Laporan Kasus Ketuban Pecah Dini [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KETUBAN PECAH DINI Laporan Kasus Ini Dibuat Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Menjalani Kepanitraan Klinik Senior di SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Pirngadi Medan



Disusun oleh: Kevin Effendi 120100131 Hesti Afriani



120100036



Mentor: dr. Ryan Andrian Pembimbing: dr. Muldjadi Affendy, M.Ked (OG), Sp.OG(K)



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER DEPARTEMEN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN 2017



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah



melimpahkan



rahmat



dan



karunia-Nya



sehingga



Penulis



dapat



menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Ketuban Pecah Dini.” Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan. Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dr. Muldjadi Affendy, M.Ked (OG), Sp.OG (K) dan mentor dr. Ryan Andrian, yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan laporan kasus ini. Penulis menyadari bahwa isi dari laporan kasus ini masih memiliki banyak kekurangan, baik dari segi materi, penggunaan bahasa, pengetikan, maupun penataan tulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran membangun agar kelak kesalahan tersebut dapat diperbaiki dalam tulisan selanjutnya. Harapan penulis semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca khususnya tenaga kesehatan agar dapat meningkatkan pengetahuan sehingga dapat memberikan pelayanan yang tepat dan komprehensif dalam praktik sehari-hari.



Medan, November 2017



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................



i



DAFTAR ISI ...................................................................................................



ii



DAFTAR GAMBAR ......................................................................................



iii



DAFTAR TABEL ..........................................................................................



iv



BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................................



1



1.1. Latar Belakang ............................................................................



1



1.2. Tujuan ..........................................................................................



2



1.3. Manfaat ........................................................................................



2



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................



3



2.1. Definisi ........................................................................................



3



2.2. Epidemiologi ...............................................................................



3



2.3. Etiologi ........................................................................................



3



2.4. Klasifikasi ....................................................................................



4



2.5. Patogenesis dan Patofisiologi ......................................................



4



2.6. Diagnosis .....................................................................................



5



2.7. Diagnosis Banding ......................................................................



8



2.8. Penatalaksanaan ..........................................................................



8



2.9. Komplikasi .................................................................................. 12 2.10. Prognosis ................................................................................... 13 BAB 3. STATUS PASIEN ............................................................................



14



BAB 4. ANALISA KASUS ...........................................................................



27



BAB 5. CLINICAL SUMMARY DAN PERMASALAHAN ....................... 30 5.1. Clinical Summary .......................................................................



30



5.2. Permasalahan .............................................................................. 30 BAB 6. KESIMPULAN ................................................................................



31



DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................



33



ii



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1.



Uji fern positif...............................................................................................7



Gambar 2.2.



Algoritma manajemen ketuban pecah dini.........................................10



iii



DAFTAR TABEL Tabel 1.



Medikamentosa yang digunakan pada ketuban pecah dini...................11



iv



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah usia gestasi 37 minggu dan disebut sebagai KPD aterm atau premature rupture of membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau preterm premature rupture of membranes (PPROM).



1,2,3



Masalah ketuban pecah dini memerlukan perhatian yang khusus dari tenaga kesehatan, oleh karena prevalensinya yang cukup besar dan cenderung meningkat. Kejadian KPD aterm terjadi pada sekitar 6,46-15,6% kehamilan aterm dan KPD preterm terjadi pada sekitar 2-3% dari semua kehamilan tunggal dan 7,4% dari kehamilan kembar. KPD preterm merupakan komplikasi pada sekitar 1/3 dari semua kelahiran prematur, yang telah meningkat sebanyak 38% sejak tahun 1981.



1



Kejadian ketuban pecah dini dihubungkan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal. Sekitar 1/3 dari perempuan yang mengalami KPD preterm akan mengalami infeksi yang berpotensi berat. Infeksi yang terjadi pada ibu dapat berupa endomyometritis maupun korioamnionitis yang dapat berujung pada sepsis dan kematian.



1,2



Selain komplikasi maternal, fetus/neonatus akan berada pada risiko morbiditas dan mortalitas yang jauh lebih besar, hingga 47,9% bayi mengalami kematian terkait KPD preterm. Persalinan prematur juga berpotensi untuk memunculkan berbagai komplikasi lainnya, seperti malpresentasi, kompresi tali pusat, oligohidramnion, necrotizing enterocolitis, gangguan neurologi, perdarahan intraventrikel, dan sindrom distress pernapasan (acute respiratory distress syndrome). KPD preterm berhubungan dengan kematian perinatal sebesar 18-20% di Amerika Serikat. Selain itu, prematuritas dan berat bayi lahi rendah merupakan penyebab kematian neonatus yang utama di dunia (31%).



1,4,5



Ketuban pecah dini merupakan penyebab utama peningkatan morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal yang berkontribusi dalam tingginya angka



1



kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Selain itu, biaya yang diperlukan dalam perawatan ibu dan bayi yang lahir akibat ketuban pecah dini, terutama



KPD



preterm



sangatlah



besar



sehingga



dapat



menimbulkan



permasalahan baru dalam sistem jaminan kesehatan di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus baik dari tenaga kesehatan maupun pemerintah dalam menurunkan angka kejadian KPD serta memberikan pelayanan kesehatan yang tepat dan komprehensif pada pasien dengan KPD. 1.2. Tujuan Tujuan pembuatan laporan kasus ini adalah untuk pemenuhan tugas Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi, Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan. Selain itu, laporan kasus ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai “ketuban pecah dini” sehingga pembaca dapat memahami pengertian, etiologi, penegakan diagnosis, dan tatalaksana dari ketuban pecah dini secara baik. 1.3. Manfaat Laporan kasus ini diharapkan dapat memberi informasi dan meningkatkan pemahaman pembaca mengenai ketuban pecah dini dan penegakan diagnosis serta tatalaksana yang dapat dilakukan. Selain itu, pembuatan laporan kasus ini diharapkan juga dapat mengembangkan kemampuan penulis maupun pembaca khususnya peserta KKS untuk lebih memahami mengenai ketuban pecah dini.



2



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature rupture of membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau preterm premature rupture of membranes (PPROM).



1,2



2.2. Epidemiologi Kejadian KPD aterm terjadi pada sekitar 6,46-15,6% kehamilan aterm dan KPD preterm terjadi pada sekitar 2-3% dari semua kehamilan tunggal dan 7,4% dari kehamilan kembar. KPD preterm merupakan komplikasi pada sekitar 1/3 dari semua kelahiran prematur, yang meningkat sebanyak 38% sejak tahun 1981.



1



2.3. Etiologi Penyebab pasti dari ketuban pecah dini tidak atau masih belum diketahui secara jelas sehingga tindakan preventif yang dapat dilakukan hanyalah menekan angka kejadian infeksi. Akan tetapi, terdapat beberapa faktor risiko yang dihubungkan dengan ketuban pecah dini, yaitu:



6,7



a.



Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis)



b.



Infeksi pada traktus genital (pyelonefritis, sistitis, servisitis dan vaginitis)



c.



Overdistensi uterus



d.



Perdarahan antepartum



e.



Indeks massa tubuh yang rendah



f.



Defisiensi nutrisi



g.



Connective tissue disease



h.



Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya



i.



Prosedur medis (amniosentesis)



j.



Trauma



3



k.



Status sosio-ekonomi yang rendah



l.



Merokok Keseluruhan faktor risiko yang telah disebutkan di atas, baik spesifik



maupun secara bersamaan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Meskipun demikian, seringkali penyebab pasti dari ketuban pecah dini tidak diketahui dan banyak pasien berisiko tinggi yang melahirkan dalam kondisi aterm tanpa mengalami ketuban pecah dini.



6



2.4. Klasifikasi a.



Ketuban pecah dini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Ketuban pecah dini preterm



1,2,8



Ketuban pecah dini preterm (PPROM) merupakan pecah ketuban yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin, dan tes fern atau IGFBP-1 (+) pada usia kehamilan 3



15.000/mm menunjukkan kemungkinan terjadinya infeksi. 2.7. Diagnosis Banding Diagnosis banding dari ketuban pecah dini, yaitu: 1. Fistula vesiko vaginal dengan kehamilan 2.



11



Stress inkontinensia



2.8. Penatalaksanaan Prinsip utama penatalaksanaan ketuban pecah dini adalah untuk mencegah mortalitas dan morbiditas perinatal pada ibu dan bayi yang disebabkan oleh infeksi atau akibat kelahiran preterm pada kehamilan di bawah 37 minggu. Prinsip penatalaksanaan ini diawali dengan penegakan diagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan beberapa pemeriksaan penunjang. Setelah diagnosis pasti



8



ketuban pecah dini ditegakkan, penatalaksanaan dilakukan berdasarkan usia gestasi dengan mempertimbangkan proses kematangan organ janin dan bagaimana mobiditas dan mortalitas apabila dilakukan persalinan maupun tokolisis.



1,2



Terdapat dua manajemen dalam penatalaksanaan ketuban pecah dini, yaitu manajemen aktif dan ekspektatif. Manajemen ekspektatif adalah penanganan dengan pendekatan tanpa intervensi, sementara manajemen aktif melibatkan klinisi untuk lebih aktif mengintervensi persalinan. Berikut adalah tatalaksana yang dilakukan pada ketuban pecah dini berdasarkan usia kehamilan: a.



1,2,3



Ketuban pecah dini pada usia kehamilan 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal, dapat dilakukan seksio sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 25-50 μg intravaginal setiap 6 jam, maksimal 4 kali. Akan tetapi, induksi persalinan dengan prostaglandin pervaginam berhubungan dengan peningkatan risiko korioamnionitis dan infeksi neonatal bila dibandingkan dengan induksi oksitosin sehingga oksitosin lebih dipilih untuk induksi pada kasus ketuban pecah dini. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri. Apabila skor pelvik 5, lakukan induksi persalinan.



1,2,9



1



Tabel 1. Medikamentosa yang digunakan pada ketuban pecah dini. Magnesium Untuk efek neuroproteksi Dilakukan pemberian magnesium sulfat IV dengan pada KPD preterm < 31 minggu



bila



bolus 6 gram selama 40 menit dilanjutkan infus 2



persalinan gram/jam untuk dosis pemeliharaan sampai persalinan



diperkirakan dalam waktu 24



atau sampai 12 jam terapi.



jam 11



Kortikosteroid Untuk menurunkan risiko



Dilakukan pemberian betamethasone 12 mg IM setiap



sindrom distress pernapasan



24 jam dikali 2 dosis. Jika betamethasone tidak tersedia, gunakan deksamethasone 6 mg IM setiap 12 jam.



Antibiotik Untuk mencegah infeksi



Dilakukan pemberian ampicillin 2 gram IV setiap 6 jam dan eritromisin 250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam, dikali 4 dosis diikuti dengan amoksisilin 250 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari dan eritromisin 333 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari. Jika pasien alergi ringan terhadap penisilin, dapat digunakan cefazolin 1 gram IV setiap 8 jam selama 48 jam dan eritromisin 250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam diikuti dengan cephalexin 500 mg PO setiap 6 jam selama 5 hari dan eritromisin 333 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari. Jika pasien alergi berat terhadap pensilin, dapat diberikan vancomycin 1 gram IV setiap 12 jam selama 48 jam dan eritromisin 250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam diikuti dengan klindamisin 300 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari.



2.9. Komplikasi Komplikasi akibat pecah ketuban dini dapat terjadi baik pada ibu maupun pada janin. Komplikasi pada ibu yang umumnya terjadi adalah infeksi intrauterin. Infeksi tersebut dapat berupa endomyometritis maupun korioamnionitis yang berujung pada sepsis. Pada sebuah penelitian, diperoleh 6,8% ibu hamil dengan KPD mengalami endomyometritis dan 1,2% diantaranya mengalami sepsis namun tidak ada yang meninggal dunia. 40,9% pasien yang melahirkan setelah mengalami KPD harus dikuret untuk mengeluarkan sisa plasenta dan 4% perlu mendapatkan transfusi darah karena kehilangan darah yang signifikan.



1



12



Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi pada janin adalah persalinan lebih awal. Periode laten, yang merupakan masa dari pecahnya selaput amnion sampai peraslinan secara umum bersifat proporsional secara terbalik dengan usia gestasi pada saat KPD terjadi. Selain itu, apabila KPD terjadi sangat cepat, neonatus yang lahir hidup dapat mengalami sekuele seperti malpresentasi, kompresi tali pusat, oligohidramnion, necrotizing enterocolitis, gangguan neurologi, perdarahan intraventikel, dan sindrom distress pernapasan.



1,12



2.10. Prognosis Prognosis dari pasien dengan ketuban pecah dini bergantung pada tatalaksana yang dilakukan dan komplikasi yang mungkin timbul serta usia kehamilan.



7



13



BAB 3 STATUS PASIEN



Status Ibu Hamil Anamnesis pribadi Nama



: Ny. LRH



Umur



: 27 tahun



Pekerjaan



: Ibu Rumah Tangga



Pendidikan



: Tamat SMA



Agama



: Katolik



Suku/Bangsa



: Batak / Indonesia



Alamat



: Jln. Pelita 1, Medan



Tanggal Masuk



: 03 November 2017



Jam Masuk



: 04.43 WIB



No.RM



: 01.04.23.05



Paritas



: G1P0A0



Anamnesis umum Keluhan utama



: Keluar cairan ketuban dari kemaluan



Telaah



: Hal ini telah dialami pasien sejak ± 4 jam sebelum masuk rumah sakit (Pukul 00.30, Tanggal 03 November 2017). Cairan yang keluar berwarna kehijauan, tidak berbau, keluar secara terus-menerus dan pasien telah mengganti pembalut sebanyak 3 kali. Keluar lendir darah dari kemaluan tidak dijumpai. Mules-mules mau melahirkan tidak dijumpai. Riwayat trauma tidak berjumpai. Riwayat keputihan dijumpai sejak ± 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Riwayat demam tidak dijumpai. Kebiasaan merokok tidak dijumpai. Buang air besar dan buang air kecil dalam batas normal.



RPT



:-



14



RPO Riwayat Haid



:-



Menarche usia 12 tahun Frekuensi haid



: Lamanya 4-5 hari, siklus teratur 28 hari



HPHT



: 05 Februari 2017



TTP



: 12 November 2017



ANC



: Sp.OG 3x



Riwayat Persalinan 1. Hamil ini. Status Presens Sensorium



: Compos mentis



Anemis



: (+)



TD



: 120/80 mmHg



Ikterik



: (-)



HR



: 84 x/i



Sianosis



: (-)



RR



: 20 x/i



Dyspneu



: (-)



Temp



: 36,7°C



Edema



: (-)



Status Generalisata Kepala



: Konjungtiva palpebra inferior anemis (+/+) Sklera ikterik (-/-)



Leher



: Dalam batas normal



Thorax



: SP: Vesikuler di kedua lapangan paru ST: Ronki (-/-), Wheezing (-/-)



Abdomen



: Membesar asimetris, peristaltik (+) normal



Ekstremitas



: Akral hangat, CRT