Laporan Basidiomycetes Done [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGAMATAN KAPANG KELAS BASIDIOMYCETES



LAPORAN PRAKTIKUM Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mikologi yang Dibina oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd



Oleh : Kelompok 1 Gabriela Maria Immaculata (160342606209) Ika Yana Novi Saputri (160342606210) Livia Nur Cholifah (160342606203) Norma Yustika (160342606298) Vitri Alfia Nur Aini (160342606261) Wardatun Nafisah (160342606208)



UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI November 2018



A. Topik Topik : Pengamatan Kapang Kelas Basidiomycetes B. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah : 1. Untuk mengetahui ciri-ciri morfologi koloni jamur yang termasuk dalam kelas Basidiomycetes. 2. Untuk mengetahui ciri-ciri sitologi jamur yang termasuk dalam kelas Basidiomycetes. C. Dasar Teori Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, ada yang bermanfaat dan ada yang merugikan. Jamur yang bermanfaat diantaranya adalah dapat digunakan dalam proses fermentasi alkohol, pembuatan tempe, dan menghasilkan antibiotik (Penicillium notatum). Jamur yang dapat dijadikan sebagai bahan pangan karena memiliki kandungan protein yang tinggi, seperti Volvariella volvacea dan Pleurotus ostreatus. Namun terdapat jamur yang bersifat merugikan, diantaranya jamur yang bersifat pathogen pada manusia, merusak perabot dan sebagai penyakit pada tumbuhan (Hiola, 2011). Jamur juga berperan penting dalam suatu ekosistem baik terhadap komponen biotik maupun abiotik. Jamur terlibat aktif dalam proses pembentukan dan kesuburan tanah dengan cara mendekomposisi tumbuhan dan hewan yang mati dan juga berperan dalam siklus nutrisi (Dighton dan White, 2017; Susan, dan Retnowati, 2017). Kelompok jamur yang sangat berpotensi adalah jamur makro. Jamur makro sebagian besar merupakan anggota dari filum Basidiomycota dan Ascomycota (Hibbett et al., 2007; Susan, dan Retnowati, 2017). Jamur kaya akan nilai nutrisi, baik protein, vitamin, mineral, serat, elemen dasar, rendah kalori dan tidak mengandung kolesterol. Selain itu, banyak jamur yang digunakan sebagai bahan untuk pengobatan tradisional sejak beratus-ratus tahun yang lalu (Das, 2010; Susan, dan Retnowati, 2017). Menurut Suriawira (1993); Hiola, (2011) menyatakan bahwa tempat pertumbuhan jamur adalah tempat yang mempunyai sumber nutrient, berupa karbohidrat, lemak, protein serta senyawa lainnya. Oleh



karena itu, tanah, air, bahan makanan, hewan, tanaman sampai manusia merupakan media tempat tumbuh dan perkembangan jamur. Salah satu golongan jamur yang umumnya tumbuh di alam bebas terutama di musim penghujan adalah jamur yang termasuk golongan Basidiomycota. Jamur makro seperti Basidiomycota umumnya tumbuh pada batang kayu lapuk, permukaan tanah atau serasah. Menurut Alexopoulus dan Mimn (1979); Hiola, (2011) jamur yang termasuk kelompok Basidiomycota umumnya membentuk tubuh buah atau basidiokarp



yang



berisikan



basidium



dan



basidiospora.



Bentuk



basidioskarp jamur ini ada yang tersusun atas bagian-bagian yang dinamakan akar semu (rhizoid), batang/tangkai (stipe), cawan (volva), cincin (annulus), bilah (lamella), dan tudung (pileus). Namun tidak semua jamur pada kelompok ini mempunyai bagian yang lengkap. Ada yang memiliki cincin tanpa cawan atau sebaliknya, dan juga untuk beberapa jenis lainnya kadang hanya memiliki sebagian saja. Reproduksi pada jamur ini terjadi secara aseksual dengan cara menghasilkan konidia dan secara seksual melalui perkawinan antara hifa yang berbeda jenis (Hiola, 2011). Jamur Basidiomycota umumnya hidup sebagai saprofit pada sisasisa makhluk hidup, bahkan tidak sedikit bersifat sebagai parasit yang hidup pada organisme inangnya seperti tumbuhan dan hewan. Namun ada juga jamur jenis ini yang hidupnya bersimbiosis dengan akar tumbuhan sehingga membentuk mikorhiza, yang mempunyai peranan penting bagi pertumbuhan



tanaman.



Saat



ini,



jamur



golongan



Basidiomycota



memegang peranan yang cukup penting, karena digunakan secara luas untuk makanan, kosmetik maupun pengobatan, dan telah mulai dibudidayakan (Hiola, 2011).



D. Alat dan Bahan Alat : 1. Mikroskop 2. Kaca benda 3. Kaca penutup



4. Pipet 5. Jarum inokulasi 6. Lampu spiritus 7. Silet Bahan : 1. Aquades 2. Larutan lactophenol cotton blue 3. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) 4. Jamur kuping (Auricularia auricular) E. Prosedur Kerja Kaca benda dan kaca penutup bersih disediakan terlebih dahulu.



Aquades diteteskan pada kaca benda.



Dibuat irisan tipis pada basidiocarp jamur tiram dan jamur kuping.



Dibuat sediaan kedua jamur beserta sediaan hifa jamur tersebut.



Sediaan atau preparat tersebut diamati di bawah mikroskop, meliputi hifa dan alat perkembangbiakan jamur. Selanjutnya hasil pengamatan digambar dan diberi keterangan bagian-bagiannya.



Pengamatan juga dilakukan secara makroskopis pada jamur-jamur ini beserta substratnya (jika ada), lalu Digambar morfologi jamur beserta keterangan bagian-bagiannya.



F. Data Pengamatan Gambar Jamur Tiram



Keterangan



Pengamatan Morfologi



a. tudung b. insang



1. Shape : infundibuliform 2. Margin: upturned 3. Stem shape : tapering to base 4. Cap margin : incurved 5. Gills attachment to stem : decurrent 6. Gills margin : ragged crowded 7. Gill spasing : distant



b



a



a. hifa b. hifa steril c. basidiospora



a



b



c



Gambar Jamur Kuping a



Keterangan



a. Pilleus b. Fruiting body



b



Pengamatan Morfologi



1. 2. 3. 4.



Shape : depressed Margin: Wave Stem shape : ventricose Gills attachment to stem : free 5. Gills margin : smooth 6. Gill spasing : -



a. Hifa a



Perbesaran 10x40



G. Analisis Data Jamur tiram memiliki bentukan serupa insang pada bagian permukaan



bawah



dari



infundibuliform. Memiliki



tudung.



Tudung



memiliki



bentuk



tipe



tepian atau margin bertipe upturned atau



melengkung ke atas. Bentuk batang atau stem shape adalah tapering to base atau menempel pada bagian dasar /pokok. Tepian tudung bertipe incurved atau melekuk ke dalam. Penempelan insang pada batang atau gills attachment to stem bertipe decurrent. Tepian insang atau gills margin adalah ragged crowded sedangkan jarak antar isang atau gill spasing adalah tipe distant. Pada irisan insang jamur tiram terlihat bentukan dari hifa yang memiliki basidiospora pada ujungnya disebut dengan hifa fertil dan hifa tanpa basidiospora yang disebut dengan hifa steril. Jamur kuping tidak memiliki bentukan serupa insang pada bagian permukaan bawah tudungnya. Jamur kuping memiliki permukaan bawah



yang rata atau halus tidak berlekuk-lekuk membentuk insang. Tudung memiliki bentuk tipe depressed atau berupa cekungan yang dalam. Memiliki tepian atau margin bertipe wave atau bergelombang. Bentuk batang atau stem shape adalah ventricose. Penempelan insang pada batang atau gills attachment to stem bertipe free. Tepian insang atau gills margin adalah smooth. Jamur tiram tidak memiliki insang sehingga tidak ada gill spasing. Pada irisan permukaan bawah tudung jamur kuping terlihat bentukan dari hifa yang tanpa basidiospora yang disebut dengan hifa steril. H. Pembahasan a. Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Jenis-jenis jamur pelapuk kayu banyak terdapat di hutan alam Indonesia. Salah satu jenis jamur pelapuk kayu yang sudah dikenal dan potensial ialah jamur tiram (Pleurotus spp.). Perez (2009) mengemukakan bahwa P. ostreatus merupakan salah satu fungi pendegradasi lignin aktif yang hidup secara saproft pada kayu lapuk di hutan. Menurut Andoko, dkk (2007) media dengan bahan campuran serbuk kayu dan biji – bijian dianggap lebih baik karena kandungan unsur-unsur yang dibutuhkan jamur lebih lengkap dibandingkan dengan yang berbahan serbuk kayu saja. Biji bijian biasanya sebagai campuran media jamur dalam bentuk tepung, misalkan tepung jagung sorgum dan beras. Jamur ini diproduksi secara komersial pada skala industri sebagai bahan pangan karena kelezatannya, kandungan nutrisinya, dan mampu menstimulasi kesehatan. Jamur ini juga menghasilkan beberapa metabolit sekunder yang bermanfaat untuk pengobatan. Aktivitas lignolitik jamur ini telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti biokonversi limbah pertanian,biodegradasi polutan organik, dan kontaminan industri, serta bleaching pada industri kertas (Achmad, dkk., 2011). Jamur tiram termasuk familia Agaricaceae atau Tricholomataceae dari klasis Basidiomycetes. Klasifikasi jamur tiram menurut Alexopolous (1962) adalah sebagai berikut : Divisio



: Amastigomycota



Sub-Divisio



: Basidiomycotina



Klasis



: Basidiomycetes



Ordo



: Agaricales



Familia



: Agaricaceae



Genus



: Pleurotus



Spesies



: Pleurotus sp.



Dari beberapa jenis jamur tiram tersebut, jamur tiram putih dan coklat paling banyak dibudidayakan karena produktivitasnya tinggi dan daya adaptasinya paling baik. Jamur tiram putih tumbuh membentuk rumpun dalam suatu media. Setiap rumpun mempunyai percabangan yang cukup banyak (Achmad, 2011). Menurut Gunawan (2001), ciri-ciri jamur tiram adalah daging tebal. Berwarna putih, kokoh, tetapi lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai, bau dan rasa tidak merangsang. Tangkai tidak ada atau jika ada biasanya pendek, kokoh dan tidak dipusat atau lateral (tetapi kadang-kadang dipusat), panjang 0,5-4,0 cm, gemuk, padat, kuat kering, umumnyta berambut atau berbulu kapas paling sedikit di dasar. Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti kulit karang (tiram). Tubuh buah jamur memiliki tudung (pilues) dan tangkai (stipes atau stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram berukuran 5-15 cm dan permukaan bagian bawah berlapis-lapis seperti insang berwana putih dan lunak. Sedangkan pertumbuhan tangkainya dapat pendek atau panjang (2-6 cm). Tangkai ini menyangga tudung lateral (dibagian tepi) atau eksentris (agak ke tengah) Jamur tiram bersih (Pleurotus florida dan Pleurotus ostreatus) memiliki tudung berwarna putih susu atau putih kekuning-kuningan dengan garis tengah 3-14 cm (Djarijah, 2001). Permukaan jamur tiram licin dan agak berminyak ketika lembab sedangkan bagian tepinya mulus agak bergelombang. Daging jamur cukup tebal, kokoh tapi lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai. Jika sudah terlalu tua, daging buah menjadi alot dan keras. Spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4µm. Miselium berwarna putih dan bisa tumbuh dengan cepat (Gunawan, 2001). Jamur tiram memiliki inti plasma dan



spora yang berbentuk sel – sel lepas atau bersambungan membentuk hifa dan miselium. Pada titik – titik pertemuan percabangan miselium akan terbentuk bintik kecil yang disebut pin head atau calon tubuh jamur yang akan berkembang menjadi tubuh buah jamur (Andoko, dkk., 2007). Permukaan bawah tudung dari tubuh buah muda terdapat bilah-bilah (lamela). Lamela tubuh menurun dan melekat pada tangkai. Pada lamella terdapat sel-sel pembertuk spora (basidium) yang berisi basidiospora. b. Jamur Kuping (Auricularia auricular) Jamur



Kuping



(Auricularia



spp.)



merupakan



anggota



Basidiomycetes dari Familia Auriculariaceae. Jamur ini secara alamiah tumbuh pada kayu lapuk. Tubuh buahnya berlapis lilin dan bersifat kartilaginous dengan warna bervariasi dari coklat hingga hitam terutama bila dikeringkan. Kelompok jamur ini tumbuh pada tempat dengan kelembaban tinggi (75 –90%) dengan kisaran suhu 25 –28 0C. (Chang and Quimino, 1989 dalam Mumpuni dkk, 2012). Jamur kuping merupakan salah satu kelompok jamur yang pada umumnya memiliki ukuran yang relatif besar / makroskopis, sehingga dapat diamati ciri-ciri morfologinya secara jelas dengan mata telanjang. Jamur ini banyak tumbuh didaerah yang lembab berupa kayu lapuk,



tanah di dekat sawah, tonggak



pepohonan yang telah mati dan lain-lain. Berdasarkan data pengamatan dan hasil analisis dapat kita ketahui bahwa jamur kuping memiliki ciri-ciri morfologi yaitu pilleus, fruiting body, shape : depressed, margin : wave, stem shape : ventricose / swallen, gill attachment to stem : free, gill margin : smooth, gill spasing : smooth, dan basidium : steril, dan memiliki warna coklat, ungu, kehitaman. Ciri-ciri morfologi tersebut sesuai dengan pernyataan Gunawan (2005)



yakni jamur merupakan organisme



eukariotika (sel-selnya mempunyai inti sel sejati) yang digolongkan dalam kelompok cendawan sejati. Substrat yang digunakan oleh jamur ini berupa kayu, hal ini karena jamur bukan merupakan organisme autotrof sehingga tidak dapat memproduksi makanan sendiri melainkan harus mengambil nutrisi dari organanisme yang sudah mati (seperti kayu lapuk). Hal ini sesuai dengan



teori Angriawan (2006) bahwa jamur kuping hidup soliter atau bergerombol pada batang kayu, ranting mati, tunggul kayu dan lain-lain; melekat pada substrat secara sentral atau lateral. Penyebaran pada kayu keras dan konifer. Pertumbuhan jamur banyak membutuhkan zat organik seperti selulosa, pati, lignin, dan glukosa. Penyedian nutrien bagi jamur kuping sangat diperlukan untuk mendukung proses pertumbuhannya (Irianto dkk, 2004). Jamur basidiomycetes juga memiliki ciri-ciri sitologi yang khas yaitu



memiliki



basidiospora



yang



berfungsi



sebagai



alat



perkembangbiakan generatif yang dihasilkan oleh basidium (Hastuti, 2014). Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh, basidiospora terletak pada ujung-ujung hifa yang berada diluar atau mendekati dinding sel. hal ini sesuai dengan gambar pada literatur Djarijah (2001). Faktor lain yang mempengaruhi



letak



basidispora,



basidiospora



merupakan



alat



perkembangbiakan generatif pada jamur kuping. Letak basidiospora yang berada ditepi sel memudahkan proses perkembangbiakan selanjutnya yaitu jatuhnya basidiospora di tempat yang sesuai. Spora ini akan berkecambah, kemudian akan membentuk miselium primer dengan cara pertunasan atau fragmentasi.



Gambar. Basidiocarp pada jamur kuping Sumber : Djarijah dan Djarijah, 2001 Jamur ini juga memiliki ciri-ciri sitologi yang lain yaitu tubuhnya terdiri dari hifa yang bersekat-sekat dan terjalin membentuk miselium



padat. Miselium yang tersebut dibagi menjadi 3 macam berdasarkan masa pertumbuhanya, yaitu miselium primer, sekunder dan tersier (Hastuti, 2014). Berdasarkan data pengamatan dan analisis tampak bahwa jamur yang diamati memiliki hifa yang sangat padat, yang banyak terletak diantara sisi dalam / tengah sel (diantara dinding sel). Hifa-hifa ini saling berpilin sehingga sel-selnya sulit dibedakan atau dipisahkan dengan jelas, namun pada pengamatan ini, kami tidak dapat membedakan masingmasing jenis hifa tersebut. Menurut Gunawan (2005) juga dijelaskan bahwa hifa adalah tubuh atau soma jamur (rantai sel yang membentuk rangkaian yang berupa benang) yang berasal dari spora. Pada ujung-ujung hifa tampak terdapat bulatan-bulatan kecil yang berjumlah cukup banyak. Bulatan-bulatan ini adalah basidiospora yang dihasilkan oleh basidium. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hastuti (2014) bahwa basidiospora merupakan alat perkembangbiakan generatif yang dihasilkan oleh basidium yang terdapat dalam basidiokarp. Hifa yang ujungnya terdapat basidiocarp disebut hifa fertil, artinya hifa ini menghasilkan basidiospora yang digunakan untuk perkembangbiakan, sedangkan pada hifa yang tidak memiliki ujung bulatan / basidiocarp, maka hifa ini disebut hifa steril. Pada pengamatan ini, setelah irisan sampel dibuat preparat tampak bahwa basidiospora memiliki warna coklat, sedangkan hifa tidak memiliki warna / transparan. Pengamatan dengan menggunakan lactophenol cutton blue tampak terjadi perubahan warna pada hifa yaitu menjadi berwarna biru, hal ini menjadi lebih jelas apabila dibandingkan dengan sebelum penggunaan lactophenol cutton blue. Pembahasan terkait soal diskusi akan dijelaskan sebagai berikut. Berdasarkan sampel yang telah diamati, dapat kita ketahui beberapa persamaan dan perbedaan ciri-ciri morfologi dari jamur tiram dan jamur kuping. Beberapa persamaan yang tampak pada kedua sampel jamur antara lain, berukuran makroskopis, memiliki tudung,tidak memiliki annula, dan memiliki hifa yang transparan dan lain-lain.



Beberapa perbedaan jamur tiram dan jamur kuping sebagai berikut :



No



Jenis jamur Basidiomycetes



Perbedaan



Jamur tiram



Jamur kuping



1.



shape



infundibuliform



Depressed



2.



margins



upturned



Wave



3.



stem shape



tapering to base



ventricose swallon)



4.



cap margin



Incurved



-



5.



gill attachment to Decurrent stem



Free



6.



gill margin



ragged croded



Smooth



7.



gill spacing



Distant



Smooth



8.



warna



Putih



coklat kehitaman



/



ungu



Miselium pada jamur Basidiomycetes terdiri dari 3 macam, yaitu miselium primer, miselium sekunder dan miselium tersier. Perbedaan struktur antara miselium primer, miselium sekunder, dan miselium tersier tampak pada penjelasan berikut ini.



Jamur yang sudah masak akan



memproduksi spora dan dapat dihamburkan oleh angin, dari sini perkembangan vegetatif dimulai, yaitu dengan jatuhnya basidiospora di tempat yang sesuai. Spora ini akan berkecambah, kemudian akan membentuk miselium primer dengan cara pertunasan atau fragmentasi. Pada awalnya miselium primer berinti banyak, kemudian membentuk septa / dinding pemisah sehingga menghasilkan miselium berinti satu. Septa yang ada memiliki pori pada bagian tengahnya, sehingga ada hubungan antara sitoplasma yang bersebelahan. Miselium primer ini juga sering disebut sebagai “miselium monokarion”, yang berasal dari satu spora. Selanjutnya adalah miselium sekunder sering disebut “miselium dikarion”, miselium ini memiliki inti berjumlah dua, dan pada fase ini jamur memasuki fase pembiakan generatif. Miselium sekunder ini



berkembang secara khusus, setiap inti membelah diri dan masing-masing belahan berkumpul lagi tanpa melakukan penyatuan inti (karyogami) dalam sel baru, sehingga miselium sekunder selalu bernti dua. Sedangkan jenis miselium yang terakhir adalah miselium tersier, yaitu kumpulan miselium sekunder yang terhimpun menjadi suatu jaringan yang teratur dan kompleks. Miselium tersier ini sering dikenal pula dengan basidiocarp.



Gambar. Macam-macam miselium pada Basidiomycetes Sumber : Djarijah dan Djarijah, 2001



I. Kesimpulan



1. Pada kelas Basidiomycetes mempunyai ciri-ciri morfologi yaitu pada jamur tiram (Pleurotus ostreatus) mempunyai struktur morfologi shape : infundibuliform, margin: upturned, stem shape : tapering to base, cap margin : incurved, gills attachment to stem : decurrent, gills margin : ragged crowded, gills spasing : distant, sedangkan pada jamur kuping (Auricularia auricula) memiliki struktur



morfologi



pilleus, fruiting body, shape : depressed, margin : wave, stem shape : ventricose / swallen, gill attachment to stem : free, gill margin : smooth, gill spasing : smooth, dan basidium : steril, dan memiliki warna coklat, ungu, kehitaman. 2. Pada kelas Basidiomycetes mempunyai ciri-ciri sitology yaitu mempunyai bagian-bagiannya yang meliputi basidiospora, basidia, sub hymenium, hymenium, cystidia, dan basidiales. J. Saran 1. Sebaiknya setiap kelompok membawa sampel jamur yang berbeda supaya hasilnya lebih beragam. 2. Sebaiknya mikroskop diperbaiki karena ada yang rusak dan perbesaran 400x kurang jelas sehingga tidak bisa mengamati secara maksimal. 3. Sebaiknya membawa jamur beserta substratnya supaya bisa diamati semua bagian jamur tersebut



Daftar Rujukan Achmad, E.N., Herliyana, I.Z. S., O. Permana. 2011. Karakter Morfologis dan Genetik Jamur Tiram (Pleurotus spp.). Jurnal Hortikultura 21(3):225-231. Alexopolous, C. J. 1962. Introductory Mycologys. New York : John Willey and Son’s. Andoko., Agus., Parjimo. 2007. Budidaya Jamur (Jamur Kuping, Jamur Tiram dan Jamur Merang). Jakarta : Agromedia Pustaka. Angriawan, Teddy. 2006. Budidaya jamur kuping ( auricularia auricula judae). Surakarta : Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Agribisnis Hortikultura dan Arsitektur Pertamanan. Das, 2010. Diversity and conservation of wild mushrooms in Sikkim with special reference to Barsey Rhododendron Sanctuary. NeBio, 1 (2), pp. 1-13. Dighton, J. and White, J.F. (Eds), 2017. The fungal community:its organization and role in the ecosystem. Edisi ke-4. CRC Press. Florida. Djarijah N. M, dan Djarijah A. S, 2001. Budidaya Jamur Tiram, Pembibitan, Pemeliharaan, dan Pengendalian Hama Penyakit. Yokyakarta: Kanisius. Gunawan, A. W. 2001. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta : Penebar Swadaya. Gunawan, A. W. 2005. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta : Penebar Swadaya. Hastuti, Utami.S. 2014. Penuntun Praktikum Mikologi. Malang : UMM Press. Hibbett, D.S., Binder, M., Bischoff, J.F., Blackwell, M., Cannon, P.F., Eriksson, O.E., Huhndorf, S., James, T., Kirk, P.M., Lücking, R. et al. 2007. A higher-level phylogenetic classification of the fungi. Mycological Research 111, 509-547. https://doi.org/10.1016/j.mycres. 2007.03.004. Hiola, St. Fatmah. 2011. Keanekaragaman Jamur Basidiomycota Di kawasan Gunung Bawakaraeng (Studi Kasus: Kawasan Sekitar Desa Lembanna Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa). Bionature Vol. 12 (2): Hlm: 93 – 100. Irianto,



Yuli.,



Susilowati.,



Ari.,



Wiryanto.



2004.



Pertumbuhan,



KandunganProtein,fv dan Sianida Jamur Kuping (Auricularia polytricha) pada Medium Tumbuh Serbuk Gergaji dan Ampas Tapioka dengan Penambahan Pupuk Urea The growth and contens ofprotein and cyanide



on Auricularia polytrichain medium sawdust and tapioca solid waste with urea application. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Jurusan Biologi FMIPA Bioteknologi 5 (2): 43-50, Nopember 2008, ISSN: 0216-6887, DOI: 10.13057/biotek/c050201. Mumpuni, Aris., Purnomowati dan Risyanto, Slamet. 2012. Ekplorasi Jamur Kuping (Auriculariaspp.) Indigenous Kabupaten Banyumas. Purwokerto : Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. ISBN: 978979-9204-79-0. Perez, G., J. Pangilinan, A.G. Pisabarro., L. Ramirez. 2009. Telomere Organization in the Ligninolytic Basidiomycetes Pleurotus ostreatus. Appl. Env. Microb. 75(5):1427-1436. Susan, Dewi dan Retnowati, Atik. 2017. CATATAN BEBERAPA JAMUR MAKRO DARI PULAU ENGGANO: DIVERSITAS DAN POTENSINYA. Berita Biologi 16(3).



Lampiran



Morfologi jamur tiram



Pengamatan pada mikroskop



Morfologi jamur tiram



Morfologi jamur kuping



Morfologi jamur tiram pada mikroskop Pernbesaran 400x



Pembuatan preparat jamur