Laporan Praktikum Asto [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOLOGI PERCOBAAN V “PEMERIKSAAN ASTO LATEX”



NAMA



:CHIKA PRATIWI



NIM



:A201401004



KELOMPOK :I (SATU) DOSEN



:ROLLY ISWANTO, AMAK.,S.ST



PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA KENDARI 2017



BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Suatu infeksi oleh β-hemolitic Streptococcus grup-A akan merangsang beberapa sel imonokompoten untuk memproduksi beberapa Ab,baik terhadap beberapa



produk



ekstraseluler



dari



kuman(streptolisin,hialuronidase,*9



streptokinase,DNAase) maupun terhadap komponen permukaan dari dinding sel kuman cell surface membrane antigen (CSMA). Antibodi terhadap CSMA inilah yang diduga menyebabkan terjadinyya kelainan pada jantung (endokardium)penderita demam rematikatau ginjal penderita



glomerulonefritis.



Kelainan



terhadap



beberapa



organ



tersebut



disebabkan oleh karena reaksi silang antar antibody terhadap CSMA dengan endokardium atau glomerular basement membrane 9 GBM) atau menimbulkan pembentukan kompleks imun Ab-CSMA yang diendapkan pada glomerulus atau endokardium yang menyebakan beberapa kerusakan pada beberapa bagian tubuh tersebut .sebagian besar dari beberapa bagian strain serologis dari streptococci grup A menghasilkan 2 enzim hemolitik yaitu, Streptolisin-O dan S.didalam tubuh penderita,



streptolisin-O



akan



merangsang



pembentukan



antibody



yang



spesifik,aitu Streptolisin-O(ASO) sedangkan antibody yang dibentuk terhadap Streptolisin-S tidak spesifik. Adanya antibody yang spesifik terhadap streptolisin-O ini kemudian dipakai sebagai ASO biasanya mulai meningkat 1-4 minggu setelah terjadinya infeksi. Bila infeksi kemudian mereka, maka titer ASO akan kembali normal setelah sekitar 6 bulan. Bila titer tidak menurun, suatu infeksi ulangan mungkin terjadi.



1.2.Tujuan percobaan Untuk melakukan pemeriksaan terhadap infeksi Streptococcus



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ASO/ASTO Pemeriksaan ASO (anti-streptolisin O) adalah suatu pemeriksaan laboratorium untuk menentukan kadar Anti streptolisin O secara kualitatif /semi kuantitatif. ASO (anti-streptolisin O) merupakan antibodi yang paling dikenal dan paling sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi streptococcus. Lebih kurang 80% penderita demam reumatik/penyakit jantung reumatik akut menunjukkan kenaikkan titer ASO ini, bila dilakukan pemeriksaan atas 3 antibodi terhadap streptococcus, maka pada 95 % kasus demam reumatik/penyakit jantung reumatik didapatkan peninggian atau lebih antibodi terhadap streptococcus. Streptolisin O adalah suatu toksin yang terdiri protein dengan berat molekul 60.000 dalton dan aktif dalam suasana aerob. Toksin ini dapat mempengaruhi banyak tipe sel seperti neutrofil, trombosit, dsb. yang dapat menyebabkan respon imun. Toksin ini menyebabkan dibentuknya zat anti streptolisin O (ASO) dalam darah jika titer ASO diatas 166, maka dapat berarti bahwa baru terjadi infeksi streptococcus yang telah lama dengan kadar yang tinggi. Penetapan ASO umumnya hanya memberi petunjuk bahwa telah terjadi infeksi oleh streptococcus. Streptolisin O bersifat sebagai hemolisin dan pemeriksaan ASO umumnya berdasarkan sifat tersebut.



2.2. Prinsip Pemeriksaan ASO/ASTO Ada dua prinsip dasar penetuan ASO, yaitu: 1. Netralisasi/penghambat hemolisis Streptolisin O dapat menyebabkan hemolisis dari sel darah merah, akan tetapi bila Streptolisin O tersebut di campur lebih dahulu dengan serum penderita yang mengandung cukup anti-Streptolisin O sebelum di tambahkan pada sel darah merah, maka Streptolisin O tersebut akan di netralkan oleh ASO sehingga tidak dapat menimbulkan hemolisis lagi.



Pada tes ini serum penderita di encerkan secara serial dan di tambahkan sejumlah Streptolisin O yang tetap (Streptolisin O di awetkan dengan sodium thioglycolate). Kemudian di tambahkan suspensi sel darah merah 5%. Hemolisis akan terjadi pada pengenceran serum di mana kadar/titer dari ASO tidak cukup untuk menghambat hemolisis tidak terjadi pada pengenceran serum yang mengandung titer ASO yang tinggi. 2. Aglutinasi pasif Streptolisin O merupakan antigen yang larut. Agar dapat menyebabkan aglutinasi dengan ASO, maka Streptolisin O perlu disalutkan pada partikel-partikel tertentu. Partikel yang sering dipakai yaitu partikel lateks. Sejumlah tertentu Streptolisin O (yang dapat mengikat 200 IU/ml ASO) di tambahkan pada serum penderita sehingga terjadi ikatan Streptolisin O – anti Strepolisin O (SO – ASO). Bila dalam serum penderita terdapat ASO lebih dari 200 IU/ml, maka sisa ASO yang tidak terikat oleh Streptolisin O akan menyebabkan aglutinasi dari streptolisin O yang disalurkan pada partikel – partikel latex . Bila kadar ASO dalam serum penderita kurang dari 200 IU / ml , maka tidak ada sisa ASO bebas yang dapat menyebabkan aglutinasi dengan streptolisin O pada partikel – partikel latex. Tes hambatan hemolisis mempunyai sensitivitas yang cukup baik , sedangkan tes aglutinasi latex memiliki sensitivitas yang sedang. Tes aglutinasi latex hanya dapat mendeteksi ASO dengan titer di atas 200 IU/ml. 3. Demam Rematik Demam rematik adalah suatu penyakit sistematis yang disebabkan oleh infeksi streptokokus grup A. Penyakit demam rematik diawali dengan infeksi



bakteri



Streptococcus



beta-hemolyticus



golongan



A



pada



kerongkongan. Infeksi ini menyebabkan penderita mengeluh nyeri kerongkongan dan demam. Jika infeksi tidak segera diobati, bakteri Streptococcus yang ada akan melakukan perlengketan yang kuat (adherence) di daerah sekitarnya



dan merangsang pengeluaran antibodi (Ig-G). Antibodi yang dihasilkan akan mengikat kuman Streptococcus dan membentuk suatu kompleks imun dan akan menyebar ke seluruh tubuh, terutama ke jantung, sendi, dan susunan saraf. Jantung juga merupakan organ sasaran dan merupakan bagian yang kerusakannya paling serius. Demam rematik mulai bisa diindikasikan jika penderita beberapa minggu kemudian mengalami keluhan yang lebih spesifik dan serius seperti: nyeri kerongkongan, demam, kesulitan makan dan minum, lemas, sakit kepala, dan batuk, serta yang berkaitan dengan sendi, jantung, dan saraf.



BAB III METODOLOGI 3.1.Waktu dan Tempat Praktikum Imunologi “Pemeriksaan Malaria” dilakukan pada hari Rabu, tanggal 21 Juni 2017 pukul 09.00 WITA sampai selesai bertempat di Laboratorium Klinik Terpadu Stikes Mandala Waluya Kendari. 3.2.Prosedur Kerja A. Pra analitik 1. Prinsip : 2. Persiapan sampel : Tidak memerlukan persiapan khusus 3. Persiapan sampel : Serum pasien, tidak hemolisis 4. Alat dan bahan : -Reagen asto -Kontrol positif -Kontrol negatif -Batang pengaduk -Slide B. Analitik 1. Metode Kualitatif - Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan - Dikeluarkan kit reagen dan serum pada suhu kamar - Dibuat pengenceran serum 1:20 - Diambil 1 tetes control positif dan diletakkan pada lingakaran pertama - Diambil 1 tetes control negatif dan diletakkan pada lingakaran kedua - Diambil sampel serum 50 ul dengan mikropipet di tuang pada lingkaran ketiga - Ditambahkan 1 tetes reagent ASTO pada masing-masing lingkaran - Dicampur sampai rata menggunakan pipet - Diputar kartu selama 2 menit - Diamati terbentuknya aglutinasi dibandingkan dengan control negatif



2. Metode Kualitatif - Diatur 5 tabung dan diberi label (1:2, 1:4, 1:8, 1:16, dst) - Digunakan NaCl fisiologis untuk seri pengenceran - Dilanjutkan perngenceran hingga hasil akhir dapat diperoleh - Dimasukkan masing-masing 1tetes kontrol negatif dan positif didalam slide. - Diabaca hasil dalam jangka 3 menit. C. Pasca Analitik 1. Positif : terbentuk aglutinasi pada slide sampel 2. Negatif : tidak terbentuk aglutinasi pada slide sampel



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Pengamatan



4.2.Pembahasan Demam rematik (RF) dan penyakit jantung rematik (RHD) adalah komplikasi



non-supuratif dari kelompok streptokokus A yang menyebabkan



faringitis karena respon imun tertunda. RF & RHD menimbulkan masalah kesehatan yang serius pada masyarakat karena merupakan penyebab utama morbiditas pada anak-anak usia sekolah dan satu dari jenis penyakit yang paling umum dari penyakit cardio-vascular pada remaja. RF & RHD sering terjadi di India. Mengingat tingkat prevalensi 4-6 per 1.000 anak per tahun, ada sekitar 1,25 juta kasus RF dan RHD di India hingga kini. Streptokokus adalah bakteri gram positif; mereka memiliki beberapa kelompok imunologi yang diberi kode huruf A-H dan K-O. Organisme ini menghasilkan enzim dimana kelompok C, G, dan A menghasilkan enzim yang sama yaitu streptolysin O, toksin hemolitik oksigen labil yang menyebabkan hemolisis sel darah merah.( Tarek Hammad,dkk.,2014 ).Menurut Emiliano Chiarot ( 2013 ), Streptolysin O adalah racun yang diproduksi oleh pori-pori kelompok Streptococcus A. Praktikum pemeriksaan ASTO bertujuan untuk menentukan anti streptolisin secara kualitatif pada serum. Metode yang digunakan adalah metode slide aglutinasi, dimana prinsip pemeriksaan ini adalah sampel yang mengandung



antibodi anti streptolisisn O dicampur dengan partikel latex yang dilapisis dengan streptolisin O akan membentuk aglutinasi. Pada praktikum pemeriksaan ASTO kali ini,praktikan menggunakan sampel serum yang berasal dari sampel mahasiwa. Sampel serum ini yaitu berwarna kekuningan dengan volume sekitar 2 ml. Hal pertama yang dilakukan praktikan untuk tes ASTO ini yaitu meneteskan reagen ASTO latex ke 3 slide pemeriksaan berwarna hitam. Dalam penetesannya dilakukan dengan hati-hati dan tidak menyentuhkan reagen yang keluar ke permukaan slide secara langsung, melainkan membiarkannya jatuh langsung ke permukaan sehingga volume yang dikeluarkan dari botol reagen sesuai dan konstan. Kemudian diteteskan kontrol positif (+) dan negatif (-) serta sampel serum masing-masing sebanyak 50 µ. Penetesannya dilakukan disamping reagen ASTO latex tadi sehingga antara reagen,control dan serum tidak tercampur langsung,sebab jika saat penetesan reagen dan control atau serum tercampur langsung maka dapat menyebabkan reagen langsung bereaksi dengan control atau serum tersebut sehingga waktu dalam penghomogenannya tidak sesuai dan dapat menyebabkan hasil positif palsu. Setelah itu, dihomogenkan campuran tadi dengan tusuk gigi bersih hingga membentuk lingkaran berdiameter 3 cm selama 5 detik. Lalu digoyangkan slide secara konstan selama 2 menit dan diamati hasilnya dengan cara membandingkan hasil yang dibentuk oleh serum dengan kontrol (positif dan negatif). Pada praktikum, didapatkan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya aglutinasi (penggumpala) berupa pasir-pasir halus. Dikarenakan hasil yang didapat adalah positif aglutinasi, maka pemeriksaan dilanjutkan ke tahap semikuantitatif dimana pada langkah semikuantitatif ini dilakukan pengenceran terhadap serum yakni 1/2,1/4,1/8 dan 1/16. Langkah pertama adalah memasukkan 100 µ buffer saline ke dalam empat buah tabung serologis dalam hal ini,tabung 1 berfungsi untuk pengenceran 1/2, tabung 2 untuk pengenceran 1/4, tabung 3 untuk pengenceran 1/8 dan tabung 4 untuk pengenceran 1/16. Tabung yang digunakan harus bersih agar tidak terjadi kontaminasi dari mikroba yang tidak diinginkan yang menyebabkan hasil palsu. Selain itu, dalam pemindahan reagen harus melewati dinding tabung agar tidak



terjadi letupan atau hal-hal yang tidak diinginkan. Kemudian dimasukkan 100 µ serum ke dasar tabung 1 sebagai pengenceran 1/2 untk menghindari terjadinya gelembung udara dan dihomogenkan menggunakan mikropipet yang sama. Lalu diambil 100 µ campuran 1 ke tabung 2 dan dilakukan hal yang sama hingga tabung ke-4. Pada tabung 4, diambil 100 µ campuran dan dibuang. Lalu diambil 50 µ campuran 1 dan diteteskan ke atas slide test lalu ditambahkan 1 tetes reagen ASTO latex. Diomogenkan selama 5 detik dan digoyangkan selama 2 menit kemudian dibaca hasilnya. Pada praktikum, ditemukan aglutinasi (+), sehingga dilanjutkan dengan memipet 50 µ campuran 2,3 dan 4 ke slide test. Ditambahkan 1 tetes reagen ASTO latex ke masing-masing campuran tadi, lalu dihomogenkan dan digoyangkan sama seperti campuran 1. Berdasarkan praktikum,di dapatkan hasil aglutinasi (+) pada pengenceran 1/2,1/4 dan 1/8 dan hasil negatif pada pengenceran 1/16. Dalam penentuan kadar titer antibodi ASTO dilakukan dengan mengalikan pengenceran terendah yang masih positif dengan 200 IU/ml, dalam hal ini, kadar titer antibodi ASTO dari mahawiswa atas nama Septiani Nima Anggriani adalah 1600 IU/ml. Kadar ASTO yang tinggi dapat dikarenakan ketika terjadi infeksi streptococcus secara berulang kali, tidak dilakukan pengobatan, infeksi berulang biasanya menghasilkan titer berkelanjutan atau terus meningkat. Selain itu kadar ASTO yang tinggi dapat pula disebabkan oleh populasi yang berbeda di lokasi geografis yang berbeda terdapat perbedaan yang signifikan dalam titer antibodi sehingga hal ini dapat dikaitkan dengan kondisi iklim masing- masing. Kadar ASTO tinggi dapat terlihat pada karditis rematik akut yang dikarenakan selang waktu antara infeksi streptococcus dan terjadinya karditis yang memungkinkan ASTO untuk mencapai tingkat puncaknya. Di sisi lain, pada pasien dengan chorea ketika gerakan choreic, antibodi ASTO menurun karena periode latency lebih panjang antara infeksi streptococcus dan manifestasi klinis. Kadar ASTO yang tinggi tidak cukup untuk mendiagnosa terjadinya demam rematik akut sehingga harus dipertimbangkan ketika mendiagnosis gejala rematik berulang.



Pemeriksaan ASTO hanya memberi petunjuk bahwa terjadi infeksi oleh streptokokus. Streptolisin O bersifat sebagai hemolisin dan pemeriksaan ASTO umumnya berdasarkan sifat ini. Penetapan ASTO tidak bisa melakukan pemeriksaan langsung dengan melihat bakteri streptokokus, pemeriksaan ini harus menggunakan cairan sendi. Dimana harus dilakukan pemeriksaan makroskopik dilihat organoleptis cairan, pemeriksaan mikroskopik dilakukan hitung jumlah lekosit. Bila jumlah sel banyak dibuat sediaan hapus dan diwarnai dengan wright. Pada penderita, jumlah lekosit akan meningkat, peningkatan tersebut tergantung dari jenis peradangan.



BAB V PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka dapt disimpulkan bahwa hasil yang dapatkan pada pemeriksaan ASTO dari sampel pasien atas nama Chika Pratiwi yaitu negatif, ditandai dengan tidak terbentuknya aglutinasi pada slide sampel dan hasil pengenceran tabung yaitu 1/8. 5.2.Saran Adapun saran yang dapat saya ajukan pada praktikum ini adalah diharapkan kepada instruktur laboratorium agar hadir tepat waktu.



DAFTAR PUSTAKA Ani, Purbani Syafitriani. 2012. ASTO Anti-Streptolisin O. Gandhahusada: Bandung Nina Miyora Situmorang, Veronica. 2013. Laporan Praktikum Imunologi. Erlangga : Jakarta Handojo, Indro. 1982. Serologi Klinik. Surabaya: Fakultas Kedokteran UNAIR. Nirwana, Ardy Prian. 2012. Streptococcus sp. Widya Husada: Surabaya.