Konsep Dasar Stress Dan Adaptasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONSEP DASAR STRESS DAN ADAPTASI



KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang telah memberikan rahmat dan hidayat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah berjudul “Konsep Dasar Stress dan Adaptasi” tepat pada waktunya. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia I. Maka saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga mendapat balasan dari Ida Yang Widhi Wasa. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.



Denpasar, November 2017



Penulis



i



DAFTAR ISI Kata Pengantar……………………………………………………………………………



i



Daftar Isi………………………………………………………………………………….



ii



BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..



1



1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….



1



1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………



1



1.3 Tujuan………………………………………………………………………………..



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………...



3



2.1 Stress………………………………………………………………………………...



3



2.1.1 Pengertian……………………………………………………………………...



3



2.1.2 Manifestasi (tanda dan gejala)………………………………………………...



3



2.1.3 Faktor yang mempengaruhi…………………………………………………...



4



2.1.4 Klasifikasi stress………………………………………………………………



6



2.1.5 Jenis konflik menimbulkan stress…………………………………………….



6



2.1.6 Penggolongan Stress………………………………………………………….



7



2.1.7 Respon psikologi stress……………………………………………………….



7



2.2 Adaptasi……………………………………………………………………………..



8



2.3 Manajemen terhadap stress dan adaptasi……………………………………………



12



BAB III PENUTUP…………………………………………………………………….



16



3.1 Simpulan……………………………………………………………………………



16



3.2 Saran………………………………………………………………………………..



16



DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….



17



ii



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Stress merupakan salah satu gejala psikologis yang dapat menyerang setiap orang. Stress dapat timbul karena adanya konflik dan frustrasi. Sebagian besar orang beranggapan bahwa yang dimaksud stress adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan membuat orang tersebut merasa tidak nyaman, bingung, mudah marah, tekanan darah meningkat, detak jantung lebih cepat, gangguan pencernaan, dsb. Perkembangan teknologi yang pesat membawa perubahan tentang cara berpikir dalam pola hidup bermasyarakat, sehingga perubahan tersebut membawa pada kosekuensi di bidang kesehatan



fisik dan bidang



kesehatan jiwa. Sebagian besar stress dapat dipicu karena pengaruh eksternal dan ada pula yang dipengaruhi oleh faktor internal individu tersebut. Stress sebenarnya dapat dicegah dan diatasi dengan cara-cara tertentu. Adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap suatu penilaian. Dalam hal ini respon individu terhadap suatu perubahan yang ada di lingkungan yang dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis dalam perilaku adaptif. Banyak orang yang tidak mengetahui tentang stress dan adaptasi, bagaimana mencegahnya, mengatasi, ataupun memanfaatkan stress dan adaptasi tersebut sebagai salah satu bagian dari hidup. Misalnya mahasiswa baru terbebani dengan tugas-tugas ospek dan harus menyesuaikan dengan lingkungan kampusnya yang baru, maka dari itu diperlukan pemahaman yang baik terhadap stress dan adaptasi akan membantu dalam kehidupan, melalui penanganan yang tepat dengan adanya pemahaman yang baik mengenai stress dan adaptasi, maka individu tidak akan terkena dampak negatif dari stress dan adaptasi tersebut.



1.2 RUMUSAN MASALAH 1.2.1 apakah yang dimaksud dengan stress? 1.2.2 Apakah yang dimaksud dengan adaptasi? 1.2.3 Bagaimana manajemen terhadap stress dan adaptasi?



1



1.3 TUJUAN 1.3.1 Tujuan Umum Dapat memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai konsep stress dan adaptasi 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mampu menjelaskan pengertian stress 2. Mampu menjelaskan pengertian adaptasi 3. Mampu menjelaskan manajemen terhadap stress dan adaptasi



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 STRESS 2.1.1 Pengertian Kata stress berasal dari kosakata bahasa inggris. Menurut kamus Oxford, stress memilki paling tidak enam pengertian, sesuai dengan penggunaan di bidang-bidang yang berbeda. Terjemahan stress seperti (1) tekanan atau kecemasan yang disebabkan oleh masalah dalam kehidupan seseorang; (2) tekanan yang diberikan ke suatu benda yang bisa merusak benda atau menghilangkan bentuknya; (3) kepentingan khusus yang diarakahan kepada sesuatu; (4) suatu kekuatan ekstra yang dikerahkan ketika mengucapkan suatu kata khusus; (5) suatu kekuatan extra yang digunakan untuk membuat suara khusus dalam musik; dan (6). Penyakit yang ditimbulkan oleh kondisi fisik yang terganggu (Homby, 1995). Menurut Taylor (2003), stress adalah pengalaman emosional negatif yang disertai dengan perubahan fisiologi, biokimiawi, kognisi dan perilaku yang bertujan untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stress. Sedangkan menurut Ardani (2007), stress adalah tekanan internal (demam, kondisi seperti kehamilan, menopause atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah) maupun eksternal (perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan peran dalam keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan) serta kondisi bermasalah lainnya dalam kehidupan. Jadi stress adalah tekanan kecemasan yang ditimbulkan dari lingkungan internal maupun eksternal yang mempengaruhi kondisi fisik dan perilaku seseorang. Stressor adalah situasi, kondisi atau apapun yang mengganggu kenyamanan seseorang.



2.1.2 Manifestasi (Tanda dan Gejala) Menurut Loker Beasiswa (2013), Adapun manifestasi (tanda dan gejala) dari stress adalah sebagai berikut: a. Perubahan warna rambut kusam, ubanan, kerontokan b. Wajah tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak santai, bicara berat, sulit tersenyum/tertawa dan kulit muka kedutan (ticfacialis) c. Nafas terasa berat dan sesak, timbul asma 3



d. Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit (constriksi) sehingga mukanya nampak merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama ujung-ujung jari juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan. e. Lambung mual, kembung, pedih, mules, sembelit atau diare. f. Sering berkemih. g. Otot sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang pada tulang terasa linu atau kaku bila digerakkan. h. Kadar gula meningkat, pada wanita mens tidak teratur dan sakit (dysmenorhea) i. Libido menurun atau bisa juga meningkat. j. Gangguan makan bisa nafsu makan meningkat atau tidak ada nafsu makan. k. Tidak bisa tidur l. Sakit mental-histeris 2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Menurut Robbins (2001), ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu: a. Faktor Lingkungan Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan. Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi karyawan yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman terkena stress. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya teknologi yang digunakannya. b. Faktor Organisasi Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stress yaitu role demands,



interpersonal



demands,



organizational



structure



dan



organizational



leadership. Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut : 4



1) Role Demands Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut. 2) Interpersonal Demands Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya. 3) Organizational Structure Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi. 4) Organizational Leadership Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group (Robbins, 2001:316) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara langsung antara pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja. c. Faktor Individu Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang 5



dapat menimbulkan stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang. 2.1.4 Klasifikasi Stress Stuart dan Sundeen (2005) mengklasifikasikan tingkat stress, yaitu: a. Stress ringan Pada tingkat stress ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi. b. Stress sedang Pada stress tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya. c. Stress berat Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi stress. Individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak pengarahan.



2.1.5 Jenis Konflik Menimbulkan Stress Menurut Marisalael (2015), jenis konflik yang menimbulkan stresss adalah: a. Approach-approach conflict, terjadi apabila individu harus memilih satu diantara dua alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang yang sulit menentukan keputusan diantara dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan. Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan. b. Avoidance-avoidance conflict, terjadi bila individu dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil diluar pernikahan, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi disisi lain ia belum mampu secara mental dan finansial untuk membesarkan anaknya nanti. Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif memiliki konsekuensi yang tidak menyenangkan 6



c. Approach-avoidance conflict, merupakan situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama, misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok, karena khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok.



2.1.6 Penggolongan Stress Menurut Marisalael (2015), dalam menggolongkan stress menjadi dua golongan yang didasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang dialaminya yaitu : a. Distress (stress negatif) Merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah.



Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif,



menyakitkan dan timbul keinginan untuk menghindarinya. b. Eustress (stress positif) Eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan, frase joy of stress untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat positif yang timbul dari adanya stress. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi dan performansi kehidupan. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya seni.



2.1.7 Respon Psikologis Stress Menurut Marisalael (2015), Reaksi psikologis terhadap stress dapat meliputi: a. Kognisi Stress dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktivitas kognitif. Stresor berupa kebisingan dapat menyebabkan defisit kognitif pada anak-anak. Kognisi juga dapat berpengaruh dalam stress. b. Emosi Emosi cenderung terkait dengan stress. Individu sering menggunakan keadaan emosionalnya



untuk



mengevaluasi



stress.



Proses



penilaian



kognitif



dapat



mempengaruhi stress dan pengalaman emosional. Reaksi emosional terhadap stress yaitu rasa takut, fobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih dan rasa marah. 7



c. Perilaku Sosial Stress dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu dapat berperilaku menjadi positif maupun negatif. Bencana alam dapat membuat individu berperilaku lebih kooperatif, dalam situasi lain, individu dapat mengembangkan sikap bermusuhan. Stress yang diikuti dengan rasa marah menyebabkan perilaku sosial negatif cenderung meningkat sehingga dapat menimbulkan perilaku agresif. Stres juga dapat mempengaruhi perilaku membantu pada individu.



2.2 ADAPTASI Adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap suatu penilaian. Dalam hal ini respon individu terhadap suatu perubahan yang ada di lingkungan yang dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis dalam perilaku adaptip. Hasil dari perilaku ini dapat berupa usaha untuk mempertahankan keseimbangan dari suatu keadaan agar dapat kembali pada keadaan normal, namun setiap orang akan berbeda dalam perilaku adaptip ada yang dapat berjalan dengan cepat namun ada pula yang memerlukan waktu lama tergantung dari kematangan mental orang itu tersebut. Adaptasi terhadap stress menurut Marisalael (2015), dapat berupa : a. Adaptasi fisiologis Adaptasi fisiologis adalah proses penyesuaian diri secara alamiah atau secara fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dalam berbagai faktor yang menimbulkan keadaan menjadi tidak seimbang contoh: masuknya kuman pennyakit ketubuh manusia. Adapun adaptasi fisiologi yaitu: 1. LAS (lokal adaptation syndroma) adalah apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal contoh: seperti ketika kulit terinfeksi maka akan terjadi disekitar kulit tersebut kemerahan, bengkak, nyeri, panas dll yang sifatnya lokal atau pada daerah sekitar yang terkena. Karakteristik dari LAS: a) Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua sistem. b) Respons bersifat adaptif, diperlukan stresor untuk menstimulasikannya. c) Respons bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus. d) Respons bersifat restorative.



8



2. GAS (general adaptation syndroma) adalah apabila reaksi lokal tidak dapat diaktifitasi maka dapat menyebabkan gangguan dan secara sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian diri seperti panas di seluruh tubuh, berkeringat. GAS diuraikan dalam tiga tahapan berikut: a) Fase alarm Melibatkan pengerahan mekanisme pertahan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stresor seperti pengaktifan hormone yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan respons melawan atau menghindar. Respons ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor menetap maka individu akan masuk kedalam fase resistensi. b) Fase resistensi (melawan) Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stres. Bila teratasi, gejala stres menurun atau normal. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapan terakhir dari GAS yaitu: Fase kehabisan tenaga. c) Fase exhaustion (kelelehan) Merupakan fase perpanjangan stres yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stress. Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap stresor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersebut. b. Adaptasi psikologi Perilaku adapatif psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping. Mekanisme ini dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan tehnik pemecahan masalah secara langsung untuk menghadapi ancaman, atau dapat juga mekanisme pertahanan ego, yang tujuannya adalah untuk mengatur distress emosional dan dengan demikian memberikan perlindungan individu terhadap ansietas dan stress. Mekanisme pertahanan ego adalah metode koping terhadap stress secara tidak langsung. Adapun tipe perilaku: 9



1) Task oriented behavior Perilaku berorientasi tugas mencakup penggunaan kemampuan kognitif untuk mengurangi stres, memecahkan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan (Stuart & Sundeen, 2005). Tiga tipe umum perilaku yang berorientasi tugas adalah: a) Perilaku menyerang Adalah tindakan untuk menyingkirkan atau mengatasi suatu stresor. b) Perilaku menarik diri Adalah menarik diri secara fisik atau emosional dari stresor. c) Perilaku kompromi Adalah mengubah metode yang biasa digunakan, mengganti tujuan atau menghilangkan kepuasan terhadap kebutuhan untuk memenuhi lain atau untuk menghindari stres. 2) Ego Dependen Mekanism Perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan psikologis terhadap peristiwa yang menegangkan (Sigmund Frued). Mekanisme ini sering kali diaktifkan oleh stressor jangka pendek dan biasanya tidak mengakibatkan gangguan psikiatrik.Ada banyak mekanisme pertahanan ego, yaitu: a) Represi Menekan keinginan, impuls/dorongan, pikiran yang tidak menyenagkan ke alam tidak sadar dengan cara tidak sadar. b) Supresi Menekan secara sadar pikiran, impuls, perasaan yang tidak menyenangkan ke alam tidak sadar. c) Reaksi formasi Tingkah laku berlawanan dengan perasaan yang mendasari tingkah laku tersebut. d) Kompensasi Tingkah laku menggantikan kekurangan dengan kelebihan yang lain e) Rasionalisasi Berusaha memperlihatkan tingkah laku yang tampak sebagai pemikiran yang logis bukan karena keinginan yang tidak disadari. 10



f) Substitusi Mengganti obyek yang bernilai tinggi dengan obyek yang kurang bernilai tetapi dapat diterima oleh masyarakat. g) Restitusi Mengurangi rasa bersalah dengan tindakan pengganti. h) Displacement Memindahkan perasaan emosional dari obyek sebenarnya kepada obyek pengganti. i) Proyeksi Memproyeksikan keinginan, perasaan, impuls, pikiran pada orang lain/obyek lain/lingkungan untuk mengingkari. j) Simbolisasi Menggunakan obyek untuk mewakili ide/emosi yang menyakitkan untuk diekspresikan k) Regresi Ego kembali pada tingkat perkembangan sebelumnya dalam pikiran, perasaan dan tingkah lakunya. l) Denial Mengingkari pikiran, keinginan, fakta dan kesedihan. m) Sublimasi Memindahkan energi mental (dorongan) yang tidak dapat diterima kepada tujuan yang dapat diterima masyarakat. n) Konvesi Pemindahan konflik mental pada gejala fisik o) Introyeksi Mengambil alih semua sifat dari orang yang berarti menjadi bagian dari kepribadiannya sekarang. c. Adaptasi sosial budaya Setiap lingkungan sosial masyarakat mempunyai tatanan budaya masing-,masing. Antara lingkungan satu dan yang lainnya tentu memiliki budaya berbeda-beda. Perbedaan tersebut yang akhirnya menuntut setiap orang beradaptasi jika hal itu dapat dilakukan 11



dengan baik maka akan tercipta keseimbangan. Namun jika hal tersebut tidak dapat dilakukan bukanlah suatu hal yang tidak mungkin jika orang tersebut akan mengalami stress. d. Adaptasi spiritual Setiap agama dan kepercayaan mengandung ajaran yang hendaknya harus dijalankan oleh penganutnya. Ajaran-ajaran ini tentunya juga harus turut andil dalammengatur perilaku manusia ini. Oleh karena itu dalam rangka memenuhi ajaran-ajaran tersebut pasti terjadi perubahan dalam perilaku manusia. e. Adaptasi perkembangan Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stres yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk ekstrem, stress yang terlalu berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan. Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stresor di rumah. Jika diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat sedangkan Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman hidup. Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan terhadap perubahan penampilan fisik dan fungsi fisiologis.



2.3 MANAJEMEN TERHADAP STRESS DAN ADAPTASI Menurut Raha (2014), untuk mencegah dan mengatasi stress dan adaptasi agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara : a. Pengaturan Diet dan Nutrisi Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi dan mengatasi stress melalui makan dan minum yang halal dan tidak berlebihan, dengan mengatur jadwal makan secara teratur, menu bervariasi, hindari makan dingin dan monoton karena dapat menurunkan kekebalan tubuh.



12



b. Istirahat dan Tidur Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak. c. Olah Raga atau Latihan Teratur Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran. d. Berhenti Merokok Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat meningkatkan ststus kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh. e. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak mengandung alkohol. f. Pengaturan Berat Badan Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres. g. Pengaturan Waktu Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaaan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek prokdutivitas waktu. Seperti menggunakan waktu untuk menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. h. Terapi Psikofarmaka Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengalami stres yang dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor psikososial 13



yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang digunakan biasanya digunakan adalah anti cemas dan anti depresi. i. Terapi Somatik Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh yang lain. j. Psikoterapi Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi redukatif di mana psikoterapi suportif memberikan motivasi atau dukungan agar pasien mengalami percaya diri, sedangkan psikoterapi redukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan lainlain. k. Terapi Psikoreligius Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi permasalahn psikologis mengingat dalam mengatasi atau mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial, dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi. l. Homeostatis Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses homeostatis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa homeostatis adalah suatu proses perubahaan yang terus menerus untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Homeostatis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu sistem endokrin dan syaraf otonom. Secara alamiah proses homeostatis dapat terjadi dalam tubuh manusia. Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostatis ini dapat melalui empat cara di antaranya: 1) Self regulation, di mana sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat seperti dalam pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia. 14



2) Berkompensasi, yaitu tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidak normalan dalam tubuh. 3) Dengan cara sistem umpan balik negatif, proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal segera dirasakan dan diperbaiki dalam tubuh dimana apabila tubuh dalam keadaan tidak normal akan secara sendiri mengadakan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan dari keadaan yang ada. 4) Cara umpan balik untuk mengkoreksi suatu ketidakseimbangan fisiologis. m. Humor Humor adalah terapi yang terkenal dalam literatur umum oleh Norman Cousins (1979). Kemampuan untuk menerima hal-hal lucu dan tertawa melenyapkan stress. Hipotesisfisiologis menyatakan bahwa tertawa melepaskan endorphin ke dalam sirkulasi dan perasaan stress di lenyapkan. n. Tehnik Relaksasi Relaksasi progresif dengan dan tanpa ketegangan otot dan tehnik manipulasi pikiran mengurangi komponen fisiologis dan emodional stress. Tehnik relaksasi adalah perilaku yang dipelajari dan membutuhkan waktu pelatihan dan praktek. Setelah klien menjadi terampil dalam tehnik ini , ketegangan dikurangi dan parameter fisiologis berubah.



15



BAB III PENUTUP



3.1 SIMPULAN Stress dan adaptasi merupakan bagian dari kehidupan yang dialami setiap orang setiap hari. Stress dan adaptasi tidak dapat dihilangkan tetapi perlu dipelajari cara-cara penanganannya. Keberhasilan menyelesaikan berbagai stress merupakan modal kemampuan untuk menghadapi stress yang akan datang. Klien yang dirawat di Rumah sakit tentu mengalami berbagai stress yang mungkin sudah tidak mampu mengatasinya, maka dari itu tenaga



kesehatan



perlu



berupaya



membantu



klien



menyelesaikan



masal



dan



menyelesaikannya dan menggerakan sumber yang dimiliki klien. Dengan membantu klien menghadapi dan menyelesaikan stress berarti tenaga kesehatan telah meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, menghemat hari rawat, menghemat biaya perawatan dan meningkatkan produktivitas manusia. Stress yang dialami seseorang tidak mungkin secara langsung, beberapa tahap akan muncul dalam diri seesorang tersebut, apabila stress tidak dapat ditanggulangi maka akan berdampak lebih lanjut. Oleh sebab itu, terapkanlah sebuah manajemen agar keadaan seesorang tersebut masih bisa terkontrol.



3.2 SARAN Konsep stress dan adaptasi harus dikuasi oleh semua orang terutama tenaga kesehatan agar bisa mengelola stress dan adaptasi diri sendiri maupun orang lain.



16



DAFTAR PUSTAKA Ardani. 2007. Psikologi Klinis. Yogyakarta: Graha Ilmu Arifin.



2013. Penyesuaian Diri. malang.ac.id/1867/6/09410010_Bab_2.pdf



Available



at:



etheses.uin-



Homby, A.S. 1995. Oxford Advanced Learner’s dictionary. New York: Oxford University Press Hasan. 2008. Pengantar Psikologi Kesehatan Islami. Jakarta: grasindo Loker Beasiswa. 2013. Makalah Konsep Dasar Stress dan adaptasi. Available at: http://www.lokerbeasiswa.com/2013/03/makalah-konsep-dasar-stress-danadaptasi.html Marisalael. 2015. Stress dan digilib.unimus.ac.id/download.php?id=14736



Adaptasi.



Available



at:



Raha, S. 2014. Makalah Stres Dan Adaptasi Akbid Paramata Raha . Available at: https://www.slideshare.net/septianraha/makalah-stres-dan-adaptasi-akbid-paramataraha Robbins, S.P. 2001. Psikologi Organisasi, Edisi 8. Jakarta: Prenhallindo Stuart dan Sundeen. 2006. Buku Saku Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC Taylor. 2003. Health Psychology. New York: McGraw Hill



17