Kerucut [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama



: Kharisma Sofiana Siregar



NIM



: 190151602566



Offering



: A9



Gambar diatas merupakan kerucut pengalaman (Cone of Experience) yang dicetuskan oleh Edgar Dale pada tahun 1946. Kerucut pengalaman sendiri adalah upaya memberikan gambaran pada kita bahwa proses pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik dapat melalui proses perbuatan atau mengalaminya langsung, melalui proses pengamatan dan mendengarkan melalui media tertentu atau mungkin hanya melalui proses mendengarkan melalui bahasa. . Dalam kerucut pengalaman Edgar Dale, jenjang pengalaman disusun secara urut menurut tingkat kekongritan dan keabstrakannya. Pengalaman yang paling kongkrit diletakkan pada dasar kerucut dan semakin ke puncak pengalaman yang diperoleh semakin abstrak. Semakin nyata (kongkrit) pengalaman tersebut maka semakin mudah bagi peserta didik mencerna materi yang diberikan. Berkenaan dengan itu, guru sebisa mungkin perlu



menggambarkan dan memvisualisasikan materi sehingga peserta didik mampu mencernanya dengan baik. Pada kerucut pengalaman Edgar Dale terdapat 10 tingkatan kegiatan, dimulai dari tingkat abstrak sampai dengan kongkrit yang berkontribusi dalam ingatan siswa. Adapun 10 tingkat itu terdiri atas: membaca 10%, mendengarkan 20%, melihat diagram/gambar 30%, melihat video/film 30%, melihat demonstrasi 30%, terlibat dalam diskusi 50%, menyajikan/presentasi 70%, bermain peran 90%, melakukan simulasi 90%, dan mengerjakan hal yang nyata sebesar 90%. Setelah memahami kerucut pengalaman Edgar Dale, menurut saya memang benar jika pembelajaran dengan pengalaman kongkrit/nyata memiliki kontribusi besar terhadap pemahaman dan ingatan siswa. Dan juga guru memang harus memberikan materi secara kongkrit dalam pembelajaran agar lebih mudah diterima setiap siswanya. Akan tetapi, tidak semua siswa harus dengan pembelajaran pengalaman kongkrit untuk mendapatkan pemahaman dan ingatan yang tinggi. Sebagian siswa juga ada yang memiliki pemahaman tinggi hanya dengan membaca atau melihat. Sehingga sebagai calon guru kita juga harus bisa melihat karateristik setiap siswanya. Untuk dapat menyampaikan materi secara adil kita bisa menggunakan pembelajaran pengalaman kongkrit agar bisa diterima setiap siswa. Siswa yang lemah ingatannya akan mudah menyerap materi jika dilakukan pembelajaran dengan pengalaman kongkrit. Dan siswa yang ingatannya cukup tajam, yang bisa memperoleh pemahaman hanya dengan membaca dan melihat juga akan lebih terasah lagi kemampuannya jika menerima pembelajaran dengan pengalaman kongkrit karena bisa menerapkan pemahamannya secara langsung.