PDF Laporan Kasus Bronkopneumonia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS BRONKOPNEUMONIA



Disusun oleh : Ian Huang



17120080098



Pembimbing : dr. Weny Tjiali, Sp. A



KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT ANAK SILOAM HOSPITALS LIPPO VILLAGE FAKULTAS KE&OKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN Periode () Ag*+t*+ - 3 No/ember (01(



DAFTAR ISI DAFTAR ISI........................................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................3 BAB II LAPORAN KASUS..............................................................................................4 I.



IDENTITAS...........................................................................................................4



II.



ANAMESIS............................................................................................................4



III.



PEMERIKSAAN FISIK.......................................................................................7



IV.



PEMERIKSAAN PENUNJANG....................................................................10



V.



RESUME..........................................................................................................11



VI.



DIAGNOSIS....................................................................................................11



VII.



PENATALAKSANAAN...............................................................................12



IX.



FOLLOW UP.....................................................................................................13



BAB III TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................14 BAB IV DISKUSI............................................................................................................18 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................20



2



BAB I PEN&AHULUAN Pneumonia merupakan penyebab 1 dari 5 kematian anak berusia dibawah 5 tahun (balita) di dunia dengan tingkat mortalitas lebih dari dua juta anak per tahunnya.



1



Sekitar 15$ juta kasus pneumonia pada anak ditemukan setiap tahunnya dengan 151 juta kasus dilaporkan dari negara berkembang% antara lain India (43 juta)% Cina (21 juta)% Pakistan (10 juta)% dan *angladesh% Indonesia% dan +igeria ($ juta per negara).2 Anak dengan pneumonia dapat memiliki gejala yang beragam tergantung faktor resiko % umur% dan etiologi dari infeksinya% namun 7-13/ dari seluruh kasus pneumoniamasyarakat (community-acquired pneumonia) mengancam nyawa dan membutuhkan perawatan di rumah sakit. 1%2 Penyakit yang secara spesifik menyerang jaringan parenkim paru ini umum ditemukan di praktik klinik sehari-hari dan biasanya dapat didiagnosis secara klinis dengan adanya takipnea (napas cepat)% demam% dan batuk. 4%5 Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium dan radiologi memiliki peran dalam mempertegas diagnosis pneumonia% dan memberikan gambaran terhadap lokasi infeksi dan kemungkinan dari penyebabnya.4 Membedakan pneumonia bakterial dengan viral sangat sulit% namun terdapat literatur yang yang memberikan pedoman bahwa pneumonia bakterial awitannya cepat% batuknya produktif% pasien tampak toksik% leukositosis% dan terdapat perubahan nyata pada pemeriksaan radiologis. $ Pneumonia tetap merupakan penyebab kematian anak paling utama di dunia% meskipun telah tersedia intervensi yang sederhana% aman% efektif% dan tidak mahal untuk



menanggulangi



pneumonia.1.3



Antibiotik



sebagai



pengobatan



yang



direkomendasikan menjangkau sangat sedikit anak yaitu kurang dari 20/ anak yang terdiagnosis dengan pneumonia. Para peneliti menyatakan apabila pemberian antibiotik ditingkatkan% maka sekitar $00.000 nyawa dapat diselamatkan per tahunnya.3 3erapi preventif meliputi pemberian vaksinasi% nutrisi adekuat% ASI (Air Susu Ibu) eksklusif dan seng (4inc).1 Laporan kasus ini memaparkan seorang anak laki-laki berusia 1 tahun 2 bulan yang mengalami bronkopneumonia dan tidak memiliki riwayat imunisasi terhadap Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenza tipe *.



3



BAB II LAPORAN KASUS



I.



I&ENTITAS +ama Jenis Kelamin Umur 3empat% 3anggal Lahir 2011 Kebangsaan Suku *angsa 3anggal masuk RS 3anggal keluar RS 2012 +o. Rekam Medis



II.



: An. DJ : Laki-laki : 1 3ahun 2 bulan : 3angerang% 5 Mei : Indonesia : Jawa : 24 September 2012 : 27 September : RSUS.0000501$2$



ANAMESIS Anamnesis di lakukan secara alloanamnesis (ibu pasien) pada tanggal 24 September 2012 Kel*2an Utama: Sesak napas Ri3ayat Penya4it Se4arang : Pasien datang bersama ibunya ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Siloam (IGD RSUS) pada tanggal 24 September 2012 mengeluhkan sesak napas sejak 3 hari yang lalu. Pasien terlihat berusaha menghirup nafas sangat kuat dan sempat disertai kebiruan di sekitar mulutnya. Sebelum terlihat sesak% pasien batuk-batuk berdahak dan terdapat pilek semenjak 1 minggu yang lalu. *atuk terlihat semakin berat dan warna dahak yang keluar berwarna merah muda sejak 3 hari yang lalu% namun pilek sudah tidak ada. Panas juga dirasakan sejak 3 hari ini. Panas muncul disertai menggigil dan dirasakan sepanjang hari. Pasien sudah berobat ke rumah sakit lain dan diberikan obat-obat yang ibunya tidak tahu namanya serta dinebulisasi sebanyak 3 kali% namun batuk tidak dirasakan membaik.



Ri3ayat Penya4it &a2*l*:



4



Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa% tidak sering batuk berulang dan tidak pernah di rawat di rumah sakit sebelumnya. Riwayat 3* paru% asma dan kejang demam disangkal. Riwayat Penyakit Keluarga: Ibu pasien memiliki riwayat alergi yaitu bersin-bersin setiap pagi. Adik dari ibu pasien memiliki riwayat asma. Riwayat 3* paru% darah tinggi dan diabetes mellitus dalam keluarga disangkal. Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan: Ayah pasien merupakan seorang wiraswasta dan Ibu pasien seorang ibu rumah tangga. Status ekonomi keluarga pasien menengah ke bawah. 3idak ada tetanga atau orang di sekitar pasien yang mengalami batuk-pilek belakangan ini. Riwayat Kehamilan Perawatan antenatal • •



-



: 3eratur% oleh dokter spesialis



kandungan dan bidan Penyakit semasa hamil : 3idak ada Obat yang di konsumsi selama kehamilan : Bmenit o Suhu : 38°C • Data Antropometri : o *erat *adan : 8%4 kg o 3inggi *adan : 78 cm o Lingkar Kepala : 47 cm Status Lokalis • Kepala o *entuk : normocephal% deformitas (-)% hematoma (-) o Rambut : hitam dan tidak mudah dicabut o Ubun-ubun : sudah menutup



















Waja2



: Simetris% bells palsy (-)% tic facialis (-)% kelainan



kongenital (-) Mata o Sklera o Konjungtiva o Sekret o Edema palpebral o Pupil



: tidak ikterik : tidak anemis : tidak ada : +B+ : 3 mmB 3mm



bulat



isokor% refleks



cahaya langsung dan tak langsung +B+ o Lensa : jernih Telinga o *entuk : normal% simetris o Serumen : tidak ada o Sekret : tidak ada Hid*ng o *entuk : normal% deviasi septum nasi (-) o Sekret : tidak ada o Epistaksis : tidak ada Tenggoro4an o 3onsil : 31B31 tenang o @aring : tidak hiperemis



7















Mulut



Mukosa lembab% sianosis (-)% kelainan



kongenital (-) o *ibir : tidak pucat% tidak kering o Lidah : lembab% ditengah% sianosis (-)% tremor(-) o Mukosa mulut : lembab Leher o KG* : tidak ada pembesaran% nyeri tekan (-) o 3iroid : tidak ada pembesaran Thoraks : 3idak di temukan kelainan bentuk thora>% pectus e>cavatum (-)% pectus carinatum (-)% massa (-)% lesi (-)% nyeri saat inspirasi atau ekspirasi (-) o *entuk : normal o Paru Inspeksi : simetris statis dan dinamis% retraksi 















o



suprasternal (+)% interkostal (+)% substernal (+) Palpasi : fremitus simetris Perkusi : redup pada seluruh lapang paru Auskultasi: bronkial% ronkhi (+B+) di seluruh lapang



paru% wheeCing (-)% stridor (-) Jantung Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak tampak Palpasi : Iktus kordis teraba 2cm medial dari 











linea midklavikula sinistra rongga interkosta < Perkusi : *atas jantung kanan pada linea parasternal interkostal III dekstra% batas jantung kiri pada 2 cm medial dari linea midklavikula interkosta < sinistra% batas atas jantung pada linea parasternal







interkosta III sinistra Auskultasi : S1 S2 reguler% arrhythmia (-)% murmur (-)% gallop (-)



Abdomen O Inspeksi : massa (-)% skar (-) O Auskultasi : *ising usus positif normal O Palpasi : supel% datar% hepatosplenomegali (-) O Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen Genitalia : 3anda kelamin laki-laki% edema (-)% lesi (-) Ekstremitas : O Akral : hangat O Edema : tidak ada O Sianosis : tidak ada O Capillary Refill Time : F2detik O tonus : eutonik



8



O



Refleks : @isiologis : bisep (++)% trisep (++)% brakioradial (+ +)% patella (++)% achiles (++) Patologis : *abinski (-)% chadock (-)% Oppenheim(-)



IV.



PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium 24/09/2012 Test HEMATOLOGY Hb, Hct, WBC, Thrombocyte Haemoglobin Hematocrit White Blood Cell



Resul t



Platelet Count



11.51 35.07 9.09 381.8 0



IMMUNOLOGY/SER OLOGY Anti Salmonella Typhi IgM



negati ve



Unit



g/dL % 103/L 103/L



Reference Range



10.80-12.80 35.00-43.00 6.00-17.00 150.00440.00



negative



Thorax AP/PA 24/09/2012 O 3ak tampak pelebaran mediastinum superior O Kedua Sinus costophrenicus dan diafragma normal O Cor : 3ak membesar% batas kanan dan kiri O O



O O



jelas% ape> di kiri Kedua Ailus : Kasar Pulmo : 3ampak bercak-bercak infiltrat pada kedua perihiler dan parakardial 3ulang-tulang dada baik Kesan : bronchopneumonia



Laboratorium 25/9/2012 Test HEMATOLOGY Hb, Hct, WBC, Thrombocyte Haemoglobin Hematocrit White Blood Cell Platelet Count



Resul t



11.54 34.00 19.19 399.2 0



Unit



g/dL % 103/L 103/L



Reference Range



10.80-12.80 35.00-43.00 6.00-17.00 150.00440.00



9



V.



RESUME Pasien An. DJ% laki-laki% berusia 1 tahun 2 bulan datang bersama ibunya ke IGD RSUS dengan keluhan sesak sejak 3 hari yang lalu. Sebelum sesak% pasien pilek dan batuk berdahak sejak 1minggu yang lalu. Sejak 3 hari yang lalu% pilek membaik% namun batuk semakin hebat% dahak berwarna merah muda% demam% pasien terlihat menghirup nafas kuat dan bibir sempat terlihat berwarna biru. Pasien sudah berobat ke rumah sakit lain dan diberikan obat-obat yang ibunya tidak tahu namanya serta dinebulisasi sebanyak 3 kali% namun batuk tidak dirasakan membaik. Pada pemeriksaan fisik ditemukan laju nafas 42 kali B menit% suhu 38 °C% retraksi suprasternal (+)% interkostal (+)% dan subkostal (+)% perkusi toraks redup% dan ronki +B+ diseluruh lapang paru. Pada pemeriksaan laboratorium 24B09B2012 tidak ditemukan



adanya



kelainan%



tetapi



pada



pemeriksaan



25B09B2012



ditemukan jumlah leukosit 19%19 > 10 3B GL. Aasil foto toraks menunjukan adanya kesan bronkopneumonia.



VI.



DIAGNOSIS Diagnosis Kerja *ronkopneumonia Diagnosis Banding *ronkiolitis



VII. PENATALAKSANAAN NON-MEDIKAMENTOSA • +asal canule oksigen 2 LBmenit MEDIKAMENTOSA I 250 mg (I $0 mg (I 0%8 ml (PO) (Salbutamol 0%75 mg + Ambroksol 1B$ tab + Prednison 1B$ tab) VIII.



3 > 1 (Pulv% PO) PROGNOSIS ad vitam ad fungsionam ad sanationam



: bonam : bonam : dubia ad bonam



10



IX. Ha ri ke1



FOLLOW UP



Tanggal 25/09/20 12



Keterangan S. Batuk berdahak (+), panas (+) O. KU: sakit sedang, K: compos mentis, TTV: Suhu= 37,8°C, Nafas= 44x/menit, Nadi = 104x/menit Nafas Cuping Hidung (+) Pulmo: Retraksi suprasternal, interkostal, dan subkostal (+) Rhonchi +/+ A. Bronkopneumonia P. IVFD D5 ¼ NS 750 ml/24 jam Meropenem 3 x 250 mg (IV) Amikasin 2 x 60 mg (IV) Parasetamol drops 3 x 0,8 ml (PO) (Salbutamol 0,75 mg + Ambroksol 1/6 tab + Prednison 1/6



2



26/09/20



tab) 3 x 1 (Pulv, PO) S. Batuk membaik, panas (-)



11



12 O. KU: sakit sedang, K: compos mentis, TTV: Suhu= 37,2°C, Nafas= 32x/menit, Nadi = 100x/menit Nafas Cuping Hidung (+) Pulmo: Retraksi suprasternal (+), interkostal (+), subkostal (+) Rhonchi +/+ A. Bronkopneumonia P. I 250 mg (I $0 mg (I 0%8 ml (PO)



3



27/09/20 12



(Salbutamol 0%75 mg + Ambroksol 1B$ tab + Prednison 1B$ tab) 3 > 1 (Pulv% PO) S. Batuk berkurang, panas (-) O. KU: sakit sedang, K: compos mentis, TTV: Suhu= 36,6°C, Nafas= 30x/menit, Nadi = 100x/menit Nafas Cuping Hidung (-) Pulmo: Retraksi (-), Rhonchi +/+ A. Bronkopneumonia P. Pulang



BAB III TINJAUAN PUSTAKA Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di negara berkembang. $ Indonesia merupakan negara dengan kasus pneumonia terbanyak ke-$ dengan estimasi 280 kasus per 1000 balita dari 15 besar negara dengan kasus pneumonia terbanyak di dunia. 2 Perbedaan yang siknifikan ditemukan apabila insiden tersebut dibandingkan insiden pneumonia di Amerika Serikat% dimana hanya ditemukan 35-40 kasus per 1000 pada balita dan 7 kasus per 1000 pada anak usia 12 sampai 15 tahun.



4



Selain itu% perbandingan estimasi tingkat



mortalitas pneumonia pada negara maju dan negara berkembang berbeda jauh yaitu 1 per 1000 dengan 100 per 10000. 2%4



12



3erdapat berbagai faktor resiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas pneumonia pada anak balita di negara berkembang. @aktor resiko tersebut% antara lain pneumonia yang terjadi pada usia muda (bayi dan balita)% prematur% berat badan lahir rendah (**LR) yaitu dibawah 2500 gram% tidak mendapat imunisasi ( Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza % campak)% tidak mendapat ASI eksklusif (selama 4 bulan pertama)% malnutrisi% defisiensi vitamin A% dan tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi industri atau asap rokok).2%$%7 Menentukan etiologi dari pneumonia pada anak merupakan hal yang sulit% namun usia pasien dapat menolong dalam menyempitkan kemungkinan etiologi yang ada.8 3abel 1 menunjukan penyebab umum dan penyebab yang jarang dari pneumonia komunitas berdasarkan kelompok umur di negara maju. Spektrum etiologi tersebut tentu saja tidak dapat begitu saja diekstrapolasikan pada Indonesia atau negara berkembang lainnya karena faktor resiko pneumonia yang tidak sama% pelayanan kesehatan% dan vaksinasi konyugat Aib dan pneumokokus telah memiliki cakupan yang luas.$ Penyebab pneumonia bakterial yang utama di negara berkembang% antara lain pneumokokus (30-50/ dari seluruh kasus)% H. influenzae tipe b (AibI 10-30/)% S. aureus dan K. pneumoniae.2 Respiratory



Syncytial Virus (RSV) merupakan



penyebab utama pneumonia viral yaitu 15-40/



kasus pneumonia di negara



berkembang dan disusul dengan influenCa A dan *% parainfluenCa% human metapneumovirus% dan adenovirus.2 Tabel 1. Etiologi dari Pneumonia-Komunitas berdasarkan Kelompok Umur



13



(3abel dikutip dari: Ostapchuk M, Roberts DM, Haddy R. Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children. Am Fam Physician 2004; 70:899-908)



Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak tergantung pada beratringannya infeksi% tetapi secara umum dikelompokkan menjadi gejala infeksi umum (demam% sakit kepala% gelisah% malaise% penurunan napsu makan% keluhan gastrointestinal seperti mual% muntah% atau diare) dan gejala gangguan respiratori (batuk% sesak nafas% retraksi dada% takipnea% napas cuping hidung% air hunger% merintih% dan sianosis).$ @itur tipikal dari pneumonia adalah demam dan batuk% walaupun hampir keseluruhan pasien dengan kedua gejala tersebut tidak menderita pneumonia tetapi seorang dokter harus selalu memikirkan kemungkinan pneumonia



14



bila ditemukan gejala tersebut.2 Pneumonia bakterial dapat terjadi sebagai komplikasi dari infeksi saluran napas atas yang diakibatkan virus% dimana pasien pertama kali datang dengan keluhan batuk dan pilek selama 1-3 hari kemudian diikuti gejala yang semakin memburuk dengan demam dan distres pernapasan. 5 3akipnea (J50 kaliBmenit untuk usia 2-12 bulan% J40 kaliBmenit usia 1-5 tahun% dan J30 kaliBmenit untuk usia diatas 5 tahun) merupakan indikator pneumonia yang paling sensitif (74/) dan spesifik ($7/)



dibandingkan gejala-gejala lainnya.2%7%8 Selain itu% tanda distres



pernapasan (retraksi% napas cuping hidung% merintih) dan penurunan saturasi oksigen (F95/) juga tanda yang prediktif untuk infeksi saluran napas



bawah.2 3anda



pneumonia yang tipikal meliputi% antara lain perkusi yang redup% crackles (ronki basah)% penurunan suara nafas dari auskultasi% dan suara bronkial.2%$%7 Pada neonatus dan bayi kecil% gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat (perkusi dan auskultasi paru tidak ditemukan kelainan). $ Pemeriksaan penunjang yang dapat dilaksanakan% antara lain darah perifer lengkap% C-Reacti3e (rotein (CR()% uji serologis% pemeriksaan mikrobiologis% dan pemeriksaan rontgen toraks. $ Leukositosis (15.000-40.000Bmm 3) umumnya ditemukan pada pneumonia bakterial% sedangkan pada pneumonia virus dan mikoplasma umumnya



ditemukan



leukosit



dalam



batas



normal



atau



sedikit



meningkat. $



pemeriksaan CRP hanya sedikit menolong dalam membedakan pneumonia bakterial dengan viral.7 Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin dilakukan kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di rumah sakit. literatur



menyatakan bahwa



gambaran



foto



rontgen



toraks



dapat



$



*eberapa



membantu



mengarahkan kecenderungan etiologi dari pneumonia yaitu gambaran seperti penebalan peribronkial% infiltrat intersisial merata% dan hiperinflasi cenderung terlihat pada pneumonia virus% sedangkan infiltrat alveolar berupa konsolidasi segmen atau lobar% bronkopneumonia% dan air broncho2ram sangat mungkin disebabkan oleh bakteri.$%7 Menurut 2uideline yang dikeluarkan oleh 4ritish Thoracic Society (4TS) pada bulan Oktober 2011% foto rontgen toraks secara umum tidak memberikan informasi mengenai etiologi dari pneumonia dan pelaksanaannya secara rutin pada pneumonia rawat jalan tidak direkomendasikan. 7 Penatalaksanaan inisial yang terpenting pada penderita pneumonia adalah menilai perlu-tidaknya penderita dirawat inap dirumah sakit.4%7 Indikasi umum untuk rawat inap% antara lain usia muda (F3 bulan)% tanda distres pernapasan atau hipoksemia% faktor penyulit seperti dehidrasi atau muntah hebat yang membutuhkan



15



cairan melalui intravena% penampilan yang toksik% atau adanya penyakit kronik.



4%$%7



Dasar tatalaksana pneumonia adalah pengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai dan tindakan suportif% meliputi pemberian cairan intravena% terapi oksigen% koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa% elektrolit% dan gula darah.$ Pada pneumonia rawat jalan% antibiotik lini pertama yang direkomendasikan adalah amoksisilin dengan dosis 80-100 mgBkgBhari dibagi dalam 3 dosis (3abel 2).



4



Pilihan



antibiotik lain yang dapat digunakan pada pneumonia rawat jalan maupun rawat inap dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 2. Antibiotik yang digunakan pada Pneumonia Rawat Jalan



(3abel dikutip dari: Durbin WJ, Stille C. Pneumonia. Pediatrics in Reνiew 2008; 29:l47l59.)



Tabel 3. Antibiotik yang digunakan pada Pneumonia Rawat Inap



(3abel dikutip dari: Durbin WJ, Stille C. Pneumonia. Pediatrics in Reνiew 2008; 29:l47l59.)



16



BAB IV DISKUSI Pasien berusia 1 tahun 2 bulan dengan keluhan sesak dan demam sejak 3 hari yang lalu yang diawali gejala batuk berdahak dan pilek sejak 1 minggu yang lalu mengarahkan diagnosis ke infeksi saluran napas bawah. Adanya faktor resiko% seperti ASI eksklusif kurang dari 4 bulan% tidak adanya riwayat imunisasi pneumokokus dan Haemophilus influenzae tipe *% dan giCi kurang meningkatkan kecurigaan ke arah pneumonia. kemungkinan



=alaupun diagnosis



kecurigaan



utama



bronkiolitis



mengarah



belum



dapat



ke



pneumonia%



disingkirkan



namun



mengingat



frekuensinya yang tinggi pada anak berusia dibawah 2 tahun. Adanya riwayat asma dan alergi di dalam keluarga harus dipikirkan pula sebagai tanda yang dapat mengarahkan diagnosis ke asma bronkiale. Penemuan dari takipnea (laju nafas 42 kaliBmenit)% demam (suhu 38 °C)% napas cuping hidung% retraksi suprasternal% interkostal% dan substernal% adanya ronki bilateral di seluruh lapang paru% suara napas bronkial% dan tidak ditemukannya mengi pada pemeriksaan fisik serta gambaran foto rontgen toraks menegakkan diagnosis bronkopneumonia pada pasien ini. 3akipnea% sebagaimana didefinisikan oleh =AO% merupakan tanda klinis dengan sensitivitas (74/) dan spesifisitas ($7/) yang paling tinggi untuk pneumonia yang dikonfirmasi dengan radiologi% sedangkan crackles (ronki basah) dan suara nafas bronkial memiliki sensitivitas 75/ dan spesifisitas 57/.7 Gambaran



bronkopneumonia



pada



radiologi



merupakan



bercak-bercak



konsolidasi merata di seluruh lapangan paru yang biasanya ditemukan pada anak-anak yang



lebih



kecil



dan



sering



diduga



penyebab



utamanya



adalah



Streptococcus



pneumoniae atau sering disebut juga pneumokokus.$ +amun% kelainan foto rontgen toraks tersebut pada faktanya tidak cukup sensitif serta spesifik untuk membedakan etiologi antara pneumonia oleh virus atau bakteri.



$%7



Menurut 10 3 B GL dan



17



19%19 > 103 B GL% disini ada dua hal yang mungkin terjadi. Pertama% infeksi sekunder dari bakteri yang baru menunjukan peningkatan leukosit% sedangkan yang kedua adalah kesalahan dalam pemeriksaan laboratorium. Aal utama yang perlu diketahui adalah peningkatan leukosit pada bronkopneumonia tidak siknifikan dan tidak perlu dipikirkan secara mendalam% walaupun beberapa literatur ada yang menggunakannya sebagai acuan untuk membedakan infeksi pneumonia bakterial atau viral. Menurut Korppi% kombinasi dari CRP J 8 mgBdL% leukosit J 17 > 10 3 BGL% prokalsitonin J 0%8 mgBL% dan laju endap darah (LED) J $3 mmBjam hanya memiliki sensitivitas sebesar $1/ dan spesifisitas $5/ untuk pneumonia yang disebabkan pneumokokus% bila infiltrat alveolar pada gambaran radiologi dimasukkan maka spesifisitas meningkat menjadi 82/ sedangkan sensitivitas menjadi 34/. 10 Adanya tanda-tanda distres pernapasan berupa retraksi dada merupakan salah satu indikasi untuk rawat inap pada pasien ini. 3atalaksana yang dilakukan pada pasien ini adalah terapi oksigen dengan nasal kanul 2LBmenit% cairan rumatan berupa D5 H +S 750 mlB24 jam% pemberian antibiotik secara intravena (meropenem 3> 250mg dan amikasin 2>$0 mg)% dan pengobatan simtomatik (parasetamol% salbutamol% ambroksol% dan prednison). Aal utama dalam tatalaksana pneumonia adalah pengobatan dari etiologinya% dalam hal ini berupa pengobatan terhadap bakteri sebagai etiologi utama pneumonia dalam negara berkembang. 2%3 Jenis antibiotik yang digunakan tentunya harus berdasarkan epidemiologi yang ada karena pengobatan yang dilakukan sifatnya empiris% dalam hal ini bakteri yang paling umum adalah Streptococcus pneumoniae (30-50;) dan Haemophilus influenzae (80-30;).2 Pada pasien rawat inap% beberapa antibiotik parenteral yang direkomendasikan oleh 4TA dan beredar di Indonesia adalah sefotaksim atau seftriakson.7 Pada pasien ini pemberian dua jenis antibotik (meropenem dan amikasin) tidak rasional% walaupun meropenem sebenarnya juga termasuk salah satu antibiotik yang dapat digunakan. Amikasin bukan merupakan dru2 of choice pada pasien anak dengan pneumonia karena spektrum dari etiologi bakteri umumnya adalah gram positif ( Streptococcus pneumoniae)% selain itu untuk Haemophilus influenzae pun amikasin bukan antibiotik pilihan.11 Pada pasien ini% pengobatan yang rasional seharusnya hanya diberikan terapi oksigen% satu jenis antibiotik% dan antipiretik. Pasien ini menunjukan penyembuhan yang sesuai dengan literatur yaitu panas turun dalam 48-72 jam setelah pemberian antibiotik. 11 Aal ini menunjukkan kemungkinan penyebab pneumonia pada pasien ini memang merupakan bakteri.



18



DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization. Pneumonia: The Forgotten Killer of Children. Geneva:



World



Health



Organization;



2006.



Available



at:



http://whqlibdoc.who.int/publications/2006/9280640489_eng.pdf 2. Rudan I, Boschi-Pinto C, Biloglav Z, Mulholland K, Campbell H. Epidemiology and Etiology of Childhood Pneumonia. 4ulletin of the 5orld Health Or2anization 2008; 86:408-16. 3. Ghimire M, Bhattacharya SK, Narain JP. Pneumonia in South-East Asia Region: Public Health Perspective. Indian J Med Res 2012; 135:459-68. 4. Durbin WJ, Stille C. Pneumonia. (ediatrics in Re3ie7 2008; 29:147-59. 5. Wagener JS. Pneumonia. Dalam: Bajaj L, Hambidge SJ, Kerby G, Nyquist AC. Berman’s Pediatric Decision Making. 5th ed. Philadelphia: Saunders; 2011. Hal.754-59. 6. Said M. Pneumonia. Dalam: Rahajoe N, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi pertama, cetakan ketiga. Ikatan &okter Anak Indonesia 2012. Hal. 350-65 7. Harris et al. British Thoracic Society Guidelines for the Management of Community Acquired Pneumonia in Children: Update 2011. Thora< 2011; 66:ii1-ii23 8. Ostapchuk M, Roberts DM, Haddy R. Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children. Am *am (hysician 2004; 70:899-908 9. Virkki R, Juven T, Rikalainen H,et al. Differentiation of bacterial and viral pneumonia in children.Thora< 2002; 57:438-41. 10. Korppi M. Non-specific host response markers in the differentiation between pneumococcal and viral pneumonia: what is the most accurate combination? (ediatr Int 2004; 46:545-50. 11. Bradley JS, Byington CL, Shah SS, et al. The management of communityacquired pneumonia (CAP) in infants and children older than 3 months of age: clinical practice guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society (PIDS) and the Infectious Diseases Society of America (IDSA). Clin Infect &is. 2011;53(7):e25—e76



16