Konjungtivitis Bakteri Dan Virus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONJUNGTIVA :   



KONJUNGTIVA BULBI KONJUNGTIVA PALPEBRA KONJUNGTIVA FORNIKS



2







Konjungtivitis  radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak mata, dalam bentuk akut maupun kronis







Konjungtivitis bakteri  konjungtivitis yg disebabkan oleh bakteri







Neisseria gonorrhoeae  Neisseria meningitidis  Neisseria gonorrhoeae subspecies kochii







Pneumococcus (Streptococcus pneumonia) (iklim sedang)  Haemophilus aegyptius (basil Koch-Weeks) (iklim tropik)



Hiperakut (purulen)



Akut (mukopurulen)



Subakut 



Haemophilus influinzae (iklim sedang)



Kronik, termasuk blefarokonjungtivitis



Staphylococcus aureus  Moraxella lacunata (diplobasil MoraxAxenfeld) 



Jenis jarang (akut, subakut, kronik)  Streptococci  Moraxella



catarrhaiis



 Coliform  Proteus  Corynebacterium



diphtheriae  Mycobacterium tuberculosis



iritasi  pelebaran pembuluh darah (injeksi) bilateral,  eksudat purulen dengan palpebra saling melengket saat bangun tidur,  edema palpebra  Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan melalui tangan menular ke sebelahnya.  Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui benda yang dapat menyebarkan kuman (fomit). 



Disebabkan oleh N gonorrhoeae, Neisseria kochii, dan N meningitidis  Ditandai oleh eksudat purulen yang banyak  Konjungtivitis meningokok sering terjadi pada anak-anak.  Setiap konjungtivitis berat dengan banyak eksudat 



harus segera dilakukan pemeriksaan laboratorium dan segera diobati.  Jika ditunda, bisa terjadi kerusakan kornea atau kehilangan mata, atau konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk N gonorrhoeae atau N meningitidis, yang mendahului sepsis atau meningitis. 



Sering terdapat dalam bentuk epidemik dan disebut "mata merah (pinkeye)"  Tanda: hiperemia konjungtiva akut dan sekret mukopurulen berjumlah sedang.  Penyebab paling umum adalah Streptococcus pneumoniae pada iklim sedang dan Haemophilus aegyptius pada iklim tropis.  Penyebab yang kurang umum adalah stafilokokus dan streptokokus lain. 







Konjungtivitis yang disebabkan oleh S pneumoniae dan H aegyptius dapat disertai perdarahan subkonjungtiva.



Paling sering disebabkan oleh H influenzae, dan terkadang oleh Escherichia coli dan spesies proteus.  Infeksi H influenzae ditandai dengan eksudat tipis, berair, atau berawan. 



Terjadi pada pasien dengan obstruksi ductus nasolacrimalis dan dakriosistitis kronik, yang biasanya unilateral.  Infeksi ini juga bisa menyertai blefaritis bakterial kronik atau disfungsi kelenjar meibom. 















Penegakkan konjungtivitis bakteri  anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang tepat. Keluhan  mata merah, keluar kotoran pus kekuningan yang terjadi dalam 1 atau 2 hari, kelopak mata bengkak, dan menempel susah dibuka saat pagi hari, gatal dan terasa seperti ada sensasi benda asing pada mata. Pemeriksaan fisik  edema palpebra, palpebra saling melekat saat baru bangun, hiperemi konjungtiva sering pada ke dua mata dan sekret purulen adanya papil pada kelopak mata.



Pemeriksaan mikroskopik kerokan konjungtiva  pewarnaan Gram atau Giemsa  neutrofil polimorfonuklear >>  Studi sensitivitas antibiotik juga diperlukan, tetapi terapi antibiotik empiris harus dimulai.  Bila hasil uji sensitivitas antibiotik sudah didapatkan, terapi dengan antibiotik spesifik dapat diberikan. 



Temuan klinis



Viral



Bakteri



Klamidia



Alergi



Gatal



Minimal



Minimal



Minimal



Hebat



Hiperemia



Generalisat



Generalisata



Generalisata



Generalisata



Mata berair



a Banyak



Sedang



Sedang



Minimal



Eksudasi



Minimal



Banyak



Banyak



Minimal



Disertai sakit



Sesekali



Sesekali



Tak pernah



Tak pernah



Monosit



Bakteri, PMN



PMN, Sel



Eosinofil



dan sitologi



tenggorakan dan demam Pada kerokan dan eksudat



plasma



yang dipulas 17



 



Terapi spesifik  tergantung pada agen mikrobiologinya. Sambil menunggu hasil laboratorium  terapi awal dengan antimikrobial topikal.



Terapi konjungtivitis bakteri hiperakut  Hasil pewarnaan  diplokokus gram negatif  Neisseria  CDC merekomendasikan terapi konjungtivitis bakteri hiperakut dengan antiobiotik sistemik ceftriaxone 1 gram dosis tunggal injeksi IM dikombinasikan dengan eye lavage menggunakan saline 4 kali sehari sampai sekretnya habis terbuang.



Terapi konjungtivitis bakteri akut atau subakut, dan kronis 







   



Tetes mata antibiotik spektrum luas: neomisin, polimiksin, ciprofloxasin, gentamisin, tobramisin, ofloxasin, atau levofloxasin tiap 1-2 jam selama kurang lebih 3-5 hari Atau dapat diberikan salep mata 4-5 kali sehari. Apabila dipakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur diberi salep mata (sulfasetamid 10-15% atau khloramfenicol) Jika tidak membaik  tunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik  terapi disesuaikan Bila terjadi penyulit pada kornea  sikloplegik Antiinflamasi 2x1 sehari bila disertai dengan edema palpebra. Bila tidak sembuh dalam 1 minggu  pemeriksaan resistensi, kemungkinan defisiensi air mata, atau kemungkinan obstruksi duktus nasolakrimal Konjungtivitis bakteri kronis dapat diterapi seperti diatas, namun harus juga dihilangkan fokal infeksi yang menjadi sumber infeksi.



Blefaritis marginal  menyertai konjungtivitis stafilokok  Parut konjungtiva  mengikuti konjungtivitis pseudomembranosa, dan pada kasus tertentu diikuti ulserasi dan perforasi  Ulserasi kornea marginal  Iritis toksik 



Konjungtivitis akut  hampir selalu sembuh sendiri dalam waktu10-14 hari  Pengobatan adekuat  sembuh dalam 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokok dan konjungtivitis gonokok  Konjungtivitis kronik  mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan 







Konjungtivitis viral adalah radang pada konjungtiva yang disebabkan oleh virus



Adenovirus >>>  Herpes simplex oleh karena HSV I atau HSV II  varicella-zoster (VZV)  Pikornavirus (enterovirus 70, coxsakie A24),  Poxvirus (molluskum kontagiosum, vaccinia). 



Disebabkan oleh adenovirus tipe 3, 4, 7  Demam 38,3 - 400C  Sakit tenggorokan, dan konjungtivitis pada satu atau dua mata  Mata merah dan berair  Dapat disertai keratitis superficial  Limfadenopati preaurikuler yang muncul tidak disertai nyeri tekan 



disebabkan oleh adenovirus subgroup D tipe 8, 19, 29, dan 37.  Umumnya bilateral  Gejala awal mata nyeri sedang dan berair  Fotofobia  Keratitis epitel dan kekeruhan subepitel bulat  Perdarahan subkonjungtiva  Dapat terbentuk pseudomembran 



ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi, disertai sekret mukoid, dan fotofobia  Sering disertai keratitis herpes simpleks, dengan kornea menampakkan lesi epitelial kadang membentuk satu ulkus atau ulkus epithelial yang bercabang banyak (dendritik)  Vesikel di palpebra dan tepian palebra, disertai edema berat  Nodus preaurikuler yang nyeri tekan adalah gejala yang khas untuk konjungtivitis HSV 















Disebabkan oleh enterovirus tipe 70, virus coxsakie tipe A24 Masa inkubasi yang pendek (sekitar 8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari) Gejala - rasa sakit - Fotofobia - Sensasi benda asing - Banyak mengeluarkan air mata, - edema palpebra, dan perdarahan subkonjungtiva. - Kadang-kadang dapat timul kemosis. - Perdarahan berawal dari konjungtiva bulbi superior menyebar ke bawah.







   



Penyakit ini biasanya terdapat pada pekerja peternak unggas yang ditulari virus Newcastle pada unggas Umumnya unilateral tapi bisa bilateral Gejala sistemik : influenza dengan demam ringan, sakit kepala dan nyeri sendi Gejala pada mata :rasa sakit pada mata, gatal, mata berair, penglihatan kabur dan fotofobia Pada mata akan terlihat edema palpebral ringan, kemosis dan secret yang sedikit, dan folikel-folikel yang terutama ditemukan pada konjungtiva tarsal superior dan inferior.



ditandai dengan hiperemia dan konjungtivitis infiltratif yang disertai erupsi vesikuler sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang oftalmika  Konjungtivitis yang terjadi umumnya bersifat papiler, namun dapat pula membentuk folikel, pseudomembran, dan vesikel temporer yang kemudian berulserasi seringkali meninggalkan parut 



Simtomatis dan suportif  Kompres dingin  Astringen  Hindari  STEROID 







Infeksi pada kornea (keratitis) dan apabila tidak ditangani bisa menjadi ulkus kornea







Resolusi spontan dlm 2 minggu (self limited disease)