Komplementer Akupunktur 2020 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

i



KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI



UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta Tel/Fax (0271) 664178



BUKU PANDUAN BLOK 7.3



AKUPUNKTUR MEDIK 2020



KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2020 i



TIM PENYUSUN Ketua



:



Dr. Ida Nurwati, dr., MKes



Sekretaris 1



:



Dr. Lilik Wijayanti, dr., M.Kes



Sekretaris 2



:



Endang Listyaningsih Suparyanti, dr., M.Kes



Anggota



:



Dr. Selfi Handayani, dr., M.Kes Dr. Muthmainah, dr., M.Kes Balgis, dr., MSc CM-FM, AIFM., DLP Paramasari Dirgahayu, dr. PhD



ISBN : 978-602-494-092-8



PENERBIT Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. 0271 664178, Fax. 0271 634700



ii



KATA PENGANTAR



Pertama tama kami tim penyusun blok akupunktur medik pendidikan dokter FK UNS memanjatkan Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNya Modul Akupunktur Medik untuk mahasiswa tahun ajaran 2020/2021 dapat disusun. Modul ini merupakan pedoman bagi mahasiswa yang menempuh Blok Akupunktur (sebagai bagian dari Blok Pengobatan Komplementer) di semester VII Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa melaksanakan tugasnya dengan lebih baik sehingga tujuan pembelajaran (Learning Objective) yang berupa pencapaian kompetensi sesuai dengan yang tertuang pada KIPDI III dapat tercapai. Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan modul ini. Semoga modul ini dapat bermanfaat, kritik dan saran akan kami terima dengan senang hati untuk perbaikan di kemudian hari.



Surakarta, Agustus 2020 Tim Penyusun



iii



DAFTAR ISI



TIM PENYUSUN ...................................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iiiii DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iiv ABSTRAK ..................................................................................................................................v PENDAHULUAN ......................................................................................................................1 KEGIATAN DALAM BLOK ....................................................................................................1 LEARNING OBJECTIVE ............................................................................................................5 KOMPETENSI .........................................................................................................................19 RUANG LINGKUP ..................................................................................................................19 I.



PENGANTAR AKUPUNKTUR MEDIK ........................................................................19



II. TITIK AKUPUNKTUR dan MERIDIAN ........................................................................26 III. MEKANISME KERJA AKUPUNKTUR ........................................................................45 IV. SAFETY IN ACUPUNCTURE .......................................................................................53 V. AKUPUNKTUR ANALGESIA ........................................................................................64 VI.



VERTIGO ........................................................................................................................80



VII. INSOMNIA .....................................................................................................................83 VIII. ASMA BRONKIAL ......................................................................................................85 IX.



URTIKARIA..................................................................................................................88



X.



OBESITAS .....................................................................................................................90



XI.



AKUPUNKTUR PADA KASUS KEHAMILAN..........................................................91



XII.



STROKE ........................................................................................................................92



XIII. BELL’S PALSY ............................................................................................................95



iv



ABSTRAK Akupunktur adalah suatu cara di bidang medik untuk preventif, kuratif dan rehabilitative dengan cara perangsangan titik-titik akupunktur di permukaan tubuh. Perangsangan tersebut dapat dilakukan melalui penusukan jarum, penyuntikan, penyinaran dan sebagainya. Akupunktur medik merupakan bagian dari physical medicine dan berdasarkan pada Neuroscience, menurut prinsip medik dan evidence based. Akupunktur telah berkembang dari konsep tradisional klasik menjadi akupunktur medik yang diterapkan menurut kaidah-kaidah kedokteran konvension.



v



vi



PENDAHULUAN Blok “Akupunktur medik” merupakan aktivitas pembelajaran yang membahas tentang salah satu bentuk terapi dalam bidang kedokteran yang merupakan pelengkap (komplemen) dari terapi konvensional bidang kedokteran Blok ini diberikan pada mahasiswa semester 7 yang bertujuan untuk mempelajari dan memahami tentang akupunktur medik. Blok “Akupunktur medik” merupakan blok ketiga pada semester 7. Kegiatan blok ini berlangsung selama 16 minggu. Metode pembelajaran blok ini terdiri dari kuliah, praktikum, diskusi dan belajar mandiri. Evaluasi dilakukan dengan ujian tulis, praktikum dan penugasan.



KEGIATAN DALAM BLOK 1. Kuliah a. Pengantar akupunktur medik (pengertian, sejarah dan manfaat akupunktur medik) b. Pengenalan titik-titik akupunktur c. Safety in acupuncture (indikasi dan kontraindikasi akupunktur, tatalaksana pada akupunktur) d. Mekanisme kerja akupunktur e. Peran akupunktur medik pada kasus nyeri f. Peran akupunktur medik pada vertigo, insomnia g. Peran akupunktur medik pada asma, urtikaria h. Peran akupunktur medik pada hiperemesis, obesitas i. Peran akupunktur medik pada kasus paska stroke, bell’s palsy



2. Praktikum Dilakukan dengan melihat demonstrasi penusukan beberapa titik akupunktur oleh dosen pembimbing.



3. Pembuatan referat



4. Ujian blok



1



RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Identitas Mata Kuliah



Identitas dan Validasi



Kode Mata Kuliah



: KBK702A



Dosen Pengembang RPS



: Tim Akupunktur



Nama Mata Kuliah



: Akupunktur (Pengobatan komplementer) : 1,5 SKS



Koord. Kelompok Mata Kuliah



: Dr. Ida Nurwati, dr., M.Kes



Kepala Program Studi



: Dr. Eti Poncorini P,dr, MPd



Bobot Mata Kuliah (sks) Semester Mata Kuliah Prasyarat



: VII :-



Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) Kode CPL CP 2 CP 3



CP Mata kuliah (CPMK)



Nama



Tanda Tangan



Unsur CPL



: Mampu



mengimplementasikan landasan ilmiah ilmu kedokteran dan kesehatan untuk menyelesaikan masalah kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat. : Melakukan manajemen pasien mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan secara komprehensif. :



1. Menerapkan prinsip dasar ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang terkini untuk mengelola masalah kesehatan secara holistik dan komprehensif 2. Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat 3. Mampu memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan dalam praktik kedokteran. 4. Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif 5. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan pasien, keluarga, dan masayarakat secara verbal dan nonverbal 6. Mengidentifikasi kebutuhan, merencanakan dan melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat. 7. Mampu bekerja sama intra- dan interprofesional dalam tim pelayanan kesehatan demi keselamatan pasien 8. Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat, profesi, dan sektor lain dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan



2



Bahan Kajian Keilmuan



: - Anatomi



- Fisiologi kandungan - Ilmu Penyakit Dalam, Deskripsi Mata Kuliah



Biokimia Neurologi



Psikiatri Kebidanan dan



Gizi



Histologi



:



Setelah mahasiswa melalui Blok Akupunktur, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang safety in acupunctur, titik akupunktur, mekanisme kerja, pemanfatan akupunktur medik pada kasus kasus klinik



3



Daftar Referensi



:



1. Abdi H, Zhao B, Darbandi M, et al. 2012. The effects of body acupuncture on obesity : anthropometric parameters, lipid profile and inflamatory and immunologic marker. The Scientific World Journal Volume 2012, Article ID 603539, pp 1 – 11 2. Baldry E.P., Thompson J.W., 2005, Acupuncture, Trigger Points and Musculo skeletal Pain, third ed., Elsevier Churchill Livingstone, London. 3. Belivani M, Dimitroula C, Katsiki N, et al. 2014. Acupuncture in the treatment of obesity: a narrative review of the literature. Download from http:aim.bmj.com. Published by group.bmj.com 4. Chon TY, Mallory MJ, Yang J, Bublitz SR, Do A, Dorsher PT. Laser Acupuncture: A Concise Review, Medical Acupuncture, 31 (3). 2019, 164-168. 5. Intihamul M, Tita HM, Herry H dkk. 2015. Perbedaan Pengaruh Akupunktur dan Vitamin B6 terhadap Penurunan Intensitas Mual Muntah pada Emesis Gravidarum Berat. IJEMC, Vol 2, No 2 hal 1–6 6. Jin Xu and Ian ZM. 2012. The current use of acupuncture during pregnancy and childbirth. Wolters Kluwer Health, Lippincolt Williams dan Wilkins 7. Kim SK and Bae H.2010. Acupuncture and immune modulation. Auton Neurosci: Basic and Clinical 157: 38–41 8. Lindsey J. Wegrzyniak, DO,1 John T. Et al. 2012. Treatment of Hyperemesis Gravidarum.  Rev Obstet Gynecol. 5(2):78-84 9. Mayor F.,D., 2007, Electroacupuncture, A Practical Manual and Resource, Chuchill Livingstone, London. 10. Saputra K, 2012. Buku Ajar Biofisika Akupunktur dalam Konsep Kedokteran Energi, Salemba Medika, Jakarta. 11. Saputra K. 2017. Akupunktur dasar. Ed 2. Surabaya: Airlangga university press. 1-378. 12. Zeng BY, Zhao K and Liang FR. 2013 International review of neurobiology. Neurobiology of acupuncture. Vol III. London: 125-36.



4



LEARNING OBJECTIVE Penilaian* Tahap



1



1



Kemampuan akhir



2 Mampu mengetahui Falsafah dan konsep dasar akupunktur serta manfaat akupunktur



Materi Pokok



3 1. Sejarah perkembangan akupunktur 2. Sistem meridian 3. Falsafah dan konsep yang mendasari ilmu akupunktur 4. rangsang akupunktur 5.manfaat akupunktur : penyakit



Referensi



4



Metode Pembelajaran



5



Pengalaman Waktu Belajar



6



1. Filshie J., White A., Kuliah 1998, Medical Acupunctur, interaktif A Western Scientific (daring) Approach, Churchill Livingstone, London. 2. Saputra K, 2012. Buku Ajar Biofisika Akupunktur dalam Konsep Kedokteran Energi, Salemba Medika, Jakarta. 3. Ma Y.T, Ma M., Cho Z.H., 2005, Biomedical Acupuncture for Pain Management, Elsevier Churchill Livingstone. 4. Saputra K. 2017. Akupunktur dasar. Ed 2. Surabaya: Airlangga university press. 1-378.



5



Kuliah interaktif, demontrasi



Indikator/kode CPL



Teknik penilaian



8



9



7 100 menit



CP 2



/bobot



MCQ



2



Mahasiswa mampu menjelaskan Titik akupunktur



a.Jenis-jenis Titik Akupunktur. b. Cara Penulisan dan Tata Nama Titik Akupunktur c. Cara Penentuan Titik Akupunktur d.Karakteristik dan contoh titik akupuktur



1. Cheng Xinnong. 1987. Chinese Acupuncture and Moxibustion. Vol. 123. Foreig Languages Press, Beijing. 2. Kiswojo. 2006. Pengetahuan Dasar Ilmu Akupunktur. Jakarta: Penerbit Akupunktur Indonesia. 3. Baldry E.P., Thompson J.W., 2005, Acupuncture, Trigger Points and Musculo skeletal Pain, third ed., Elsevier Churchill Livingstone, London.



6



Kuliah



Kuliah interaktif, demontrasi



100 menit



CP 2



MCQ



3



Mahasiswa Mampu Menjelaskan dan mengidentifikasi safety acupunctur



1. 1. Indikasi dan 1. Chon TY, Mallory MJ, Yang J, Bublitz SR, Do Kuliah kontraindikasi A, Dorsher PT. Laser Acupuncture: A Concise interaktif metode yang Review, Medical Acupuncture, 31 (3). 2019, (daring) digunakan dalam 164-168. akupunktur 2. Filshic J & White A. 2004. Medical Acupuncture diantaranya A Western Scientific Approach. Edinburg : laseropunktur, Churchill Livingstone. sonopunktur, tanam benang, 3. Han JS, 2003. Acupuncture: neuropeptide release elektroakupunkt produced by electrical stimulation of different ur frequencies. Trends Neurosci, 26 : 17–22.



.



2. Peralatan yang digunakan



4. Han JS, 2004. Acupuncture and endorphins, Neuroscience Letters 361, 258–261



3. Tata laksana pada akupuntur medik



5. Longbottom J.2010. Acupuncture in Manual Therapy, Churchill Livingstone, Edinburg 6. Mayor DF. 2007. Electroacupuncture A Practical Manual and Resource. Philadelphia St Lous Sydney, Toronto. 7. Saputra K. 2017. Akupunktur dasar. Ed 2. Surabaya: Airlangga university press. 1-378. 8 Zeng BY, Zhao K and Liang FR. 2013 International review of neurobiology. Neurobiology of acupuncture. Vol III. London: 125-36.



7



Kuliah interaktif, demontrasi



100 menit



CP 3



MCQ



4



Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme kerja akupunktur medik



1. Jalur meredian 1. Akupunktur Untuk Nyeri dengan Kuliah akupunktur dari pendekatan Neurosain. Penyusun : interaktif aspek biomedik Koosnadi Saputra dan Syaraif Sudirman. Editor: Koosnadi Saputra. 2. Bagaimana Cetakan pertama 2009. CV Sagung jalur Seto. Jakarta. 123 halaman. rangsangan yang timbul 2. Akupunktur untuk Persalinan pada tindakan Bebas Nyeri. Penulis: Syarif S. penjaruman Wignyomartono. Editor Dr. Koosnadi akupunktur Saputra, dr. SpRad. dan Abdurahman Laqif, dr. SpOG(K). Cetakan 1. 3. Pemahaman Surakarta. UNS Press. 2011. xiv + 97 bagaimana halaman. jalur rangsangan 3. Akupunktur Klinik. Editor: yang timbul Koosnadi Saputra. Airlangga pada University Press. 2002. Surabaya. perangsangan Cetakan 1. xii + 187 halaman. akupunktur 4. Akupunktur Dasar. Editor: 5. Pemahaman aspek Koosnadi Saputra dan Agustin Neuro Endokrin Imune Idayanti. Airlangga University Press. System (NEIS) pada Cetakan 1. 2005. xvi + 332 halaman. peenjaruman dan 5. Biomedical Acupuncture for Pain perangsangan Management. An Integrative akupunktur dan Aprroach. Yun-Tao Ma, Mila Ma and moxhibusi Zang Hee Cho. Elsevier. Churchill Livingstone (USA). 2005



8



Kuliah interaktif



1 x 100 CP 3 menit



MCQ



5



Mahasiswa mampu menjelaskan Model penatalaksanaan nyeri, mekanisme akupunktur analgesia, implikasi klinis



1.Model penatalaksanaan nyeri : model biopsikososial, akupunktur biomedik, berdasarkan mekanisme nyeri 2. mekanisme akupunktur analgesia : dijaringan perifer, tingkat segmental, tingkat sentral 3. Implikasi klinis : lokasi penjaruman, intensitas rangsang, lama penjaruman, saat intervensi, model rangsang



1. Akupunktur Untuk Nyeri dengan pendekatan Neurosain. Penyusun : Koosnadi Saputra dan Syaraif Sudirman. Editor: Koosnadi Saputra. Cetakan pertama 2009. CV Sagung Seto. Jakarta. 123 halaman. 2. Akupunktur untuk Persalinan Bebas Nyeri. Penulis: Syarif S. Wignyomartono. Editor Dr. Koosnadi Saputra, dr. SpRad. dan Abdurahman Laqif, dr. SpOG(K). Cetakan 1. Surakarta. UNS Press. 2011. xiv + 97 halaman. 3. Akupunktur Klinik. Editor: Koosnadi Saputra. Airlangga University Press. 2002. Surabaya. Cetakan 1. xii + 187 halaman. 4. Akupunktur Dasar. Editor: Koosnadi Saputra dan Agustin Idayanti. Airlangga University Press. Cetakan 1. 2005. xvi + 332 halaman. 5. Biomedical Acupuncture for Pain Management. An Integrative Aprroach. Yun-Tao Ma, Mila Ma and Zang Hee Cho. Elsevier. Churchill Livingstone



9



Kuliah Kuliah interaktif 100 menit



CP 3



MCQ



6



Mahasiswa mampu Definisi, klasifikasi, patofisiologi dan tatalaksana Akupunktur untuk vertigo



1.definisi vertigo 2. klasifikasi vertigo : paroksismal, kronis, akut 3.patofisiologi vertigo : sistem vestibuler, optik dan propioseptik, jaras yang menghubungkan nuclei vestibularis dengan nuklei N III, IV, VI, vestibulospinalis 4. tatalaksana dengan akupunktur : mekanisme kerja, pemilihan titik



1. Hamid. 2006. Diagnosis dan Tatalaksana Kedarurtan Vertigo. Simposium 3rd Updates in Neuroemergencies. Dep Neurologi FKUI-RSCM, Jakarta. 2. Pirawati Prasti dan Siboe L. Yvonne. 2004. Terapi Akupunktur untuk Vertigo. Cermin Dunia Kedokteran. 144:47-51. 3. Huaitang S. 1993. Acupuncture and Moxibustion Treatment of Vertigo (2). Internat. J. Clin. Acupunc. 4:3915. 4. Jiao Shunfa. 1995. Head Acupuncture. Shanxi Publishing House, Beijing, China. 5. Kang L S. 2004. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur. Cermin Dunia Kedokteran. No. 144: 51. 6. Kiswojo dan Kusuma A. 1978. Teori dan Praktek Ilmu Akupunktur. Jakarta: PT Gramedia. 7. Lumbantobing S. M. 1996. Vertigo Tujuh Keliling. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 8. Nurimaba N, Joesoef A. A, Andradi S. 1999. Vertigo, Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi. Cetakan pertama. Kelompok Studi Vertigo, PERDOSSI. Jakarta. 9.O'Connor J, Bensky D. 1981



10



Kuliah Kuliah interaktif



50 menit



CP 3



MCQ



7



Mahasiswa mampu menerangkan Definisi, patofisiologi, tatalaksana akupunktur insomnia



1.Definisi insomnia : psikofisiologi, kronis 2.Patofisiologi insomnia : gangguan kontrol irama tidur – jaga pada hipotalamus, forebrain, brainstem, mesopontin, neurohormon yang diproduksi oleh nukleus suprachiasma dan pineal 3.penatalaksanaan dengan akupunktur : pemilihan titik, mekanisme akupunktur



1. Calehr dan Hallym. 1993. Pedoman Akupunktur Medis. Jilid II: Pengetahuan Lanjutan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2. Dharma K. dan Widya. 1993. Sistem Pelayanan Kesehatan dan Akupunktur. Maj. Kedok. Indon., Vol: 43, No: 10. Hal: 555. 3. Dharma K. dan Widya. 1995. Akuapunktur – Penggunaannya dalam Praktek Sehari-hari. Cermin Dunia Kedokteran. No. 105. Hal: 43 4.



Goodman L. dan Gilman, A. 2001. ThePharmalogical: Basis of Therapeutics. 5th edition. New York: Macmillan Publishing Co.Inc. Hal: 908-910.



5. Kiswojo. 2000. Pengetahuan Dasar Ilmu Akupunktur. Penerbit Akupunktur Indonesia. 6.



Saputra K. 2005. Akupunktur Dasar. Cetakan Pertama. Airlangga University Press. Surabaya.



7. Pinto LR., Alves RC., Caixeta E., Fontenella JA., Bacellar A., Poyares D., Aloe F et al. (2010). New guidelines for diagnosis and treatment of insomnia. Arq Neuro-Psiquart, 68 (4). 11



Kuliah



Kuliah interaktif



50 menit



CP 2 CP 3



MCQ



8



Mahasiswa mampu menerangkan Definisi, patofisiologi, tatalaksana akupunktur asma



1. Definisi urtikaria



2. Klasifikasi: waktu, UKK, etilogi dan mekanisme terjadinya.



1.Baratawidjaja KG dan Rengganis I (2010). Kuliah Imunologi dasar. Edisi IX. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Pp: 369-397. 2.Cabyoglu MT, Ergene N, and Tan U (2006). The mechanism of acupuncture and clinical applications. Intern. J. Neuroscience. Vol. 116; 115-25.



3.Saputra K (2000). Akupunktur dalam pendekatan ilmu kedokteran. Cetakan I. 3.Tatalaksana: akupunktur (alasan Airlangga University Press. Surabaya. pp: 65-69. pemilihan titik, 4.Saputra K (2002). Akupunktur klinik. Cetakan mekanisme kerja). I. Airlangga University Press. Surabaya. pp: 8081. 5.Solomon WR (2006). Asma bronkial: Alergi dan lain-lain. Dalam: Hartanto H, Susi N, Wulansari P, Mahanani DA (eds). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6, volume 1, cetakan 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pp: 177-197. 6.Sundaru H dan Sukamto (2014). Asma bronkila. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF (eds). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I, edisi VI, cetakan



12



Kuliah interaktif



50 menit CP 2 CP 3



MCQ



9



Mahasiswa mampu menerangkan: Definisi, patofisiologi, tatalaksana akupunktur untuk urtikaria



1. Definisi urtikaria



2. Klasifikasi: waktu, UKK, etilogi dan mekanisme terjadinya.



3.Tatalaksana: akupunktur (alasan pemilihan titik, mekanisme kerja).



1. Aisah S (2010). Urtikaria. Dalam: Djuanda A, Hamzah Kuliah Kuliah 50 CP 2 MCQ M, Aisah S (eds). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi interaktif menit CP 3 VI, cetakan I. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Pp: 169181. 2. Baratawidjaja KG dan Rengganis I (2010). Imunologi dasar. Edisi IX. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Pp: 369397. 3. Chen CJ and Yu HS (1998). Acupuncture treatment of urticaria. J Arch Dermatol.; 134: 1397-9. 4. Iraji F, Sghayi M, and Mokhtari H (2006). Acupuncture in the treatment of chronic urticaria: a double blind study. The Internet Journal of Dermatology. Volume 3, Number 2; 1531-3018. 5. Solomon WR (2006). Asma bronkial: Alergi dan lainlain. Dalam: Hartanto H, Susi N, Wulansari P, Mahanani DA (eds). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6, volume 1, cetakan 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pp: 177-197.



13



10



Mahasiswa mampu menerangkan Definisi, patofisiologi, tatalaksana akupunktur untuk obesitas



1Definisi obesitas 2Etiologi : gaya hidup, pengaruh obat, usia, genetik, hormonal 3Klasifikasi berdasar IMT 4.tatalaksana : akupunktur (alasan pemilihan titik, mekanisme kerja



1. British Nutrition Foundation. 2000. Health Risk of Obesity, pp : 4 – 13 2. Caroli, M dan Lagravinese D. 2002. Prevention of Obesity. 22 : 221 - 6 3. Sutanto DS. 2008. Akupunktur untuk Obesitas dengan pendekatan Neuroendokrin. Seminar dan Workshop Akupunktur untuk Estetika. Surabaya : Graha Puslitbang Sisjakkes Depkes RI. 4. Uner Tan. 2006. The Treatment of Obesity by Acupuncture. Intern J Neuroscience. 116: 165 – 75. 5. HamidAbdi, BaixiaoZhao, MahsaDarbandi, et al. 2012. The effects of body acupuncture on obesity : anthropometric parameters, lipid profile and inflamatory and immunologic marker. The Scientific World Journal Volume 2012, Article ID 603539, pp 1 – 11 6.Maria Belivani, Charikleia Dimitroula, Niki Katsiki, et al. 2014. Acupuncture in the treatment of obesity: a narrative review of the literature. Download from http:aim.bmj.com. Published by group.bmj.com



14



Kuliah Kuliah interaktif



50 menit



CP 2 CP 3



MCQ



11



Mahasiswa mampu menerangkan Definisi, patofisiologi, tatalaksana akupunktur untuk mual dan muntah



1Definisi 2Etiologi : kehamilan, perjalanan, akibat obat, efek samping radioterapi dan kemoterapi 3.tatalaksana : akupunktur (alasan pemilihan titik, mekanisme kerja)



1. Ann Quyang dan Lihua Xu. 2007. Holistic Acupuncture Approach to Idiopothic Refractory Nausea, Abdominal Pain and Bloating. World J Gastroenterol. 13 (40) : 5360 – 1. 2. Ma Yun Tao, Ma Mila dan Co. 2005. Biomedical Acupuncture for Pain Management, An Integrative Approach, Elseiver Churchil Livingston. 3. Roemer AT. 2005. Medical Acupuncture in Pregnancy. Thieme, Stuttgart. London. P : 90. 4.Suyanto E. 2004. Akupunktur untuk Mual dan Muntah. Meridian (Indonesian Journal of Acupunctur). Vol XI, No 1, hal 6 – 9. 5.Intihamul M, Tita HM, Herry H dkk. 2015. Perbedaan Pengaruh Akupunktur dan Vitamin B6 terhadap Penurunan Intensitas Mual Muntah pada Emesis Gravidarum Berat. IJEMC, Vol 2, No 2 hal 1 – 6 6.Lindsey J. Wegrzyniak, DO,1 John T. Et al. 2012. Treatment of Hyperemesis Gravidarum.  Rev Obstet Gynecol. 5(2):78-84 7.Jin Xu and Ian ZM. 2012. The current use of acupuncture during pregnancy and childbirth. Wolters Kluwer Health, Lippincolt Williams dan Wilkins



15



Kuliah Kuliah 50 menit interaktif



CP 2 CP 3



MCQ



12



Mahasiswa mampu menerangkan Definisi, patofisiologi, tatalaksana akupunktur untuk stroke



1. Definisi Stroke 2. Klasifikasi : Berdasar kan patologi anatomi dan



1.National Institutes of Health. 1997. NIH Consensus Development Conference on Acupunctures. Bethesda MD. Nov. 1997: 93-109.



penyebabnya 



Ischemia







Hemoragik



Berdasarkan stadium / pertimbangan waktu 



Transient Ischemic Attack.







Stroke in evolution







Completed stroke.



2.Lina M. Chavez, Shiang-Suo Huang, Iona MacDonald, Jaung-Geng Lin, Yu-Chen Lee and Yi-Hung Chen. 2017. Mechanisms of Acupuncture Therapy in Ischemic Stroke Rehabilitation: A Literature Review of Basic Studies. Int J Mol Sci. 2017 Nov; 18(11): 2270



3.Xin Li 1, Qiang Wang Acupuncture 3.Deteksi dini stroke dengan SEGERA KE therapy for stroke patients RS



4.Tatalaksana stroke dengan akupunktur : .Tujuan



4.Dwita Oktaria , SabrinaFazriesa.2017 Efektivitas Akupunktur untuk Rehabilitasi Stroke. Medical journal of lampung University ; Volume 6; Nomor 2 :64-71



.Rencana terapi .Alasan pemilihan titik .Mekanisme



16



Kuliah Kuliah 50 CP 2 interaktif menit CP 3



MCQ



13



Mahasiswa mampu menerangkan Definisi, patofisiologi, tatalaksana akupunktur untuk Bells Palsy



1. Definisi 2. Gejala pada sisi lumpuh 3. Patogenisi 4. Tatalaksana Bell’s palsy dengan akupunktur : 



rencana terapi







alasan pemilihan titik







mekanisme kerja



1.Li Y, Liang F.R, Yu S.G, Li C.D, Hu L.X, Zhou D. Yuan X.L. et al. 2004. Efficacy of acupuncture and moxibustion in teaching Bell’s Palsy: A multicenter randomized controlled trial in China. Chinese Medical Journal. Oct; 117 (10): 1502 -1506. 2.Wang Y and Yang L. 2010. Chemical Observation of Treatment of Acupuncture for Different Stage. 3.Kwon HJ, Choi JY, Lee MS, Kim YS, Shin BC, Kim JI. Acupuncture for the sequelae of Bell’s palsy: a randomized controlled trial. Trials (2015) 16:246



17



Kuliah Kuliah interaktif



100 menit



CP 2 CP 3



MCQ



14



Mahasiswa mampu menerangkan tentang pembagian rata dalam tubuh, mengenal system meridian, menentukan titik akupunktur, memilih posisi yang tepat untuk akupunktur, mengetahui cara penjaruman yang benar



Praktikum : demontrasi penjaruman beberapa titik akupunktur oleh dosen pembimbing



1.Kiswojo. 2006. Pengetahuan Dasar Ilmu Akupunktur. Jakarta: Penerbit Akupunktur Indonesia. 2.Shi Y, Shan C and Wang F 2015.Acupoint selection : a key factor to influence the compatibility of acupoint .35(10):1025-1027



18



Praktikum Praktikum



2 x 100 mnt



CP3



Laporan praktikum



KOMPETENSI 1. Standar kompetensi Menjelaskan akupunktur medik sebagai terapi komplementer yang rasional. 2. Kompetensi dasar a. Mampu menjelaskan adanya terapi akupunktur medik yang merupakan bagian dari terapi kedokteran komplementer. b. Mampu menjelaskan peran akupunktur medik dalam bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. c. Mampu menjelaskan berbagai penyakit yang dapat ditunjang pengelolaannya dengan pengobatan akupunktur.



RUANG LINGKUP I.



PENGANTAR AKUPUNKTUR MEDIK



A. Sejarah Perkembangan Akupunktur. Akupunktur berasal dari bahasa Latin, acus= jarum dan puncture = tusuk yang artinya menusuk dengan jarum ke tubuh pada suatu titik khusus. Dalam bahasa negara China adalah cen Jiu,



dalam bahasa Indonesia diubah menjadi akupuntur. Akupunktur merupakan



komponen penting dari Tradisional Chinese Medicine (TCM). Akupunkture sudah terkenal sejak 4000 -5000 tahun yang lalu.



Huang Ti Nei Cing /The Yellow Emperor’s Classic of



Internal Medicine, diterbitkan pada zaman Cun Ciu Can Kuo (770-221 SM). Ilmu Akupunktur berkembang sejak jaman batu,



dimana jarum dibuat dari batu untuk



menyembuhkan penyakit. Bahan jarum berubah dari batu (Pian Stone) ke bambu ke tulang diganti perunggu/ logam. Zaman Cun Ciu Can Kuo ada Ahli akupunktur bernama Pien Cie berhasil menyembuhkan seorang pangeran bernama Hao dengan jarum perunggu ketika tidak sadar selama setengah hari di tulis di buku Nang Cing Zaman dinasti Tang (265-960) ilmu akupuntur berkembang sangat pesat dan menyebar keluar negeri seperti Korea dan Jepang. Adapun akupunturis pada zaman itu bernama Huang Pu Mi yang menulis buku Cia I Cing, dan akupunturis terkemuka lainnya yang ada pada zaman itu adalah Sun Se Miao (581-682) menulis buku Cien Cin Fao Fang dan



19



Cien Cin I Fang. Akupunkturis Cen Cien (541-643) membuat peta berwarna untuk menerangkan meridian dan titik akupunkture serta menjelaskan pengobatan moksibusi. Zaman dinasti Ming (960-1644), seni pahat dan teknik percetakan berkembang luas, ilmu akupuntur pun ikut tersebar luas. Akupunturis yang ada pada zaman ini bernama Wang We I yang membuat patung perunggu untuk menggambarkan titik akupuntur dan meridian. Yang Cin Ceu menulis buku Cen Ciu Tan Cen yang diterjemahkan bahasa Jepang, Inggris, Cerman dan Perancis. Zaman dinasti Cing (1644-1911) metode akupuntur tidak banyak perkembangan, namun buku I Cung Ci Cien pada zaman ini cukup bernilai untuk dijadikan referensi.



Perkembangan Akupunktur di Eropa Wilhelm ten Rhyne (dokter VOC , 1683), dari Belanda menulis buku pengobatan rematik dengan akupunktur. Louise Berlioz (akhir abad XVIII) dari Perancis menulis buku tentang akupunktur pada tahun 1863. Louis mempelajari tentang electroacupunctur ( 1861), electroakupunctur mulai digunakan untuk pengonatan gout, rematik pada tahun 1825. Soulie De Morant konsul Perancis di China awal abad XX, menterjemahkan buku Akupunkture China ke Perancis. Buku ini merupakan buku Ilmu akupunktur pertama di Negara Barat. Inggris, John Tweedale dari Lyne Regis (awal abad XIV) memperkenalkan akupunktur di Inggris. Melaporkan tentang pengobatan akupunktur pada seluruh tubuh pada tahun 1827. Dr. John Elliotson dari ST Thomas Hospital (1827) melaporkan keberhasilan pengobatan akupunktur pada 100 kasus rematik kronik. Dr. Engelbrecht Kapfer (Jerman, 1712) menulis pengalaman akupunkture dalam buku : Curatio Colicae Per Acupuncturen Japonibus Usitata. Dr. Gerhard Bachman (1959) menulis buku berjudul : Die Acupuncturen Eine Ordnungtherapie. Perkembangan Akupunktur di Amerika Dr. Allen Russek dari Institute of Raehabilitation and Medicine New York telah berhasil mengobati nyeri kronis dengan akupunkture. Dokter dokter di Michigan’s State Hospital berhasil anestesi akupunktur pada beberapa pembedahan pencakokan kulit, eksisis tumor, operasi hernia, pencabutan gigi yang dilaporkan memuaskan. Perkembangan Akupunktur di Asia Praktek akupunktur juga dilaksanakan dokter dokter lulusan Fakultus Kedokteran China. Institut Pengobatan Akupunktur di Cina dibentuk tahun 1951, dan masuk ke dalam kurikulum tahun 1955. Di Jepang, Ilmu akupunktur dipelajari sejak 250 tahun SM oleh ahli pengobatan Chino bernama Jofku. 20



Di Korea, Ilmu akupunktur masuk sejak 2000 tahun yang lampau. Prof Kim Bong Han (1963) ahli Biologi Universitas Pyong telah menemukan Sistem Kyung Rak (Kyung Rak adalah Cing Luo dalam bahasa Korea atau meriadian) dimana secara histologi dan elektro biologi tentang meridian dan titik akupunktur. Membuktikan bahwa titik akupunktur terletak di dalam korpuskel- korpuskel yang banyak mengandung DNA ( Deoxyribonucleic Acid) yang berperan penting dalam metabolisme. Perkembangan Akupunktur di Indonesia Tahun 1962 : Tim ahli akupunktur dari Cina datang ke Indonesia untuk mengobati Presiden Sukarno Tahun 1963: Akupunktur pada institusi kesehatan formal dimulai dengan ditetapkannya RSCM sebagai Pilot Proyek Ilmu Akupunktur oleh Departemen Kesehatan. 1990 : Lab. Penelitian & Pengembangan Pelayanan Akupunktur (Puslitbangkes Depkes di Surabaya) 1996 : PerMenKes. No.1186/Menkes/ Per/ XI/ 1996 tentang Pemanfaatan Akupunktur di Sarana Pelayanan Kesehatan formal baik pemerintah maupun swasta . Tahun 2003 ditandatangani MOU oleh negara-negara ASEAN+3 ( Cina, Korea dan Jepang ) untuk mengintegrasikan Akupunktur kedalam Sistem Kesehatan Nasional. Akupunktur berkembang dan kemudian berintegrasi ke dalam Ilmu Kedokteran. Pakar berbagai negara melakukan penelitian sesuai dengan kaidah ilmiah yang berlaku (Evidence Based Medicine), membuktikan manfaat Akupunktur dan kemudian mengemukakan sejumlah hipotesa penjelasan cara kerja rangsang Akupunktur. Pada tahun 1975, WHO mengakui manfaat Akupunktur. Perkembangan selanjutnya, dengan memanfaatkan Evidence Based Medicine baik teori maupun klinis, tersusunlah ilmu Kedokteran Akupunktur yang mengintegrasikan ilmu Kedokteran Akupunktur kedalam Ilmu Kedokteran.



B. Falsafah dan Konsep Pengobatan dengan akupunktur berdasar pada falsafah alamiah, meridian dan titik akupunktur sebagai rangsang pengobatan. Berbagai falsafah dan konsep yang mendasari ilmu Akupunktur antara lain : 1. Falsafah Taiji 2. Falsafah Yin Yang 3. Falsafah Sancai 4. Falsafah Wuxing 5. Konsep Qi, Darah (Xue) dan Cairan Tubuh (Jinje) 21



6. Konsep Otak



1. Falsafah Taiji Dalam falsafah Taiji alam merupakan suatu kesatuan bulat, yang disusun oleh sejumlah kesatuan bulat yang lebih kecil yang merupakan replikasinya, bulatan tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Kesatuan bulatan kecil ini juga terdiri dari sejumlah kesatuaan yang lebih kecil lagi yang merupakan replikasinya, yang juga saling mempengaruhi satu dengan yang lain, demikian seterusnya sampai pada kesatuan yang terkecil yang hampa (Wuji). 2. Falsafah Yin Yang Setiap kesatuan bulat dalam alam memiliki dua muka yang bertentangan, yaitu Yin dan Yang. Yin dan Yang saling mendasari dan saling membentuk. Dalam Yin terdapat Yang, demikian pula dalam Yang terdapat Yin, jadi tidak ada yang murni dan mutlak. Yin dan Yang saling tarik menarik, membentuk suatu keseimbangan dinamis, hilangnya keseimbangan ini menunjukan suatu keadaan patologik (sakit). Yin Yang merupakan komponen penting,Yang disebutkan lebih dominan daripada Yin. Falsafah Yin Yang diterapkan dalam ilmu akupunktur sebagai teori YinYang yang dipakai dalam berbagai aspek ilmu akupunktur mulai dari tinjauan keadaan normal (fisiologik),



keadaan



sakit,



penyebab-penyebab



sakit,



terjadinya



penyakit,



pemeriksaan, analisis, diagnosis, terapi dan perawatan. Organ tubuh dibagi berdasarkan fenomena Yin Yang yaitu organ padat (Zang) sebagai pembentuk energi ( meliputi hati, jantung, sampul jantung, limpa, paru dan ginjal) dan organ berongga (Fu) sebagai penampung energi (meliputi kandung empedu, usus kecil, tiga pemanas, lambung, usus besar dan kandung kemih). Sampul Jantung (pericard) dan tiga pemanas ( tri heater) merupakan organ imaginer yaitu yang mengelilingi jantung dan tiga rongga tubuh yaitu rongga thoraks, intraperitoneal dan retroperitoneal. 3. Falsafah Sancai Setiap kesatuan bulat dalam alam memiliki 3 bagian yaitu langit (Yang), manusia (Yin Yang), dan bumi (Yin). Falsafah Sancai melahirkan sejumlah konsep : Konsep Jing-Qi-Shen, Konsep Sanjiao dan Konsep teknik penjaruman. 4. Falsafah Wuxing Setiap kesatuan bulat dalam alam terdiri dari 5 unsur, yaitu: kayu, api, tanah, logam dan air yang berhubungan satu dengan yang lain mengikuti hubungan tertentu 22



sehingga membentuk suatu keseimbangan dinamis yang harmonis. Hilangnya keseimbangan dinamis ini akan menimbulkan keadaan patologik (sakit).



5. Konsep Qi, Darah (Xue) dan cairan Tubuh (Jinye) Materi dasar yang membentuk tubuh dan memelihara tubuh antara lain Qi, Xue, Jinye yang merupakan bagian dari Jing Qi (energi, tenaga) adalah materi dasar yang bergerak tiada hentinya dan berdaya hidup sangat kuat yang membentuk tubuh dan memelihara kegiatan hidup. Qi tubuh dibentuk dari Jinqi bawaan dan Jinqi didapat yang diperoleh Qinqi udara berkat kerja sama seluruh organ viscera (Zangfu) terutama paru, limpa-lambung, dan ginjal. Qi dibedakan atas fungsi dan lokasi nya yaitu : Yuan Qi (Qi primer), Zong Qi (Qi dada), Yin Qi (Qi Nutrisi), Wei Qi (Qi pertahanan). Shen * digunakan untuk semangat atau spirit yang menunjukkan kondisi tubuh atau spiritual yang menggambarkan aspek material dalam TCM. Jing merupakan energy vital. Jing ini ada dua jenis yaitu Prenatal Jing (Jing congenital) dan Postnatal Jing (Jing didapat). Jing bersifat Yang, berhubungan dengan Yang Qi Ginjal (Shen qi) atau Yuan Qi, beranggung jawab pada fungsi Yang suhu tubuh 23



Xue (darah) adalah materi dasar berwarna merah yang berada dalam pembuluh darah (Mai) dan beredar keseluruh tubuh, yang kaya akan nutrisi dan zat pelembab, berfungsi dalam pemeliharaan, pelembaban dan memberikan nutrisi pada organ dan jarngan tubuh. Darah dibentuk dari sari hara makanan oleh aktivitas lambung (Wei) dan limpa (Pi). Darah dikontrol oleh jantung (xin) dan disimpan di hati ( Gan) dan dijaga tetap di pembuluh darah oleh Limpa (spleen). Darah dan Qi merupakan sebuah kesatuan YinYang disebut Qixue. Jinye merupakan sebutan untuk materi dasar tubuh berbentuk cair yang fisiologis, mencakup cairan sekresi dan ekskresi Zangfu, misalnya cairan lambung, cairan usus, ingus, air mata, air liur, semen, keringat dan urin. Jinye juga berperan dalam pembuangan sisa Jihua (metabolisme). 6. Konsep Otak Secara tradisional otak merupakan lautan sumsum tulang, merupakan ruang Yuanshen dan menyimpan Shenqi. C. Meridian Meridian merupakan sistem alami dalam tubuh manusia, yang terdiri dari saluran yang menjaring tubuh menjadi satu kesatuan, yang menghubungkan bagian atas dengan bagian bawah tubuh, bagian kanan dengan bagian kiri, bagian ventral dengan bagian dorsal, permukaan tubuh dengan organ viscera, antar organ viscera, organ viscera dengan panca indera, yang dapat bereaksi terhadap rangsangan baik rangsangan dari luar maupun dari dalam tubuh, serta dapat menyalurkan Qixue, mengatur harmoni Yin Yang, sehingga bagian-bagian tubuh dapat melakukan kegiatan dengan selaras serasi dalam suatu keseimbangan yang dinamis. Titik-titik akupunktur (akupoin) terletak disepanjang meridian. D. Titik Akupunktur Titik akupunktur adalah titik pancaran Qi dari Zangfu-meridian pada permukaan tubuh, merupakan titik peka rangsang dan titik reaksi yang berubah mengikuti perubahan kegiatan Qi Zangfu-meridian. Seluruh titik akupunktur umum mempunyai efek dan indikasi sebagai berikut : 1. Memiliki efek lokal, yaitu berefek pada daerah sekitar titik tersebut 2. Memiliki efek jauh, yaitu berefek pada daerah sepanjang meridian dan daerah yang dicapai meridian tersebut 3. Memiliki efek sistemik, yaitu berefek secara sistemik sesuai perannya sebagai titik akupunktur penting. 24



E. Rangsang Akupunktur Dalam pelaksanaan pengobatan perlu ditentukan cara rangsangan yang akan dilakukan. Terdapat tiga jenis rangsangan akupunktur, yaitu : 1. Rangsang mekanik, yaitu rangsangan dengan menggunakan jarum halus, jarum kulit, jarum dalam kulit, jarum prisma, jari (akupresur) 2. Rangsang termis yaitu rangsangan dengan menggunakan penghangatan moksa. 3. Rangsang mekanik-termis, merupakan gabungan kedua cara diatas.



Tahap memperoleh rasa jarum (Deqi): Deqi adalah rasa panjaruman yang dirasakan oleh pasien sebagai rasa berat, bengkak, linu, terkena aliran listrik. Bagi penusuk deqi dirasakan seperti umpan termakan ikan (saat memancing). Setelah tercapai Deqi kemudian dilakukan manipulasi penguatan atau pelemahan, sesuai dengan rencana dan cara pengobatan. Sudut masuknya jarum dapat tegak lurus (perpendikuler), miring dengan sudut 45 atau 15 derajat. F. Manfaat Akupunktur Akupunktur merupakan cara pengobatan yang sudah berkembang sejak ribuan tahun yang lalu, berperan dalam kesehatan tubuh dan mendapat perhatian Internasional.



Akupunktur mempunyai philosofi berdasar pada ”Self Healing



Potential” (kemapuan tubuh menyembuhkan dirinya sendiri) yang bersifat alami. Akupunktur menstimulir kekuatan homeostasis tubuh untuk mencapai keseimbangan normal. Akupunktur sebagai tindakan pengobatan dengan cara perangsangan pada permukaan tubuh, bermanfaat untuk regulasi pada berbagai bidang, dengan ruang lingkup penggunaan yang luas, antara lain : 1. Menghilangkan atau mengurangi gejala penyakit 2. Meregulasi gangguan fungsi tubuh 3. Memperbaiki keadaan patologik 4. Mempertinggi kualitas hidup 5. Meningkatkan estetika (kecantikan) 6. Mencegah timbulnya penyakit Secara klinis pengobatan akupunktur dapat dilakukan : 1. Sebagai pengobatan tunggal, misalnya pada berbagai kasus nyeri, gangguan sensorik dan permulaan proses radang 25



2. Sebagai pengobatan terpadu dengan pengobatan yang lain, untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik. Misalnya pada penyakit saraf, sistem endokrin, sistem gastrointestinal. 3. Sebagai pengobatan pendukung, misalnya meningkatkan kondisi kesehatan untuk mempercepat pemulihan kesehatan, memperingan efek samping radiasi dan mencegah sequela. Cara pengobatan akupunktur semakin berkembang, berbagai modifikasi pengobatan akupunktur antara lain akupunktur dengan tekanan tangan (acupressure), TENS



(Transcutaneus



Electrical



Nerve



Stimulation),



akupunktur



dengan



menggunakan laser, menyuntik dengan obat pada titik akupunktur, akupunktur dengan menggunakan moxa. Daftar Pustaka 1. Baldry E.P., Thompson J.W., 2005, Acupuncture, Trigger Points and Musculo skeletal Pain, third ed., Elsevier Churchill Livingstone, London. 2. Djuharto Sutanto, 1987, Terapi Akupunktur, PT Grafidian Jaya, Jakarta. 3. Filshie J., White A., 1998, Medical Acupunctur, A Western Scientific Approach, Churchill Livingstone, London. 4. Kiswojo, 2007, Pengetahuan Dasa Akupunktur, Penerbit Akupunktur Indonesia, Jakarta. 5. Ma Y.T, Ma M., Cho Z.H., 2005, Biomedical Acupuncture for Pain Management, Elsevier Churchill Livingstone. 6. Mayor F.,D., 2007, Electroacupuncture, A Practical Manual and Resource, Chuchill Livingstone, London. 7. Saputra K. Buku ajar Biofisika akupunktur dalam konsep kedokteran energi. Ed 1. Jakarta: Salemba medika. 2012: 1-119. 8. Saputra K. Akupunktur dasar. Ed 2. Surabaya: Airlangga university press; 2017. 1-378.



II.



TITIK AKUPUNKTUR dan MERIDIAN



A.TITIK AKUPUNKTUR Akupunktur medik merupakan terapi fisik yang awalnya berasal dari kedokteran tradisional, yaitu Traditional Chinese Medicine (TCM). Menurut WHO, yang dimaksudkan dengan Kedokteran tradisional adalah suatu kegiatan yang mengacu pada praktik kesehatan, pendekatan, pengetahuan dan kepercayaan dengan menggabungkan obat-obatan dari tanaman, hewan dan mineral, terapi spiritual, teknik manual dan latihan, diterapkan secara tunggal atau dalam kombinasi untuk tujuan pengobatan, diagnosis dan pencegahan penyakit atau penjagaan kesehatan, dan kegiatan ini merupakan tenik pengobatan warisan nenek moyang yang telah dilakukan secara turun temurun dan masih dilakukan sampai saat ini. Berbeda dengan kedokteran modern, kedokteran tradisional sudah dilakukan terlebih dahulu oleh masyarakat namun bukti ilmiah belum semuanya ditemukan. Saat ini, penelitian yang 26



bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana mekanisme kerja yang berkaitan dengan praktek dan teori akupunktur masih terus dilakukan dan ilmunya semakin berkembang. Namun demikian, belum semua teori di dalamnya bisa diterangkan secara jelas. Oleh karena itu, dalam mempelajari akupuktur medik di materi ini kita melihat dari 2 sudut pandang, yaitu secara tradisional dan modern. Penentuan titik akupunktur Berdasarkan pada teori TCM, titik akupunktur merupakan suatu tempat yang dipilih untuk memanipulasi dan juga sebagai dasar dalam mempelajari mekanisme akupunktur. Stimulasi pada titik akupunktur yang berbeda pada permukaan tubuh akan menghasilkan efek akupunktur yang berbeda. Apakah titik akupunktur itu? Masih menurut TCM, dipercaya bahwa gangguan pada organ visceral tercermin pada titiktitik tertentu, baik di permukaan kulit atau di bawahnya, yang kemudian dikenal sebagai acupoints atau titik akupunktur. Konsep acupoints berasal dari Huangdi's Canon of Medicine (Huangdi Neijing) dan The Great Compendium of Acupuncture and Moxibustion, yang diyakini sebagai fondasi akupunktur. Titik akupunktur merupakan tempat qi (energi) dari organ zangfu melalui meridian ditransportasikan menuju ke permukaan tubuh. Perangsangan pada titik akupuntur memodulasi fisiologi tubuh seperti menurunkan tekanan darah, mencegah rekurensi arrhythmic, meredakan gejala dispepsia fungsional, dan meningkatkan kualitas hidup. Stimulasi pada titik akupunktur tertentu akan ditrasmisikan melalui saluran tertentu yang akhirnya akan sampai pada pusat yaitu otak.



(gambar diambil dari Schwarz and Gu, 2013) Jenis-jenis titik akupunktur. Terdapat banyak sekali titik akupunktur yang tersebar di seluruh permukaan tubuh. Secara umum berbagai jenis titik akupunktur diklasifikasikan berdasarkan 3 kategori: 1. Titik akupunktur umum Titik akupunktur ini terletak pada 14 jalur meridian, yaitu 12 meridian umum biasanya terdapat masing-masing 2 buah titik kanan dan kiri, 1 meridian ren yang 27



terletak sepanjang anterior garis tengah tubuh dan 1 meridian du yang terletak di sepanjang posterior garis tengah tubuh. Titik akupunktur umum berjumlah 365 titik.



2. Titik akupunktur (Istimewa) Ekstra Titik extra terdapat di luar ke 361 titik di atas, merupakan titik yang ditemukan berdasarkan pengalaman. Titik ini merupakan tempat yang efektif untuk terapi penyakit tertentu. Walaupun tersebar di seluruh tubuh, sebenarnya titik extra masih berhubungan dengan sistem



meridian umum, misalnya Yintang (extra1)



berhubungan dengan meridian Du, Lanwey (extra 18) berhubungan dengan meridian Lambung. Tititk akupunktur extra berjumlah 48.



3. Titik akupunktur Ashi/ titik nyeri tekan Titik ini tidak mempunyai nama dan tempat tertentu.



Lokasi titik akupunktur Secara tradisional, titik akupunktur terletak pada tulang, lekukan tulang, di antara otot atau di antara 2 tendon.



Bagaimanakah cara penentuan titik akupunktur? Secara umum, para klinisi mempergunakan metode penentuan titik akupunktur dengan 3 cara: 1. Pengukuran proporsional 2. Patokan alamiah 3. Pengukuran dengan jari



1. Pengukuran proporsional Penentuan dengan metode ini panjang dan lebar berbagai bagian dari tubuh telah ditentukan dan dipakai sebagai standar pengukuran, seperti pada gambar 1.



28



Gambar 1: ukuran proporsional dan ukuran jari (F-cun) Pada regio dada dan abdomen, penentuan lokasi titik akupunktur bisa juga mengacu pada beberapa garis yang terletak di regio tersebut



Daerah Dada : Garis Lateral Dada ( GLD ) GLD I : Sejajar garis Median, 2 CUN ke Lateral GLD II : 2 CUN Lateral dari GDL I GLD III : 2 CUN Lateral dari GDL II Daerah Perut : Garis Lateral Perut ( GLP ) GLP I : 0.5 CUN Lateral dari garis Median GLP II : Lanjutan GLD I GLP III : Lanjutan GLD II 2. Patokan alamiah Berbagai patokan alamiah yang ada di permukaan tubuh dapat dipakai untuk menentukan lokasi titik akupunktur. Secara umum, dibagi menjadi 2 bagian: a. Patokan tetap/ tidak bergerak 29



Pada posisi ini tidak berubah dengan adanya pergerakan tubuh, termasuk di dalamnya adalah 5 organ indera, rambut, kuku, puting susu, umbilicus, penonjolan dan depresi tulang, antara dua tulang, antara 2 tendon. Misalnya EX-HN1 (Yintang) terletak diantara ke dua alis, Du 25 (Suliao) terletak pada ujung hidung dan RN 8 (Shenque) terletak pada umbilicus. b. Patokan bergerak Titik ini hanya terlihat bila bagian tubuh bergerak pada posisi khusus, bila lengan fleksi,maka terlihat LI 11 (Quchi) pada tepat di lekukan siku. 3. F- Cun, pengukuran dengan jari Jari jemari pasien bisa dipakai sebagai ukuran. Ada 3 patokan yang sering dipakai (gambar 1) Coyle, 2000 menunjukkan bahwa penilaian dengan Cun terkadang membuat penentuan titik tidak akurat karena perbedaan bentuk tubuh berdasarkan ras. Selain 3 cara di atas, beberapa penelitian menampilkan cara penentuan titik dengan berbagai metode antara lain dengan gambaran 3-D Virtual body (Kim, J., & Kang, D. I, 2014) selain menggunakan MRI dan lain-lain. Cara penulisan dan tata nama titik akupunktur Cara penulisan titik akupunktur memakai pedoman berikut ini: 1. Dua huruf kapital singkatan organ, nomer pemunculan sesuai dengan topografi meridian 2. Nama titik dalam huruf latin (Pinyin) dan/ atau nama titik dalam huruf kanji



Sebagai contohnya: 1. ST 36 (Zusanli), artinya titik akupunktur umum, terletak pada meridian lambung (stomach=ST) di urutan nomer 36, namanya Zusanli 2. RN 12 (Zhongwan), artinya titik akupunktur umum, terletak pada meridian Ren di urutan nomer 12, namanya Zhongwan 3. EX-UE 2 (Erbai),artinya titik akupunktur extra,terletak pada ekstremitas atas (Upper Extremity) di urutan nomer 2, namanya erbai



Karakteristik titik akupunktur Secara makroskopis anatomi, keberdaan titik akupunktur hampir tidak bisa dibedakan dengan area di sekitanya, namun demikian beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa area pada titik akupunktur mempunyai perbedaan bila dinilai secara histologis, daya kelistrikannya, efikasinya serta efeknya terhadap otak bila dilakukan perangsangan. Berikut ini merupakan karakteristik titik akupunktur: Pada penelitian dari otopsi didapatkan bahwa dalam titik akupunktur mengandung lebih banyak: 30



1. Saraf : 99,6 % (jumlah yg diteliti : 324 ) 2. Pembulu darah nadi : berjarak 0,5 cm = 84,36 %, langsung = 7,26 % (jumlah yg diteliti : 262 ) 3. Lebih banyak pembuluh limfe Pada pemeriksaan histologis diketahui bahwa di dalam titik akupunktur terdapat gambaran sebagai berikut: 1. Serabut otot > padat 2. Ujung serabut saraf > banyak 3. P.d besar / kecil > banyak Penelitian KRIPPER menunjukkan bahwa tahanan listrik pada titik akupuntur: 1. Lebih rendah dari daerah sekitarnya 2. Titik akupunktur : 100 – 200 ribu Ohm 3. Daerah lain : 1 juta Ohm 4. Akhiran saraf lebih padat Penelitian lain yang menunjukkan karakteristik titik akupunktur, antara lain 1. Kellner (1965): - 12000 mikroseksi pada 11 titik akup, didapatkan 1 reseptor 2,80mm2, bukan titik 1283 mm2 - Titik akupunktur terletak pada area kaya saraf superficial 2. Gun et al (1976): - Penelitian terhadap 70 titik akupunktur didapatkan: 47 titik pada titik motorik, 11 titi terdapat di garis sagital dan 12 titik pada plexus saraf. 3. Gun 1977 menemukan titik di atas otot tendon 4. Fan et al (1990): -



Dengan menggunakan mikroskop electron diketahui gap junction pada titik akup lebih banyak 2x



5. Croley dan Carlson (1991): - papilla dermis pada titik akupunktur lebih banyak 2x lipat 6. Kawakita (1993): - reseptor rangsang akupunktur mekanis maupun termis sama, yaitu mempunyai reseptor polimodal (mengandung serabut C, A-delta dan A-beta) 7. Dung (1984): - Selalu berkaitan dg saraf kutaneus atau saraf otot, besarnya serabut saraf menentukan kepekaan - Lebih banyak berada di sepanjang saraf superficial Sifat lain dari titik akupunktur adalah sebagai berikut: 31



1. Berada di lokasi serabut saraf menembus fascia dalam yang timbul dekat ke permukaan 2. Terletak pada foramen tulang 3. Terletak di lokasi batang saraf masuk dalam otot terdiri dari serabut aferen, eferen dan serabut saraf simpatis 4. Terletak dimana pembuluh darah, arteria dan vena bersama-sama batang saraf membentuk kesatuan neurovaskuler saat masuk ke dalam otot 5. Terkait dengan batang saraf yang mengandung serabut sensorik dengan reseptor sensorik yang melekat padd pembuluh darah, serabut otot, tendon dan kulit 6. Terletak pada lokasi batang saraf besar bercabang menjadi 2 atau lebih 7. Merupakan lokasi yang peka rangsang pada struktur ligamen 8. Terletak sepanjang sutura cranium Berbagai penelitian yang berkaitan dengan karakteristi titik akupunktur Gambaran anatomis dan histologis Secara anatomi, banyak yang melaporkan bahwa sistem saraf, pembuluh darah, atau otot kemungkinan memiliki hubungan erat dengan titik akupuntur. Akumulasi microvessels ditunjukkan di titik akupunktur Zhongji (RN3) dan ST36, sedangkan jaringan sekitarnya tidak menunjukkan karakteristik ini. Pemeriksaan histologis menunjukkan bahwa titik akupuntur memiliki sejumlah elemen seperti kepadatan ujung saraf yang tinggi, serabut afferen A dan C serta konsentrasi elemen saraf dan vaskular yang lebih tinggi, terutama sel mast, yang dapat merasakan stimulasi. Disebutkan bahwa titik akupunktur dapat meningkatkan degranulasi sel mast, dan kepadatan sel mast dari ST36 tikus lebih tinggi dari titik palsu terdekat. Sementara itu, moksibusi juga dapat mengaktifkan degranulasi sel mast pada Ximen (PC4), dan Tianshu (ST25) dari model tikus penyakit yang berbeda. Langevin menemukan 80% korespondensi antara area titik akupunktur dan lokasi jaringan konus intermuscular atau intramuskular di bagian jaringan postmortem. Selama akupunktur, jaringan ikat, elastis dan serat kolagen terjalin di sekitar jarum di bawah lokasi titik akupunktur untuk menghasilkan sensasi tusuk jarum khas, yang digambarkan sebagai "Deqi". Gambaran biofisika Studi terbaru menegaskan bahwa meridian dan titik akupunktur memiliki banyak sifat biofisik, yang berbeda dari area bukan titik akupuntur. Sifat yang dimaksud meliputi karakteristik listrik (yaitu, potensial listrik tinggi, konduktansi, dan kapasitansi, impedansi rendah dan resistensi), karakteristik termal (yaitu, pelacakan radiasi inframerah sepanjang meridian), karakteristik akustik (yaitu, suara panduan tinggi dengan 2–15 Hz frekuensi, 0,5– 10 mV amplitudo, 6,2-10 cm /detik kecepatan konduksi dua arah dan menjadi serupa dengan gelombang tajam atau gelombang sinus), karakteristik optik (yaitu, sifat bercahaya tinggi dan penyebaran gelombang cahaya sepanjang meridian), karakteristik magnetik (yaitu, arus melingkar relatif stabil osilasi elektromagnetik dan kimia sepanjang jalur resistansi listrik 32



rendah), karakteristik isotop (yaitu, migrasi isotop sepanjang meridian), dan karakteristik myoelectric (yaitu, aktivitas myoelectric jelas). Oleh karena itu, adanya berbagai sifat di atas sangat mendukung keberadaan meridian secara ilmiah (Li et al, 2012) Gambaran biomolekuler Ketika merangsang acupoints, di area lokal dapat melepaskan biomolekul yang mempunyai peran analgesia atau neuromodulasi. Penelitian awal menunjukkan bahwa adenosine adalah biomolekul efektif yang dihasilkan secara lokal di acupoint. Satu percobaan hewan menunjukkan bahwa adenosin dilepaskan selama perangsangan di titik ST36. Penelitian lebih lanjut dalam subyek manusia juga mendukung pendapat di atas. Beberapa percobaan menunjukkan bahwa kadart oksida nitrat pada titik akupunktur lebih tinggi daripada nonacupoints atau area kontrol non-meridian. Sementara itu, konsentrasi siklik guanosin monophosphate atau norepinefrin (NE) dan tingkat pelepasan NE juga lebih tinggi. Studi lain menunjukkan tingkat tekanan oksigen parsial yang lebih tinggi dalam acupoints (ST36, Shangjuxu (ST37), Zhongting (CV16), dan Shanzhong (CV17)) kelinci daripada nonacupoints (1 cm terpisah dari titik acupoints). Tiga dari empat titik acupoints juga menunjukkan konsentrasi yang signifikan lebih tinggi dari kalsium (Ca), besi (Fe), tembaga (Cu), dan seng (Zn) elemen dari jaringan sekitarnya. Spesifikasi titik akupunktur Lokasi titik akupunktur akan berpengaruh pada hasil terapi. Penusukan atau perangsangan pada titik tertentu akan menghasilkan efek tertentu yang berbeda. Hal ini dapat diketahui dari beberapa penelitian yang telah dilakukan. Contoh beberapa titik akupunktur tubuh beserta indikasi dan cara penusukan: Dadun (LR1) Lokasi: dalam lekukan 0,3 cm sisi lateral basis kuku ibu jari Saraf: r dorsolateral n perinei profundi Indikasi: -



Lokal: keluhan jaringan setempat, ibu jari metatarsal Khusus: keluhan daerah iga, pelvis, genetalia externa, extremitas inferior, hernia, demam, meno-metrorraghia Cara perangsangan: tegak lurus atau miring ke proksimal, sedalam 0,3 cm atau penjaruman berdarah



Taichong (LR3) Lokasi: dalam lekukan, proksimal sendi matacarpophalangeal, pertemuan metatarsal 1 dan 2 Saraf: cab n cutaneus dorsalis pedis, dalam: n peroneus profundus Indikasi: 33



- Lokal: keluhan jaringan setempat, jari, telapak kaki - Khusus: mata, daerah iga, pelvis, gen externa, extremitas infeior, hipertensi, vertigo Cara perangsangan: tegak lurus, 1 – 1,5 cm



Yinlingquan (SP9) Lokasi: dalam lekukan di bawah posterior dari condilus medialis tibiae Saraf: r cutanei cruris medialis n sapheni, bag dalam: cab n tibialis Indikasi: - Lokal: keluhan jaringan setempat, lutut - Khusus: retensio urin, riak berlendir, keldaerah dada, pelvis, ext inferior, nyeri bahu Cara perangsangan: tegak lurus sedalam 1 – 2,5 cm



Sanyinjiao(SP6) Lokasi: di tepi posterior tulang tibia, 3 p.r di atas puncak maleolus internus Saraf: n cutanei cruris medialis n sapheni, di bag dalam terdapat cab n tibialis Indikasi: -



Lokal: keluhan jaringan setempat, betis, tungkai bawah Khusus: daerah dada, abdomen, pelvis, ext inferior, ptosis kelopak mata atas, kolik ginjal, infertilitas, amenora, hipogalactia Cara perangsangan: tegak lurus, 1,5 – 3 cm Yongquan (KI1) Lokasi: telapak kaki, dalam lekukan di tepi bawah anterior benjolan tulang naviculare pedis Saraf: cab n plantaris medialis, dalam: r digitus secundum pedisn plantaris Indikasi: -



Lokal: Kelainan jaringan setempat, jari dan telapak kaki Khusus: keluhan daerah dada, abdomen, pelvis, ext inferior, demam, kejang histeris, epstaksis, asma bronkial Cara penjaruman: tegak lurus sedalam 1 – 1,5 cm



Taixi (KI3) Lokasi: pertngahan puncak maleolus internus dengan tendo achilles Saraf: r cutanei medialis n sapheni, dalam: cab n tibialis 34



Indikasi: - Lokal: jar setempat, daerah maleolus - Khusus: daerah dada, abdomen, pelvis, ext inferior (nyeri tumit), gangguan fx ginjal Cara perangsangan: tegak lurus atau miring ke arah maleolus internus,sedalam 1 cm



Neiting (ST44) Lokasi: di antara jari kaki ke 2 dan 3, dalam lekukan distal sendi metatarsophalangeal pada perbedaan warna kulit Saraf: cab n cutaneus dorsalis pedis medialis Indikasi: -



Lokal: kel jar setempat, daerah kaki metatarsal Khusus: kel daerah kepala frontal, wajah, dada, payudara, abdomen, ext inferior (hordeolum) Cara perangsangan: tegak lurus sedalam 1 cm atau miring ke proksimal



Tiaokou (ST38) Lokasi: 8 p.r dari bawah batas patela 1 jari dari tepi anterior tibia Saraf: cab cutanei n surae lateralis, dalam: n peroneus profundus Indikasi: -



Lokal: kel jar setempat Khusus: kel daerah kepala frontsl, wajah, dada. Payudara, abdomen, ext inferior, nyeri sendi bahu Cara perangsangan: tegak lurus sedalam



Fenglong (ST 40) Lokasi: 8 p.r batas bawah patella, 2 jari dari tepi anterior tibia Saraf: Indikasi: -



Lokal: kel jar setempat, tungkai bawah Khusus: kel daerah kepala frontal, wajah, dada, payudara, abdomen, ext inferior, astma bronchial, hiperlipidemia Cara perangsangan: tegak lurus sedalam 1,5 – 3 cm 35



Zusanli (ST 36) Lokasi: 3 p.r batas bawah patella, 1 jari tepi anterior tulang tibia Saraf: r cutanei n surae lateralis, dalam: n peroneus profundus Indikasi: -



Lokal: kel jar setempat, tungkai bawah Khusus: kel daerah frontal kepala, wajah, dada, payudara, abdomen, ext inferior, kel lambung, hiperemesis gravidarum, anoreksia, kel usus, hiperlipidemia, regulasi tekanan darah, influenza, Cara perangsangan: penjaruman tegak lurus sedalam 2 – 4 cm



Zulinqi (GB 41) Lokasi: punggung kaki lateral, distal sendi metatarsophalangeal ke-4, dalam lekukan lateral tendo m extensor digiti minimi Saraf: r cutaneus dorsalis pedis medialis dan n plantaris lateralis Indikasi: - Lokal: kel jar setempat, metatarsal - Khusus: kel kepala temporal, wajah, leher kuduk, dada-iga, ext inferior Cara perangsangan: tegak lurus 1 cm



Yanglingquan (GB 34) Lokasi: lateral betis, lekukan di bawah anterior capitulum fibulae Saraf: r cutanei n surae lateralis, dalam: n peroneus communis Indikasi: -



Lokal: kel jar setempat, daerah lutut Khusus: kel kepala temporal, wajah, leher-kuduk, dada-iga, ext inferior, kolik empedu, kelumpuhan otot Cara perangsangan: tegak lurus sedalam 2 – 3 cm



Fengsi (GB 31) Lokasi: 7 p.r di atas lutut, saat berdiri tegak ujung jari tengah berada di titik ini Saraf: r cutanei n femoris lateralis, dalam: r musculares n femoralis Indikasi: 36



- Lokal: kel jar setempat, tungkai atas - Khusus: urtikaria Cara perangsangan: tegak lurus sedalam 2 – 3 cm



Shenmai (BL 62) Lokasi: lekukan tepat di bawah maleolus externus Saraf: cab n suralis Indikasi: -



Lokal: kel jar setempat, daerah malleolus kaki Khusus: kel kepala frontal dan oksipital, wajah, leher kuduk, dada-iga, extr inferior, insomnia, spaske otot mata Kunlun (BL 60) Lokasi: pertengahan mal externa dg tendo achilles Saraf: cab n suralis Indikasi: -



Lokal: jar setempat, maleolus kaki Khusus: kel kepala frontal, oksipital, leher-kuduk, dada iga, dorsal tubuh, extr inferior, ischialgia Cara perangsangan: tegak lurus, 1-2 cm Taiyuan (LU 9) Lokasi: garis lipat tangan, sisi medial denyut nadi radialis Saraf: cab n radialis Indikasi: - Lokal: jar setempat, pergelangan tangan - Khusus: kel paru; batuk, sesak nafas, kel pembuluh darah, Cara perangsangan: penjaruman tegak lurus 0,3 – 0,5 cm, hindari nadi



Daling (PC 7) Lokasi: pertengahan garis lipat pgelangan tangan, di ant tendo otot palmaris longus dg tendo otot flexor carpi radialis Saraf: n digitales palmaris communis, n medianus Indikasi: 37



- Lokal: kel jar setempat, pgelangan tangan (CTS) - Khusus: ext sup, kel psikis, azostomis, stomatitis, dispepsia Neguan (PC 6) Lokasi: 4,5 cm di atas lipat pergelangan tangan, diantara tendo otot palmaris longus dg tendo otot flexor carpi radialis Saraf: cab cutanei n antebrachii medialis, , r palmaris n medianus, r palmaris interossea antebrachii Indikasi: -



Lokal: kel jar setempat, pergelangan tangan Khusus: extr sup, kel cv, insomnia, kel lambung, nyri intercostalis, lumpuh pasca stoke, regulasi tekanan darah, hiperlipidemia Cara perangsangan: tegak lurus, sedalam 1 – 1,5 cm



Shenmen (HT7) Lokasi: dalam lekukan sisi ulnair garis lipat pergelangan tangan, sisi radial tendon n flexor carpi ulnaris Saraf: cab cutanei n antebrachii medialis, sisi ulna: n ulnaris Indikasi: - Lokal: kel jar setempat, daerah perg tangan - Khusus: kel daerah ketiak, extr sup, insomnia, kel mental, takikardia Cara perangsangan: tegak lurus sedalam 1 cm



Hegu (LI4) Lokasi: pertengahan metacarpal ke 2 Saraf: cab superfisialis n radialis Indikasi: -



Lokal: jaringan setempat, pergelangan tangan Khusus: wajah, tenggorokan extr sup, demam, influenza, lumbago,nyeri iga, ankle sprain. Cara perangsangan tegak lurus, sedalam 1 – 2 cm.



B. MERIDIAN Untuk mempertahankan kesehatan tubuh, terdapat 3 kesatuan yang mendasar:



38



1. Lima Zat/ substansi dasar: Zat-zat yang memunculkan dan mempertahankan kehidupan. Termasuk substansi dasar adalah: Qi (energi kehidupan vital), Xue (Darah), Jinye (Cairan Tubuh), Jing (Esensi), dan Shen (Roh/ spirit). 2. Organ Zang-fu: Satu set 5 pasang organ yin-yang menghasilkan Lima Zat Dasar. 3. Jing-luo (meridian): Saluran-saluran yang menghubungkan organ-organ Zang-fu dan mengatur aliran substansi dasar ke seluruh tubuh. Pada materi ini, hanya dibahas tentang meridian yang dipakai sebagai pengantar untuk pemahaman keberadaan titik akupunktur. Meridian dalam Pengobatan Tradisional Cina Dalam Pengobatan Tradisional Cina, meridian atau Jing luo adalah saluran yang dilalui qi dan aliran substansi fundamental lainnya. Meridian berfungsi sebagai jaringan, seperti sistem jalan raya, yang dapat dipetakan di seluruh tubuh. Mereka mirip dengan sistem peredaran darah di kedokteran barat, tetapi perlu ditekankan bahwa meridian adalah non-fisik. Jing Luo dibagi menjadi dua kategori utama: jingmai atau saluran meridian utama dan luo mai atau kolateral. Kita batasi pembahasan hanya pada meridian utama (Jingmai). Jingmai mengacu pada sistem kolektif saluran meridian utama. Tujuan utamanya adalah mengatur aliran qi ke seluruh tubuh. Secara umum, ada tujuh puluh dua jingmai utama. Dari tujuh puluh dua, dua puluh dianggap yang paling penting dalam akupunktur dan akan menjadi fokus utama materi ini. Kategori meridian utama adalah 1. Dua belas Meridian Umum - Ini adalah garis meridian yang paling penting dari tubuh. Mereka terhubung ke organ Zang-fu dan merupakan jalur utama yang mengangkut qi dan xue (darah) ke seluruh tubuh. 2. Delapan Vessels Luar Biasa-Fungsi utama mereka adalah untuk menghubungkan dua belas meridian utama. 3. Dua Belas Divergen atau Meridian-Meridian Berbeda ini bertanggung jawab untuk menghubungkan wei (defensif) dan yuan (orangtua) qi.



39



gambar diambil dari https://www.amcollege.edu/blog/what-are-meridians-intraditional-chinese-medicine-tcm 12 meridian umum Dua Belas Meridian Umum adalah garis meridian utama yang dilewati oleh qi. Mereka terletak di setiap lengan dan kaki, memiliki sifat yin-yang, dan terhubung ke organ Zangfu tertentu.



40



Ada enam yin meridian yang terletak di bagian dalam lengan, kaki, dada, dan badan. Ena



m meridian yang terletak di bagian luar lengan, kaki, kepala, dan badan.



Secara total, ada tiga yin meridian (jantung, paru-paru, dan perikardium) dan tiga meridian yang (usus kecil, usus besar, dan sanjiao) dari lengan, serta tiga yin meridian (hati, ginjal, limpa) dan tiga yang meridians (kandung kemih, kandung empedu, dan perut) dari kaki



41



Koleksi tiga yin dan tiga pola Yang disebut sebagai Enam Teori Meridian. Teori ini menjelaskan jenis qi yin-yang dan derajat diterimanya sinar matahari, yang didasarkan pada posisinya pada tubuh, dari yang paling eksternal hingga yang paling internal. 1. Tai Yang- Yang lebih besar. Paling eksternal. Posisi posterior. 2. Yang Ming-Brightness Yang. Posisi anterior. 3. Shao Yang-Lesser Yang. Posisi posterior. 4. Tai Yin-Greater yin. Posisi anterior. Dimana paru-paru dan qi limpa berinteraksi. 5. Shao Yin-Lesser yin. Posisi posterior. Di mana qi jantung dan ginjal berinteraksi. 6. Jue Yin-Absolute yin. Paling internal. Posisi lateral atau tengah. Di mana hati dan perikardium qi berinteraksi. 7. Alur Waktu Meridian. Pengaturan khusus dari 12 Meridian umum ini memungkinkan tubuh berfungsi dengan cara seperti jam. Qi dalam aliran meridian mengikuti siklus sirkadian, berdasarkan waktu hari. Karena hubungan antara meridian dan Zang-fu, siklus ini dapat digunakan untuk menentukan dan mengobati penyakit.



42



Seperti dengan semua pasangan yin-yang, masing-masing dari Dua Belas Meridian umum ada sebagai pasangan penghubung yang membentuk hubungan internal-eksternal dengan organ Zang dan fu. Setiap lengan meridian memiliki rekan meridian kaki. Meridian ini juga mempengaruhi pasangan pasangan Zang-fu. Misalnya, penyakit jantung atau meridiannya diobati melalui penyembuhan melalui titik-titik meridian ginjal.



43



Meridian extra-ordinari yang perlu ditambahkan di sini adalah 2 Governor Vessel (GV) yang berjalan di linea medianan posterior dan Conception Vessel (CV) berjalan di linea mediana anterior.



Daftar Pustaka: Ahn, A. C., Colbert, A. P., Anderson, B. J., Martinsen, Ø. G., Hammerschlag, R., Cina, S., ... & Langevin, H. M. 2008. Electrical properties of acupuncture points and meridians: a systematic review. Bioelectromagnetics: Journal of the Bioelectromagnetics Society, The Society for Physical Regulation in Biology and Medicine, The European Bioelectromagnetics Association, 29(4), 245-256. Cheng, K.J., 2011. Neuroanatomical characteristics of acupuncture points: relationship between their anatomical locations and traditional clinical indications. Acupuncture in Medicine, 29(4), pp.289-294. Coyle, M., Aird, M., Cobbin, D. M., & Zaslawski, C. 2000. The cun measurement system: an investigation into its suitability in current practice. Acupuncture in Medicine, 18(1), 10-14. Kim, J., & Kang, D. I. (2014). Positioning standardized acupuncture points on the whole body based on X-ray computed tomography images. Medical acupuncture, 26(1), 40-49.



Li, F., He, T., Xu, Q., Lin, L.T., Li, H., Liu, Y., Shi, G.X. and Liu, C.Z., 2015. What is the Acupoint? A preliminary review of Acupoints. Pain Medicine, 16(10), pp.1905-1915. Schwarz, W. and Gu, Q., 2013. Cellular mechanisms in acupuncture points and affected sites. In Current research in acupuncture (pp. 37-51). Springer, New York, NY. World Health Organization. (2008). WHO standard acupuncture point locations in the Western Pacific Region. In WHO standard acupuncture point locations in the Western Pacific region. Xing, J.J., Zeng, B.Y., Li, J., Zhuang, Y. and Liang, F.R., 2013. Acupuncture point specificity. In International review of neurobiology (Vol. 111, pp. 49-65). Academic Press. Yan, X., Zhang, X., Liu, C., Dang, R., Huang, Y., He, W., & Ding, G. (2009). Do acupuncture points exist?. Physics in Medicine & Biology, 54(9), N143. Zhao, L., Chen, J., Liu, C.Z., Li, Y., Cai, D.J., Tang, Y., Yang, J. and Liang, F.R., 2012. A review of acupoint specificity research in china: status quo and prospects. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2012.



44



III.



MEKANISME KERJA AKUPUNKTUR



Bila titik akupunktur dirangsang maka akan terjadi beberapa macam reaksi yaitu: 1. Reaksi inflamasi lokal 2. Transduksi interseluler 3. Refleks kutaneosomatovisera 4. Transmisi neural ke otak.



Bila suatu titik akupunktur dirangsang maka secara subyektif akan dirasakan: 1. Nyeri tajam (serabut saraf A-group delta) 2. Nyeri tumpul (serabut saraf C) 3. Rasa berat (serabut korpuskel peka tekanan) 4. Rasa pembengkakan (terpengaruhnya mikrosirkulasi dan peninggian permeabilitas ) 5. Korona kemerah-merahan sekitar jarum masuk (dilatasi mikrosirkulasi) 6. Rasa hangat sekitar jarum masuk (Peningkatan mikrosirkulasi) 7. Perangsangan lebih lanjut akan menimbulkan peninggian ambang nyeri dan apabila diteruskan akan timbul efek analgetik di daerah yang jauh dari titik yang dirangsang.



Secara garis besar kerja akupunktur akan menimbulkan efek berupa: 1. Analgesi 2. Regulasi



Efek regulasi dapat berupa: 1. Relaksasi otot yang spastik 2. Peninggian / perbaikan mikrosirkulasi, baik lokal maupun distal 3. Normalisasi tekanan darah 4. Penurunan kadar lemak yang tinggi dalam darah 5. Penyembuhan hipersensitivitas kulit dan selaput lendir terhadap berbagai faktor 6. Pemulihan dari dipresi mental, keadaan hiperaktif dan anxiety 7. Perangsangan pelepasan hormone hipofise ACTH 8. Peninggian reaksi imun dan resistensi terhadap infeksi bakteri 9. Normalisasi aktivitas organ viscera 10. Normalisasi kadar gula darah 11. Perangsangan regenerasi serabut saraf. 45



Rangsangan pada titik akupunktur dapat menimbulkan : 1. Efek regional a. Reaksi jaringan Cedera dinding sel akibat rangsangan titik akupunktur membebaskan asam arakidonat yang dikandungnya. Selanjutnya dihasilkan lekotrin, prostaglandin E-2, tromboksan dan prostasiklin. Mediator kimiawi itu memicu terjadinya inflamasi lokal dan agregasi trombosit. Kerusakan endotelium pembuluh darah halus dan kapiler serta jaringan ikat akan menghasilkan fragmen kolagen, miofibril dan membran basal, yang mengakitivasi sistim pembekuan darah secara bertingkat. Reaksi inflamasi buatan akan dilanjutkan dengan proses lain berupa reaksi anti-inflamasi. b. Refleks akson Rangsangan penjaruman pada reseptor polimodal oleh saraf sensorik diteruskan selain ke medula spinalis, juga ke akson kolateral yang mengandung CGRP (calcitonin gen related peptide) dan bersinaps akso-aksonik dengan akhiran saraf simpatis di sekitar pembuluh darah. Pelepasan asetilkolin oleh akhiran saraf simpatis yang teraktivasi menyebabkan vasodilatasi lokal di sekitar lokasi penjaruman. Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler, selain karena reaksi inflamasi dan refleks axon, juga karena terjadinya refleks vasomotor segmental medula spinalis, serta serabut eferen kolinergik dari pusat saraf otonom di hipotalamus anterior. Terjadinya vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan berbagai sisa metabolisme terangkut, pasokan ATP, nutrisi dan oksigen menjadi lancar; produk reaksi inflamasi difagositosis/dilisis, dan mediator yang teraktivasi diinaktivasi.



c. Arus listrik dari perlukaan Titik akupunktur mempunyai tegangan listrik lebih tinggi dari kulit sekitarnya. Tegangan listrik yang melewati lapisan epidermis adalah 20 - 90 milivolt, dengan kutub positif di dalam dan kutub negatif diluar. Pelukaan kulit akan menimbulkan arus pendek. Penjaruman menurunkan tahanan listrik berbarengan dengan menghasilkan arus listrik searah sebesar 10 mikroamper dimana kutub negatif berada di bekas lubang tusukan dan kutub positif terletak di tepi luka. 46



Fenomena ini berlangsung selama lebih kurang 48 jam yaitu waktu yang dibutuhkan tubuh menyembuhkan luka tusukan. Degenerasi aksonal atau demielinisasi segmental menyebabkan saraf yang rusak menjadi peka berlebihan terhadap asetilkolin. Arus listrik searah yang dihasilkan penjaruman mengurangi kepekaan tersebut, dan memicu proses regenerasi saraf. 2. Efek sistemik a. Efek analgetik Efek analgetik tindakan akupunktur dimediasi oleh endorfin atau oleh serotonin. Pada rangsangan yang lama dan kuat, dapat menimbulkan Stress induced analgesia, yang tidak dapat dihilangkan oleh nalokson atau sinanserin, tetapi dapat dihilangkan oleh deksametason. Penjaruman lokasi bukan titik akupunktur tidak menimbulkan efek analgesi, karena rangsang penjaruman itu tidak menuju substansia grisea periakuaduktus, sebagaimana rangsang titik akupunktur; tetapi menuju ke hipotalamus posterior dan nukleus sentromedian lateralis talami (bagian dari analgesia inhibitory system) dgn mediator kolesistokinin, suatu antagonis opiat endogen yg akan menduduki reseptor opiat di substansia grisea periakuaduktus.



b. Efek regulasi Tubuh manusia mempunyai kecenderungan mempertahankan homeostasis yang melibatkan : Sistem saraf, endokrin, dan mediator kimiawi.



Mekanisme kerja akupunktur dapat pula berupa: 1. Mekanisme spinal segmental 2. Mekanisme



heterosegmental



(intersegmental)



melibatkan



beberapa



sistem:



Serotoninergik, adrenergic, dan DNIC (Diffuse Noxious Inhibitory Control)



1. Mekanisme spinal segmental Mekanisma kerja akupunktur segmental memanfaatkan pola lengkung refleks kutaneoviseral atau somatoviseral, baik secara segmental maupun intersegmental dengan melibatkan pula pusat refleks yang lebih tinggi di hipotalamus anterior. Pemanfaatan klinis akupunktur segmental untuk nyeri miofascial dan kelainan fungsi organ, membutuhkan pengetahuan persarafan kulit (dermatom), persarafan otot (miotom) dan persarafan organ (viserotom); sehingga dapat dipilih titik akupunktur, 47



sesuai dermatom dari segmen yang sama atau berdekatan. Skema mekanisme segmental akupunktur:



Gambar 2. Mekanisme spinal segmental Keterangan skema mekanisme segmental akupunktur: The C primary afferent polymodal nociceptor projects to substantia gelatinosa (SG) cells in the superfisial dorsal horn; these generate further impulses that pass to, or perhaps disinhibit, wide dynamic range (WDR) (or convergent) cells whose axons pass up to the brain in the spinoreticular tract where they are eventually interpret as painful. The Aδ primary afferent pinprick receptors project both to marginal cells (M), which project up to the brain in the spinothalamic tract carrying information about pinprick that will become conscious, and to enkephalinergic stalked cells (St), which can release enkephalins (ENK) that inhibit SG cells, thus preventing information generated by noxious stimulation being transmitted further.



Neurotransmitter yang merangsang nyeri: a. Endogenous opioid (enkefalin, dinorfin, endorfin) b. Somatostatin c. Serotonin d. Noradrenalin e. Gamma Aminobutyric Acid (GABA) f. Galanin. 2. Mekanisme heterosegmental a. Serotoninergik



48



Gambar 3. Mekanisme heterosegmental Rangsang penjaruman dibawa dari sel marginal ke ke nukleus ventroposterolateral thalamus lalu ke korteks cerebri sehingga rangsang disadari. Diotak tengah ada percabangan ke periaqueductal grey (PAG), dari sini turun ke nucleus raphe magnus di medula oblongata yang mengeluarkan serotonin untuk dialirkan ke stalked cell (St). Dari St melalui mekanisme enkefalinergik akan menghambat SG untuk menyalurkan hantaran nyeri dari serabut C untuk sampai di WDR. PAG juga dipengaruhi oleh opioid endorphinergic fibres yang berasal dari nucleus arcuatus di hipotalamus yang mendapat rangsang dari korteks prefrontal.



b. Adrenergik Dari marginal cell ada proyeksi ke: 1) Nucleus paragigantocellularis lateralis (PGC) melalui locus ceruleus (LC)? menghambat nyeri di level medula spinalis (Noradrenergically mediated) 2) LC diperbatasan medula oblongata dan pons melalui akson noradrenergik (NAD) menghambat neuron spinal. 49



c. Diffuse Noxious Inhibitory Controls (DNIC) Dari sel marginal memberi cabang ke subnucleus reticularis dorsalis (R) di medula oblongata bagian kaudal dari sini akan menghambat impuls nyeri di SG melalui mekanisme DNIC.



Mekanisme kerja akupunktur yang lain: 1. Reaksi anti inflamasi Cedera dinding sel akibat perangsangan titik akupunktur membebaskan asam arakidonat; yg dengan bantuan lipoksigenase diubah menjadi lekotrin; dgn bantuan sikloksi genase diubah menjadi prostaglandin E-2, tromboksan dan prostasilin; semua mediator kimiawi ini memicu terjadinya reaksi inflamasi lokal dan agregasi trombosit. Reaksi inflamasi buatan berikut semua mediator kimiawi, ditindaklanjuti oleh tubuh dengan reaksi anti-inflamasi yg menyeluruh. 2. Imunitas Perangsangan titik akupunktur merusak endotelium pembuluh darah halus dan kapiler serta jaringan ikat, akibatnya dihasilkan fragmen kolagen, miofibril dan membran basalis yang akan mengaktivasi sistim pembekuan darah secara bertingkat yaitu: Yang pertama teraktivasi adalah faktor XII Hageman dari plasma dan jaringan. Kinin protease dari sel mast dan basofil mengubah faktor XII menjadi faktor XIIa, yang selanjutnya mengkatalis plasminogen menjadi plasmin dan protrombin menjadi thrombin. Plasmin masuk dalam sistim komplemen imun melalui aktivasi C1, C3 dan C5 dari molekul protein plasma, sedang trombin mengaktivasi C3. Keikutsertaannya dalam sistem imunitas tidak spesifik, yakni bersama dengan immunoglobulin membungkus benda asing, sehingga mudah difagositosis atau dilisis; bersamadengan kalikrein dan bradikinin menggerakkan reaksi imunitas tidak spesifik melalui pengaruhnya pada lekosit (kemotaksis, lekositosis dan fagositosis). Bossy (1990) dan Yuan et al (1993) menunjukkan adanya reseptor opiat di permukaan dinding sel limfosit T.



50



Interaksi reseptor opiat dgn endorfin memicu limfosit T untuk berproliferasi, sehingga jumlah total limfosit T meningkat, demikian juga mediator kimiawi yang dihasilkan limfosit T (interleukin 1 s/d 6, gama interferon dan Tumor Necrosis Factor /TNF). Pengaruh tidak langsung rangsang akupunktur terhadap produksi limfosit melalui penyerapan Zn dan Cu Akupunktur meningkatkan : a. Penyerapan Zn (peningkatan kadar



Zn darah)



b. Enzim superoksida dismutase (untuk menangkap radikal bebas superoksida) c. Jumlah total limfosit d. Rasio T-helper : T-suppressor. Selain memperbaiki imunitas seluler, akupunktur juga berefek pada imunitas humoral yaitu dengan meningkatkan produksi imunoglobulin. 3. Endokrin Mekanisme kerja akupunktur melalui system endokrin dapat dijelaskan melalui jalur aksis hipotalamus-hipofisis yaitu: Akupunktur manual dan elektro akupunktur frekuensi rendah mencapai hipotalamus anterior, merangsang pelepasan



releasing hormon lewat jalur vena (CRF, GnRH,



GHRH, GHRIH, TRH dan Dopamin) dan menghasilkan AVP. Dan Oksitosin yang sampai di hipofisis posterior lewat jalur saraf. CRH (corticotrophin releasing hormon) bersama dgn AVP (arginin vasopressin) dari hipofisis posterior, merangsang produksi beta-lipotrofin dan ACTH; melalui pemecahan enzimatik beta-lipotrofin  beta-endorfin. a. GnRH (gonadotrophin releasing hormon) merangsang produksi LH (luteinising hormon) dan FSH (follicle stimulating hormon) b. GHRH (growth hormon releasing hormon) merangsang produksi GH (growth hormon) c. GHRIH (growth hormon releasing inhibiting hormon) yang menghambat produksi GH, gastrin, TSH, glukagon, asam lambung, insulin dan enzim pankreas. d. TRH (thyrotropin releasing hormon) merangsang produksi TSH (thyroid stimulating hormon) dan prolaktin. e. Dopamin menghambat produksi prolaktin.



51



4. Sistim Neuroendokrinimun (NEIS) Tahun 1936, Hans Selye memperkenalkan konsep Stress. Respons stres dimanifestasi dengan perubahan pada sistem saraf, endokrin dan imun, yang kemudian dikenal dengan sistem neuroendokrinimun. Etiologi respons stres : 1. Rangsangan fisik, kimiawi atau mekanik 2. Faktor biologik 3. Kelainan homeostasis imbalance dalam sistem-sistem saraf, endokrin imun dan cairan tubuh 4. Kelainan psikologik, sosial dan lingkungan.



Mekanisme kerja akupunktur pada NEIS : 1. Akupunktur dapat meningkatkan jumlah sel limfosit T, karenanya dapat meningkatkan daya imun sel tubuh. 2. Efek regulasi akupunktur pada daya transformasi sel limfosit T. 3. Efek regulasi akupunktur pada jumlah dan daya fagositosis lekosit (neutrofil, eosinofil, basofil) 4. Efek regulasi akupunktur pada daya



fagositosis MPS (mononucleus phagocyte



sistem) mencakup monosit, makrofag. 5. Efek regulasi akupunktur pada daya pengawasan sel NK 6. Efek regulasi akupunktur pada cytokine ( IL-2, IFN) 7. Efek regulasi akupunktur pada imunoglobin 8. Efek regulasi akupunktur terhadap aglutinin, eritrosit aglutinin, hemolisin, bacteriocidin, precipitin. 9. Efek regulasi akupunktur pada sistem komplemen 10. Efek regulasi akupunktur terhadap properdin, plasma bacteriocidin.



Daftar Pustaka 1. Cheung L, Li P and Wong C. 2001. The Mechanism of Acupuncture Therapy and Clinical Case Studies. Taylor and Francis, London and New York. 2. Cho ZA, Wong EK and Fallon JH. 2001. Neuro-Acupuncture. Volume 1. Neuroscience Basics. Q-Puncture, Inc. Los Ageles, CA 90010. 3. Filshie J and White A. 1998. Medical Acupuncture. A Western Scientific Approach. Churchill Livingstone. 52



4. Frank BL and Soliman NE. 2005. Auricular Therapy : A Comprehensive Text. Author House. 5. Kiswojo. 2007. Pengetahuan Dasar Akupunktur. Penerbit Akupunktur Indonesia. 6. Kristanto, F. 2008. Bahan Kuliah Mekanisme Kerja Akupunktur. RSCM. Jakarta 7. Mayor DF. 2007. Electroacupuncture. A Practical Manual and Resource. Elsevier. Toronto.



IV.



SAFETY IN ACUPUNCTURE



I. Akupunktur Akupunktur berasal dari kata Acus yang berarti jarum dan Puncture yang berarti tusuk, sehingga akupunktur mempunyai arti tusuk jarum. Akupunktur modern dapat didefinisikan sebagai penyisipan jarum tipis halus ke titik - titik tertentu pada tubuh dengan manipulasi mekanik, listrik, atau fisik lainnya, yang menstimulasi reseptor saraf baik secara mekanis maupun tidak langsung dengan jaringan ikat yang mengelilingi jarum. Menurut WHO, indikasi akupunktur dapat berupa gangguan muskuloskeletal dan neurologik seperti: arthitis, neuralgia, sciatici, back pain, tendonitis, post surgical, labour, stiff neck, bell’s palsy, trigeminal neuralgia, headache, stroke, cerebral palsy, polio, sprains. Indikasi yang lain dapat berupa: 1. Berbagai keadaan nyeri seperti nyeri kepala, nyeri bahu, nyeri sendi, nyeri pinggang, nyeri lambung, nyeri haid, nyeri kanker, nyeri herpes, nyeri persalinan dan lain-lain. 2. Kelainan fungsional seperti asma, alergi, insomnia, mual pada kehamilan. 3. Beberapa kelainan saraf seperti kesemutan, kelumpuhan muka, kelumpuhan anggota gerak. 4. Berbagai keadaan lain seperti ketagihan merokok dan narkotika, menurunkan kadar gula darah, meningkatkan stamina, infertilitas, disfungsi ereksi, gangguan perkembangan anak ( misal Cerebral palsy, hiperakti). 5. Akupunktur Estetika : Obesitas (kegemukan), mencerahkan wajah, mengencangkan, menghilangkan garis – garis halus atau keriput, kantong mata dan lingkar hitam di bawah mata, jerawat, rambut rontok dan menopause.



53



A. Manual akupunktur (MA) Kontra indikasi penjaruman (manual acupunctur) dapat berupa: 1. Lokasi anatomis dekat pembuluh darah besar dan saraf 2. Panca indera 3. Hemofilia atau diatesa hemoragis 4. Kehamilan 5. Psikosis berat 6. Fontanel pada neonatus, putting susu /payudara, umbilikus, genitalia eksterna 7. Pasien dengan alat pacu jantung pada pemakaian elektrostimulator



B. Akupresure Di Jepang : Shiatsu (shi = jari, atsu = tekanan). Perangsangan tekanan dengan menggunakan jari-jari pada titik akupunktur untuk memulihkan keseimbangan sistem dalam tubuh. Dapat berfungsi sebagai alat bantu diagnostik (terdapat titik nyeri tekan, adanya hipertonus otot. Indikasi : seperti akupunktur Kontra indikasi : 1. Penyakit akut 2. Kelainan organ dalam 3. Kanker 4. Patah tulang 5. Perdarahan



C. Akuapunktur Akuapunktur merupakan penyuntikan titik akupunktur dengan cairan tertentu. Alat suntik : 2-5-10-20 ml. Jarum : 20-27 G. Pada otot tipis : 0,3 ml dan tebal : 0,5 – 1 ml. Kelebihan : 1. Praktis (kemudahan alat / bahan) 2. Hemat waktu Kekurangan : 1. Kemungkinan nyeri lebih besar 2. Tidak dapat untuk daerah sensitif (seperti mata) 3. Kemungkinan alergi obat 54



4. Kemungkinan perdarahan / hematom lebih besar. D. Elektroakupunktur Elektroakupunktur merupakan tindakan akupunktur baik diagnostik maupun terapi yang menggunakan alat elektronik yang memanfaatkan tenaga listrik. Harus diperhatikan bagaimana jenis rangsang, frekuensi, kekuatan rangsang dan lama rangsang. Elektroakupunktur pertama kali dipergunakan pada tahun 1930. Keuntungan : 1. Menggantikan manipulasi dengan tangan 2. Rangsangan dapat diukur dan diatur 3. Memberikan rangsangan yang lebih kuat dan terus menerus dibanding dengan rangsangan dengan tangan 4. Dapat dilakukan melalui elektrode di permukaan kulit untuk menggantikan penusukan jarum Kontraindikasi: riwayat penyakit jantung.  Memberikan rangsangan lebih besar sehingga tidak perlu digunakan bila hanya diperlukan rangsangan ringan  Direkomendasikan terutama untuk neuralgia dan paralisis saraf  Rangsangan continuous dengan frekwensi tetap dipergunakan untuk mengobati nyeri dan spasme  Rangsangan dense disperse untuk mengobati paralisis dan kesemutan  Frekuensi rendah EA melepaskan β endorfin, enkephalin dan endomorphin,  Frekuensi tinggi EA melepaskan dinorfin dan serotonin



55



Gambar 4. Neuropeptida yang dihasilkan akibat elektoakupunktur (Han, 2004)



E. Laser akupunktur (laserpuncture) Laserpuncture adalah suatu teknik penjaruman untuk merangsang titik akupunktur dengan sinar laser untuk memperoleh efek terapi. Light Amplification Stimulation Emission by Radiation (LASER) adalah salah satu bentuk energi photon dari sinar yang mengeksitasi elektron dalam jaringan atau sel (ekstra maupun intraselular)



Laser akupunktur menggunakan untuk low-level laser therapy (LLLT), laser digunakan untuk



aplikasi akupunktur biasanya memiliki output daya 5-499 mW dan dikategorikan



sebagai laser kategori 3b ‘‘ soft”. Laser yang digunakan untuk pemanasan langsung jaringan (mis. koagulasi jaringan pada tindakan operasi) output daya melebihi 500mW dikategorikan sebagai laser kategori 4 'keras'. Panjang gelombang cahaya dari 650 hingga 900 nm memiliki penetrasi terbaik melalui kulit. Panjang gelombang yang lebih rendah diserap oleh melanin dan hemoglobin, dan panjang gelombang lebih dari 900 nm diserap oleh air. Dengan sinar laser yang terfokus dengan baik, panjang gelombang merah (* 648 nm) dapat menembus 2-4 cm di bawah permukaan kulit, dan panjang gelombang inframerah (* 810 nm) bisa menembus hingga 6 cm.



56



Secara teoritis semua laser energi rendah dapat dimanfaatkan untuk akupunktur, tetapi yang mempunyai daya tembus pada titik akupunktur adalah He- Ne (Helium Neon) yang mempunyai panjang gelombang 632,8 nm



Sifat laser : monokromatis, koheren, penyebaran minimal 1. Monokromatis : hanya satu panjang gelombang tertentu yang diperkuat atau diamplifikasi 2. Koheren : terdapat hubungan fase yang tetap di antara berbagai bagian sinar laser, sehingga sangat tahan terhadap gangguan (interferensi) – semua gelombang berosilasi secara seragam 3. Penyebaran minimal : sinar yang dipancarkan sebagian besar paralel – titik fokus sangat kecil Keuntungan laser akupunktur 1. Tidak sakit dan tidak baal, 2. Penetrasi enersi rendah, tidak merusak organ dalam, 3. Steril dan pelaksanaannya relatif mudah. 4. Waktu lebih singkat



Terapi laserpuncture banyak digunakan untuk terapi pada bayi, anak-anak yang belum kooperatife dan kecantikan dengan indikasi untuk mengurangi nyeri, mengurangi edema, peradangan, melunakkan jaringan parut dan estetika. Kontra Indikasi pemakaian laser adalah sebagai berikut : 1. Langsung terhadap mata 2. Langsung pada fetus dalam kehamilan 3. Langsung pada keganasan 4. Area perdarahan



F. Sonopunktur Sonopunktur adalah akupunktur ditambah dengaan penggunaan ultrasound. Kelebihan: 1. Tidak ada penetrasi jarum 2. Daerah rangsang lebih luas sehingga mudah mencapai titik akupunktur yang dipilih



57



Kontra Indikasi : 1. Aplikasi pada otak, spinal cord, mata, telinga, sinus nasal, jantung, alat reproduksi, epiphysis tulang yang sedang bertumbuh, struktur otonom besar, pleksus ganglion aorta 2. Proses infeksi akut, keganasan, sirkulasi indekuat, gangguan sensasi 3. Uterus saat kehamilan, langsung di atas tonjolan tulang, penyakit jantung atau vaskuler lanjut, tuberkulosis 4. Adanya pacemaker 5. Masalah pembuluh darah diatas titik akupunktur (haemangioma, trombosis, hemofilia, varices) G. Tanam benang Tanam benang adalah suatu akupunktur medik yang menggunakan teknik memasukkan benang operasi (catgut) yang bisa diabsorbsi tubuh pada titik akupunktur untuk memperpanjang efek stimulasi terapi. Masa kerja tergantung bahan benangnya.



II. Tatalaksana Akupunktur Jarum akupunktur yang digunakan jarum filiform halus dan fleksibe sehingga sulit untuk ditusukkan kedalam kulit tanpa tenaga dan teknik yang tepat. Latihan : 1. Menusukkan jarum akupunktur kedalam lapisan kertas tissue dengan ketebalan 1 cm atau lebih. 2. Menusukkan jarum kedalam bantalan yang terbuat dari kapas.



Peralatan manual akupunktur 1. Jarum berbagai ukuran 2. Kapas alkohol 3. Hand schoon 4. Tempat jarum bekas 58



Posisi pasien :disesuaikan dengan lokasi penusukan.



Pada pasien baru sebaiknya dilakukan penusukan dalam posisi terlentang atau terlungkup. Dapat pula dilakukan penusukan dalam posisi berbaring miring dan posisi duduk dengan lengan bawah bertumpu di meja.



Jarum yang dipakai harus steril dan untuk itu diperlukan prosedur sterilisasi yang memenuhi syarat. Prosedur Penusukan 1. Penderita dalam posisi yang paling ideal 2. Tangan pengobat di disinfektan terlebih terlebih dahulu. 3. Menggunakan jarum yang sudah steril (single use). 4. Permukaan kulit titik akupunktur di desinfektan 5. Lakukan penjaruman dengan gerakan cepat dan mantap.



Penjaruman : Dilakukan dengan kedua tangan secara berkoordinasi. Umumnya jarum dipegang dengan tangan kanan sedangkan tangan kiri berfungsi untuk membantu penjaruman dengan penekanan 59



Teknik pertama, kuku ibu jari tangan kiri atau jari telunjuk menekan kulit di samping titik akupunktur kemudian jarum dimasukkan pada sisi kuku tersebut.



Teknik kedua, untuk jarum yang panjang maka ujung jarum dipegang dengan ibujari dan jari telunjuk tangan kiri, lalu tangan kanan menekan jarum dan memasukkan jarum Teknik ketiga, pada tempat yang kulitnya loose seperti kulit perut maka kulit di tempat penusukan perlu diregang dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri.



Teknik keempat, pada tempat yang otot dan kulitnya tipis seperti daerah muka maka kulit dicubit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri dan jarum ditusukkan dengan tangan kanan



Sudut penusukan Penusukan dengan sudut tegak lurus ( perpendicular) membentuk sudut 90 0 dengan kulit, kebanyakan titik di tubuh dapat ditusuk dengan cara ini Penusukan horizontal atau transversal, umumnya untuk tempat dengan otot yang tipis seperti titik-titik di kulit kepala, muka, di depan tulang dada dan sebagainya Penusukan oblique pada tempat-tempat yang berdekatan dengan viscera atau bila ototnya tipis, jarum ditusukkan dengan sudut 450 terhadap permukaan kulit.



60



Dalamnya penusukan jarum harus sedemikian rupa sehingga tidak melukai viscera Penusukan lebih dangkal untuk kondisi tubuh lemah Penusukan lebih dalam untuk kondisi tubuh kuat atau pada daerah yang mempunyai banyak lemak



Teknik Rangsang Jarum dimasukkan kemudian di manipulasi sehingga timbul sensasi penjaruman berupa rasa baal, kesemutan, pegal, rasa menjalar seperti terkena aliran listrik di tempat penusukan yang disebut Deqi Teknik manipulasi jarum berupa mengangkat-membenamkan : 1. Mengangkat jarum kemudian membenamkan jarum, secara berulang kali dapat mengakibatkan nyeri lokal atau kerusakan jaringan lokal 2. Teknik memutar : Pada kedalaman yang diinginkan jarum diputar kekiri dan kekanan 180 0 - 3600 Kedua teknik dapat dilakukan secara bersamaan



Setelah sensasi penjaruman, jarum dibiarkan pada tempat penusukan selama lima belas sampai duapuluh menit, dapat lebih lama untuk kasus kronis dan intractable, nyeri dan kasus spastik Sementara itu dapat diberikan manipulasi untuk memperoleh efek terapi yang lebih baik. Jarum dicabut dengan menekan kulit sekitar tempat penusukan, lalu tempat penusukan ditekan untuk menghindari perdarahan.



Risiko akupunktur: Transmisi infeksi (hepatitis, HIV), reaksi yang tidak diharapkan, 61



jarum bengkok atau patah, rasa nyeri atau tidak nyaman, terlukanya organ dalam dan lain-lain.



Kontraindikasi Kehamilan : Akupunktur tidak boleh dilakukan pada daerah perut dan daerah lumbo sakral, juga titiktitik yang menyebabkan sensasi kuat seperti Hegu (LI 4), Sanyinjiao (SP 6), Kunlun (BL 60) dan Zhiyin (BL 67) Kondisi kedaruratan medik, kasuspembedahan, tumor ganas, gangguan pembekuan darah atau sedang dalam pengobatan antikoagulansia



Pencegahan infeksi : Penciptaan lingkungan kerja yang bersih, Tangan pengobat yang bersih Persiapan bagian tubuh yang akan ditusuk, Jarum dan peralatannya harus steril dan disposable Teknik aseptis Penanganan yang cermat untuk jarum dan kapas bekas pakai.



Reaksi yang tidak diharapkan : a. Kolaps : oleh ketegangan mental, tubuh yang lemah, kelaparan, kelelahan, posisi penusukan yang tidak tepat atau karena manipulasi yang kuat. Pasien akan merasa pusing, vertigo, palpitasi, napas pendek, gelisah, mual, pucat, keringat dingin, nadi lemah. Dalam kasus yang berat dapat timbul ekstremitas dingin, tekanan darah turun dan kehilangan kesadaran. Dalam keadaan demikian penusukan segera dihentikan dan semua jarum dicabut.Pasien ditidurkan mendatar dengan posisi kepala lebih rendah dari pada kaki dan dilakukan tindakan medik/life saving sebagaimana mestinya. Bila masih sadar diberi minuman hangat. Bila perlu dirujuk ketempat dengan fasilitas yang lebih memadai. Pencegahan : Penusukan diusahakan dilakukan dalam posisi berbaring. Penderita yang lemah, takut atau tegang jangan menggunakan jarum yang banyak dan manipulasi jarum jangan terlalu kuat. Sebelum penusukan pasien diberi penjelasan tentang yang akan dilakukan dan dirasakan. 62



b. Jarum tidak dapat dicabut / diputar/ macet :disebabkan oleh ketegangan, spasme kuat dari otot lokal, pemutaran jarum dengan sudut terlalu besar atau hanya satu arah, atau perubahan posisi pasien setelah penusukan. Untuk itu pasien diminta untuk rileks dan



tidak tegang, dan sesuai dengan



penyebabnya dilakukan tindakan untuk mengatasinya. c. Jarum bengkok : Salah teknik menusuk atau menusuk dipaksakan, perubahan posisi pasien atau terkena benturan benda dari luar. Gejalanya penderita merasa nyeri, jarum sukar diputar, perubahan kedudukan gagang jarum atau perubahan posisi penderita. Tindakan : Kembalikan sikap tubuh penderita seperti semual, jarum dicabut perlahan lahan mengikutu arah bengkokan atau sambil mengoyang goyangkan, asal jangan menjabut jarum dengan paksa karena bisa menimbulkan nyeri hebat atau jarum jadi patah. d. Jarum patah : karena mutu jarum yang tidak baik atau adanya karat pada jarum, manipulasi jarum yang terlalu kuat, spasme otot yang kuat, perubahan tiba-tiba dari posisi pasien setelah jarum ditusukkan. Bila hal ini terjadi maka pasien diminta tenang agar jarum yang patah tidak masuk lebih dalam.Bila bagian yang patah menonjol dari kulit maka dicabut dengan jari atau forcep.Bila jarum yang patah terletak di bawah kulit maka harus dilakukan tindakan bedah e. Hematoma : perlukaan



pembuluh darah atau karena tidak dilakukan penekanan



setelah pencabutan jarum. Pada umumnya hematoma akan menghilang dengan sendirinya setelah beberapa waktu. Bila terdapat pembengkakan local dan nyeri yang hebat, dapat dilakukan penekanan local atau pemijatan ringan. Dapat pula diberikan penghangatan atau obat local untuk mengobati hematoma tersebut.



Catatan : Penusukan harus menghindarkan pembuluh darah untuk mencegah perdarahan. Titik di dada, perut dan punggung harus ditusuk dengan hati-hati untuk menghindarkan perlukaan organ dalam. Titik-titik yang terletak berdekatan dengan organ penting atau pembuluh dasar besar harus ditusuk dengan hati-hati, sebaiknya ditusuk secara oblique atau horizontal untuk menghindari perlukaan.



63



Daftar Pustaka 1. Budi H & Widya DK. 1993. Peran akupunktur dalam kedokteran. Majalah Kedokteran Indonesia. Vol 43, No 10, halm 577 – 580. 2. Chon TY, Mallory MJ, Yang J, Bublitz SR, Do A, Dorsher PT. Laser Acupuncture: A Concise Review, Medical Acupuncture, 31 (3). 2019, 164-168. 1. Filshic J & White A. 1998. Medical Acupuncture A Western Scientific Approach. Edinburg : Churchill Livingstone. 2. Han JS, 2004. Acupuncture and endorphins, Neuroscience Letters. 361, 258–261 3. Mayor DF. 2007. Electroacupuncture A Practical Manual and Resource. Philadelphia St Lous Sydney, Toronto. 4. Saputra K. 2012. Buku ajar Biofisika akupunktur dalam konsep kedokteran energi. Ed 1. Jakarta: Salemba medika. halm 1-119. 5. Saputra K. 2014. Laser Akupunktur, Airlangga University Press. Saputra K. 2017. Akupunktur dasar. Ed 2. Surabaya: Airlangga university press. 1-378. 8. Zeng BY, Zhao K and Liang FR. 2013 International review of neurobiology. Neurobiology of acupuncture. Vol III. London: 125-36.



V.



AKUPUNKTUR ANALGESIA



Pendahuluan



Rasa nyeri atau sakit ternyata merupakan alasan utama mengapa pasien mendatangi dan berkonsultasi kepada dokter. Hampir 40% pasien yang mengunjungi Pusat Pelayanan Kesehatan Primer dan klinik pribadi, alasannya adalah karena merasakan nyeri. Dari 40% tersebut, pasien perempuan lebih dominan mengeluhkan rasa nyeri dibandingkan dengan pasien laki-laki. Kemudian lebih dari separuhnya merupakan nyeri muskuloskeletal.



Alasan utama pasien sering mengunjungi dokter adalah karena “Nyeri”



Dari sisi bahasa, istilah nyeri itu sendiri berasal dari kata bahasa Inggris yaitu “pain”, pain sendiri berasal dari kata Inggris kuno sekitar tahun 1250-1399 SM, juga berasal dari bahasa Latin “poena” dan dari kata bahasa Yunani “poine” Dalam sejarah Yunani kata poine awalnya bermakna hukuman atau penderitaan, bisa juga rasa sakit yang hebat. Hukuman tersebut dikirim oleh Sang Dewi Penghukum yang bernama Poine kepada orang-orang yang melawan Kerajaan Dewa Dewi. Nyeri merupakan suatu rasa yang tidak menyenangkan atau ketidaknyamanan, umumnya karena tubuh mengalami cedera atau perlukaan yang mengakibatkan adanya kerusakan 64



jaringan. Sebenarnya rasa nyeri ini merupakan reaksi dari tubuh untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan yang lebih lanjut. Tetapi nyeri bisa juga dianggap sebagai racun dalam tubuh, mengapa? Karena nyeri yang terjadi akibat adanya kerusakan jaringan atau saraf akan mengeluarkan berbagai mediator kimiawi diantaranya, H+, K+, ATP, prostaglandin, bradikinin, serotonin, substansia P, histamin dan sitokain. Mediator-mediator kimiawi inilah yang menyebabkan timbulnya rasa tidak nyaman, sehingga mediator-meditor tersebut dikenal sebagai mediator nyeri. Setiap nyeri yang hebat jika tidak dikelola dengan baik dan benar dapat mempengaruhi dan mengubah fungsi otak kita. Apabila dalam jangka waktu lebih dari 3 hari berturut-turut rasa nyeri tersebut tidak diatasi dan dibiarkan tanpa terapi, maka perlahanlahan dapat menimbulkan terjadinya gangguan tidur, hilang fokus, timbul depresi, cemas, dan nafsu makan menurun, yang akhirnya menurunkan imunitas. Misalkan yang terjadi pada pasien nyeri karena kanker, jika tidak diterapi nyerinya, pasien akan lebih merasakan rasa nyeri yang hebat dan risiko meninggal lebih cepat. Tentu akan berbeda secara medis dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan terapi nyeri. Perlu menjadi perhatian kita bahwa; Ada satu sindrom yang menyertai nyeri yang hebat yakni sindrom yang terdiri dari insomnia, anxietas, depresi, anoreksia, dan immobilitas.



“Ada satu sindrom yang menyertai rasa nyeri yang hebat yaitu sindrom yang terdiri dari insomnia, anxietas, depresi, anoreksia, dan immobilitas” Masalah nyeri ini menjadi suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sehingga pada tahun 1996 IASP (International Association of the Study of Pain), suatu asosiasi yang mempelajari dan meneliti masalah nyeri, mengusulkan agar nyeri menjadi tanda vital ke-5 atau Fifth Vital Sign setelah tanda-tanda lain seperti suhu, denyut nadi, tekanan darah dan respirasi. Pada tahun 2005, WHO bersama dengan berbagai organisasi nyeri lainnya juga mengusulkan agar manajemen nyeri merupakan hak asasi manusia (basic human right). Dalam standar akreditasi JCI–pun menjadikan manajemen nyeri sebagai hak pasien dan keluarganya serta merupakan standar pelayanan. Kita Lihat Data Dari World Health Organization (WHO).



Menurut WHO ada sekitar 23% penderita mengalami nyeri menetap dengan tiga lokasi nyeri yang paling sering yaitu : 65



 Nyeri punggung bawah, sekitar 53%  Kepala, hampir 48%  Nyeri sendi sekitar 46%. Dari total semua pasien yang mengalami nyeri menetap tersebut, hampir 70% ditangani oleh dokter Pusat Kesehatan Primer, sedangkan yang ditangani oleh dokter Spesialis Nyeri hanya 2% nya saja. Kejadian nyeri, ternyata ditemukan juga pada anak-anak dan remaja antara usia 0 – 18 tahun. Dan cukup mencengangkan, karena 25%-nya adalah penderita nyeri kronis dengan lokasi nyeri yang paling sering terjadi adalah di daerah kepala, abdomen, ekstremitas dan punggung. Di Amerika Serikat, kejadian nyeri pada penduduk yang berusia 50 tahun ke atas, angka kejadiannya dua kali lebih banyak dibandingkan dengan usia yang lebih muda. Biaya yang di keluarkan oleh Negara tersebut untuk melakukan terapi nyeri diperkirakan mencapai 70 miliar dolar Amerika per tahun. Dengan besarnya angka kejadian dan biaya yang di keluarkan maka, Kongres Amerika Serikat (U.S. Congress) menetapkan tahun 2001 - 2010 sebagai Dekade Penanganan dan Riset Nyeri (Decade of Pain Control and Reseach). . Pemahahaman Tentang Nyeri



 Nyeri sebagai sebagai pertanda bahwa seseorang berada dalam keadaan bahaya.  Nyeri memperingatkan seseorang untuk mencegah agar tidak berlanjut atau bertambahnya rasa sakit, dan segera mengusahakan penyembuhan dengan berbagai cara.  Persepsi nyeri dipengaruhi oleh budaya, situasi dan pengalaman masa lalu serta merupakan pengalaman yang unik bagi masing-masing penderita. Definisi Tentang Nyeri



Pada awalnya banyak definisi tentang nyeri yang sudah dikemukakan sejak dikenalnya nyeri oleh manusia. Namun akhirnya pada tahun 1979 seorang psikiater yang bernama Harold Merskey berhasil mendefinisikan tentang nyeri yang dapat diterima oleh IASP (International Association of the Study of Pain). (Morgan, G.E., Pain Management, In: Clinical Anesthesiology 2 nd ed. Stamford: Appleton and Lange, 1996, 274-316.) IASP adalah suatu perkumpulan nyeri sedunia yang telah mendefinisikan nyeri sebagai “an unpleasant sensory and emotional experience associated with actual or potential tissue damage or described in term of such damage”.



66



Nyeri adalah rasa yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang terkait akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata atau berpotensi rusak atau tergambarkan seperti adanya kerusakan jaringan.



Nyeri adalah rasa yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang terkait akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata atau berpotensi rusak atau tergambarkan seperti adanya kerusakan jaringan. Berdasarkan definisi tersebut, nyeri merupakan suatu gabungan dari komponen objektif (aspek fisiologi sensorik nyeri) dan komponen subjektif (aspek emosional dan psikologis). Nyeri juga sangat mempengaruhi morbiditas, mortilitas, dan mutu kehidupan serta memberikan dampak sosial ekonomi seperti, banyak absen dari tempat kerja, yang beresiko kena pecat, dan akhirnya jadilah pengangguran. Ada juga dampak lain akibat nyeri ini yaitu, pengeluaran uang jadi bertambah karena untuk biaya berobat dan yang menyedihkan nyeri bisa menyebabkan menurunnya hubungan antara suami isteri Nah, selanjutnya, apabila penatalaksanaan nyeri ini tidak dilakukan dengan baik dan benar, maka akan dapat menimbulkan gangguan psikologis seperti cemas, depresi dan rasa takut yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup daripada pasien. Klasisifikasi Nyeri



Sekarang kita lihat pembagian atau klasifikasi daripada nyeri, agar memudahkan dalam penanganannya. Berdasarkan dari sumber nyerinya, maka nyeri dibagi menjadi: Nyeri Somatik Luar



Nyeri somatic luar adalah nyeri yang sumbernya atau stimulusnya berasal dari kulit, jaringan subkutan dan membran mukosa. Nyeri ini biasanya ditandai dengan rasa seperti terbakar dan terlokalisasi. Nyeri Somatik Dalam



Sering disebut dengan nyeri tumpul (dullness), nyeri ini tidak terlokalisasi dengan baik dan terjadi akibat adanya rangsangan pada otot rangka, tulang, sendi, serta jaringan ikat Nyeri Viseral



67



Nyeri ini terjadi karena adanya perangsangan organ viseral atau membran yang menutupinya (pleura parietalis, perikardium, peritoneum). Nyeri visceral terbagi dua menjadi, nyeri viseral terlokalisasi, nyeri parietal terlokalisasi, nyeri alih viseral dan nyeri alih parietal Berdasarkan jenisnya nyeri juga dapat diklasifikasikan menjadi:( Benzon, et al., The Assesment of Pain, In Essential of Pain Medicine and Regional Anaesthesia, 2 nd ed, Philadelphia, 2005) Nyeri Nosiseptif



Nyeri nosiseptif terjadi karena adanya kerusakan pada jaringan baik somatik maupun viseral. Terjadinya stimulasi nosiseptor ini baik secara langsung maupun tidak langsung, bisa menyebabkan pengeluaran mediator inflamasi dari jaringan, dari sel imun dan ujung saraf sensoris serta simpatik. Nyeri Neurogenik



Nyeri neurogenik ini akan didahului oleh timbulnya lesi atau disfungsi primer pada sistem saraf perifer. Kondisi ini bisa terjadi karena adanya cedera pada jalur serat saraf perifer, infiltrasi sel kanker pada serabut saraf, dan terpotongnya saraf perifer. Sensasi yang dirasakan pada nyeri neurogenik adalah rasa panas dan seperti ditusuktusuk, terkadang bisa juga disertai hilangnya rasa atau adanya rasa tidak enak pada perabaan. Nyeri neurogenik ini sering memperlihatkan respon yang buruk pada pemberian analgetik konvensional. Nyeri Psikogenik



Nyeri psikogenik sangat berhubungan dengan adanya gangguan jiwa seperti cemas dan depresi. Nyeri ini akan hilang apabila keadaan kejiwaan pasien tenang. Klasifikasi nyeri berdasarkan timbul dan lamanya waktu nyeri adalah : Nyeri akut



Nyeri akut adalah nyeri yang timbul secara mendadak dan hanya berlangsung sementara. Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti : takikardi, hipertensi, hiperhidrosis, pucat dan midriasis dan perubahan wajah : menyeringai atau menangis Nyeri kronik



Dari namanya nyeri kronik adalah nyeri yang berkepanjangan, kejadiannnya bisa sampai berbulan-bulan dan tanpa ada tanda-tanda aktivitas otonom kecuali serangan akut. 68



Kalau dilihat dari penyebabnya maka nyeri diklasifikasikan menjadi :



a. Nyeri Onkologik b. Nyeri Non Onkologik Fisiologi Nyeri



Apabila ada bagian jaringan tubuh yang mengalami kerusakan atau adanya ancaman untuk terjadinya kerusakan, misalkan karena pembedahan, bisa menyebabkan sel-sel rusak dan bersamaan dengan itu tubuhpun mengeluarkan zat-zat kimia yang bersifat algesik dan akan berkumpul di sekitar jaringan yang rusak, kemudian yang terjadi adalah timbulnya rasa nyeri pada tubuh. Zat-zat kimia yang di keluarkan tersebut adalah sitokin beserta produk-produk seluler yang lainnya, seperti metabolit eicosinoid, radikal bebas dan lain-lain. Mediator-mediator ini dapat menimbulkan efek melalui mekanisme yang spesifik. Kita harus memahami mengenai fisiologi dan mediator kimia yang muncul ketika terjadi kerusakan jaringan higga timbulnya persepsi nyeri, karena hal itu merupakan kunci penting dalam penatalaksanaan nyeri akut secara optimal. Sedangkan proses perjalanan dari awal terjadinya kerusakan jaringan sampai dirasakannya



nyeri, merupakan suatu proses



“elektrofisiologis”. Ada 4 peristiwa elektrofisiologis yang terlibat dalam proses perjalanan elektrofisiologis, dari mulai terjadinya kerusakan jaringan atau rangsang noksius hingga dirasakannya nyeri. 4 Peristiwa elektrofisiologis tersebut adalah : 1. Tranduksi



Adalah perubahan rangsang nyeri yang berupa rangsang mekanis, thermal atau kimiawi yang selanjutnya akan dirubah menjadi aktifitas listrik pada nosiseptor yang terletak pada ujungujung saraf sensoris. Zat-zat algesik yang muncul seperti prostaglandin, serotonin, bradikinin, leukotrien, substans P, potassium, histamin, asam laktat, dan lain-lain akan mengaktifkan atau mensensitisasi reseptor-reseptor nyeri. Reseptor nyeri merupakan anyaman yang ada di ujung-ujung saraf dari serabut A-beta, Adelta, dan C yang mempunyai fungsi meneruskan nyeri sensorik dari perifer ke sentral sistem saraf pusat. Interaksi antara zat algesik dengan reseptor nyeri menyebabkan terbentuknya impuls nyeri. 2. Transmisi



Peristiwa transmisi adalah suatu proses perambatan impuls nyeri melalui serabut saraf A-delta dan C yang berlangsung setelah terjadinya proses tranduksi.Selanjutnya impuls nyeri oleh 69



serabut saraf afferent A-delta dan C akan disalurkan menuju kornu dorsalis medulla spinalis, dan sepanjang traktus sensorik menuju otak. Serat A-delta mempunyai diameter lebih besar dibanding dengan serat C, selain itu serat Adelta menghantarkan impuls lebih cepat yaitu 12-30 m/dtk, sedangkan serat C hanya 0.5-5 m/dtk. Sel-sel neuron yang terletak di medulla spinalis kornua dorsalis tersebut disebut dengan sel-sel neuron nosisepsi. Pada kejadian nyeri akut, sebagian dari impuls nyeri oleh serat aferent A-delta dan C ada yang langsung diteruskan menuju ke sel-sel neuron yang berada di kornua antero-lateral dan sebagian lagi menuju ke sel-sel neuron yang berada di kornua anterior medulla spinalis. Di dalam kornua antero-lateral, aktifasi sel-sel neuron menyebabkan terjadinya peningkatan tonus sistem saraf otonum simpatis dengan segala efek yang dapat ditimbulkannya. Sedangkan aktifasi sel-sel neuron yang terjadi di dalam kornua anterior medulla spinalis dapat menimbulkan terjadinya peningkatan tonus otot skelet di daerah cedera dengan segala akibatnya.



3. Modulasi



Pada



proses



modulasi



ini



terjadi



interaksi



antara



sistem



analgesik



endogen



(endorfin,noradrenalin/ NA,serotonin/ 5HT) dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior. Proses modulasi ini adalah desendern, dikontrol oleh otak seseorang sehingga persepsi nyeri ini menjadi sangat pribadi dan subjektif, dipengaruhi oleh latar belakang budaya, pendidikan, atensi. Sistem serabut syaraf yang mentranmisikan nyeri juga mempunyai jalur desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya menuju medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis. Bila impuls yang masuk lebih dominan, maka penderita akan merasakan nyeri. Sedangkan bila efek sistem inhibisi yang lebih kuat, maka penderita tidak akan merasakan nyeri. 4. Persepsi



Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik antara transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis, dan karakteristik individu lainnya, yang kemudian menghasilkan suatu perasaan yang subjektif, itulah yang disebut sebagai persepsi nyeri.



70



Dalam persepsi, Impuls yang diteruskan ke kortex sensorik akan mengalami proses yang sangat kompleks, termasuk proses interpretasi dan persepsi yang akhirnya menghasilkan sensibel nyeri. Jalur Nyeri di Sistem Syaraf Pusat



Perjalalanan atau jalur nyeri di system syaraf pusat adalah sebagai berikut: Serabut saraf C dan A delta yang halus, masing-masing membawa nyeri akut tajam dan kronik lambat, yang bersinap disubstansia gelatinosa kornu dorsalis, memotong medula spinalis,



selanjutnya



naik



ke



otak



di



cabang



neospinotalamikus



atau



cabang



paleospinotalamikus traktus spino talamikus anterolateralis. Traktus neospinotalamikus yang diaktifkan oleh aferen perifer A delta, dan bersinap di nukleus ventropostero lateralis (VPN) talamus, langsung menuju kortek somato sensorik girus pasca sentralis, yang ,merupakan tempat dipersepsikan nyeri sebagai sensasi yang tajam dan berbatas jelas. Sedangkan cabang paleospinotalamikus, yang diaktifkan oleh aferen perifer serabut saraf C, merupakan suatu jalur difus yang mengirim kolateral-kolateral menuju formatio retikularis batang otak dan struktur lainnya. Serat-serat ini mempengaruhi hipotalamus dan sistem limbik serta kortek serebri. Jalur Desenden



Jalur-jalur desenden serat eferen yang berjalan dari korteks serebrum ke medula spinalis dapat menghambat atau memodifikasi rangsangan nyeri yang datang melalui suatu mekanisme umpan balik yang melibatkan substansia gelatinosa dan lapisan lain kornu dorsalis. Salah satu jalur desenden yang telah di identifikasi ada3 komponen yaitu : a. Bagian pertama adalah substansia grisea periaquaductus (PAG ) dan substansia grisea periventrikel mesenssefalon dan pons bagian atas yang mengelilingi aquaductus Sylvius. b. Neuron-neuron di daerah satu mengirim impuls ke nukleus ravemaknus (NRM) yang terletak di pons bagian bawah dan medula oblongata bagian atas dan nukleus retikularis paragigantoselularis (PGL) di medula lateralis.



71



c. Impuls ditransmisikan ke bawah menuju kolumna dorsalis medula spinalis ke suatu komplek



inhibitorik



nyeri



yang



terletak



di



kornu



dorsalis



medula



spinalis



Gambar Fisiologi Nyeri



Patofisiologi Nyeri Secara Umum



Bila terjadi kerusakan jaringan, maka akan timbul rangsangan nyeri yang selanjutnya akan diterima oleh nosiseptors pada kulit. Intensitas rangsangan bisa tinggi maupun rendah. Sel yang mengalami nekrotik selanjutnya akan merilis K+ dan protein intraseluler sehingga terjadilah peningkatan K+.



Dengan adanya peningkatan kadar K+ ekstraseluler, sudah



dipastikan akan menyebabkan depolarisasi dari nosiseptor. Sedangkan protein yang dirilis, pada beberapa keadaan akan menginfiltrasi mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya peradangan / inflamasi. Dengan kondisi tersebut dilepaskanlah mediator nyeri seperti leukotrien, prostaglandin E2, dan histamin, yang bisa merangsang nosiseptor, yang mana rangsangan berbahaya maupun tidak tetap akan menyebabkan nyeri (hiperalgesia atau allodynia). Selain itu, lesi juga dapat mengaktifkan faktor pembekuan darah sehingga bradikinin dan serotonin akan terstimulasi dan merangsang nosiseptor. Jika terjadi oklusi pembuluh darah maka akan terjadi iskemia yang akan menyebabkan akumulasi K + ekstraseluler dan H + yang selanjutnya mengaktifkan nosiseptor. 72



Perlu diketahi juga bahwa histamin, bradikinin, dan prostaglandin E2 memiliki efek vasodilator yang mampu meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Dengan kemampuan tersebut dapat menyebabkan terjadinya edema lokal, tekanan jaringan meningkat dan juga terjadipPerangsangan nosiseptor. Nah, apabila nosiseptor terangsang maka merekapun akan melepaskan substansi peptida P (SP) dan kalsitonin gen terkait peptida (CGRP), yang mana akan merangsang terjadinya proses inflamasi dan juga vasodilatasi yang meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Vasokonstriksi akibat serotonin dan kemudian diikuti oleh vasodilatasi, mungkin juga bertanggung jawab untuk terjadinya serangan migrain . Perangsangan nosiseptor inilah yang menyebabkan nyeri.



Mekanisme nyeri perifer (Silbernagl & Lang, 2000)



Patomekanisme Akupunktur Analgesia



Banyak teori yang menjelaskan mengenai mekanisme akupunktur serta peranannya sebagai terapi dalam praktik kedokteran modern khususnya dalam meredakan nyeri. Ada 4 teori mekanisme akupunktur dalam meredakan nyeri yang sudah dikenal



yaitu



mekanisme segmental medula spinalis, mekanisme sistem serotonergik, mekanisme sistem



73



noradrenergik, dan kontrol inhibisi impuls noksius yang menyebar (diffuse noxious inhibitory controls/DNIC). Mekanisme Segmental



Pada mekanisme segmental medula spinalis ini, akupunktur akan merangsang pelepasan enkefalin (ENK) yang mempengaruhi interpretasi nyeri seseorang. Akupunktur memiliki mekanisme opioidergik dengan melepaskan enkefalin. Jarum akupunktur yang diaplikasikan akan merangsang mekanoreseptor yang impulsnya kemudian dibawa oleh serabut aferen A delta. Serabut ini berproyeksi ke dua sel, yaitu sel marginal (M) dan stalked cells (St) yang bersifat enkefalinergik. Stimulasi dari St akan merangsang pelepasan enkefalin, ENK menghambat sel SG, yang bisa mencegah informasi yang dihasilkan oleh stimulus nyeri untuk dihantarkan dan diinterpretasikan lebih lanjut.



Mekanisme segmental akupunktur



Mekanisme Serotonergik.



Aplikasi jarum akupunktur akan memberikan impuls pada 2 jenis sel, yaitu sel marginal (M) dan stalked cells (St). Dalam teori mekanisme serotonergik disebutkan bahwa proyeksi impuls 74



yang dihasilkan dari akupunktur melalui M akan dibawa ke talamus melalui jaras spinotalamikus dan memberikan percabangan kolateral ke hipotalamus di mesensefalon. Impuls yang menuju hipotalamus kemudian dibawa ke periaqueductal grey matter (PAG). PAG sendiri merupakan titik paling efektif dalam menghilangkan nyeri melalui jalur inhibisi desenden impuls yang dihasilkan dari stimulasi PAG akan diproyeksikan ke nucleus raphe magnus (nRM) di medula oblongata. Dari nRM, impuls kemudian dibawa oleh serabut saraf dengan neurotransmiter serotonin dan berakhir di St. Selanjutnya St akan menghasilkan ENK yang menghambat SG untuk mentransmisikan impuls nyeri ke WDR, sehingga pada akhirnya impuls nyeri yang melalui jaras spinoretikularis menuju otak akan dihambat.



Mekanisme serotonergik



Mekanisme Noradrenergik



Mekanisme noradrenergik pada akupunktur juga menggunakan jalur proyeksi serabut aferen A-delta yang menuju sel M, kemudian impuls dibawa melalui percabangan kolateral dari jaras spinotalamikus ke hipotalamus untuk kemudian dibawa ke PAG. 75



Impuls kemudian dibawa oleh serabut saraf yang dimediasi neurotransmiter noradrenergik yang selanjutnya berakhir di St yang bersifat enkefalinergik. Hal tersebut bisa menghambat SG untuk mentransmisikan impuls nyeri ke WDR. Impuls nyeri yang melalui jaras dibawa ke subnucleus reticularis dorsalis (R) di daerah kaudal dari medula oblongata, impuls ini secara langsung menghambat stimulus noksius yang dibawa serabut C pada daerah SG. Pada mekanisme noradrenergik, sel yang bersifat adrenergik diaktivasi baik melalui jaras asenden secara langsung dari medula spinalis dan percabangannya di nPGC, maupun melalui jaras desenden melalui nukleus arkuatus di hipotalamus. Sel-sel di subnucleus reticularis dorsalis dipengaruhi oleh input dengan intensitas tinggi baik dari titik akupunktur maupun non-akupunktur. Serabut saraf desenden dari subnukleus tersebut akan membawa stimulus berupa inhibisi rasa nyeri (DNIC effect).



Mekanisme noradrenergik akupunktur



Karakteristik Akupunktur Nyeri



1. Terdapat 2 cara untuk memanipulasi titik akupunktur yaitu:  Secara Manual (MA)



76



Manipulasi akupunktur secara manual



dilakukan dengan cara jarum



akupunktur dimasukkan ke dalam acupoint kemudian diputar naik dan turun dengan tangan ini biasa digunakan oleh ahli akupunktur tradisional.  Dengan Listrik (EA). Metode EA adalahdengan memberikan stimulasi arus listrik yang diberikan ketitik akupuntur melalui jarum yang terhubung ke stimulator listrik. 2. Perasaan Rumit. Perasaan rumit yang diakibatkan akupunktur (rasa sakit, mati rasa, berat dan distensi) dalam jaringan di bawah titik akupunktur sangat penting dalam akupunkur analgesia 3. Peningkatan Ambang Nyeri Setelah penerapan akupunktur, ambang nyeri meningkat secara bertahap dan efek analgesic yang ditimbulkan memiliki efek jangka panjang setelah stimulasi akupunktur dihentikan. “Manipulasi akupunktur di acupoint ‘‘ Hegu ’(LI-4) secara bertahap menghasilkan peningkatan ambang nyeri dengan puncaknya terjadi pada menit ke 20-40 setelah insersi jarum, dan bertahan lebih dari 30 menit setelah penarikan jarum. Sedangkan injeksi procain 2% sebelum akupunktur tidak menimbulkan efek analgesia atau sensasi lokal. ini menunjukkan bahwa EA memiliki efek penghambatan pada serat-C aferen dan manfaat analgesik yang diamati kemungkinan besar dimediasi melalui seraut A delta afferent ((Leung et al., 2005)”. 4. Efek Analgesik Akupunktur Bebeda Setiap Individu . “Sebuah studi membandingkan efek analgesic dari tiga model akupunktur (manual, electroacupuncture, dan plasebo) pada subyek sehat. Akupunktur yang tidak dengan plasebo, menurunkan derajat



nyeri sebagai respons terhadap rangsangan termal



berbahaya. Efek analgesia yang sangat signifikan ditemukan pada 5 dari 11 responden. Dan dari lima responden, hanya 2 memberi efek analgesi pada electroacupuncture dan tiga pada akupunktur manual, ini menunjukkan bahwa efek akupunktur analgesik pada nyeri eksperimental mungkin tergantung pada subjek dan mode rangsangan (Kong et al., 2005). Selain itu, peran faktor genetic yang diturunkan menimbulkan perbedaan individu terhadap efek akupunktur analgesia (Chae et al., 2006; Lee et al., 2002)” Implikasi Klinis. 1. Lokasi Penjaruman



77



Kombinasi penjaruman lokal di sekitar nyeri atau daerah segmental dan distal di daerah miotom atau sklerotom yang sesuai dengan sumber nyeri dapat dicoba. 2. Intensitas Rangsang



Nyeri dapat berkurang dengan penjaruman superfisial maupun penjaruman dalam asal timbul de qi, tetapi kebanyak pasien responsif terhadap penjaruman dalam. 3. Lama Penjaruman



Tiga puluh menit sudah efektif. Jumlah pasien yang responsif terhadap penjaruman yang lebih lama sama dengan jumlah pasien dengan 30 menit penjaruman, tetapi lebih banyak pasien merasa pertambahan nyeri bila lebih dari 30 menit. 4. Saat Intervensi



Akupunktur analgesia untuk pencegahan nyeri sebelum operasi dapat meningkatkan atau menurunkan rasa nyeri post operasi. Tetapi akupunktur sebelum dismenore dan migren berulang ternyata efektif menurunkan nyeri. 5. Model Rangsang



Nyeri kronis muskuloskeletal nosiseptif bisa ditolong dengan EA frekuensi rendah atau tinggi maupun akupunktur manual. Rangsangan periosteal paling efektif untuk nyeri visera nosisetif dismenore. 6. Etiologi Nyeri



Secara umum pasien nyeri inflamasi/iskemik atau nosiseptif lebih responsif terhadap akupunktur dibandingkan nyeri maladaptif (neuropatik atau nyeri lama).



Contoh Kasus. 1. Akupunktur Biomedik.



Seorang laki-laki usia 65 tahun menderita low back pain dengan nyeri menusuk tumit kiri. Pasien merasakan beberapa titik nyeri. Evaluasi kuantitatif menyatakan pasien berada dalam Grup A. Pada palpasi ada titik nyeri di bagian kanan leher dan titik-titik yang amat sakit pada H 14, H 15 dan H 19 dan H 10, H 11 di ekstremitas bawah. Diberikan 4 - 6 kali terapi akupunktur. Protokol terapi meliputi titik homeostatik di leher, bahu, punggung bawah dan titik simtomatik di daerah sakral (pada kasus ini titik simtomatik berfungsi sebagai titik akupunktur paravertebra). Terapi diberikan tiap 4 hari. Setelah terapi ke dua, pasien melaporkan banyak kemajuan dan nyeri tumitnya membaik. Sesudah terapi ke 4 pasien tidak lagi merasakan nyeri dan terapi dihentikan. Pasien bebas nyeri selama 2 tahun berikutnya. 78



2. Clinical Reasoning Model dengan The Layering Method



Untuk nyeri lutut diberikan titik BL 40, diharapkan titik ini merangsang efek segmental dan lokal. Bila tidak diperlukan efek lokal sebaiknya ditambahkan titik-titik pada saraf tibia seperti BL36, 38, GB33, LR8, KI10 dan SP9. Untuk mempercepat penyembuhan diberikan titik jauh seperti KI3 atau GB30 yang mengenai saraf tibia dan sciatica. Titik spinal dianjurkan setinggi L3/4 pada meridian GB. Untuk mengaktifkan efek analgesik supraspinal dan menambah aliran otonomi sditambahkan LR3, ST36 atau LI4 dan 11. Penjaruman pada vertebra T12 sampai L2 atau titik-titik SP12, LR10 atau 11 sesuai dengan inervasi L2 akan menimbulkan efek simpatis segmental.



Intensitas dan lamanya rangsang perlu disesuaikan dengan kemajuan perbaikan keadaan pasien mengikuti lapisan pada SSP.



3. Auriculotherapy



Seorang laki-laki, usia 40 tahun mengeluh sakit gigi. Pasien tidak bersedia ke dokter gigi karena takut dicabut atau disuntik gusinya. Pada pemeriksaan fisik oleh dokter umum tidak ditemukan tanda-tanda infeksi. Mekanisme Akupunktur kulit telinga atau Auriculotherapy dapat mengatasi nyeri didasarkan atas neuro-humoral system. Pada daun telinga tersebut antara lain terdapat N. Auricularis Mayor, dan N. Occiptalis Minor dari C2 dan C3; N. Trigeminus, N. Temporo-auricularis, N. Facialis, N. Vagus, N. Glossopharyngeus, melalui saraf simpatis, para-simpatis dan autonom yang berhubungan dengan jaringan otak, batang otak dan cortex cerebri serta organ viscera.



Ketidak-seimbangan sistem ini bisa menyebabkan sakit, tetapi sebaliknya, akupunktur dapat memulihkan kembali keseimbangan tersebut.



79



Nyeri gigi pada kasus tersebut dapat diatasi dengan akupunktur telinga di Titik Gigi Atas dan Bawah (atau T1 dan T10) yang berada pada daerah lobulus (Saputra dan Sudirman, 2009; Soetopo, 1983; Frank dan Soliman, 2005).



Daftar Pustaka



1. Bonica, J.J., Loeser, J.D., 2001. History of Pain Concepts and Therapies, In: Loeser J.D., et al (eds) 2. Random House Dictionary, 2014 dalam Dictionary.com, 2014). 3. Bambang Suryono, et all, 2017. Buku Ajar Nyeri. Perkumpulan Nyeri Indonesia (Indonesian Pain Society). Jakarta 4. Akupunktur Untuk Nyeri dengan pendekatan Neurosain. Penyusun : Koosnadi Saputra dan Syaraif Sudirman. Editor: Koosnadi Saputra. Cetakan pertama 2009. CV Sagung Seto. Jakarta. 123 halaman. 5. Morgan, G.E., Pain Management, In: Clinical Anesthesiology 2 nd ed. Stamford: Appleton and Lange, 1996, 274-316. 6. Mangku, G., Diktat Kumpulan Kuliah, Bagian/SMF Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, 2002. 7. Benzon, et al., The Assesment of Pain, In Essential of Pain Medicine and Regional Anaesthesia, 2 nd ed, Philadelphia, 2005 8. Latief, S.A., Petunjuk Praktis Anestesiologi, edisi II, Bag Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UI, Jakarta, 2001 9. Nicholls, AJ dan Wilson, IH., Manajemen nyeri akut, in Kedokteran Perioperatif, Darmawan, Iyan (ed), Farmedia, Jakarta, 2001, bab 14, 57-69 10. Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi. Jakarta: EGC 11. Silbernagl/Lang, 2000, Pain in Color Atlas of Pathophysiology , Thieme New York. 320-321 12. Bowsher D. Mechanism of acupuncture. In: Filshie J, White A, editors. Medical acupuncture a western scientific approach. Oxford: Churcill Livingstone. 2004 .p. 69.



VI.



VERTIGO



A. Definisi Vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh. Vertigo merupakan gejala yang mengacu pada adanya sensasi bergerak, baik gerakan rotasional maupun gerakan linier yang sebenarnya tidak ada, gangguan ini berhubungan dengan gangguan system keseimbangan tubuh. Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, instable), otonomik (pucat, peluh, dingin, mual muntah) dan pusing.Vertigo mencerminkan adanya gangguan sistem deteksi orientasi seseorang. 80



B. Klasifikasi Berdasar gejala vertigo dibagi atas: 1. Vertigo paroksismal 2. Vertigo kronis 3. Vertigo dengan serangan mendadak/ akut.



C. Patofisiologi Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah sistem vestibuler atau keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan propioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibularis dan vestibulospinalis.



D. Penatalaksanaan Penatalaksanaan vertigo terdiri atas : 1. Terapi kausal 2. Terapi simtomatik 3. Terapi rehabilitatif



1. Terapi kausal Terapi kausal merupakan pilihan umum apabila penyebabnya dapat ditemukan. 2. Terapi simtomatik Terapi simtomatik ditujukan pada dua gejala utama, yaitu rasa vertigo (berputar, melayang) dan gejala otonom (mual,muntah). Gejala-gejala tersebut timbul paling berat pada vertigo vestibuler akut dan biasanya akan menghilang dalam beberapa hari berkat adanya kompensasi sentral. Namun oleh karena pada fase ini pasien biasanya merasa cemas dan menderita, maka perlu diberikan obat simtomatik. Oleh karena obat-obat anti vertigo tergantung pada efek obat bersangkutan, beratnya vertigo dan fasenya. Misalnya pada fase akut dapat diberikan obat golongan transquilizer untuk menghilangkan rasa cemas,antiemetik,disamping antivertigo yang lain. Untuk terapi akupunktur antara lain dipilih titik Titik Baihui (GV 20), Fengchi (GB 20), Hegu (LI 4), Taichong (LR 3), titik nyeri tekan. 3. Terapi rehabilitatif



81



Tujuan terapi rehabilitatif adalah untuk menimbulkan dan meningkatkan kompensasi sentral dan rehabilitasi pada pasien dengan gangguan vestibuler. Mekanisme kerja terapi ini adalah : a. Subtansial sentral oleh sistem visual dan somatosensori untuk fungsi vestibuler yang terganggu b. Mengaktifkan habituasi, yaitu berkurangnya respon terhadap stimulasi sensorik yang diberikan (vestibulator berulang-ulang).



Daftar Pustaka Hamid. 2006. Diagnosis dan Tatalaksana Kedarurtan Vertigo. Simposium 3rd Updates in Neuroemergencies. Dep Neurologi FKUI-RSCM, Jakarta. Huaitang S. 1993. Acupuncture and Moxibustion Treatment of Vertigo (2). Internat. J. Clin. Acupunc. 4:3915. Jiao Shunfa. 1995. Head Acupuncture. Shanxi Publishing House, Beijing, China. Kang L S. 2004. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur. Cermin Dunia Kedokteran. No. 144: 51. Kiswojo dan Kusuma A. 1978. Teori dan Praktek Ilmu Akupunktur. Jakarta: PT Gramedia. Lumbantobing S. M. 1996. Vertigo Tujuh Keliling. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Nurimaba N, Joesoef A. A, Andradi S. 1999. Vertigo, Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi. Cetakan pertama. Kelompok Studi Vertigo, PERDOSSI. Jakarta. O'Connor J, Bensky D. 1981. Acupuncture A Comprehensive Text. Chicago: Eastland Press. Pirawati Prasti dan Siboe L. Yvonne. 2004. Terapi Akupunktur untuk Vertigo. Cermin Dunia Kedokteran. 144: 47-51. Sen Ahmet, Al-Deleamy Louai S., Kendirli Tansel M., 2007. Benign Paroxysmal Vertigo in an Airline Pilot. Aviation, Space, and Environmental Medicine. 78: 1061-63. Setiadji V.S. 2002.Anatomi dan Fisiologi Kulit Kepala dan Sistem Saraf Pusat. Bagian Ilmu Faal FKUI, Jakarta. Yin G, Liu Z. 2000. Advance Modern Chinese Acupuncture Therapy. First ed. Beijing, New World Press.



82



VII. INSOMNIA A. Definisi Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders fourth edition (DSM-IV) mendefinisikan insomnia



sebagai



keluhan



kesukaran



mulai



tidur



dan



atau



mempertahankan keadaan tidur atau kembali tidur yang berlangsung selama paling sedikit 1 bulan. Keadaan sulit tidur tersebut harus menyebabkan gangguan klinis signifikan atau distress. International Classification of Sleep Disorders-Revised (ICSD-R) menyebutnya sebagai insomnia psikofisiologi yang disertai penurunan fungsi setelah bangun. Bila gangguan ini berlangsung lebih dari 6 bulan disebut sebagai insomnia kronis.



B. Patofisiologi Insomnia terjadi karena gangguan kontrol irama tidur-jaga pada hipotalamus, forebrain, brainstem dan mesopontin serta neurohormon yang diproduksi oleh nucleus suprachiasma dan pineal gland. Irama tidur-jaga yang merupakan pola tingkah laku berhubungan dengan interaksi di dalam sistem aktivasi retikuler. Sistem aktivasi retikuler bekerjanya diatur oleh pontine dan nucleus raphe dan locus coeruleus. Sel-sel dari nucleus raphe mensekresi serotonin dan locus coeruleus mensekresi epinefrin. Jika nucleus raphe dirusak atau sekresinya dihambat, dapat timbul kondisi kurang tidur yang mirip dengan kejadian insomnia. Sedangkan bila lokus coeruleus yang dirusak, akan terjadi penurunan hilangnya tidur REM, sedangkan tidur non-REM tidak berubah. Neurohormon melatonin yang diproduksi oleh pineal gland juga berperan pada mekanisme ini. Melatonin berefek penekan sistem saraf pusat disertai ansiolitik, hipnotik ringan dan antikonvulsan yang bekerja menguatkan transmisi GABA dan dopamine. Pola sekresi melatonin selama 24 jam telah diakui sebagai alat ukur aktivitas sirkadian pada manusia. Pola sekresi melatonin yang terganggu akan menyebabkan keadaan insomnia. Sekresi melatonin di malam hari pada penderita insomnia terbukti menurun.



C. Penatalaksanaan Penatalaksanaan insomnia dapat secara farmakologis maupun non farmakologis. 83



1. Penatalaksanaan secara farmakologis, dengan meresepkan obat-obatan untuk penderita insomnia harus berdasarkan, tingkat keparahan disiang hari, dan sering diberikan pada penderita dengan insomnia jangka pendek supaya tidak berlanjut ke insomnia kronis. Beberapa pertimbangan dalam memberikan pengobatan insomnia: a). Memiliki efek samping yang minimal. b). Mempunyai onset yang cepat dalam mempersingkat proses memulai tidur. c). Lama kerja obat tidak mengganggu aktivitas di siang hari. Obat tidur hanya digunakan dalam waktu singkat, yaitu sekitar 2 - 4 minggu. Penanganan



dengan



obat-obatan



dapat



diklasifikasikan



menjadi:



benzodiazepine, non – benzodiazepine, miscellaneous sleep promoting agent. 2. Penatalaksanaan secara non farmakologis, tanpa obat-obatan medis dapat diterapkan pada insomnia tipe primer maupun sekunder. Ada beberapa metode dalam upaya penatalaksanaan insomnia secara non farmakologi, salah satunya adalah dengan terapi akupunktur. Penjaruman titik akupunktur dipercaya dapat mengobati insomnia melalui mekanisme: 1. Mempengaruhi tiga jaras umpan balik, yaitu jaras ke korteks serebri, ke medulla supra renalis dan ke otot. 2. Memobilisasi pertahanan dan dan regenerasi jaringan karena kerusakan jaringan akibat penjaruman akupunktur penimbulkan produk antara lain serotonin, histamine, bradikinin. 3. Merangsang pelepasan morfin endogen yang menimbulkan efek sedasi. 4. Meningkatkan aktifitas Nirtric Oxide Synthase (NOS) dan kadar Nitric Oxide (NO) di otak yang berperan dalam proses homeostatik dan siklus sirkadian pada pengaturan tidur-jaga. 5. Meningkatkan sekresi melatonin di malam hari sehingga menimbulkan efek sedasi dan hipnotik, ansiolitik dan meningkatkan peptida opioid endogen. 6. Beberapa macam akupunktur telah dilakukan untuk mengobati insomnia yaitu titiktitik akupunktur tubuh, akupunktur perut dan akupunktur telinga. 7. Titik akupunktur badan antara lain: Baihui (GV20), Sishenchong (EX-HN-1), Taichong (LR3), Zusanli (ST36), Shenting (DU24), Hegu (LI4). Pada keadaan sakit kepala, pusing dan pandangan kabur dapat diberikan: Fengchi (GB20).



84



Daftar Pustaka Calehr dan Hallym. 1993. Pedoman Akupunktur Medis. Jilid II: Pengetahuan Lanjutan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Dharma K. dan Widya. 1993. Sistem Pelayanan Kesehatan dan Akupunktur. Maj. Kedok. Indon., Vol: 43, No: 10. Hal: 555. Dharma K. dan Widya. 1995. Akuapunktur – Penggunaannya dalam Praktek Sehari-hari. Cermin Dunia Kedokteran. No. 105. Hal: 43 Goodman L. dan Gilman, A. 2001. ThePharmalogical: Basis of Therapeutics. 5th edition. New York: Macmillan Publishing Co.Inc. Hal: 908-910. Kiswojo. 2000. Pengetahuan Dasar Ilmu Akupunktur. Penerbit Akupunktur Indonesia. Pinto LR., Alves RC., Caixeta E., Fontenella JA., Bacellar A., Poyares D., Aloe F et al. (2010). New guidelines for diagnosis and treatment of insomnia. Arq Neuro-Psiquart, 68 (4). Saputra K. 2005. Akupunktur Dasar. Cetakan Pertama. Airlangga University Press. Surabaya.



VIII. ASMA BRONKIAL A. Definisi Asma bronkial adalah sindrom dengan tiga tanda utama yaitu: obstruksi jalan napas yang reversibel, hipereaksi bronkus dan inflamasi jalan napas.



B. Klasifikasi Asma bronkial dapat dibedakan menjadi asma bronkial ekstrinsik (alergika) dan asma intrinsik (idiopatik). Asma bronkial ekstrinsik berhubungan dengan adanya riwayat atopi dalam keluarga dan adanya alergen tertentu yang dapat menyebabkan timbulnya asma. Jenis asma ini meliputi sekitar 70% kasus yang ada. Sedangkan asma intrinsik ditandai dengan tidak adanya faktor-faktor penyebab yang jelas. Faktor-faktor non spesifik seperti pilek, latihan fisik, stres psikis dan udara dingin dapat memicu timbulnya serangan asma. Jenis asma ini dapat meliputi sekitar 30% kasus yang ada. Dalam kenyataan, seseorang dapat menderita asma campuran, jadi orang tersebut selain dapat mengalami serangan asma karena alergen tertentu, juga rentan terhadap faktor pencetus seperti pilek, hawa dingin, latihan fisik ataupun stres psikis. 85



C. Patogenesis Patogenesis asma bronkial didasarkan pada adanya gangguan sistem saraf otonom dan sistem imun. Gangguan pada sistem-sistem tersebut dapat menimbulkan gejala-gejala pada asma seperti: bronkokonstriksi, hipersekresi mukus dan peradangan jalan napas. Pada gangguan saraf otonom terjadi hipereaktivitas saraf parasimpatis dan terjadi blokade terhadap reseptor adrenergik beta (sistem saraf simpatis).



Adapun



gangguan



sistem



imun



ditandai



oleh



adanya



reaksi



hipersensitivitas tipe I (reaksi alergi), dimana tubuh mengadakan reaksi imun yang berlebihan terhadap antigen yang masuk ke dalam tubuh. Apabila ada alergen (antigen) masuk ke dalam tubuh, maka alergen ini akan merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel Th (T helper). IgE kemudian diikat oleh sel mast melalui reseptor Fc. Apabila tubuh terpapar ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan sel mast. Akibat ikatan antigen-IgE, sel mast mengalami degranulasi dan melepaskan mediator-mediator



seperti:



histamin,



prostaglandin,



leukotrien,



Eosinophile



chemotactic factor-A/ECF-A dan beberapa macam sitokin (misalnya: TNF, IL-1, IL-4, IL-5, IL-6, IL-13) serta beberapa macam enzim (misalnya: chymase dan tryptase). Mediator-mediator tersebut dapat menimbulkan gejala-gejala seperti peradangan, bronkokonstriksi dan hipersekresi mukus. Pada peradangan terjadi peristiwa perekrutan sel-sel radang, dan pada peradangan yang berkaitan dengan peristiwa alergi, eosinofil merupakan sel radang yang jumlahnya sangat dominan.



D. Penatalaksanaan Penatalaksanaan asma bronkial meliputi penatalaksanaan medikamentosa dan non medikamentosa. Penatalaksanaan medikamentosa pada asma menggunakan obatobatan seperti agonis 2 (misalnya: salbutamol dan efedrin), teofilin dan kortikosteroid. Penggunaan obat-obatan mempunyai risiko terjadinya efek samping yang tidak diinginkan. Adapun penatalaksanaan non medikamentosa dapat dilakukan melalui pendidikan pada penderita asma dan keluarganya, menghindari faktor-faktor pencetus / alergen, perbaikan mental/psikis, latihan napas dan latihan jasmani/olah raga serta akupunktur. Tujuan penatalaksanaan asma dengan akupunktur adalah untuk memperingan serangan dan memperpanjang jarak waktu antara dua serangan. Selain itu juga untuk mengurangi pemakaian obat-obatan, sehingga efek samping dari obatobatan dapat dihindari. 86



E. Penatalaksanaan Akupunktur Peran akupunktur pada terapi asma ditujukan untuk mengatasi gangguan sistem imun maupun sitem saraf otonom. Jadi dapat dipilih titik-titik yang dapat memperbaiki sistem imun dan mengaktivasi sistem saraf simpatis. Ada beberapa titik yang secara evidence base telah terbukti dapat memperbaiki sistem imun seperti: titik Zusanli (St36) dan titik Hegu (LI4). Jadi kedua titik ini apabila dirangsang dapat memperbaiki sistem imun. Selain titik-titik yang memperbaiki sistem imun dapat pula dipilih titik-titik yang dapat mengaktivasi sistem simpatis, yaitu titik-titik yang terletak pada dermatom/area yang dipersarafi oleh serabut saraf sensoris medulla spinalis segmen torakolumbal. Serabut saraf simpatis keluar dari medulla spinalis segmen torakolumbal. Pada asma terjadi kelainan pada bronkus sehingga kita rangsang saraf simpatis yang mempersarafi bronkus. Saraf simpatis yang menginervasi bronkus keluar dari medulla spinalis segmen toraks 1 s/d 4. Jadi dapat dipilih titik-titik yang terletak pada area yang dipersarafi oleh serabut saraf sensoris medulla spinalis segmen toraks 1 s/d 4. Ada beberapa titik yang terletak di area ini antara lain adalah titik Feishu (BL13) dan Danzhong (CV17).



Daftar Pustaka Baratawidjaja KG dan Rengganis I (2010). Imunologi dasar. Edisi IX. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Pp: 369-397. Cabyoglu MT, Ergene N, and Tan U (2006). The mechanism of acupuncture and clinical applications. Intern. J. Neuroscience. Vol. 116; 115-25. Saputra K (2000). Akupunktur dalam pendekatan ilmu kedokteran. Cetakan I. Airlangga University Press. Surabaya. pp: 65-69. Saputra K (2002). Akupunktur klinik. Cetakan I. Airlangga University Press. Surabaya. pp: 80-81. Solomon WR (2006). Asma bronkial: Alergi dan lain-lain. Dalam: Hartanto H, Susi N, Wulansari P, Mahanani DA (eds). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6, volume 1, cetakan 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pp: 177-197. Sundaru H dan Sukamto (2014). Asma bronkila. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF (eds). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I, edisi VI, cetakan I. Jakarta: InternaPublising, Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. Pp: 478-494.



87



IX.



URTIKARIA



A. Definisi Urtikaria ialah reaksi vaskuler di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai oleh adanya edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna kemerahan, meninggi di permukaan kulit disertai rasa gatal, tersengat atau tertusuk. Apabila reaksi vaskuler ini mengenai lapisan yang lebih dalam dari dermis (di subkutis atau submukosa) maka disebut angioedema. Angioedema dapat mengenai saluran napas, saluran cerna dan organ kardiovaskuler. B. Etiologi Penyebab urtikaria ada bermacam-macam, diantaranya adalah: makanan, obatobatan, gigitan/sengatan serangga, inhalan, kontaktan, trauma fisik, stres psikis, infeksi dan penyakit sistemik. Pada penyelidikan ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). C. Klasifikasi Terdapat bermacam-macam penggolongan urtikaria. Berdasarkan lamanya serangan berlangsung dibedakan urtikaria akut dan kronik. Disebut akut bila serangan berlangsung kurang dari 6 minggu, dan kronis bila berlangsung paling sedikit 6 minggu. Sedangkan berdasarkan morfologi klinisnya, urtikaria dibedakan menurut bentuk ujud kelainan kulitnya antara lain berupa: urtikaria papular (berbentuk papul), gutata (bentuknya seperti tetesan air) dan girata (bila ukurannya besar-besar). Menurut luasnya dan dalamnya jaringan yang terkena, dibedakan urtikaria lokal, generalisata dan angioedema. Adapun berdasarkan penyebabnya dan mekanisme terjadinya, urtikaria dapat dibedakan menjadi urtikaria imunologik, nonimunologik dan idiopatik.



D. Patogenesis Pada prinsipnya urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat, sehingga terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan cairan setempat, dan secara klinis tampak edema setempat disertai kemerahan. Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat terjadi akibat pelepasan mediator-mediator misalnya histamin, kinin, serotonin, slow reacting substance of anaphylaxis (SRS-A) dan protaglandin oleh sel mast dan atau basofil. Baik faktor imunologik maupun nonimunologik mampu merangsang sel mast atau basofil untuk melepaskan mediator tersebut. 88



E. Penatalaksanaan Penatalaksanaan urtikaria yang paling ideal adalah dengan menghindari atau mengobati penyebabnya. Namun dalam kenyataan kadang sulit untuk melakukan hal tersebut, apalagi kalau faktor penyebabnya tidak diketahui. Penatalaksanaan dapat dilakukan secara medikamentosa dengan menggunakan obat-obatan dan secara non medikamentosa. Obat-obatan yang sering digunakan adalah antihistamin, terutama golongan antihistamin H1 (antagonis reseptor H1 / AH1). Selain itu dapat pula digunakan kortikosteroid maupun beta adrenergik. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa setiap penggunaan obat tentu mempunyai efek samping. Diketahui pula bahwa tidak semua kasus urtikaria dapat diterapi dengan obat-obatan dengan hasil yang memuaskan. Terdapat kasus-kasus yang refrakter terhadap terapi dengan obatobatan(4). Penatalaksanaan secara non medikamentosa yang dapat dilakukan selain menghindari faktor penyebab, adalah dengan akupunktur. Akupunktur merupakan cara terapi yang mudah dan aman serta sudah terbukti efektif untuk pengobatan urtikaria baik akut maupun kronis(8).



F. Penatalaksanaan Akupunktur Penatalaksaaan urtikaria dengan akupunktur didasarkan pada patogenesis urtikaria dimana patogenesis urtikaria antara lain melalui jalur imunologik, sehingga dipilih titik-titik akupunktur yang memperbaiki sistem imun, misalnya: Zusanli (ST 36) dan Hegu (LI4). Selain itu dapat pula digunakan titik-titik akupunktur yang secara empiris dan telah terbukti melalui penelitian dapat membantu penyembuhan urtikaria seperti: LI11 (Quchi), SP10 (Xuehai), SP6 (Sanyinjiao) dan beberapa titik akupunktur di telinga (titik paru, titik endokrin, titik subkorteks dan titik shenmen).



Daftar Pustaka Aisah S (2010). Urtikaria. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S (eds). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi VI, cetakan I. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Pp: 169-181. Baratawidjaja KG dan Rengganis I (2010). Imunologi dasar. Edisi IX. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Pp: 369-397. Chen CJ and Yu HS (1998). Acupuncture treatment of urticaria. J Arch Dermatol.; 134: 13979.



89



Iraji F, Sghayi M, and Mokhtari H (2006). Acupuncture in the treatment of chronic urticaria: a double blind study. The Internet Journal of Dermatology. Volume 3, Number 2; 15313018. Solomon WR (2006). Asma bronkial: Alergi dan lain-lain. Dalam: Hartanto H, Susi N, Wulansari P, Mahanani DA (eds). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6, volume 1, cetakan 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pp: 177-197.



X.



OBESITAS



A. Definisi Obesitas adalah suatu keadaan dimana terdapat berat badan yang melebihi berat badan normal dan terdapat kelebihan lemak tubuh. Menurut WHO seseorang dikatakan obesitas bila Indeks Massa Tubuh (IMT) > 30. Cara menghitung IMT adalah sebagai berikut = berat badan (kg) / tinggi badan (m 2). B. Patofisiologi Obesitas adalah suatu kondisi yang kompleks dan multifaktorial yang disebabkan oleh interaksi genotip dan lingkungan. Terjadinya obesitas disebabkan karena terjadinya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar dari dalam tubuh. Pemasukan energi oleh lingkungan melalui makanan dan minuman, pola makan, psikis, kultur dan ekonomi. Pengeluaran energi ditentukan oleh metabolisme basal, aktivitas fisik dan spesific dynamic action of food.



C. Klasifikasi obesitas menurut International Obesity Task Force (IOTF) : Kategori -



BMI



Underweight Normal At risk of obesity Obesitas I Obesitas II



- < 18,5 - 18,5 – 22,9 - 23 – 24,9 - 25 – 29,9 - ≥ 30



Terapi akupunktur 1. Titik di tubuh



90



Titik akupunktur yang dipakai adalah : Hegu (LI 4), Quchi (LI 11), Neiguan (PC 6), Tianshu (ST 25), Zusanli (ST 36), Fenglong (ST 40), Sanyinjiao (SP 6) dan Neiting (ST 44) Penjaruman dilakukan selama 20 menit, dua kali dalam satu minggu. Satu sesi terapi terdiri dari 12 kali. 2. Akupunktur telinga



Titik akupunktur yang dipakai adalah : titik lapar, titik lambung dan Shenmen. Akupunktur dilakukan dua kali dalam satu minggu. Satu sesi terapi terdiri dari 12 kali Titik lapar kanan dan kiri dipasangi press needle. Setengah jam sebelum makan press needle ditekan dengan gerakan memutar selama 30 detik atau dipijat selama 2 – 3 menit pada saat lapar. Jarum ditinggal selama 3 – 4 hari.



Daftar Pustaka 1. British Nutrition Foundation. 2000. Health Risk of Obesity, pp : 4 – 13 2. Caroli, M dan Lagravinese D. 2002. Prevention of Obesity. 22 : 221 - 6 3. Sutanto DS. 2008. Akupunktur untuk Obesitas dengan pendekatan Neuroendokrin. Seminar dan Workshop Akupunktur untuk Estetika. Surabaya : Graha Puslitbang Sisjakkes Depkes RI. 4. Uner Tan. 2006. The Treatment of Obesity by Acupuncture. Intern J Neuroscience. 116: 165 – 75. 5. HamidAbdi, BaixiaoZhao, MahsaDarbandi, et al. 2012. The effects of body acupuncture on obesity : anthropometric parameters, lipid profile and inflamatory and immunologic marker. The Scientific World Journal Volume 2012, Article ID 603539, pp 1 – 11 6. Maria Belivani, Charikleia Dimitroula, Niki Katsiki, et al. 2014. Acupuncture in the treatment of obesity: a narrative review of the literature. Download from http:aim.bmj.com. Published by group.bmj.com



XI.



AKUPUNKTUR PADA KASUS KEHAMILAN



1.Hiperemesis Gravidarum A. Definisi Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan mual dan muntah hebat dalam masa kehamilan. Keadaan ini bisa menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan atau gangguan elektrolit sehingga menggangu aktivitas sehari – hari dan dapat membahayakan janin dalam kandungan.



91



B. Patofisiologi Penyebab hiperemesis gravidarum secara pasti belum diketahui secara pasti. Ada beberapa faktor biologi, fisiologi dan psikologi diduga ikut berperan didalamnya. Beberapa faktor resiko terjadinya hiperemesis gravidarum adalah kehamilan pertama, peningkatan hormonal pada kehamilan dan usia dibawah 24 tahun.



C. Penatalaksanaan secara akupunktur: 1. Titik utama : PC 6 (Neiguan). Penjaruman dilakukan setiap hari selama 20 menit. Apabila ada faktor psikologis ditambah penjaruman pada titik GV 20 (Baihui). 2. Titik lain yang dapat digunakan : GV 20 (Baihui), HT 7 (Shenmen), CV 12 (Zhongwan), CV 15 (Jiuwei), CV 17 (Danzhong), ST 36 Zusanli, LR 3 (Taichong), SP 9 (Yinlinquan). Titik pada telinga : 22 endokrin, 55 Shenmen. Dapat dilakukan akuapunktur pada titik 55 Shenmen dengan menggunakan vitamin B1.



Daftar Pustaka 1. Ann Quyang dan Lihua Xu. 2007. Holistic Acupuncture Approach to Idiopothic Refractory Nausea, Abdominal Pain and Bloating. World J Gastroenterol. 13 (40) : 5360 – 1. 2. Ma Yun Tao, Ma Mila dan Co. 2005. Biomedical Acupuncture for Pain Management, An Integrative Approach, Elseiver Churchil Livingston. 3. Roemer AT. 2005. Medical Acupuncture in Pregnancy. Thieme, Stuttgart. London. P : 90. 4. Suyanto E. 2004. Akupunktur untuk Mual dan Muntah. Meridian (Indonesian Journal of Acupunctur). Vol XI, No 1, hal 6 – 9. 5. Intihamul M, Tita HM, Herry H dkk. 2015. Perbedaan Pengaruh Akupunktur dan Vitamin B6 terhadap Penurunan Intensitas Mual Muntah pada Emesis Gravidarum Berat. IJEMC, Vol 2, No 2 hal 1 – 6. 6. Lindsey J. Wegrzyniak, DO,1 John T. Et al. 2012. Treatment of Hyperemesis Gravidarum.  Rev Obstet Gynecol. 5(2):78-84. 7. Jin Xu and Ian ZM. 2012. The current use of acupuncture during pregnancy and childbirth. Wolters Kluwer Health, Lippincolt Williams dan Wilkins



XII. STROKE A. Definisi Kelemahan, kelumpuhan mendadak pada muka, lengan dan kaki pada satu atau kedua sisi badan, kehilangan kemampuan bicara, atau kesulitan berbicara atau memahami pembicara, bisa disertai dengan kehilangan penglihatan khususnya hanya pada satu



92



mata, nyeri kepala hebat terutama pada stroke tipe perdarahan dan kehilangan kesadaran. B.Tipe Stroke 1. Ischemia – thrombotic and embolic 2. Hemorrhagic 3. Global hypoperfusion – shock



C.Faktor Risiko 1. Hypertension 2. Heart disease (Myocardial infarction ,endocarditis dan Atrial fibrillation) 3. Dyslipidemia 4. Diabetes mellitus 5. Oral contraceptives 6. Merokok 7. Polycythemia and thrombocythemia



D.Peran Akupunktur pada Stroke Mekanisme kerja akupunktur melalui efek lokal, segmental dan sentral sehingga timbul efek: 1. Meningkatkan aliran darah ke otak terutama ke daerah lesi 2. Memperbaiki kegiatan elektrik otak 3. Memperbaiki mikrosirkulasi otak 4. Meregulasi lemak darah 5. Menghilangkan radikal bebas 6. Mempengaruhi kadar katekolamin dan endorfin



E.Terapi Akupunktur 1. Pada CVA ischemi terapi dianjurkan sedini mungkin, sebaiknya dilakukan 48 jam setelah tanda vital stabil (WHO) 2. Pada CVA perdarahan umumnya dilakukan 3 minggu setelah serangan setelah sadar dan tanda vital terutama tekanan darahnya stabil, dimulai dengan rangsangan ringan dan secara bertahap rangsangan ditingkatkan.



F.Rencana Terapi 1. Pada periode syok otak 93



a. Digunakan jarum halus b. Bisa digunakan EA dg gel yg jarang c. Sehari sekali selama 20-30 menit d. Satu seri terapi 10 kali e. Istirahat 2 hari sebelum msk seri kedua f. Merangsang sisi yang sehat.



Titik-titik yang digunakan untuk membangkitkan kesadaran: a. Renzhong b. Fengchi c. Neiguan Titik untuk ekstremitas superior: a. Jianyu b. Quchi c. Waiguan d. Hegu e. Houxi



Titik untuk ekstremitas inferior: a. Biguan b. Xuehai c. Yanglingquan d. Xianzhong e. Taichong



2. Periode Spastik a. Digunakan jarum halus b. Bisa digunakan EA dengan gelombang yang jarang c. Sehari sekali selama 20-30 menit d. Satu seri terapi 10 kali e. Istirahat 2 hari sebelum masuk seri kedua f. Merangsang otot antagonis dari otot yang spastis, meredakan tonus tinggi otot yang spastik, memulihkan posisi tubuh sehingga menjadi normal.



Titik untuk ekstremitas superior: 94



a. Jianyu b. Jianliao c. Tianjing d. Shousanli e. Waiguan f. Hegu g. zhongzhu h. Houxi



Titik untuk ekstremitas inferior: a. Nei Biguan b. Xia Xuehai c. Yanglingquan d. Xiaxi



3. Periode pemulihan Saat ini dapat ditambahkan akupuktur kulit kepala untuk meningkatkan vaskularisasi dan merangsang sel neuron. Titik yang digunakan fengchi, gongxue (lebar 2 jari tegak lurus dibawah fengchi), Shishencong.



Daftar Pustaka 1. Johansson K et al. 1994. Can sensory stimulation improve the functional out come in stroke patient? Neurology 43: 2189-2192. 2. National Institutes of Health. 1997. NIH Consensus Development Conference on Acupunctures. Bethesda MD. Nov. 1997: 93-109.



XIII. BELL’S PALSY Pada umumnya Bell’s Palsy bersifat akut, timbul secara tiba-tiba, dan biasanya disadari saat bangun tidur. Pada anamnesis penderita sering ada riwayat terkena angin waktu berkendaraan atau tidur dengan jendela terbuka.



A. Gejala pada sisi lumpuh Akibat kelumpuhan serabut somatomotoris n. fasialis 1. Dahi tidak dapat dikerutkan 95



2. Mata tidak dapat menutup (lagopthalmus) 3. Dalam usaha menutup mata bola mata kerap berputar keatas (bell’s phenomen) 4. Lipat nasolabial jadi datar 5. Mulut tidak bisa diangkat baik secara spontan maupun atas perintah 6. Sudut mulut tertarik ke arah sisi yang sehat, Gangguan perasaan pengecapan pd 2/3 anterior lidah ( sisi kelainan) akibat kelumpuhan serabut viscerosensoris n. facialis.



B. Rencana terapi 1. Merangsang otot wajah yang lumpuh baik dengan titik lokal maupun titik jauh 2. Rangsangan penjaruman atau dengan EA 3. Setiap kali dirangsang 5-6 buah titik 4. Dilakukan 3 kali perminggu



C. Titik akupunktur yang sering digunakan: 1. Yifeng 2. Xiaguan 3. Yangbai 4. Sibai 5. Dichang 6. 6. Yingxiang 7. Zanzhu 8. Quanliao 9. Sizhukong 10. Hegu.



Daftar Pustaka 1. Sniezek D. 1998. Acupunctures treatment of Bell’s Palsy: A case report. Medical Acupunctures. Vol. 10. 2. Li Y, Liang F.R, Yu S.G, Li C.D, Hu L.X, Zhou D. Yuan X.L. et al. 2004. Efficacy of acupuncture and moxibustion in teaching Bell’s Palsy: A multicenter randomized controlled trial in China. Chinese Medical Journal. Oct; 117 (10): 1502 -1506. 3. Wang Y and Yang L. 2010. Chemical Observation of Treatment of Acupuncture for Different Stage.



96