LAPORAN PENDAHULUAN Gout [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN GOUT



Oleh : Haji Akbar Mau., S. Kep



Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada Program study Profesi Ners 2018



BAB I KONSEP PENYAKIT GOUT



A. Definisi Arthritis gout adalah penyakit yang terjadi akibat adanya peningkatan kronis konsentrasi asam urat di dalam plasma (Stepan, 2012).Arthritis gout muncul sebagai serangan keradangan sendi yang timbul berulang. Artritis gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria daripada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa monopouse. (Kapita selekta,Hal:542). B. Etiologi Penyebab arthritis gout antara lain : a. Belum diketahui (ideopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi factor genetik dan factor hormonal. b. Nutrisi Karena mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan yakni sayur, buah, dan kacang-kacangan ataupun daging, ikan, sarden dan lainnya. c. Obat-obatan d. Alkohol



C. Patofisiologi Penyakit arthritis gout merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling sering ditemukan, ditandai dengan adanya penumpukan kristal monosodium urat di dalam ataupun di sekitar persendian (Zahara, 2013). Asam urat merupakan kristal putih tidak berbau dan tidak berasa lalu mengalami dekomposisi dengan pemanasan menjadi asam sianida (HCN) sehingga cairan ekstraseslular yang disebut sodium urat. Jumlah asam urat dalam darah



dipengaruhi oleh intake purin, biosintesis asam urat dalam tubuh, dan banyaknya ekskresi asam urat (Kumalasari, 2009). Kadar asam urat dalam darah ditentukan oleh keseimbangan antara produksi (10% pasien) dan ekskresi (90% pasien). Bila keseimbangan ini terganggu maka dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah yang disebut dengan hiperurisemia (Manampiring, 2011).



D. Manifestasi Klinik 1. Atritis Gout akut : -



Biasanya timbul tiba-tiba



-



tanda-tanda awitan serangan gout adalah rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal. Kulit diatasnya mengkilat dengan reaksi sistemik berupa demam,



-



menggigil, malaise dan sakit kepala Yang paling sering terserang mula-mula adalah ibu jari kaki (sendi



-



metatarsofalangeal) tapi sendi lainnya juga dapat terserang. Serangan ini cenderung sembuh spontan dalam waktu 10-14 hari



-



meskipun tanpa terapi 2. Atritis Gout Kronis -



Timbul dalam jangka waktu beberapa tahun



-



ditandai dengan rasa nyeri, kaku, dan pegal.



-



Akibat adanya kristal-kristal urat maka terjadi peradangan kronik.



-



Sendi yang bengkak akibat gout kronik sering besar dan berbentuk noduler.



E. W O C Hipertensi



F. Komplikasi Komplikasi pada Artritis gout antara lain : 1. Deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis dan tofi yang menyebabkan degenerasi sendi. 2. Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik



G. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan serum asam urat Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah (> 8 mg% ). Kadar asam urat normal dalam serum pada pria 8 mg%



dan



pada



wanita



7mg%.



pemeriksaan



ini



mengindikasikan



hiperurisemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi. Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah diperlukan untuk mengetahui apakah kadar asam urat dalam darah berlebih (hiperusemia) dan juga untuk memantau hasil pengobatan.pemeriksaan kadar asam urat dalam darah biasanya juga diminta pada pasien-pasien yang mendapatkan kemoterapi tertentu. Penurunan berat badan yang cepat yang mungkin terjadi pada kemoterapi tersebut dapat meningkatkan jumlah asam urat dalam darah. Nilai normal pemeriksaan kadar asam urat dalam darah antara 3,0 sampai 7,0 mg/dL. Tapi nilai normal tiap rumah sakit berbeda. Angka leukosit, menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu 5000-10.000/mm 2. Urine specimen 24 jam Urine dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan asam urat. Jumlah normal seseorang mengekskresikan 250-750 mg/24 jam asam urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum asam urat. Instruksikan pasien untuk menampung semua urin dengan feses atau tissue toilet



selama



waktu



pengumpulan



biasanya



diet



purin



normal



direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan. 3. USG Pemeriksaan ini penting untuk menilai ginjal pasien-pasien dengan hiperusemia dan penyakit ginjal. Pemeriksaan ini untuk mengetahui ada tidak batu asam urat



H. Penatalaksanaan 1. Penatakasanaan farmaklogi\ a. Analgesik Diberikan bila rasa nyeri sangat hebat. Jangan diberikan aspirin karena dalam dosis rendah akan menghambat ekskresi asam urat dari ginjal dan memperberat hiperurisemia. b. OAINS OAINS yang paling sering digunakan adalah indometasin. Dosis awal 2550 mg setiap 8 jam, diteruskan sampai gejala menghilang (5-10 hari). 2. Penatakasanaan non farmakologi a. Tirah baring Merupakan suatu keharusan dan diteruskan selama 24 jam setelah serangan menghilang. Arthritis gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak. b. Diet Hindari alcohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging kambing, dan sebagainya), termasuk roti manis. Meningkatkan asupan cairan (banyak minum).



I. Pencegahan Hindari bahan makanan sumber protein yang mempunyai kandungan purin >150 mg/100gr (Almatsier, 2005). Apabila telah terjadi pembengkakan sendi, maka penderita gangguan asam urat harus melakukan diet bebas purin. Namun, karena



hampir



semua



bahan



makanan



sumber



protein



mengandung



nukleoprotein, maka hal ini hampir tidak mungkin dilakukan. Tindakan yangharus dilakukan adalah membatasi asupan purin menjadi 100-150 mg purin per hari (diet normal biasanya mengandung 600-1000 mg purin per hari) (Helmi, 2012).



BAB II ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK



A. Pengkajian Keperwatan 1. Aktifitas / Istirahat Gejala : -



Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya secara bilateral dan simetris.



-



Keletihan.



Tanda : -



Keterbatasan rentang gerak : atrofi otot, kulit, kontraktur / kelainan pada sendi otot



2. Sirkulasi Gejala : Fenomena Reynout jari tangan / kaki (mis: pucat intermitem, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal) 3. Integritas dan Ego Gejala: -



Faktor stres akut / kronis, mis: finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor hubungan.



-



Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)



-



Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (mis: ketergantungan pada orang lain)



4. Makanan/Cairan Gejala : -



Ketidakmampuan untuk menghasilkan / menkonsumsi makanan / cairan adekuat; mual.



-



Anoreksia



-



Kesulitan mengunyah



Tanda: -



Penurunan berat badan



-



Kekeringan pada membran mukosa



5. Hygiene Gejala : -



Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi,



-



Ketergantungan pada orang lain.



6. Neurosensori Gejala : -



Kesemutan pada tangan dan kaki, hilannya sensasi pada jari tangan.



-



Pembengkakan sendi simetris



Tanda : -



Ansietas



-



Tremor



7. Nyeri / Kenyamanan Gejala : -



Fase akut dan nyeri (mungkin / tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi)



-



Rasa nyeri kronis dan kekuatan (terutama pada pagi hari)



Tanda : -



Bengkak sendi



-



Pincang.



8. Keamanan Gejala : -



Kulit mengkilap, tegang, modul subkutanus, lesi kulit, ulkus kulit.



-



Kesulitan dalam menangani tugas / pemeliharaan rumah tangga.



-



Demam ringan menetap.



-



Kekeringan mata dan membran mukosa.



9. Interaksi Sosial Gejala :



-



Kerusakan interaksi dengan keluarga / orang lain, perubahan peran, isolasi.



Tanda : -



Perubahan interaksi.



B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri sendi b/d peradangan sendi, penimbunan Kristal pada membrane sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan pembentukan panus 2. Gangguan citra diri b/d perubahan bentuk kaki dan terbentuknya tofus.



C. Rencana keperawatan 1. Diagnosa I : Nyeri sendi b/d peradangan sendi, penimbunan Kristal pada membrane sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan pembentukan panus. Tujuan Keperawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam, nyeri yang dirasakan klien berkurang, Dengan kriteria hasil : a. Klien melaporkan penelusuran nyeri b. Menunjukkan perilaku yang lebih rileks c. Skala nyeri nyeri berkurang dari 0 – 1 atau teratasi. Intervensi : a. Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri. Observasi kemajuan nyeri kedaerah yang baru. Kaji nyeri dengan skala 0 – 4. b. Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus. c. Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri non farmakologi dan non invasive. d. Ajarkan relaksasi : teknik terkait ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri nyeri. e. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.



f. Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung. g. Hindarkan klien meminum alkohol, kafein dan diuretic. h. Kolaborasi dengan dokter pemberian allopurinol. 2. Diagnosa II: Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan rentang gerak, kelamahan otot pada rentang gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan dan pembentukan panus. Tujuan Keperawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya. Dengan kriteria hasil : a. Klien ikut dalam program latihan b. Tidak mengalami kontraktur sendi c. Kekuatan otot bertambah d. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas dan mempertahankan koordinasi optimal. Intervensi : a. Kaji mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan kerusakan. b. Ajarkan klien melakukan latihan room dan perawatan diri sesuai toleransi. c. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien. 3. Diagnosa III : Gangguan citra diri b/d perubahan bentuk kaki dan terbentuknya tofus. Tujuan keperawatan : Citra diri meningkat. Kriteria hasil : a. Klien mampu mengatakan dan mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi b. Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi. c. Mengakui dan menggabungkan dalam konsep diri Intervensi : a. Kaji perubahan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan



b. Tingkatkan kembali realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat c. Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan d. Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak mungkin hal untuk dirinya. e. Bersama klien mencari alternative koping yang ositif. f. Dukung erilaku atau usaha peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi. g. Kolaborasi dengan ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi.



DAFTAR PUSTAKA



Arikunto. 2006.Prosedur Penelitian Suatau Pendekatan Praktek.Edisi 5. Jakarta: Rineka Cipta Flippo, E B. 2003. Manajemen Personalia, Edisi Keempat, Yogyakarta : Erlangga Hardywinoto & Setiabudhi, T. (2005). Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek: Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nurhidayat, Saiful. 2014. Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler Pada Lansia di Ponorogo. Jurnal Dunia Keperawatan Vol. II No. 2. Kalimantan Selatan: PSIK FK Unlam Nurkhalida. 2008. Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI Nursalam (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Smeltzer,Suzanne. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 3. Jakarta; EGC sutedjo. 2006. Profil Hipertensi pada Populasi Monica. Hasil Penelitian MONICA. Jakarta III, Jakarta: Filed Under Riset Epidemiologi Susilo, Yekti dan Ari Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Gout Atritis.Yogyakarta: NDI Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. FKUI. Jakarta: Balai Pustaka