LAPORAN Kasus GG BAHASA EKSPRESIF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



Bahasa merupakan simbolisasi dari pikiran berupa kode yang telah kita pelajari; atau suatu sistem yang telah disepakati yang memungkinkan kita untuk mengomunikasikan ide-ide serta mengekspresikan keinginan dan kebutuhan kita. Membaca, menulis, gerakan tubuh, dan berbicara adalah semua bentuk dari bahasa. Bahasa terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu bahasa reseptif: memahami apa yang tertulis atau apa yang dikatakan, dan bahasa ekspresif: kemampuan untuk berbicara dan menulis.1 Kemampuan bahasa membedakan manusia dengan hewan. Orang tua dengan antusias menunggu awal perkembangan bicara anak mereka. Bila anak tidak dapat bicara normal, maka mereka mengira bahwa anak mereka bodoh atau mengalami retardasi. Sering orang tua memperkirakan bahwa perkembangan bicara anak di luar normal merupakan suatu hal yang mengkhawatirkan, sehingga orang tua membawa anak ke dokter.2,3 Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemapuan kognitif, sensori motor, psikologis, emosi, dan lingkungan di sekitar anak. Seorang anak tidak akan mampu berbicara tanpa dukungan dari lingkungannya. Mereka harus mendengar pembicaran



yang



berkaitan



dengan



kehidupannya



sehari-hari



maupun



pengetahuan tentang dunia. Mereka harus belajar mengekspresikan dirinya, membagi pengalamannya dengan orang lain dan mengemukakan kinginannya.2,3 Pada umumnya bila seorang anak pada umur 2 tahun belum dapat mengucapkan kata-kata harus dicari penyebabnya. Anak disebut slow talker bila pperkembangan lainnya normal, kecuali terlambat dalam bicara dan pada anamnesis didapatkan di dalam keluarga juga terdapat anggota keluarga lain yang terlambat bicaranya. Seorang anak rata-rata mulai mengeluarkan kata-kata tunggal antara umur 10-12 bulan, mulai mengucapkan kalimat pendek pada umur 18 bulan dan kalimat sempurna kira-kira pada umur 30 bulan.4



1



Sedangkan Attension deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak sehingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tak lazim dan cenderung berlebihan. Anak tidak dapat duduk tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk atau sedang berdiri. Tiga gejala pokok yang sering terlihat kesulitan memusatkan perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas. Penyebab pasti ADHD yang tampak berlaku bagi semua gangguan belum diketahui dan diduga penyebabnya ialah disfungsi frontolimbik. Berbagai virus, zat-zat kimia berbahaya yang banyak dijumpai di lingkungan sekitar, faktor genetika, masalah selama kehamilan atau kelahiran, atau apa saja yang dapat menimbulkan kerusakan perkembangan otak, berperan penting sebagai penyebab ADHD ini. Diagnosis anak dengan ADHD tidak mudah, kadang-kadang terdapat dua faktor normal yang salah didiagnosis. Tidak ada satu tes untuk mendiagnosis anak secara pasti mengingat gejala bervariasi, tergantung usia dan lingkungan. Identifikasi dengan DSM IV memerlukan informasi dari keluarga orang tua, guru, pengasuh dan pemeriksaan dokter anak, psikologi pertama kali dan dokter psikiatris. Penanganan pada anak ADHD difokuskan untuk mengurangi gejala-gejala ADHD dan memperbaiki fungsi. Penanganan dalam bidang rehabilitasi medic berupa terapi relaksasi, terapi perilaku kognitif, sensori integrasi, terapi snozellen, serta terapi music dan social medic. Diperlukan penanganan medikasi yang umum digunakan yaitu obat stimulant dan non stimulant, dan obat untuk memperbaiki fungsi fisik. Pengobatan dengan psikoterapi termasuk terapi perilaku. Sangat diperlukan kerjasama orangtua, guru, dan caregiver dalam keberhasilan penanganan anak dengan ADHD.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 PERKEMBANGAN BAHASA A. Definisi Bahasa



A.



Pengertian Bahasa merupakan suatu sistem simbol-simbol bahasa/kata-kata yang



diorganisasikan dan dipergunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Seseorang yang mengalami gangguan bahasa menunjukkan adanya gangguan dalam memahami serta menggunakan lambang/symbol bahasa, baik secara lisan maupun tulisan sehingga menghambat kemampuannya untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Terdapat perbedaan mendasar antara bicara dan bahasa. Bicara adalah pengucapan yang menunjukkan ketrampilan seseorang mengucapkan suara dalam suatu kata. Bahasa berarti menyatakan dan menerima informasi dalam suatu cara tertentu. Bahasa merupakan salah satu cara berkomunikasi. Bahasa reseptif adalah kemampuan untuk mengerti apa yang dilihat dan apa yang didengar. Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara simbolis baik visual (menulis, memberi tanda) atau auditorik.



Menurut Berry and Eisenson, gangguan pada berbicara ialah: 1. Tidak mudah didengar, 2. Tidak langsung terdengar dengan jelas, 3. Secara vocal terdengar tidak enak, 4. Terdapat kesalahan pada bunyi-bunyi tertentu, 5. bicara itu sendiri sulit diucapkannya, kekurangan nada dan ritme yang normal, 6. Terdapat kekurangan dari sisi linguistik, 7. Tidak sesuai dengan umur, jenis kelamin, dan perkembangan fisik pembicara, 8. Terlihat tidak menyenangkan bila ia berbicara.



3



Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, suara, kelancaran bicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat cedera otak) serta keterlambatan dalam bicara atau bahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran. Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukung proses tersebut seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Keterlambatan dan gangguan bisa mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang “tidak normal” (sengau, serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme motorik oral dalam fungsinya untuk bicara dan makan.



4



B.



Tahapan Perkembangan Bahasa Pada Anak Tahap Perkembangan Bicara dan Bahasa pada Anak :



Umur



Kemampuan Reseptif



Lahir



Melirik



ke



Kemampuan Ekspresif



sumber Menangis



suara 2 – 4 bulan



Memperlihatkan ketertarik-an



Tertawa dan mengoceh tanpa arti



terhadap



suara-suara 6 bulan



Memberi respon jika Mengeluarkan suara yang merupakan nama-nya dipanggil



kombinasi huruf hidup (vowel) dan huruf mati (konsonan)



9 bulan



Mengerti dengan kata- Mengucapkan “mama”, “dada” kata yang rutin (dada)



12 bulan



Memahami



dan Bergumam, Mengucapkan satu kata



menuruti perintah sederhana 15 bulan



Menunjuk



anggota Mempelajari katakata dengan perlahan



tubuh 18 – 24 bulan



Mengerti kalimat



Menggunakan/merangkai dua kata



24 – 36 bulan



Menjawab pertanyan



Frase



50%



dapat



dimengerti



Mengikuti 2 langkah Membentuk 3 (atau lebih) kalimat, Menanyakan “apa”



perintah 36 – 48 bulan



Mengerti banyak apa Menanyakan



“mengapa”,



Kalimat



yang



75% dapat dimengerti, bahasa sudah



diucapkan



mulai jelas, menggunakan lebih dari 4 kata dalam satu kalimat



48 – 60 bulan



Mengerti banyak apa Menyusun



kalimat



yang



100%



dikatakan,



Bercerita, sepadan dimengerti



dengan fungsi kognitif



5



dengan kalimat



baik, dapat



Perkembangan kosa kata Usia



Kemampuan yang dicapai



12 Bulan



Dua Kata selain “mama” dan “dada”



14 Bulan



Tiga kata di tambah “mama” dan “dada”



16 Bulan



Lima kata tidak termasuk “mama” dan “dada”



18 Bulan



Sepuluh Kata Vocabulary (Kosa Kata)



24 Bulan



Sedikitnya 300 kata dalam Kosa Kata Berbicara



30 Bulan



Kosa Kata berjumlah 450 kata



36 Bulan



Kosa Kata mendekati 1000 kata



42 Bulan



Kosa Kata berjumlah 1200 kata



48 Bulan



Kosa Kata berjumlah 1500 kata



54 Bulan



Kosa Kata berjumlah 1900 kata



60 Bulan



Kosa Kata berjumlah 2200 kata



(Wahidi. 2009. Perkembangan Bicara pada Anak. http://whandi.net/)



C. Bentuk Gangguan Bicara dan Bahasa Anak dan Faktor yang Mempengaruhinya



1. Kesalahan dalam bahasa o



Kesalahan dalam mengartikan suatu kata



o



Kesalahan dalam mengorganisir kata dalam kalimat



o



Kesalahan bentuk kata



2. Kegagalan bicara







o



Gagap



o



Kekurangan dalam artikulasi



o



Kerusakan alat artikulasi



Faktor-faktor yang mempengaruhi anak berbicara Awal masa kanak-kanak terkena sebagai masa tukang ngobrol, karena sering kali anak dapat berbicara dengan mudah tidak terputus-putus



6



bicaranya. Adapun faktor-faktor yang terpenting didalam anak banyak bicara yaitu : o Inteligensi Yaitu semakin cerdas (pintar) anak, semakin cepat anak menguasai keterampilan berbicara. o Jenis disiplin Yaitu anak-anak yang cenderung dibesarkan dengan cara disiplin lebih banyak bicaranya ketimbang pada suatu kekerasan. o Posisi urutan Yaitu anak sulung cenderung/didorong ortu untuk banyak berbicara daripada adiknya. o Besarnya keluarga o Status sosial ekonomi o Status ras o Berbahasa dua o Penggolongan peran seks



D. Etiologi Gangguan Bicara dan Bahasa Penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah sebagai berikut: 1. Gangguan pendengaran Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada keterlambatan bicara. 2. Kelainan organ bicara Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring. 3. Retardasi Mental Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain seusianya.



7



4. Genetik Heriditer Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya keterlambatan.



5. Kelainan Kromosom Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya keterlambatan. 6. Kelainan Sentral (Otak) Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk menggabungkan kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia sering menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya seperti pada pantomim. Pada usia sekolah, terlihat dalam bentuk kesulitan belajar. 7. Autisme Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism. Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. 8. Mutism Selektif Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi. 9. Gangguan emosi dan perilaku lainnya Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal, gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali. Biasanya diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala tersamar lainnya



8



10. Alergi makanan Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga mengakibatkan



gangguan



perkembangan



salah



satunya



adalah



keterlambatan bicara pada anak. Bila alergi makanan sebagai penyebab biasanya keterlambatan bicara terjadi usia di bawah 2 tahun, di atas usia 2 tahun anak tampak sangat pesat perkembangan bicaranya. 11. Deprivasi lingkungan Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari lingkungannya. Berbagai macam keadaan lingkungan yang mengakibatkan keterlambatan bicara adalah : a) Lingkungan yang sepi Bicara adalah bagian tingkah laku, jadi ketrampilannya melalui meniru. Bila stimulasi bicara sejak awal kurang, tidak ada yang ditiru maka akan menghambat kemampuan bicara dan bahasa pada anak. b) Status ekonomi sosial Menurut penelitian Mc Carthy, orang tua guru, dokter atau ahli hukum mempunyai anak dengan perkembangan bahasa yang lebih baik dibandingkan anak dengan orang tua pekerja semi terampil dan tidak terampil. c) Tehnik pengajaran yang salah Cara dan komunikasi yang salah pada anak sering menyebabkan keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa pada anak, karena perkembangan mereka terjadi karena proses meniru dan pembelajaran dari lingkungan. d) Sikap orang tua atau orang lain di lingkungan rumah yang tidak menyenangkan Bicara bisa mengekspresikan kemarahan, ketegangan, kekacauan dan ketidak senangan seseorang, sehingga anak akan menghindari untuk berbicara lebih banyak untuk menjauhi kondisi yang tidak menyenangkan tersebut. e) Harapan orang tua yang berlebihan terhadap anak



9



Sikap orang tua yang mempunyai harapan dan keinginan yang berlebihan terhadap anaknya, dengan memberikan latihan dan pendidikan yang berlebihan dengan harapan anaknya menjadi superior. Anak akan mengalami tekanan yang justru akan menghambat kemampuan bicarnya. f) Anak kembar Pada anak kembar didapatkan perkembangan bahasa yang lebih buruk dan lama dibandingkan dengan anak tunggal. Mereka satu sama lain saling memberikan lingkungan bicara yang buruk, karena biasanya mempunyai perilaku yang saling meniru. Hal ini menyebabkan mereka saling meniru pada keadan kemampuan bicara yang sama –sama belum bagus. g) Bilingual ( 2 bahasa) Pemakaian 2 bahasa kadang juga menjadi penyebab keterlambatan bicara, namun keadaan ini tidak terlalu mengkawatirkan. Umumnya anak akan memiliki kemampuan pemakaian 2 bahasa secara mudah dan baik. h) Keterlambatan fungsional Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik, dan anak hanya mengalami gangguan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis lain.



E. Penatalaksanaan 1. Oral peripheral Mechanism Examiniation (Pemeriksaan Mekanisme Mulut dan Sekitarnya) a) Pada bentuk: 



Warna yang tidak normal pada lidah, palatal atau pharynx.







Ketinggian atau kelebaran yang tidak normal pada palatal arch (lengkung palatal).







Kesimetrisan



pada



wajah



atau



palatal.



Biasanya



berhubungan dengan adanya gangguan neurologi atau kelemahan pada otot.



10







Deviasi dari lidah dan/ atau uvula ke kanan atau kekiri. Indikasi dari gangguan neurologi biasanya kearah sisi yang lebih lemah.







Pembesaran dari tonsil.







Gigi yang hilang/ ompong Tergantung pada gigi yang hilang, artikulasi dapat terganggu.



b) Pada kekuatan: 



Kelemahan pada tekanan Indra-oral.







Lingual frenum yang pendek. Dapat mengakibatkan gangguan pada artikulasi.







Kelemahan atau tidak adanya gag reflex. Biasanya menandakan adanya kelemahan pada otot.







Kelemahan pada bibir, lidah dan atau rahang.



c) Pada pergerakan: 



Secara informal, terapis dapat mengobservasi terhadap penggunaan organ bicara tersebut yang digunakan untuk hal lainnya seperti makan dan minum (pergerakan untuk mengisap, mengunyah, menelan dan lainnya).







Secara formal dengan pengambilan Diadochokinetik Rate (evaluasi kemampuan untuk secara cepat melakukan gerakan



bicara



yang



mengulang/papapapa/;



berganti-ganti): /tatatata/;



Misalnya:



/kakakaka/



dan



/patakapatakapataka/ dalam hitungan 1 (satu) menit.



2. Artikulasi atau pengucapan Terapi yang diberikan: 1. Latihan dengan tahap: 



Isolasi (isolation): Latihan pengucapan konsonan itu sendiri tanpa huruf hidupnya (Konsonan tunggal);







Suku Kata (CV Combination): Latihan pengucapan konsonan dengan kombinasi Konsonan Vocal: KV;



11







VCV; VK (Posisi: Awal-Pertengahan-Akhir). Aktifitas yang dapat diberikan antara lain dengan menirukan atau Menggunakan kartu suku kata;







Kata: Latihan pengucapan konsonan untuk tingkat kata (Posisi: Awal-Pertengahan-Akhir). Aktifitas yang dapat diberikan antara lain dengan menamakan benda atau gambar sesuai dengan konsonan yang mengalami kesulitan. Misalnya: /r/ awal:rumah,rambut,robot,roti, dan lainnya;







Kalimat: Latihan menggunakan konsonan yang mengalami kesulitan dalam kalimat atau bacaan (bila anak sudah dapat membaca). Misalnya: konsonan /r/: ruri memberi ira sebutir beras.







Tentunya untuk latihan pemakaian secara fungsional atau sehari-hari dalam berbicara (carry over).



3. Bahasa dan Bicara (Reseptif dan Eksprosif) Bahasa dibagi menjadi dua bagian yang disebut reseptif/ pemahaman dan ekspretif atau pengungkapan secara verbal. Terapi yang dapat diberikan: 



Phonology (bahasa bunyi);







Semantics (kata), termasuk pengembangan kosa kata;







Morphology (perubahan pada kata),







Syatax (kalimat), termasuk tatabahasa;







Discourse (Pemakaian bahasa dalam konteks yang lebih luas),







Metalinguistics (Bagaimana cara bekerjanya suatu Bahasa) dan







Pragmatics (Bahasa dalam konteks sosial).



4. Suara Terapi yang dapat diberikan: 



Terapi Suara (VoiceTherapy): Permasalahan pada Nada, volume, kualitas yang dapat dibantu dengan Facilitation Technique.



5. Pendengaran Bantun dan Terapi yang dapat diberikan:



12







Alat bantu ataupun lainnya yang bersifat medis akan di rujuk pada dokter yang terkait







Terapi penggunaan sensori lainnya untuk membantu komunikasi



2.2 Attention Deficit Hyperactivity Disorder 2.2.1. DEFINISI Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak sehingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Attention Deficit Hyperactivity Disorder secara istilah adalah hambatan pemusatan perhatian disertai kondisi hiperaktif.



2.2.2 GANGGUAN NEUROTOMI PADA ADHD Penelitian neuropsikologi menunjukkan korteks frontal dan sirkuit yang menghubungkan fungsi eksekutif basal ganglia. Dopaminergik dan noradrenergic merupakan target utama dalam pengobatan ADHD. Perubahan lainnya terjadi gangguan fungsi otak tanpa disertai perubahan struktur dan anatomi yang jelas. Penyimpangan ini menyebabkan terjadinya hambatan stimulus atau justru timbulnya stimulus yang berlebihan yang menyebabkan penyimpangan yang signifikan dalam perkembangan hubungan anak dan orangtua serta lingkungan sekitarnya. Pada pemeriksaan radiologis otak PET (position emission tomography) didapatkan gambaranbahwa pada anak penderita. ADHD dengan gangguan hiperaktif yang lebih dibandingkan anak yang normal.



2.2.3 EPIDEMIOLOGI Prevalensi ADHD pada anak usia sekolah di seluruh dunia dilaporkan sekitar 3-7% dan di Amerika prevalensi ADHD dilaporkan sekitar 2-26%. Kejadian ADHD di negara-negara lain bervariasi antara 2-20% misalnya di Ukraina prevalensi ADHD pada anak sekolah dilaporkan sebesar 20%. Prevalensi ADHD di Indonesia belum diketahui secara pasti. Penelitian yang secara terbatas



13



dilakukan di Jakarta dilaporkan prevalensi ADHD sebesar 4,2%, paling banyak pada anak usia sekolah dan pada anak laki-laki. Di Bali laporan mengenai besaran kejadian ADHD hanya bersumber dari laporan kasus di Poliklinik atau pusat terapi tumbuh kembang anak. Selama tahun 2012 jumlah pasien ADHD yang berkunjung ke poliklinik. ADHD merupakan gangguan neuro-behavioral pada anak yang terbanyak, mencakup sekitar 50% yang dirujuk ke neurologis anak, neuropsikologis, dan psikiatri anak. Prevalensi gangguan ini sebesar 2,2% untuk tipe hiperaktif-impulsif 5,3% untuk tipe campuran hiperaktif-impulsif dan inatensi, serta 15,3% untuk ADHD tipe inatensi. ADHD terjadi pada 3-5% populasi anak dan didiagnosis 2-16% pada anak usia sekolah. Terdapat kecenderungan ADHD lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dengan perbandingkan 3:1.



2.2.4 PENYEBAB ADHD Penyebab pasti dari ADHD sampai saat ini belum ditemukan. Faktor risiko yang diduga meningkatkan kejadian ADHD adalah genetic. Mutasi gen pengkode neurotransmitter dan reseptor dopmin (D2 dan D4) pada kromosom 11p memegang peranan terjadinya ADHD, dalam hal ini reseptor D2 dan D4. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bila orangtua mengalami ADHD, sebagian anak mereka dijumpai mengalami gangguan tersebut. Faktor risiko lain adalah berbagai zat yang dikonsumsi oleh ibu saat hamil yaitu tembakau dan alcohol. Riwayat BBLR juga diduga dapat meningkatkan risiko kejadian ADHD pada anak, meskipun belum diketahui apakah gejala ADHD aka nada sampai anak menjadi dewasa. Faktor riwayat lahir premature juga diduga meningkatkan kejadian ADHD dan hal ini diperkuat beberapa penelitian lain yang melaporkan bahwa 30% anak yang lahir pada usia kehamilan 36 minggu mengalami ADHD pada usia sekolah. Bayi premature juga lebih rentan terhadap masalah perkembangan termasuk ADHD. Faktor risiko lain yang juga diduga dapat meningkatkan kejadian ADHD tetapi belum banyak dilakukan penelitianadalah riwayat persalinan dengan ekstraksi forceps. Faktor riwayat kejang demam juga diduga meningkatkan kejadian ADHD selain faktor riwayat trauma kepala pada



14



anak. Hasil penelitian lain yang cukup menarik adalah dugaan bahwa konsumsi makanan manis dapat meningkatkan kejadian ADHD. ADHD cenderung meningkat karena adanya kecenderungan peningkatan jumlah kasus. Selain itu beban ADHD pada orangtua dan keluarga dirasakan cukup berat, baik dari sisi medis, psikologis, social dan financial. Upaya komprehensif diperlukan untuk mencegah terjadinya ADHD dan untuk itu diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengetahui faktor risiko yang memicu terjadinya ADHD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang meningkatkan risik terjadinya ADHD pada anak.



2.2.5 KLASIFIKASI DAN GEJALA KLINIK Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa tidak mudah untuk membedakan penyandang ADHD terutama yang tergolong ringan dengan anak normal yang sedikit lebih aktif disbanding anak yang lainnya. Tidak ada tes untuk mendiagnosis secara pasti jenis gangguan ini, mengingat gejalanya bervariasi tergantung pada usia, situasi, dan lingkungan. Hal ini menunjukkan ADHD merupakan suatu gangguan yang kompleks berkaitan dengan pengendalian diri dalam berbagai variasi gangguan tingkah laku. Ciri-ciri ADHD muncul pada masa kanak-kanak awal, bersifat menahun, dan tidak diakibatkan oleh kelainan fisik yang lain, mental, maupun emosional. Ciri utama individu dengan gangguan pemusatan perhatian, meliputi : gangguan pemusatan perhatian (inattention), gangguan pengendalian diri (impulsivity), dan gangguan dengan aktivitas yang berlebihan (hiperactivity). Terdapat 3 subtipe ADHD, yaitu: 1. predominan hiperaktif-impulsif (ADHD/HI) : simtom terbanyak (≥6) ialah kategori hiperaktif-impulsif,