KLP 6 Laporan Kuliah Lapangan Op [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Oseanologi Pendahuluan KULIAH LAPANGAN PULAU SAMALONA Dosen Pengampu: Dr. Magdalena Litaay, M.Sc. Asisten: Veni Apriliani, S.Si



DI SUSUN OLEH KELOMPOK 6: H041211016 SRIWANTI H041211021 NURFADHILAH AZIS H041211027 NATALIA TANDI RERUNG H041211044 RIZKI ANDRI H041211045 ELISYA LILING H041211049 NUNIK SUPRAPTI H041211071 NOEROEL INDAH H041211083 ALYA RAFIKA H041211098 ALYA RAFINA RAUF DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2022



BAB I PENDAHULUAN



I.1 Latar Belakang Oseanologi berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu oceanus berarti samudera dan logos yang berarti ilmu, sehingga oseanologi mempunyai arti ilmu yang mempelajari tentang samudera. Bumi memiliki wilayah samudera yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan wilayah daratan tetapi lingkup oseanologi pada kenyataan lebih dari sekedar deskripsi tentang samudera, dikarenakan oseanologi melibatkan berbagai disiplin ilmu diantaranya ilmu fisika, biologi, kimia dan geologi. Oseanologi fisika mempelajari segala sifat dan karakter fisik yang membangun sisitem fluidanya. Oseanologi biologi mempelajari sisi hayati samudera guna mengungkap berbagai siklus kehidupan organisme yang hidup di samudera. Oseanologi kimia melihat berbagai reaksi antar unsur, molekul atau campuran dalam sistem samudera yang menyebabkan perubahan zat secara reversibel atau ireversibel. Oseanologi geologi memfokuskan pada dasar samudera yang berkaitan dengan struktur dan evolusi cekungan samudera (Supangat dan Susanna, 2017). Pulau Samalona merupakan sebuah pulau kecil yang terletak di Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Jaraknya sekitar 6,8 kilometer dari kota Makassar. Pulau Samalona secara administratif termasuk wilayah Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Pulau Samalona merupakan salah satu pulau yang berada di Kepulauan Spermonde sehingga memiliki potensi yang besar dalam pengembangan aktivitas kepariwisataan. Oleh karena itu pulau Samalona



menjadi lokasi praktek lapangan mata kuliah oseanologi pendahuluan (Nurdin, 2016). Berdasarkan pemaparan tersebut diperlukan pemahaman jauh mengenai topografi samudera dan pantai dengan melihat berbagai aspek. Oleh karena itu dilakukan praktek lapangan ini untuk mengetahui topografi pantai di pulau Samalona dengan melihat aspek geologi, fisika, kimia dan biologi. I.2 Tujuan Percobaan Tujuan dari praktek lapangan ini yaitu untuk mengetahui topografi pantai dengan melihat aspek geologi, fisika, kimia dan biologi. 1.3 Waktu dan Tempat Percobaan Praktek Lapangan ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 08 Juni 2022, pukul 07:00-16:00 WITA, bertempat di Pulau Samalona, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



II.1 Pengertian Oseanologi Pendahuluan Oseanologi terdiri dari dua kata (dalam bahasa Yunani) yaitu oceanos (laut) dan logos (ilmu) yang secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang laut. Dalam arti yang lebih lengkap, oseanologi adalah studi ilmiah mengenai laut dengan cara menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan tradisional seperti fisika, kimia, matematika, dan lain-lain ke dalam segala aspek mengenai laut (Sellang, 2020). Kadangkala, selain istilah oseanologi, adapula istilah lain yang sering digunakan untuk menyebut ilmu tentang laut, yaitu oseanografi. Oseanografi sendiri terdiri dari dua kata: oceanos yang berarti laut dan graphos yang berarti gambaran atau deskripsi (bahasa Yunani). Secara sederhana oseanografi dapat diartikan sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Dalam bahasa yang lebih lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Laut sendiri adalah bagian dari hidrosfer. Seperti kita ketahui bahwa Bumi itu sendiri terdiri dari beberapa bagian padat yang disebut litosfer. Litosfer merupakan suatu bagian cair yang terdapat didalam hidrosfer dan terdapat pula didalam bagian gas yang disebut atmosfer. Sementara itu semua bagian hal yang berkaitan dengan sistem ekologi seluruh makhluk hidup penghuni planet Bumi dikelompokkan ke dalam biosfer. Biosfer sendiri merupakan sistem ekologis global yang menyatukan seluruh makhluk hidup dan hubungannya (Setiawan, 2019).



II.2 Pulau Samalona Pulau Samalona merupakan sebuah pulau kecil yang terletak di Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Jaraknya sekitar 6,8 kilometer dari kota Makassar. Pulau Samalona secara administratif termasuk wilayah Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Pulau Samalona merupakan salah satu pulau yang berada di Kepulauan Spermonde sehingga memiliki potensi yang besar dalam pengembangan aktivitas kepariwisataan. Secara administratif luas wilayah Pulau Samalona yaitu 2,34 Ha, dengan batas wilayah; sebelah utara berbatasan dengan Pulau Kayangan, sebelah timur berbatasan dengan Pulau Lae-lae, sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Selat Makassar (Nurdin, 2016). Pulau Samalona hampir berbentuk bulat, proses sedimentasi menyebabkan terjadinya endapan pasir tambahan disebelah utara, sehingga cenderung berbentuk segitiga oval, dengan luas pulau sekitar 3 ha. Pada bagian selatan dan barat terjadi abrasi akibat gelombang. Pasir putih yang membentang disisi utara, timur laut, dan barat menjadi pesona tersendiri bagi kegiatan wisata. Selain itu terumbu karang yang tersebar disisi barat, utara, dan selatan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisata selam di Pulau Samalona. Paparan terumbu karang pada sisi barat sekitar 400 m dari pantai, sisi utara sekitar 200 m, dan sisi timur dan selatan sekitar 50-100 m. Lifeform karang yang hidup diPulau Samalona adalah Coral massive, Acropora digitate, Acropora tubulate, Acropora submasive, Coral encrusting, Acropora branching, dan Soft coral. Biota yang ditemukan adalah Linckia, Diadema sp, dan Halimeda sp serta jenis biota lainnya (Koeshendrajana ddk., 2014).



Topografi terumbu karang pada sisi timur dan selatan lebih terjal dengan kemiringan 60° -70° dengan perkembangan terumbu karang yang kurang subur. Kemiringan tubir terumbu karang pada kedalaman 1 m sekitar 25° -30° , kemiringan terumbu karang berubah menjadi 60° -70° antara kedalaman 4-17 m hingga mencapai dasar terumbu. Terdapat sekitar 116 jenis dari 25 genera karang keras pada terumbu karang di Pulau Samalona. Dalam komunitas karang keras, tidak terdapat dominansi jenis tertentu, dan dari indeks keseragaman diperoleh bahwa komunitas karang dalam kondisi stabil. Karang yang dominan adalah dari jenis Acropora baik yang bercabang maupun yang berbentuk seperti meja (Koeshendrajana ddk., 2014). Kondisi parameter oseanografi perairan Pulau Samalona tergolong baik dalam mendukung pertumbuhan karang, hal tersebut didukung dari hasil pengukuran yang dilakukan oleh Saifullah et all (2017), bahwa suhu perairan rata-rata berkisar antara 30,17° C-32,33° C, nilai kecepatan arus berkisar antara 0,029-0,094 m/s, salinitas ratarata berkisar antara 28,2% - 29,5% dan tingkat kecarahan perairan mencapai 75 – 80 %. Terdapat sekitar 116 jenis dari 25 genera karang keras (scleractinia) pada stasiun pengamatan terumbu karang Pulau Samalona. Hasil analisis keragaman jenis diperoleh indeks Keragaman H>3 atau 4,423, mengindikasikan keragaman jenis karang yang tinggi. Dalam komunitas karang keras, tidak terdapat dominansi jenis tertentu, dan dari indeks keseragaman diperoleh bahwa komunitas karang dalam kondisi stabil. Karang yang dominan adalah dari jenis Acropora baik yang bercabang maupun yang tabulate (bentuk meja), yaitu Acropora bruegemmani, A. yongei, A cytherea, A.hyacintus, A. palifera, Porites nigrescen, Porites lutea, dan Seriatopora hystrix. Di samping itu, kehadiran karang Echynopora, Pocillopora, dan Porites yang



banyak tidak mengurangi tingkat keragaman jenis karang (Koeshendrajana ddk., 2014).



Gambar 1. Pulau Samalona Sumber: Nurdin, 2016 II.3 Bidang Ilmu Yang Berkaitan Dengan Oseanologi Pendahuluan II.3.1 Fisika Salah satu parameter fisik yang berperan dalam distribusi nutrien dan kualitas perairan adalah arus laut. Arus laut merupakan perpindahan atau gerakan horizontal maupun vertikal dari suatu massa air, sehingga massa air tersebut mencapai kestabilan, yang disebabkan oleh berbagai faktor penyebab, diantaranya adalah gradien tekanan, tiupan angin, perbedaan tekanan ataupun densitas, pasang surut dan lain sebagainya. Arus laut juga dipengaruhi oleh gravitasi bumi, topografi atau kondisi dasar perariran, morfologi pantai dan gerakan rotasi bumi atau perputaran bumi pada porosnya. Pada sebagian besar perairan, faktor utama yang dapat menimbulkan arus relatif lebih kuat adalah angin dan pasang surut air laut pada pantai (Simatupang dkk., 2016). Karakteristik gelombang laut adalah faktor yang sangat menentukan pada dinamika yang terjadi di pantai. Dinamika pantai meliputi karakteristik gelombang



pantai, proses abrasi dan dinamika arus pantai. Karakteristik gelombang umumnya dapat digunakan dalam perencanaan bangunan-bangunan pantai dan pelabuhan pelayaran guna untuk pengembangan pembangunan daerah pesisir pada dinamika pantai (Arianty dkk., 2017). Pasang surut merupakan salah satu fenomena yang terjadi di laut. Pasang surut merupakan satu fenomena naik turunnya permukaan air laut yang disertai dengan gerakan horizontal dari massa air laut secara periodik. Terjadinya pasang surut air laut disebabkan oleh adanya gaya tarik dari benda langit, dan yang paling utama yaitu tarik dari benda langit, dan yang paling utama yaitu matahari dan bulan. Gaya tarik gravitasibervariasi terhadap massa benda dan berbanding terbalik dengan jarak antara benda tersebut. Hal ini membuat bulan memiliki pengaruh yang besar terhadap pasang surut di bumi karena jarak bumi dan matahari jauh lebih besar jika dibandingkan dengan jarak bumi dan bulan. Oleh karena itu, pasang surut air laut disetiap tempat tidak sama (berbeda), tergantung pada posisi matahari dan bulan terhadap tempat tersebut (Novitasari dkk., 2018). Peningkatan atau penurunan temperatur air memerlukan energi yang dikenal dengan kalor. Yang mana kalor merupakan perpindahan energi dari temperatur tinggi ke rendah dari suatu komponen. Besarnya kalor tergantung pada massa (m), kalor jenis (c) dan perubahan temperatur (ΔT) (Indriani dkk., 2014). II.3.2 Kimia Nutrien merupakan material dasar siklus biogeokimia laut dan berperan penting dalam produktivitas perairan serta pertumbuhan fitoplankton. Unsur utama penyusun nutrien tersebut antara lain nitrogen (N), fosfor (P), dan silikon (Si) yang



merupakan elemen biogenik untuk pertumbuhan fitoplankton dan menentukan karateristik



geokimia



di



laut



Dissolved



Inorganic



Nitrogen



(DIN)



atau



nitrogenanorganik terlarut terdiri dari amonia, nitrit, dan nitrat, sedangkan fosfor adalah nutrien yang juga diperlukan untuk pertumbuhan organisme dan dapat menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan fitoplankton. Fosfor terlarut dalam kolom air laut sebagian besar dalam bentuk ortofosfat (PO4-3), yang dapat dimanfaatkan langsung oleh fitoplankton autotrofik. Silikat terlarut pada sebuah perairan berasal dari pelapukan yang terjadi karena interaksi aktivitas tektonik, tipe batuan dasar dan dinamika iklim.Selain itu, organisme bercangkang seperti diatom dan radiolaria melepaskan silika terlarut yang berasal dari silika amorf terhidrasi air laut (Meirinawati dan Iskandar, 2019). II.3.3 Biologi Aspek Biologis Aspek biologi perairan laut ini berkaitan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan di laut. Aspek biologi antara lain dapat dilihat dari adanya: 1. Plankton Plankton adalah organisme mikroskopik yang melayang-layang dipermukaan udara. Biota yang berkisar antara sejumlah besar biota di laut, baik ditinjau dari jumlah jenis maupun kepadatannya. Banyak jenis hewan yang hidupnya sebagian dari daur hidupnya sebagai plankton, khususnya pada tingkat larva atau juwana. Plankton kelompok ini disebut meroplankton atau plankton sementara, karena setelah juwana atau dewasa mereka menetap di dasar laut sebagai bentos atau berenang bebas sebagai nekton. Jika biota laut sebagai plank dari lahir sampai mati, mereka hidup



plankton tetap atau holoplankton. Pada biota plankton ini terbagi atas fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton merupakan plankton jenis



tumbuhan yang



mikroskopik yang melayang-layang di permukaan udara. Fitoplankton ditemukan sangat besar dibandingkan dengan zooplankton. Pada suatu perairan baik tawar maupun laut fitoplankton selain merupakan makanan alami bagi ikan fitoplankton juga merupakan penghasil oksigen yang digunakan oleh semua jenis perairan untuk bernafas. Fitoplankton memakan zat-zat hara senyawa-senyawa yang ada di perairan. Fitoplankton juga merupakan produsen yang paling dasar atau penghubung dalam rantai makanan biota laut. Zooplankton merupakan plankton jenis hewan. Meskipun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan fitoplankton, mereka membentuk kelompok yang lebih beragam. Kelompok zooplankton ini berukuran sangat beragam, dari yang sangt kecil atau renik hingga yang garis tengahnya lebih dari 1 m. 2. Nekton Hewan-hewan perenang di laut sudah lama menjadi perhatian manusia karena nilai ekonomiknya sebagai sumber makanan. Kelompok yang termasuk dalam nekton ini adalah ikan bertulang rawan, ikan bertulang belakang, penyu, ular, dan hewan menyusui laut yang kesemuanya termasuk Vertebrata. 3. Bentos Bentos mencakup biota yang menempel, makanan dan meliang di dasar laut. Kelompok biota ini hidup di dasar perairan mulai dari garis pasang surut sampai dasar abisal. Contoh biota yang ditempel adalah sepon, teritip, dan tiram; biota, kepiting dan udang karang; dan biota meliang, jenis kerang tertentu dan cacing.



BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah katamaran, pelampung, fins, snorkel, masker, handrefraktor salinometer dan PH meter. III.1.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biota laut, air laut dan air tawar. III. 2 Prosedur Penelitian 1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 2. Dipakai 3 alat dasar yang telah disiapkan yaitu masker, snorkel, dan fins pada 3 orang praktikan. Sementara praktikan lainnya menggunakan katamaran. 3. Didorong katamaran untuk mengamati dasar laut dan biota laut secara jelas.



4. Diambil biota laut yang diamati baik itu tumbuhan maupun hewan dan diamati morfologinya. Difoto biota laut yang diambil, kemudian dikembalikan kembali ke laut agar tidak punah. 5. Mengambil sampel air yaitu air laut dan air tawar yang mau diukur kadar Phnya dan diletakkan dalam wadah. 6. Menyalakan PH meter dengan menekan tombol on, kemudian memasukkan PH meter ke dalam wadah yang berisi air yang akan diuji. Diamati hasil yang diperoleh kemudian dicatat. 7. Mengambil sampel air laut dan meneteskan sampel yang akan diuji tersebut pada kaca prisma handrefraktor salinometer. 8. Mengarahkan handrefraktor salinometer ke arah cahaya langsung. Kemudian dilihat seberapa besar salinitas air laut yang diperoleh pada layar bidikannya, dan dicatat hasil yang diperoleh.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



IV.1 Hasil Tabel 1. Pengamatan pada bidang Geologi ASPEK



KETERANGAN



GEOLOGI MORFOLOGI



Laut berupa teluk dengan tanjung yang panjang, daratan



LAUT



pantai ada yang berbukit akibat dari pasir-pasir yang telah mengeras yang membentuk suatu bukit-bukit.



TIPE SUBSTRAT



Terlihat di sepanjang laut terdapat banyak pasir yang berwarna putih dimana memiliki jumlah kuarsa yang sangat tinggi, kuarsa adalah mineral yang umum ditemukan pada



kerak kontinen bumi. Tabel 2. Pengamatan pada bidang Fisika ASPEK FISIKA GELOMBANG



KETERANGAN



Gelombang yang terjadi umumnya dipengaruhi oleh pergerakan angin dipermukaan laut sehingga energi yang akan dibawah oleh gelombang akan dilepaskan kelaut dalam bentuk hempasan ombak, sehingga adanya gelombang ini akan



mengakibatkan



abrasi



yang



berdampak



pada



perubahan-perubahan daratan disekitar laut. PASANG SURUT



Pasang surut sangat mempengaruhi naik turunnya permukaan air laut secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi benda-benda langit terutama bulan dan matahari.



KECERAHAN



Kecerahan air laut sangat dipengaruhi oleh cuaca, dimana apabila cuaca cerah maka tingkat kecerahan air laut sangat nampak karena banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terlarut dalam air.



Tabel 3. Pengamatan pada bidang Kimia ASPEK KIMIA SALINITAS



KETERANGAN



Salinitas merupakan konsentrasi rata-rata garam yang terdapat dalam air laut dimana tingkat salinitas ini sangat dipengaruhi oleh komposisi yang ada disekitar pantai/daratan berupa bebatuan yang mengandung unsur-unsur tertentu dan



mineral sehingga akan bercampur dengan air laut. SUHU



Suhu suatu air sangat dipengaruhi oleh musim sehingga perubahan suhu yang terjadi sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan, peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi.



OKSIGEN YANG TERLARUT pH



Semakin tinggi suatu peningkatan suhu di laut maka penurunan kadar oksigen di laut makin tinggi pula. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi dalam suatu perairan seperti proses nitrifikasi yang akan terhenti aktivitasnya apabila suhu rendah.



Tabel 4. Pengamatan pada bidang Biologi ASPEK BIOLOGI JENIS BIOTA



KETERANGAN



Umumnya jenis biota yang ditemukan berupa bintang laut yang meruapakan anggota echinodermata yang hanya dapat hidup dilaut dalam, Teripang (Pelagothuria sp) ialah sebagai biota dasar laut yang bergerak lamban namun bukan hanya indah tetapi estetik, serta beberapa tumbuhan alga atau rumput laut yang terdapat dalam perairan, hal ini terlihat di sepanjang pesisir pantai terdapat rumput-rumput laut yang mati atau telah kering.



IV. Pembahasan



Oseanografi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang lautan dan segala aspeknya sifat-sifat fisika dan kimia air laut dinamika laut yang dipengaruhi oleh gaya astronomis meteorologis dan geologis zat-zat yang terlarut dan organisme yang hidup di laut dan lain-lain diantaranya adalah cakupan dari ilmu oseanografi. Karena begitu luasnya cakupan dari ilmu ini maka dapat dikatakan bahwa oseanografi sendiri itu suatu ilmu murni tapi merupakan perpaduan dari berbagai ilmu dasar seperti fisika kimia biologi geografi geologi meteorologi astronomi dan perikananan. Namun demikian pada umumnya dalam hal ini juga yang dipakai di Indonesia oseanografi hanya mencakup kajian ilmu fisika oseanografi kimia oseanografi biologi oseanografi dan geologi oseanografi saja sedangkan cabang ilmu yang mempelajari semua ilmu itu seperti yang disebut di atas disebut oseaonologi. Pulau Samalona terletak di Selat Makassar yang merupakan salah satu dari beberapa pulau di dalam gugusan Kepulauan Spermonde. Secara administratif Pulau Samalona termasuk dalam wilayah Kecamatan Mariso Kota Makassar, yang berjarak 6,8 km dari Kota Makassar. Perairan sisi selatan, timur, utara, dan barat hingga mencapai 10 m. Bentuk Pulau Samalona relatif bulat dengan luas wilayah 2,34 hektar tapi



sewaktu-waktu



bisa



berubah



akibat



abrasi.



Letak



geografis



Pulau



Samalona berada pada koordinat 119°34'02” Bujur Timur dan -5°12'21” Lintang Selatan. Pulau ini termasuk ke dalam wilayah administratif, Kelurahan Mariso, Kecamatan Mariso, Kota Makassar. Pulau ini Berbentuk bulat, dengan luas wilayah daratan ± 2 Ha. Berdasarkan pada pengamatan pada bidang geologi diperoleh hasil bahwasanya, morfologi laut pulau Samalona berupa teluk dengan tanjung yang panjang, daratan



pantai ada yang berbukit akibat dari pasir-pasir yang telah mengeras yang membentuk suatu bukit-bukit, dengan tipe substrat di sepanjang laut terdapat banyak pasir yang berwarna putih dimana memiliki jumlah kuarsa yang sangat tinggi, kuarsa adalah mineral yang umum ditemukan pada kerak kontinen bumi. Berdasarkan pengamatan dapat disimpulkan bahwa jenis sedimen pulau Samalona adalah pasir sangat kasar. Hal ini dapat disebebkan oleh karena tingkat kedalaman perairan yang tidak terlalu besar dan faktor jarak pulau Samalona terhadap kota Makassar yang cukup dekat menyebabkan material pasir terakumulasi di sekitar pulau Samalona selain itu pasir juga merupakan hasil hancuran dari karang-karang. Hal itulah yang menyebabkan data



yang



ditemukan



di



lapangan



berupa



material



pasir



sangat



kasar.



Kemiringan/Topografi pantai dimana dari hasil analisa data kemiringan pantai di sepanjang pantai Pulau Samalona, didapatkan hasil bahwa persentase kemiringan pantai berkisar antara 3o hingga 33o. Hal ini menunjukkan bahwa topografi garis pantai pulau samalona bervariasi. Pada bagian barat pulau dipasangkan tanggul yang berfungsi untuk menahan gelombang laut yang datang dari laut lepas sebelah barat yang membawa energi yang besar. Berdasarkan pada pengamatan pada bidang fisika diperoleh gelombang air laut yang terjadi umumnya energi yang dibawah oleh gelombang akan dilepaskan kelaut dalam bentuk hempasan ombak, sehingga adanya gelombang ini akan mengakibatkan abrasi yang berdampak pada perubahan-perubahan daratan disekitar laut. Hal ini disebabkan oleh faktor angin yang menjadi pembangkit gelombang, serta adanya pasang surut air laut. Gelombang menjadi lebih tinggi ketika permukaan laut menuju pasang naik pada malam hari. Selain itu, bentuk topografi dasar perairan sekitar Pulau



Samalona yang landai juga sangat menentukan tinggi gelombang air laut yang terbentuk. Perbedaan gelombang disebabkan oleh keadaan topografi perairan pulau ini serta kecepatan angin yang bertiup pada perairan ini berbeda tiap titik lokasi pengamatan. Arus Arus adalah gerak massa air laut yang terjadi secara horizontal maupun vertikal yang umumnya dibangkitkan oleh tenaga angin dan perbedaan densitas massa air laut. Gerakan air dipermukaan laut terutama disebabkan oleh adanya angin yang bertiup diatasnya. Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya arus adalah bentuk topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada disekitarnya, gaya krolis dan arus ekman serta perbedaan tekanan air. Jika dihubungkan dengan data hasil pengamatan di lapangan, maka didapatkan bahwa arus yang terjadi di pulau Samalona adalah arus yang yang dibangkitkan oleh adanya kecepatan angin yang bertiup di atas permukaan air laut serta adanya pengaruh pasang surut air laut. Sehingga untuk kecepatan angin hanya data yang diperoleh berupa arah datang angin, dengan melihat kibaran kain ataupun gerakan pohon. Pada pagi dan sore hari terdapat perbedaan yang besar terhadap tekanan udara daratan daerah makassar dan tekanan udara selat makassar. Pada pagi hari angin bertiup dari selat makassar menuju daratan sedangkan kebalikannya terjadi pada sore hari. Perbedaan tekanan udara yang sangat besar tersebut menyebabkan kecepatan angin yang besar pula, sehingga kecepatan angin yang cukup besar di pulau samalona terjadi pada pagi dan sore hari, namun dalam angka yang tidak besar. Pada bulan Oktober – April, matahari berada pada belahan langit Selatan, sehingga benua Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari dari benua Asia. Akibatnya di Australia terdapat pusat tekanan udara rendah (depresi) sedangkan di Asia terdapat pusat-pusat tekanan



udara tinggi (kompresi). Keadaan ini menyebabkan arus angin dari benua Asia ke benua Australia. Angin ini mengakibatkan di Indonesia mengalami musim penghujan. Jika kita kaitkan dengan lokasi praktek lapang, maka angin ini bertiup dari arah utara ke Selatan dan melewati daratan berupa pulau Sulawesi, dan ketika sampai kepada pulau samalona tidak terlalu kencang. Itulah sebabnya sehingga pada saat praktek, angin tidak terlalu besar. Berdasarkan teori bahwa Kecerahan air laut dapat dikatakan sebagai intensitas kejernihan air laut, yang dipengaruhi oleh banyak tidaknya sampah dan zat pencemar air yang terkontaminasi di laut. Pengukuran kecerahan pada kegiatan pengambilan data di lapangan menggunakan alat seichi disk. Kedalaman alat dibandingkan dengan kedalaman laut pada titik itu kemudian di kalikan dengan 100% sehingga menghasilkan data persentase kecerahan. Dari hasil pengambilan data di lapangan, ditemukan bahwa tingkat kecerahan laut perairan Pulau Samalona adalah berkisar antara 33,3% - 100%. Hal ini menunjukkan bahwa perairan ini memiliki kecerahan yang baik hingga mencapai 100%. Ini dipengaruhi oleh tingkat kejernihan airnya dan juga pasir dasar perairan yang berwana putih. Selain itu perairan pulau samalona merupakan habitat dari hard coral, dan karang laut. Sehingga tingkat kecerahannya sangat tinggi. Sedimen adalah pecahan, mineral, atau material organik yang ditransformasikan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es, atau oleh air dan juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia. Dihubungkan dengan proses pengambilan data di lapangan, sedimen dasar laut daerah pesisir diperoleh dengan cara manual, yakni langsung menggunakan tangan.



Berdasarkan pada pengamatan pada bidang kimia pada pengukuran salinitas air laut pulau Samalona, dimana air laut memiliki salinitas sekitar 3,5 %, yakni sekitar 220 kali salinitas air tawar. Salinitas seringkali di ekspresikan dengan satuan part per milion (‰) sehingga angka salinitas air laut menjadi 35‰ artinya, dalam 1000 gram air laut mengandung 35 gram garam. Hadikusumah dan Sugiarto (2001) dalam jurnal penelitian Simon 2020, mengungkapkan bahwa sebaran salinitas permukaan sampai pada kedalaman 10 meter perairan Sulawesi dan sekitarnya berkisar berkisar antara 33,7 - 33,8 ‰. Dari data yang diperoleh di pesisir pulau, angka salinitas menunjukkan kisaran antara 30 hingga 35‰. Salinitas yang diperoleh tergolong normal (sedang) dengan angka salinitas air laut normal pada umumya yakni 35‰. Nilai pH perairan merupakan tingkat keasaman atau kebasahan perairan akibat keberadaan ion H+. pH mempengaruhi toksisitas logam, pada pH rendah ditemukan logam dalam bentuk terionisasi (Effendi, 2003). Menurut Sanusi dkk (2005), pH air laut bersifat basa antara 7,50 – 8,30 yang dikarenakan mengandung ion-ion monovalen seperti (Na+) maupun bivalen seperti (Ca++, Mg++). Pada pengamatan yang dilakukan di lokasi penelitian dengan menggunakan pH meter dengan cara alat yang telah dikalibrasi, dicelup pada sampel air laut kemudian dicatat nilai yang ditampilkan, didapatkan pH sebesar 8. Pada pH 8 yang didapatkan tersebut tergolong optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan alga (nilai yang ideal untuk kehidupan antara 7 – 8,5) oleh karena itu pada sampel banyak ditemukan alga dengan berbagai jenis. Untuk pH 8 termasuk basa karena lebih besar dari 7.Di perairan yang tidak tercemar pH di control oleh ion CO2, Carbonat dan Bicarbonat.Oksigen terlarut diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan aquatik termasuk makroalga.Pada



setiap perlakuan memiliki konsentrasi oksigen terlarut antara 6,3-6,7 ppm. Pada perlakuan pH 8 dari rentang waktu pengamatan memiliki kadar DO yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya, hal ini kemungkinan disebabkan oleh relatif tingginya proses fotosintesis makroalga pada bak tersebut sehingga oksigen yang terpakai pada lokasi tersebut juga relatif kurang (Rukminasari dkk., 2014). Berdasarkan pada pengamatan pada bidang biologi diperoleh hasil bahwasanya, umumnya jenis biota yang ditemukan berupa bintang laut, bulu babi, teripang, alga, kepiting dan lamun. bintang laut yang merupakan anggota echinodermata yang hanya dapat hidup dilaut dalam, Teripang (Pelagothuria sp) ialah sebagai biota dasar laut yang bergerak lamban namun bukan hanya indah tetapi estetik, serta beberapa tumbuhan alga atau rumput laut yang terdapat dalam perairan, hal ini terlihat di sepanjang pesisir pantai terdapat rumput-rumput laut yang mati atau telah kering. Ditemukan juga Sargassum Sp. atau alga coklat, alga pirang, Phaeophyceae adalah salah satu kelas dari dari alga Heterokontophyta. Nama alga ini diambil dari pigmen dominan yang dimiliki, yaitu xantofil yang menyebabkan ganggang berwarna coklat. Pigmen lain yang dimiliki Phaeophyceae adalah klorofil dan karotena. Bulu babi (Echinoidea) adalah hewan laut yang berbentuk bundar dan tertutup duri yang dapat digerakkan di seluruh permukaan tubuhnya di padang lamun bisa hidup soliter atau hidup mengelompok, tergantung kepada jenis dan habitatnya misalnya, jenis Diadema setosum, D. antillarum, Tripneustes gratilla, T. ventricosus, Lytechinus variegatus, Temnopleurus



toreumaticus



mengelompok,



sedangkan



dan jenis



Strongylocentrotus Mespilia



globulus,



spp.



cenderung



Toxopneustes



hidup



pileolus,



Pseudoboletia maculata, dan Echinothric diadema cenderung hidup menyendiri (Aziz,



1994: 36). Kepiting berasal dari genus Ocypode, yang terdiri dari 20 spesies kepiting yang biasa tinggal di pesisir pantai. Kepiting ini dikenal berkat larinya yang kencang dan sulit dikejar. Mereka tinggal di lubang pasir di bawah tanah sedalam 1 meter. Apabila terjebak saat dikejar, mereka akan masuk ke dalam lubang itu dengan cepat. Thalassia hemprichii tanaman ini mirip dengan Cymodocea serrulata, rimpang bulat dan tebal dibandingkan dengan jenis lain. Helai daun membujur sampai sedikit lebar (pita) dengan beberapa garis coklat, umum bulat (panjang 5-20 cm, lebar 4-10 mm) bergaris pinggir seluruhnya, tetapi sedikit bergerigi dekat ujung; ujung tumpul. Seludang daun keras, panjang 3-7 cm. Rimpang menjalar, diameter 3-5 mm, panjang antar ruas 4-7 mm. Bunga jantan dan betina muncul pada tanaman yang berbeda. Buah agak bulat, kasar (panjang 2-3 cm, lebar 1-3 cm).



BAB V PENUTUP



V.1 Kesimpulan Pulau samalona memiliki topografi kemiringan pantai Pulau Samalona ialah dengan persentase kemiringan pantai berkisar antara 3o-33o sehingga menunjukkan topografi garis pantai pulau samalona bervariasi. Selain itu bentuk topografi dasar perairan sekitar Pulau Samalona yaitu landai. Pada bidang geologi, morfologi laut pulau Samalona berupa teluk dengan tanjung yang panjang, daratan pantai berbukit akibat pasir-pasir yang mengeras membentuk bukit-bukit, tipe substrat di sepanjang laut terdapat banyak pasir putih dan memiliki jumlah kuarsa yang tinggi. Pada bidang fisika, gelombang air laut terjadi energi yang dibawa oleh gelombang akan dilepaskan kelaut dalam bentuk hempasan ombak, sehingga adanya gelombang ini akan mengakibatkan abrasi yang berdampak pada perubahanperubahan daratan disekitar laut. Hal ini disebabkan oleh faktor angin yang menjadi pembangkit gelombang dan pasang surut air laut. Selanjutnya pada bidang kimia, air laut pulau Samalona memiliki salinitas sekitar 3,5 %, yakni sekitar 220 kali salinitas air tawar. Salinitas yang diperoleh tergolong normal (sedang) dengan angka salinitas



air laut normal pada umumya yakni 35%. Pada bidang biologi, jenis biota yang umum ditemukan berupa bintang laut, bulu babi, teripang, alga, kepiting dan lamun. Teripang (Pelagothuria sp.) sebagai biota dasar laut yang bergerak lamban namun bukan hanya indah tetapi estetik, serta beberapa tumbuhan alga atau rumput laut yang terdapat dalam perairan. Ditemukan pula alga coklat, alga pirang, Phaeophyceae yang merupakan salah satu kelas dari dari alga Heterokontophyta. V.2 Saran Sebaiknya disiapkan kuantitas alat pengukur yang lebih memadai agar setiap kelompok dapat mengukur masing-masing pH dan salinitas air laut.



DAFTAR PUSTAKA



Amalyah, R., Hamid, D., & Hakim, L. (2016). Peran stakeholder pariwisata dalam pengembangan Pulau Samalona sebagai destinasi wisata bahari. Jurnal Administasi Bisnis. 37(1). DI WPPNRI, S. D. I. 2014. 5. Potensi, Kelimpahan Stok, dan Tingkat Eksploitasi. Potensi Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan Wppnri 713, 53. Nurdin, N. (2016). Strategi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di pulau samalona, makassar. Jurnal Master Pariwisata (JUMPA). 3(1): 175-189. Patty, S. I., Huwae, R., & Kainama, F. 2020. Variasi Musiman Suhu, Salinitas dan Kekeruhan Air Laut di Perairan Selat Lembeh, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax, 8(1), 110-117.



Rukminasari, N., Nadiarti & Khaerul Awaluddin, K. 2014. Pengaruh Derajat Keasaman (pH) Air Laut Terhadap Konsentrasi Kalsium Dan Laju Pertumbuhan Halimeda sp. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan), 24(1), 28-34. Sellang, H. 2020. BIOLOGI PERAIRAN. Penerbit Lakeisha. Setiawan, A. 2019. Pengenalan Data Oseanografi. Jurnal Hidrosfir Indonesia. 2(2). Supangat, A., dan Susanna, 2017, Pengantar Oseanografi, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta.



Lampiran 1. Dokumentasi Sampel



Gambar 1. Sargassum vulgare



Gambar 2. Turbinaria decurrens



Gambar 3. Padina pavonica



Gambar 4. Cladophora algae



Gambar 5. Linckia laevigata



Gambar 6. Temnopleurus alexandrii



Gambar 7. Typhlocarcinops hirtus



Gambar 8. Typhlocarcinops hirtus



Gambar 9. Holothuria leucospilota



Lampiran 2. Dokumentasi Alat



Gambar 9. Pelampug badan



Gambar 10. Katamaran



Gambar 11. Fin snorkeling



Gambar 12. Masker snorkeling



Gambar 13. Hand refrakto salinometer



Gambar 14. pH meter



Gambar 15. Wadah plastik



Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan



Gambar 16. Dokumentasi I



Gambar 17. Dokumentasi II



Gambar 18. Dokumentasi III



Gambar 19. Dokumentasi IV