Laporan Pendahuluan Post Amputasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

I. LAPORAN PENDAHULUAN POST AMPUTASI A. Definisi Amputasi berasal dari kata “amputare” yang artinya “pancung”. Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Amputasi adalah pengangkatan atau pemotongan sebagian anggota tubuh atau anggota gerak yang disebabkan karena trauma. Gangguan peredaran darah, osteomielitis dan kanker (PSIK FKUI,2009). Amputasi adalah pengangkata melalui pembedahan kaki karena trauma, penyakit, tumor atau anomaly congenital penyembuhan dan penggunaan peralatan protetik (Standart Perawatan Pasien Vol.3. 1998). B. Etiologi Penyebab amputasi adalah kelainan ekstremitas yang disebabkan oleh penyakit DM, Ganggren, cedera, dan tumor ganas. Tindaan amputasi dapat dilakukan pada kondisi : 1) Iskemia 2) Trauma 3) Factor multiple tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki 4) Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki 5) Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat. 6) Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya. 7) Adanya tumor pada organ yang tdak mungkin diterapi secara konservatif 8) Deformitas organ C. Klasifikasi Berdasarka pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi : 1) Amputasi selektif/terencana Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik seta terpantau secara terus-menerus. Amputas dilakukan sebagai salah satu tindakan alternative terakhir. 2) Amputasi akibat trauma Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.



3) Amputasi darurat Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehata. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/ kehilangan kulit luas. Berdasarkan tingkatan amputasi : 1) Ekstremitas atas Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan aktivias lainnya yang melibaktan tangan 2) Ekstremitas bawah Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jarijari kaki yang menimbulkan seminimal munkin kemampuannya. Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak yaitu : (1) Amputasi dibawah lutut (below knee amputation) Ada dua metode pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemic limb dan inschemic limb. (2) Amputas diatas lutut Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien dengan penyakit perifer. 3) Nekrosis Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konservatif, bila tida berhasil dilakukan reamputasi pada level yang lebih tinggi 4) Kontraktur Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stumb amputasi serta melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur sendi karena sendi terlalu lama diistirahatkan atau tidak digerkan. 5) Neuroma Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu rendah sehingga melengket dengan kulit ujung stump. Hal ini dapar dicegah dengan memotong saraf lebi proksimal dari stump sehingga tertanam didalam otot.



6) Phantom sensation Hamper selalu terjadi dimana penderita merasakan masih utuhnya elstremitas tersebut disetai rasa nyeri. Hal ini dapat diatasi dengan obat-obatan, stimulasi terhadap saraf dan juga dengan cara kombinasi. D. Patofisiologi Amputasi merupakan hasil dari atau diakibatkan oleh gangguan alitan darah baik akut maupun kronik. Pada keadaan akut organ sebagian atau keseluruhan dipotong dan jaringan yang mati diangkat. Terjadi anjuran baru untuk penyambungan kembali dari jair atau bagian tubuh yang kecil, tetapi tidak bagian otot. Tubuh mungkin merasa sebuah amputasi persial sebagai ancaman dan sepsis mungkin berkembang pada beberapa kasus bagian tubuh yang dipindahkan digunakan untuk mencegah kematian klien. Klien yang menghadapi situasi ini memerlukan konseling, mereka mungkin tidak akan mau mengorbankan sebuah anggota tubuhnya, meskipun tidak berfungsi untuk lebih memastikan hidupnya. Pada proses penyakit yang kronik sirkulasi terputus, aliran darah vena sedikit, protein bocor kedalam ruang intertisium dan edema berkembang, edema menigkatkan resiko injury dan lebih jauh menurunkan sirkulasi terputus dan penurunan proses imun sehingga bakteri mudah berfolirensi, adanya proses infeksi yang progresif lebih jauh akan mengakibatkan sirkulasi terhambat dan kemungkinan besar menjadi gangrene yang mana merupakan hal yang harus dilaksanakannya amputasi.



E. WOC Trauma/ injury



Infeksi, DM, Hipertensi



Factor multiple



Kerusakan pembuluh kapiler



combusti



Kerusakan jaringan/ ekstremitas yang tidak dapat disembuhkan



Penurunan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan



Poliferasi, sel abnormal Tumor malignan Tumor ganas di ekstremitas atas atau bawah



iskemik Terbentuknya gangren nekrosis AMPUTASI BEDAH



Post operasi



Tindakan operasi



Proses penyembuhan



Invasi mikroorganisme



Ketidakmampuan mobilisasi



Resiko infeksi



Tirah baring lama Kerusakan integritas kulit



Luka operasi Terputusnya kontinuitas jaringan Gangguan citra tubuh



Kehilangan anggota tubuh Saraf terputis Merangsang hipotalamus Presepsi nyeri



Nyeri akut



Kesulitas untuk melakukan aktivitas mobilisasi Gangguan mobilitas fisik



F. Manifestas Klinis 1) Kehilangan anggota gerak (ekstremutas atas atau bawah) 2) Nyeri pada bagian yang diamputasi yang bersal dari neuroma ujung saraf yang dekat dengan perukaan 3) Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hyperplasia varikosa dengan keronitis 4) Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau ateron) 5) Bursitis (terbentuk busa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit) 6) Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis 7) Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan (grieving process) G. Peneriksaan penunjang 1) CBC : penurunan darah yang tiba-tiba menandakan hemoragi dan peningkatan sel darah putih yang tiba-tiba mengidentifikasikan adanya infeksi. 2) Kimia darah : ukuran elektrolit dan pengisian cairan seimbang, selama operasi klien sering menerima cairan iv. H. Penatalaksanaan Penatalaksanaan amputasi yaitu dengan tindakan operasi namun tindakan ini dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan dua metode : 1) Metode terbuka (guillotine amputation) Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang. Bentuknya benar-benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih, da luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi 2) Metode tertutup (flap amputation) Pada metode ini, kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang diamputasi. I. Kompliasi 1) Pendarahan Karena ada pembuluh darah besar yang dipotong, dapat terjadi pendarahan massif



2) Infeksi Merupakan infeksi pada semua pembedahan dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi traumatic, resiko infeks meningkat. 3) Kerusakan kulit Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat protesis dapat menyebabkan kerusakan kulit



II.



Tinjauan Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian (1) Identitas : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan. (2) Riwayat kesehatan : perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat mempengaruhi resiko pembedahan sepert, adanya penyakit DM, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan. (3) Keluhan utama : keluhan saat pertama kali masuk rumah sakit. (4) Riwayat kesehatan sekarang (5) Riwayat kesehatan terdahulu (6) Riwayat kesehatan keluarga Pada masa post opertif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan tanda-tanda vital, karena pada amputasi, khususnya amputasi ekstremitas bawah diatas lutut merupakan tindakan yang mengancam jiwa. Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jala nafas, mempertahankan oksigenasi jaringan, memenuhi kebituhan cairan darah yang hilang selama operasi dan mencegah injury. Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya pendarahan massif atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu ketat. Selang drainase benar-benar tertutup , kaji kemungkinan saluran drain tersumbat oleh clot darah. Awal masa post



opertif, perawat lebih memfokuskan tindakan



perawatan secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi optimum klien. Perawat bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klienm, khususnya yang dapt menyebabkan gangguan atau mengncam kehidupan klien. Berikutnya



focus



perawat



lebih



ditekankan



pada



peningkatan



kemampan klien untuk membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka. Tindakan keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya



nyeri yang dapat timbul pada klien seperti nyeri dimana klien merasakan seolah-olah terjadi pada daerah yang sudah hilang akibat amputasi. Kondisi ini dapat menimbulkan adanya depresi pada klien karena membuat klien seolaholah “tidak sehat akal” karena merasakan nyeri pada daerah yang sudah hilang. Dalam masalah ini perawat harus membantu klien mengidentifikasi nyeri dan menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar apa adanya. 2. Diagnose keperawatan 1) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontiunitas jaringan. 2) Resiko infesi berhubungan dengan adaya invasi mikroorganisme. 3. Intervensi keperawatan No



SDKI



1



Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontiunitas jaringan



SLKI Tingkat nyeri (L.08066) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tigkat nyeri menurun dengan . Criteria hasil : 1) Kemampuan menuntaskan aktifutas cukup meningkat dari 2 menjadi 4 2) Keluhan nyeri cukup menurun dari 2 menjadi 4 3) Meringis cukup menurun dari 2 menjadi 4 4) Frekuensi nadi cukup membaik dari 2 menjadi 4



SIKI Management nyeri (I. 08238) Obervasi 1) Identifikasi Lokasi, karakteristik, deurasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2) Identifikasi skala nyeri 3) Identifikasi responnyeri non verbal 4) Identifikasi factor yang memperberat dan meringankan nyeri 5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri 6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri 7) Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup 8) Monitor keberhasilan terapi kompleenter yang sudah diberikan 9) Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik 1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri 2) Control lingkungan yang memperberat



2



Resiko infesi berhubungan dengan adaya invasi mikroorganisme.



Tingkat 14137)



infeksi



(L.



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tigkat infeksi menurun dengan Criteria hasil : 1) Nyeri cukup menurun dari 2 menjadi 4 2) Bengkak cukup menurun dari 2 menjadi 4 3) Kadar sel darah putih cukup membaik dari 2 menjadi 4



nyeri 3) Fasilitasi istirahat dan tidur 4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi 1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri 2) Jelaskan strategi meredakan nyeri 3) Anjurkan memonotor rasa nyeri secara mandiri 4) Anjrkan penggunaan analgetik secara tepat 5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyero Kolaborasi Kolabirasi pemberian analgetik, jika perlu Pencegahan infeksi Observasi 1) Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik Terapeutik 1) Batasi jumlah pengunjung 2) Berikan perawatan kulit pada daerah edema 3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungn pasien 4) Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi Edukasi 1) Jelaskan tanda da gejala infeksi 2) Ajarka cara memeriksa luka 3) Anjurkan meningkatkan asupn cairan Kolaborasi Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu



4. implementasi Implementasi



merupakan



tahap



ke



empat



dalam



proses



keperawatan,pengolahan dan tahap perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, kolaborasi, dan tindakan rujukan (Bararah dan Jauhar, 2013). Pelaksaan keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah &Walid, 2016) 5. Evaluasi keperawatan Evaluasi



keperawatan



merupakan



tahap



terakhir



dari



proses



keperawatan. Tahap ini penting dilakukan untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau kesejahteraan klien (Potter & Perry, 2009). Evaluasi keperawatan adalah evaluasi yang dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosa keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respon (jangka panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain, bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi formatif atau disebut juga dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah intervensi keperawatan di lakukan. Format evaluasi yang digunakan adalah SOAP. S: Subjective yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien, O: Objective yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga, A: Analisis yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif, P: Planning yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis (Nurhaeni, 2013).