Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL PEKERJA REAGENT AREA MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DI PT MEARES SOPUTAN MINING LAPORAN KERJA PRAKTIK Diajukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan Matakuliah TI-700 Kerja Praktik



Disusun oleh: Nama: Wienne Marthina Pahlevi Lua NIM: 1512005



DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI HARAPAN BANGSA BANDUNG 2015



DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI HARAPAN BANGSA



LEMBAR PENGESAHAN



ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL PEKERJA REAGENT AREA MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DI PT MEARES SOPUTAN MINING



Disusun Oleh PAS FOTO 3 X 4



:



Nama



: Wienne Marthina Pahlevi Lua



NIM



: 1512005



Telah Diperiksa dan Disetujui Sebagai Kerja Praktik Departemen Teknik Industri Institut Teknologi Harapan Bangsa



Bandung, Oktober 2015



Disetujui



Diketahui



Anggoro Prasetyo Utomo, ST., MT.



Eka Kurnia Asih Pakpahan, St., MT



Dosen Pembimbing



Sekertaris Departemen Teknik Industri



DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI HARAPAN BANGSA



PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Wienne Marthina Pahlevi Lua NIM



: 1512005



Dengan ini menyatakan bahwa laporan Kerja Praktik dengan Judul: “ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL PEKERJA REAGENT AREA MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DI PT MEARES SOPUTAN MINING” adalah hasil pekerjaan saya dan seluruh ide, pendapat, atau materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan referensi yang sesuai.



Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini tidak sesuai dengan kenyataan maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan dikenakan pada saya.



Bandung, Oktober 2015 Yang membuat pernyataan



Wienne Marthina Pahlevi Lua



ABSTRAK



PT Meares Soputan Mining merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan emas setengah jadi atau bullion. Untuk mendapatkan bijih emas yang baik, diperlukan penambahan zat-zat kimia sepanjang proses berlangsung. Reagent area adalah sub-divisi pada Plant and Production Department dengan jumlah pekerja adalah sembilan orang. Pekerja reagent area mengalami kelelahan selama proses mixing reagent berlangsung karena lingkungan dan suasana pekerjaan yang tidak aman, sehat dan nyaman sehingga perlu dilakukan perhitungan beban kerja mental untuk mengetahui berapa besar beban kerja mental yang dirasakan pekerja reagent area. Perhitungan beban kerja mental menggunakan metode NASA-Tlx diawali dengan membagikan kuisioner kepada sembilan pekerja reagent area untuk mendapatkan bobot dan rating penilaian terhadap faktor penyebab beban kerja mental kemudian menghitung beban kerja pekerja reagent area. Selanjutnya menganalisis penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area dengan menggunakan fishbone diagram. Besarnya beban kerja ke-sembilan pekerja reagent area dikategorikan sebagai beban kerja mental yang tinggi. Berdasarkan analisis yang dilakukan, diketahui akar permasalahan penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area yaitu forklift rusak, forklift dipakai bagian lain, tidak ada warehouse khusus reagent area, pekerja tidak melakukan pekerjaan sesuai SOP dan menggunakan APD dengan benar. Usulan untuk menyelesaikan akar permasalahan dalam menurunkan beban kerja mental pekerja reagent area yaitu: pengadaan 1 forklift khusus reagent area, menggunakan container sebagai pengganti warehouse untuk meletakkan reagent. Pekerja reagent area dipastikan untuk mengikuti induksi site dan induksi process plant. Kata kunci: Beban kerja, NASA-Tlx, Fishbone diagram, Pekerja reagent



i



KATA PENGANTAR



Pujian dan syukur patut di panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena setia dan berkat-Nya sehingga kerja praktik di PT Meares Soputan Mining dapat dilaksanakan dengan baik dan menyelesaikan laporan kerja praktik tepat pada waktunya. Melalui pelaksanaan kerja praktik teori-teori yang dipelajari selama mengikuti proses belajar di perkuliahan dapat diaplikasikan pada keadaan nyata di perusahaan. Terdapat figure-figure yang luar biasa yang selalu memberikan semangat dan motivasi selama masa kerja praktik maupun penyelesaian laporan kerja praktik. Oleh karena itu, ucapan terimakasih yang sangat tulus disampaikan kepada : 1. Tuhan Yesus Kristus yang merupakan sumber harapan dan kekuatan semasa kerja praktik. 2. Kedua orang tua dan juga kedua adik yakni Frans Lua, Joune Longdong, Aditha Lua, Putri Lua serta mami Vera dan Papi Hery yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan laporan kerja pratek ini. 3. Bapak Anggoro Prasetyo, ST., MT selaku Pembimbing Kerja Praktik dan yang sudah memberikan waktu untuk membimbing serta membantu menyelesaikan laporan ini. 4. PT MSM yang sudah memberikan kesempatan melakukan kerja praktik selama bulan Juni-Agustus 2015. 5. Pak Ade, kak Hilman, kak Trisnadi, pekerja reagent area, seluruh staff pland and production dan selurh staff external relation yang sudah memberikan waktu untuk membimbing serta membantu semasa kerja praktik. 6. Keluarga bimbingan KP: pak Anggoro, cha, CP, dan Candra yang selalu memenuhi pemberitahuan WA untuk selalu semangat dalam mengerjakan laporan KP. 7. Keluarga PA (kak Karin, kak Devi, Cha, Gladis, Jaisi, Hana, Cory, Retsy, Chealsea, Ayu, Anne) dan teman-teman Pemuda GII Dago yang senantiasa



ii



mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis agar tetap berharap kepada Yesus semasa kerja praktik serta menjadi bukti kesetian Tuhan semasa KP. 8. Teman-teman Teknik Industri angkatan 2012, teman-teman Kawanua Harapan Bangsa angkatan 2012, teman-teman Terong & Cabe (Koten, ndut, emir, kocon, deten, wawaw, cicans, youli, cha, ngeloli), teman-teman Bebend (elsa, Anggel) dan Ignatius Kelvin yang sama-sama berjuang dalam suka dan duka serta saling memberikan semangat satu sama lain untuk menyelesaikan laporan kerja praktik ini. 9. Teman-teman Tfon-fon (nefhy, Riya, Okta, Stanly) dan juga Willer Maarisit yang selalu menemani dan mendukung penulis dalam menyelesaikan laporan kerja praktik selama di Manado. 10. Teman-teman teknik Industri angkatan 2011 yang selalu membagikan pengalaman mereka selama kerja praktik dan teman-teman Teknik Industri angkatan 2013 dan 2014 yang memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. 11. Pihak-pihak yang secara tidak langsung berkontribusi membantu menyelesaikan laporan kerja praktik ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menginspirasi para pembaca dalam berkarya di dunia pendidikan dan kerja, serta dapat memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan untuk masyarakat terutama para generasi muda untuk membangun Indonesia. Seluruh saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan penulis terima dengan senang hati.



Bandung, Oktober 2015 Hormat saya



Wienne Marthina Pahlevi Lua



iii



DAFTAR ISI



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTIK LEMBAR HASIL KARYA SENDIRI ABSTRAK ............................................................................................................... i KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... I-1 I.1



Latar Belakang Masalah ............................................................................. I-1



I.2



Rumusan Masalah ....................................................................................... I-2



I.3



Tujuan Kerja Praktik ................................................................................... I-2



I.4



Batasan Masalah .......................................................................................... I-3



I.5



Waktu dan Tempat Kerja Praktik .............................................................. I-3



I.6



Metode Kerja Praktik .................................................................................. I-4



I.7



Sistematika Penulisan ................................................................................. I-5



BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. II-1 II.1 Sumber Daya Manusia pada Perusahaan ................................................ II-1 II.2 Manusia dan Pekerjaan .............................................................................. II-1 II.3 Beban Kerja................................................................................................. II-2 II.4 Pengukuran Beban Kerja Mental ............................................................. II-4 II.5 Metode NASA-Tlx ....................................................................................... II-5 II.5.1



Tahapan Pengolahan NASA-Tlx .................................................... II-6 iv



II.6 Analisis Penyebab Beban Kerja Mental – Diagram Fishbone ............. II-9 BAB III PROFIL PERUSAHAAN .................................................................... III-1 III.1 Logo Perusahaan ...................................................................................... III-1 III.2 Sejarah Perusahaan................................................................................... III-1 III.3 Visi dan Misi PT MSM ........................................................................... III-5 III.4 Struktur Organisasi ARL dan PT MSM ................................................. III-5 III.5 Tenaga Kerja ............................................................................................. III-5 III.6 Pengabdian Perusahaan Kepada Masyarakat........................................ III-7 III.7 Pengolahan Limbah Perusahaan ............................................................. III-9 III.8 Keselamatan Kerja Karyawan .............................................................. III-10 III.9 Struktur Organisasi Plant and Process Department ........................... III-10 III.10 Proses Pengelolaan Bijih Tambang ..................................................... III-10 BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ......................................... IV-1 IV.1 Resources Reagent Area .......................................................................... IV-1 IV.2 Proses pengolahan Reagent..................................................................... IV-4 IV.3 Pengukuran Beban Kerja Mental dengan Metode NASA-Tlx ............. IV-7 IV.3.1



Pembobotan Hasil Kuesioner ....................................................... IV-8



IV.3.2



Pemberian Nilai atau Skala .......................................................... IV-9



IV.3.3



Perhitungan Weighted Workload (WWL) ................................... IV-10



IV.3.4



Pengkategorian Penilaian Beban Kerja ...................................... IV-10



IV.4 Analisis Penyebab Tingginya Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area .......................................................................................................... IV-13 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. V-1 V.1 Kesimpulan ................................................................................................ V-1 V.2 Saran............................................................................................................ V-2



v



V.2.1



Saran Untuk Perusahaan .............................................................. V-2



V.2.1



Saran Untuk Laporan Kerja Praktik Selanjutnya ......................... V-2



DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... xi LAMPIRAN ......................................................................................................... xii



vi



DAFTAR TABEL Tabel II.1 Tabel perbandingan faktor.................................................................. II-7 Tabel III.1 Jumlah tenaga kerja PT MSM .......................................................... III-7 Tabel IV.1 Jadwal kerja bulan juli pekerja reagent area ................................... IV-1 Tabel IV.2 Data pembobotan kuesioner pekerja reagent area .......................... IV-8 Tabel IV.3 Data pemberian rating pekerja reagent area ................................... IV-9 Tabel IV.3 Data pemberian rating pekerja reagent area ................................. IV-11 Tabel IV.4 Perhitungan WWL pekerja reagent area ....................................... IV-10 Tabel IV.5 Ketegori penilaian beban kerja pekerja reagent area .................... IV-11 Tabel IV.6 Kecelakaan kerja yang umum terjadi di reagent area ................... IV-16 Tabel IV.7 Rekap penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area….. ....................................................................................................... IV-22 Tabel IV.8 Jumlah tally setiap akar permasalahan penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area berdasarkan diagram fishbone ........... IV-21 Tabel V.1 Besarnya beban kerja mental dan faktor dominan yang mempengaruhi beban kerja mental pekerja reagent area ........................................... V-1



vii



DAFTAR GAMBAR Gambar I.1 Bagan metode laporan kerja praktik .................................................. I-4 Gambar II.1 Pembobotan kuesioner NASA-TLX ................................................. II-7 Gambar II.2 Pemberian rating pada ke-6 faktor ................................................. II-8 Gambar II.3a Diagram fishbone ........................................................................ II-11 Gambar



II.3b



Contoh



permasalahan



rendahnya



kualitas



lulusan



diklat



menggunakan diagram fishbone ....................................................... II-11 Gambar III.1 Logo PT MSM ............................................................................. III-1 Gambar III.2 Struktur kepemilikan proyek ........................................................ III-2 Gambar III.3 Lokasi proyek toka tindung .......................................................... III-3 Gambar III.4 Struktur organisasi ARL dan PT MSM......................................... III-6 Gambar III.5 Struktur organisasi plant and process department ..................... III-11 Gambar III.6 Procesess plant produksi emas .................................................. III-12 Gambar III.7 Proses pengolahan bijih emas .................................................... III-13 Gambar IV.1 APD yang engkap untuk pekerja reagent area ............................ IV-2 Gambar IV.2 Flowchart mixing reagent ............................................................ IV-5 Gambar IV.3 Tampilan level reagent ................................................................ IV-5 Gambar IV.4 Proses mixing reagent .................................................................. IV-6 Gambar IV.5 Proses house keeping ................................................................... IV-8 Gambar IV.6 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor effort tinggi ......................................................................................................... IV-14 Gambar IV.7 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor own perfomance tinggi .................................................................... ……IV-15 Gambar IV.8 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor temporial demand tinggi .............................................................................. …IV-17



viii



Gambar IV.9 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor physical demand tinggi .......................................................................... ……IV-18 Gambar IV.10 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor frustation tinggi ....................................................................................... …….IV-19 Gambar IV.11 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor mental demand tinggi .................................................................................. IV-20



ix



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran A. Kuisioner NASA-Tlx Pekerja Reagent Area



x



A-1



BAB I PENDAHULUAN



I.1



Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan tenaga kerja, karyawan, buruh



atau pegawai yang bekerja pada sebuah perusahaan. SDM adalah salah satu aspek penting dalam sebuah perusahaan selain faktor modal, mesin, informasi, dan lain sebagainya sehingga SDM harus dikelola dengan baik untuk bisa meningkatkan efektivitas dan efisiensi sebuah perusahaan. PT Meares Soputan Mining (PT MSM) merupakan sebuah perusahaan pertambangan di Sulawesi Utara. Produk yang ditawarkan oleh PT MSM berupa emas murni setengah jadi atau sering disebut bullion. Untuk mendapatkan bijih emas yang maksimal, diperlukan penambahan-penambahan zat kimia seperti lime, copper sulfat, caustic soda/Sodium hydroxide (NaOH), cyanide, flocculent, carbon, dan SMBS, sepanjang proses berlangsung. Pencampuran bahan kimia tersebut dilakukan oleh bagian Reagent Area di Departemen Plant and Production. Total pekerja reagent area adalah 9 orang. Lingkungan pekerjaan di reagent area, tidak membuat pekerja nyaman dalam bekerja. Lingkungan yang tidak nyaman tersebut menimbulkan beberapa gejala kelelahan yang dirasakan oleh pekerja reagent saat melakukan pekerjaan di reagent area. Gejala-gejala kelelahan tersebut antara lain adalah perasaan lesu, kantuk, pusing, kurang waspada, tertekan dan kehilangan semangat dalam melakukan pekerjaan. Beberapa gejala kelelahan yang dirasakan pekerja reagent area tersebut mengindikasi pekerja mengalami beban kerja mental [DIS15]. Akumulasi beban kerja mental yang berlebihan ini harus dihindari karena apabila terus berlanjut akan menyebabkan pekerja tidak konsentrasi dalam bekerja. Penurunan kosentrasi kerja akan membuat pekerja rentan mengalami kecelakaan kerja dan menghambat waktu produksi karena harus mengambil cuti untuk proses pemulihan pasca kecelakaan kerja. Hal ini tentunya merugikan perusahaan karena



Bab I - Pendahuluan



I-2



selain perusahaan harus menanggung biaya kecelakaan kerja, perusahaan kehilangan tenaga kerja untuk melakukan proses produksi yang kemudian dapat berpengaruh pada target dan kualitas produksi. Untuk menghindari proses akumulasi beban kerja mental yang terlalu berlebihan, diperlukan adanya analisis persentase dan penyebab beban kerja mental pekerja reagent area, sehingga dapat diketahui akar permasalahan yang membuat kelelahan mental pekerja reagent area. Penyelesaian akar permasalahan tersebut diharapkan dapat mengurangi proses akumulasi beban kerja mental pekerja reagent sehingga pekerja dapat bekerja sesuai dengan beban kerja mental yang seharusnya dirasakan pekerja. Laporan ini difokuskan pada pengukuran beban kerja mental dengan menggunakan metode NASA-Tlx. Metode NASA-Tlx dapat menganalisa persentase beban kerja mental dari pekerja reagent area tersebut. Setelah mengetahui persentase beban kerja mental, penyebab beban kerja mental tersebut kemudian akan dianalisis menggunakan fishbone diagram untuk mengetahui akar permasalahan dari penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area, sehingga dapat di usulkan alternative terkait dengan pemecahan akar permasalahan dari penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area. Diharapkan laporan ini dapat membantu perusahaan dalam mengambil kebijakan tertentu untuk menanggapi beban kerja mental yang dirasakan oleh pekerja reagent area.



I.2



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diambil rumusan



masalah pada laporan kerja praktik ini adalah : 1. Berapa besar beban kerja mental pekerja reagent area? 2. Bagaimana mengurangi beban kerja mental pekerja reagent area?



I.3



Tujuan Kerja Praktik Tujuan umum dari kerja praktik ini adalah untuk memenuhi tujuan-tujuan



sebagai berikut:



Bab I - Pendahuluan



I-3



1. Untuk memenuhi SKS yang ada di Departemen Teknik Industri Institut Teknologi Harapan Bangsa 2. Mengaplikasikan ilmu TI khususnya ergonomi dan metode NASA-Tlx . 3. Mengetahui dan mempelajari dunia kerja secara nyata. 4. Mengamati proses produksi emas yang ada di PT MSM Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam kerja praktik ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui seberapa besar beban kerja mental perkarja reagent area 2. Mengetahui faktor dominan apa yang mempengaruhi beban kerja mental pekerja reagent area 3. Memberikan usulan terkait upaya penurunan beban kerja mental yang diterima pekerja reagent area.



I.4



Batasan Masalah Untuk memperoleh hasil kajian di bagian di PT MSM, maka ditentukanlah



beberapa batasan masalah sebagai berikut: 1. Laporan ini dilakukan di bagian Plant and Production Department, khususnya di reagent area. 2. Laporan ini hanya dilakukan dalam masa kerja praktik selama bulan JuniAgustus 2015.



I.5



Waktu dan Tempat Kerja Praktik



Masa kerja praktik ini dilakukan pada: 



Waktu : 3 Juni – 3 Agustus 2015



 Kerja : Senin sd. Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB (Istirahat pukul 12.00 – 13.00 WIB) 



Tempat : PT Meares Soputan Mining, Sulawesi Utara



Bab I - Pendahuluan







I-4



Pekerjaan yang dilakukan : input document masuk, membuat laporan bulanan dan melakukan perhitungan rata-rata produksi.



I.6



Metode Kerja Praktik Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan literature



berdasarkan jenis jurnal, artikel, diktat perkuliahan dan textbook dengan ruang lingkup ergonomi. Kemudian melakukan brainstorming dengan pihak perusahaan mengenai bagian mana yang diprioritaskan untuk diamati dengan langkah yang dapat dilihat pada Gambar I.1. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai pekerja untuk mengetahui keadaan pekerja saat bekerja.



Pembobotan (weighted)



Pemberian nilai/ Skala



Hitung beban kerja / Weighted workload (WWL)



Hitung rata-rata WWL



Analisis penyebab beban kerja mental



Gambar I.1 Bagan Metode Laporan Kerja Praktik



Bab I - Pendahuluan



I.7



I-5



Sistematikan Penulisan Sistematika penulisan pada penulisan laporan kerja praktik ini dipaparkan



sebagai berikut:



BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, waktu dan tempat kerja, metode dan teknik pengumpulan data, serta sistematika penyajian laporan.



BAB II LANDASAN TEORI Bab ini memuat tentang konsep-konsep dasar beban kerja mental dan teori mengenai metode NASA-TLX dan Fishbone Diagram.



BAB III PENGUMPULAN DATA PERUSAHAAN Bab ini menguraikan penjelasan singkat profil umum PT Meares Soputan Mining dan Department Plant and Production.



BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS Bab ini memuat data-data yang kemudian diolah berdasarkan landasan teori yang sesuai, serta menguraikan hasil analisis dari seluruh pengolahan data yang telah dilakukan dengan merujuk pada permasalahan yang dikaji.



BAB V KESIMPULAN Bab ini memuat kesimpulan berdasarkan hasil pembahasan dan pengolahan data pada bab sebelumnya.



BAB II LANDASAN TEORI



II.1



Sumber Daya Manusia pada Perusahaan Sumber Daya Manusia merupakan kualitas seseorang atau sekelompok



orang untuk peningkatan management perusahaan dalam memproduksi suatu barang dan jasa agar dapat memenuhui kebutuhan masyarakat. Faktor Sumber Daya Manusia (SDM) banyak mendapat perhatian karena sebagai bagian dari sistem kerja [SUT06]. Permasalahan SDM sangat berpengaruh pada pengembangan kinerja perusahaan karena SDM merupakan variable hidup dengan berbagai sifat dan kemampuannya memberi pengaruh yang sangat besar atas keberhasilan sistem kerja yang bersangkutan dalam mencapai tujuannya. Sejak perang dunia ke II berbagai penelitian dilakukan seperti tentang kemampuan dan daya tahan manusia terhadap berbagai keadaan pekerjaan. Penelitian mengenai SDM telah dilakukan jauh sebelumnya termasuk seperti yang dilakukan oleh Gilberth dan istrinya, tetapi perhatian yang besar baru mulai diberikan di masa perang tersebut. Hal ini berkembang terus dengan nama Human Factors Engineering atau Ergonomi. Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasiinformasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman, sehat, nyaman, dan efisien [SUT06].



II.2



Manusia dan Pekerjaan Jika seseorang bekerja, maka ada banyak faktor yang saling terlibat dan



saling mempengaruhi satu sama lain untuk mencapai sebuah keberhasilan kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerja secara garis besar dibagi dalam dua kelompok [SUT06] :



Bab II – Landasan Teori



II-2



1. Kelompok faktor-faktor diri (Individual) Kelompok ini terdiri dari faktor-faktor yang datang dari diri sendiri si pekerja itu sendiri dan seringkali sudah ada sebelum si pekerja yang bersangkutan datang di pekerjaannya. Kecuali hal-hal seperti pendidikan dan pengalaman semuanya adalah faktor-faktor yang tidak mudah bahkan tidak dapat berubah. Artinya, faktor-faktor yang sudah tetap ini adalah halhal yang sudah ada (given) dan harus dapat diterima apa adanya. 2. Faktor-faktor situasional Kelompok yang kedua ini terdiri dari faktor-faktor yang hampir sepenuhnya berada di luar diri pekerja dan umumnya dalam kendali pimpinan perusahaan untuk mengubah-ubahnya. Hampir semua faktor ini dapat diatur sehingga faktor-faktor situasional ini terbagi kedalam dua sub kelompok, yaitu terdiri dari faktor-faktor sosial dan keorganisasian, serta terdiri dari faktor-faktor fisik pekerjaan yang bersangkutan. Interaksi faktor keseluruhan ini secara kesatuan memberikan pengaruh kepada keberhasilan kerja. Hubungan antara manusia pekerja dengan mesin serta peralatan - peralatan dan lingkungan kerja dapat dilihat sebagai hubungan yang unik, karena interaksi antara hal-hal di atas yang membentuk suatu sistem kerja tidak terlalu sederhana bahkan melibatkan berbagai disiplin ilmu.



II.3



Beban Kerja Beban kerja yang dialami seorang pekerja dapat berupa beban fisik, beban



mental/psikologis ataupun beban sosial/moral yang timbul dari lingkungan kerja. Beban kerja dirancang sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan baik fisik maupun mental pekerja [DIG15]. Oleh karena itu informasi mengenai beban kerja yang didapat melalui pengukuran menjadi penting. Konsep dasar beban kerja mental mengarah kepada perbedaan antara sumber-sumber pemrosesan yang tersedia untuk operator dan kebutuhan-kebutuhan sumber yang dibutuhkan dalam tugas [DIG15]. Pada dasarnya, beban kerja menjelaskan interaksi antara seorang operator yang melaksanakan tugas dan tugas itu sendiri. Dengan kata lain, istilah beban kerja menggambarkan perbedaan antara



Bab II – Landasan Teori



II-3



kapasitas-kapasitas dan sistem pemrosesan informasi manusia yang diharapkan memuaskan performansi harapan dan kapasitas itu tersedia untuk performansi aktual. Henry R. Jex mendefinisikan beban kerja mental sebagai” the operator’s evaluation of the attentional load margin (between their motivated capacity and the current task demands) while achieving adequate task performance in a missionrelevant context”. (Hancock, 1988: 11). Konsep yang ditekankan oleh Jex disini adalah beban kerja marginal yang merupakan selisih antara tuntutan beban kerja dan suatu tugas dengan kapasitas maksimum (termotivasi) beban mental seseorang dalam kondisi termotivasi. Konsep dan pengukuran baban kerja mental merupakan hal yang kompleks dan dipengaruhi berbagai faktor multi dimensi. Beban mental kerja seseorang dalam menangani pekerjaan dipengaruhi oleh jenis aktivitas dan situasi kerjanya, waktu respon dan waktu penyelesaian yang tersedia, faktor individu seperti tingkat motivasi, keahlian, kelelahan/kejenuhan dan toleransi performansi yang diijinkan. Beban kerja mental dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut: 1. Keharusan untuk tetap dalam kondisi kewaspadaan tinggi dalam waktu yang lama 2. Kebutuhan untuk mengambil keputusan yang melibatkan tanggung jawab yang besar. 3. Kosentrasi menurun akibat aktivitas yang monoton 4. Kurangnya kontak dengan orang lain



Beban kerja mental tersebut kemudian akan mengakibatkan kelelahan bagi pekerja. Lelah mental, dimana dalam kasus ini datangnya kelelahan bukan diakihatkan secara langsung oleh aktivitas fisik [DIG15]. Otot yang ditekan berlebihan akan menghasilkan suatu fenomena yang menyakitkan yaitu kelelahan otot. Kondisi ini adalah teliti dan terlokalisir. Pada sisi lain, dengan fungsi teori kognisi pada saat memikul beban, manusia akan mengalami kelelahan pada mental, disertai dengan perasaan lelah. Semuanya bersifat membosankan dan penggunaan fungsi mental berlebihan yang akan menyebabkan gejala ini. Timbulnya rasa lelah



Bab II – Landasan Teori



II-4



dalam diri manusia merupakan proses yang terakümulasi dan berbagai faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan (stress) yang dirasakan oleh tubuh manusa. Untuk menghindari akumulasi yang terlalu berlebihan, diperlukan adanya keseimbangan antara masukan sumber datangnya kelelahan tersebut (faktor-faktor penyebab kelelahan) dengan jumlah keluaran. Proses pemulihan dapat dilakukan dengan cara antara lain memberikan waktu istirahat yang cukup baik yang terjadwal/terstruktur atau tidak dan seimbang dengan tinggi-rendahnya tingkat ketegangan kerja. Proses pemulihan akan memberikan kesempatan kerja fisik maupun psikologis (mental) manusia untuk lepas dan beban yang menghimpitnya. (Wignjosoebroto,1995:283-284) [DIG15].



II.4



Pengukan Beban Kerja Mental Secara teoritis pengukuran beban kerja mental dapat diukur dengan dua



pendekatan yang berbeda, yaitu: pendekatan ergonomi-bio mekanik dan pendekatan psikologis. Pendekatan pengukuran ergonomi mencakup pengukuran proses persepsi, uromotorik dan bio-mekanik serta ‘level’ kelelahan kejenuhannya. Sedangkan pengukuran pendekatan psikologis menggunakan atribut-atribut seperti motivasi, antisipasi, ketrampilan dan batas marginal kelelahan. Terdapat dua cara dalam melakukan pengukuran beban kerja mental yaitu menggunakan metode objektif dan metode subjektif [DIG15]. 1. Metode Objektif Metode objektif didasarkan pada penilaian/pengukuran performansi fisiologis dengan kondisi mental. Ide dasar dari pengukuran objektif ini adalah kelelahan psikologis akibat dari reaksi fungsional di pusat kesadaran. Sumber data yang diolah adalah berupa data-data kuantitatif. Beberapa contoh pengukuran beban kerja mental dengan metode objektif adalah: -



Pengukuran denyut jantung. Cara mi operasionalnya sangat mudah, karena denyut jantung relatif mudah diukur. Kompleks QRS dasar (basic QRS complex) merupakan sinyal biologis yang besar, dan terdapat ‘noise’ listrik kecil yang berdenyut. Waktu antar denyut diperhitungkan sebagai interval antar denyut dan dapat dikonyersikan ke dalam denyut per menit.



Bab II – Landasan Teori



II-5



Secara umum peningkatan denyut jantung berkaitan dengan eningkatnya level pembebanan kerja. -



Pengukuran waktu kedipan mata. Proxy-data lain yang berkorelasi dengan tingkat beban kerja mental adalah frekwensi kerdipan mata. Secara embriologi,



mata merupakan perpanjangan otak dalam



melaksanakan banyak pemrosesan informasi visual sebelum mencapai otak (Remson dan Clark ,1959). Sejumlah variabeluntuk pengukuran beban kerja, termasuk pergerakan mata , ukuran pupil dan kerdipan mata.



2. Metode Subjektif Pengukuran beban kerja dimana sumber data yang diolah adalah data yang bersifat kualitatif. Metode pengukuran yang digunakan adalah dengan memilih faktor-faktor beban kerja mental yang berpengaruh dan memberikan rating subjektif. Yang termasuk dalam pengukuran beban kerja mental secara subjektif adalah: - NASA-TLX - SWAL - Modified Cooper Harper Scaling



II.5



Metode NASA-TLX Metode NASA-TLX dikembangkan oleh Sandra G. Hart dari NASA-Ames



Research Center dan Lowell E. Staveland dari san Jose State University pada tahun 1981. Metode ini dikembangkan berdasarkan munculnya kebutuhan pengukuran subjektif yang lebih mudah namun lebih sensitif pada pengukuran beban kerja. NASA-TLX adalah sebuah alat yang mengukur beban kerja operator secara subjektif. NASA-TLX mengizinkan penggunanya untuk menampilkan pengukuran beban kerja subjektif pada operator yang sedang bekerja dengan system manusiamesin yang beragam. NASA-TLX adalah sebuah prosedur penilaian multidimensional yang memperoleh skor beban kerja secara keseluruhannya berdasarkan kepada berat rata-rata penilaian enam sub skala. Subskala tersebut meliputi Kebutuhan mental (Mental Demand), kebutuhan Fisik (Physical Demand),



Bab II – Landasan Teori



II-6



Kebutuhan Waktu (Temporal Demand), Performansi (Own Performance), Usaha (Effort) dan Tingkat Stress (Frustration). 1. Faktor yang berhubungan dengan pekerjaan: -



Mental demands (MD). Aktifitas mental dan persepsi yang dibutuhkan (berpikir,



memutuskan,



menghitung,



mengingat,



memperhatikan,



mencari). Apakah hal tersebut mudah atau sulit untuk dikerjakan, sederhana atau kompleks, memerlukan ketelitian atau tidak. -



Physical demands (PD). Aktifitas fisik yang dibutuhkan (mendorong, menarik, memutar, mengontrol, mengoperasikan). Apakah tugas tersebut mudah atau sulit dikerjakan, gerakan yang dibutuhkan cepat atau lambat, melelahkan atau tidak.



-



Temporal demands (TD). Tekanan waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas. Apakah pekerjaan yang dilakukan cepat atau lambat.



2. Faktor yang berhubungan dengan subyek/pekerja -



Own performance (OP). Seberapa sukses seorang pekerja menyelesaikan pekerjaan yang ditetapkan oleh atasan pekerja tersebut. Apakah pekerja tersebut puas dengan performansinya saat mengerjakan pekerjaannya.



-



Effort (EF). Seberapa keras usaha pekerja harus bekerja untuk mencapai tingkat performansi waktu dia bekerja.



-



Frustation (FR). Tingkat keamanan, tidak bersemangat, perasaan terganggu, dan stress bila dibandingkan dengan perasaan aman dan santai selama pekerja bekerja.



II.5.1 Tahapan Pengolahan NASA-TLX Dalam melakukan pengukuran beban kerja mental mengunakan metode NASA-TLX terdapat langkah-langkah kerja sebagai berikut [DIG15]: 1. Pembobotan hasil kuesioner Subjek memilih satu faktor yang dianggap lebih berpengaruh bagi dirinya dibandingkan faktor lainnya, ketika bekerja melalui metode perbandingan berpasangan. Pada bagian ini responden diminta untuk mengisi kuesioner



Bab II – Landasan Teori



II-7



yang berbentuk perbandingan berpasangan yang terdiri dari 15 perbandingan berpasangan. Dari kuesioner ini dihitung jumlah tally dari setiap indikator yang dirasakan yang paling berpengaruh. Jumlah tally ini akan menjadi bobot untuk setiap indikator beban mental. Perbandingan faktor secara berpasangan dapat dililhat pada Tabel II.1



Tabel II.1 Tabel perbandingan faktor MD



PD



TD



OP



EF



FR



MD PD TD OP EF FR



Untuk mempermudah pekerja reangent area memberikan pembobotan pada kuesioner, maka dibuat perbandingan faktor yang dapat membuat responden lebih mudah dalam memilih salah satu faktor, yaitu dengan memberikan tanda (√) pada kurung disetiap faktor. Pembobotan yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar II.1. Mental Demand



(_____)



vs



(_____) Physical Demand



Mental Demand



(_____)



vs



(_____) Temporial Demand



Mental Demand



(_____)



vs



(_____) Own Performance



Mental Demand



(_____)



vs



(_____) Effort



Mental Demand



(_____)



vs



(_____) Frustation



Physical Demand



(_____)



vs



(_____) Temporial Demand



Physical Demand



(_____)



vs



(_____) Own Performance



Physical Demand



(_____)



vs



(_____) Effort



Physical Demand



(_____)



vs



(_____) Frustation



Temporial Demand



(_____)



vs



(_____) Own Performance



Bab II – Landasan Teori



II-8



Temporial Demand



(_____)



vs



(_____) Effort



Temporial Demand



(_____)



vs



(_____) Frustation



Own Performance



(_____)



vs



(_____) Effort



Own Performance



(_____)



vs



(_____) Frustation



Effort



(_____)



vs



(_____) Frustation



Gambar II.1 Pembobotan kuesioner NASA-TLX



2. Pemberian rating Pada bagian ini responden diminta untuk memberi rating terhadap keenam faktor beban kerja mental. Rating yang diberikan adalah subjektif tergantung pada beban mental yang dirasakan oleh responden tersebut. Skala pemberian bobot adalah 0-100. Pemberian rating setiap indikator dapat dilihat pada Gambar II.2.



Gambar II.2 Pemberian rating pada ke-6 faktor



3. Perhitungan WWL Menghitung beban kerja yang ditimbulkan oleh tiap faktor atau Weighted Workload (WWL) dapat dilihat pada Persamaan II.1.



Bab II – Landasan Teori



II-9



6



𝑊𝑊𝐿 = ∑(𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑖 x 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑖)



(II.1)



𝑖=1



Setelah mendapatkan total WWL, selanjutnya adalah menghitung rata-rata WWL dengan membagi WWL dengan jumlah total bobot, yaitu 15. Perhitungan rata-rata WWL dapat dilhat pada Persamaan II.2.



̅̅̅̅̅̅̅̅ = 𝑊𝑊𝐿



𝑊𝑊𝐿 15



(II.2)



4. Pengkategorian penilaian beban kerja Skor beban kerja terbagi dalam tiga bagian [HID13]: - Skala 0-9



: Beban kerja mental rendah



- Skala 10-29



: Beban kerja mental sedang



- Skala 30 -49



: Beban kerja agak tinggi



- Skala 50-79



: Beban kerja tinggi



- Skala 80 – 100 : Beban kerja sangat tinggi



II.6



Analisis Penyebab Beban Kerja Mental – Diagram Fishbone Penyebab beban kerja mental pekerja reagent area dianalisis menggunakan



cause and effect diagram. Diagram ini merupakan suata alat visual untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail semua penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan [ASM08]. Selain itu juga kita dapat melihat faktor-faktor yang lebih terperinci yang berpengaruh dan mempunyai akibat pada faktor utama tersebut yang dapat kita lihat dari panahpanah yang berbentuk tulang ikan pada diagram fishbone tersebut. Diagram sebab akibat ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1950 oleh seorang pakar kualitas dari Jepang yaitu Dr. Kaoru Ishikawa yang menggunakan uraian dari unsur-unsur proses untuk menganalisa sumber-sumber potensial dari penyimpangan proses. Faktor-faktor penyebab utama ini dapat dikelompokan dalam [ASM04]:



Bab II – Landasan Teori



II-10



1. Materials 2. Machine dan equipment 3. Manpower 4. Methods 5. Environment 6. Measurement Penyebab lain dari masalah selain yang telah di jelaskan diatas dapat dipilih jika diperlukan, dapat digunakan teknik brainstorming [ASM04]. Manfaatmanfaat yang mungkin akan ditemukan setelah menerapkan diagram fishbone ini adalah [ASM04]: 1. Memfokuskan individu, tim, atau organisasi pada permasalahan utama. 2. Memudahkan dalam mengilustrasikan gambaran singkat permasalahan tim/organisasi. 3. Menentukan kesepakatan bersama mengenai penyebab suatu masalah. 4. Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi. 5. Mengurangi kondisi-kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk dengan keluhan konsumen 6. Memfokuskan tim pada penyebab masalah. 7. Memudahkan tim beserta anggota tim untuk melakukan diskusi dan menjadikan diskusi lebih terarah pada masalah dan penyebabnya. Langkah-langkah dalam membuat diagram sebab akibat adalah sebagai berikut [ASM04]: 1. Membuat kerangka diagram Fishbone. 2. Merumuskan masalah utama. 3. Mencari faktor-faktor utama yang berpengaruh atau berakibat pada permasalahan 4. Menemukan penyebab untuk masing-masing kelompok penyebab masalah. 5. Setelah masalah dan penyebab masalah diketahui, kemudian digambarkan dalam diagram fishbone. Diagram fishbone dapat dilihat pada Gambar II.3a



Bab II – Landasan Teori



II-11



dan contoh permasalahan yang diselesaikan menggunakan diagram fishbone dapat dilihat pada Gambar II.3b.



Gambar II.3a Diagram fishbone Sumber : [ASM04]



Gambar II.3b Contoh permasalahan rendahnya kualitas lulusan diklat menggunakan diagram fishbone Sumber : [ASM04]



BAB III PROFIL PERUSAHAAN



III.1



Logo Perusahaan



Gambar III.1 Logo PT MSM Sumber: PT Meares Soputan Mining



Arti dari dari logo PT MSM adalah simbol memvisualisasikan profil bumi yaitu: langit biru yang jernih, lingkungan hijau, bentuk gunung (dimana tambang berada) dan emas yang ada di bawahnya. Menjaga agar tampilan terlihat moderen dan dengan nuansa simbol yang juga menggambarkan grafik pertumbuhan.



III.2



Sejarah Perusahaan PT. Meares Soputan Mining (PT MSM) merupakan 95% kepemilikkan oleh



Archipelago Resources Pte Ltd (AR Pte Ltd) dan 5% oleh PT. Archi Indonesia. Pada tahun 2014, Archipelago Resources Pte Ltd (AR Pte Ltd) diakuisisi sepenuhnya (100%) oleh PT. Archi Indonesia (sebuah perusahaan Indonesia). Pada akhir tahun 2014 (sekitar Bulan Desember), PT.Archi Indonesia merencanakan go public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pertemuan dan sosialisasi kepada masyarakat (Due dililigent meeting and public expose) telah dilakukan di Jakarta, pada 12 November 2014. Struktur kepemilikan proyek PT MSM dapat dilihat pada Gambar III.2. PT Meares Soputan Mining (PT MSM) adalah sebuah perseroan terbatas yang didirikan di Indonesia berdasarkan Akta notaris Chufran Hamal, S.H. No. 52 tanggal 17 November 1986. PT MSM dibentuk dalam rangka Penanaman Modal Asing. Tujuannya, membuka pertambangan emas di daerah Toka Tindung, berjarak



Bab III – Profil Perusahaan



III-2



35 km arah timur laut kota Manado, Sulawesi Utara, terletak di Minahasa Utara dan Kota Bitung. Perusahaan menandatangani Kontrak Karya (KK) dengan Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 2 Desember 1986.



PT. Wijaya Anugrah



PT. Rajawali Corpora



0.01 %



99.9 %



PT. Archi Indonesia Tbk (Indonesia)



100 %



AR Pte Ltd (Singapore) 95%



5%



PT. MSM (Indonesia)



Gambar III.2 Struktur kepemilikan proyek Sumber: PT Meares Soputan Mining



Wilayah Kontrak Karya PT. Meares Soputan Mining terletak di Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara dan Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung Provinsi Sulawesi Utara, dengan koordinat 125002’58 1250’08’28” Bujur Timur san 1034’0” - 1038’45” Lintang Utara dengan luas wilayah KK MSM 8,959 Ha. Lokasi proyek toka tindung dapat dilihat pada Gambar III.3. PT. Meares Soputan Mining mendapat hak untuk menambang emas dan perak di wilayah tersebut selama 30 tahun terhitung sejak dimulainya periode operasi tambang, atau waktu yang lebih panjang bila mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Indonesia. PT. Meares Soputan Mining menyelesaikan Studi Kelayakan Tahap 1 pada bulan Oktober 1996 dan diajukan kepada Direktur Jendral



Bab III – Profil Perusahaan



III-4



Geologi dan Sumber Daya Mineral (DJGSDM) pada bulan November 1996. Pada bulan Mei 1997 studi kelayakan tersebut disempurnakan sesuai tanggapan dari DJGSDM. PT. MSM memasuki tahap Konstruksi setelah mendapat persetujuan dari DJGSDM pada bulan Agustus 1998, dengan tanggal permulaan berlaku surut ke bulan November 1996. Proyek ditempatkan pada status Penjagaan dan Pemeliharaan pada bulan September 1999 dan semua karyawan lokal diberhentikan, kecuali sejumlah kecil staf. DJGSDM memberi persetujuan untuk menunda pelaksanaan kewajiban bagi PT. Meares Soputan Mining hingga November 2000. Kontrak Karya diberikan ijin oleh ESDM setelah mengalami Suspensi pada bulan Mei 2005. Perpanjangan tahap konstruksi untuk PT. Meares Soputan Mining diberikan pada bulan Maret 2008 dan perpanjangan ketiga diberikan pada bulan April 2010. Konstruksi proyek diselesaikan pada awal tahun 2011 dan Persetujuan Permulaan Tahap Produksi diberikan pada Agustus 2011 berlaku surut sejak 6 Maret 2011 dimana penuangan emas pertama dilakukan pada tanggal 1 April 2011. Selama kegiatan penambangan Proyek Toka Tindung berlangsung, terdapat dampak negatif berupa penurunan kualitas lingkungan, terutama yang menyangkut aspek fisik-kimia (tanah, lahan, air dan udara), dan aspek biologi (flora, fauna, dan biota air). Berdasarkan batas sosial pada kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) yang dilakukan oleh PT MSM, terdapat 8 desa dan 3 Kelurahan yang akan terkena dampak negative dari proyek tambang ini. 8 Desa dan 3 Kelurahan yang di maksud merupakan kelompok masyarakat yang secara administrasi terkait dengan rencana kegiatan pertambangan yaitu perkampungan penduduk di desa Maen, Winuri, Wineru, Kalinaun, Rinondoran, Morinsow, Pinenek, dan Pulisan, yang termasuk kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara, serta Kelurahan Piasungkulan, Batu Putih Atas dan Batu Putih Bawah di Kecamatan Ranowulu Kota Bitung. Untuk mengurangi dampak negatife proyek pertambangan emas tersebut, maka PT MSM mengadakan pengelolaan dan rehabilitasi lingkungan berkelanjutan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang terkait serta kewajiban yang ditetapkan dalam Kontrak Karya. Fungsi utama upaya pelestarian lingkungan



Bab III – Profil Perusahaan



III-5



yang diterapkan oleh PT MSM mencakup; Pengawasan dan Pelaporan Lingkungan, Pengelolaan Limbah, pengontrolan erosi dan sendimentasi, serta rehabilitasi Lahan Terganggu.



III.3



Visi dan Misi PT MSM



1. Visi PT MSM “Menjadi produsen emas yang selalu berkembang dan bertanggung jawab yang menghasilkan nilai tambah terhadap semua pemangku kepentingan”



2. Misi PT MSM 



Meningkatkan nilai pemangku kepentingan melalui optimalisasi produksi dan penambahan cadangan







Menginspirasi, memberdayakan dan menjaga seluruh karyawan







Mendukung masyarakat dan pelestarian lingkungan hidup







Profesional dan praktek kerja terbaik



III.4



Struktur Organisasi ARL dan PT MSM Struktur organisasi ARL dan PT MSM dapat dilihat pada Gambar III.4.



III.5



Tenaga Kerja Pada akhir Desember tahun 2014 jumlah tenaga kerja PT. Meares Soputan



Mining beserta kontraktor sejumlah 1,802 orang seperti disajikan pada Tabel III.1.



Bab III – Profil Perusahaan



III-7



Tabel III.1 Jumlah tenaga kerja PT MSM



Tahun 2014 No.



Posisi Tenaga Kerja



Realisasi TKA



TKI



Total



1



Direktur



1



1



2



2



Manager/Superintendent



3



79



82



3



Supv/Enginer/Officer



5



28



33



4



Tenaga Terampil



0



297



297



5



Administrasi



0



44



44



6



Tidak Terampil



0



248



248



7



Sub Contractor



15



1081



1096



Total Tenaga Kerja



24



1778



1802



Sumber: PT Meares Soputan Mining



III.6



Pengabdian Perusahaan Kepada Masyarakat Dalam kegiatan memproduksi kekayaan mineral di Kab. Minahasa Utara



dan Kota Bitung, perusahaan telah melakukan kegiatan produksinya secara aman. Perusahaan juga mempunyai komitmen yang tinggi bagi pembangunan dan pemberdayaan bagi pemangku kepentingan di area lingkar tambang melalui Program Pengembangan Masyarakat, yaitu; 1. Hubungan Komunitas Untuk membangun dan meningkatkan hubungan yang harmonis antar masyarakat lingkar tambang dan perusahaan, maka pada Tahun 2015 PT. Meares Soputan Mining mengalokasikan dana sebesar USD 194,760.97 untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut: -



Keagamaan Ada sekitar 14 Gereja yang berada di 3 Desa yang berada di wilayah PT. Meares Soputan Mining. Untuk tahun 2015, perusahaan akan membantu



Bab III – Profil Perusahaan



III-8



sarana rumah ibadah dan kegiatan yang berhubungan dengan perayaan agama. -



Sosial Budaya Masyarakat sekitar tambang terdiri atas etnis Minahasa dan Sangihe dan mempunyai budaya yang berbeda. Untuk melestarikan budaya dari masing-masing etnis PT. Meares Soputan Mining akan turut berpartisipasi baik dalam acara perayaan budaya tahunan daerah, juga bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Provinsi untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat sekitar tambang khususnya generasi muda, agar mereka mau mencintai dan menghargai budaya daerahnya yang telah terkikis oleh budaya luar.



-



Olahraga dan Kepemudaan Perusahaan turut mendukung kegiatan ini dengan melalui peringatan Hari Pendidikan Nasional dan Hari Sumpah Pemuda dengan menyelenggarakan lomba-lomba.



-



Pemerintahan Perusahaan akan mendukung kegiatan ulang tahun Desa atau Kecamatan di wilayah area tambang. Dan juga memperingati HUT RI pada tanggal 17 Agustus bekerja sama dengan pemerintah Kecamatan dan pemerintah Desa/Kelurahan.



-



Kemasyarakatan Perusahaan perlu berempati dengan keluarga-keluarga yang sedang berduka di desa/kelurahan lingkar tambang. Baik dengan memberikan uang duka, maupun dengan kehadiran karyawan yang mewakili perusahan.



2. Pemberdayaan Masyarakat -



Bidang pendidikan Perusahaan akan mendukung pengadaan komputer dan printer bagi seluruh sekolah yang berada di wilayah lingkar tambang.



-



Bidang Kesehatan



Bab III – Profil Perusahaan



III-9



Perusahaan memberikan perhatian yang lebih kepada penyelenggaraan posyandu di desa wilayah lingkar tambang. -



Bidang Ekonomi Perusahaan



bekerjasama



dengan



Perkumpulan



Tumoutou



yang



merupakan perwakilan dari desa lingkar tambang untuk memobilisasi masyarakatnya, mencari pembeli dan juga datang ke Pemerintah untuk mencari bantuan dan informasi yang diperlukan bagi produk aren dan kelapa. -



Bidang Pertanian Perusahaan mendukung dalam kegiatan menanam jagung dan singkong.



-



Bidang Peternakan/Perikanan Perusahaan memberikan bantuan modal usaha untuk masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan .



III.7



Pengolahan Limbah Perusahaan Pengolahan limbah yang dilakukan oleh PT MSM adalah dengan



memanfaatkan teknologi TSF (Tailing Storage facility). TSF merupakan teknik penempatan limbah yang dilakukan di darat. Limbah yang telah didetoksifikasi akan di tampung di dalam suatu bendungan yang didesain secara khusus dengan pengelolaan lingkungan yang mengikuti standar equator principle (standarisasi persyaratan dunia). Limbah dari proyek pengolahan emas di Toka Tindung ini berupa tanah halus atau lumpur yang berbentuk sedimen. Design TSF di PT MSM mampu menampung 10 juta ton limbah, terletak di bukit tertutup dan memiliki kolam-kolam sendimen pendukung dan lubang tambang terbuka yang berada di bawah TSF. Sedangkan untuk mengantisipasi terhadap kemungkinan terjadinya rembesan air ke tanah, maka TSF PT MSM yang dirancang untuk mampu menahan gempa yang paling mungkin terjadi, hingga tingkat gempa maksimum yaitu hingga 9 scala richer, dilapisi dengan lempung kedap air (clay), geotekstil, dan batuan yang di padatkan di bawah TSF, sehingga tidak akan terjadi rembesan air. TSF ini memiliki kemampuan menampung limbah



Bab III – Profil Perusahaan



III-10



pada kondisi curah hujan maksimal 750mm per hari, selama 48 jam berturut-turut. Untuk mempertinggi tingkat keamanan, TSF ini ditopang oleh batuan setebal 600 meter.



III.8



Keselamatan Kerja Karyawan Pihak perusahaan bekerja sama dengan Disnaker Kabupaten Minahasa



Utara telah melaksanakan pemeriksaan dan pengujian terhadap beberapa peralatan angkat yang akan digunakan untuk pembangunan pabrik pengolahan. Pemahaman terhadap keselamatan kerja, bukan saja diberlakukan terhadap pekerja di lingkungan PT MSM namun juga bagi setiap pengunjung di areal Toka Tindung dengan pelaksanaan Safety Induction. PT MSM menerapkan Positive Attitude Safety System (PASS) disemua tempat untuk meningkatkan Budaya & Perilaku K3.



III.9



Struktur Organisasi Plant and Process Department Struktur Organisasi Plant and Process Department dapat dilihat pada



Gambar III.5.



III.10 Proses Pengelolaan Bijih Tambang Ada beberapa cara yang digunakan untuk memperoleh emas, salah satunya adalah diperoleh melalui bebatuan mengandung emas yang disebut bijih emas. Bijih emas yang berlualitas tinggi biasanya adalah bijih emas yang mengandung sekitar 30 gr emas untuk setiap ton bijih emas. Pada umumnya, proses yang digunakan untuk mendapatkan dan menghancurkan bebatuan yang mengandung emas tersebut adalah dengan cara peledakan (blasting) menggunakan bom untuk menghancurkan batuan yang mengandung emas tersebut. Cara blasting adalah cara yang digunakan oleh PT MSM untuk mendapatkan emas dari dalam perut bumi. Perencanaan proses atau Processes plant produksi dari emas PT MSM secara detail dapat dilihat pada Gambar III.6. Proses pengolahan bijih emas di PT MSM dapat dilihat melalui Gambar III.7.



Bab III – Profil Perusahaan



TTN ROM Ore Stockpile



III-13



MSM ROM Ore Stockpile



Stockpile Reclaim



Primary Ore Crusher



Stockpile Reclaim



Area yang diteliti



COS Coarse Ore Stockpile



Area yang diteliti



Grinding



Mill Balls Lime Cyanide Carbon Fresh Water



Carbon in Leach Thickener Reclaim Water



Carbon in Leach Tailing Thickener



Carbon Regeneration



CARBON WITH GOLD/SILVER



Detoxification



Strip/Elution



Tailings Pond



Gold Room



Carbon



Dore



Refinery (Jakarta)



Gambar III.7 Proses pengolahan bijih emas



Sumber: PT Meares Soputan Mining 



Primary Ore Crusher Setelah proses blasting di pit milik TTN dan MSM, batu-batu hasil ledakan tersebut dipilih dari sekian batu yang ada, batu mana yang akan menjadi material mentah untuk diproses menghasilkan emas. Batu yang disebut ore kemudian diangkut ke stockpile masing-masing. Ore ini kemudian di umpan oleh loader dan dump Truck/ADT ke dalam ROM Bin crusher. Dalam ROM Bin tersebut, ore yang ukurannya besar akan dihancurkan di dalam Gyratory Crusher hingga menjadi ukuran kira-kira 15-20 cm. Setelah



Bab III – Profil Perusahaan



III-14



ore tersebut di hancurkan, ore akan diangkut oleh Conveyor 1 dan 2 ke penampungan ke-2 yang disebut Helly pad Stockpile. Dalam penampungan Helly Pad Stockpile material siap masuk dan diolah didalam Plant Mill. 



Grinding Melalui conveyor 3, ore yang berasal dari Helly pad Stockpile akan di transfer ke proses Grinding untuk dihaluskan agar memenuhi standar yang pengambilan emas yang diinginkan. Proses grinding dilakukan oleh 2 mesin, yaitu SAG Mill dan Ball Mill. SAG Mill dan Ball Mill merupakan suatu penggiling dengan bola-bola besi dengan ukuran tertentu. Ore yang diperoleh nantinya akan dimasukkan kemudian akan sampai halus sehingga terlepas dari tanah. Proses grinding ini menggunakan air dari sungai dan danau di sekitar tambang dan juga menggunakan water recovery dari proses pengolahan emas tersebut. Setelah ore di grinding, proses selanjutnya adalah proses pengayakan. Proses pengayakan ini membuat ore tersebut menjadi slurry. Slurry yang keluar dari SAG Mill akan disaring melalui coarse Vibrating Screen. Slurry yang dapat melewati coarse Vibrating Screen akan ditampung di SAG Mill Discharge Hopper. Slurry yang tersisa di coarse Vibrating Screen disebut scats. Scats akan di angkut oleh conveyor untuk diproses lagi di scats crusher, sampai scats tersebut bisa melewati coarse vibrating screen. Selanjutnya slurry yang ditampung di SAG Mill Discharge Hopper, dipompa menuju fine vibrating screen. Slurry yang melewati fine vibrating screen (undersize) akan di tampung di Ball Mill Discharge Hopper dan dipompa menuju Cyclone Cluster. Slurry yang masih kasar (oversize), akan dikembalikan lagi ke proses SAG Mill. Dalam Cyclone Cluster, Slurry yang halus dan kasar akan dipisahkan berdasarkan gaya sentrifugal yang terbentuk didalam cyclone cluster. Slurry yang halus disebut overflow. Overflow akan diteruskan ke trash screen untuk menyaring material-material yang tidak diperlukan selama proses seperti kayu,



Bab III – Profil Perusahaan



III-15



dls. Slurry yang masih kasar disebut underflow. Underflow akan di kembalikan dan diproses lagi di mesin Ball Mill. Underflow yang diproses di Ball Mill tersebut akan di masukkan ke dalam ball mill discharge hopper dan dipisahkan lagi di cyclon cluster kemudian di teruskan ke trash screen untuk menyaring material yang tidak diperlukan selama proses. Pusat utama penambahan lime ada di daerah ball mill hopper. Tapi bisa juga ditambahkan saat material berada pada conveyor 3 pada proses primary crusher. Penambahan lime tersebut berguna untuk mengatur pH yang terdapat pada material yaitu sekitar 10,2 – 10,5. 



Carbon in Leach Overflow yang telah melalui trash screen, akan diproses di CIL thickener untuk mengatur tingkat kepadatan material (density). Pada proses ini, overflow akan diendapkan dan diambil airnya. Pengendapan overflow ini dibantu oleh flocculant. Proses CIL Thickener menghasilkan air sebanyak kirakira 45-50 %. Air hasil prsoses CIL thickener disebut water recovery. water recovery inilah yang akan digunakan pada proses grinding dan proses tailing. Overflow yang telah diendapkan pada proses CIL thickner akan di transfer ke CIL tanks. Total CIL tanks ada 8 buah. Alur tanks yang akan dilewati oleh overflow adalah tanks 8, 7, 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Setiap tanks berfungsi mengambil carbon dan membuang slurry dari overflow yang masuk di setiap tanks tersebut. Pada tangki 8 ditambahkan cyanide yang berfungsi untuk me-leaching emas dan perak. PH optimum pada proses leaching adalah 10,2-10,5. Pada setiap tangki di tambahkan carbon active yang fungsinya untuk meng-absorb emas dan perak yang sudah di leaching oleh cyanide. Overflow dari tangki 6 akan melewati trash screen sebelum ke tailing thickener.



Bab III – Profil Perusahaan







III-16



Strip/Elution Carbon hasil dari proses CIL tanks disebut loaded carbon. Loaded carbon tersebut kaya akan kandungan emas. Loaded carbon tersebut, dicuci dengan menggunakan asam clorida/HCl didalam acid colum. Selanjutnya loaded carbon dipindahkan ke dalam elution colum untuk dilakukan proses elution. Loaded carbon yang diproses elution dilakukan dengan menambahkan cyanide kosentrasi tinggi dan caustic dalam suhu 130°C menggunakan heat exchanger. Proses elution ini menghasilkan pregnant solution yang kaya akan emas. Carbon yang telah diambil emasnya disebut barrent carbon. Barrent carbon akan di-regenerated menggunakan kiln dengan suhu 600°C kemudian dikembalikan ke tangki 6.







Tailing Thickner Pada proses ini, overflow akan diendapkan dengan bantuan flocculant untuk diambil airnya. Air hasil dari proses ini akan menjadi water recovery sedangkan overflow yang diendapkan tadi akan didetoksifikasi.







Detoxification Overflow yang keluar dari proses tailling thickener masih menyisahkan cyanide. Cyanide tersebut sangat berbahaya bagi lingkungan sehingga perlu dilakukan proses detoksifikasi. Proses detoksifikasi ini berfungsi untuk mengurangi cyanide pada overflow menggunakan sodium metabisulfat (SMBS) dan katalis cooper sulfat. Setelah proses pencampuran tersebut selesai, maka limbah telah siap untuk diletakan pada tailing storage facility (TSF).







Gold Room Pregnant solution dari proses elution, akan dialirkan ke electrowinning cell selanjutnya emas akan mengendap di elektroda. Setelah proses ellectrowinning cell selesai, pregnant solution tersebut akan menjadi barrent



Bab III – Profil Perusahaan



III-17



solution. Endapan yang ada di elektroda tadi disebut konsentrat. Konsetrat tersebut akan di smelting dengan menambahkan borax, silica flour dan soda ash untuk menghasilkan gold and silver dore. 



Reagent Area Dalam proses pengolahan bijih emas tersebut, diperlukan adanya penambahan zat kimia/reagent seperti lime, cyanide, flocculant, carbon, HCL, caustic, SMBS, dan Cooper Sulfat untuk mendapatkan hasil bijih emas yang optimal. Penambahan reagent tersebut dilakukan pada bagian reagent area.



BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS



IV.1



Resources Reagent Area Berikut adalah rincian resources yang terdapat dan digunakan pada



reagent area: 1. Man 



Pekerja regent area berjumlah sembilan orang







Pekerja yang bertugas mixing reagent setiap harinya berjumlah empat orang. Dan lima orang lainya bertugas untuk membantu area lain dan juga melakukan penambahan reagent di lokasi produksi lainnya atau sedang off.







Pekerjaan kesembilan pekerja reagent area tersebut setiap harinya di rolling berdasarkan jadwal kerja. Jadwal kerja reagent area dapat dilihat pada Tabel IV.1



Tabel IV.1 Jadwal kerja bulan juli pekerja reagent area Pekerja reagent area P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Keterangan



Jadwal Bulan Juli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31



= Daily Shift = Off = Annual life



Sumber: PT MSM – Plant and Production Department



2. Machine and Tools Mesin yang digunakan di regent area antara lain:



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis



IV-2



a. Mesin produksi (operasional) 



Gantry crane : Mesin ini berguna untuk mengangkat reagent dari lantai dasar menuju mixing tank.







Mixing tank : Mesin ini berguna untuk melakukan proses mixing reagent.



b. Tools 



Forklift : forklift digunakan untuk mengangkut reagent dari tempat reagent diletakan dan membersihkan area reagent.







Pisau : digunakan untuk menyobek bagian bawah karung reagent agar reagent bisa dikeluarkan dari karung ke mixing tank.







Lifting jig : alat yang digunakan untuk membantu memposisikan reagent ke dalam mixing tank.







Monitor reagent pribadi: setiap pekerja memiliki monitor reagent, untuk memantau level reagent.







Safety shower : Safety shower merupakan salah satu dari alat standar keselamatan kerja. Apabila pekerja terkena dengan reagent maka safety shower adalah tujuan pertama untuk mencegah dampak dari terkena regent semakin memburuk.



c. Alat Pelindung Diri. Alat pelindung diri di reagent area adalah: sarung tangan PVC panjang, Full face respirator, PVC Apron, goggle bersih. APD yang di reagent area dapat dilihat pada Gambar IV.1.



Gambar IV.1 APD yang lengkap untuk pekerja reagent area Sumber: PT MSM – Plant and Production Department



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis



IV-3



3. Method Dalam proses pengolahan bijih emas tersebut, diperlukan adanya penambahan zat kimia/reagent seperti



lime, copper sulfat, caustic



soda/Sodium hydroxide (NaOH), cyanide, flocculent, carbon, dan SMBS untuk mendapatkan hasil bijih emas yang optimal. Penambahan reagent tersebut dilakukan pada bagian reagent area. Adapun beberapa prosedur yang harus di lakukan reagent area dalam menyelesaikan pekerjaannya, yaitu: 



Lime addition







Flocculent mixing







Copper sulphate mixing







Transfer cyanide







Caustic soda mixing







SMBSS mixing







Transfer caustic soda







Transfer SMBSS







Transfer copper sulphate







House keeping







Cyanide mixing



4. Material Material yang digunakan di reagent area adalah merupakan bahan pendukung untuk mendukung proses pengolahan emas yakni: 



Copper Sulphate. Copper sulphate digunakan bersama dengan sodium metabisulphite untuk proses detoksifikasi (pemusnahan racun) sianida yang diproses di tailing slurry. Copper sulfat tidak terlalu beracun asalkan tidak terpapar dalam jumlah yang banyak. Pekerja yang terkena zat kimia ini akan mengalami iritasi pada sistem pencernaan seperti rasa terbakar di dada, mual, diare, muntah dan sakti kepala.







Caustic soda/Sodium hydroxide (NaOH). Caustic adalah reagent dengan pH yang tinggi dan digunakan saat proses pemisahaan emas dari karbon aktif. Caustic juga digunakan untuk mengurangi kekentalan slurry saat berada di SAG Mill. Bahaya yang diakibatkan dari zat kimia ini adalah menyebabkan iritasi dan terbakar apabila terkena pada kulit pekerja.



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis







IV-4



Cyanide. Larutan cyanide digunakan di sirkuit CIL dan Elution di plant mill. Cyanide kering dilarutkan dalam air di tangki pencampuran sianida dan kemudian ditransfer ke storage tank (tangki penyimpan). Bahaya yang diakibatkan apabila pekerja terkena cyanide adalah berupa luka bakar.







Flocculent. Flocculent merupakan reagent yang digunakan untuk membantu proses pengendapan di dalam CIL feed thickener dan tailings thickener. Bubuk flocculent perlu ditambahkan secara manual dan dipantau secara teratur guna memastikan kelancaran operasi.







Sodium metabilsuphate (SMBSS). Sodium metabilsulphite (SMBS) digunakan untuk detoksifikasi (pengurangan kadar racun) sianida di dalam tailing slurry.



5. Information Informasi merupakan sebuah faktor yang dapat memberikan feedback kepada reagent area mengenai kegiatan-kegiatan yang terjadi di reagent area. Informasi yang dimaksud kemudian akan dicatat ke dalam lembar log sheet reagent. Berikut adalah informasi yang dibutuhkan oleh pekerja reagent area:



IV.2







Informasi bahan baku







Informasi jumlah reagent/karung yang produksi







Informasi proses produksi reagent



Proses pengolahan Reagent Proses mixing reagent dapat dilihat pada Gambar IV.2 dan disusul dengan



penjelasan dari gambar tersebut



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis



IV-5



Start



Periksa Level Reagent



Tentukan Jumlah Regent yang akan di Mixing (Satuan karung)



Mixing Regent



Transfer Reagent ke Storage Tank



Tidak



Cek Level Reagent. Apakah sudah penuh?



Ya Catat aktivitas produksi



Finish



Gambar IV.2 Flow chart mixing reagent







Periksa level reagent Pemeriksaan level reagent ini dilakukan untuk bisa memastikan berapa banyak



reagent yang masih tersisa dalam storage tank. Level reagent dapat dilihat/diketahui melalui DCS di dalam control room dan juga pada multi ranger display panel yang terletak disamping setiap mixing tank. Tampilan level reagent dapat dilihat pada Gambar IV.3.



Gambar IV.3 Tampilan level reagent Sumber: PT MSM – Plant and Production Department



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis







IV-6



Menentukan jumlah reagent Setelah melakukan pengecekan level reagent, pekerja dan supervisor akan



menentukan berapa banyak karung reagent yang diperlukan untuk mengisi mixing tank. Untuk mencapai persentase sebesar 100% (mixing tank kosong), dibutuhkan karung reagent sebanyak empat puluh karung. 



Mixing reagent Karung reagent dikaitkan ke gantry crane dan diangkat menuju mixing tank.



Dengan menggunakan sebuah pisau, karung reagent disobek di sisi bawah karung sehingga reagent dapat keluar dari karung dan terisi kedalam mixing tank. Pekerja harus memastikan bahwa seluruh reagent yang berada pada karung telah dikeluarkan dan terisi di mixing tank. Cara untuk memastikan bahwa reagent telah dikeluarkan semuanya adalah dengan mengangkat dan menurunkan kantong reagent beberapa kali. Setelah dipastikan semua reagent telah dikeluarkan, pekerja mengoperasikan kembali gantry crane untuk menurunkan karung bekas tadi ke atas lantai. Proses penurunan karung ini harus dipastikan tidak ada pekerja yang sedang berada dibawah karung tersebut, agar pekerja tidak terkena oleh reagent. Kemudian gantry crane tersebut diletakkan lagi ke tempat semula. Pekerjaan mixing reagent dapat dilihat pada Gambar IV.4.



Gambar IV.4 Proses mixing reagent Sumber: PT MSM – Plant and Production Department



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis







IV-7



Transfer reagent Sebelum melakukan transfer reagent, proses mixing reagent harus dipastikan



terlebih dahulu sekurang-kurangnya berlangsung selama dua jam. 



Pengecekan kembali level reagent Pekerja reagent kemudian melakukan pengecekan apakah jumlah reagent



sudah sesuai dengan level reagent yang dibutuhkan. Bila tidak, maka proses pencampuran akan diulang. Bila ya, maka proses mixing tank telah selesai. 



Catat aktivitas produksi Apabila proses mixing reagent telah selesai, maka tugas pekerja reagent



selanjutnya adalah mencatat proses mixing reagent pada log sheet reagent area. Log sheet reagent berguna untuk mencatat semua aktivitas yang terjadi selama proses mixing reagent yakni jumlah reagent yang di mixing, alur produksi, dls.



Setelah melakukan semua aktivitas di reagent area, seluruh pekerja harus melakukan housekeeping. Housekeeping dilakukan setiap ada karung reagent di jatuhkan dari gantry crane, setelah selesai proses mixing dan transfer reagent. Karung dan papan penutup reagent yang telah kosong di bawah ke area pembuangan menggunakan forklift. Setalah pembersihan sisa-sisa mixing reagent, pekerja reagent harus menyiram bersih area reagent dari lantai atas ke lantai bawah dan juga sekitar reagent area, dan yang terakhir adalah pekerja mengembalikan semua peralatan dan APD ke tempatnya masing-masing. Housekeeping dapat dilihat pada Gambar IV.5



IV.3



Pengukuran Beban Kerja Mental dengan Metode NASA-TLX Untuk mengetahui persentase beban kerja mental setiap pekerja reagent



area, maka terlebih dahulu kuesioner NASA-TLX disebarkan kepada pekerja reagent area sebanyak sembilan responden. Data beban kerja mental dengan menggunakan metode NASA-TLX menggunakan enam faktor sebagai indikator



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis



IV-8



untuk mengetahui seberapa besar beban kerja yang dialami oleh pekerja reagent area. Pengukuran beban kerja mental menggunakan metode NASA-TLX dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:



Gambar IV.5 Proses house keeping Sumber: PT MSM – Plant and Production Department



IV.3.1 Pembobotan Hasil Kuesioner Pada tahap ini, pekerja reagent area diminta untuk memilih dengan cara memberikan tanda centang (√) atau menulis salah satu dari dua faktor yang lebih dominan mempengaruhi beban kerja mereka. Hasil pembobotan dapat dilihat pada Tabel IV.2. Tabel IV.2 Data pembobotan kuesioner pekerja reagent area No Faktor



P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Total



1



Physical Demands



1



1



2



2



3



1



1



1



4



16



2



Mental Demands



1



1



1



1



1



4



1



0



1



11



3



Temporial Demands



1



2



2



3



3



2



4



4



1



22



4



Own Performance



3



4



4



2



5



5



3



2



4



32



5



Effort



4



5



5



2



3



3



5



5



5



37



6



Frustation



5



2



1



5



0



0



1



3



0



17



15



15



15



15



15



15



15



15



15



Total



Pada Tabel IV.2 diketahui bahwa hasil pembobotan tertinggi dari keseluruhan pekerja ada pada faktor effort dan own performance. Pekerjaan



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis



IV-9



reagent area membutuhkan usaha dan performansi yang tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan. Bobot terendah dari hasil pembobotan adalah mental demand karena pekerjaan tersebut tidak terlalu menuntut pekerja untuk berpikir, menghitung, teliti, dls dalam menyelesaikan pekerjaan. Tetapi, faktor mental demand tetap saja memberikan kontribusi penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area.



IV.3.2 Pemberian Nilai atau Skala Pemberian rating atau peringkat merupakan tahap setelah pembobotan di tahap sebelumnya. Pada tahap ini, pekerja reagent area diminta untuk memberikan rating antara 1-100 untuk setiap faktor sesuai dengan beban kerja yang dirasakan oleh pekerja reagent area. Hasil pemberian rating dapat dilihat pada Tabel. IV.3. Tabel IV.3 Data pemberian rating pekerja reagent area



No Faktor 1



2



3



4



Physical Demands Mental Demands Temporial Demands Own Performance



P1



P2



P3



P4



P5



P6



P7



P8



P9



70



70



90



45



80



75



60



75



80



70



60



60



70



90



85



65



95



95



60



60



75



90



75



50



75



90



30



90



70



60



95



80



90



90



90



90



5



Effort



90



70



70



90



70



95



80



80



80



6



Frustation



90



70



70



90



45



10



80



70



45



480



440 405 450 500



Total



470 400 425



420



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis



IV-10



IV.3.3 Perhitungan Weighted Workload (WWL) Menghitung WWL bertujuan untuk mendapatkan nilai dari beban kerja mental tiap faktor. Bobot dan rating (lihat Tabel IV.2 dan IV.3) pada setiap faktor akan dikalikan. Kemudian nilai hasil perkalian dari masing-masing faktor dijumlahkan dan di bagi 15 yang menghasilkan nilai rata-rata WWL, lihat persamaan (II.1 dan II.2). Rekapitulasi perhitungan nilai ̅̅̅̅̅̅̅̅ 𝑾𝑾𝑳dapat dilihat pada Tabel IV.4. ̅̅̅̅̅̅̅̅ pekerja reagent area Tabel IV.4 Perhitungan 𝑾𝑾𝑳 No



Faktor



P1



P2



P3



P4



P5



P6



P7



P8



P9



70



70



180



90



240



75



60



75



320



70



60



60



70



90



340



65



0



95



60



120



150



270



225



100



300



360



30



270



280



240



190



400



450



270



180



360



360 450



350 140



350 70



180 450



210 0



285 0



400 80



400 210



400 0



1280



1020



1050



1250



1165



1250



1175



1225



1205



70



83.3 77.7 83.3 78.3 81.7 80.3



Physical 1



Demands Mental



2



Demands Temporial



3



Demands



Own 4 Performance 5 Effort 6 Frustation Total WWL ̅̅̅̅̅̅̅̅ Skor 𝑾𝑾𝑳



85.3 68



Nilai ̅̅̅̅̅̅̅̅ 𝑾𝑾𝑳 merupakan nilai beban kerja mental yang dirasakan oleh pekerja reagent area. Penentuan skala tinggi atau rendah beban kerja mental bisa berdasarkan subjektifitas seseorang, namun skala pembanding beban kerja mental yang dipakai pada laporan ini adalah berdasarkan [HID14].



IV.3.4 Pengkategorian Penilaian Beban Kerja Kategori penilaian beban kerja terdiri dari lima tingkatan yaitu beban kerja mental rendah pada skala 0-9, beban kerja mental sedang pada skala 10-29, beban kerja mental agak tinggi 30-49, beban kerja mental tinggi 50-79 dan beban kerja



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis



IV-11



mental tinggi pada skala 80-100 [HID13]. Ketegori penilaian beban kerja mental pekerja reagent area dapat dilihat pada Tabel IV.5.



Tabel IV.5 Kategori penilaian beban kerja pekerja reagent area



Pekerja Beban Kerja



Ketegori



P1



85.33



80 < Beban Kerja < 100 Beban Kerja Sangat Tinggi



P2



68.00



50 < Beban Kerja < 79



Beban Kerja Tinggi



P3



70.00



50 < Beban Kerja < 79



Beban Kerja Tinggi



P4



83.33



80 < Beban Kerja < 100 Beban Kerja Sangat Tinggi



P5



77.67



50 < Beban Kerja < 79



P6



83.33



80 < Beban Kerja < 100 Beban Kerja Sangat Tinggi



P7



78.33



50 < Beban Kerja < 79



P8



81.67



80 < Beban Kerja < 100 Beban Kerja Sangat Tinggi



P9



80.33



80 < Beban Kerja < 100 Beban Kerja Sangat Tinggi



Beban Kerja Tinggi



Beban Kerja Tinggi



Melalui Tabel IV.5 diketahui bahwa seluruh pekerja reagent area memiliki beban kerja mental yang tinggi. Berikut adalah pembahasan beban kerja mental setiap pekerja reagent area: 1. Beban kerja mental P1 Beban kerja mental pada P1 diketahui adalah sebesar 85.33%. Nilai beban kerja mental P1 tersebut dikategorikan sebagai beban kerja mental yang sangat tinggi. Faktor frustation adalah menjadi faktor dominan penyebab beban kerja mental P1. 2. Beban kerja mental P2 Beban kerja mental pada P2 diketahui adalah sebesar 68.00%. Nilai beban kerja mental P2 tersebut dikategorikan sebagai beban kerja mental yang tinggi. Faktor effort adalah menjadi faktor dominan penyebab beban kerja mental P2.



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis



IV-12



3. Beban kerja mental P3 Beban kerja mental pada P3 diketahui adalah sebesar 70.00%. Nilai beban kerja mental P3 tersebut dikategorikan sebagai beban kerja mental yang tinggi. Faktor effort adalah menjadi faktor dominan penyebab beban kerja mental P3. 4. Beban kerja mental P4 Beban kerja mental pada P4 diketahui adalah sebesar 83.33%. Nilai beban kerja mental P4 tersebut dikategorikan sebagai beban kerja mental yang sangat tinggi. Faktor frustation adalah menjadi faktor dominan penyebab beban kerja mental P4. 5. Beban kerja mental P5 Beban kerja mental pada P5 diketahui adalah sebesar 77.67%. Nilai beban kerja mental P5 tersebut dikategorikan sebagai beban kerja mental yang tinggi. Faktor own performance adalah menjadi faktor dominan penyebab beban kerja mental P5. 6. Beban kerja mental P6 Beban kerja mental pada P6 diketahui adalah sebesar 83.33%. Nilai beban kerja mental P6 tersebut dikategorikan sebagai beban kerja mental yang sangat tinggi. Faktor own performance adalah menjadi faktor dominan penyebab beban kerja mental P6. 7. Beban kerja mental P7 Beban kerja mental pada P7 diketahui adalah sebesar 78.33%. Nilai beban kerja mental P3 tersebut dikategorikan sebagai beban kerja mental yang tinggi. Faktor Effort adalah menjadi faktor dominan penyebab beban kerja mental P7. 8. Beban kerja mental P8 Beban kerja mental pada P8 diketahui adalah sebesar 81.67%. Nilai beban kerja mental P8 tersebut dikategorikan sebagai beban kerja mental yang sangat tinggi. Faktor effort adalah menjadi faktor dominan penyebab beban kerja mental P8.



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis



IV-13



9. Beban kerja mental P9 Beban kerja mental pada P9 diketahui adalah sebesar 80.33%. Nilai beban kerja mental P9 tersebut dikategorikan sebagai beban kerja mental yang sangat tinggi. Faktor effort adalah menjadi faktor dominan penyebab beban kerja mental P9.



IV.4



Analisis Penyebab Tingginya Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area Untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang menjadi penyebab



tingginya beban kerja mental pekerja reagent area, tools yang digunakan adalah diagram fishbone. Diagram ini dapat membantu untuk mengetahui akar permasalahan penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area berdasarkan aspek resources (5M + I), yaitu Material, Method, Money, dan information. Berikut adalah diagram fishbone yang telah dirancang untuk mendefinisikan akar permasalahan di setiap faktor penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area:



1. Penyebab tingginya beban kerja mental berdasarkan faktor Effort Pada faktor ini, dianalisis mengenai besarnya usaha yang dibutuhkan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan. Kenapa pekerja membutuhkan usaha yang besar dalam menyelesaikan pekerjaan dan apa penyebab hal itu terjadi. Penyebab tingginya beban kerja mental dikarenakan faktor effort dapat dilihat pada Gambar IV .6 Pada Gambar IV.6 diketahui bahwa target produksi yang belum tercapai membuat pekerja harus mengeluarkan usaha yang lebih untuk melakukan proses mixing reagent dengan kata lain adalah pekerja harus lembur untuk memenuhi target tersebut. Dua hal yang menjadi penyebab pekerja harus lembur untuk mencapai target produksi adalah karena forklift tidak tersedia disaat akan melakukan proses mixing reagent dan reagent susah di mixing.



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis



IV-14



Tidak ada warehouse khusus reagent



Faktor Effort tinggi



Gambar IV.6 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor effort tinggi



Tidak tersedianya forklift mengakibatkan proses mixing ikut tertunda. Salah satu fungsi forklift adalah untuk mengangkut reagent dari tempat reagent diletakkan ke area mixing reagent. Terdapat 1 buah forklift yang di sediakan perusahaan untuk 2 sub divisi yaitu reagent area dan rigging. Pemakaian 1 buah forklift untuk 2 sub-divisi, membuat pekerja harus bergantian dalam menggunakan forklift. Penggunaan forklift secara bergantian bisa mencapai 1-3 jam, tergantung pemakaian dari setiap sub-divisi. Lamanya menunggu antrian forklift membuat pekerja mixing reagent tidak bisa melakukan proses mixing reagent. Apabila forklift rusak, maka secara langsung pekerjaan di reagent area tertunda karena tidak ada forklift lain yang dapat digunakan untuk membantu proses mixing reagent. Selain tidak tersedianya forklift, faktor reagent susah di mixing merupakan penyebab target produksi belum tercapai. Reagent area tidak memiliki warehouse khusus untuk menampung reagent. Reagent hanya diletakkan di satu tempat yang tidak jauh dari reagent area. Reagent diletakan pada tempat yang terbuka dan sangat memungkinkan terkena air hujan. Hujan yang sangat deras dapat membuat pembungkus



reagent



sobek.



Sobeknya



pembungkus



reagent



sangat



memungkinkan air hujan bisa merembes masuk ke dalam karung reagent, dan



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis



IV-15



membuat reagent menggumpal seperti bebatuan kecil. Reagent yang menggumpal membuat reagent tersebut susah untuk di mixing. Bahkan dalam beberapa kasus, jika curah hujan sangat deras dan cukup lama dapat membuat beberapa karung reagent tidak bisa digunakan dan akhirnya dibuang/tidak bisa di pakai. Pada Gambar IV.6 diketahui juga bahwa pekerjaan yang seharusnya dilakukan menggunakan forklift dilakukan secara manual oleh pekerja. Pekerjaan yang dilakukan secara manual membuat pekerja harus mengeluarkan usaha yang lebih dari yang sebelumnya untuk melakukan pekerjaan seperti mengangkat karung reagent dan melakukan housekeeping.



2. Penyebab tingginya beban kerja mental berdasarkan faktor Own Performance Pada faktor ini, dianalisis mengenai besarnya tingkat keberhasilan pekerja reagent area dalam menyelesaikan pekekerjaan. Kenapa penyelesaian pekerjaan mixing reagent dapat terhambat dan apa yang menyebabkan hal itu terjadi. Penyebab tingginya beban kerja mental dikarenakan faktor own performance dapat dilihat pada Gambar IV.7



Forklift rusak



Forklift dipakai oleh area lain Faktor Own Performance tinggi Tidak mematuhi SOP



Gambar IV.7 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor own performance tinggi



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis



IV-16



Untuk mendapatkan performansi yang baik, maka seharusnya dalam melakukan pekerjaan, reagent haruslah mudah di mixing dan alat yang digunakan harus selalu ada. Namun pada kenyataannya reagent susah di mixing dan terkadang alat yang dibutuhkan seperti forklift tidak tersedia. Penyebab reagent susah di mixing adalah karena reagent terkena hujan dan menggumpal seperti bebatuan kecil yang awalnya adalah berupa serbuk. Reagent terkena hujan karena tidak tersedianya warehouse khusus untuk reagent. Warehouse di PT MSM hanya dikhususkan untuk bullion saja. Selain ke-2 hal tersebut, hal yang menghambat tingkat keberhasilan pekerja mixing reagent dalam menyelesaikan pekerjaan adalah karena kecelakaan kerja yang terjadi saat pekerjaan berlangsung. Kecelakaan kerja tersebut membuat pekerjaan tertunda, karena pekerja harus berhenti sejenak untuk melaporkan bahaya yang terjadi, bahkan harus mengevaluasi penyebab kecelakaan tersebut. Kecelakaan kerja yang umum terjadi di reagent area dapat dilihat pada Tabel IV.6. Tabel IV.6 Kecelakaan kerja yang umum terjadi di reagent area



No 1 2 3 4 5 6



Jenis Kecelakaan Terkena bahan kimia Tertimpa material Tersandung Tergenlincir Terjatuh dari ketinggian Terluka (terjepit)



2 hal yang menyebabkan kecelakaan kerja terjadi adalah karena pekerja tidak mematuhi SOP yang diterapkan dan tidak menggunakan APD dengan benar. Salah satu contoh pekerja tidak mematuhi SOP adalah berjalan di bawah bendabenda yang sedang diangkut menggunakan hoist crane. Berdasarkan [SOP-04], [SOP-05], [SOP-07] dan [SOP-10] diketahui bahwa tidak ada personil yang berdiri dibawah muatan atau meninggalkan muatan tanpa pengawasan. Bendabenda yang dapat menimpa pekerja berupa reagent dan karung-karung bekas



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis



IV-17



reagent. Secara fisik karung bekas reagent tidak bisa membuat pekerja reagent area terluka, namun dapat membuat pekerja terkontaminasi dengan reagent, karena karung bekas reagent tersebut masih menyisihkan serbuk-serbuk reagent. Contoh pekerja tidak menggunakan APD dengan baik dan benar adalah ketika melakukan mixing reagent, pekerja tidak menggunakan full face respirator. Tetapi hanya memakai masker standar. Dibandingkan full face respirator, masker standar sangat tidak menjamin bahwa pekerja tidak terkontaminasi reagent melalui alat pernapasan. Hal ini tidak baik untuk kesehatan karena dapat menyebabkan pekerja mengalami gagal pernapasan.



3. Penyebab tingginya beban kerja mental berdasarkan faktor Temporial Demand Pada faktor ini, dianalisis mengenai tekanan waktu yang dirasakan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan. Kenapa proses mixing reagent lama dan apa yang menyebabkan hal itu terjadi. Penyebab tingginya beban kerja mental dikarenakan faktor temporial demand dapat dilihat pada Gambar IV.8



Faktor Temporial Demand tinggi Forklift rusak



Forklift di pakai oleh area lain



Gambar IV.8 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor temporial demand tinggi



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis



IV-18



Pada Gambar IV.8 diketahui tekanan waktu yang dirasakan oleh pekerja adalah dikarenakan reagent yang susah dimixing dan pekerja lama menunggu forklift tersedia. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa reagent susah dimixing karena reagent terkena air hujan. Reagent terkena hujan karena tidak tersedia warehouse khusus untuk reagent. Lama menunggu forklift tersedia disebabkan karena pekerja mixing reagent harus antri dalam menggunakan forklift mengingat forklift yang tersedia hanya berjumlah 1 untuk 2 sub-divisi. Forklift yang rusak juga membuat pekerja harus menunggu sampai forklift selesai di perbaiki. Forklift akan selesai diperbaiki kurang dari 1 jam apabila teknisi yang dibutuhkan tersedia. Apabila forklift rusak, dan disaat yang bersamaan teknisi yang dibutuhkan tidak tersedia, maka kemungkinan terbesar adalah pekerja harus menunggu sekitar 2-3 jam sampai forklift selesai diperbaiki.



4. Penyebab tingginya beban kerja mental berdasarkan faktor Physical Demand Pada faktor ini, dianalisis mengenai hal-hal fisik yang membuat pekerja menjadi lelah dan apa yang menyebabkan hal itu terjadi. Penyebab tingginya beban kerja mental dikarenakan faktor physical demand dapat dilihat pada Gambar IV.9



Faktor Physical Demand tinggi



Gambar IV.9 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor physical demand tinggi



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis



IV-19



Pada Gambar IV.9 diketahui bahwa penyebab utama pekerja meresa lelah secara fisik adalah karena pekerjaan dilakukan secara manual. Tidak tersedianya forklift karena digunakan oleh rigging atau karena forklift sedang rusak, mengakibatkan pekerjaan yang seharusnya dilakukan menggunakan forklift menjadi manual. Bukan hanya pengangkutan reagent saja, tetapi juga saat melakukan housekeeping seperti mengangkut sampah harus dilakukan secara manual.



5. Penyebab tingginya beban kerja mental berdasarkan faktor Frustation Pada faktor ini, dianalisis mengenai tingkat kecemasan, stress, tekanan dan semangat pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan. Kenapa pekerja mengalami frustasi dalam bekerja dan apa yang menyebabkan hal itu terjadi. Penyebab tingginya beban kerja mental dikarenakan faktor frustration dapat dilihat pada Gambar IV.10



Tidak ada warehouse khusus reagent Faktor Frustation tinggi



Gambar IV.10 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor frustration tinggi



Pada Gambar IV.10 diketahui bahwa pekerja tertekan karena target belum tercapai. Target produksi yang belum tercapai merupakan pemicu tingginya beban kerja mental berdasarkan faktor frustration. Reagent yang masih belum tersedia padahal kebutuhan reagent pada setiap proses sudah mulai meningkat, membuat pekerja menjadi tertekan. Target produksi belum tercapai dikarenakan reagent



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis



IV-20



susah di mixing, dan tidak tersedianya alat dalam menunjang proses mixing reagent yakni forklift.



6. Penyebab tingginya beban kerja mental berdasarkan faktor Mental Demand Pada faktor ini, dianalisis mengenai besarnya usaha mental dan persepsi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan mixing reagent. Kenapa pekerjaan tersebut memerlukan usaha mental, dan apa yang membuat hal itu terjadi. Penyebab tingginya beban kerja mental dikarenakan faktor frustration dapat dilihat pada Gambar IV.11



Faktor Mental Demand tinggi



Gambar IV.11 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor mental demand tinggi



Pada Gambar IV.11 diketahui bahwa terjadi overload pekerjaan pada beberapa pekerja yang melakukan housekeeping. Pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh semua pekerja, hanya dilakukan oleh beberapa pekerja saja. Beban tanggung jawab pekerjaan dari pekerja yang tidak melakukan housekeeping akhirnya dipikul oleh pekerja lainnya yang melakukan housekeeping. Beban tanggung jawab ini memicu pekerja mengalami tekanan secara mental karena pada satu sisi, pekerja akan merasa sangat dirugikan dan bertanya kenapa pekerja lainnya tidak mengerjakan pekerjaan housekeeping bahkan berniat untuk melakukan hal yang sama, namun pada sisi lain pekerja yang melakukan housekeeping tersebut berfikir apabila ia sendiri tidak melakukan pekerjaan housekeeping maka siapa yang akan melakukanya. Apabila tidak ada



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis



IV-21



yang melakukan pekerjaan housekeeping tersebut, sanksi apa yang akan diberikan perusahaan kepadanya dan tim. Overload pekerjaan terjadi karena pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan SOP. Berdasarkan [SOP-12] diketahui bahwa pemeliharaan kebersihan process plant merupakan tanggung jawab semua operator setiap waktu. Namun pada kenyataanya tidak semua pekerja melakukan housekeeping, sehingga operator yang melakukan housekeeping mengalami overload pekerjaan dibandingkan dengan pekerja yang tidak melakukan housekeeping. Pekerjaan housekeeping adalah membuang semua sampah yang ada, membersihkan reagent area, membersihkan seluruh peralatan yang digunakan saat proses mixing reagent berlangsung, mengembalikan forklift, dan mengembalikan selang yang digunakan untuk pembersihan area reagent pada tempatnya.



Setiap faktor yang menjadi penyebab tingginya beban kerja mental memiliki akar permasalahan. Dengan mengetahui akar permasalah tersebut, maka dapat dengan mudah menemukan solusi yang tepat dalam memecahkan akar permasalahan tersebut, sehingga dapat mengurangi beban kerja mental para pekerja reagent area. Rekap penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area dapat dilihat di Tabel IV.7 dan Jumlah dari setiap akar permasalahan dari keenam faktor penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area dapat dilihat pada Tabel IV.8.



Tabel IV.8 Jumlah tally setiap akar permasalahan penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area berdasarkan diagram fishbone



Akar Permasalahan Forklift rusak Forklift dipakai bagian lain Tidak ada Warehouse Tidak mematuhi SOP APD tidak digunakan dengan benar



Jumlah Tally ///// / ///// / //// // /



Jumlah 6 6 4 2 1



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis



IV-22



Tabel IV.7 Rekap penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area Faktor Effort



Penyebab pertama Upaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan target produksi lebih lama dari yang seharusnya Dibutuhkan usaha yang lebih untuk mengangkat karung reagent dan melakukan housekeeping karena pekerjaan tersebut dilakukan manual Own Performance Proses mixing reagent terhambat karena forklift tidak tersedia untuk mengangkat karung reagent Proses mixing reagent lama, karena reagent susah dimixing Pekerjaan tertunda karena terjadi kecelakaan kerja Temporial Demand Proses mixing reagent lama, karena reagent susah dimixing Lama menunggu forklift tersedia Physical Demand



Frustation



Mental Demand



Pekerjaan housekeeping dan pengangkatan karung reagent dilakukan secara manual Pekerja tertekan karena target produksi belum tercapai, sementara kebutuhan reagent sudah banyak Ada pekerja reagent yang tidak melakukan pekerjaan housekeeping sehingga tanggung jawab pekerjaan di limpahkan ke pekerja lainnya



Penyebab kedua forklift tidak tersedia



Penyebab ketiga



Reagent susah di mixing Reaagent terkena hujan forklift tidak tersedia



Akar Permasalahan Forklift rusak Forklift dipakai bagian lain Tidak ada Warehouse Forklift rusak Forklift dipakai bagian lain



Forklift rusak Forklift dipakai bagian lain Reagent terkena hujan



Reagent terkena hujan



forklift tidak tersedia



forklift tidak tersedia Reagent susah di mixing Reaagent terkena hujan



Tidak ada Warehouse Tidak mematuhi SOP APD tidak digunakan dengan benar Tidak ada Warehouse Forklift Forklift Forklift Forklift



rusak dipakai bagian lain rusak dipakai bagian lain



Forklift rusak Forklift dipakai bagian lain Tidak ada Warehouse Pekerjaan tidak dilakukan sesuai SOP



Berdasarkan akar permasalahan pada Tabel IV.8, maka dapat diusulkan berbagai upaya dalam mengurangi beban kerja mental pekerja reagent area agar pekerja dapat merasakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman bagi pekerja. Upaya untuk menyelesaikan akar permasalahan agar dapat mengurangi beban kerja mental pekerja reagent area adalah sebagai berikut: 1. Pengadaan 1 forklift khusus untuk reagent area Pengaruh tidak tersedianya forklift sangat besar pada tingginya beban kerja mental karena selain mental demand, tidak tersedianya forklift mempengaruhi semua faktor penyebab tingginya beban kerja metal pekerja reagent area yakni faktor effort, own performance, temporial demand, physical demand dan frustration. Hal ini di karenakan tidak tersediannya forklift saat pekerjaan berlangsung merupakan penyebab terbesar terganggunya pekerjaan mixing reagent. Tidak tersedianya forklift membuat pekerjaan tertunda baik karena rusak ataupun di pakai oleh bagian lain, sehingga membuat pekerja harus lembur untuk memenuhi target produksi reagent dan pekerjaan yang seharusnya menggunakan forklift akhirnya harus di kerjakan secara manual.



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis



IV-23



Berdasarkan hal tersebut, pengadaan forklift khusus reagent area sangat baik dilakukan karena selain mengurangi beban kerja mental, dapat meningkatkan produktivitas pekerja reagent area karena mengurangi waktu idle yang disebabkan menunggu forklift tersedia. Pengadaan 1 forklift khusus untuk reagent area juga dapat memberikan dampak yang baik pada bagian rigging karena dengan adanya forklift khusus reagent area, bagian rigging dan reagent area tidak perlu antri dalam menggunakan forklift karena ke-duanya memiliki forklift di masing-masing area. 2. Menggunakan container kosong sebagai pengganti warehouse untuk meletakan reagent Ada beberapa container kosong di area sekitar produksi. Biasanya container tersebut digunakan untuk mengisi karung bekas reagent. Container kosong tersebut dapat digunakan untuk meletakkan reagent. Container-container yang tidak terpakai lebih baik digunakan sebagai tempat penyimpanan reagent, tidak hanya menjadi tempat penampungan sampah. Dengan meletakkan reagent di dalam container, maka tidak ada lagi kemungkinan reagent akan terkena hujan yang menyebabkan reagent menggumpal dan susah di mixing. Pemanfaat container sebagai tempat penyimpanan reagent dapat mengurangi beban kerja mental pekerja reagent area yakni pada faktor effort, own performance, dan frustation karena membantu mengurangi akar masalah reagent susah di mixing. 3. Memastikan pekerja reagent area mengikuti induksi site dan induksi plant and process plant Memastikan bahwa setiap pekerja secara rutin mengikuti induksi site dan induksi process plant. Induksi site dilakukan oleh OHS department yang bertujuan untuk memperkenalkan keadaan lokasi pertambangn (site) baik keadaan, bahaya, penganggulangan bahaya, dan APD yang digunakan secara umum. Induksi process plant dilakukan oleh department plant and production karena pada induksi ini diperkenalkan mengenai semua keadaan, bahaya,



Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis



IV-24



penganggulangan bahaya dan APD yang digunakan secara spesifik di department plant and production. Untuk memastikan bahwa pekerja mengikuti induksi sesuai jadwal induksi masing-masing pekerja, perlu adanya control dari supervisor dalam mengingatkan pekerja. Keikutsertaan pekerja reagent dalam induksi berguna untuk mengingatkan semua potensi bahaya, APD yang harus digunakan dan cara pengendalian bahaya berdasarkan SOP. Dengan rutin mengikuti induksi sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan, maka pekerja dengan sendirinya akan menyadari bahaya-bahaya yang terjadi di reagent area, cara menanggulangi bahaya tersebut, bahkan dapat mencegah dengan menggunakan APD yang baik dan benar. Untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja seperti yang telah di bahas pada Tabel IV.6, maka dapat dilakukan pencegahan dengan terlebih dahulu membaca kembali SOP, melakukan penilaian resiko terjadinya kecelakan saat melakukan pengecekan awal untuk semua peralatan, material, dan APD yang digunakan saat produksi mixin reagent.



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN



V.1



Kesimpulan



1. Dengan menggunakan metode NASA-Tlx, diketahui bahwa terdapat faktor dominan yang mempengaruhi tingginya beban kerja mental pekerja reagent area yang dapat dilihat pada Tabel V.1 Tabel V.1 Besarnya beban kerja mental dan faktor dominan yang mempengaruhi beban kerja mental pekerja reagent area Pekerja P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9



Beban Kerja 85.33% 68.00% 70.00% 83.33% 77.67% 83.33% 78.33% 81.67% 80.33%



Kategori Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi



Faktor dominan Frustation Effort Effort Frustation Own performance Own performance Effort Effort Effort



2. Dengan menggunakan diagram fishbone, diketahui akar permasalahan yang menjadi penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area yaitu: forklift rusak, forklift dipakai bagian lain, tidak ada warehouse khusus reagent area, pekerja tidak melakukan pekerjaan sesuai SOP dan menggunakan APD dengan benar. 3. Upaya untuk menyelesaikan akar permasalahan dalam menurunkan beban kerja mental pekerja reagent area yaitu: pengadaan 1 forklift khusus reagent area, menggunakan container sebagai pengganti warehouse untuk meletakkan reagent. Pekerja reagent area dipastikan untuk mengikuti induksi site dan induksi process plant.



Bab V – Kesimpulan dan Saran



V.2



V-2



Saran



V.2.1 Saran Untuk Perusahaan Dalam upaya penyelesaian akar permasalahan untuk menurunkan beban kerja mental pekerja reagent area seperti yang telah di usulkan, maka perusahaan perlu melakukan: 1. Processing Manager dapat mendiskusikan mengenai pengadaan 1 forklift khusus untuk reagent area dengan departemen yang tarkait. 2. Sampah yang berada dalam container dibersihkan dari container kemudian reagent yang berada di tempat reagent biasa diletakkan dimasukkan ke dalam container yang telah kosong tersebut. 3. Untuk menjaga area reagent tetap bersih, sampah yang tadinya dikeluarkan dari reagent area diletakkan di tempat reagent biasa diletakkan selama proses mixng regent berlangsung. Kemudian setelah pekerjaan telah dilakukan, sampah langsung di bawah ke area penampungan sampah menggunakan forklift. 4. Untuk memastikan pekerja reagent area mengikuti semua jadwal induksi tersebut, maka supervisor perlu adakan absensi kehadiran induksi setiap pekerja dan juga bisa diberikan reward seperti predikat orang rajin dan malas selama 1 periode pekerja-pekerja tersebut mengikuti induksi. Predikat tersebut dapat berupa pin. Hal tersebut dapat mendorong pekerja untuk ikut berpartisipasi aktif dalam mengikuti induksi.



V.2.1 Saran Untuk Laporan Kerja Praktek Selanjutnya 1. Cakupan unit yang dianalisis tidak hanya pada sub-divisi reagent area, tapi juga dapat dilakukan di semua plant and production department. 2. Cakupan pembahasan tidak hanya beban kerja mental, tapi ditambah dengan analisis beban kerja fisik.



DAFTAR PUSTAKA



[SUT06]



Sutalaksana, Iftikar Z. 2006. Teknik Perncangan Sistem Kerja. Bandung: Penerbit ITB



[DIG15]



Bab 2 Landasan teori Tersedia: http://digilib.unpas.ac.id/download.php?id=2456 [21 Oktober 2105]



[ASM04]



Asmoko, Hindri. 2004. Teknik Ilustrasi Masalah. [Online]. Tersedia: http://bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang/images/unduh/teknik_ilustr asi_masalah.pdf [01 Oktober 2015]



[HID13]



Hidayat F. T., Pujangkoro Sugiharto, Anizar. 2013. Pengukuran beban kerja perawat menggunakan metode NASA-Tlx, E-Jurnal Teknik Industri, Vol 2, No.1, pp. 42-47 [Online] Tersedia: http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jti/article/download/3699/pdf



[18



September 2015] NASA Ames Sesearch Center Group. Human Performance Research Group. NASA Task Load Index (TLX). V.10. California [Online] Tersedia: http://humansystems.arc.nasa.gov/groups/tlx/downloads/TLX_comp _manual.pdf [20 September 2015] Andhika Cendyda, Rahadiani Inzalya. 2015. Perancangan Sistem Informsi Pengelolaan Sampel Kain Di Perusahaan Tekstil Spesialis Kain Interior. Bandung: ITHB



xi



[SOP-04]



71-OPS-SOP-04 Copper Sulphate Mixing Draft B



[SOP-05]



71-OPS-SOP-05 Sodium Hydroxide Mixing Draft B



[SOP-07]



71-OPS-SOP-07 Cyanide Mixing Draft B



[SOP-10]



71-OPS-SOP-10 SMBS Mixing Draft B



[SOP-12]



71-OPS-SOP-12 Housekeeping Draft B



xii



Lampiran A-1 Kuesioner NASA-TLX



A-2



A-3



A-4



A-5



A-6



A-7



A-8



A-9



A-10