Laporan Pendahuluan Soft Tissue Tumor [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor (STT)



Disusun Oleh : Tingkat IIIC Bening Nurezki Karisma P1337420215085



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG Prodi Keperawatan Purwokerto 2017



Laporan Pendahuluan Soft Tissue Tumor (STT)



A. Soft Tissue Tumor (STT) 1. Definisi Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan nonneoplasma (Smeltzer,2012) . Soft Tissue Tumor (STT) adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-selnya tidak tumbuh seperti kanker. Jadi kesimpulannya, Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru. 2. Etiologi a. Kondisi genetic Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis. b. Radiasi Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang mendorong transformasi neoplastic. c.



Lingkungan carcinogens Sebuah asosiasi antara eksposur ke berbagai carcinogens dan setelah itu dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.



d. Infeksi Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan meningkatkan kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak.



e. Trauma Hubungan



antara



trauma



dan Soft



Tissue



Tumors nampaknya kebetulan. Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.



3. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi. Dalam tahap awal, jaringan lunak tumors biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang relatif elastis, tumors dapat tumbuh lebih besar, mendorong samping jaringan normal, sebelum mereka merasa atau menyebabkan masalah. kadang gejala pertama biasanya gumpalan rasa sakit atau bengkak. dan dapat menimbulkan gejala lainnya, seperti sakit atau rasa nyeri, karena dekat dengan menekan saraf dan otot. Jika di daerah perut dapat menyebabkan rasa sakit abdominal umumnya menyebabkan sembelit.



4.



Patofisiologi Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak Soft Tissue Tumors (STT) adalah proliferasi masenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.



5. Manifestasi klinis Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau benjolan tersebut berada. Awal mulanya gejala adanya suatu



benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yg merasakan sakit yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi. Tumor jaringan lunak biasanya tumbuh lambat,tidak cepat membesar bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakkan relative masih mudah digerakkan dan jaringan disekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat yang jauh. Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang relative elastic tumor atau benjolan masih mudah digerakkan. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau bengkak, karena dekat dengan menekan syaraf dan otot.



6. Diagnosis Satu-satunya cara untuk menentukan apakah suatu jaringan lunak itu jinak atau ganas adalah melalui biopsi. Karena itu, semua jaringan lunak yang bertambah besar harus biopsi. Biopsi dapat diperoleh melalui biopsi jarum atau biopsi dengan bedah. Selama prosedur ini, tenaga kesehatan membuat sebuah pengirisan atau menggunakan jarum khusus untuk mengambil sampel jaringan tumor dan diteliti lewat mikroskop. Setelah pemeriksaan tersebut dapat ditemukan jinak atau ganasnya sebuah tumor dan dapat menentukan tingkatannya. Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan biopsi, bisa dapat dengan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) atau biopsi dari jaringan tumor langsung berupa biopsi insisi yaitu biopsi dengan mengambil jaringan tumor sebagian sebagai contoh bila ukuran tumornya besar. Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan seluruh tumor. Jaringan hasil biopsi diperiksa oleh ahli patologi anatomi dan dapat diketahui apakah tumor jaringan lunak itu jinak atau ganas. Bila jinak maka cukup hanya benjolannya saja yang diangkat, tetapi bila ganas setalah dilakukan



pengangkatan benjolan dilanjutkan dengan penggunaan radioterapi dan kemoterapi.



7. Penatalaksanaan Secara umum, pengobatan untuk jaringan lunak tumors tergantung pada tahap dari tumor. Tahap tumor yang didasarkan pada ukuran dan tingkatan dari tumor. Pengobatan pilihan untuk jaringan lunak tumors termasuk operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi. a. Bedah adalah yang paling umum untuk perawatan jaringan lunak tumors. Jika memungkinkan, dokter akan menghapus kanker dan margin yang aman dari jaringan sehat di sekitarnya. Penting untuk mendapatkan margin bebas tumor untuk mengurangi kemungkinan kambuh lokal dan memberikan yang terbaik bagi pembasmian dari tumor. Tergantung pada ukuran dan lokasi dari tumor, mungkin, jarang sekali, diperlukan untuk menghapus semua atau bagian dari lengan atau kaki. b. Terapi radiasi dapat digunakan untuk operasi baik sebelum atau setelah shrink Tumors operasi apapun untuk membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal. Dalam beberapa kasus, dapat digunakan untuk merawat tumor yang tidak dapat dilakukan pembedahan. Dalam beberapa studi, terapi radiasi telah ditemukan untuk memperbaiki tingkat lokal, tetapi belum ada yang berpengaruh pada keseluruhan hidup. c.



Kemoterapi dapat digunakan dengan terapi radiasi, baik sebelum atau sesudah operasi untuk mencoba bersembunyi di setiap tumor atau membunuh sel kanker yang tersisa. Penggunaan kemoterapi untuk mencegah penyebaran jaringan lunak tumors belum membuktikan untuk lebih efektif. Jika kanker telah menyebar ke area lain dari tubuh, kemoterapi dapat digunakan untuk Shrink Tumors dan mengurangi rasa sakit dan menyebabkan kegelisahan mereka, tetapi tidak mungkin untuk membasmi penyakit.



8. Komplikasi Tumor jinak bisa berubah menjadi umor ganas, penyebaran atau metastasir kanker ini paling sering pembuluh darah ke paru-paru ke liver dan tulang.



9. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan X-Ray X-Ray membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor jaringan lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. b. Pemeriksaan USG Dapat memeriksa ukuran tumor, dan tumor jaringan internal, bisa membedakan antara tumor jinak dan ganas. c. CT Scan CT Scan memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor jaringan lunak d. Pemeriksaan MRI Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan XRay dan CT Scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang.



10. Penanganan pada Soft Tissue Tumor (STT) adalah sebagai berikut : a.



Terapi Medis Terapi medis termasuk eksisi endoskopik tumor di traktus gastrointestinal bagian atas misalnya: esophagus, perut (stomach), dan duodenum atau colon.



b. Terapi Pembedahan (Surgical Therapy) Pembedahan (complete surgical excision) dengan kapsul sangatlah penting untuk mencegah kekambuhan setempat (local recurrence). Terapi tergantung lokasi tumor. Pada lokasi yang tidak biasanya, pemindahan lipoma menyesuaikan tempatnya.



B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Data klien meliputi nama, jenis kelamin, alamat, umur, suku, pendidikan, pekerjaan, no RM, diagnose medis, b. Riwayat penyakit c. Faktor resiko d. Pemeriksaan fisik dan lab e. Pola hidup sehari hari : 1) Kebutuhan nutrisi 2) Eliminasi 3) Personal hygine 2. Diagnosa Keperawatan a. Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya operasi b. Nyeri berhubungan dengan adanya luka setelah operasi c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya inflamasi d. Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan luka post operasi 3. Intervensi a. Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya operasi. Kriteria hasil : Klien tampak relaks dan klien dapat mengontrol dirinya.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam klien tampak relaks dan klien dapat mengontrol dirinya. Intervensi : 1) Berikan penyuluhan kepada klien terhadap penyakit yang dideritanya. 2) Anjurkan tehnik relaksasi. 3) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi dan tindakan b. Nyeri berhubungan dengan adanya luka setelah dilakukan operasi pengangkatan tumor.



Kriteria hasil : Nyeri dapat diatasi dan klien dapat beraktifitas normal. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi. Intervensi : 1) Kaji TTV pada klien. 2) Anjurkan teknik relaksasi pada pasien. 3) Kolaborasi dengan tim medis dalam terapi pemberian obat analgesic. 4) Kaji dan observasi nyeri pasien. 5) Observasi keluhan utama. 6) Atur posisi pasien c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya inflamasi. Kriteria hasil : Agar kondisi kulit klien dapat kembali normal. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan kondisi kulit klien dapat kembali normal. Intervensi : 1) Kaji TTV pada klien. 2) Perawatan luka pada pasien. 3) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat. d. Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan luka post operasi Kriteria hasil : Klien dapat beraktivitas normal lagi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan klien dapat beraktivitas normal lagi. Intervensi : 1) Observasi keluhan utama 2) Atur posisi nyaman 3) Ajarkan ROM aktif dan pasif



DAFTAR PUSTAKA



Manuaba, T.W. (2010). Panduan pelaksanaan Kanker Solid. Jakarta : Sagung Seto Reeves, J.C.(2007). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika Smeltzer. (2012). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Sjamsuhudajat R Jong. (2005). Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Bedah, Edisi 2. Jakarta : EGC Weiss S. (2008). Soft Tissue Tumors Fifth Edition. China : Mosby Elsevier