Kristologi [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Eri
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KRISTOLOGI DALAM SEJARAH GEREJA (DOGMATIKA) DOSEN PENGAMPU : SETINAWATI, M.Th



DISUSUN OLEH : ERI (180211590)



KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI (IAKN) PALANGKA RAYA TAHUN 2020



BAB I PENDAHULUAN



A. Pertanyaan mengenai “Siapakah Yesus Kristus?” adalah pertanyaan yang penting sekali dijawab oleh setiap orang beriman. Yesus sendiri telah mengajukan pertanyaan itu kepada murid-muridNya: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”, yang lalu dijawab Petrus : “Engkau adalah Mesias” (Mrk 8:29) atau Marta: “Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia” (Yoh. 11:27). Pertanyaan tentang “siapakah Yesus bagimu” tidak hanya dijawab murid-murid angkatan-angkatan pertama, tetapi juga mengundang setiap angkatan orang beriman dan setiap murid untuk memberikan jawaban sesuai dengan kebutuhan dan konteksnya masing-masing. Dalam teologi bidang Kristologi memiliki tugas menjawab: siapakah Yesus yang lahir dan hidup pada waktu dan tempat tertentu itu, yang kemudian diimani sebagai Allah yang menyatakan diri kepada manusia Kristologi adalah teologi tentang Kristus. Jelasnya bahwa kristologi menaruh perhatian terhadap masalah hubungan antara yang Ilahi dan apa yang insani dalam pribadi Yesus Kristus. Jadi kristologi adalah suatu upaya menjelaskan pokok iman Kristen tentang Yesus Kristus. Refleksi teologis atas pengajaran dan perbuatan Yesus melahirkan pemahaman kristologis yang dinyatakan melalui berbagai ungkapan, gelar dan gambar figuratif Yesus. B. Rumusan masalah 1. Mengatahui Perkembangan Kristologi Dalam Sejarah 2. Mengatahui Kristologi Sebelum Reformasi. 3. Mengatahui Kristologi Setelah Reformasi.



BAB II PEMBAHASAN



Perkembangan Kristologi Dalam Sejarah A. Kristologi Sebelum Reformasi 1. Sampai Konsili Chalcedon • Kepercayaan mula-mula. Dalam literatur Kristen mula-mula, Kristus disebutkan sebagai Allah dan manusia, Anak Manusia juga Anak Allah. Ia dipercaya sebagai orang tanpa dosa dan merupakan tujuan penyembahan yang paling benar. • Kaum Ebionit. Beberapa saat setelah itu terjadilah tekanan yang hebat dari monoteisme Yudaisme yang memberi banyak pengaruh kepada orang-orang Kristen mula-mula yang berlatar belakang Yahudi. Hal ini memicu lahirnya golongan “Ebionit” yang terpaksa menyangkal keilahian Kristus. Mereka menganggap-Nya sebagai manusia biasa, anak Yusuf dan Maria yang memperoleh kualitas-Nya setelah dibaptiskan menjadi Mesias oleh karena Roh Kudus turun ke atas-Nya. • Kaum Alogi. Dalam gereja mula-mula muncul juga kelompok lain yang doktrinnya mirip dengan kaum Ebionit yakni kaum Alogi. Mereka menolak doktrin Yohanes tentang Logos yang dianggapnya bertentangan dengan seluruh PB. Mereka juga menganggap Yesus hanyalah manusia biasa, walaupun secara ajaib dilahirkan oleh seorang perawan dan mereka mengajarkan bahwa Kristus turun ke atas Yesus pada saat baptisan, menyebabkan Dia memiliki kekuatan supranatural. Tokoh utama ajaran semacam ini adalah Paulus dari Samosata. • Kaum Gnostik. Secara historis, kalau ada golongan-golongan yang menekankan kemanusiaan Yesus saja, ada juga golongan-golongan yang menekankan keilahian-Nya saja. Gnostik salah satu di antaranya. • Arianisme (Arian). Arianisme membedakan antar Kristus dan Logos yang dilihat sebagai pikiran ilahi. Kristus disebut sebagai ciptaan yang ada secara pratemporal (sebelum waktu), bersifat melebihi manusia, ciptaan pertama dan bukan Allah. • Menuju Konsili Chalcedon. Setelah keilahian Sang Putera ditetapkan dalam Konsili Nicea, timbullah persoalan baru yakni hubungan antara keilahian dan kemanusiaan-Nya. Pada saat ini



muncullah berbagai pandangan seperti Apollinaris yang berpendapat bahwa Logos itulah roh Yesus, Theodore dari Mopsuestia dan Nestorius dari Konstantinopel yang mengatakan bahwa Logos itu hanya sekedar moral yang tinggal di dalam Yesus, Cyrillius dari Alexandria maupun Eutycus yang mengatakan bahwa natur manusia Yesus diambil dari natur ilahi-Nya. Sehingga menimbulkan perdebatan yang hebat, baik secara langsung maupun lewat surat, sehingga diadakannya Konsili Efesus (tahun 431). 2. Setelah Konsili Chalcedon Setelah Konsili Chalcedon selesai, masalah belumlah selesai. Mulai muncul masalah masalah baru. Salah satu di antaranya adalah menyangkut kepribadian Kristus. • Leontius berpendapat bahwa natur manusia Kristus bukanlah berpribadi (impersonal) melainkan berada dalam pribadi (inpersonal). • Yohanis dari damascus mengatakan bahwa terdapat hubungan yang terus menerus antara natur ilahi dan natur manusia Yesus. Ia cenderung merendahkan natur manusia Yesus sampai sekedar menjadi organ/alat bagi Logos dan yakin bahwa pribadi yang satu itu bertindak dan berkehendak dalam setiap natur walaupun kehendak manusiawi-Nya selalu berada di bawah kehendak ilahi. • Bishop Felix dari Urgella mengemukakan doktrin “Adopsianisme” yang berpandangan bahwa Kristus dalam sisi manusia-Nya sebagai seorang Anak Allah semata-mata karena adopsi. • Abad Pertengahan. Yang paling menonjol adalah Thomas Aquinas yang berpandangan bahwa pribadi logos menjadi komposit (gabungan) dalam inkarnasi. Yesus tidak memiliki 2 pribadi melainkan 1 pribadi. B. Kristologi Setelah Reformasi 1. Sampai abad 19



Reformasi tidak membuat perubahan besar dalam doktrin pribadi Kristus. Baik gereja Roma Katholik dan gereja-gereja Reformasi (Protestan) menerima doktrin Kristus sebagaimana dikemukakan dalam konsili Chalcedon. Doktrin Luther akan kehadiran fisik Kristus dalam Perjamuan Kudus mengatakan bahwa setiap natur Kristus mengalirkan natur yang lain dan kemanusiaan-Nya mengambil bagian dalam dalam atribut-atribut Ilahi-Nya. Mereka berpegang bahwa sifat mahakuasa, mahatahu dan mahahadir diberikan pada natur manusia pada saat inkarnasi. Doktrin semacam ini mengakibatkan perbedaan pendapat di antara teolog Lutheran : • Sebagian berpendapat bahwa Kristus menyingkirkan sifat-sifat Ilahi-Nya yang Ia terima pada saat inkarnasi, atau hanya memakai sifat-sifat itu pada waktu tertentu. • Sebagian yang lain berpendapat bahwa Ia tetap memiliki sifat-sifat itu sepanjang masa kehidupan-Nya di dunia, akan tetapi hanya memakainya secara diam-diam. Calvin dan teolog-teolog Reformed Teolog-teolog Reformed melihat adanya pendapat Eutychianisme atau campuran kedua natur Kristus dalam doktrin Lutheran. Teolog Reformed mengajarkan bahwa setelah inkarnasi, segala sifat dan karakteristik dari kedua natur dapat ditunjukkan pada satu pribadi Kristus. Pribadi Kristus dapat disebut mahatahu, akan tetapi juga memiliki pengetahuan yang terbatas; dapat dianggap sebagai mahahadir, tetapi juga terbatas pada suatu waktu tertentu dalam sebuah tempat. John Calvin : “karena bahkan ketika Firman dalam hakikat-Nya yan terbatas, bersatu dengan hakikat manusia dalam satu pribadi, kami tidak membayangkan bahwa Ia dibatasi di dalamnya. Ini adalah sesuatu yang menakjubkan. Anak Allah turun dari surga dengan cara sedemikian rupa, sehingga tanpa meninggalkan surga. Ia mau dikandung dalam kandungan perawan, berjalan-jalan di bumi dan tergantung di kayu salib, tetapi Ia secara terus menerus memenuhi alam semesta seperti yang Ia sudah lakukan sejak semula.” 2. Di abad 19



Pada awal abad 19 terjadi perubahan besar dalam studi tentang Kristus yang dikenal dengan “Masa Kristologi Kedua” yang dipelopori oleh Friedrich Schleiermacher. Pada masa ini Kristologi telah berubah dari sifat teosentrisnya (berpusat pada Allah) menjadi sifat antroposentris (berpusat pada manusia) karena anggapan bahwa hal yang lebih baik dapat dicapai dengan cara memulainya lebih dekat dengan manusia, yaitu dengan cara mempelajari Yesus yang historis atau yang lebih dikenal dengan istilah “Yesus Historis” atau “”Yesus Sejarah”. Sudut pandang semacam ini mengakibatkan hancurnya iman gereja. Teologi ini menolak semua kata Alkitab dengan berkata : “Itu kan kata Alkitab” . Didukung oleh semangat rasionalisme, gerakan ini akhirnya meragukan nilai “Yesus Sejarah” yang disebut Alkitab. Gerakan inilah yang memunculkan teologi Liberal dengan “Kritik Historis”nya atas Alkitab. Tokoh-tokohnya yang terkenal selain Schleiermacher adalah Strauss, Albert Schweitzer, dan Rudolf Bultman yang terkenal dengan ‘demitologisasi’nya pada pertengahan abad 20. BEBERAPA GELAR KRISTOLOGIS YANG DIKENAKAN PADA YESUS a. Yesus adalah Anak Allah (HUIOS THEOS) atau PUTRA ELOHIM Nama Yesus — bentuk Yunani dari nama Ibrani Yehosyua — berarti “TUHAN menolong, yaitu menolong umatNya”. Para penulis PB benar-benar menyadari arti ini (Mat. 1:21). Yesus adalah nama pribadi Juruselamat. Gelar Anak Allah yang dikenakan kepada Yesus mengungkapkan kedudukan dan hubunganNya dengan Allah. Di dalam alam pemikiran Yahudi-Palestina, gelar ‘anak Allah’ dapat mengacu kepada, dengan urutan yang makin meningkat, setiap orang dari antara anak-anak Israel; atau khususnya kepada mesias rajani atau oknum sorgawi. Dengan kata lain, gelar ‘anak Allah’ senantiasa dipahami sebagai kiasan. Kharismatis pembuat mujizat dan pengusir setan, dan kesadaran-Nya bahwa Ia berada dalam suatu hubungan yang khusus dengan Allah, Bapa SorgawiNya - Laporan Alkitab, khususnya Injil Yohanes yang menyatakan mengenai kesatuan Anak dan Bapa (Yoh: 5:19, 4:34, 6:38, 7:28, 8:42), sebagai kesatuan yang menjelaskan ke-Allahan Yesus Kristus. - Injil Yohanes juga menyatakan mengenai gelar “Anak Allah” dalam hubungan misi Anak adalah Misi Bapa. Misi keselamatan Yesus adalah meliputi kematian-Nya (Yohanes 12:23-24). Tuhan



Yesus sendiri menyadari sepenuhnya mengenai tujuan misiNya, yaitu kematianNya (Yoh 2:4, 12:23, 27, 13:1, 17:1). nyataan Allah sendiri : ”Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNya Aku berkenan” (Mrk 11:11, 9:7); Penyataan Allah melalui penyataan Petrus (Mat 16:16). - Pengakuan orang: Yohanes Pembaptis (Yoh 1:34), Natanael (Yoh 1:49), Marta (Yoh 11:27), semuanya mengaku bahwa Yesus adalah Anak Allah. - Pengakuan orang kafir (Mrk 15:39), orang Yahudi menuduh Yesus yang mengklaim diri sebagai Anak Allah (19:7, bdg 5:17) bahkan ucapan roh jahat (Mrk 5:7). - Perbuatan Tuhan Yesus menerangkan mengenai diriNya sebagai Anak (10:37, bdg 11:4) dan Yesus sendiri menerima gelar “Anak Allah” tersebut bagi diriNya (10:36) dengan kesadaranNya yang penuh bahwa Ia adalah Allah. - Anak memiliki kuasa yang sama dengan Bapa, yaitu memberikan hidup (5:21). Bapa memiliki hidup dari diriNya sendiri, demikian juga Ia telah memberikan kepada Anak untuk memiliki hidup di dalam diriNya sendiri (5:26). Itulah sebabnya Yesus memberikan hidup yang kekal (3:35, 6:40,47, 10:10, 17:2); Ia pun berkata “Akulah kebangkitan dan hidup” (11:25). b. Yesus adalah Anak Manusia (HUIOS ANTHROPOS) Gelar “Anak Allah” khususnya dalam tulisan Yohanes adalah dipakai secara bersinonim dengan sebutan Anak Manusia. Gelar tersebut berlatarbelakang PL, dimana istilah “be adam” (Ibrani), atau “bar ‘nasha” berarti manusia (Mzm 2:4, Yeh 2:1, 3:1). Itu bisa berarti sebagai manusia yang diutus sebagai seorang utusan Allah setelah mendapat visi dari Allah. Paralel yang paling dekat dalam pemakaian PB ialah dari (Daniel 7:13-14) yang menggambarkan mengenai “seperti seorang anak manusia” datang dengan awan-awan dari langit. Dia adalah figur surgawi dan wakil Allah. c. Yesus sebagai “ANAK DOMBA ALLAH” GELAR ‘ANAK DOMBA ALLAH’ BAGI YESUS memperlihatkan bahwa Kematian Yesus bukanlah kematian “martir” yang bermakna “mati demi mempertahankan kebenaran dan bertahan terhadap pemaksaan dari musuh-musuh Tuhan hingga akhir hayatnya”. Seseorang bisa saja



menjadi martir “sebagai tanda cinta kepada Tuhan dan kebenaranNya”, sehingga ia dibunuh dalam kemartiran dimana Tuhanlah yang menjadi pusat pembaktiannya. Namun kematian Yesus adalah KEMATIAN-KURBAN. d. Yesus adalah Mesias Dalam Injil Yohanes, pola penggunaan gelar itu sama dengan pola dalam Injil-injil lainnya. Satu dari sekian masalah pokok dalam Injil Yohanes ialah apakah Yesus memang "Mesias" yang dinanti-nantikan oleh orang Yahudi dan orang Samaria; tujuan Injil Yohanes ialah membimbing orang mempercayai hal ini. Kendati gelar "Mesias" jarang digunakan dalam Injil-injil lain, tapi dalam Injil Yohanes Yesus diakui "Mesias". ,"Yang Kudus dari Allah", "Juruselamat", "Anak Domba Allah", "Nabi", dan "Raja Israel".