Keracunan Tempe Bongkrek [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas Mata Kuliah : Toksikologi Pangan



KERACUNAN TEMPE BONGKREK



Disusun Oleh : Fiqih Vidya Albanjar (P3800215001) Sarpina (P3800215004) Rissa Megavitry (P3800215005)



PROGRAM MAGISTER ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016



KERACUNAN TEMPE BONGKREK A. PENGERTIAN TEMPE BONGKREK Tempe Bongkrek ialah sejenis tempe yang dalam proses pembuatannya di campur dengan ampas kelapa dan kacang tanah. Sering pada proses pembuatan ini terjadi kontaminasi dengan Clostridium botalinum suatu kuman anaerob yang membentuk spora atau dan Bacterium cocovenenans yang mengubah gliserinum menjadi racun toksoflavin. Cara Pembuatan Tempe Bongkrek adalah ampas kelapa yang tersedia dicuci dengan air hangat secara berulang-ulang sampai benar-benar bersih dan bebas dari santan. Kemudian ampas dikeringkan pada temperatur 50-600C selama kurang lebih 2 jam. Lalu ampas dikukus selama satu jam dan dicuci dengan air mengalir. Selanjutnya diperas sekuat mungkin dan dikukus kembali selama satu jam lalu didinginkan. Setelah dingin, kemudian ampas kelapa diberi laru sebanyak 0,5% dari banyaknya ampas kelapa. Kemudian diaduk dengan rata didekat api supaya steril. Selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah (bisa menggunakan daun pisang atau plastik) yang bersih dan steril. Lalu ditaruh ditempat yang hangat.Dan setelah kurang lebih 2 hari akan terbentuk spora dan terbentuklah tempe bongkrek ( https://heartchem.wordpress.com).



Gambar 1. Tempe Bongkrek B. KAJIAN KASUS 1. Tiga warga di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah tewas diduga keracunan tempe bongkrek. Sedangkan 6 warga lainnya yang mengkonsumsi makanan yang sama harus dilarikan ke rumah sakit karena kondisinya kritis setelah mengalami muntah-muntah. Tn. A menghembuskan napas terakhirnya setelah sebelumnya sempat dibawa ke rumah sakit. Sedangkan Suci Indriawan meninggal beberapa jam kemudian tanpa sempat mendapat



perawatan di rumah sakit, bahkan sudah mengalami pendarahan dari hidung dan mulut. Sedangkan Ny. B, meninggal setelah sebelumnya sempat mendapat perawatan beberapa jam di Rumah Sakit Muhammadiyah Ardiwarna. Selain 3 orang korban tewas, 6 warga Desa Setu yang juga ikut mengkonsumsi tempe bongkrek harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami muntah-muntah dan pingsan. Salimah, ibu C mengatakan, pada Minggu sore anaknya dan para korban lainnya mengkonsumsi tempe bongkrek yang dimasak oleh ibunya. Beberapa jam setelah makan tempe bongkrek, anaknya dan para korban lain muntah-muntah serta pingsan. 2. Lima orang di Desa Sirau dan Desa Kramat, Purbalingga meninggal setelah mengkonsumsi tempe bongkrek. Salah satunya adalah pembuat dan penjual tempe bongkrek. Korban ditemukan lemas dan tidak bisa bicara pada dini hari, sedang pada pagi hari, korban sudah ditemukan meninggal. 3. Pada tahun 1986 hingga tahun 1988 kasus keracunan tempe bongkrek di Jawa Tengah sudah mengakibatkan korban meninggal sebanyak 46 orang. Terlebih, kasus keracunan tempe bongkrek di Banyumas, yang hampir menelan korban jiwa di tiap tahunnya. Dapat disimpulkan bahwa kasus di atas merupakan kasus keracunan tempe bongkrek. Adapun ditinjau dari human error, tempe bongkrek yang beracun disebabkan oleh beberapa factor antara lain : 



Pemilihan Bahan Bahan pembuatan tempe bongkrek diambil dari ampas kelapa, sisa dari pembuatan minyak kelapa yang masih layak untuk dikonsumsi dan aman bagi kesehatan, namun sisa ampas kelapa ini tidak memiliki nilai kandungan gizi. Dari kandungan nutrisi, tiap 100 gram tempe bongkrek bernilai 119 kalori, kandungan proteinnya 4,4 gram, lemak 3,5 gram, karbohidrat 18,3 gram, kalsium 27 miligram, fosfor 100 miligram, zat besi 2,6 miligram, juga mengandung vitamin B1 0,08 miligram.







Penyimpanan Bahan Mentah Penyimpanan bahan mentah untuk bahan pangan seharusnya disimpan menggunakan wadah khusus dan disimpan ditempat yang aman pada suhu tertentu. Namun dalam kasus ini bahan mentah dari tempe bongkrek yang berupa ampas kelapa, hanya disimpan dalam wadah berupa baskom atau drum yang berisi air. Proses



penyimpanan bahan mentah ini tidak memenuhi syarat, karena hal ini dapat memungkinkan terjadinya proses pencemaran oleh vektor dan binatang pengganggu seperti kecoa dan tikus. 



Pengolahan Bahan Mentah Proses pengolahan tempe bongkrek cukup sederhana dan hampir sama dengan pembuatan tempe pada umumnya, yang membedakan hanya bahan yang digunakan. Pertama- tama ampas kelapa atau bungkil kelapa direndam semalam, setelah itu dicuci, diperas airnya dan dikukus selama kurang lebih satu jam. Selesai dikukus ampas kelapa dicampur dengan tempe yang mengandung kapan tempe atau kapang bongkrek : Rhizopus oryzae. Campuran ini kemudian dibungkus dengan daun pisang atau dihamparkan di atas nyiru yang ditutup dengan daun pisang. Setelah dibiarkan dua hari ampas kelapa akan ditumbuhi kapang tempe. Bila pembuatan tempe bongkrek tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme berbahaya, tempe bongkrek layak dimakan. Dalam kasus ini tempe bongkrek yang dimakan oleh warga, menyebabkan keracunan setelah dimakan, hal ini dimungkinkan oleh karena dalam proses pengolahan/ pembuatan tempe, baik penjamah maupun lingkungan/ tempat membuat tempe ini tidak atau kurang memperhatikan faktor kebersihan. Tempe bongkrek yang diolah secara tidak hygenis pada saat proses fermentasi dapat terkontaminasi oleh sejenis bakteri yang tumbuh lebih cepat tumbuh daripada kapang bongkrek. Bakteri yang mengeluarkan racun itu adalah Pseudomonas cocovenenans. Tempe bongkrek sering ditumbuhi bakteri itu karena masih mengandung banyak lemak. Bakteri Pseudomonas cocovenenans atau Burkholderia gladioli pathovar cocovenenas yang mengeluarkan enzim yang mampu menghidrolisa lemak-lemak yang ada pada bahan bakunya, sehingga menghasilkan toksoflavin dan asam bongkrek yang sangat beracun dan mematikan bagi siapa saja yang mengonsumsinya. Racun-racun tadi tidak mati dan tidak rusak sekalipun dalam suhu di atas 100 derajat celcius baik itu dimasak sebagai sayur maupun digoreng.







Penyimpanan, Pengangkutan, Penyajian Makanan Jadi Penyimpanan, pengangkutan dan penyajian tempe bongkrek kurang atau tidak berpengaruh terhadap peristiwa keracunan yang dialami penduduk. Hal ini dikarenakan faktor utama kasus keracunan ini adalah karena kurang memperhatikan faktor kebersihan



dalam pembuatan sehingga terjadi kontaminasi oleh bakteri Pseudomonas cocovenenans yang menghasilkan racun yang tidak bisa rusak walaupun dimasak diatas suhu 100 derajat celcius (Putri,dkk, 2003 ). C. MEKANISME TERJADINYA RACUN PADA TEMPE BONGKREK 



Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas cocovenenans Bakteri bongkrek menghasilkan senyawa - senyawa beracun di dalam medium tempe bongkrek dan khususnya dalam ampas kelapa, dengan kata lain tempe yang dibuat dari ampas kelapa dapat dicemari oleh bakteri ini. Pseudomonas cocovenenans dapat mencemari selama proses fermentasi jika dilakukan dengan kurang memperhatikan kebersihan. Selama proses pembuatan tempe tersebut bakteri itu dapat menghasilkan senyawa-senyawa. Kedua racun itu adalah asam bongkrek yang tidak berwarna ( LD50 1,4 mg/kg bobot badan, ip pada tikus ), dan toksoflavin yang berwarna kuning (LD 50 = 1,7 mg/kg bobot badan, ip pada tikus). Bagi mereka yang ‘mengonsumsi’ toksin pada dosis tinggi dapat menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari empat hari setelah mengonsumsi racun tersebut. Pertumbuhan Pseudomonas sebenarnya dapat dihambat, yaitu dengan menurunkan pH ampas kelapa yang akan difermentasi sampai 5,5. Pada pH ini jamur tempe yang diinginkan pun masih tetap dapat tumbuh dengan baik, sedangkan bakterinya akan terhambat. Bakteri ini menyukai medium yang banyak mengandung asam lemak. Berdasarkan penelitian filogenetik diketahui bahwa P. cocovenenans lebih pantas masuk dalam genus Burkholderia. Keracunan oleh bakteri ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ. Bakteri ini menjadi racun yang mematikan bila bersentuhan dengan asam lemak di dalam tubuh. Bakteri ini menyerang mitokondria, yaitu sumber energi di tingkat sel. Racun itu berdampak pada mekanisme ATP (adenosine triphosphate)-ADP (adenosine diphosphate) translocase, yakni mekanisme perubahan ATP menjadi ADP dan sebaliknya selama proses pernafasan di sel. ATP adalah nukleotida yang multifungsi yang mengantar energi kimia di dalam sel untuk keperluan metabolisme. ATP menghasilkan energi selama proses respirasi di dalam sel dan dikonsumsi oleh banyak enzim untuk keperluan biosintesa sampai pembelahan diri. Untuk menghasilkan energi bagi seluruh sel di dalam tubuh manusia



dalam melaksanakan kegiatannya, maka ATP perlu keluar dari mitokondria. Racun bongkrek membuat ATP gagal keluar dari mitokondria, yang pada akhirnya membuat selsel tubuh manusia kehilangan sumber tenaganya. a. Racun Bongkrek (Bongkrekic Acid) Asam bongkrek adalah racun pernafasan yang lebih mematikan dari racun mitokondria sianida lainnya atau 2,4-dinitrophenol.



Asam ini dihasilkan dari fermentasi kelapa yang



terkontaminasi oleh bakteri Burkholderia gladioli cocovenenans pathovar. Secara khusus, telah terlibat dalam kematian akibat makan produk berbasis kedelai dan kelapa yang dikenal sebagai tempe bongkrek yang dilarang di Indonesia. b. Toxoflavin Racun



toksoflavin



dihasilkan



dari



perubahan



gliserinum



oleh



Pseudomonas



cocovenenans dan berwarna kuning.toxoflavin dapat membawa elektron antara NADH dan oksigen yang memungkinkan kerja sitokrom dibuat pintas à Hidrogen peroksida. D. MEKANISME TOKSIK TEMPE BONGKREK Toksin yang diproduksi Pseudomonas cocovenenans ada 2, yaitu asam bongkrek (tidak berwarna, sejenis asam lemak tidak jenuh) dan toksoflavin (berwarna kuning, struktur mirip dengan riboflavin). 



Toksoflavin Toksoflavin memiliki rumus kimia C7H7N5O2 , merupakan pigmen berwarna kuning yang bersifat flouresens dan stabil terhadap oksidator. LD50 toksoflavin pada hewan percobaan tikus dengan penyuntikan yaitu 1,7 mg per kg berat badan dan secara oral/mulut yaitu 8,4 mg per kg berat badan.



Toxoflavin 1,6 Dimethylpyrimido(5,4-e)-as-triazine-5,7(1H,6H)-dione



Kematian dapat terjadi karena terbentuknya hidrogen peroksida (H2O2) yang banyak terbentuk tanpa diimbangi enzim katalase yang cukup dari tubuh. Mekanisme yang terjadi yaitu toxoflavin dapat membawa elektron antara NADH dan oksigen yang memungkinkan kerja sitokrom dibuat pintas sehingga menghasilkan hidrogen peroksida. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : NADH + Toks.  Toks.-H2 + 2 NAD+ Toks.-H2 + O2  Toks. + H2O2 Toksoflavin juga dapat menyebabkan terhambatnya transpor gula ke dalam eritrosit dan menyebabkan hemolisis karena terhambatnya aktivitas enzim glutamat transferase dan alkali fosfatase dalam eritrosit. 



Asam Bongkrek



Bongkrekic Acid 3-Carboxymethyl-1,7 methoxy-6,18,21-trimethyldocosa-2,4,8,12,14,18,20 heptaenedioic Acid. Asam bongkrek mempunyai rumus kimia C28H38O7 , merupakan asam trikarboksilat tidak jenuh. toksin tersebut dapat mengganggu metabolisme glikogen dengan memobilisasi glikogen dari hati sehingga terjadi hiperglikimia yang kemudian berubah menjadi hipoglikimia. Penderita hipoglikemia biasanya meninggal 4 hari setelah mengonsumsi tempe bongkrek yang beracun. Asam bongkrek merupakan inhibitor kuat bagi mitokondria. Asam bongkrek akan menutupi gugus -SH dari ATP-ase, akibatnya produsi ATP pada mitikondria terhenti, sehingga ATP diproduksi di luar mitokondria secara glikolisis dari glikogen cadangan yang ada di dalam hati. Proses terjadinya penguraian glikogen hati, jantung dan otot-otot



akan menyebabkan kadar glukosa darah naik. Setelah persediaan glikogen habis, maka glukosa darah akan segera turun dan penderita akan mengalami asidosis. Produksi asam bongkrek maksimal adalah 4 mg dari tiap gram ampas kelapa. Produksi ini terjadi maksimum dalan 3 – 6 hari pada suhu optimum 30 oC. Asam bongkrek bekerja secara akumulatif dan akan menyebabkan kematian mendadak setelah racunnya terkumpul didalam tubuh, racun itu tidak mudah diinaktifkan atau didetoksifikasi maupun diekskresi oleh tubuh. E. GEJALA KERACUNAN PADA KASUS Berdasarkan kasus di atas diketahui ada 3 efek akibat keracunan tempe bongkrek yang terlihat yaitu: muntah-muntah, pingsan hingga pendarahan pada hidung dan mulut, kemungkinan gejala ini timbul karena terjadinya hipoglikemia akut yang disebabkan oleh bongkrekic acid. Gejala keracunan tempe bongkrek timbul 12-48 jam setelah mengkonsumsi tempe bongkrek yang terkontaminasi. Gejala keracunan bervariasi mulai dari yang sangat ringan hanya pusing, mual dan nyeri perut sampai berat berupa gagal sirkulasi dan respirasi, kejang dan kematian. Berat ringannya keracunan tempe bongkrek ditentukam oleh beberapa faktor, diantaranya jumlah tempe bongkrek yang dikonsumsi, ketahanan tubuh si penderita, dan kecepatan untuk mendapatkan perawatan oleh dokter. Cukup dengan mengkonsumsi sebanyak 5 gr sampai 25 gr tempe bongkrek yang beracun sudah dapat menyebabkan kematian. Tingkatan gejala kercunan tempe bongkrek (Suharjo, 1989): Ringan



: pusing, mual dan muntah



Sedang



: pusing, mual, muntah dan sakit perut



Berat



: diare, kejang, keluar buih putih pada mulut



Meninggal



: ada bercak darah beku di bawah kulit



Sedangkan manifestasi klinis dari keracunan tempe bongkrek, antara lain : Gejala timbul 4 hingga 6 jam setelah makan tempe bongkrek yaitu berupa mual dan muntah. Penderita mengeluh sakit perut, sakit kepala dan melihat ganda (diplopia). Penderita lemah, gelisah dan berkeringat dingin kadang disertai gejala syok. Pada hari ketiga sklera menguning, pembesaran hati dan urin keruh dengan protein (+). Jika terjadi paralisis otot pernafasan akan menyebabkan kematian







Mekanisme



Efek



Hipoglikemia dari Toksin



Bongkrek dan Toxoflavin



yang



mengakibatkan kematian Asam bongkrek (bongkrek acid) adalah toksin pernapasan yang lebih mematikan daripada sianida.Racun ini mengganggu mekanisme kerja enzim yang memindahkan ATP dan ADP.ADP ke mitokondria dan ATP keluar mitokondria, sehingga menganggu fosforilasi oksidatif.Banyak yang berpendapat bahwa terganggunya produksi ATP disebabkan oleh asam dari ampas kelapa yang melakukan penghambatan terhadap kerja enzim translokase pada membran mitokondria. Enzim translokase berfungsi memberikan kemudahan–kemudahan bagi nukleotida sehingga dapat memasuki mitokondria dan adenin nukleotida diubah menjadi ATP. Dengan adanya gangguan atau penghambatan enzim translokase oleh asam dari ampas kelapa inilah yang akan mengganggu produksi ATP di dalam mitokondria. Secara tepat masih belum dapat ditentukan di bagian mana asam dari ampas kelapa tersebut bereaksi dengan membran mitokondria. Karena kekurangan ATP sebagai sumber energi, mitokondria tidak mampu lagi memproduksi ATP, maka cara lain yang biasanya ditempuh adalah melalui jalan glikolisis, akan tetapi dengan jalan glikolisis jumlah ATP masih kurang cukup untuk memenuhi fungsi jantung secara normal. Dengan adanya kegiatan tersebut mengakibatkan terjadinya pemecahan glikogen yang tertimbun di hati, jantung dan di dalam daging. Akibat pemecahan glikogen di berbagai tempat penimbunan tersebut terjadilah gejala hypoglycaemia yang hebat sehingga penderita akan meninggal. Mula–mula kadar gula akan mengalami peningkatan yang cukup tinggi, tergantung tersedianya glikogen, kemudian menurun sampai 50%, oleh karena itu orang yang keracunan asam bongkrek akan merasa tercekik lalu dari mulutnya akan keluar busa (Winarno, 1986). Asam bongkrek bekerja secara akumulatif dan akan menyebabkan kematian mendadak setelah racunnya terkumpul didalam tubuh, racun itu tidak mudah diinaktifkan atau didetoksifikasi maupun diekskresi oleh tubuh. Didalam tubuh asam bongkrek menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah akibat mobilisasi glikogen dari hati dan otot. Setelah glikogen dalam otot dan hati habis segera gula dalam darah dihabiskan juga sampai yang keracunan meninggal.







Mekanisme Efek Hemolitik Dari Toxoflavin Kematian dapat terjadi karena terbentuknya hidrogen peroksida (H2O2) yang banyak terbentuk tanpa diimbangi enzim katalase yang cukup dari tubuh. Mekanisme yang terjadi yaitu toxoflavin dapat membawa elektron antara NADH dan oksigen yang memungkinkan kerja sitokrom dibuat pintas sehingga menhasilkan hidrogen peroksida. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : NADH + Toks. à Toks.-H2 + 2 NAD+ Toks.-H2 + O2 à Toks. + H2O2



Stres oksidatif tambahan yang menyebabkan peningkatan H2O2 mengakibatkan turunnya konsentrasi GSHdi dalam sel ke tahap tertentu.Ini menyebabkan gugus sulfihidril pada beberapa protein yang penting menjadi krisis dan tidak dapat dipertahankan dalam bentuk tereduksi. Terjadi peningkatan kecepatan oksidasi hemoglobin menjadi methemoglobin (Murray et al., 2000). Oksidasi ini menyebabkan hemoglobin terdenaturasi dan dilepaskan Hem eke permukaan membrane eritrosit (Chiu and Liu, 1997). Hemoglobin yang teroksidasi mengalami peningkatan silang antara satu dengan yang lain oleh ikatan disulfida, menyebabkan terbentuknya suatu jembatan yang selanjutnya dioksidasi membentuk agregat,disebut sebagai bahan Heinz (Heinz body) (Oduola and Olayinka, 2004). Toksoflavin juga dapat menyebabkan terhambatnya transpor Glukosa ke dalam eritrosit dan menyebabkan hemolisis karena terhambatnya aktivitas enzim glutamat transferase dan alkali fosfatase dalam eritrosit.



F. CARA PENANGGULANGAN DAN PENGOBATAN SERTA MEKANISME OBAT PENANGANAN KERACUNAN TEMPE BONGKREK. Usaha-usaha untuk menghindari timbulnya racun pada pembuatan tempe bongkrek antara lain: 



Dengan penambahan kapang/jamur Monilla sitophila sebagai pengganti kapang bongkrek. Kapang ini mampu memanfaatkan sisa minyak kelapa yang masih terdapat dalam ampas kelapa dalam waktu sehari semalam sehingga bakteri P.cocovenenans tidak dapat memproduksi toksin. Bila terkontaminasi dengan bakteri bongkrek atau Pseudomonas cocovenenans tidak terbentuk racun, namun bukan tempe bongkrek yang dihasilkan melainkan oncom.







Dengan penambahan antibiotik Aureomycin dan Terramycin untuk mencegah pertumbuhan bakteri P.cocovenenans. Namun karena mahal dan sulit dicari, saat ini antibiotik sudah tidak digunakan lagi.







Dengan penambahan daun calincing atau Oxalis sepium yang sering digunakan untuk membuat sayur asam, daun calincing ini selain dapat menghambat pertumbuhan bakteri bongkrek, juga merupakan antidotum (penawar racun) keracunan asam bongkrek. Kandungan asamnya dapat menghambat pertumbuhan bakteri P.cocovenenans, seperti asam oksalat 0,06%, asam sitrat 0,05% dan asam-asam tartrat, malat dalam jumlah sedikit. Namun penambahan daun segar pada pembuatan tempe bongkrek ini menyebabkan timbulnya warna hijau dan rasanya agak asam, sehingga kurang disukai.







Dengan penambahan garam dapur ( NaCl ) 1,5 – 2 % pada ampas kelapa, juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri bongkrek, sehingga bisa mencegah pembentukan asam bongkrek.







Melarang adanya penjualan tempe bongkrek melalui regulasi pemerintah.



G. CARA PENANGGULANGAN DARI KERACUNAN TEMPE BONGKREK Antidotum spesifik keracunan bongkrek belum ada. Terapi nonspesifik ditujukan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah absorbsi racun lebih lanjut dan mempercepat ekskresi. Atasi gangguan sirkulasi dan respirasi, beri arang aktif. Tindakan yang dapat dilakukan jika keracunan tempe bongkrek antara lain:







Penderita harus dirujuk ke rumah sakit, sementara itu bila penderita masih sadar usahakan mengeluarkan sisa makanan. Penderita dirangsang secara mekanis agar muntah.







Berikan norit (obat pencahar) 20 tablet (digerus dan diaduk dengan air dalam gelas) sekaligus, dan ulangi 1 jam kemudian.







Kalau perlu atasi syok dengan infus glukosa 5 % dan pernapasan buatan.







Bila tidak berhasil lakukan bilas lambung di rumah sakit.



Pengobatan dan Mekanisme dari obat terapi keracunan tempe bongkrek 



Pengobatan Bakteri Pseudomonas cocovenenans Pseudomonas merupakan bakteri gram negatif oleh karena itu bakteri ini resisten terhadap penicillin dan mayoritas beta-lactam antibiotik tetapi sebagian sensitive terhadap piperacillin, imipenem, tobramycin atau ciprofloxacin.







Pengobatan Keracunan dengan obat Guanidin hidroklorid Mekanisme kerja : Dengan pemberian obat Guanidin Hidroklorida peroral dosis 2040mg/kg berat badan dapat mengurangi terjadinya hambatan neuromuskuler dan jika disertai dengan perawatan yang baik akan menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh kegagalan pernapasan dan jantung. (eBook Ilmu kedokteran Pencegahan Komunitas oleh Dr. Budiman Chandra, hal. 282).







Glukosa intravena Mekanisme kerja: Dengan pemberian glukosa ini diharapkan kalium masuk dalam sel. Dosis glukosa intravena pada anak-anak jgn > 5 mg/kgBB/menit.







Norit Mekanisme kerja: Mampu menyerap bahan – bahan kimia yang berbahaya yg dapat menyebabkan gangguan pencernaan. Kemudian menyimpannya didalam permukaan porinya sehingga nantinya keluar bersama tinja.



DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2013). Keracunan Tempe Bongkrek. http://nadianalizt.blogspot.com Anonim.(2014).Asam Bongkrek, Asam Beracun Dari Tempe..http://bisakimia.com. Deshpande, S,S. (2002).Handbook of Food Toxicology.New York: CRC Press Manik, Murniati. (2003). Keracunan Makanan. Medan: Digital Library Universitas Sumatera Utara. Putri L, Ade.dkk. (2003). Penyehatan Makanan & Minuman Kasus Keracunan Tempe Bongkrek (Aspek Biologi). Jakarta : Poltekkes Kemenkes Jakarta II.