20 0 404 KB
LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA DAN TEKNIK APLIKASI “DAYA HAMBAT FUNGISIDA EKSTRAK KUNYIT TERHADAP PERKEMBANGAN PATOGEN Curvularia Sp.
OLEH:
SAHBANDI NIM. C1011131169
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2017
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida. Pestisida dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan, bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa memakai bahan yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pada tahun 40-an sebagian petani di Indonesia sudah menggunakan bahan nabati sebagai pestisida (Nurmansyah. 1997). Salah satu kelompok pestisida untuk menendalikan jamur adalah fungisida nabati dari ekstrak kunyit, Kunyit (Curcuma domestica val) merupakan salah satu tanaman yang digunakan untuk pengobatan tradisional oleh nenek moyang kita sejak lama, tanaman ini berupa semak dan bersifat tahunan yang tersebar di daerah tropis dan sub tropis. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayati, E (2002) secara in vitro, membuktikan bahwa senyawa aktif dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan dan bakteri baik Gram positif maupun Gram Staphylococcus
aureus,
karena
jamur, virus,
negatif, seperti E.coli dan
kunyit mengandung
berbagai
senyawa
diantaranya adalah kurkumin dan minyak atsiri (Said, 2001). Senyawa sesquiterpen dalam minyak atsiri kunyit merupakan turunan dari senyawa terpen seperti alkohol yang bersifat bakterisida dengan merusak struktur tersier protein bakteri atau denaturasi protein (Tarwiyah, 2001). Sedangkan kurkumin adalah suatu senyawa fenolik. Turunan fenol ini akan berinteraksi dengan dinding sel bakteri, selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke dalam sel bakteri, sehingga menyebabkan presipitasi dan denaturasi
protein, akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri. sedangkan aktivitas antibakteri curcumin dengan cara menghambat proliferasi sel bakteri. Jamur C. lunata dapat menyebabkan penyakit bercak coklat pada daun maupun pada buah padi. Selain itu, jamur ini dapat menyebabkan hawar semai yang menghambat pertumbuhan padi (Semangun, 1991). Gejala pasca panen yang timbul adalah beras menjadi hitam sehingga sangat menurunkan kualitasnya. Selain jamur C. lunata, A. flavus merupakan jamur pasca panen yang menghasilkan aflatoksin. Pengaruh aflatoksin terhadap keamanan pangan menjadi nyata terkait dengan kemampuannya untuk terakumulasi dalam bahan
pangan. Potensi
bahaya
kontaminasi
aflatoksin
membutuhkan
penanganan yang tepat dan terencana, termasuk penyediaan metode untuk menganalisis keberadaan aflatoksin dalam komoditas pertanian dengan cepat (Nuryani, 2011). Oleh karena itu sangat diperlukan untuk mengurangi serangan A. flavuspada berbagai bahan pasca panen. Menurut Kordi (2004) metode yang paling baik dalam penanggulangan hama dan penyakit adalah metode yang tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penggunaan bahan alami dalam penanggulangan hama dan penyakit khususnya jamur dinilai bersifat ramah lingkungan Penggunaan bahan alami terus diteliti seperti penggunaan ekstrak rimpang lengkuas, kunyit, jahe, dan bawang putih B. Rumusan Masalah 1. Berapa persentase penghambat tertinggi pada sporulasi cendawan curvularia. 2. Apakah fungisida eksktarak kunyit mampu menghambat pertumbuhan cendawan Curvularia 3. Apakah residu bahan aktif yang terdapat dalam ekstrak kunyit mampu menekan perkecambahan konidia Curvularia. C. Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan melihat kemampuan daya hambat fungisida ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan cendawan Curvularia. D. Sebagai informasi bahwa fungisida ekstrak kunyit mempunayai kemapuan mengahambat pertumbuhan cedawan Culvularia.
II.
METODE PRAKTIKUM
A. Diagram Alir
B. Prosedur Kerja 1. Tempat dan waktu Praktikum di lakukan di laboratorium penyakit tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Parktikum di mulai pada tanggal 1 November 2016, selanjutnya acara praktikum metode cover glass pada tanggal 11 Novernber 2016, acara praktikum metode peracunan media pada tanggal 22 November 2016, dan acara praktikum metode kertas cakram pada tanggal 14 Desember 2016. 2. Alat dan bahan Alat : botol kaca, timbangan digital, blender, petridish, siler, gelas ukur, micro pipet, kertas label, kertas cakram, lampu bunsen, pinset, object glass & cover glass
Bahan
: rimpang kunyit, aquades, cendawan culvularia, media PDA,
vaselin 3. Cara kerja 1) Pembuatan Ekstrak a) Bersihkan rimpang kunyit dan timbang sebanyak 100 gr. b) Potong halus rimpang kunyit tersebut dan masukkan kedalam kertas kemudian distaples. c) Kertas yang berisi potongan rimpang kunyit tadi dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam. d) Timbang kembali potongan rimpang kunyit dan catat berat keringnya. e) Lakukan perhitungan untuk mendapatkan volume air yang akan di tambahkan. f) Timbang kembali rimpang kunyit sebanyak 100 gr. g) Haluskan dengan blender dan tambahkan larutan air sesuai dengan volume yang telah di hitung. h) Masukkan ekstrak ke dalam botol kemudian masukkan ke dalam kulkas. 2) Metode glass slide a) Masukkan ekstrak kunyit kedalam 5 botol kaca dengan masing masing volume 24,75 ml, 24,50 ml, 24 ml, 23 ml, dan 21 ml. b) Encerkan ekstrak kunyit dengan menggunakan aquadest dengan masing masing volume 0,25 ml, 0,50 ml, 1 ml, 2 ml, dan 4 ml. c) Teteskan masing masing ekstrak yang telah di encerkan ke object glass, masing masing perlakuan di teteskan dua titik dalam satu glass object. d) Kering anginkan ekstrak yang di teteskan di atas object glass. e) Tutup ekstrak yang telah kering dengan cover glass kemudian di berikan vaseline pada tepi cover glass. f) Amati selama 5 hari. 3) Metode peracunan a) Masukan ekstrak kunyit kedalam 5 botol kaca dengan masing masing volume 49,75 ml, 49,50 ml, 49 ml, 48 ml, dan 46 ml. b) Encerkan ekstrak kunyit dengan menggunakan air dengan masing masing volume 0,25 ml, 0,50 ml, 1 ml, 2 ml, dan 4 ml. c) Campurkan ekstrak dengan media PDA di petridish. d) Setelah media PDA padat, masukan cendawan culvularia di tengah tengah media. e) Amati pada hari ke 2,4, dan 6. 4) Metode kertas cakram a) Masukan ekstrak kunyit kedalam 5 botol kaca dengan masing masing volume 49,75 ml, 49,50 ml, 49 ml, 48 ml, dan 46 ml.
Encerkan kunyit dengan menggunakan air dengan masing masing volume 0,25 ml, 0,50 ml, 1 ml, 2 ml, dan 4 ml. b) Tempatkan kertas cakram di 4 titik di media PDA kemudian teteskan ekstrak di atas kertas cakram. c) Letakkan cendawan kurvularia di titik tengah media PDA. d) Amati pada hari ke 2,4, dan 6. 5) Variabel Pengamatan a) Perkecambahan konidia b) Diameter koloni c) Ketebalan miselia d) Munculnya zona bening
III.
HAIL DAN PEMBAHASAN
A. Metode Agar Slide Tabel. Pengamatan Kecambah konidia Perlakuan
Rata-rata
Kontrol K1 K2 K3 K4 K5
0 0 0 0 0 0
Pada percobaan ini melihat kemampuan residu dari ekstrak kunyit dalam menghambat perkecambahan konidia cendawan culvularia, pada pelaksanaan percobaan dari beberapa ekstrak fungisida nabati tidak ditemukan adanya perkecambahan konidia Culvularia pada gambar 1,
Gamabar 1. Konidia Culvularia. hal tersebut bisa terjadi dikarenakan pada media tidak terdapat nutrisi yang dibutuhkan oleh cendawan Culvularia untuk menghasilkan kecambah, juga bisa dikarenakan kondisi lingkungan yang tidak sesuai, Konidia dan spora akan berkecambah jika kondisi lingkungan menguntungkan dan konidia atau spora akan membentuk struktur infektif Asam amino, gula, dan nucleosides adalah beberapa dari penginduksi perkecambahan yang paling umum untuk konidia.
Terkadang garam inorganic sederhana atau bahkan air dapat menginduksi perkecambahan untuk konidia tertentu. (Hoch, at all 1991).
Pengamatan Hari Ke Perlakuan
Keterangan 2
4
6
K1
62.49%
73.99%
81.94%
Tipis
K2
73.52%
78.79%
81.94%
Tipis
K3
80.88%
85.36%
88.88%
Tipis
K4
90.44%
88.39%
88.88%
Tipis
K5
100%
91.92%
89.92%
Tipis
B. Metode Peracunan Media Dari
hasil praktikum yang dilukukan, data menunjukan bahwa adanya
pengaruh ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan cendawan culvularia, dari 5 tingkat konsentrasi yang digunakan, terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan
maka daya hambat terhadap cendawan lebih tinggi. Jika
dibandingkan antar perlakuan K1 dengan K5 terlihat bahwa daya menghambat pada K5 pada hari ke 2 mencapai 100% sedankan pada K1 hanya 62.49%. Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) gangguan pada senyawa penyusun dinding sel, (2) peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat menyebabkan kehilangan cairan sel, (3) menginaktivasi enzim, dan (4) destruksi atau fungsi material genetik (Anonimus, 2007). Zat
yang bersifat antimikroba pada lengkuas adalah
flavanoid, fenol,
terpenoid asetoksicavikol, asetat, dan minyak atsiri lainnya (Yuharmen, dkk 2002). Senyawa tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba karena dapat bersifat koagulator enzim (Seputro, 1998) sehingga pembentukan dinding sel terhambat. Yuharmen, dkk (2002) menyatakan bahwa flavonoid dapat merusak membran sel bakteri karena flavanoid merupakan senyawa yang bersifat lipofilik. Dijelaskan pula bahwa efek antimikroba dari senyawa terpenoid adalah kemampuannya merusak membran sel bakteri, sedangkan minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri dengan mengganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel; membran atau dinding sel
tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna, sehingga tekanan osmosis sel terganggu dan mikroba mati. Pertumbuhan diameter koloni jamur C. lunatadan A. flavusdisajikan pada Gambar 3 dan 4 berikut: Membran sel kaya akan lipida, terutama fosfolipida. Membran mencakup hanya 8-15% dari massa kering sel dan mengandung sampai 70-90% lipida sel (Schlegel, 1994 : 43). Dengan adanya senyawa lipofilik pada ekstrak kunyit, maka senyawa ini akan melarutkan lipid yang terdapat pada membran sel jamur, sehingga dapat merusak struktur membran sel itu sen diri. Membran merupakan penahan osmosis dari sel dan mengendalikan masuk keluarnya berbagai zat, serta tempat terjadinya sistem transport aktif (Schlegel, 1994 : 44). Melihat begitu banyak dan pentingnya fungsi membran bagi keberlangsungan suatu sel, maka rusaknya membran sel akan mengganggu mekanisme kerja yang terdapat di dalam sel. Hasil dari ekspansi membran ini antara lain dapat menurunkan fluiditas dan permeabilitas membran, mengganggu protein yang menempel pada membran, menghalangi respirasi, dan perubahan proses transport ion. ekstrak kasar rimpang kunyit yang mempunyai sifat anti fungi maupun anti mikroba. Hal ini menunjukkan ekstrak kasar rimpang kunyit mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan jamur Culvularia sebagai
Pengamatan Hari Ke Perlakuan
Keterangan 2
4
6
K1
11.01 %
44.86 %
44.59 %
Tipis
K2
11.01 %
38.63 %
31.75 %
Tipis
K3
7.62 %
39.95 %
18.58 %
Tipis
K4
18.63 %
46.34 %
39.86 %
Tipis
K5
8.46 %
42.68 %
44.25 %
Tipis
C. M
etode Kertas Cakram
Metode diffusi dapat dilakukan dengan menggunakan cakram kertas saring (paper disc). Dengan metode diffusi ini , ekstrak uji diserapkan pada kertas saring, diletakkan pada media nutrien agar dengan tujuan untuk mengontakkan senyawa aktif dengan media dan mikroba uji. Setelah inkubasi, akan muncul daerah bening disekitar lingkaran zat aktif yang berbentuk melingkar yang disebut sebagai zona bening (clear zone). Diameter clear zone ini merupakan daerah inhibisi dari ekstrak sampel terhadap mikroba uji. Untuk menurunkan limit deteksi (detection limit), sistem dibiarkan pada suhu rendah selama beberapa jam sebelum inokulasi, yaitu untuk memberikan kesempatan kepada zat antimikroba terdifusi sebelum mikroba tumbuh. Dalam praktikum uji aktivitas antijamur pada kunyit menggunakan metode difusi agar cakram dimana jenis jamur yaitu Culvularia dengan ekstrak kunyit yang telah dilakukan maka diperoleh hasil bahwa pada uji antijamur tersebut memiliki daerah zona hambat. Lihat pada gambar
A
B
Gambar X; (A) zona hambat ekstarak kunyit terhadap cendawan culvularia. (B) Kontrol Terbentuknya zona hambatan di sekitar sumur sampel menunjukkan ekstrak rimpang mengandung bahan senyawa fungisida baik terhadap jamur Culvularia. Martoredjo (1989) menyatakan bahwa konsentrasi suatu bahan yang berfungsi sebagai antimikroba merupakan salah satu faktor penentu besar kecilnya kemampuan dalam menghambat pertumbuhan mikroba yang diuji. Kerusakan
yang ditimbulkan komponen antimikroba dapat bersifat
fungisidal (membunuh jamur) dan fungistatik pertumbuhan
jamur).
Suatu
komponen
(menghentikan
akan bersifat
sementara
fungisidal
atau
fungistatik tergantung pada sifat senyawa aktifnya, konsentrasi, dan media yang digunakan
IV.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikium ynag dilakukan dapat dismpulkan bahwa ekstrak kunyit mampu menghambat pertumbuhan cendawan curvularia. Hasil pengujian menunjukan semakin tinggi tingkat konsentrasi yang digunakan daya hambat terhadap curvularia semakin tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2007). Anonimus, 2007. Aktivitas Senyawa Antimikroba