Laporan Pendahuluan Keperawatan Dasar Profesi Gangguan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Pendahuluan Keperawatan Dasar Profesi Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia Aktivitas Dan Istrahat



DISUSUN OLEH: JULIANA SUSANTI DILLAK SN201152



PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2020/2021



A. Konsep Gangguan kebutuhan dasar 1. Pengertian Aktivitas dan Istrahat Aktivitas atau mobilitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas, seperti berdiri, berjalan dan berkerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal. Kehilangan kemampuan bergerak walaupun pada waktu yang singkat memerlukan tindakan-tindakan tertentu yang tepat bagi pasien maupun perawat. Istrahat merupakan kondisi relaksasi sadar. Istrahat meliputi relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan istrahat untuk bagian tubuh tertentu. Sebagai contoh, seseorang yang gemar membaca mungkin berhenti membaca untuk mengistirahatkan matanya. Istirahat lebih pada pengalaman subjektif karena apa yang bersifat istirahat dan relaks untuk satu orang dapat bersifat menekan orang lain.



2. Anatomi dan Fisiologi Muskuloskeletal Pergerakan merupakan rangkaian yang terintregasi antara sistem muskulokeletal dan sistem persarafan. Sistem muskuloskeletal dari kata muskulo yang berarti jaringan otot – otot tubuh dan skeletal yang berarti tulang kerangka tubuh. a. Sistem Muskuler Dalam sistem muskuler terdapat 3 komponen yaitu 1) Muskulus (otot) merupakan organ yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik atau gerak sehingga dapat berkontraksi untuk mengerakkan rangka sebagai respon tubuh terhadap perubahan lingkungan. Jenis otot ada 3 yaitu otot rangka (lurik), otot polos, dan otot jantung. 2) Tendon merupakan tali atau urat daging yang kuat bersifat fleksibel, yang terbuat dari fibrous protein. Berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau otot dengan otot. 3) Ligamen adalah pembalut/ selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi. b. Sistem Skeletal ( rangka) Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi. Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya



mengikuti kendali otot. Ada 206 tulang dalam struktur tubuh manusia. Antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya dihubungkan dengan sendi yang memungkinkan terjadinya pergerakan. c. Struktur yang berperan dalam pergerakkan yaitu 1) Tulang 2) Sendi 3) Otot 4) Susunan saraf (SSP, SST) Mekanisme gerak sadar : implus - resptor atau indra – saraf sensori – otak – saraf motorik – efektor atau otot. Mekanisme gerak refleks : implus - resptor atau indra – saraf sensori – sumsum tulang belakang – saraf motorik – efektor atau otot. 3. Etiologi Gangguan Aktivitas dan Faktor – faktor yang Mempengaruhi Gangguan Aktivitas Penyebab imobilitas bermacam-macam. Pada kenyataannya, terdapat banyak penyebab imobilitas yang unik pada orang-orang yang di imobilisasi. Semua kondisi penyakit dan rehabilitasi melibatkan beberapa derajat imobilitas. Gangguan pada sistem rangka dapat terjadi karena adanya gangguan secara fisik ( fraktur/ patah tulang), gangguan fisiologis karena adanya kelainan fungsi hormon dan vitamin (contohnya rakhitis) dan infeksi tulang. Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan gangguan aktivitas yaitu : a. Tirah baring dan imobilitas b. Kelemahan secara umum c. Gaya hidup yang kurang gerak d. Ketidakseimbangan antara supali oksigen dan kebutuhan. e. Tingkat energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan mobilitas. f. Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia. g. Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat mempengaruhi fungsi system tubuh. h. Kebudayaan. Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan, contohnya orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat, sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena budaya dan adat dilarang beraktivitas.



4. Tanda dan Gejala a. Kaki tidak mampu menopang berat badan b. Perlu bantuan kursi roda untuk berpindah tempat c. Tangan belum mampu untuk melakukan pekerjaannya secara mandiri d. Tidak mampu melakukan kegiatan secara mandiri



5. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular (D0054). b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis (D.0077).



6. Intervensi Keperawatan a. Gangguan mobilitas fisik 1) Tujuan (NOC) : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 24 jam diharapkan adanya peningkatan gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri (L.05042). Kriteria hasil: -



Pergerakan ekstremitas meningkat (skala : 5)



-



Kekuatan otot meningkat (skala : 5)



-



Rentang gerak (ROM) meningkat (skala : 5)



-



Kaku sendi menurun (skala: 1)



2) Intervensi (NIC): Edukasi mobilisasi a) Observasi: -



Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi



-



Identifikasi indikasi dan kontraindikasi mobilisasi



-



Monitor kemajuan pasien/ keluarga dalam melakukan mobilisasi



b) Terapeutik: -



Persiapkan materi dan media



-



Jadwalkan waktu PENKES sesuai kesepakatan dengan pasien dan keluarga.



-



Beri kesempatan pasien dan keluarga bertanya.



c) Edukasi: -



Jelaskan prosedur, tujuan, indikasi dan kontraindikasi mobilisasi serta dampak imobilisasi



-



Ajarkan cara mengidentifikasi kemampuan mobilisasi (seperti kekuatan otot, rentang gerak)



-



Demonstrasikan cara melatih rentang gerak



-



Anjurkan pasien dan keluarga mendemonstrasikan mobilisasi miring kanan/ miring kiri atau rentang gerak sesuai yang diajarkan.



b. Nyeri akut 1) Tujuan (NOC) : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 24 jam diharapkan pasien tidak merasa nyeri atau nyeri teratasi Kriteria hasil: a) Pain Level : - Nyeri berkurang - Ekspresi wajah nyeri berkurang - TTV dalam batas normal - Terjadi penurunan episode nyeri b) Pain Control : Mampu mendemonstrasikan penggunaan terapi non farmakologik. 2) Intervensi (NIC) : Pain Management 1) Kaji nyeri secara lengkap : lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, skala, dan faktor penyebab. 2) Observasi tanda nonverbal nyeri. 3)



Pantau TTV



4) Gunakan komunikasi terapeutik 5) Ajarkan pengguanaan teknik nonfarmakologik seperti hypnosis, relaksasi, distraksi, dan sebagainya. 6) Kolaborasi pemberian terapi sesuai indikasi (analgesik).



DAFRTAR PUSTAKA



Doengos.E.Maryln,dkk (2015) Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta



Perry, Potter, (2015), Fundamental Keperawatan, Jakarta:Salemba Medika



Priharjo, Robert, (2015), Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien, Jakarta: EGC



Tucker, Susan Martin, (1998), Standar Perawatan Pasien Volume 1, Jakarta: EGC



Widuri, Hesti, (2015), Kebuttuhan Dasar Manusia (Aspek Mobilitas dan Istirahat Tidur), Yogyakarta: Gosyen Publishing