,



supervisi



laboratorium,



kegiatan ulangan,



lainnya EBTA,



EBTANAS, dan administrasi sekolah) a. Berlaku secara jujur terhadap guru/karyawan



sekolah



b. Percaya diri



sebagai



c. Bertanggung jawab dalam bersikap di lingkungan



pemimpin (leader) 6. Kepala



sekolah d. Berani dalam mengambil keputusan dan berjiwa besar a. Mampu mencari/menemukan gagasan baru



sekolah



b. Mempu memilih gagasan baru yang relevan



sebagai



c. Mampu mengimplementasikan gagasan baru dengan



inovator 7. Kepala sekolah sebagai motivator



baik (sinergis) d. Mampu melakukan pembaharuan di bidang KBM a. Mampu mengatur setiap ruangan dengan baik b. Mampu menciptakan hubungan yang harmonis dengan guru dan karyawan c. Mampu menerapkan prinsip penghargaan (reward) dan hukuman (punishment)



Sementara itu, Wahjosumidjo mengemukakan tugas-tugas yang harus dilaksanakan kepala sekolag profesional, antara lain13: a.



Kepala sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolag yang dipimpinnya. Informasi-informasi yang berkembang yang berhubungan dengan penyelenggaraan pendidikan harus dapat diserap secara aktual oleh kepala sekolah sehingga dapat dijadikan instrumen dalam menentukan langkah pengembangan sekolah.



b.



Kepala sekolah bertindak dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan. Artinya kepala sekolah melaksanakan pengawasan (supervisor) terhadap aktivitas pengembangan sekolah terutama dalam kegiatan belajar mengajar.



13



Ibid, hlm.65-64



20



c.



Kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan. Kondisi tersebut membutuhkan kemampuan manajerial kepala sekolah untuk menggunakan sumber daya terbatas dengan membagi tugas sesuai dengan kemampuan kepada guru dan staf agar dapat dipergunakan seoptimal mungkin.



d.



Kepala sekolah harus selalu berpikir secara analitik dan konsepsional. Pemecahan



persoalan



melalui



kajian



dan



analisis.



Kemudian



menemukan solusi terbaik serta melihat tugas sebagai satu kesatuan yang saling berkaitan. e.



Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah,



f.



Kepala sekolah aalah seorang politisi. Artinya harus dapat membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan kesepakatan (compromise).



g.



Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Wakil resmi dari sekolah dalam forum pertemuan.



h.



Kepala sekolah harus mampu mengambl keputusan-keputusan sulit



BAB III PENUTUP



21



A.



SIMPULAN Kepemimpinan dapat diartikan sebagai berikut: (1) Proses memengaruhi atau



memberi contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. (2) Seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormataan, dan kerjasama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama. (3) Kemampuan untuk memengaruhi, memberi inspirasi, dan mengarahkan tindakan seseorangatau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan. (4) Melibatkan tiga hal, yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi tertentu. (5) Kemampuan untuk memengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Dalam kepemimpinan terdapat beberapa teori-teori kepemimpinan yakni: teori sifat, teori pribadi-perilaku, teori kepemimpinan situasional. Konsep kepemimpinan dan pemilihan metodologiyang dipakai. Fred E. Fiedler dan Martin M. Effective Management sebagaimana dikutip Wahjosumidjo (2011), mengemukakan bahwa personal utama kepemimpinan dapat dibagi ke dalam tiga pertanyaan pokok yakni: bagaimana seseorang dapat menjadi pemimpin, bagaimana para pemimpin itu berperilaku, dan apa yang membuat pemimpin berhasil. Kepemimpinan dan manajemen dua istilah yang berbeda, tetapi memiliki makna yang tidak jauh berbeda. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi atau menggerakkan orang lain untuk bekerja secara bersama dalam



mencapai



tujuan.



Sementara



manajemen



adalah



suatu



kegiatan



merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan, dan mengendalikan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang diharapkan.



22



B.



SARAN Demikian makalah tentang Kepemimpinan Pendidikan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Bila ada kekurangan yang terdapat pada makalah ini kritik dan saran dibutuhkan untuk perbaikan makalah selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA



23



Andang. 2014. Manajeman & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Syarifudin. E. Teori Kepemimpinan, Al-Qalam, Vol.21 No. 102, Desember 2004, from:



https://media.neliti.com



/media/publication



s/282861/teori-



kepemimpinan.pdf. (diakses pada tanggal 18 November 2020).



24