Laporan ANC Terpadu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan dari 307/100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2002 menjadi 228/100.000 KH pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Namun demikian, masih diperlukan upaya keras untuk mencapai target RPJMN 2010-2014 yaitu 118/100.000 KH pada tahun 2014 dan Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), yaitu AKI 102/100.000 KH pada tahun 2015. Faktor yang berkontribusi terhadap kematian Ibu, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung kematian Ibu adalah faktor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti perdarahan, pre eklampsia/eklampsia, infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak langsung kematian Ibu adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan Ibu hamil seperti 4 TERLALU (Terlalu muda, Terlalu tua, Terlalu sering melahirkan, dan Terlalu dekat jarak kelahiran) menurut SDKI 2002 sebanyak 22,5%, maupun yang mempersulit proses penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti 3 TERLAMBAT (Terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat dalam penanganan kegawatdaruratan). Faktor berpengaruh lainnya adalah Ibu hamil yang menderita penyakit menular seperti Malaria, HIV/AIDS, Tuberkulosis, Sifilis; penyakit tidak menular seperti Hipertensi, Diabetes Mellitus, Gangguan jiwa; maupun yang mengalami kekurangan Gizi. Selain itu masih terdapat masalah dalam penggunaan kontrasepsi. Menurut data SDKI tahun 2007, angka unmet-need 9,1%. Kondisi ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kesakitan dan kematian Ibu. Selain penanganan masalah kehamilan dan komplikasi yang menyertainya, perlu diupayakan peningkatan kualitas bayi yang akan dilahirkan, melalui kegiatan brain booster meliputi stimulasi otak janin dan asupan gizi seimbang pada Ibu hamil. Masalah Kekerasan terhadap Perempuan (KtP) merupakan masalah global yang terkait dengan kesehatan dan hak asasi manusia. Ibu hamil yang mendapat kekerasan secara fisik dan psikis baik dari suami maupun orang-orang terdekatnya dapat mempengaruhi kehamilan dan perkembangan janin. Indikator yang dapat menggambarkan akses Ibu hamil terhadap pelayanan antenatal adalah cakupan K1- kontak pertama dan K4- kontak 4 kali dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, sesuai standar. Secara nasional angka cakupan pelayanan antenatal saat ini sudah tinggi, K1 mencapai 94,24% dan K4- 84,36% (data Kemenkes 2009). Walaupun demikian, masih juga ditemukan Ibu hamil yang tidak menerima pelayanan dimana seharusnya diberikan pada saat kontak dengan tenaga kesehatan (missed opportunity). 1



Di Puskesmas Banyudono 1 kabupaten Boyolali, pada tahun 2014 sampai bulan November jumlah kunjungan pertama (K1) ibu hamil ke tenaga kesehatan berjumlah 435 (92,16%) dari jumlah sasaran yang harus dicapai sekitar 472 ibu hamil. Untuk indikator kunjungan ke-empat (K4) sampai bulan November 2014 sekitar 389 ibu hamil (82,41%) dari jumlah sasaran yang harus dicapai sekitar 472 ibu hamil. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, maka pelayanan antenatal di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta dan praktik perorangan/kelompok perlu dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu, mencakup upaya promotif, preventif, sekaligus kuratif dan rehabilitatif, yang meliputi pelayanan KIA, Gizi, Pengendalian penyakit menular (Imunisasi, HIV/AIDS, TB, Malaria, Penyakit menular seksual), Penanganan penyakit kronis serta beberapa program lokal dan spesifik lainnya sesuai dengan kebutuhan program.



B. TUJUAN Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua Ibu hamil. Tujuan Umum : Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat. Tujuan Khusus : 1.



Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian ASI.



2.



Menghilangkan missed opportunity pada ibu hamil dalam mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan berkualitas.



3.



Mendeteksi secara dini kelainan/penyaki/gangguan yang diderita ibu hamil



4.



Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada ibu hamil sedini mungkin



5.



Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang ada



C. SASARAN PELAYANAN DAN PELAKU ANTENATAL CARE 1. Sasaran pelayanan Semua ibu hamil ditargetkan menjadi sasaran pelayanan antenatal terpadu 2. Sasaran pelaku pelayanan antenatal a) Tenaga kesehatan atau tenaga non-kesehatan terlatih yang memberikan pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan keluarga berencana b) Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta yang menyediakan pelayanan antenatal c) Lintas program terkait di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten atau kota d) Institusi pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan 2



e) Organisasi profesi terkait



D. METODE Penyuluhan secara langsung Evaluasi hasil dengan pengisian kuesioner (deskriptif)



E. NARASUMBER Dinas Kesehatan (diwakilkan oleh Dokter Internsip angkatan XIV)



F. WAKTU DAN TEMPAT 1. Hari, Tanggal



: Senin, 27 Oktober 2014



2. Waktu



: Pukul 11.00 WIB



3. Tempat



: Puskesmas Banyudono I Boyolali



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA I.



PUSKESMAS BANYUDONO 1 BOYOLALI A. Visi dan Misi Puskesmas 1.



Visi Mewujudkan Banyudono sehat menuju MDGs 2015



2.



Misi a.



Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara profesional



b.



Pemerataan pelayanan kesehatan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.



c.



Meningkatkan dan menumbuh kembangkan potensi masyarakat yang sudah ada dalam upaya pelayanan kesehatan mandiri.



d.



Meningkatkan motivasi dan kinerja segenap karyawan sehingga terwujud suasana kerja yang nyaman.



B. Letak geografis Puskesmas Banyudono 1 terletak di kecamatan Banyudono dengan luas wilayah 2.535,65 ha berbatasan dengan : Batas utara



: Kec. Sambi, Kec. Ngemplak



Batas selatan



: Kec. Sawit



Batas Timur



: Kec. Teras



Jumlah penduduk wilayah UPTD Puskesmas Banyudono 132.321 jiwa. Dengan perincian, laki-laki 16.135 jiwa dan perempuan 16.136 jiwa. C. Data Kesehatan Ibu dan Anak Di Puskesmas Banyudono 1 kabupaten Boyolali, pada tahun 2013 jumlah kunjungan pertama (K1) ibu hamil ke tenaga kesehatan berjumlah 452 (101,34%) dari jumlah sasaran yang harus dicapai sekitar 446 ibu hamil. Untuk indikator kunjungan ke-empat (K4) sekitar 472 (105,82%) dari jumlah sasaran sekitar 446 ibu hamil. Pada tahun 2014 sampai bulan November jumlah kunjungan pertama (K1) ibu hamil ke tenaga kesehatan berjumlah 435 (92,16%) dari jumlah sasaran yang harus dicapai sekitar 472 ibu hamil. Untuk indikator kunjungan ke-empat (K4) sampai bulan November 2014 sekitar 389 (82,41%) dari jumlah sasaran sekitar 472 ibu hamil. Walaupun pada tahun 2014 pencapaian belum maksimal, namun dari data tersebut sudah melebihi dari rata-rata data K1 dan K4 nasional tahun 2013. Selain itu target yang harus dicapai di 2014, lebih banyak dibandingkan dengan 2013. II.



PELAYANAN ANTENATAL TERPADU A. KONSEP PELAYANAN Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan persalinan, pelayanan nifas, dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas pelayanan 4



antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas. Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan normal. Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai resiko mengalami penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang berkualitas. Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara keseluruhan meliputi hal-hal sebagai berikut : 1.



Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan berlangsung sehat.



2.



Melakuan deteksi dini masalah, penyakit, dan penyulit atau komplikasi kehamilan



3.



Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman.



4.



Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi penyulit atau komplikasi.



5.



Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan.



6.



Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit atau komplikasi. Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan



pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari : 1.



Timbang berat badan Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kg selama kehamilan atau kurang dari 1 kg setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.



2.



Ukur lingkar lengan atas (LiLA) Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk screening ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kroni yang dimaksud adalah ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama, dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).



3.



Ukur tekanan darah Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungann antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (140/90 mmHg) pada kehamilan dan pre-eklamsia.



5



4.



Ukur tinggi fundus uteri Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.



5.



Hitung denyut jantung janin (DJJ) Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester satu dan selanjutnya dilakukan setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau cepat bila lebih dari 160/menit, menunjukkan adanya gawat janin.



6.



Tentukan presentasi janin Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester dua dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin.



7.



Beri imunisasi tetanus toksoid (TT) Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapatkan imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil di screening status imunisasi TTnya.



8.



Beri tablet tambah darah (tablet besi) Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.



9.



Periksa laboratorium (rutin dan khusus) Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi : a.



Pemeriksaan golongan darah Pemeriksaan golonga darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu, melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi kondisi kegawat daruratan.



b.



Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) Pemeriksaan kada hemoglobin ibu hamil dilakukan minimal 1x pada trimeter I dan 1x pada trimester III. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil menderita anemia atau tidak, karena anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kandungan



c.



Pemeriksaan protein dalam urin Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester ke II dan III atas indikasi. Pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya pre-eklamsia pada ibu hamil.



d.



Pemeriksaan kadar gula darah



6



Ibu hamil yang dicurigai menderita DM harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya, minimal 1x pada trimester I, 1x pada trimester II, dan 1x pada trimester III (terutama pada akhir trimester III). e.



Pemeriksaan darah malaria Semua ibu hamil di daerah endemis malaria, dilakukan pemeriksaan darah malaria dalam rangka screening pada kontak pertama (atas indikasi).



f.



Pemeriksaan tes sifilis Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil yang diduga sifilis. Sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.



g.



Pemeriksaan HIV Pemeriksaan HIV terutama untuk resiko tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV.



h.



Pemeriksaan BTA Dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai mederita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi tuberculosis tidak mempengaruhi kesehatan janin.



10. Tata laksana/penanganan kasus Berdasarkan pemeriksaan antenatal diatas dan pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani ssuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai sistem tujukan. 11. KIE efektif KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi : a.



Kesehatan Ibu Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara kesehatan ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamilagar beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja berat.



b.



Perilaku hidup bersih dan sehat Sikap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama kehamilannya misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari mengunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan.



c.



Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan Setiap ibu hamil perlu mendaatkan dukungan dari keluarga terutama suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan, dan calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.



7



d.



Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya bahaya selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan saat hamil. Mengenai tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan.



e.



Asupan gizi seimbang Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu.



f.



Gejala penyakit menular dan tidak menular Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular dan penyakit tidak menular, karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.



g.



Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah resiko tinggi Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang resiko penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalankan tes HIV atau tidak.



h.



Inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.



i.



KB paska persalinan Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan agar ibu punya waktu untuk merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.



j.



Imunisasi Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisai Tetanus Toksoid (TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.



k.



Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain Booster) Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk memberikn stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan.



B. JENIS PELAYANAN Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten yaitu dokter, bidan, dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 8



Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari : a) Anamnesa Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu: 1.



Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini.



2.



Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil: 



Muntah berlebihan Rasa mual dan muntah bisa muncul pada kehamilan muda terutama pada pagi hari, namun kondisi ini biasanya hilang setelah kehamilan berumur 3 bulan. Keadaan ini tidak perlu dikhawatirkan, kecuali kalau memang cukup berat, hingga tidak dapat makan dan berat badan menurun terus.







Pusing Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing sampai menggangu aktivitas sehari-hari maka perlu diwaspadai.







Sakit kepala Sakit kepala yang hebat yang timbul pada ibu hamil mungkin dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.







Perdarahan Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya seikit sudah merupakan tanda bahaya, sehingga ibu hamil harus waspada.







Nyeri perut hebat Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan kesehatan ibu dan janinnya.







Demam Demam tinggi lebih dari 2 hari perlu untuk diwaspadai.







Batuk lama Batuk lama lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan lanjut.







Berdebar-debar Jantung berdebar-debar pada ibu hamil merupakan salah satu masalah.







Cepat lelah Dalam 2 atau 3 bulan pertama kehamilan, biasanya timbul rasa lelah, mengantuk yang berlebihan dan pusing, yang biasanya terjadi pada sore hari.kemungkinan ibu menderita kurang darah.







Sesak nafas Pada akhir bulan 8, ibu hamil sering merasa sedikit sesak bila bernafas, karena bayi menekan paru-paru ibu. Namun bila hal ini terjadi berlebihan maka perlu diwaspadai.



9







Keputihan yang berbau Keputihan yang berbau merupakan salah satu tanda bahaya pada ibu hamil.







Gerakan janin Gerakan bayi mulai dirasakan ibu pada kehamilan akhir bulan ke-4. Apabila gerakan janin belum muncul pada usia kehamilan ini, gerakan semakin berkurang atau tidak ada gerakan, maka ibu hamil harus waspada.







Perilaku berubah selama hamil, seperti gaduh gelisah, menarik diri, bicara sendiri, tidak mandi, dsb Selama kehamilan, ibu bisa mengalami perubahan perilaku. Hal ini disebabkan karena perubahan hormonal. Pada kondisi yang mengganggu kesehatan ibu dan janinnya maka akan dikonsulkan ke psikiater.







Riwayat kekerasan terhadap perempuan (KtP) selama kehamilan Informasi mengenai KtP terutama ibu hamil seringkali sulit untuk digali. Korban kekerasan tidak selalu mau berterus terang pada kunjungan pertama, yang mungkin disebabkan oleh rasa takut atau belum mampu mengemukakan masalahnya kepada orang lain, termasuk petugas kesehatan. Dalam keadaan ini, petugas kesehatan diharapkan dapat mengenali korban dan memberikan dukungan agar mau membuka diri.



3.



Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat kehamilan yang sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya dan riwayat penyakit yang diderita ibu.



4.



Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid.



5.



Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.



6.



Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi, diuretika, anti vomitus, antipiretik, antibotik, obat TB, dan sebagainya.



7.



Di daerah endemis malaria, tanyakan gejala dan pemakaian obat malaria.



8.



Di daerah resiko tingi IMS, tanyakan gejal IMS dan riwayat penyakit pada pasangannya.



9.



Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah, frekuensi, dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan gizinya.



10. Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan, antara lain: 



Siapa yang akan menolong persalinan? Setiap ibu hamil yang bersalin, harus ditolong oleh tenaga kesehatan.







Dimana akan bersalin? Ibu hamil dapat bersalin di Poskesdes, Puskesmas, atau di Rumah sakit.



10







Siapa yang mendampingi ibu saat bersalin? Pada saat bersalin, ibu sebaiknya didampingi suami atau keluarga terdekat. Masyarakat/organisasi masyarakat, kader, dukun dan bidan dilibatkan untuk kesiapan dan kewaspadaan dalam menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal.







Siapa yang akan menjadi pendonor darah apabila terjadi perdarahan? Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan calon donor darah yang sewaktu-waktu dapat menyumbangkan darahnya untuk keselamatan ibu melahirkan.







Transportasi apa yang akan digunakan jika suatu saat harus dirujuk? Alat transportasi bisa berasal dari masyarakat sesuai dengan kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan untuk mengantar calon ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk tempat rujukan.







Apakah sudah disiapkan biaya untuk persalinan? Suami diharapkan dapat menyiapkan dana untuk persalinan ibu kelak. Biaya persalinan ini dapat berupa Tabulin atau Dasolin, yang dapat dipergunakan untuk membantu pembiayaan mulai antenatal, persalinan, dan kegawatdaruratan.



Informasi anamnesa bisa diperoleh dari ibu sendiri, suami, keluarga, kader ataupun sumber informasi lainnya yang dapat dipercaya. Setiap Ibu hamil, pada kunjungan pertama perlu di informasikan bahwa pelayanan antenatal selama kehamilan minimal 4 kali dan minimal 1 kali kunjungan diantar suami.



b) Pemeriksaan Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai jenis pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis (kejiwaan) ibu hamil.



Tabel Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu No



Jenis Pemeriksaan



Trimester I



Trimester II



Trimester III



Keterangan



1



Keadaan Umum



V



V



V



Rutin



2



Suhu Tubuh



V



V



V



Rutin



3



Tekanan Darah



V



V



V



Rutin



4



Berat Badan



V



V



V



Rutin



11



Rutin



5



LiLA



V



6



TFU



V



V



Rutin



7



Presentasi Janin



V



V



Rutin



8



DJJ



V



V



Rutin



9



Pemeriksaan HB



V



V



Rutin



10



Golongan Darah



V



11



Protein Urin



*



*



*



Atas Indikasi



12



Gula Darah



*



*



*



Atas Indikasi



13



Darah Malaria



*



*



*



Atas Indikasi



14



BTA



*



*



*



Atas Indikasi



15



Darah Sifilis



*



*



*



Atas Indikasi



16



Serologi HIV



*



*



*



Atas Indikasi



17



USG



*



*



*



Atas Indikasi



Rutin



Pemeriksaan laboratorium/penunjang dikerjakan sesuai tabel diatas. Apabila di fasilitas tidak tersedia, maka tenaga kesehatan harus merujuk ibu hamil ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi. c) Penanganan dan Tindak Lanjut Kasus Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium, dokter menegakkan diagnosis kerja/banding, sedangkan bidan atau perawat dapat mengenali keadaan normal dan keadaan bermasalah pada ibu hamil. Pada setiap kunjungan antenatal, semua pelayanan yang meliputi anamnesa, pemeriksaan dan penanganan yang diberikan serta rencana tindak lanjutnya harus diinformasikan kepada ibu hamil dan suaminya. Apabila ditemukan kelainan/ tidak normal pada kunjungan antenatal, maka informasikan rencana tindak lanjut termasuk perlunya rujukan. d) Pencatatan Hasil Pemeriksaan Antenatal Terpadu Setiap kali pemeriksaan, tenaga kesehatan wajib mencatat hasilnya pada rekam medis, Kartu ibu, dan buku KIA. Dengan menerapkan pencatatan sebagai bagian dari standar pelayanan, maka kualitas pelayanan antenatal dapat ditingkatkan. e) Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) yang Efektif



12



KIE yang efektif termasuk konseling, merupakan bagian dari pelayanan antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk membantu ibu hamil dalam mengatasi masalahnya. Tabel Materi KIE Efektif dalam Pelayanan Antenatal Terpadu No 1



Materi KIE Persiapan persalinan dan



Isi Pesan 



kesiagaan menghadapi



bahaya



dalam



Tabulin







Tempat persalinan







Transportasi rujukan







Penolong persalinan







Calon donor darah







Pendamping persalinan







Suami SIAGA (siap antar jaga)



Inisiasi menyusu dini dan ASI







Skin to skin contact untuk IMD



eksklusif







Kolostrum







Rawat gabung







ASI saja 6 bulan







Tidak diberi susu formula







Keinginan untuk menyusui







Penjelasan pentingnya ASI







Perawatan puting susu



3



KB paska persalinan



4



Masalah gizi



kehamilan,



persalinan dan nifas 



komplikasi



2



Tanda-tanda



Metode yang sesuai dalam masa nifas 



Suplementasi tablet besi







Mengkonsumsi garam beryodium







Mengkonsumsi makanan padat kalori dan kaya zat besi



5



6







Pemberian makanan tambahan



Masalah penyakit kronis dan







Upaya pencegahan



penyakit menular







Mengenali gejala penyakit







Menerapkan PHBS







Kepatuhan minum obat







Setiap ibu hamil mengunakan buku KIA







Bertukar pengalaman diantara ibu hamil







Senam hamil



Kelas Ibu



13



7



8



9



Brain Booster



Informasi HIV/AIDS dan IMS



Informasi KtP







Berkomunikasi dengan janin







Musik untuk stimulasi janin







Nutrisi gizi seimbang bagi ibu hamil







Definisi HIV, AIDS, dan IMS







Penularan HIV dan IMS







Pentingnya tes HIV







Pengertian kekerasan terhadap perempuan







Bentuk-bentuk KtP







Akibat KtP







Pencegahan dan penanganan KtP



14



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur Deskripsi responden berdasarkan kelompok umur di wilayah Puskesmas Banyudono 1 kecamatan Banyudono Boyolali dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.1 Deskripsi responden berdasarkan umur Umur



Responden Jumlah



Persentase (%)



30 – 40 th



13



26



41 – 50 th



25



50



51 – 60 th



6



12



61 – 70 th



6



12



50



100



Berdasarkan tabel 3.1 diketahui bahwa mayoritas responden berusia 41-50 tahun yaitu sebanyak 25 responden (50%). Faktor usia berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan yang dimiliki. Hal ini dapat dijelaskan bahwa saat semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, tetapi seperti yang dinyatakan Verner dan Davison bahwa adanya 6 faktor fisik yang dapat menghambat proses belajar pada orang dewasa, sehingga membuat penurunan pada suatu waktu dalam kekuatan berfikir dan bekerja. a. Dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan atau titik terdekat yang dapat dilihat secara jelas mulai bergerak makin jauh. Pada usia dua puluh tahun seseorang dapat melihat jelas suatu benda pada jarak 10 cm dari matanya. Sekitar usia empat puluh tahun titik dekat penglihatan itu sudah menjauh sampai 23 cm. b. Dengan bertambahnya usia, titik jauh penglihatan atau titik terjauh yang dapat dilihat secara jelas mulai berkurang, yakni makin pendek. Kedua faktor ini perlu diperhatikan dalam pengadaan dan pengunaan bahan dan alat pendidikan. c. Makin bertambah usia, makin besar pula jumlah penerangan yang diperlukan dalam suatu situasi belajar. Kalau seseorang pada usia 20 tahun memerlukan 100 Watt cahaya, maka pada usia 40 tahun diperlukan 145 Watt, dan pada usia 70 tahun seterang 300 Watt baru cukup untuk dapat melihat dengan jelas. d. Makin bertambah usia, persepsi kontras warna cenderung ke arah merah daripada spektrum. Hal ini disebabkan oleh menguningnya kornea atau lensa mata, sehingga cahaya yang masuk agak terasing. Akibatnya ialah kurang dapat dibedakannya warna-



15



warna-warna lembut. Untuk jelasnya perlu digunakan warna-warna cerah yang kontras utuk alat-alat peraga. e. Pendengaran atau kemampuan menerima suara mengurang dengan bertambahnya usia. Pada umumnya seseorang mengalami kemunduran dalam kemampuannya membedakan nada secara tajam pada tiap dasawarsa dalam hidupnya. Pria cenderung lebih cepat mundur dalam hal ini daripada wanita. Hanya 11 persen dari orang berusia 20 tahun yang mengalami kurang pendengaran. Sampai 51 persen dari orang yang berusia 70 tahun ditemukan mengalami kurang pendengaran. f. Pembedaan bunyi atau kemampuan untuk membedakan bunyi makin mengurang dengan bertambahnya usia. Dengan demikian, bicara orang lain yang terlalu cepat makin sukar ditangkapnya, dan bunyi sampingan dan suara di latar belakangnya bagai menyatu dengan bicara orang. Makin sukar pula membedakan bunyi konsonan seperti t, g, b, c, dan d. Sehingga melalui pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, pengalaman sendiri, pengalaman orang lain, lingkungan dan faktor intrinsik lainnya dapat membentuk pengetahuan seseorang dalam jangka waktu yang lama dan akan tetap bertahan sampai tua.



B. Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Deskripsi responden berdasarkan tingkat pendidikan di wilayah Puskesmas Banyudono 1 kecamatan Banyudono Boyolali dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.2 Deskripsi responden berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan



Responden Jumlah



Persentase (%)



Tidak sekolah



0



0



SD



3



6



SMP



12



24



SMA/SMK



32



64



Perguruan Tinggi



3



6



50



100



Berdasarkan tabel 3.2 diketahui bahwa mayoritas responden berpendidikan SMA/SMK yaitu sebanyak 32 responden (64%). Dari data tersebut, pendidikan responden terbanyak dari SMA/SMK. Hal ini memberikan hal berbeda dengan Teori Nursalam yang menyatakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menentukan informasi makin banyak pengetahuan, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkan. Tetapi dilain pihak pendidikan yang kurang menyebabkan daya 16



intelektualnya masih terbatas sehingga masih dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya. Budaya setempat, lingkungan dan pengaruh orang lain lebih mendominansi dalam pembentukan pengetahuan dalam dirinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang diterima oleh responden yang berpendidikan rendah dan sedang serta tidak menutup kemungkinan untuk yang berpendidikan tinggi, berasal dari lingkungan sekitarnya.



C. Deskripsi Evaluasi Penyuluhan Antenatal Care Terpadu Deskripsi tingkat pengetahuan responden berdasarkan hasil evaluasi penyuluhan antenatal care terpadu di wilayah Puskesmas Banyudono 1 kecamatan Banyudono Boyolali dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.3 Deskripsi berdasarkan evaluasi penyuluhan antenatal care terpadu Hasil



Responden Jumlah



Persentase (%)



Tidak Paham (1-3)



0



0



Kurang Paham (4-5)



9



18



Paham (6-8)



35



70



Sangat Paham (6-8)



6



12



50



100



Berdasarkan tabel 3.3 diketahui bahwa mayoritas ntingkat pemahaman responden berdasarkan hasil evaluasi penyuluhan antenatal care terpadu, sebanyak 35 responden (70%). Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman serta kesiapan tenaga kesehatan di wilayah Puskesmas Banyudono 1 sudah baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmojo bahwa pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya. Sesuai dengan kaidah pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu.



17



BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Pengetahuan tenaga kesehatan tentang pedoman penggunaan kerja dalam pelaksanaan Antenatal Care (ANC) dalam kategori baik (paham) hal ini dibuktikan bahwa keseluruhan tenaga kesehatan di wilayah Puskesmas Banyudono1 mampu memahami penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Faktor umur dan tingkat pendidikan sangat mempengaruhi penerimaan informasi yang diberikan. Akan tetapi, melalui pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, pengalaman sendiri, pengalaman orang lain, lingkungan dan faktor intrinsik lainnya dapat membentuk pengetahuan seseorang dalam jangka waktu yang lama dan akan tetap bertahan sampai tua.



B. SARAN 1.



Tenaga Kesehatan di Puskesmas Banyudono 1 agar dapat terus meningkatkan ilmu pengetahuan tentang kesehatan yang semakin lama semakin berkembang. Terutama dalam bidang Kesehatan Ibu dan Anak



2.



Tenaga Kesehatan di Puskesmas Banyudono 1 agar dapat terus meningkatkan pembinaan dan pengarahan kepada tenaga kader kesehatan yang mana sangat berperan penting sebagai lini pertama yang setiap saat berhubungan dengan masyarakat.



3.



Dinas Kesehatan dalam hal ini dapat memfasilitasi untuk kerjasama antar lini, baik itu dinas pendidikan, dinas perindustrian, dan sebagainya. Dimana kerjasama antar lini akan meningkatkan hasil yang optimal.



4.



Alur pelayanan Antenatal Care di KIA PULANG



APOTIK



IBU HAMIL



LOKET



POLI KIA



RUJUKAN POLINDES POSKESDES BPS



LABORATORIUM



RUJUK RS



BALAI PENGOBATAN



18



DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Survei Kesehatan Indra Penglihatan 1993-1996. Jakarta: Depkes RI; 1997. Notoatmodjo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003. Notoatmodjo S. Prinsip-prinsip dasar ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta; 2003. Notoatmodjo S. Teori dan aplikasi promosi kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Kemenkes Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Ibu. Jakarta 2010. Riset Kesehatan Dasar. Pedoman Pengisian Kuesioner. Tim Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. Jakarta 2007. Rostiati Endang. Evaluasi Kinerja Bidan Puskesmas dalam Pelayanan Antenatal Care (ANC) di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. UNS Press Surakarta 2011.



19