Konsep Patologi Dan Patofisiologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONSEP PATOLOGI DAN PATOFISIOLOGI



Oleh kelompok 8 : 1. Aulia indah pramesti (18301043) 2. Dinda nur annisa (18301047) 3. Meigy marianto sanjaya (18301055) 4. Umikalsum (18301074)



Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Payung Negeri Pekanbaru 2018



i



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt., karena berkat rahmat dan karunia-Nya makalah “Konsep patologi dan patofisiologi” dapat diselesaikan tepat pada waktu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan tujuan makalah ini dapat tercapai. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.



Pekanbaru, 18 Maret 2019



Penulis



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................................................ii DAFTAR ISI...................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1 1.1 Latar Belakang............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1 1.3 Tujuan ........................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................3 2.1 Konsep dasar patologi dan patofisiologi.....................................................3 2.2 Adaptasi, jejas, dan penuaan sel.................................................................3 2.3 Kelainan kongenital ...................................................................................8 2.4 pertumbuhan sel dan diferensiasi................................................................10 2.5 respon radang..............................................................................................13 BAB III PENUTUP.........................................................................................15 3.1 Simpulan.....................................................................................................15 3.2 Saran ..........................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Patologi adalah disiplin ilmu yang menjembatani praktik klinis dan ilmu dasar, dan mencakup penelitian tentang penyebab suatu penyakit (etiologi) serta mekanisme (patogenesis) yang menyebabkan munculnya tanda dan gejala pada pasien.Patologi klinik mempelajari penyakit baik mendiagnosa maupun epaluasi pengobatanya melalui pemeriksaan berbagai cairan tubuh. Patofisiologi adalah ilmu yag mempelajari perubahan fisiologis yang diakibatkan oleh proses patologis. Gangguan dalam proses seluler normal mengakibatkan terjadinya perubahan adiptif atau letal.Perbedaan antara sel yang sanggup beradaptasi dan sel yang cedera adalah pada dapat atau tidaknya sel itu “mengikuti” dan mengatasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah dan merusak itu. Sel cedera menunjukkan perubahan-perubahan yang dapat mempengaruhi fungsi-fungsi tubuh dan bermanifestasi sebagai penyakit. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang didapat rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana penjelasan lebih lanjut mengenai konsep dasar patologi dan patofisiologi?” 1.3 Tujuan .3.1 Tujuan Umum Untuk mendeskripsikan penjelasan lebih lanjut mengenai konsep dasar patologi dan fisiologi. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui konsep dasar patologi dan patofisiologi 2. Untuk mengetahui adaptasi, jejas, dan penuaan sel 3. Untuk mengetahui kelainan kongenital



1



4. Untuk mengetahui pertumbuhan sel dan diferensiasi 5. Untuk mengetahui respon radang



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Dasar Patologi dan Patofisiologi A. Konsep Patologi Patologi merupakan ilmu yang mempelajari penyakit, meliputi pengetahuan dan pemahaman dari perubahan fungsi dan struktur pada penyakit, mulai tingkat molekuler sampai pengaruhnya pada setiap individu. Patologi



merupakan



subjek



yang



selalu



mengalami



perubahan,



penyempurnaan dan perluasan dalam memahami pengetahuan tentang penyakit. Patologi bertujuan utama untuk mengidentifikasi sebab suatu penyakit, untuk program pencegahan suatu penyakit. Dalam maka yang paling luas, patologi secara harfiah adalah biologi abnormal, studi mengenai proses-proses biologic yang tidak sesuai, atau studi mengenai individu yang sakit atau yang terganggu. Dalam konteks kedokteran manusia, patologi tidak hanya merupakan ilmu dasar atau teoritik, tetapi juga merupakan spesialis kedokteranklinis.   B. Konsep Patofisiologi Patofisiologi adalah studi mengenai fungsi-fungsi yang mengalami gangguan atau fungsi-fungsi yang berubah akibat proses penyakit. Patofisiologi merupakan ilmu yang bersifat integratif yang menggambarkan konsep-konsep dari banyak ilmu dasar dan klinis, termasuk anatomi, fisiologi, biokimia, biologi sel dan molekuler, genetika, farmakologi dan patologi. Patofisiologi merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang sangat penting manfaatnya bagi perawat dalam menjalankan tugasnya. Peran dan fungsi perawat pada hakekatnya adalah membantu klien dalam memenuhi kebutuhan dasar yang terganggu akibat ketidakmampuan,ketidakmauan atau ketidaktahuan 2.2 Adaptasi, Jejas dan Penuaan Sel A. Adaptasi



3



Sel mampu mengatur dirinya dengan cara mengubah struktur dan fungsinya sebagai respon terhadap berbagai kondisi fisologis maupun patologis. Kemampuan ini disebut dengan adaptasi selular. Terdapat 4 tipe adaptasi selular, yaitu: 1. Hipertrofi Hipertrofi



adalah



Pertambahan



besar



organ



akibat



adanya



pertambahan ukuran sel pada organ. Hipertrofi adalah suatu respons adaptif yang terjadi apabila terdapat peningkatan beban kerja suatu sel. Kebutuhan sel akan oksigen dan zat gizi meningkat, menyebabkan pertumbuhan sebagian besar struktur dalam sel. 2. Metaplasia Metaplasia adalah perubahan sel dari satu subtype ke subtype lainnya. Metaplasia biasanya terjadi sebagai respons terhadap cedera atau iritasi kontinu yang menghasilkan peradangan kronis pada jaringan. Dengan mengalami metaplasia, sel-sel yang lebih mampu bertahan terhadap iritasi dan peradangan kronik akan menggantikan jaringan semula. 3. Atrofi Atrofi merupakan pengurangan ukuran yang disebabkan oleh mengecilnya ukuran sel atau mengecilnya/berkurangnya (kadang-kadang dan biasa disebut atrofi numerik) sel parenkim dalam organ tubuh. Atrofi dapat disebabkan oleh berbagai faktor tergantung pada jenis atrofi tersebut. Sebelum membahas mengenai penyebab terjadinya, maka harus diketahui terlebih dahulu jenis-jenis atrofi agar pembahsannya lebih spesifik. Secara umum, terdapat dua jenis atrofi, yaitu atrofi fisiologis dan atrofi patologis. 4. Hiperplasia Hiperplasia merupakan suatu kondisi membesarnya alat tubuh/organ tubuh karena pembentukan atau tumbuhnya sel-sel baru. Sama halnya dengan atrofi, terdapat dua jenis hyperplasia, yaitu hyperplasia fisiologis dan patologis.



4



B. Jejas Berbagai macam cidera dapat mengenai tubuh seorang manusia seperti luka dan  terbakar. Cidera tersebut pada dasarnya secara mikro mengenai sel karena kita ketahui bahwa sel adalah unit struktural dan fungsional terkecil dari tubuh manusia.  Berikut ini akan dijelaskan berbagai penyebab cidera Sel. Banyak penyebab yang dapat menciderai sel bukan hanya luka tetapi kekurangan oksigen dan suplai makanan ke dalam sel pun dapat menciderainya. Beberapa penyebab dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis penyebab yaitu: 1. Penyebab fisik Trauma karena suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mengakibat cidera pada sel. Selain itu ledakan dan peluru  juga dapat menyebabkan cidera sel akibat efek dari banyaknya energi panas yang dihamburkan kedalam jaringan sepanjang lintasan peluru. Contoh lain yaitu trauma radiasi dan trauma listrik.  Semua agen fisik tersebut dapat menyebabkan perubahan atau pergeseran struktur sel yang mengakibatkan terganggunya fungsi sel yang  akhirnya menyebabkan kematian sel. 2. Penyebab kimiawi Bahan kimia termasuk obat-obatan dapat menyebabkan perubahan terhadap  berbagai fungsi sel dan sel menjadi rusak dan mati. Sebagai contoh ulkus lambung yang terjadi  karena penderita sering mengkonsumsi obat analgetik atau kortikosteroid. Obatobatan tersebut menyebabkan sel mukosa lambung cidera,  rusak dan akhirnya terjadi ulkus. Perhatikan juga obat-obatan yang disuntikkan melalui vena yang memiliki kemampuan membakar. Sebagi contoh diazepam yang disuntikkan ke dalam vena harus hati-hati untuk menghindari ekstravasasi ke dalam jaringan lunak yang menimbulkan rasa terbakar dan kerusakan jaringan. 3. Penyebab mikrobiologi Berbagai jenis bakteri, virus, parasit dan jamur yang merupakan organisme infeksius bila masuk dalam tubuh akan  mengeluarkan toksin



5



yang dapat  merusak dinding sel sehingga fungsi sel terganggu dan akhirnya menyebabkan kematian sel tersebut. 4. Penyebab reaksi Imun Reaksi imun sering  menjadi penyebab kerusakan sel. Sebagai contoh penyakit alergi yang sering dialami  pasien lanjutusia berupa gatal-gatal dan penyakit dermatitis kontak yang juga memiliki gejala gatal-gatal akan menyebabkan kerusakan pada sel kulit. 5. Kekuatan  mekanis Kekuatan mekanik yang langsung mengenai sel dapat berakibat fatal seperti kulit yang terkena iris sehingga membran sel daerah yang teriris robek.  Hal ini berakibat tumpahnya sitoplasma keluar dari sel. Contoh lain yaitu udara yang sangat dingin menyebabkan  pembekuan terhadap sel. Membran sel akan berlubang akibat kristal es dan akhirnya terjadi kerusakan sel. Contoh lain yaitu jika terjadi perbedaan tekanan osmotik antara intraseluler dan ekstraseluler maka akan  menyebabkan pecahnya membran sel. 6. Kegagalan keutuhan membran Perubahan biokimiawi pada sel dapat menyebabkan kerusakan membran. Hal tersebut dapat diamati seperti  pada sel yang terinfeksi virus dengan mediator sitotoksisitas yaitu perforin menyebabkan sitolitik. Selain ituradikal bebas juga dapat menyebabkan  kerusakan membran sel.   7. Hambatan metabolisme Cidera sel dapat terjadi akibat adanya hambatan metabolisme sel baik bersifat relatif maupun total dari alur mekanisme metabolisme yang ada. Salah satunya adalah halangan respirasi seluler karena terhalangnya pemakaian oksigen sebagai sumber energi utama. Sebagai contoh adalah sel otot jantung yang sangat peka terhadap kebutuhan oksigen dalam metabolisme selnya. Bila kebutuhan berkurang, maka terjadi cidera sel yang berakibat  infark pada ototjantung.Selain itu hambatan metabolisme sintesa protein dalam sel  juga akan berakibat terjadinya cidera sel. 8. Kerusakan DNA



6



DNA yang mengalami kerusakan tidak akan segera terlihat kecuali pada DNA sel daerah genom yang diturunkan. Kerusakan DNA akan mudah terlihat pada sel yang aktif membelah diri seperti sel epitel yang terkena radiasi. 9. Defisiensi metabolit Beberapa metabolit esensial seperti glukosa, hormon dan oksigen bila mengalami defisisensi maka akan terjadi cidera pada sel. Sebagai contoh pada sel neuron serebral yang sangat tergantung dan sangat membutuhkan oksigen dan glukosa. Bila terjadi defisiensi oksigen dan glukosa  maka sel neuron akan mengalami cidera. C. Penuaan Sel Berbagai penurunan fungsi sel secara progresif terjadi beriringan dengan penuaan sel. Fungsi sintesa protein dan enzimatik serta pembetukan ATP menurun sehingga daya tahannya akan berkurang termasuk ketika mendapatkan cidera yang diakhiri oleh kematian sel tersebut. Secara morfologik sel tua mengalami beberapa perubahan sebagai berikut: 1. Ketidakteraturan inti 2. Mitokondria bervakuola 3. Pengurangan retikulum endoplasma 4. Penyimpangan aparatus golgi 5. Kerusakan membran sel Proses penuaan sel dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi teori penuaan sel intrinsik merupakan penjelasan yang mudah diterima. Teori ini menyatakan bahwa proses penuaan sel terjadi karena pemrograman genetik yang telah ditetapkan. Penjelasannya adalah bahwa telah diketahui fibroblas dalam sel manusia memiliki rentang masa hidup tertentu. Fibroblas manusia dewasa normal akan berhenti membelah dan menjadi menua setelah kurang lebih 50 kali penggandaan. Pada saat masih menjadi neonatus penggandaan sel dengan cara membelah sekitar 65 kali berbeda dengan penderita progeria yang fibroblasnya hanya sekitar 35 kali membelah.



7



2.3 Kelainan Kongenital Kelainan kongenital adalah kelainan pada tubuh yang muncul sejak dari periodekonsepsi sel telur yang umumnya dilahirkan dengan berat lahir rendah. Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Ilmu yang mempelajari kelainan bawaan disebut dismorfologi A. Kelainan Tunggal (Single Abnormalities) 1. Malformasi Malformasi adalah suatu proses kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau ketidaksempurnaan dari satu atau lebih proses embriogenesis. Perkembangan awal dari suatu jaringan atau organ tersebut berhenti, melambat atau menyimpang sehingga menyebabkan terjadinya suatu kelainan struktur yang menetap. Kelainan ini mungkin terbatas hanya pada satu daerah anatomi, mengenai seluruh organ, atau mengenai berbagai sistem tubuh yang berbeda. 2. Deformasi Deformasi terbentuk akibat adanya tekanan mekanik yang abnormal sehingga mengubah bentuk, ukuran atau posisi sebagian dari tubuh yang semula berkembang normal, misalnya kaki bengkok atau mikrognatia (mandibula yang kecil). Tekanan ini dapat disebabkan oleh keterbatasan ruang dalam uterus ataupun faktor ibu seperti primigravida, panggul sempit, abnormalitas uterus seperti uterus bikornus, kehamilan kembar. 3. Disrupsi Defek struktur juga dapat disebabkan oleh destruksi pada jaringan yang semula berkembang normal. Berbeda dengan deformasi yang hanya disebabkan oleh tekanan mekanik, disrupsi dapat disebabkan oleh iskemia, perdarahan atau perlekatan. Kelainan akibat disrupsi biasanya mengenai beberapa jaringan yang berbeda. Perlu ditekankan bahwa bahwa baik deformasi maupun disrupsi biasanya mengenai struktur yang semula berkembang normal dan tidak menyebabkan kelainan intrinsik pada jaringan yang terkena.



8



4. Displasia Patogenesis lain yang penting dalam terjadinya kelainan kongenital adalah displasia. Istilah displasia dimaksudkan dengan kerusakan (kelainan struktur) akibat fungsi atau organisasi sel abnormal, mengenai satu macam jaringan di seluruh tubuh. Sebagian kecil dari kelainan ini terdapat penyimpangan biokimia di dalam sel, biasanya mengenai kelainan produksi enzim atau sintesis protein. Sebagian besar disebabkan oleh mutasi gen. Karena jaringan itu sendiri abnormal secara intrinsik, efek klinisnya menetap atau semakin buruk. Ini berbeda dengan ketiga patogenesis terdahulu. Malformasi, deformasi, dan disrupsi menyebabkan efek dalam kurun waktu yang jelas, meskipun kelainan yang ditimbulkannya mungkin berlangsung lama, tetapi penyebabnya relatif berlangsung singkat. Displasia dapat terus menerus menimbulkan perubahan kelainan seumur hidup. B. Kelainan Ganda (Multiple Abnormalities) 1. Sekuens Sekuens adalah kelainan ganda yang terjadi akibat efek domino atau diawali oleh satu kejadian utama (primer) yang memicu kejadian berikutnya. Hal ini sering terjadi akibat malformasi organ tunggal. Contoh, pada sekuens ‘Potter’, kebocoran yang kronis pada cairan amnion atau gangguan aliran urin menyebabkan oligohidramnion. Hal tersebut



kemudian



mengakibabkan



desakan



pada



janin



yang



mengakibatkan dislokasi panggul, talipes dan hipoplasia pulmonal. 2. Sindroma Pada prakteknya istilah sindroma digunakan secara lebih luas. Misalnya sebutan sindroma amniotic band. Tetapi secara teori istilah sindroma digunakan untuk bentuk abnormalitas yang seringkali sudah diketahui



penyebabnya.



Penyebab tersebut



diantaranya



adalah



abnormalitas kromosom seperti sindroma Down dan kerusakan gen tunggal seperti sindroma Van der Woude yaitu sumbing bibir/palatum yang berasosiasi dengan celah pada bibir bawah (lip pit). Saat ini sudah dikenal ribuan sindroma malformasi ganda. Bidang ilmu yang



9



khusus mempelajari sindroma disebut dismorfologi. Diagnosis individu yang menderita sindroma dapat dilakukan dengan bantuan database komputer dengan memasukkan beberapa kata kunci berupa kondisi abnormal pada pasien. Misalnya dengan software database London Dysmorphology Database (LDDB) yang diterbitkan oleh Universitas Oxford dan Pictures of Standard Syndromes and Undiagnosed Malformations (POSSUM) yang diterbitkan oleh The Murdoch Institute for Research into Birth Defects di Melbourne. Walaupun demikian diagnosis beberapa kondisi dismorfik masih belum dapat ditegakkan sehingga sangat sulit mendapatkan informasi yang akurat tentang prognosis dan resiko berulangnya. 3. Asosiasi Istilah asosiasi digunakan untuk kondisi malformasi tertentu yang cenderung terjadi secara bersama-sama yang tidak dapat dijelaskan melalui proses sindroma dan sekuens. Perbedaannya dengan sindroma adalah pada asosiasi terdapat rendahnya kesamaan abnormalitas dari satu individu dibanding individu lainnya dan tidak adanya penjelasan yang memuaskan tentang penyebabnya. Asosiasi seringkali dinamai dengan menyingkat organ atau sistem organ yang mengalami abnormalitas. Contoh: VATER, merupakan asosiasi dari abnormalitas pada Vertebral, Anal, Tracheo-Esophageal dan Renal. Asosiasi mempunyai resiko berulang yang rendah dan secara umum tidak disebabkan oleh genetik walaupun penyebabnya seringkali belum diketahui. 2.4 Pertumbuhan Sel dan Diferensiasi Pertumbuhan merupakan suatu ciri fundamental dari seluruh makhluk hidup. Pertumbuhan diartikan secara sederhana sebagai suatu pertambahan ukuran, Sebagai contoh, ukuran sel tumbuhan mungkin menjadi lebih besar pada saat menyerap air melalui osmosis, tetapi proses ini akan kembali ke ukuran asal dan oleh karenannya tidak bisa diartikan sebagai pertumbuhan yang sebenarnya. Juga, selama pembelahan zigot dan embrio awal, dalam hal



10



ini peningkatan jumlah sel tanpa peningkatan dalam ukuran (volume atau massa). Berawal dari satu individu sel, pertumbuhan organisme multiseluler dapat dibagi menjadi 3 fase 1. Pembelahan sel (hyperplasia), suatu peningkatan jumlah sel sebagai suatu hasil pembelahan mitosis dan pembelahan sel 2. Ekspansi sel (hypertrophy), suatu peningkatan ukuran sel yang irreversible sebagai hasil dari pengambilan air atau sintesis dalam protoplasma. 3. Diferensiasi sel, spesialisasi sel, dalam pengertian disini tumbuh juga mencakup berkembang. Setiap proses dapat terjadi pada waktu tertentu yang terpisah. Contohnya, pembelahan yang sudah disebutkan di atas. Suatu peningkatan dalam volume tanpa perubahan jumlah sel mungkin juga terjadi, seperti pada daerah dari sel yang mengalami pemanjangan pada ujung akar dan ujung batang pada tumbuhan tinggi. Dalam kasus organisme bersel tunggal seperti bakteri, pembelahan sel berkaitan dengan reproduksi (bukan pertumbuhan dari individu tapi pertumbuhan dari populasi). Seluruh tahapan pertumbuhan mencakup aktivitas biokimiawi. Sintesis protein merupakan bagian penting, karena hal ini berarti pesan-pesan dari DNA diekspresikan dalam sintesis enzim oleh sel. Enzim-enzim mengontrol aktivitas sel. Perubahan-perubahan pada tingkat sel membawa perubahan dalam keseluruhan bentuk dan struktur, baik pada tingkat organ-organ tersendiri maupun organisme secara keseluruhan, dan proses ini dikenal sebagai morfogenesis. Definisi pertumbuhan sebaiknya memenuhi kriteria peningkatan dalam ukuran yang terjadi pada seluruh organisme bersel tunggal sampai hewan dan tumbuhan tingkat tinggi, yang mencerminkan aktivitas metabolisme



berasosiasi



dengan



pertumbuhan.



Pertumbuhan



dapat



didefinisikan sebagai suatu peningkatan dalam berat kering protoplasma yang irreversible. Pada pengertian disini mencerminkan suatu pengingkatan dalam jumlah protein yang sudah disintesis, dan fakta bahwa proses sisntesis protein membentuk dasar pertumbuhan. Pertumbuhan bisa positif atau negatif.



11



Pertumbuhan positif terjadi bila anabolisme melebihi katabolisme, sedangkan petumbuhan negatif terjadi bila katabolisme melebihi anabolisme. Sebagai contoh, dalam peristiwa perkecambahan biji dan produksi semaian berdasarkan variasi parameter fisik, besarnya meningkat, seperti jumlah sel, ukuran sel, berat basah, panjang, volume dan kompleksitas bentuk, tetapi pada sisi lain seperti berat kering secara aktual menurun. Dari definisi, perkecambahan dalam kasus ini adalah contoh yang tepat saat pertumbuhan negatif. Berbeda dengan sebagian besar hewan yang memiliki pertumbuhan terbatas, sebagian besar tumbuhan terus tumbuh selama mereka masih hidup, suatu keadaan yang dikenal sebagai pertumbuhan tidak terbatas. Walapun demikian untuk organ tumbuhan tertentu, seperti daun dan bunga, memperlihatkan pertumbuhan yang terbatas. Selama tumbuhan masih mampu untuk bertahan hidup, tumbuhan dapat tumbuh tidak terbatas karena tumbuhan memiliki jaringan embrionik yang selalu tersedia, yang disebut meristem, pada daerah pertumbuhan. Sel-sel meristematik terus membelah menghasilkan sel-sel baru. Beberapa produk pembelahan ini tetap berada pada daerah meristematik untuk menghasilkan lebih banyak lagi sel. Sementara yang lain menjadi terspesialisasi dan digabungkan ke dalam jaringan dan organ tumbuhan yang sedang tumbuh. Sel-sel yang tetap berfungsi untuk menghasilkan sel-sel baru di dalam meristem disebut sel-sel inisial atau permulaan. Sel-sel baru yang digantikan dari meristem, yang disebut derivatif atau turunan, terus membelah selama beberapa saat, sampai sel-sel yang mereka hasilkan mulai mengalami spesialisasi di dalam jaringan yang sedang berkembang. Pola pertumbuhan tumbuhan bergantung pada letak meristem. Meristerm apikal, berada pada ujung akar dan pada pucuk tunas, menghasilkan sel-sel bagi tumbuhan untuk tumbuh memanjang. Pemanjangan ini disebut pertumbuhan primer, memungkinkan akar membuat jalinan di dalam tanah dan tunas untuk meningkatkan pemaparannya terhadap cahaya matahari dan karbon dioksida.



12



2.5 Respond Radang. Inflamasi atau peradangan adalah upaya tubuh untuk perlindungan diri, tujuannya adalah untuk menghilangkan rangsangan berbahaya, termasuk sel-sel yang rusak, iritasi, atau patogen dan memulai proses penyembuhan. Kata inflamasi berasal dari bahasa Latin "inflammo", yang berarti "Saya dibakar, saya menyalakan". Peradangan adalah bagian dari respon kekebalan tubuh. Ketika sesuatu yang berbahaya atau menjengkelkan mempengaruhi bagian dari tubuh kita, ada respon biologis untuk mencoba untuk menghapusnya, tanda-tanda dan gejala peradangan, peradangan akut khusus, menunjukkan bahwa tubuh sedang berusaha untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Peradangan tidak berarti infeksi, bahkan ketika infeksi menyebabkan peradangan. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur, sedangkan peradangan adalah respon tubuh untuk itu. Ketika terjadi luka, sel darah putih basofil dan dan sel mast akan mengeluarkan senyawa kimia histamin yang menjadi respon awal peradangan. Selain itu, mikroorganisme yang masuk ke dalam jaringan juga akan mengeluarkan senyawa kimia yang memperkuat sinyal tersebut. Selain itu, leukosit dan jaringan yang rusak juga akan menghasilkan prostaglandin yang memicu pembesaran dan permeabilitas pembuluh darah. Prostaglandin juga akan meningkatkan aliran darah lokal ke daerah terjadinya luka tersebut. Pembesaran pembuluh darah dan peningkatan aliran darah akan meningkatkan jumlah faktor pembekuan darah agar darah lekas membeku dan menghalangi mikroorganisme untuk menyebar ke jaringan lain. Jaringan yang luka akan mengeluarkan zat kimia kemokin untuk mengundang sel-sel fagosit. Sel fagosit adalah sel yang memiliki kemampuan memfagosit / menelan benda asing yang masuk ke dalam jaringan tubuh. Peristiwa datangnya sel fagosit yang dipengaruhi oleh pelepasan senyawa kimia merupakan contoh peristiwa kemotaksis. Sel fagosit yang pertama datang adalah neutrofil, merupakan sel darah putih yang paling banyak dalam darah. Kemudian diikuti oleh monosit yang akan berkembang menjadi makrofag, sel fagosit yang paling besar. Sel-sel



13



tersebut akan menelan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh serta mencernanya dengan enzim yang terdapat pada lisosom. Walaupun jumlah neutrofil lebih banyak, namun kinerja dari makrofag terbukti lebih bagus dalam mencerna mikroorganisme yang menginveksi. Inveksi yang parah juga dapat memicu meningkatnya suhu tubuh yang penting dalam respon peradangan tersebut. Suhu tubuh yang sangat tinggi memang berbahaya bagi manusia, namun peningkatan suhu yang terkontrol dapat membantu tubuh dalam melawan mikroorganisme yang menyerang. Beberapa mikroorganisme tidak dapat bertahan hidup menghadapi suhu yang agak tinggi. Selain itu, suhu yang meningkat akan meningkatkan laju metabolisme tubuh uantuk mempercepat proses penyembuhan. Warna kemerahan pada radang tercipta karena banyaknya darah yang mengalir di daerah tersebut. Pembuluh arteri akan dibesarkan sedangkan vena akan dikecilkan untuk menghambat darah keluar dari daerah tersebut. Darah yang terhambat memiliki tekanan tinggi sehingga memicu cairan keluar dari pembuluh darah dan tertimbun dalam jaringan, peristiwa yang disebut edema. Tertimbunnya cairan ini akan membuat jaringan tersebut membesar dan nampak kencang.



14



BAB III PENUTUP



3.1 Simpulan 1. Konsep Dasar Patologi dan Patofisiologi a. Konsep Patologi Patologi merupakan ilmu yang mempelajari penyakit, meliputi pengetahuan dan pemahaman dari perubahan fungsi dan struktur pada penyakit, mulai tingkat molekuler sampai pengaruhnya pada setiap individ b. Konsep Patofisiologi Patofisiologi adalah studi mengenai fungsi-fungsi yang mengalami gangguan atau fungsi-fungsi yang berubah akibat proses penyakit 2. Terdapat 4 tipe adaptasi selular : a. Hipertrofi b. Metaplasia c. Atrofi d. Hiperplasia Beberapa jenis penyebab jejas yaitu: a. Penyebab fisik b. Penyebab Kimiawi c. Penyebab mikrobiologi d. Penyebab reaksi e. Kekuatan mekanis f. Kegagalan keutuhan membran g. Hambatan metabolisme h. Kerusakan DNA i. Defisiensi metabolit Secara morfologik sel tua mengalami beberapa perubahan sebagai berikut: 15



a. Ketidakteraturan inti b. Mitokondria bervakuola c. Pengurangan retikulum endoplasma d. Penyimpangan aparatus golgi e. Kerusakan membran sel 3.



Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik



4. Pertumbuhan merupakan suatu ciri fundamental dari seluruh makhluk hidup. Pertumbuhan diartikan secara sederhana sebagai suatu pertambahan ukuran 5. Peradangan adalah bagian dari respon kekebalan tubuh. Ketika sesuatu yang berbahaya atau menjengkelkan mempengaruhi bagian dari tubuh kita, ada respon biologis untuk mencoba untuk menghapusnya, tanda-tanda dan gejala peradangan, peradangan akut khusus,



menunjukkan



bahwa



tubuh



sedang



berusaha



untuk



menyembuhkan dirinya sendiri.



3.2 saran penulis sarankan 1.



makalah selanjutnya dapat membahas tentang proses infeksi



2. Makalah slanjutnya dapat membahas tetng proses pengobatan penyakit



16



DAFTAR PUSTAKA Effendi SH, Indrasanto E. 2008. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Jakarta: IDAI. Robins dkk. 2007.Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta: EGC Suyanto. 2013. Patologi III. Jakarta: PPSDM Kemenkes RI



17