Laporan Elektrolit (P) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. Judul



: Pemeriksaan kadar Kalium (Potasium)



B. Tujuan



: Mengetahui cara pemeriksaan kadar Kalium (Potasium) dan mengetahui kadar Kalium dalam serum yang diperiksa.



C. Metode



: Spektrofotometer



D. Prinsip



: Dalam lingkungan basa kalium akan dibebaskan dari ikatannya dengan protein. Kemudian akan bereaksi dengan sodium TPB untuk suspense berbentuk turbit (kekeruhan) dari potassium Tetrapenil boron.



E. Dasar Teori Kalium adalah elektrolit yang paling banyak ditemukan di cairan intraseluler (sel). Kadar kalium dalam serum hanya sedikit, dan dapat menimbulkan keadaan gagal jantung jika kadar kalium serum < 2,5 mEq/l atau >7,0 mEq/l. 80 sampai 90% kalium tubuh diekskresikan melalui ginjal. Jika terdapat kerusakan jaringan, kalium akan keluar dari sel dan masuk dalam cairan ekstraseluler (cairan interstitial dan intravaskular). Jika fungsi ginjal adekuat, kalium dalam cairan intavaskuler akan diekskresikan. Pada keadaan ekskresi kalium berlebih, terjadi defisit kalium



serum



(hipokalemia).



Namun



demikian,



jika



ginjal



mengekskresikan urin sebanyak < 600 ml perhari. Kalium akan terakumulasi dalam cairan intravaskular sehingga akan terjadi kalium serum berlebih (hiperkalemia).



Tubuh tidak mengonservasi kalium, dan ginjal mengekskresikan kalium rata-rata sebanyak 40 mEq/l perhari (berkisar antara 25 sampai 120 mEq/l atau 24 jam), bahkan dengan asupan diet rendah kalium. Kebutuhan kalium perhari adalah 3 sampai 4 gram atau sebesar 40 sampai 60 mEq/l (Kee, 2007). Tubuh menambah kalium melalui makanan (terutama daging, buah, dan sayuran)



dan obat-obatan. Selain itu, cairan ekstraseluler



menambah kalium kapan saja terdapat kerusakan sel-sel atau gerakan kalium keluar sel. Namun, peningkatan kadar kalium serum biasanya tidak terjadi kecuali terdapat penurunan yang bersamaan dengan fungsi ginjal (Horne dan Sweringen, 2000). Ekskresi kalium di ginjal meningkat seiring konsentrasi kalium plasma. Selain itu ekskresi kalium juga dipengaruhi oleh aldosteron, perubahan pH, laju aliran di ductus kolektivus, pergerakan natrium, vasopesin, dan obat-obatan. Hipokalemia biasanya menunjukkan adanya kehilangan kalium melalui usus, ginjal, dan pergerakan kalium ke dalam sel. Di ginjal, kehilangan kalium dapat diakibatkan oleh kelebihan aldostreron atau kelebihan pergerakan natrium ke tubulus distal, seperti yang dapat terjadi pada penggunaan diuretik loop atau diuretik tiazid. Hiperkalemia biasanya menunjukkan penurunan sekresi kalium urin atau yang lebih jarang, pelepasan akut dari sel atau kegagalan kalium memasuki sel. Hiperkalemia tidak baersifat persisten kecuali jika terdapat gangguan ekskresi oleh ginjal. Pada kasus sampel hemolisis, kalium akan



dilepaskan ke dalam plasma. Hal ini dapat memacu estimasi palsu kadar kalium plasma yang melonjak tajam (Callaghan, 2007). F. Pra Analitik a. Alat 1. Kuvet 2. Clinipet 50 µl, 100 µl, 500 µl, dan 1000 µl 3. Tip Kuning dan Tip Biru 4. Spektrofotometer 5. Tissue 6. Tabung sentrifuge 7. Sentrifuge b. Bahan dan Reagensia 1. Serum 2. Presipitan (PREC) 3. Tetra Penil Boron ( TPB) 4. NaOH 5. Standar K+ (5 mmol/l) G. Analitik 1. Menyiapkan alat dan bahan 2. Membuat persipitan : memipet ke dalam tabung sentrifuge 50 µl serum + 500 µl PREC dihomogenkan, dicentrifuge dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit.



Reagen Kerja Standar Supernatan



Blanko 1000 µl -



Standar 1000 µl 100 µl -



Pemeriksaan 1000 µl 100



3. Dicampur,kemudian dibaca denagn absorban standar dan pemerilksaan terhadap blanko pada panjang gelombang 578 nm setelah 15 menit. Perhitungan Kadar Kalsium =



𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟



H. Pasca Analitik Nilai normal 3,6 – 5,5 mmol/ L



× 5 mmol/L



A. Judul



: Pemeriksaan kadar Klorida



B. Tujuan



: Mengetahui cara pemeriksaan kadar Chlorida serta memantau fungsi ginjal dan untuk mendiagnosa batu ginjal.



C. Metode



: Fantus



D. Prinsip



: Menggunakan perak nitrat dengan ion kromat sebagai indikator. Ion chlorida berikatan dengan perak nitrat membentuk kompleks perak chlorida warna putih, kelebihan nitrat dengan indikator kromat terbentuk ikatan perak kromat berwarna merah coklat.



E. Dasar Teori Penetapan kadar klorida dalam urin 24 jam secara tepat dapat dilakukan menurut fantus, pada cara ini dilakukan titrasi memakai perak nitrat dengan ion kromat sebagai indikatornya. Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan konsentrasi klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada gangguan keseimbangan asam-basa, dan menghitung anion gap. Jumlah klorida pada orang dewasa normal sekitar 30 mEq per kilogram berat badan. Sekitar 88% klorida berada dalam cairan ekstraseluler dan 12% dalam cairan intrasel. Konsentrasi klorida pada bayi lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak dan dewasa.



Keseimbangan Gibbs-Donnan mengakibatkan kadar klorida dalam cairan interstisial lebih tinggi dibanding dalam plasma. Klorida dapat menembus membran sel secara pasif.11 Perbedaan kadar klorida antara cairan interstisial dan cairan intrasel disebabkan oleh perbedaan potensial dipermukaan luar dan dalam membran sel. Jumlah klorida dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara klorida yang masuk dan yang keluar. Klorida yang masuk tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Kandungan klorida dalam makanan sama dengan natrium. Orang dewasa pada keadaan normal rerata mengkonsumsi 50-200 mEq klorida perhari, dan ekskresi klorida bersama feses sekitar 1-2 mEq perhari. Drainase lambung atau usus pada diare menyebabkan ekskresi klorida mencapai 100 mEq perhari. Kadar klorida dalam keringat bervariasi, rerata 40 mEq/L. Bila pengeluaran keringat berlebihan, kehilangan klorida dapat mencapai 200 mEq per hari. Ekskresi utama klorida adalah melalui ginjal. F. Pra Analitik a. Alat 1. Rak tabung 2. Tabung reaksi 3. Pipet ukur 4. Beaker glass 5. Pipet tetes



b. Bahan dan Reagensia 1. Urin segar 2. AgNO3 3. K2Cr4 20% G. Analitik 1. Menyiapkan alat dan bahan 2. Tabung reaksi diisi 10 tetes urin menggunakan pipet tetes 1 ml. 3. Tambahkan 1 – 2 tetes larutan K2CrO4 20% dengan pipet ukur 1 ml dicampur. 4. Ditambahkan tetes demi tetes dengan pipet ukur 1 ml, larutan AgNO3 sampai terbentuk warna merah coklat yang menetap. 5. Dihitung kadar chlorida jumlah tetes larutan perak nitrat yang dipakai sama dengan gram NaCl per liter urin. H. Pasca Analitik Nilai normal : 90 – 150 mcq/L



METODE LAIN 1. Pemeriksaan dengan Spektrofotometer berdasarkan Aktivasi Enzim Prinsip : pemeriksaan klorida dengan metode spektrofotometer adalah reaksi klorida dengan merkuri thiosianat menjadi merkuri klorida dan ion thiosianat. Ion thiosianat bereaksi dengan ion ferri dan dibaca pada panjang gelombang 480 nm



2. Pemeriksaan dengan Metode Titrasi Merkurimeter Prinsip : Spesimen filtrat yang bebas protein dititrasi dengan larutan merkuri nitrat, dengan penambahan diphenylcarbazone sebagai indikator. Hg2+ yang bebas, bersama klorida membentuk larutan merkuri klorida yang tidak terionisasi14. Kelebihan ion Hg2+ bereaksi dengan diphenylcarbazone membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu. Titik akhir dari titrasi adalah saat mulai timbul perubahan warna. 3. Pemeriksaan dengan Metode Titrasi Kolorimetrik-Amperometrik Prinsip : Prinsip pemeriksaan kadar klorida dengan metode titrasi kolorimetrik-amperometrik bergantung pada generasi Ag+ dari elektroda perak yang konstan dan pada reaksi dengan klorida membentuk klorida perak tang tidak larut. Interval waktu yang digunakan sebanding dengan kadar klorida pada sampel. Nilai Rujukan Klorida 1. Serum bayi baru lahir : 94-112 mmol/L 2. Serum anak : 98-105 mmol/L 3. Serum dewasa : 95-105 mmol/L 4. Keringat anak :