Kompetensi Kepemimpinan Sarjana Kesehatan Masyarakat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

i



KOMPETENSI KEPEMIMPINAN SKM VS NON SKM DALAM ORGANISASI PUSKESMAS



DI SUSUN OLEH: EVELYN PUSPANINGRUM 1600029217



DOSEN PENGAMPU: FIRMAN, S.KM., M.PH



KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2019



ii



KATA PENGANTAR



Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat kepada saya sehingga mampu menyelesaikan Paper ini dengan judul “Kompetensi Kepemimpinan SKM VS Non SKM dalam Organisasi Puskesmas”. Paper ini merupakan tugas akhir sebagai penilaian mata kuliah Kepemimpinan dan Berfikir Sistem Kesehatan Masyarakat. Dalam proses pembuatan laporan ini saya mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang terlibat terutama kepada orang tua yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada saya sehingga bisa menyelesailkan paper ini. Dan saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah memberikan dorongan dan informasi yang sangat bermanfaat dalam penyusunan laporan ini. Ucapan terima kasih ini juga saya ucapkan kepada: 1. Firman,



SKM.,



M.PH,



selaku



dosen



pengampu



mata



kuliah



mata



kuliah



Kepemimpinan dan Berfikir Sistem Kesehatan Masyarakat. 2. Ahid



Mudayana,



SKM.,



selaku



dosen



pengampu



Kepemimpinan dan Berfikir Sistem Kesehatan Masyarakat. Saya menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna dengan segala kekurangannya. Untuk itu saya selaku penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan terkait.



Yogyakarta, 10 Juli 2019 Penulis



Evelyn Puspaningrum (16000029217)



iii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii BAB I ...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3 C. Tujuan .......................................................................................................... 3 BAB II ..................................................................................................................... 4 PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4 A. Kompetensi Kepemimpinan ......................................................................... 4 B. Kompetensi Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) .................................... 5 C. Perbedaan Kompetensi Kepemimpinan SKM dibandingkan dengan Tenaga Kesehatan Non SKM ........................................................................................... 7 BAB III ................................................................................................................... 9 KESIMPULAN ....................................................................................................... 9 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10



1



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepemimpinan dapat dimaknai sebagai sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribagian yang ada dalam pemimpin itu sendiri. Termasuk di dalamnya kewibawaan, ketermapilan, pengetahuam, visi dan kompetensi untuk dijadikan sebagai sarana kepemimpinan dalam rangka meyakinkan orang-orang yang dipimpinnya agar mereka mau melaksanakan tugas-tugas yang telah dibebankan kepadanya dengan rela, ikhlas penuh semangat dan merasa tidak terpaksa (Soekarso & Putong, 2015). Mengacu pada serangkaian kemampuan dan sifat-sifat tersebut maka kepemimpinan merupakan sebuah kekuatan dinamis yang berperan penting dalam memotivasi dan mengkoordinasi sebuah organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efektif (Dinata, 2010). Menurut Sagala (2018), Kepemimpinan dapat digunakan untuk menjaga keutuhan kerja sama/team work. Menciptakan rasa percaya diri dan dukungan pada anggota organisasi untuk melakukan tindakan atau merespon dan menimbulkan perubahan positif agar tujuan organisasi tercapai. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus bisa menciptakan perubahan yang memberi manfaat bagi dirinyaa dan organisasi. Cara-cara yang bisa dilakukan dengan memberikan inspirasi dan motivasi kepada anggotanya untuk bekerka keras, terampil dan kreatif, inovatif dan efektif. Agar apa yang diinginkan pemimpin dari anggotanya dapat dipatuhi dan dipenuhi, tentu saja seorang pemimpin itu di tuntut untuk bertanggung jawab secara moral, berdasarkan otonomi dan kewenangan yang dimilikinya dan menuntut dirinya agar selalu bersikap kritis, adil, dan realistis dalam mengambil setiap tindakan sebagai seorang pemimpin. Posisi seorang pemimpin



dalam



mengarahkan



aktivitas



anggota



organisasi



dapat



2



menngkatkan pengaruh pada anggotanya untuk melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi (Sagala, 2018). Sebagai



seorang



Sarjana



Kesehatan



Masyarakat



(SKM)



Kepemimpinan merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki. Hal ini dikarenakan adanya tuntutan bagi SKM untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampyan hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujudnya derajat keseatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan bagi masyarakat perlu diselenggarakannya upaya kesehatan dengan



pendekatan



pemeliharaan,



peningkatan



kesehatan



promotif,



pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat juga harus dapat melayani dan menjangkau masyarakat (Tosepu, 2017). Dalam Sistem Kesehatan Nasional di tegasakan bahwa ada enam jenis pelayanan tingkat dasar yang harus dilakukan oleh puskesmas sebagai salah satu organisasi kesehatan dasar. Yakni, upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, seerta upaya pengobatan dan perawatan dasar. Dari ke enam jenis pelayanan tersebut, lima diantaranya merupakan dominan ilmu dari kesehatan masyarakat dan satu diantaranya merupakan dominan dari dokter dan perawat. Oleh karena itu, seorang sarjana kesehatan masyarakat harus memiliki



kompetensi/kemampuan



kepemimpinan



demi



mewujudkan



terciptanya derajat kesehatan masarakat yang lebih baik (Tosepu, 2017).



3



B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan kompetensi kepemimpinan? 2. Bagaimanakah kompetensi Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)? 3. Bagaimana perbedaan kompetensi kepemimpinan SKM dibandingkan dengan Tenaga Kesehatan Non SKM?



C. Tujuan 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kompetensi kepemimpian 2. Mengetahui bagaimana kompetensi Sarjana Kesehatan Masyarakat 3. Mengetahun perbedaan kompetensi kepemimpinan SKM dibandingkan dengan Tenaga Kesehatan Non SKM



4



BAB II PEMBAHASAN A. Kompetensi Kepemimpinan Kompetensi dari seorang pemimpin adalah karakter kepemimpinan yang ada dalam diri pemimpin itu sendiri. Menurut Nggili (2016), Seorang pemimpin harus mampu menerawang jauh untuk menentukan posisi dan arah yang tepat bagi dirinya dan orang lain dalam organisasi. Selain itu seorang pemimpin juga harus mampu untuk memotivasi dan mengarahkan orang lain utnuk bergerak secara benar menuju arah yang telah di tentukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk itu, pemimpin haruslah memiliki kemampuan spiritual dan emosional yang baik. Kekuatan spiritual digunakan untuk memvisualisasikan diri bagaimana melihat ke arah yang akan di tuju dan dengan cara apa.



Sedangkan kekuatan emosional digunakan dalam



mempengaruhi diri dan orang lain untuk bergerak bersama menuju arah/tujuan yang ingin dicapai. Dengan memiliki kompetensi tersebut, maka seorang pemimpin akan dapat menjadi panutan, pemandu dan teladan bagi anggota organisasi yang lainnya. Kompetensi kepemimpinan sangatlah penting dalam menggerakkan diri sang pemimpin dan orang yang dipimpinnya. Jika seorang pemimpin tidak memiliki sumber daya kepemimpinan atau kemampuan dalam memimpin, maka ia akan lebih banyak terjebak dengan tugas-tugas manajerial. Dimana sebenarnya kompetensi kepemimpinan berbeda dengan kompetensi



manajerial.



Seperti



kompetensi



kepemimpinan



yaitu



yang sudah seorang



dijelaskan



pemimpin



sebelumnya,



harus



mampu



mengarahkan diri dan orang yang dipimpinnya pada arah yang jelas yang sudah ditentukan di awal untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan kompetensi manajerial yaitu kemampuan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki untuk melakukan sesuatu dengan efektif dan efisian sehingga bisa mencapai tujuan yang ingin di capai oleh sebuah organisasi (Nggili, 2016).



5



B. Kompetensi Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Dalam sebuah organisasi kesehatan tentunya diperlukan seorang pemimpin yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan garis besar haluan organisasi terkait. Misalnya di puskesmas, puskesmas merupakan salah satu bentuk organisasi kesehatan dasar dimana puskesmas harus memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi setiap masyarakat yang membutuhkan. Menurut Tosepu (2017), dalam Sistem Kesehatan Nasional telah dipaparkan beberap jenis pelayanan dasar yang harus diberikan pada tingkat puskesmas diantaranya adalah: 1. Upaya Promosi Kesehatan 2. Upaya Kesehatan Lingkungan 3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak 4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat 5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Vektor Penyakit Menular 6. Upaya Pengobatan dan Perawatan Dasar. Dari hal tersebut bisa kita lihat, bahwa dalam sebuah organsasi kesehatan dasar (puskesmas) diperlukannya pemimpin yang memang memiliki kompetensi yang sesuai. Menurut Sulaeman et al., (2015), Peran kepemimpinan dalam organisasi bidang kesehatan salah satunya yaitu harus mampu untuk melakukan pemberdayaan masyarakat. Dimana seorang pemimpin harus mampu mengikutsertakan atau mengajak masyarakat local untuk ikut berperan dalam program pembangunan kesehatan. Dan dalam hal ini, masyarakat



daripada



lebih mengarah ke kompetensi tenaga kesehatan ke



tenaga



kesehatan



non



skm



lainnya



(dokter/perawat/bidan). Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dituntut untuk tidak hanya terbatas menguasai satu atau dua fokus bidang ilmu seperti promosi kesehatan dan pencegahan penyakit saja. Namun dalam proses belajar, seorang SKM di didik agar memiliki berbagai macam



6



kemampuan/kompetensi yang bisa di manfaatkan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Riyadi, 2016). Beberapa Kompetensi/Learning outcome Sarjana Kesehatan Masyarakat yang dikemukakan Prodi S1 Kesmas Universitas Airlangga diantaranya adalah: 1. Mampu melakukan kajian dan analisis situasi (analitic and assessment) 2. Mengembangkan dan merancang kebijakan dan program kesehatan (policy development and program planning) 3. Berkomunikasi secara efektif (communicatin) 4. Memahami mengidentifikasi determinan social budaya setempat (cultural competency/local wisdom) 5. Mampu



melaksanakan



pemberdayaan



masyarakat



(community



empowerment) 6. Memiliki penguasaan ilmu kesehatan masyarakat (public health science) 7. Mampu merencanakan keuangan dan terampil dalam bidang manajemen (financial planning and management) 8. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan berfikir system (leadership and system thinking) dan; 9. Mampu mengintegrasikan keilmuan kesehatan masyarakat dalam masalah kesehatan tropis Yang dimaksud



dengan



kompetensi



memiliki



kemampuan



kepemimpinan dan berfikir system (leadership and system thinking) yaitu mampu dalam: a. Menciptakan budaya berdasarkan standar etika dalam organisasi dan komunikasi b. Membantu menciptakan nilai dasar dan visi bersama dan menggunakan prinsip-prinsip ini sebagai pedoman pelaksanaan program kesehatan masyarakat



7



c. Mengidentifikasi isu internal dan eksternal yang dapat berdampak terhadap penerapan pelayanan esensial kesehatan masyarakat (menyusun rencana strategis)\ d. Memfasilitasi kerja sama kelompok internal dan eksternal untuk menjamin partisipasi dari pemangku kepentingan kunci e. Berkontribusi terhadap pengembangan, implementasi, dan monitoring standar kinerja organisasi f. Menggunakan system hokum dan politik untuk melakukan perubahan g. Mengaplikasikan



teori



dari



struktur



organisasi



terhadap



praktek



profesional



C. Perbedaan Kompetensi Kepemimpinan SKM dibandingkan dengan Tenaga Kesehatan Non SKM Apabila kompetensi kepemimpinan SKM dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya yang non SKM seperti dokter, dokter lebih menekankan pada kompetensi penguasaan ilmu dasar kedokteran dan pengelolaan masalah kesehatan dengan upaya Kuratif atau pengobatan individual (SKDI, 2012). Sedangkan Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) selain harus menguasai dasar ilmu kesehatan masyarakat juga lebih unggul dalam kompetensi manajemen, pemberdayaan masyarakat, komunikasi efektif dan kepemimpinan. Dimana kompetensi tersebut merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam sebuah organisasi (Swajana, 2017). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aulawi et al., ( 2016), Kegiatan sebagai tokoh utama lebih banyak dilakukan oleh kepala puskesmas SKM. Hal tersebut disebabkan Karena kepala puskesmas SKM tidak memiliki peran ganda sebagai pemegang jabatan struktural dan fungsional tetapi hanya berperan sebagai pemegang jabatan structural. Sebagai pemimpin, SKM lebih menekankan kepada adanya tugas, pokok dan fungsi yang jelas dan tidak



8



membuat jarak dengan staf. Hal ini sangat berbeda dengan kepala puskesmas non SKM yang lebih menekankan kepada ketegasan sanksi atau denda. Seorang kepala puskesmas SKM juga memiliki kemudahan dalam menjalin komunikasi antar lintas sektor, karena kebanyakan kepala puskesmas SKM memiliki sifat terbuka dan tidak menjaga jarak hubungan dengan lintas sektor. Dalam melakukan pengawasan pun kepala puskesmas SKM memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengawasi internal maupun eksternal puskesmas, seperti supervisi, monitoring dan evaluasi ke jejaring puskesmas (Aulawi et al., 2016)



9



BAB III KESIMPULAN



Kompetensi kepemimpinan merupakan karakter yang ada dalam diri seroang pemimpin. Yang bisa digunakan untuk mengarahkan dan memotivasi orang yang di pimpin, sehingga para anggota mau bekerja sesuai tugas masingmasing untuk mencapai tujuan organisasi. Sarjana Kesehatan Masyarakt (SKM) memiliki berbagai kompetensi yang dapat digunakan atau diterapkan dalam mempin sebuah organisasi kesehatan (puskesmas). Bila dibandingkan dengan tenaga kesehatan Non SKM, sebagaian besar tenaga kesehatan Non SKM yang memimpin puskesmas menjadi tidak maksimal dikarenakan memiliki peran ganda antara pemegang jabatan structural dan fungsional. Sedangkan kepemimpinan oleh SKM lebih unggul karena tidak adanya peran ganda dan akan lebih mudah dalam menjalin kerjasama lintas sektoral serta lebih leluasa dalam mengawasi kinerja staf puskesmas karena kompetensi yang dimilikinya.



10



DAFTAR PUSTAKA



Aulawi, Ahmad, R. A., & Hasanbasri, M. (2016). Peran Kepala Puskesmas SKM dan Non SKM dalam Meningkatkan Kemampuan Manajerial Puskesmas di Kabupaten Oku Timur. BKM Journal of Community Medicine and Public Health, 32(9), 339–346. Dinata, A. (2010). Peran Etika dan Kepemimpinan Dalam Oganisasi Kesehatan. Semarang: Universitas Diponegoro. Kompetensi/Learning Putcome Sarjana Kesehatan Masyarakat. 2016. Surabaya: Universitas Airlangga. Nggili, R. A. (2016). Structural or non structural leadership. Jakarta: GUEPEDIA. Riyadi, A. L. S. (2016). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: ANDI. Sagala, S. (2018). Pendekatan dan Model Kepemimpinan. Jakarta: Prenamedia Group. Soekarso, & Putong, I. (2015). Kepemimpinan. Jakarta: Buku dan Artikel Karya Iskandar Putong. Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI). 2012. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia. Sulaeman, E. S., Murti, B., & Waryana. (2015). Peran Kepemimpinan, Modal Sosial, Akses Informasi serta Petugas dan Fasilitator dalam Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 9(4), 353–361. Swajana, I. K. (2017). Ilmu Kesehatan Masyarakat (konsep, strategi dan praktik). Yogyakarta: ANDI. Tosepu, R. (2017). Profesi Kesehatan Masyarakat di Era Masyarakan Ekonomi ASEAN. Kendari, Sulawesi Tenggara: Yayasan Cipta Anak Bangsa (YCAB).