23 0 2 MB
LAPORAN KASUS III
Mata Kanan Kiri Astigmatisma Miopia Kompositus + Ambliopia sedang + Anisometropia Mata kanan kiri Eksotropia Sensoris
Disusun Oleh : dr. Astidya Miranti Putri
Pembimbing : dr. Fatimah Dyah Nur Astuti, MARS, Sp.M(K)
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2019
1
LAPORAN KASUS
Mata Kanan Kiri Astigmatisma Miopia Kompositus + Ambliopia sedang + Anisometropia Mata Kiri Eksotropia Sensoris Dibacakan oleh
:
dr. Astidya Miranti Putri
Pembimbing
:
dr. Fatimah Dyah Nur Astuti, MARS, Sp.M(K)
I.
PENDAHULUAN Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta sampai 2,3 milyar. Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama pada penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Ditemukan jumlah penderita kelainan refraksi di Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa.1,2 Astigmatisme berasal dari bahasa Yunani, "a" yang berarti tidak dan "stigma" yang berarti titik. Astigmatisme terjadi ketika cahaya yang masuk tidak dibiaskan pada satu titik dan tidak terfokus pada retina.3 Astigmatisma Miopikus kompositus yaitu dimana sinar-sinar sejajar yang masuk ke bola mata dibiaskan oleh media refrakta dalam sumbu orbital akan terbentuk fokus bayangan dua titik di depan retina semua. Astigmatisme jenis ini, titik fokus dari daya bias terkuat berada di depanretina, sedangkan titik fokus dari daya bias terlemah berada di antara titik A dan retina.1,4 Ambliopia adalah suatu kelainan fungsional dari penglihatan tanpa disertai kelainan organik, dan terbagi atas empat tipe yaitu; strabismus, anisometropik, ametropik, dan deprivasi stimulus. Bentuk yang paling sering ditemukan ialah tipe strabismus. 5 Laporan kasus ini membahas seorang anak perempuan berusia 11 tahun dengan mata kanan kiri Astigmatisma Miopia Kompositus dan Ambliopia Sedang. Perjalanan klinis, dasar diagnosis, penatalaksanaan dan prognosis akan menjadi bahan diskusi pada laporan kasus ini.
2
II.
IDENTITAS PENDERITA Nama
: An. Y
Umur
: 11 tahun
No CM
: C630365
Alamat
: Kancilan, Jepara
Pekerjaan
: Pelajar
III. ANAMNESIS ( 15 Mei 2019 ) Alloanamnesis (ibu pasien) Keluhan utama : Penglihatan mata kanan dan kiri kabur saat melihat jauh Riwayat penyakit sekarang : Sejak pasien berusia 4 tahun 5 bulan, menurut orang tua pasien, mata kanan dan kiri anak mengeluh penglihatan kabur saat melihat jauh, seringkali memicingkan matanya saat menonton televisi disertai pusing (+), mata kocak (-), mata merah (-), nyeri (-) lalu pasien diperiksakan ke Rumah Sakit setempat dan diberikan kacamata namun tidak rutin dipakai. Pasien rutin kontrol ke RS daerah setempat, namun karena ukuran kacamata pasien tidak maksimal sehingga dirujuk ke Rumah Sakit Dokter Kariadi. Selama + 2 tahun ini pasien kontrol rutin ke Rumah Sakit Dokter Kariadi yang sudah menjalani terapi kacamata dan patching tiap 4 jam bergantian mata kanan kiri hingga saat ini. + 2 bulan ini pasien mengeluh kacamata yang dipakai kurang nyaman dengan kekuatan mata kanan S-5.50 C-1.25 x 60 dan mata kiri S-6.25 C-1.00 x 10 disertai pusing, mata kiri tampak bergulir keluar (+), mata kocak (-), penglihatan dobel (-), mata merah (-), nyeri (-), benda beterbangan (-), kilatan cahaya (-), penglihatan ganda (-). Pusing (+) yang dirasakan terkadang pada saat membaca dan saat melihat papan tulis di sekolah, pasien perlu memicingkan mata untuk dapat melihat dengan jelas. Keluhan tersebut mengganggu aktifitasnya sebagai pelajar. Riwayat Penyakit Dahulu : - Riwayat menggunakan kacamata sebelumnya (+) saat usia 4 tahun 5 bulan : Mkaki -4,00 Dioptri - Riwayat anak lahir spontan, Berat Badan Lahir Normal - Riwayat kejang (-) - Riwayat trauma kepala (-) 3
- Riwayat trauma pada mata (-) - Riwayat operasi mata sebelumnya (-) Riwayat Penyakit Keluarga : - Riwayat anggota keluarga lain menderita penyakit seperti ini kakak pasien, sejak usia SD menggunakan kacamata Mkaki -5.00 Dioptri. - Riwayat anggota keluarga menderita mata juling (-) Riwayat Sosial Ekonomi : - Pasien seorang pelajar, yang dibiayai oleh orangtua - Kesan sosial ekonomi kurang IV.
PEMERIKSAAN FISIK Status Praesens (15 Mei 2019) Keadaan Umum : baik Kesadaran : komposmentis Nadi : 100x/menit RR : 20x/menit Suhu : afebris
V.
Status Oftalmologi (15 Mei 2019) OD
OS
Visus KMS
6/15
6/15
Visus dasar
6/38
6/38
Pre
6/38 S-7.00 6/15 PH (-)
6/38 S-8.00 6/15 PH (-)
Post
6/24 S -6.00 6/15 PH (-)
6/30 S-7.00 6/15 PH (-)
S-5.00 C-1.00 x 1800 6/15
S-6.00 C-1.00 x 1800 6/15
Bebas kesegala arah
Bebas kesegala arah
Visus
koreksi
sikloplegik Visus
koreksi
sikloplegik Streak retinoskopi Gerak bolamata
4
Tekanan Intra Okular Kornea Bilik mata depan Iris Pupil Lensa Fundus reflex Funduskopi
19,9 mmHg
19,1 mmHg
Jernih
Jernih
Van Herrick grade III
Van Herrick grade III
Kripte (+)
Kripte (+)
Bulat, sentral, reguler,
Bulat, sentral, regular,
∅3mm, refleks pupil (+)
∅3mm, reflek pupil (+)
Jernih
Jernih
Cemerlang
Cemerlang
Papil N II : bulat, sentral,
Papil N II : bulat, sentral,
regular, CDR 0,3, warna
regular, CDR 0,3, warna
kuning kemerahan
kuning kemerahan
Vasa : perjalanan vasa
Vasa : perjalanan vasa
dalam batas normal
dalam batas normal
Retina : tigroid (+), ablasio
Retina : tigroid (+), ablasio
(-), lattice (-), stafiloma
(-), lattice (-), stafiloma
postikum (-), miopik CNV
postikum (-), miopik CNV
(-), myopic cresent (-)
(-), myopic cresent (-)
Makula : reflek fovea
Makula : reflek fovea
cemerlang
cemerlang
5
Pemeriksaan penunjang OD
OS
70 XT
150 XT
00
00
Cover test
Shifting (+)
Shifting (+)
Uncover test
Shifting (+)
Shifting (+)
Hirschberg test tanpa kacamata
Hirschberg test dengan kacamata
Alternanting Cover Test Krimsky Binokularitas
Shifting (+) Dekat 14 prisma dioptri, jauh 16 prisma dioptri Pusing (-), distorsi (-), diplopia (-), WFDT normal, TNO : tidak dapat melihat gambar, Lang test : hanya dapat melihat bintang
Crowding phenomena
6/15
6/15
Neutral Density Filter
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
test
6
Pemeriksaan Keratometri dan Topografi kornea Gambar 1. Hasil pemeriksaan keratometri dan topografi
Kesimpulan kesan korneal flat, dengan corneal astigmat tinggi VI. RESUME Seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang dengan keluhan visus turun sejak 6 tahun lalu, progresif perlahan, tidak disertai mata merah, nyeri, floaters maupun flashes. Status refraksi kedua mata tidak sama (mata kiri lebih berat). Riwayat memakai kacamata sejak usia 4 tahun 5 bulan namun tidak rutin selama 4,5 tahun sehingga pasien dirujuk ke RS Kariadi. Kondisi pasien saat diperiksa 2 bulan lalu penglihatan dengan kacamatanya sudah tidak nyaman disertai mata kanan kiri eksodeviasi dan riwayat pemberian patching tiap 4 jam bergantian mata kanan kiri sejak 2 tahun ini selama berobat rutin ke RS Kariadi. Status ophtalmologi OD
OS
Visus KMS
6/15
6/15
Visus dasar
6/38
6/38
pre
6/38 S-7.00 6/15 PH (-)
6/38 S-8.00 6/15 PH (-)
post
6/24 S -6.00 6/15 PH (-)
6/30 S-7.00 6/15 PH (-)
Visus
koreksi
sikloplegik Visus
koreksi
sikloplegik Streak retinoskopi Gerak bolamata Tekanan Intra Okular Kornea Pupil
S-5.00 C-1.00 x 1800 6/15
S-6.00 C-1.00 x 1800 6/15
Bebas kesegala arah
Bebas kesegala arah
19,9 mmHg
19,1 mmHg
Jernih
Jernih
Bulat, sentral, reguler,
Bulat, sentral, regular,
7
∅3mm, refleks pupil (+)
∅3mm, reflek pupil (+)
Jernih
Jernih
Fundus reflex
Cemerlang
Cemerlang
Funduskopi
Tigroid (+)
Tigroid (+)
Lensa
OD
OS
70 XT
150 XT
00
00
Cover test
Shifting (+)
Shifting (+)
Uncover test
Shifting (+)
Shifting (+)
Crowding phenomena
6/15
6/15
Hirschberg test tanpa kacamata Hirschberg test dengan kacamata
Alternating Cover Test
Shifting (+)
Krimsky
Dekat 14 prisma dioptri, jauh 16 prisma dioptri
Binokularitas
Pusing (-), distorsi (-), diplopia (-), WFDT normal, TNO : tidak dapat melihat gambar, Lang test : hanya dapat melihat bintang
Hasil pemeriksaan penunjang : Keratometri dan topografi kornea : kesan korneal flat, dengan corneal astigmat tinggi VII.
DIAGNOSIS BANDING -
Mata kanan kiri Astigmatisma Miopia Kompositus
-
Mata kanan kiri Ambliopia Sedang
-
Mata kanan kiri Anisometropia
-
Mata kanan kiri Eksotropia Sensoris
-
Mata kanan kiri Eksotropia Intermitten
VIII. DIAGNOSIS KERJA -
Mata kanan kiri Astigmatisma Miopia Kompositus
-
Mata kanan kiri Ambliopia Sedang
-
Mata kanan kiri Anisometropia
-
Mata kanan kiri Eksotropia Sensoris
8
IX.
PENATALAKSANAAN Fitting RGP (pasien menolak) Resep kacamata Patching tiap 4 jam bergantian mata kanan kiri
X.
PROGNOSIS OD
OS
Quo ad visam
Ad bonam
Ad bonam
Quo ad sanam
Ad bonam
Ad bonam
Quo ad vitam
Ad bonam
Ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Quo ad kosmetikam
XI. EDUKASI •
Menjelaskan kepada orangtua bahwa kedua mata pasien mengalami kelainan rabun jauh dan mata malas dikarenakan struktur bolamata yang panjang.
•
Menjelaskan kepada orangtua bahwa penglihatan kedua mata pasien tidak bisa maksimal meskipun sudah diberikan terapi kacamata dan patching.
•
Menjelaskan kepada pasien dan orangtua untuk tetap menggunakan kacamata agar penglihatan tidak semakin memburuk.
•
Menjelaskan kepada pasien dan orangtua bahwa penggunaan patching tetap dilakukan sesuai aturan.
•
Menjelaskan kepada pasien dan orangtua untuk mengurangi aktifitas jarak dekat dan meningkatkan aktifitas jarak jauh.
XII. DISKUSI DAN ANALISIS KASUS Astigmatisma adalah keadaan dimana terjadi penglihatan yang kabur karena sinar dari arah berbeda-beda difokuskan pada titik yang berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan kelengkungan kornea yang bervariasi. 4,6 Penyebab terjadinya astigmatisma adalah : 1 •
Kornea Merupakan kesalahan pembiasan yang paling besar, yaitu mencapai 80% hingga 90% dari astigmatisma yang terjadi karena perubahan lengkung kornea tanpa pemendekkan atau pemanjangan diameter anterior posterior bolamata. Perubahan
9
tersebut dapat terjadi karena kelainan kongenital, kecelakaan, bekas luka di kornea, peradangan kornea serta akibat pembedaha kornea. •
Lensa kristalin Semakin bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga semakain berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami kekeruhan yang dapat menyebabkan astigmatismus. Astigmatismus yang terjadi karena kelainan pada lensa kristalin ini disebut juga astigmatisma lentikuler.
Klasifikasi Astigmatisma berdasarkan letak titik astigmatisma : 1,7 •
Astigmatisme regular Dikategorikan regular jika meredian – meridian utamanya (meredian di mana terdapat daya bias terkuat dan terlemah di sistem optik bolamata), mempunyai arah yang saling tegak lurus. Misalnya, jika daya bias terkuat berada pada meredian 90°, maka daya bias terlemahnya berada pada meredian 180°. Astigmatisma jenis ini, jika mendapat koreksi lensa silindris yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan
normal.
Tentunya
jika
tidak
disertai
dengan
adanya
kelainan penglihatan yang lain. Menurut letak fokusnya terhadap retina, astigmatisme regular dibedakan dalam 5 jenis, yaitu :
•
§
Astigmatisma Miopia Simplex
§
Astigmatisma Hipermetropia Simplex
§
Astigmatisma Miopia Kompositus
§
Astigmatisma Hipermetropia Kompositus
§
Astigmatisma Mixtus
Astigmatisma Irregular Bentuk astigmatisma ini, meredian - meredian utama bolamatanya tidak saling tegak lurus. Astigmatisma yang demikian bisa disebabkan oleh ketidakberaturan
kontur
permukaan
kornea
ataupun
lensa
mata,
juga bisa disebabkan oleh adanya kekeruhan tidak merata pada bagian dalam bolamata ataupun lensa mata (misalnya pada kasus katarak stadium awal). Astigmatisma jenis ini sulit untuk dikoreksi dengan lensa kacamata atau lensa kontak lunak (softlens). Meskipun bisa, biasanya tidak akan memberikan hasil akhir yang setara dengan tajam penglihatan normal. 10
Pemeriksaan yang dilakukan untuk astigmatisma yaitu ; Cara pengaburan (fogging technique of refraction), Uji Keratometri, dan Uji silang silinder Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak berakomodasi dibiaskan pada satu titik di depan retina. Miopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya adalah “nearsightedness”. 8,9 Menurut umur : 3 •
kongenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak)
•
Youth-onset myopia (< 20 tahun)
•
Early adult-onset myopia (20-40 tahun)
•
Late adult-onset myopia (> 40 tahun)
Berdasarkan penyebabnya dikenal dua jenis myopia, yaitu: 3,9 •
Myopia aksial adalah myopia yang disebabkan oleh sumbu orbita yang lebih panjang dibandingkan panjang fokus media refrakta. Dalam halini, panjang fokus media refrakta adalah normal (± 22,6 mm) sedangkan panjang sumbu orbita > 22,6 mm.
•
Miopia refraktif adalah miopia yang disebabkan oleh bertambahnya indeks bias media refrakta. Pada miopia refraktif, menurut Albert E. Sloane dapat terjadi karena beberapa macam sebab, antara lain : •
Kornea terlalu melengkung (< 7,7 mm).
•
Terjadi
hidrasi/penyerapan
cairan
pada
lensa
kristalina
sehingga bentuk lensa kristalina menjadi lebih cembung dan daya
biasanya
meningkat. Hal ini biasanya terjadi pada penderita katarak stadium awal (imatur). •
Terjadi peningkatan indeks bias pada cairan bolamata (biasanya terjadi pada penderita diabetes melitus).
Beberapa hal yang mempengaruhi resiko terjadinya miopia, antara lain: 9 • Keturunan. Orang tua yang mempunyai sumbu bolamata yang lebih panjang dari normal akan melahirkan keturunan yang memiliki sumbu bolamata yang lebih panjang dari normal pula. • Ras/etnis. Ternyata, orang Asia memiliki kecenderungan myopia yang lebih besar (70% - 90%) dari pada orang Eropa dan Amerika (30% - 40%). Paling kecil adalah Afrika (10% - 20%). 11
• Perilaku. Kebiasaan melihat jarak dekat secara terus menerus dapat memperbesar resiko miopia. Demikian juga kebiasaan membaca dengan penerangan yang kurang memadai. Penatalaksanaan school myopia/miopia simplek meliputi pemberian kacamata koreksi. Koreksi kacamata yang diberikan mempunyai kekuatan koreksi penuh. Cara ini membuat anak dapat melihat dengan jelas pada jarak yang jauh dan akan mengembangkan akomodasi dan konvergensi yang normal.12 Menurut Sato pemberian kacamata dengan kekuatan refraksi yang tinggi dapat meningkatkan progresifitas miopia. Pemberian koreksi yang lebih rendah dari koreksi yang seharusnya bertujuan untuk mengurangi akomodasi, sehingga mempunyai jarak baca dekat yang ideal. 22 Pada pasien ini didapatkan usia 11 tahun dengan ras Asia, memiliki kebiasaan melihat dengan jarak dekat, dan memiliki riwayat keluarga memakai kacamata yaitu kakak kandungnya yang sejak usia SD dengan kekuatan kacamata sferis -5.00 dioptri. Berdasarkan klasifikasinya, pasien ini termasuk dalam kategori Astigmatisma Miopia Kompositus yang merupakan salah satu jenis astigmatisma regular, dilihat dari pemeriksaan visus koreksi didapatkan mata kanan S-5.00 C-1.00 x 1800 dan mata kiri S6.00 C-1.00 x 1800 dengan metode pemeriksaan fogging technique of refraction. Pemeriksaan keratometri pada pasien ini didapatkan korneal flat dengan korneal astigmat tinggi dan kelengkungan kornea 7,38mm, hal ini sesuai dengan teori bahwa ada perubahan kelengkungan kornea (