Laporan Geriatri Modul Inkontinensia Urin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Skenario Perempuan 68 tahun di bawah ke rumah sakit oleh keluarganya dengan keluhan selalu mengompol. Keadaan ini dialami sudah sejak 3 bulan lalu dialami penderita sama sekali tidak dapat menahan bila ingin buang air kecil, sehingga kadang air seninya berceceran di lantai. Tidak ada keluhan sakit saat berkemih. Sejak seminggu yang lalu penderita terdengar batuk-batuk dan agak sesak nafas, serta nafsu makannya sangat kurang, tetapi tidak demam. Penderita mempunyai 8 0rang anak yang terdiri dari 5 laki-laki dan Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/70 mmHg, nadi 92x/menit, suhu aksiler 37 0C, pernafasan 24x/menit. Pada paru-paru ditemukan adanya ronkhi basar kasar pada bagian medial. Jantung, hati dan limpa kesan dalam batas normal. Penderita sejak 6 tahun terakhir ini penderita mengidap dan berobat teratur penyakit kencing manis dan tekanan darah tinggi. Berat badan 72 kg dan tinggi badan 155 cm. Pemeriksaan laboratorium kadar Hb 12,3 gr%, leukosit 13.400/mm3, GDS 209 mg/dl, ureum 59 mg/dl, kreatinin 1,85 mg/dl, asam urat 9,2 mg/dl. Analisa urin: Sedimen leukosit: 3-5/lpb, pemeriksaan toraks foto ditemukan adanya perselubungan homogen di daerah media kedua paru. USG Abdomen tidak ditemukan kelainan. B. Kata Sulit Ronkhi: Ronkhi adalah suara nafas tambahan yang terjadi akibat penyumbatan pada bronkhus. Ronkhi dibagi menjadi 2 bahagian berdasarkan massa yang menyumbatnya, bila massa yang menyumbatnya mudah dipindahkan pada saat batuk disebut sebagai ronkhi basah, bila sumbatan tersebut sulit untuk dipindahkan disebut sebagai ronkhi kering. Baik ronkhi kering maupun ronkhi basah dapat terdengar jelas pada saat inspirasi, namun bisa juga didengar pada saat ekspirasi. Berdasarkan lumen bronkhus yang tersumbat, maka ronkhi dapat



juga dibedakan atas gelembung kecil, sedang dan besar. Suara yang terdengar mirip seperti suara gelembung air ditimbulkan yang ditiup memakai pipa sedotan minuman, gemericik suara yang terjadi tergantung pada diameter sedotan yang dipergunakan. C. Kalimat Kunci 1. Perempuan 68 tahun 2. Keluhan selalu mengompol 3. Sejak 3 bulan lalu dialami penderita sama sekali tidak dapat menahan bila ingin buang air kecil 4. Kadang air seninya berceceran di lantai 5. Tidak ada keluhan sakit saat berkemih 6. Sejak seminggu yang lalu penderita terdengar batuk-batuk dan agak sesak nafas 7. Nafsu makannya sangat kurang, tetapi tidak demam 8. Penderita mempunyai 8 0rang anak yang terdiri dari 5 laki-laki 9. Tekanan darah 160/70 mmHg 10. Pernafasan 24x/menit 11. Pada paru-paru ditemukan adanya ronkhi basar kasar pada bagian medial 12. sejak 6 tahun terakhir ini penderita mengidap dan berobat teratur penyakit kencing manis dan tekanan darah tinggi 13. Berat badan 72 kg dan tinggi badan 155 cm 14. Pemeriksaan laboratorium leukosit 13.400/mm3, GDS 209 mg/dl, asam urat 9,2 mg/dl. Analisa urin: Sedimen leukosit: 3-5/lpb 15. Pemeriksaan toraks foto ditemukan adanya perselubungan homogen di daerah media kedua paru. USG Abdomen tidak ditemukan kelainan. D. Pertanyaan 1. Apa saja faktor resiko inkontinensia urin? 2. Tipe-tipe inkontinensia urin? 3. Hubungan batuk dengan inkontinensia urin? 4. Riwayat obat-obatan dengan inkontinensia urin? 5. Hubungan multipara dengan inkontinensia urin? 6. Riwayat penyakit osteoatritis dengan inkontinensia urin? 7. Hubungan usia dan jenis kelamin menurut scenario? 8. Langkah-langkah diagnosis? 9. Patofisiologi inkontinensia?



10. Hubungan



perselubungan



homogen



di



kedua



media



paru



dengan



inkontinensia urin? E. Daftar Masalah 1. Inkontinensia Urin 2. Diabetes Melitus 3. Hipertensi 4. Pnemoni 5. Osteoatritis F. Skala Prioritas 1. Inkontinensia Urin 2. Diabetes Melitus 3. Hipertensi 4. Pnemoni 5. Osteoatritis



BAB II PEMBAHASAN



A. Definisi Keluarnya urin yang tidak terkendali dan tidak diinginkan dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga menimbulkan masalah sosial dan/atau kesehatan. B. Faktor resiko 1. Obesitas Meningkatnya tekanan bladder akibat lemak yang menumpuk 2. Merokok Penyakit PPOK menyebabkan stress inkontinensia menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen 3. Jenis kelamin Lebih banyak dialami perempuan karena urethra yang lebih pendek dari lakilaki 4. Riwayat multipara Karena bisa terdapat fistula saat melahirkan



5. Usia lanjut Fungsi otot spinter uretra dan bladder menurun 6. Kopi Karena kopi bersifat diuretic



C. Tipe-tipe inkontinensia urin 1. Inkontinensia urin akut ( Transient incontinence) : Inkontinensia urin ini terjadi secara mendadak, terjadi kurang dari 6 bulan dan biasanya berkaitan dengan kondisi sakit akut atau problem iatrogenic dimana menghilang jika kondisi akut teratasi. Penyebabnya dikenal dengan akronim DIAPPERS yaitu : delirium, infeksi dan inflamasi, atrophic vaginitis, psikologi dan pharmacology, excessive urin production (produksi urin yang berlebihan), restriksi mobilitas



dan stool impaction (impaksi



feses).



2. Inkontinensia urin kronik ( Persisten) : Inkontinensia urin ini tidak berkaitan dengan kondisi akut dan berlangsung lama (lebih dari 6 bulan ). Ada 2 penyebab kelainan mendasar



yang



melatar



belakangi



Inkontinensia



urin



kronik



(persisten)yaitu : menurunnya kapasitas kandung kemih akibat hiperaktif dan karena kegagalan pengosongan kandung kemih akibat lemahnya kontraksi otot detrusor. Inkontinensia urin kronik ini dikelompokkan lagi menjadi beberapa tipe (stress, urge, overflow, mixed). Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing tipe Inkontinensia urin kronik atau persisten : Tipe Stress



Definisi Keluarnya sedikit



urin tatkala



Penyebab sedikit- - Kelemahan otot dasar panggul terjadi dan hipermobilitas uretra.



peningkatan



tekanan - Kelemahan sfingter uretra atau



intraabdominal



(batuk, pintu keluar kandung kemih.



tertawa, olahraga dll)



-



Kelemahan



sfingter



uretra



pasca prostatektomi. Urgensi



Keluarnya



urin



akibat - Hiperaktivitas detrusor, atau



ketidak mampuan menunda berkaitan dengan satu atau lebih berkemih sensasi



tatkala



timbul kondisi berikut :



keinginan



untuk - Kondisi genitourinarius lokal



berkemih.



seperti tumor, batu, divertikel atau obstruksi aliran keluar. - Ggn SSP à strok, demensia, parkinsonisme, trauma medulla spinalis.



Overflow



Keluarnya sedikit



atau



sedikit- - Obstruksi anatomik akibat



akibat



mekanik kemih



urin



kekuatan prostat, striktur, sistokel.



pada yang



kandung - Kandung kemih yang tidak



overdistensi berkontraksi pd DM atau trauma



faktor



lain



yang medulla spinalis.



berefek pada retensi urin - Neurogenik (disinergi detrusor dan fungsi sfingter.



sfingter) terkait dgn sklerosis multipel



dan



lesi



medulla



spinalis suprasakral lainnya. Fungsional



Keluarnya



urin



- Efek samping obat. yang - Demensia berat dan kelainan



berkaitandengan



neurologis lain.



ketidakmampuan untuk ke - Faktor psikologis à depresi. toilet



akibat



gangguan



kognitif



dan/atau



fungsi



fisik,



ketidakmampuan



psikologis, atau hambatan lingkungan. D. Riwayat obat-obatan dengan inkontinensia a. Obat antihipertensi Obat-obatan antihipertensi memiliki efek inkontinensia urin sesuai dengan cara kerja masing-masing: 1. Diuretik dapat menyebabkan poliuria, frekuensi, dan urgensi. 2. Ca-channel Blocker menurunkan tonus smooth muscle dan menurunkan kontraksi otot detrussor yang akan menimbulkan retensi urine sehingga terjadi inkontinensia overflow. b. Obat diabetes mellitus Salah satu obat yang sering diberikan pada penderita DM yaitu golongan sulfonylurea, dimana efek samping golongan tersebut adalah hipoglikemia akibat kerja yang meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pancreas. Namun hipoglikemia pada orang tua tidak mudah dikenali akibat tidak adanya reflex simpatis. Namun pada umumnya, hipoglikemia cenderung menyebabkan relaksasi otot-otot termasuk otot detrusor. Dan hal ini dapat menyebabkan inkontinensia urin. E. Hubungan batuk dengan inkontinensia Pada saat batuk terjadi peningkatan tekanan intraabdomen yang menyebabkan tekanan hidrostatik vesika urinaria meningkat. Pada lansia spinter uretra sudah mengalami kelemahan sehingga otot spinter tidak mampu lagi menutup sehingga urin pasien mudah keluar.



S B T I a fe n tk i u a n o k n g ta n ie r n e n s i a



F. Proses fisiologi diuretic normal Dalam proses berkemih yang normal dikendalikan oleh mekanisme volunter dan volunter. Sfingter uretra eksternal dan otot dasar panggul yang berada dibawah kontrol mekanisme volunter. Sedangkan pada otot detrusor kandung kemih dan sfingter uretra internal berada pada bawah kontrol sistem saraf otonom. Ketika otot detrusor berelaksasi maka terjadinya proses pengisian kandung kemih dan sebaliknya jika otot ini berkontraksi maka proses berkemih (pengosongan kandung kemih) akan berlangsung. Dengan kontraksi otot detrusor kandung kemih disebabkan dengan aktivitas saraf parasimpatis, dimana aktivitas itu dapat terjadi karena dipicu oleh asetilkoline. Ketika terjadi perubahan - perubahan pada mekanisme normal ini maka dapat menyebabkan proses berkemih terganggu. Pada usia lanjut baik wanita atau pria terjadinya perubahan anatomis dan fisiologis dari sistem urogenital bagian bawah. Perubahan tersebut akan berkaitan dengan menurunnya kadar hormone estrogen pada wanita dan hormone androgen pada pria. Perubahan yang terjadi ini berupa peningkatan fibrosis dan kandungan kolagen pada dinding kandung kemih yang dapat mengakibatkan fungsi kontraktil dari kandung kemih tidak efektif lagi. Pada otot uretra dapat



terjadi perubahan vaskularisasi pada lapisan submukosa, atrofi mukosa dan penipisan otot uretra. Dengan keadaan ini menyebabkan tekanan penutupan uretra berkurang. Otot dasar panggul juga dapat mengalami perubahan merupakan melemahnya fungsi dan kekuatan otot. Secara keseluruhan perubahan yang terjadi pada sistem urogenital bagian bawah akibat dari proses menua sebagai faktor kontributor terjadinya Inkontinensia urin. G. Osteoatritis dan inkontinensia urin Nyeri dan bengkak pada lutut merupakan keluhan utama pasien datang ke dokter, selain itu perubahan gaya berjalan seperti jalan tidak stabil juga dikeluhkan oleh pasien dan menyusahkan pasien. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua. Riwayat rematik pada pasien dapat didiagnosis sebagai Osteoarthritis atau yang bermanifestasi pada lutut. Hal ini dapat dikaitkan dengan inkontinensia urin pada pasien dimana bisa terjadi inkontinensia urin tipe fungsional, terjadi akibat penurunan berat fungsi fisik dan kognitif sehingga pasien tidak dapat mencapai toilet pada saat yang tepat. Hal ini ditandai dengan kemungkinan terjadi kesulitan pada pasien untuk ke kamar mandi karena nyeri lututnya, sehingga umumnya penderita menunda keinginannya untuk miksi yang pada akhirnya dapat menyebabkan penderita mengalami inkontinensia urin. H. Hubungan penyakit dengan inkontinensia urin a. Hipertensi Hipertensi yang kronik dapat mengakibatkan terjadinya stroke. Stroke di pembuluh darah otak dapat menyebabkan iskemik di otak. Hal ini akan memberi efek kepada penurunan fungsi koordinasi,. Dengan demikian hipertensi dapat menimbulkan inkontinensia urin secara tidak langsung. Obat antihipertensi Obat-obatan antihipertensi memiliki efek inkontinensia urin sesuai dengan cara kerja masing-masing: 3. Diuretik dapat menyebabkan poliuria, frekuensi, dan urgensi.



4. Ca-channel Blocker menurunkan tonus smooth muscle dan menurunkan kontraksi otot detrussor yang akan menimbulkan retensi urine sehingga terjadi inkontinensia overflow. b. Diabetes melitus Diabetes Mellitus dengan inkontinensia urin Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degenerative pada lansia, pada analisis nomor satu didapatkan pasien mengalami inkontinensia overflow. Dengan kata lain pasien mengalami penumpukan urin yang berlebih pada vesika urinaria dan sukar untuk dikeluarkan oleh sebab adanya obstruksi. Gambaran klinik yang didapatkan adalah pasien buang air kecil sedikit-sedikit dan tidak merasa puas. DM yang dialami pasien berdasarkan umur diduga adalah DM tipe 2, pada skenario didapatkan riwayat mengkonsumsi obat selama 6 tahun terakhir, hal ini menandakan telah terjadi DM yang cukup lama (berlangsung kronis).



Neuropati perifer



I. Langkah-langkah diagnosis 1. Anamnesis  Apakah ada faktor pencetus (batuk, bersin)  Micturation diary  Apakah ada diare, konstipasi  Riwayat penyakit DM, ISK, atrofi genitourinaria  Riwayat melahirkan 2. Pemeriksaan fisik  Tanda vital  Pemeriksaan abdomen  Pemeriksaan daerah urogenitalia 3. Pemeriksaan penunjang  Pemeriksaan Laboratorium - Urinalisis - Kultur urin  Pemeriksaan lainnya - Pemeriksaan Urodinamik - IVU - USG J. Pentalaksanaan Tipe IU Urgensi



Terapi Lini pertama



- Intervensi perilaku : Bladder training



Lini kedua



-



Obat-obatan



:



Tolterodin,



Solifenacin,



Oxybutynin dll.



Stress



Lini ketiga



- Pembedahan (sangat jarang dilakukan).



Lini pertama



- Intervensi perilaku : Kegel’s exercise, Bladder training.



Lini kedua



- Obat-obatan : Agonis adrenergic alfa, dan/atau estrogen.



Lini ketiga



- Injeksi periuretra, pembedahan (bladder neck suspension).



Overflow



Lini pertama



- Kateterisasi intermiten, pembedahan untuk menghilangkan obstruksi.



Lini kedua



- Kateterisasi menetap jangka panjang.



Lini ketiga



- Kateterisasi suprapubik.



Fungsiona



Lini pertama



- Intervensi perilaku (tergantung pramurawat).



l



Lini kedua



- Manipulasi lingkungan.



Lini ketiga



- Pemakaian alas ompol



K. Pencegahan 1. Dekatkan kamar mandi 2. Batasi asupan alkohol dan minuman berkafein 3. Sertakan cukup cairan dan serat dalam diet dan berolahraga secara teratur untuk mencegah konstipasi yang dapat menyebabkan kontrol kandung kemih 4. 5. 6. 7.



yang buruk. Penggunaan pampers Latihan perilaku berkemih Membuat catatan berkemih Lakukan latihan dasar panggul secara teratur



DAFTAR PUSTAKA 1. Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono. Inkontinensia urin. Dalam : Buku ajar Geriatri kesehatan usia lanjut Ed. 5 Edit R. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 2015. Hal: 246-262 2. Slide kuliah dr. Wasis Udaya, Sp.PD, FINASIM. Inkontinensia Urin Pada Usia Lanjut. 2017 3. Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono. Aspek Fisiologik dan Patologik akibat Proses Menua. Dalam: Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015



4. Setiabudi R. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: UI. 2007 5. Brocklehurst JC, Allen SC. Urinary incontinence. Geriatri Medicine for students 3rd ed. Churchill Livingstone 1987. p. 73-91