Kista Mandibula [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kista Radikular Mandibula



Oleh : Ni Putu Eka Sintia Dewi Astiti 1202106023



Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2016



A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1.



Definisi Kista Radikular Mandibula Kista adalah suatu rongga patologis yang tumbuh secara abnormal berisi cairan dalam suatu kapsul yang dibatasi membran epithelium. Biasanya kista disebabkan oleh trauma, peradangan, gangguan pertumbuhan, ataupun retensi. Kista epitel merupakan penybab terbanyak pembengkakan yang bersifat jinak pada mandibula (Kristiani, dkk, 2008; Malik, 2012). Kista radikular adalah kista yang berhubungan dengan peradangan (inflammatory cysts). Kista radikular biasanya ditemukan berukuran kecil dan tidak menyebabkan pembengkakan di permukaan jaringan dan berbatas jelas apabila tidak terjadi infeksi (Kristiani, dkk, 2008). Kista tersebut berasal dari sisa-sisa sel epitel Malassez di



ligamen periodontal sebagai hasil



periodontitis apikalis yang mengikuti kematian nekrosis pulpa. Pembesaran kista pada bagian mandibula dapat menyebabkan asimetris pada wajah, pergeseran gigi dan perubahan oklusi, hilangnya gigi yang berhubungan dengan lokasi kista, serat terjadinya pergeseran gigi (Ghom & Ghom, 2012; Malik, 2012). . 2.



Epidemiologi Kista Radikular Mandibula Kista radikular merupakan jenis kista yang paling sering ditemukan pada maksila dan mandibula sekitar 52% sampai 68%. Lokasi tersering terjadi pada maksila terutama region anterior dan mandibula pada region posterior, namun kista ini dapat terjadi di region mana saja di rahang. Insiden tertinggi terjadi pada usia 30 sampai 40 tahun dan jarang terjadi pada anak. Kista radikular lebih banyak ditemukan pada laki-laki sekitar 58% dibandingkan dengan wanita 42% (Medscape, 2014).



3.



Etiologi Kista Radikular Mandibula Kista radikular mandibula dapat terjadi akibat faktor trauma fisik, kimia, atau bakteri sehingga terjadi kematian pulpa yang diikuti oleh stimulasi sel sisa epitel Malassaez yang normalnya terdapat pada ligamentum periodontal. Kista ini berhubungan dengan proliferasi dari rest (sisa) dental lamina. Kista



periapikal berkembang dari perluasan periapikal granuloma, yang mana merupakan pusat dari inflamasi kronis jaringan granulasi yang berlokasi pada tulang di bagian apeks dari gigi non-vital. Granuloma periapikal terjadi dan terbentuk oleh degradasi produksi dari jaringan pulpa yang nekrose. Stimulasi dari epitelial rest malassez terjadi akibat respon pembentukan inflamasi. Pembentukan kista terjadi akibat adanya poliferasi epithelial, yang akan membantu untuk pemisahan stimulus inflamasi (nekrotik pulpa) dari tulang di sekitarnya (Sirait, Rahayu, Sibarani, & Brigitta, 2010). Kista radikular berasal dari sisa epitel Mallassez (rest of Mallassez) pada apeks granuloma atau periapikal gigi non vital yang terstimulasi untuk berproliferasi oleh proses inflamasi. Kista radikular secara umum terjadi karena infeksi pulpa yang terjadi pada gigi yang karies. Bakteri yang berasal dari sulkus ginggiva atau kantong periodontal mencapai kanal sisa akar gigi melalui pembuluh darah periodontal. Mikroba juga dinyatakan berasal dari nekrosis pulpa melalui sirkulasi darah (anachoresis). Lingkungan endodontic merupakan habitat untuk tumbuhnya flora khususnya bateri anaerob. Habitat tersebut memiliki sifat-sifat biologis dan patologis seperti antigenisitas, aktivitas mitogenik, kemotaksis, enzim hitiolitik, dan aktivasi sel pejamu. Mikroba dan produknya menginvasi saluran akar dan kemudian ke periapeks. Sebagai respon, tubuh memiliki pertahanan tubuh berupa sel-sel tertentu, antibodi, dan molekul efektor. Mikroba dan perlawanan pertahanan tubuh yang terjadi menyebabkan merusakan dari jaringan periapikal dan terentuk berbagai kategori lesi periodontitis apical (Sirait, Rahayu, Sibarani, & Brigitta, 2010). 4.



Klasifikasi Kista Radikular Mandibula Kista pada rongga mulut terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu kista odontogenik dan kista non odontogenik. Kista odontogenik adalah kista yang berasal dari sisa-sisa epithelium pembentuk gigi. Kista odontogenik diklasifikasikan



berdasarkan



penyebabnya



yaitu



developmental



dan



inflammatory. Kista developmental merupakan kista yang tidak diketahui penyebabnya sedangkan kista inflammatory merupakan kista yang terjadi



karena adanya inflamasi. Klasifikasi kista odontogenik berdasarkan penyebabnya adalah kista developmental dan kista inflammatory.



Developmental







Kista Dentigerous







Kista erupsi







Kista odontogenik keratosis







Kista Gingival pada bayi



 



Kista lateral periodontal Kista radikular (periapikal/apical



Inflammatory



periodontal) 



Kista residual



Penelitian Jean-Paul M., et.al. (2006) menunjukkan presentase kista odontogenk yang terdapat di Pitie-salpetiere University Hospital, Paris, Prancis menunjukkan bahwa kista yang paling sering ditemukan adalah kista radikular yaitu sebanyak 53,5% dari keseluruhan responden. Kista radikular juga diklasifikasikan menjadi beberapa bagian berdasarkan lokasi asalnya yaitu sebagai berikut: 



Kista periapikal merupakan kista radikular yang berasal dari apeks akar







Kista lateral radikular merupakan kista radikular yang berasal dari pembukaan saluran akar aksesori lateral yang menyinggung gigi







Kista residual merupakan kista radikular yang masih tersisa setelah ekstraksi yang menyinggung gigi.



5.



Patofisiologi Kista Radikular Mandibula Inflamasi adalah respon fisiologis tubuh terhadap suatu peradangan dan gangguan oleh faktor eksternal. Respon peradangan meliputi suatu perangkat kompleks yang mempengaruhi perubahan vaskular dan selular (Brunner & Suddarth, 2008). Bakteri dapat masuk ke dalam pulpa dengan tiga cara yaitu pertama, invasi langsung melalui dentin, seperti karies, fraktur mahkota atau akar, terbukanya pulpa pada waktu preparasi kavitas, atrisi, abrasi, erosi atau retak pada mahkota. Kedua, invasi melalui pembuluh darah atau limfatik terbuka yang ada hubungannya dengan penyakit periodontal, suatu kanal



aksesori pada daerah furkasi, infeksi gusi, atau scaling gigi-gigi. Ketiga, invasi melalui darah, misalnya selama penyakit infeksius atau bakteremia transient (Walton & Mahmou, 2008). Patogenesis kista asli (true cyst) terjadi dalam 3 fase yaitu Fase pertama (inisiasi), secara umum telah diketahui bahwa lapisan epitel kista radikular berasal dari sel sisa epitel Mallassez (rest of Malassez) dalam ligamentum periodontal. Sel sisa Malassez yang mati (dormant) mengawali proliferasi sebagai akibat langsung dari inflamasi, kemungkinan dibawah kendali antigen bakteri, epidermal growth factors, sel-sel mediator, dan metabolit yang dilepaskan oleh berbagai sel yang berdiam pada lesi periodontal. Fase kedua (pembentukan kista), ada dua teori tentang pembentukan kista: Teori defisiensi nutrisi Teori defisiensi nutrisi didasarkan bahwa massa epitel dari sel–sel pada bagian sentral menjadi terpisah semakin jauh akibat perbandingan nutrisi yang berbeda pada lapisan basal, yang terjadi oleh karena gagalnya pemenuhan nutrisi yang adekuat sehingga terjadi degenerasi berbentuk cairan (liquofaction) dan nekrosis, hal ini menyebabkan terbentuknya suatu rongga berlapis epitel berisi cairan. Alternatif lain berupa sel-sel dapat membentuk lembaran yang mencakup bagian dari granuloma dengan akibat yang sama berupa pecahnya isi dari granuloma yang terbuka sehingga terbentuk pusat berupa cairan dari kista. Teori abses Dasar dari teori abses bahwa proliferasi lapisan epitel rongga abses dibentuk oleh jaringan nekrosis dan jaringan yang lisis oleh karena sifat alami dari selsel epitel akan menutupi permukaan yang terpapar oleh jaringan ikat. Fase ketiga pembesaran kista, penelitian menunjukkan osmosis memiliki peranan dalam peningkatan ukuran kista. Adanya jaringan nekrotik, eksudat plasma protein, dan asam hialuronat dalam rongga kista mengakibatkan tekanan osmosis cairan kista lebih tinggi dari cairan jaringan sekitarnya sehingga akan menarik cairan masuk kedalam rongga kista menyebabkan ukuran kista membesar. Mekanisme pembentukan kista radikular bentuk kantong diawali dengan sebuah perluasan yang menyerupai gelembung kecil dari ruang saluran akar gigi yang terinfeksi ke periapikal. Ruang lumen kecil ini ditutup oleh epitel skuamosa bertingkat kemudian bertumbuh dan membentuk leher (collar)



yang tersusun dari epitel sekitar ujung akar gigi. Epitel berbentuk leher tersebut melakukan perlengketan ke permukaan akar gigi yang terinfeksi dan di bagian lain lumen kecil berbentuk kistik disekitar periapikal. Hadirnya mikroorganisme pada saluran akar apikal menarik granulosit netrofil melalui proses kemotaksis kedalam mikrolumen. Lumen yang menyerupai kantong membesar untuk menampung debris untuk membentuk divertikulum dari ruang saluran akar ke daerah apikal. 6.



Manifestasi Klinis Kista Radikular Mandibula Kista radikular kecil biasanya tanpa gejala dan dapat ditemukan saat intraoral periapikal (IOPA) radiografi yang diambil dari gigi non-vital. Perluasan kista radikular menyebabkan erosi, hal ini akan menekan gigi disekitarnya sehingga menyebabkan nyeri. Nyeri dan infeksi adalah manifestasi klinis lain dari beberapa kista radikular. Kista ini tidak menimbulkan rasa sakit kecuali terinfeksi.



Kista



radikular



yang



lebih



besar



akan



menunjukkan



pembengkakan. Pembesaran awalnya terjadi pada tulang keras dan menyebabkan penipisan pada tulang dan dapat menyebabkan perubahan tulang (Kenneth & Cohen, 2011). 7.



Pemeriksaan Penunjang Kista Radikular Mandibula  Radiografi Gambaran radiologis presentasi kista radikular biasanya tampak sebagai berikut (Manaktala, 2014): Pinggiran dan bentuknya Pinggiran biasanya memiliki perbatasan kortikal yang tegas. Garis besar kista radikular biasanya melengkung atau melingkar kecuali dipengaruhi oleh struktur sekitarnya seperti batas kortikal. Struktur internal Biasanya struktur internal dari kista radikular adalah radiolusen bulat atau bulat telur dikelilingi oleh margin radio-opak sempit, yang membentang dari Lamina Dura dari terlibat gigi. Dalam kista terinfeksi atau yang cepat membesar, margin radio-opak tidak dapat dilihat. Efek pada struktur sekitarnya Jika kista radikular besar, perpindahan dan resorpsi akar gigi yang berdekatan mungkin terjadi. Pola resorpsi biasanya membentuk garis melengkung. Dalam kasus yang jarang terjadi, kista dapat menyerap akar



gigi non-vital terkait. Lempeng kortikal mandibula juga semakin luas 



berbentuk melengkung atau melingkar. Histopatologi Spesimen kista radikular massa berbentuk bulat atau bulat telur, tetapi sering mereka tidak teratur. Dindingnya bervariasi dari yang sangat tipis dengan ketebalan sekitar 5 mm. Permukaan bagian dalam mungkin halus atau bergelombang (Manaktala, 2014).



8.



Penatalaksanaan Kista Radikular Mandibula Sumber penyebab dari kista harus dihilangkan oleh pulpectomy penuh atau ekstraksi, dan enukleasi.  Endodontik Lesi perifer termasuk kista radikular dieliminasi oleh tubuh setelah agen penyebab dihapus. Mayoritas kista radikular dapat menjalani root Canal Treatment dan tidak memerlukan intervensi bedah. Dilakukan penyisipan bagian saluran akar lain di luar foramen apikal sehingga menghasilkan peradangan akut sementara yang dapat merusak lapisan epitel radikular kista dan mengubahnya menjadi granuloma (Kenneth & Cohen, 2011; 



Walton & Mahmou, 2008; Tarigan, 2006). Pembedahan Enukleasi Enukleasi merupakan suatu proses dilakukan pembuangan total lesi kista. Sebuah kista dapat dilakukan prosedur enukleasi karen lapisan dari fibrous connective tissue berada diantara komponen epitelial (yang membatasi aspek interior kista) dan dinding tulang dari kavitas kista. Enukleasi kista harus dilakukan dengan hati-hati, sebuah usaha untuk mengangkat kista dalam satu potongan tanpa fragmentasi, yang akan mengurangi



kesempatan



rekurensi.



Namun



pada



praktiknya,



pemeliharaan keutuhan kista tidak selalu dapat terjaga, hancurnya potongan kista dapat terjadi. Enukleasi merupakan perawatan pilihan untuk pengangkatan kista pada rahang dan seharusnya digunakan pada kista yang dapat diangkat dengan aman tanpa terlalu membahayakan jaringan sekitar (Tarigan, 2006). Keuntungan utamanya adalah pemeriksaan patologis dari keseluruhan kista dapat dilakukan. Keuntungan lainnya adalah initial excisional biopsy (enukleasi) juga telah merawat lesi. Pasien tidak harus merawat



marsupial



cavity



dengan



irigasi



konstan.



Setelah



akses



flap



mukoperiosteal sembuh, pasien tidak lagi terganggu dengan kavitas kista. Jika terdapat indikasi-indikasi untuk melakukan marsupialisasi, maka akan terdapat banyak kerugian untuk prosedur enukleasi. Sebagai contoh, dapat membahayakan jaringan normal, fraktur tulang rahang dapat terjadi, atau gigi dapat menjadi non-vital. (Kenneth & Cohen, 2011; Tarigan, 2006) Marsupialisasi Marsupialisasi adalah membuat suatu “jendela” pada dinding kista dalam pembedahan, mengambil isi kistanya dan memelihara kontinuitas antara kista dengan rongga mulut, sinus maksilaris atau rongga hidung. Bagian kista yang diambil hanyalah isi dari kista, batas dari dinding kista dengan oral mukkosa dibiarkan pada tempatnya. Proses ini dapat mengurangi tekanan intrakista dan membantu penyusutan dari kista serta pengisian tulang. Marsupialisasi dapat digunakan sebagai suatu perawatan tunggal atau sebagai suatu perawatan awal dan selanjutnya dilakukan tahap enukleasi (Walton & Mahmou, 2008; Tarigan, 2006). Terdapat beberapa indikasi dilakukan marsupialisasi diantaranya:  Jumlah kerusakan jaringan Jika letak kista berdekatan dengan struktur anatomis yang vital, perawatan dengan enukleasi akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang tidak perlu. Sebagai contoh, jika enukleasi akan menyebabkan fistula pada sekitar rongga hidung atau dapat menyebabkan kerusakan jaringan saraf (saraf alveolar inferior), serta dpat menyebabkan devitalisasi dari gigi yang vital.; maka marsupialisasi diperlukan.  Akses pembedahan Jika akses pembedahan sulit dicapai, maka biasanya bagian dari dinding kista akan tertinggal, menyebabkan rekurensi. Karena hal itu, marsupialisasi dapat dipertimbangkan  Membantu erupsi gigi Jika gigi yang belum bererupsi terlibat dengan kista (dentigerous cyst) dan gigi tersebut dibutuhkan untuk kestabilan lengkung dental, maka marsupialisasi dapat membanu akses erusi gigi tersebut  Besar/tidaknya tindakan bedah



Jika pasien kista memiliki penyakit sistemik atau tingkat stress yang tinggi, dapat dipilih marsupialisasi, karena caranya mudah dan tidak menimbulkan stress yang besar  Ukuran kista Pada ukuran kista yang sangat besar, enukleasi dapat menyebabkan resiko



patahnya



tulang



rahang.



Maka



itu



dapat



dipilihkan



marsupialisasi dan dilakukan enukleasi setelah adanya pengisian kembali oleh tulang gigi Kerugian dari marsupialisasi adalah kemungkinan tertinggalnya jaringan yang patologis, tanpa adanya pemeriksaan histopatologi. Walaupun setelah pengeluaran isi kista dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi, tetapi lesi yang lebih agresif dapat tertinggal pada jaringan kista yang tersisa. Selain itu pasien juga harus memperhatikan kebersihan rongga kista, karena biasanya sisa-sisa makanan terperangkap disana. Untuk itu, pasien harus rutin mengirigasi kavitas kista beberapa kali dalam sehari, sampai beberapa bulan selanjutnya, tergantung pada besarnya ukuran kista dan laju pengisian tulang (Kenneth & Cohen, 2011) 9.



Komplikasi Kista Radikular Mandibula  Karsinomatosa/neoplastik Terkadang kista radikular dapat berkembang menjadi karsinoma pada beberapa kasus. Karsinoma sel skuamosa atau epidermoid karsinoma 



terkadang timbul dari lapisan epitel radikular Kista. Patologis Jaw Fracture Jika kista telah benar-benar mengikis tulang khususnya jika itu muncul di wilayah posterior yang sangat langka dalam kasus radikular Kista dapat







menyebabkan fraktur tulang rahang patologis. Infeksi Sekunder Kista bisa mendapatkan sekunder terinfeksi dan menciptakan komplikasi lebih lanjut.



B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Kista Radikular Mandibula Data Subjektif



Pasien mengeluh nyeri dan mengeluh terjadi pembengkakan pada bagian rahang yang semakin membesar Data Objektif Pasien tampak meringis, tampak memegangi area nyeri dan terlihat adanya pembengkakan pada rahang Pengkajian Sistem Tubuh a) Makanan/cairan Kaji status nutrisi dan cairan pasien. Kaji apakah kista pada daerah mandibula menyebabkan penurunan nafsu makan pada pasien. b) Nyeri/kenyamanan Klien terganggu tingkat kenyamanannya karena adanya rasa nyeri dan ngilu pada rahangnya. c) Keamanan Klien berisiko mengalami infeksi karena adanya pembengkakan dan inflamasi pada daerah sekitar kista. Kaji tanda-tanda adanya infeksi lokal maupun sistemik. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan Kepala ditemukan adanya pembengkakan pada pipi tepatnya pada mandibula baik sinistra maupun dekstra kadang disertai maupun tidak disertai nyeri. Pemeriksaan Penunjang Radiologi Gambaran radiologi menunjukkan adanya massa dengan pinggiran yang berbatas tegas membentuk lengkungan atau lingkaran pada bagian sekitar madibula. 2.



Diagnosa Keperawatan Kista Radikular Mandibula 1.



Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan melaporkan nyeri secara verbal, pasien tampak meringis, pasien tampak memegangi area yang terasa nyeri



2.



Resiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder: supresi respon inflamasi



3.



Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan mengekspresikan kekhawatiran, ketakutan, khawatir



4.



Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit ditandai dengan respon non verbal terhadap persepsi perubahan penampilan dan mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan pandangan tentang penampilan



3. Rencana Asuhan Keperawatan No 1.



Diagnosa Keperawatan Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan melaporkan nyeri secara verbal, pasien tampak meringis, pasien tampak memegangi area yang terasa nyeri



Tujuan Intervensi Setelah dilakukan asuhan NIC label: Pain Management keperawatan 3 x 24 jam  Kaji nyeri secara menyeluruh diharapkan nyeri klien dapat meliputi lokasi, karakteristik, terkontrol dengan kriteria dan onset durasi, frekuensi, hasil : kualitas, intensitas/beratnya NOC label : Pain Control nyeri, faktor presipitasi  Klien mampu mengenal  Observasi tanda-tanda non faktor penyebab verbal yang menunjukkan  Klien mampu mengenal ketidaknyamanan seperti reaksi serangan nyeri memegangi lokasi nyeri, meringis, menangis, dll NOC label: Pain Level  Gali pengaruh dari pengalaman  Klien melaporkan nyeri nyeri terhadap kualitas hidup terkontrol seperti mual, penurunan nafsu makan, dll  Klien tidak tampak  Berikan informasi tentang nyeri meringis dan menangis kepada klien meliputi penyebab  Klien tidak tampak nyeri, berapa lama nyeri akan mengekpresikan nyeri berlangsung, prosedur untuk  RR klien dalam batas mengatasi nyeri, dll normal (16-20 x/menit) klien untuk  Tekanan darah klien  Anjurkan menggunakan penanganan nyeri mengalami penurunan yang adekuat seperti pemberian menjadi sistole 110-120 analgesik dan diastole 60-70 mmHg



Rasional  Untuk mengetahui nyeri klien saat ini



kondisi



 Untuk mengetahui adanya peningkatan nyeri pada klien



 Untuk mengetahui pengaruh nyeri klien terhadap kehidupan sehari-hari klien  Untuk mengurangi kecemasan klien mengenai nyeri yang dialami  Untuk mengontrol nyeri yang dialami klien



NIC label: Vital Sign Monitoring  Identifikasi peningkatan skala  Untuk mengetahui penyebab



nyeri yang dapat menyebabkan perubahan tanda vital perubahan tanda-tanda vital klien  Monitor tekanan darah dan  Untuk mengetahui keadaan respiration rate klien umum klien Kolaborasi Kolaborasi tindakan pembedahan  Untuk (enukliasi atau marsupialisasi) nyeri Observasi aspek nonverbal terhadap ketidaknyamanan yang dirasakan klien. 1. Observasi aspek nonverbal terhadap ketidaknyamanan yang dirasakan klien. 2.



Resiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder: supresi respon inflamasi



Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan pencegahan infeksi klien terkendali dengan kriteria hasil: NOC label: Infection Severity  Klien mengalami penurunan suhu tubuh menjadi 360-370C  Pembengkakan pada lokasi infeksi tidak semakin membesar atau pecah  Jumlah lendir purulent,



NIC label: Infection Protection  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik  Inspeksi adanya pengeluaran cairan yang abnormal seperti keputihan yang berwarna kuning kehijauan  Lakukan pemeriksaan kultur lendir secara berkala  Berikan klien terapi antibiotic  Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda-tanda semakin memburuknya infeksi dan



mengatasi



penyebab



 Untuk mengetahui adanya penyebaran infeksi  Untuk mengetahui keparahan infeksi  Untuk mengetahui keparahan infeksi  Untuk mencegah terjadinya infeksi pada klien







3.



Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan mengekspresikan kekhawatiran, ketakutan, khawatir



seperti keputihan kemudain segera melaporkan berwarna kekuningan kepada petugas kesehatan yang keluar tidak semakin banyak NIC label: Vital Sign Monitoring  Untuk mengetahui sejak dini Hasil kultur lendir klien  Identifikasi kemungkinan infeksi gejala infeksi sistemik dan seperti leukosit, platelet, sistemik yang dapat memberikan penanganan C-Reactive Protein tidak menyebabkan perubahan tandasegera mengalami peningkatan tanda vital  Monitor suhu tubuh klien



Setelah diberikan asuhan keperawatan selama…. x 24 jam diharapkan ansietas klien teratasi dengan kriteria hasil : NOC label: Knowledge: Disease Process  Klien mengetahui tentang Kista Radikular Mandibula yang dialami  Klien mengetahui penyebab Kista Radikular Mandibula  Klien mengetahui tanda dan gejala Kista Radikular Mandibula  Klien mengetahui pengobatan yang tepat untuk penanganan Kista Radikular Mandibula



NIC label: Teaching: Disease Process  Nilai tingkat pengetahuan klien  Untuk menentukan bahasa dan mengenai Kista Radikular materi yang harus dijelaskan Mandibula kepada klien  Jelaskan kembali klien tentang  Agar klien memahami tentang keadaannya dan Kista Radikular keadaannya saat ini Mandibula  Jelaskan penyebab dan proses  Agar klien dapat menghindari Kista Radikular Mandibula potensi terjadinya infeksi berulang  Jelaskan tanda dan gejala Kista  Agar klien dapat memahami Radikular Mandibula gejala yang dialami akibat Kista Radikular Mandibula  Diskusikan mengenai pilihan  Agar klien dapat menentukan pengobatan Kista Radikular secara mandiri pengobatan Mandibula yang tepat  Jelaskan pentingnya mengikuti  Agar klien dapat memilih pengobatan Kista Radikular pilihan yang dirasa







4.



Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit ditandai dengan respon non verbal terhadap persepsi perubahan penampilan dan mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan pandangan tentang penampilan



Mandibula Klien mengetahui pentingnya mengikuti pengobatan Kista  Jelaskan kepada klien prognosis Radikular Mandibula dari Kista Radikular Mandibula yang dianjurkan jika ditangani dengan tepat  Klien mengetahui prognosis dari Kista NIC label: Anxiety reduction Radikular Mandibula  Kaji tingkat kecemasan klien NOC Label: Anxiety level  Pasien mengatakan sudah  Jelaskan prosedur dan tidak cemas lagi pengobatan Kista Radikular  Pasien tampak tenang Mandibula yang akan dilakukan  Dukung klien untuk berkomunikasi dengan orang terdekat atau petugas kesehatan  Diskusilkan perilaku koping alternatif dan teknik penanganan stress yang biasa dilakukan klien 1. Setelah diberikan asuhan NIC Label: Active Listening keperawatan selama 3 x 24  Tentukan tujuan dari interaksi jam diharapkan adaptasi  Tunjukkan ketertarikan terhadap terhadap perubahan citra klien tubuh mulai terpenuhi  Gunakan pertanyaan maupun dengan kriteria hasil: pernyataan untuk mendorong ekspresi mengenai pemikiran, NOC Label: Body Image perasaan, dan perhatian.



menguntungkan untuk kesehatannya  Agar klien mampu mengatasi kecemasan nya mengenai status kesehatannya



 Tingkat kecemasan akan mempengaruhi proses penyembuhan  Membantu pasien mengurangi kecemasannya  Berbagi dengan orang lain akan mengurangi tingkat kecemasan pasien  Membantu mengurangi kecemasan pasien



 Untuk membina komunikasi terapeutik dengan pasien dan memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya sehingga stress pasien dapat dikendalikan



 Verbalisasi tentang penyesuaian dengan perubahan penampilam  Menggunakan strategi untuk mengurangi stress yang berhubungan dengan perubahan penampilan  Melaporkan penurunan tingkat stress yang berhubungan dengan perubahan penampilan



NIC Label: Emotional Support  Nilai respons psikologis  Untuk menentukan intervensi terhadap keadaan dan dukungan dalam menangani masalah emosional emosional pasien  Jelaskan kepada klien bahwa  Dilakukan untuk membantu perubahan penampilan terjadi pasien dalam menciptakan akibat perubahan status pemikiran positif tentang kesehatan gambaran dirinya  Berikan dukungan kepada klien untuk meningkatkan panadangan tentang perubahan penampilannya



DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 1. Jakarta: EGC Ghom, A. G. & Ghom, S. A. (L). (2012). Textbook of Oral Medicine. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd. Humphrey, P. A., Denher, L. P., Pfeifer, J. D. (2008). The Washington Manual of Surgical Pathology. St. Louis: Department of Pathology and Immunology, Washington University School of Medicine Joanne & Gloria. (2008). Nursing Intervention Classification Fourth Edition, USA: Mosby Elsevier. Kristiani, A., Koswara, N., Anggrawati, H., Wijaya, I., Nafarin, M., Suwarsono, N., Salamah, S., Dahlan, Z., Nasri, Budiarti, R., Vione, V., Mappahia, N. Ningrum, N., Ambarwati, S. U., Krisyudhanti, E., Elina, L., & Arnetty. (2008). Buku Ajar Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Jakarta: Forum Komunikasi Jkg Poltekkes Se-Indonesia Kenneth, M. H. and Cohen, S. (2011). Cohen’s Pathway of The Pulp 9th edition. St. Louis: Mosby Malik, N. A. (2012). Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd. Manaktala, N. (2014). Radicular cyst reassessed: Histopathological study in Indian population. Oral Health Dent Manag 2014, 13(2). http://dx.doi.org/10.4172/2247-2452.S1.002 Medscape. (2014). Odontogenic Cyst. New York: http://emedicine.medscape.com/article/852734-overview#a2.



Medscape.



NANDA. (2014). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 (terjemahan). Jakarta: EGC. Roberts, G. (2006). Periapical cyst http://www.zhub.com/pathology/listings/56.htm



(radicular



cyst).



Sirait, T., Rahayu, S., Sibarani, M. & Brigitta, G. (2010). Kista Radikular Multipel pada Maksila. Majalah Kedokteran FK UKI, 27(4). Sue, M., Meridean, & Elizabeth. (2008). Nursing Outcomes Classification Fourth Edition. USA: Mosby Elsevier. Tarigan, R. (2006). Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti), edisi 2. Jakarta: EGC Walton, R. E. dan Mahmou, T. (2008). Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia Edisi 3. Jakarta: EGC.